Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengkaji fasies gunung api dan jenis bahaya erupsi yang pernah ter-
jadi di sekitar kompleks Candi Asu. Metode yang digunakan adalah eksploratif-survey. Pengum-
pulan data dengan observasi, studi pustaka, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan berupa
primer dan sekunder. Data primer meliputi jenis batuan, kemiringan lereng, dan arah lereng
dari pengukuran lapangan, dengan penentuan lokasi sampel menggunakan metode sistematik
sampling. Data sekunder meliputi kondisi topografi dan geologi dari interpretasi peta rupabumi
indonesia, peta geologi, dan citra ikonos pada google earth. Analisis dilakukan secara deskriptif
memperhatikan aspek keruangan. Hasil penelitian menunjukkan kompleks Candi Asu termasuk
fasies medial yang dikenali berdasarkan analisis geomorfologi dan litofasies. Secara geomorfolo-
gi berada pada satuan bentuk lahan kaki gunung api dengan litofasies endapan tuf, lahar, dan
piroklastik. Pada masa lampau kompleks Candi Asu mengalami bencana akibat aliran lahar, awan
panas, dan hujan abu menyebabkan beberapa candi terkubur material vulkanik.
Kata kunci: gunungapi, fasies gunungapi, erupsi, geomorfologi
Abstract
This research aims to investigate the volcanic facies and types of eruption danger that had ever
happened around the complex of Asu temple. The method used in this research is exploratory - sur-
vey. Data was collected through observation, library research, and documentation. The data were
categorized into primary and secondary data. Primary data include rock type, slope, and the slope
obtained from field measurements, the determination of the location of the sample using a systemat-
ic sampling method. The secondary data include topographical and geological conditions obtained
from the interpretation of Indonesian topographic maps, geological maps and IKONOS imagery
on google earth. The analysis was performed descriptively by taking into account spatial aspects.
The results show that Asu temple complex including the medial facies were identified based on the
analysis of geomorphology and litofasies. In reference to geomorphology, this region is located at the
foot of volcanic land form unit with a sediment litofasies tuff, lava, and pyroclastic. In the past, Asu
temple complex had ever experienced a disaster due to the flow of lava, heat clouds and ash rain that
caused some temples buried by volcanic material.
Keywords: volcanic facies, volcanic eruption, geomorphology
129
SOCIA Vol. 10 No. 2, September 2013 : 129-138
130
Arif Ashari Kajian Fasies Gunungapi di Kompleks Candi Asu untuk Pendugaan Bencana Erupsi Merapi
nya masih merupakan ancaman bagi periode umpulan data dilakukan dengan observasi,
sekarang maupun yang akan datang. Berkai- interpretasi citra penginderaan jauh, studi
tan dengan hal tersebut kajian fasies gunun- pustaka, dan dokumentasi.
gapi sangat penting karena dengan merekon- Menurut Bronto (2006: 3), fasies gunun-
struksi peristiwa yang telah terjadi di masa gapi dapat diidentifikasi berdasarkan data:
lalu dapat diperoleh gambaranpotensi ben- 1) inderaja dan geomorfologi, (2) stratigrafi
cana yang masih menjadi ancaman di masa batuan gunungapi, 3) vulkanologi fisik, 4)
mendatang. Informasi potensi bencana san- struktur geologi, dan 5) petrologi-geokimia.
gat dibutuhkan dalam membangun sistem Penelitian ini melakukan identifikasi fasies
kehidupan masyarakat yang selaras dengan dengan kombinasi cara pertama dan kedua,
becana (Kelman dan Mather, 2008: 2-3) yaitu antara inderaja dan geomorfologi den-
gan stratigrafi batuan gunungapi. Untuk itu
METODE data yang dikumpulkan meliputi data mor-
fologi dan data litofasies sebagai data primer
Penelitian ini menggunakan metode
yang diperoleh dari pengukuran lapangan,
eksploratif-survei dengan pendekatan keru-
dengan didukung data sekunder berupa kon-
angan dan kelingkungan. Survei geomorfolo-
disi geologi dan geomorfologi regional yang
gi digunakan dengan memperhatikan aspek
diperoleh dari interpretasi peta rupabumi in-
morfologi dan morfogenesa. Populasi dalam
donesia, peta geologi, citra landsat dan citra
penelitian ini meliputi seluruh lahan di kom-
ikonos pada google earth, serta sumber-sum-
pleks Candi Asu dengan pengambilan sampel
ber pustaka. Jenis data dan metode pengum-
secara sistematik random sampling. Peng-
pulannya ditunjukkan pada Tabel 1.
131
SOCIA Vol. 10 No. 2, September 2013 : 129-138
Data yang diperoleh selanjutnya dianali- disi morfologi di lapangan dengan ciri-ciri
sis secara deskriptif. Identifikasi fasies den- morfologi pada setiap fasies sebagaimana
gan analisis aspek geomorfologi dilakukan dijelaskan oleh Bronto (2006: 3-4).
melalui pencocokan (matching) antara kon-
Gambar 1.
Klasifikasi fasies gunungapi beserta komposisi batuan penyusunnya
(Bogie dan Mackenzie, 1998 dalam Bronto, 2006: 3)
132
Arif Ashari Kajian Fasies Gunungapi di Kompleks Candi Asu untuk Pendugaan Bencana Erupsi Merapi
Proses geomorfologi yang berlangsung kan, erosi, dan di beberapa tempat dijumpai
didominasi oleh proses eksogen yaitu berupa gerakan massa. Kemiringan lereng rata-rata
pengendapan material vulkanik yang ber- berdasarkan pengukuran di beberapa titik
sumber dari kepundan. Material vulkanik sampel adalah 12-15 %, dengan hadap lereng
yang dimaksud berupa piroklastik maupun ke arah barat-barat daya. Rangkuman kondisi
lahar hasil rombakan kembali endapan pada geomorfologi di daerah penelitian ditunjuk-
bentuklahan di bagian atasnya. Proses lain- kan oleh Tabel 2.
nya yang juga berlangsung adalah pelapu-
Sisi barat Gunungapi Merapi termasuk bagian kecil wilayah termasuk dalam perali-
dalam bagian paling muda, yang masih terus han antara fasies medial dengan fasies distal,
terkena dampak langsung peristiwa erupsi yaitu pada bagian bawah yang berada dekat
berupa pengendapan material-material vul- satuan bentuklahan dataran kaki gunungapi.
kanik hingga saat ini. Pengendapan material Identifikasi fasies gunungapi berdasar-
vulkanik tersebut menghasilkan kenampak- kan inderaja dan geomorfologi sebagaimana
an khas berupa segmen-segmen bentuklahan telah dilakukan di atas, didukung oleh pen-
yang dibatasi oleh tekuk-tekuk lereng. Bron- gamatan litofasies di lapangan. Berdasarkan
to (2006: 3) menjelaskan, pada gunungapi pengamatan pada beberapa lokasi sampel
muda dengan usia kuarter hingga saat ini ben- diketahui wilayah Kompleks Candi Asu di-
tangalam gunungapi komposit sangat mudah dominasi material tuf. Material ini dijumpai
diidentifikasi.Karakteristik utamaberbentuk pada lahan di sekitar candi yang pada saat
kerucut yang dapat mudah dipisahkan anta- ini dimanfaatkan untuk tegalan. Di bebera-
ra bagian puncak, lereng, kaki, dan dataran di pa tempat material tuf mencapai ketebalan
sekitarnya, oleh karena sudut lereng yang se- lebih dari dua meter antara lain di Candi
makin melandai. Kedudukan masing-masing Pendem. Sesuai dengan namanya, candi ini
segmen dalam tubuh gunungapi inilah yang pernah terkubur oleh material vulkanik dan
digunakan sebagai dasar penentuan fasies ditemukan kembali setelah penggalian. Hal
gunungapi secara geomorfologi. ini nampak jelas dari kedudukan candi yang
Bogie dan Mackenzie (1998, dalam Bron- terletak lebih rendah dari lahan di sekitarnya
to, 2006: 3) membedakan fasies gunungapi (Gambar 4).
menjadi fasies sentral, fasies piroksimal, fa- Material vulkanik lain yang terdapat di
sies medial, dan fasies distal. Kompleks Candi daerah penelitian dan berkarakter material
Asu yang berada pada bentuklahan kaki gu- fasies medial adalah endapan piroklastik dan
nungapi termasuk dalam fasies medial. Se- lahar. Jenis material ini dijumpai pada lem-
134
Arif Ashari Kajian Fasies Gunungapi di Kompleks Candi Asu untuk Pendugaan Bencana Erupsi Merapi
bah Sungai Pabelan. Pada tebing sungai ter- Adapun endapan piroklastik cenderung
dapat lapisan endapan lahar dan piroklastik lebih sedikit dengan karakteristik butiran
hingga ketebalan lebih dari tiga meter. Enda- bersisi tajam dan ukuran butir lebih kecil.
pan lahar nampak jelas berdasarkan karak- Keberadaan material tuf serta endapan lahar
teristiknya yaitu memiliki sortasi buruk, uku- dan piroklastik daerah penelitian menunjuk-
ran butir bervariasi, beberapa diantaranya kan wilayah kompleks Candi Asu pada masa
memiliki diameter lebih dari 1 meter, serta lalu pernah menghadapi bahaya erupsi beru-
butiran-butiran tersebut bersisi membulat. pa aliran lahar, awan panas, dan jatuhan abu
Endapan lahar mendominasi lembah Sungai vulkanik. Aliran lahar dan awan panas teru-
Pabelan (Gambar 5). tama terjadi melalui lembah Sungai Pabelan
yang berperan sebagai jalur aliran material
erupsi dan terhubung langsung dengan pusat
aktivitas vulkanik.
135
SOCIA Vol. 10 No. 2, September 2013 : 129-138
ini telah mulai dibongkar oleh proses erosi. Gunungapi Merapi merupakan kerucut muda
Pada dasarnya fasies gunungapi dapat segera berusia kuarter khususnya di wilayah lereng
dikenali dari karakteristik morfologinya barat daya hingga barat sehingga memudah-
terutama pada gunungapi berusia Kuarter kan analisis fasies berdasarkan identifikasi
karena bentuknya yang berupa kerucut den- morfologi. Kedudukan Candi Asu pada satu-
gan tekuk-tekuk lereng membatasi masing- an morfologi Gunungapi Merapi ditunjukkan
masing segmen wilayah (Bronto, 2006: 61). oleh Gambar 6.
Sentral
Piroksimal
Medial
Distal
Candi
asu
Gambar 6.
Gambar 6. Pembagian sistem fasies lereng barat Gunungapi Merapi
Pembagian
berdasarkan morfologi yang nampak padaMerapi
sistem fasies lereng barat Gunungapi berdasarkan
citra Google Earth morfologi yang
nampak pada citra Google Earth
Material endapan lahar, endapan pirok- antara bagian bawah cone building dengan
Material endapan lahar, lembah Sungai Pabelan dengan
lastik, dan tuf yang mendominasi kompleks ring plain, yang kurang lebih sama dengan
Candiendapan
Asu juga piroklastik,
mencirikan fasiesdan medial.
tuf yang fasies medial. Dalam
ketebalan kasus daerah
mencapai tiga dengan
meter.
Bronto (2006: 5) menjelaskan material tuf morfologi regional berada pada titik perte-
mendominasi
dan breksi piroklastika kompleks Candi Asu
merupakan material Material
muan kaki duajatuhan, endapan
gunungapi sepertilahar, dan
di daerah
yang sangat dominan dijumpai pada fasies penelitian, ring plain tidak berupa dataran
juga
medial. Selainmencirikan fasies breksi
itu pada fasies medial medial. piroklastik
yang menurut
ideal tetapi dijumpai pendapat
dalam bentuk pen-
lahar Bronto
juga sudah(2006:
mulai berkembang. Enda-
5) menjelaskan gendapan
Davidson material
dan baru pada lembah-lem-
De Silva (2000: 17)
pan lahar sebagai penciri fasies medial di- bah sungai. Di lembah Sungai Pabelan terjadi
jumpaimaterial tuf dan breksi
pada tebing-tebing piroklastika
sungai yang me- dijumpai material
pengendapan pada erupsi
peralihan antara
yang ditandai
miliki lembah yang dalam (Marfai dkk, 2012: oleh aliran sungai terpecah dan tidak ada
merupakan
5), sebagaimana material
dijumpai yang
di lembah sangat
Sungai bagian batuan.
singkapan bawah cone building dengan
Pabelan dengan ketebalan
dominan dijumpaimencapai
pada tigafasies Analisis
ring fasies
plain, yanggunungapi
kurangmenunjukkan
lebih sama
meter. Material jatuhan, endapan lahar, dan kompleks Candi Asu yang dibangun pada kaki
medial.
piroklastik Selain
menurut itu pada
pendapat fasies dan
Davidson medial dengan
bagian baratfasies
Gunungapimedial.
MerapiDalam kasus
dari waktu ke
De Silva (2000: 17) dijumpai pada peralihan waktu senantiasa menghadapi ancaman ba-
breksi lahar juga sudah mulai daerah dengan morfologi regional
berkembang. Endapan lahar sebagai berada pada titik pertemuan kaki
136
penciri fasies medial dijumpai pada dua gunungapi seperti di daerah
tebing-tebing sungai yang memiliki penelitian, ring plain tidak berupa
Arif Ashari Kajian Fasies Gunungapi di Kompleks Candi Asu untuk Pendugaan Bencana Erupsi Merapi
haya akibat erupsi gunungapi, dalam hal ini M (Andreastuti dkk, 2006: 7), sementara di
berupa aliran lahar, awan panas, dan mate- Jawa Tengah selama periode 928 M hingga
rial jatuhan dalam bentuk hujan abu maupun abad 15 hanya ditemukan satu peninggalan
lapili. Sejak dibangun pada periode 830-900 tulisan dan sistem pemerintahan masyarakat
M (Degroot, 2009: 12-15), kompleks Candi yang tersisa berubah dari terpusat menjadi
Asu banyak menghadapi ancaman bahaya pemerintah lokal (Fontein, 1990; De Caspar-
erupsi, akan tetapi letusan gunungapi nam- is, 1950 dalam Subandriyo, 2013: 4-5).
paknya sudah menjadi hal biasa dalam kos- Dampak erupsi berupa aliran lahar, awan
mologi jawa termasuk permohonan kepada panas, dan material jatuhan yang terjadi di
Roh (penguasa) Merapi dalam ritual berdoa masa lalu masih sangat mungkin terjadi pada
penganut Hindu-Buddha (Subandriyo, 2013: masa yang akan datang. Hal ini tidak terlepas
4). Fasies gunungapi yang dijumpai di sekitar dari aktivitas Gunungapi Merapi yang masih
Candi Asu menunjukkan jejak-jejak erupsi terus aktif hingga saat ini. Konsep geomor-
Gunungapi Merapi pada masa lampau yang fologi yang menyatakan bahwa “hukum dan
berdampak terhadap wilayah ini. Berdasar- proses fisis yang berlaku pada saat ini, ber-
kan konsep dalam geomorfologi yang men- langsung pula sepanjang waktu geologi waau-
gatakan bahwa the present is the key to the pun intensitasnya tidak selalu sama dengan
past, dapat diidentifikasi bahaya erupsi yang saat ini” (Thornbury, 1969: 16 ), juga men-
telah terjadi pada masa lampau yaitu berupa gisyaratkan bahwa peristiwa bencana pada
aliran piroklastik dan aliran lahar yang jejak- masa lampau masih memiliki potensi untuk
jejaknya dijumpai pada lembah Sungai Pabe- terulang kembali pada masa mendatang.
lan, serta hujan abu dan kerikil (lapili). Berkaitan dengan kondisi tersebut masyara-
Pada akhirnya letusan besar Merapi me- kat yang saat ini menempati kawasan sekitar
nyebabkan terganggunya tatanan kehidupan Candi Asu harus menyadari dan memahami
masyarakat. Letusan besar diperkirakan ter- ancaman bahaya erupsi Gunungapi Merapi.
jadi sekitar tahun 765 – 911 M (Andreastuti Belajar dari pengalaman pada masa lampau,
dkk, 2006: 7) serta 994-1168 M (Subandriyo, risiko akibat bencana erupsi dapat dikurangi
2013: 5). Letusan-letusan besar ini mem- dengan melakukan tindakan pengelolaan
berikan dampak signifikan terhadap kehidu- kebencanaan yang baik diawali dari pen-
pan. Berdasarkan kajian stratigrafi di seki- ingkatan kesadaran masyarakat mengenai
tar candi, diketahui bahwa pada umumnya bencana. Fasies gunungapi yang menunjuk-
candi-candi di sekitar Merapi tertutup oleh kan rekam jejak erupsi masa lampau dapat
endapan lahar bahan jatuhan (tefra). Candi dimanfaatkan sebagai informasi dasar dalam
Lumbung terkubur 6-7 meter oleh lapisan pengelolaan kebencanaan, yaitu menunjuk-
tefra, endapan awan panas, dan lahar. Enda- kan peristiwa erupsi yang pernah terjadi dan
pan bawah terbentuk setelah tahun 650 M dampaknyaterhadap kehidupan pada masa
sedangkan endapan atas setelah tahun 1500 lampau.
M. Candi Pendem terkubur endapan setebal
3 meter dengan material bom vulkanik (Sub- SIMPULAN
andriyo, 2013: 5).
Kompleks Candi Asu yang dibangun pada
Walaupun belum ada keterangan yang
kaki Gunungapi Merapi bagian barat ber-
menjelaskan secara pasti pengaruh erupsi
dasarkan analisis geomorfologi dan litofasies
Merapi terhadap berpindahnya pusat per-
termasuk dalam fasies medial. Pada masa lalu
adaban Hindu-Buddha dari Jawa Tengah ke
wilayah ini pernah mengalami bencana aki-
Jawa Timur, beberapa letusan besar terma-
bat aliran lahar, awan panas, dan hujan abu.
suk diantaranya yang mengubur candi-candi
Candi pendem dan candi lumbung bahkan
di kompleks Candi Asu diduga berperan seb-
terkubur 3 hingga 7 oleh material vulkanik.
agai salah satu faktor yang mendorong per-
Bukti-bukti letusan Merapi di masa lalu an-
pindahan tersebut. Kerajaan Mataram telah
tara lain dijumpai pada lembah Sungai Pa-
dipindahkan ke Jawa Timur pada tahun 928
137
SOCIA Vol. 10 No. 2, September 2013 : 129-138
belan berupa endapan lahar dan prioklastik, Davidson, J., dan De Silva, S. 2010. Composite
serta endapan jatuhan yang mendominasi Vocanoes. dalam Encyclopedia of
sebagian besar wilayah saat ini. Bukti-bukti Vocanoes. Academic Press.
letusan pada masa lampau yang dijumpai di Degroot, V.M.Y. 2009. Candi Space and
sekitar Candi Asu diduga merupakan faktor Landscape: A Study on the Distribution,
yang menyebabkan kemunduran kehidupan Orientation, and Spatial Organization
masyarakat. Secara umum gangguan tatanan of Central Javanese Temple Remains.
kehidupan masyarakatjuga disebabkan oleh Disertasi. Universiteit Leiden. Diakses
beberapa periode letusan besar Gunungapi melalui www.openaccess.leidenuniv.nl. 9
Merapi. Diduga kompleks Candi Asu mulai Oktober 2013.
ditinggalkan masyarakat bersamaan den- Kelman, I dan Mather, T.A. 2008. Living with
gan perpindahan pusat kekuasaan dari Jawa Volcanoes: The Sustainable Livelihoods
Tengah ke Jawa Timur. Pada saat sekarang Approach for Volcano-related Opportuni-
wilayah tersebut kembali ditempati oleh ties. Journal of Volcanology and Geother-
penduduk sehingga menimbulkan risiko ben- mal Research 172: 189-198.
cana pada masa mendatang. Risiko bencana Marfai, M.A., Cahyadi, A., Hadmoko, D.S., dan
semakin meningkat karena pertumbuhan Sekaranom, A.B. 2012. Sejarah Letusan
penduduk cukup tinggi di wilayah ini. Dalam Gunung Merapi Berdasarkan Fasies
upaya mengurangi risiko bencana salah satu Gunungapi di Daerah Aliran Sungai
informasi yang dibutuhkan adalah potensi Bedog, Daerah Istimewa Yogyakarta. Riset
bahaya berdasarkan sejarah bencana masa Geologi dan Pertambangan 22 (2): 73-79.
lalu, yang diidentfikasi melalui kajian fasies Santosa, L.W. 2006. Kajian Hidrogeomorfologi
gunungapi. Mataair di Sebagian Lereng Barat
Gunungapi Lawu. Forum Geografi20 (1):
UCAPAN TERIMA KASIH 68-85.
Subandriyo. 2011. Sejarah Erupsi Gunung
Terima kasih kepada semua pihak yang
Merapi dan Dampaknya Terhadap
turut membantu proses penulisan artikel ini
Kawasan Borobudur. diakses melalui
serta kepada redaktur yang memuat hasil ar-
www.konservasiborobudur.org tanggal 9
tikel. Semoga dapat memberikan kontribusi
Oktober 2013.
bagi dunia pendidikan.
Sutikno dkk 2007. Kerajaan Merapi
Sumberdaya Alam dan Daya Dukungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta: BPFG UGM.
Andreastuti, S,D., Newhall, C., dan Dwiyanto, Thornbury, W.D. 1969. Principles of
J. 2006. Menelusuri Kebenaran Letusan Geomorphology. New York: John Wiley
Gunung Merapi 1006. Jurnal Geologi and Sons.
Indonesia 1 (4): 201-207.
Bronto, S. 2006. Fasies Gunung Api dan
Aplikasinya. Jurnal Geologi Indonesia 1
(2): 59-71.
138