Anda di halaman 1dari 3

PERKEMBANGAN KOTA

Perkembangan kota menurut Raharjo dalam Widyaningsih (2001), bermakna perubahan yang
dialami oleh daerah perkotaan pada aspek-aspek kehidupan dan penghidupan kota tersebut, dari
tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dari kecil menjadi besar, dari ketersediaan
lahan yang luas menjadi terbatas, dari penggunaan ruang yang sedikit menjadi teraglomerasi
secara luas, dan seterusnya.

Perkembangan kota menurut Raharjo dalam Widyaningsih (2001), bermakna perubahan yang
dialami oleh daerah perkotaan pada aspek-aspek kehidupan dan penghidupan kota tersebut, dari
tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dari kecil menjadi besar, dari ketersediaan
lahan yang luas menjadi terbatas, dari penggunaan ruang yang sedikit menjadi teraglomerasi
secara luas, dan seterusnya.

Dikatakan oleh Beatley dan Manning (1997) bahwa penyebab perkembangan suatu kota tidak
disebabkan oleh satu hal saja melainkan oleh berbagai hal yang saling berkaitan seperti
hubungan antara kekuatan politik dan pasar, kebutuhan politik, serta faktor-faktor sosial budaya.

Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai perkembangan kota yang paling
populer dalam menjelaskan perkembangan kota-kota. Menurut teori central place seperti yang
dikemukakan oleh Christaller (Daldjoeni, 1992), suatu kota berkembang sebagai akibat dari
fungsinya dalam menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya. Teori Urban Base juga
menganggap bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam menyediakan barang
kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batas-batas kota tersebut.  Menurut teori ini,
perkembangan ekspor akan secara langsung mengembangkan pendapatan kota. Disamping itu,
hal tersebut  akan menimbulkan pula perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan
mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor yang selanjutnya
akan mendorong pertambahan pendapatan kota lebih lanjut (Hendarto, 1997).
Faktor-faktor Perkembangan Kota
        Faktor Eksternal
 Letak geografis, kedudukan Kota dalam sistem pemerintahan, serta fungsi dan
peranan kota dalam konstelasi regional.
 Perkembangan aktivitas social ekonomi dan penduduk di daerah belakang,
kemampuan kota memproduksi barang dan jasa berorientasi ekspor
 Kebijakan Pemerintah
 Interaksi dengan kota-kota dan wilayah sekitarnya
Faktor Internal
 Ketersediaan lahan dalam kota
 Jumlah dan kualitas penduduk sebagai tenaga kerja
 Perkembangan ekonomi dan lapangan kerja di luar sektor pertanian
 Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas dan utilitas kota
 Keberadaan kelembagaan pengelola kota dan peraturan peraturan yang
mendukung pengembangan kota
 Ketersediaan sumberdana pembangunan kota

Secara teoritis dikenal tiga cara perkembangan dasar di dalam kota, dengan tiga istilah teknis,
yaitu perkembangan horizontal, perkembangan vertikal, serta perkembangan interstisial Markus
Zahnd, perancangan kota secara terpadu 2006;25
a. Perkembangan Horizontal
Cara perkembangannya mengarah ke luar. Artnya, daerah bertambah, sedangkan
ketinggian dan kuantitas lahan terbangun (coverage) tetap sama. Perkembangan dengan
cara ini sering terjadi dipinggir kota, dimana lahan masih lebih murah dan dekat jalan
raya yang mengarah ke kota (dimana banyak keramaian).
b. Perkembangan Vertikal
Cara perkembangannya mengarah ke atas. Artinya, daerah pembangunan dan kuantitas
lahan tebangun tetap sama, sedangkan ketinggian bangunan-bangunan bertambah.
Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pusat kota (dimana harga lahan mahal)
dan pusat-pusat perdagangan yang memiliki potensi ekonomi.

c. Perkembangan Interstisial
Cara perkembangannya bergerak ke dalam. Artinya, daerah dan ketinggian
bangunanbangunan rata-rata tetap sama, sedangkan kuantitas lahan terbangun (coverage)
bertamabah. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pusat kota dan antara pusat
kota dan pinggir kota yang kawasannya sudah dibatasi dan hanya dapat dipadatkan.

Anda mungkin juga menyukai