Dasar Pengembangan
Wilayah
Materi 2
Isu Kontemporer Dalam Pengembangan dan
Pembangunan Wilayah dan Kota
Dosen:
Dr. Prima Jiwa Osly, ST, MSi
Nuryani Tinumbia, ST, MT
1 URBANISASI
Pembahasan mengenai perkembangan kota tidak terlepas dari proses urbanisasi yang terjadi.
Terdapat banyak definisi dan konsep mengenai urbanisasi ditinjau dari berbagai sudut pandang.
Menurut Daldjoeni (1987), urbanisasi merupakan proses menjadi kawasan perkotaan, migrasi
masuk kota, perubahan pekerjaan dari bertani menjadi yang lain dan juga menyangkut
perubahan perilaku kehidupan manusia. Secara harafiah, urbanisasi berarti pengkotaan, yaitu
proses menjadi kota. Dalam ilmu demografi, urbanisasi merupakan pertambahan persentase
penduduk yang tinggal di perkotaan terhadap jumlah penduduk nasional. Peningkatan proporsi
tersebut kemudian menyebabkan kota-kota tumbuh meluas sampai ke pinggiran (yang semula
perdesaan menjadi perkotaan).
De Bruijne (1987) dalam Pontoh dan Kustiawan (2009) mendefinisikan urbanisasi sebagai
berikut.
1. Persentasi pertambahan penduduk yang tinggal di perkotaan
2. Berpindahnya penduduk dari desa ke kota
3. Bertambahnya penduduk bermata pencaharian nonagraris di pedesaan
4. Tumbuhnya suatu permukiman menjadi Kota
5. Mekarnya atau meluasnya struktur artekfaktial-morfologis suatu kota di kawasan
sekililingnya
6. Meluasnya pengaruh suasana ekonomi kota ke pedesaan
7. Meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis dan kultural kota ke pedesaan, atau
meluasnya nilai-nilai dan norma-norma kekotaan ke kawasan luarnya.
Secara global, lebih banyak penduduk yang hidup di perkotaan dibandingkan di perdesaan
dengan 55% populasi di dunia menghuni daerah perkotaan (2018). Pada tahun 1950, populasi
penduduk perkotaan di dunia adalah sebesar 30%, dan proyeksi pada tahun 2050 akan
mencapai 68%. Saat ini, wilayah yang tercatat paling banyak berurbanisasi adalah Amerika
Utara (82%), Amerika Latin dan Karibia (81%), Eropa (74%) dan Oceania (68%). Sementara
tingkat urbanisasi di Asia mendekati 50%. Sebaliknya Afrika sebagian besar tetap pedesaan,
dengan 43% populasinya tinggal di daerah perkotaan (United Nation, 2018a).
1
Sumber: United Nation, 2018b
Gambar 1 Tingkat dan tren urbanisasi pada beberapa negara di dunia
2
Sumber: United Nation, 2018c
Gambar 3 Populasi di daerah perkotaan dan perdesaan di Indonesia
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS, 2014), hampir separuh penduduk Indonesia
menyebutkan tingkat pertumbuhan penduduk di perkotaan mencapai 2,75% per tahun. Angka
tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata nasional
sebesar 1,17% pertahun. Pada tahun 2025 diperkirakan 68% penduduk dan pada tahun 2045
diperkirakan 82% penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan. Perkembangan penduduk
perkotaan yang cepat terjadi terutama di wilayah Metropolitan. Jumlah Kota metropolitan akan
tumbuh dengan cepat, kemudian disusul oleh kota besar. Penurunan yang terjadi sangat cepat
ada pada kota sedang, sedangkan kota kecil masih cenderung stabil. Diperkirakan pada tahun
2045, berkembangnya kota-kota metropolitan dan besar akan menambah kesenjangan
antarkota antarwilayah.
3
Sumber: KSPPN
Gambar 4 Jumlah Kota Menurut Tipologi Kota Tahun 2011-2050 (2005)(kiri) Proyeksi Jumlah Penduduk Kota di
Indonesia Menurut tipologi Kota Tahun 2011-2050 (kanan)
Di negara maju, urbanisasi pada dasarnya merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi.
Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah, maka semakin tinggi pula
derajat urbanisasinya (level of urbanization). Pertumbuhan kota ditandai dengan adanya
perubahan/pergerseran struktur ekonomi dengan sector primer (pertanian) berubah menjadi
sector sekunder (industri) dan sector industri mengarah menjadi sector tersier (jasa). Sehingga
urbanisasi di negara maju juga berkorelasi dengan industrialisasi, karena pertumbuhan
ekonomi yang tinggi bersumber dari pertumbuhan industri yang pesat dan dominan.
2 DAMPAK URBANISASI
3 PROSES URBANISASI
4 URBAN
Pacione (2005) memberikan definisi urban (perkotaan) dengan membedakannya menjadi dua
yaitu urban sebagai entitas dan urban sebagai kualitas. Hal tersebut dapat membantu
memahami konsep urban dari kompleksitas kehidupan perkotaan.
Urban sebagai entitas. Terdapat empat prinsip metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi ruang perkotaan, yaitu jumlah populasi, basis ekonomi, kriteria
administratif, dan definisi fungsional.
6
o Jumlah populasi, secara umum ruang perkotaan lebih besar dibandingkan ruang
perdesaan bila ditinjau dari ukuran populasi, hal ini memungkinkan untuk
memutuskan apakah suatu wilayah dikatakan urban atau tidak ketika sebuah
desa menjadi kota. Dalam prakteknya, ambang populasi wilayah perkotaan
bervariasi dari waktu ke waktu dan ruang ke ruang.
o Basis ekonomi, di beberapa negara, jumlah penduduk dikombinasikan dengan
kriteria lainnya untuk mendefinisikan sebuah wilayah perkotaan.
o Kriteria administratif, kebanyakan kota-kota di dunia didefinisikan berdasarkan
suatu kriteria hukum atau administratif. Definisi tersebut berhubungan dengan
tingkat fisik aktual daerah perkotaan.
o Definisi Fungsional, peneliti perkotaan biasanya merancang 'wilayah perkotaan
fungsional' yang mencerminkan sejauh mana pengaruh perkotaan.
Urban sebagai kualitas. Berbeda dengan entitas fisik, konsep ini berkaitan dengan arti
dari sebuah kota dan dampak dari lingkungan perkotaan terhadap gaya hidup
masyarakat (dan sebaliknya). Setiap orang mempunyai konsep tersendiri dalam
memandang sebuah kota (pengalaman subjektif) sehingga dapat mempengaruhi gaya
hidupnya. Sekarang gaya hidup masyarakat perkotaan semakin kompleks.
Berikut ini disampaikan beberapa karakteristik urban (perkotaan) yang membedakannya dari
rural (perdesaan).
Basis ekonomi utama adalah pertanian Basis ekonomi utama adalah industri
Komunitasnya relatif homogen dan kecil dan jasa
Tingkatan kelembagaan politik dan Komunitasnya relatif heterogen dan
administratif adalah rendah besar
Fasilitas pelayanan publik yang ada Tingkatan kelembagaan politik dan
umumnya sedikit dan mempunyai administratif adalah tinggi
tingkatan yang rendah Tingkatan fasilitas pelayanan publik lebih
Kepadatan daerah terbangun rendah dan tinggi dan jumlahnya lebih banyak
mempunyai diferensiasi fungsi yang Kepadatan daerah terbangun yang tinggi
rendah pula dan terdapat spesialisasi fungsi yang
Tingkat diferensiasi sosial dan tinggi
spesialisasi okupasional relatif rendah Tingkat diferensiasi sosial dan spesialisasi
okupasional relatif lebih tinggi
7
Dengan kriteria penentuan desa urban:
Di samping itu terdapat jenis fasilitas perkotaan untuk menentukan apakah desa tersebut
merupakan desa urban atau tidak.
Nilai kumulatif dari ketiga variabel tersebut di atas yaitu: jika nilai lebih besar dari 23 maka desa
tersebut dikategorikan sebagai desa ‘urban’, sedangkan jika nilai lebih kecil dari 17
8
dikategorikan sebagai desa ‘rural’, sedangkan desa yang memiliki nilai diantaranya statusnya
dianggap meragukan (Firman, 1992).
Berikut ini ditampilkan jumlah dan pertumbuhan penduduk di beberapa kota besar di Indonesia
(2000-2010).
Tabel 4 Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di beberapa kota besar di Indonesia tahun 2000-2010
5 SISTEM PERKOTAAN
9
Gambar 7 Central Place Theory
Central Place Theory berlaku apabila: (1) wilayah berbentuk datar dan tidak berbukit, (2) tingkat
ekonomi dan daya beli relatif sama, (3) Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk
bergerak ke berbagai arah. Beberapa bentuk Central Place Theory antara lain:
Kekurangan Central Place Theory yang kurang relevan dengan kondisi kota dewasa ini antara
lain:
Asumsi yang menyatakan bahwa wilayahnya adalah suatu daratan yang rata,
mempunyai ciri-ciri ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata tidak
bisa digunakan bagi setiap wilayah karena pada kenyataannya atau kondisi eksistingnya
setiap wilayah memiliki topografi yang berbeda-beda yang akan berpengaruh pada
biaya transportasi, persebaran penduduk, dan juga ciri-ciri ekonomis.
10
Kurang diperhatikannya faktor lain seperti teknologi. Jangkauan suatu barang dan jasa
tidak ditentukan lagi oleh biaya dan waktu. Lalu dengan kemajuan teknologi yang
semakin canggih, konsumen tidak selalu tidak memilih tempat pusat yang paling dekat.
Hal ini bisa disebabkan oleh daya tarik atau fasilitas sarana dan prasarana tempat pusat
yang lebih jauh tersebut lebih besar dibandingan dengan tempat pusat yang terdekat.
1. Exploration
11
6 PERKEMBANGAN KOTA
Sistem perkotaan dalam perkembangan kota adalah keterkaitan posisi sebaran dan hierarki
fungsi pelayanan kota-kota dalam suatu wilayah sebagai hasil dari ‘pencapaian optimalitas’
skala layanan berbagai kota dan juga setelah mengalami kompetisi. Hierarki fungsional kota
antara lain:
Berdasarkan fakta yang dikemukakan sebelumnya bahwa secara global, populasi penduduk
yang tinggal di perkotaan pada tahun 2050 diprediksikan akan naik mencapai 68%. Hal tersebut
ditandai dengan masyarakat perdesaan yang berpindah ke kota-kota besar, dan pusat-pusat
kecil di daerah pedesaan menjadi kota kecil baru. Masalah penting yang terjadi adalah
pertumbuhan penduduk dan proses memadatnya suatu wilayah yang sangat cepat. Dimana
kemiskinan di daerah perdesaan adalah alasan terpenting orang-orang berpindah ke kota.
Pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia kurang lebih sebanyak 6 miliar, dimana 45%
penduduknya tinggal di kota. Pada tahun yang sama terdapat 440 kota dengan penduduk lebih
dari 1 juta penduduk, sedangkan pada tahun 1900 hanya ada 10 kota. Tahun 1960, hanya ada
3 kota dengan penduduk lebih dari 10 juta dan semuanya terletak di belahan bumi utara.
Berbeda dengan sekarang, dimana terdapat 25 kota (lebih besar dari 10 juta penduduk) dan 18
di antaranya ada di negara berkembang.
Meningkatnya kemacetan
• Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan penduduk
mengakibatkan pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga berujung pada kemacetan.
Selain itu, terbatasnya wilayah mengakibatkan perluasan jaringan jalan menjadi sulit.
Penambahan ruas jalan yang ada tidak sebanding dengan laju pertambahan penduduk
13
dan pertumbuhan jumlah kendaraan. Adanya kondisi dimana pemerintah belum
mampu menyediakan sarana transportasi umum dan massal yang memadai, sehingga
masyarakat merasa lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi. Pada kasus di
Jakarta, pembangunan kota-kota satelit di sekitar Jakarta tidak memecahkan masalah.
Penduduk kota satelit justru cenderung mencari penghidupan di Jakarta.
Gambar 12 Privatisasi ruang public perkotaan sebagai akibat bertambahnya sector informal
14
Gambar 13 Disparitas penduduk
• Perubahan demografis
17
Tabel 8 Isu strategis dan kebijakan (Sulawesi)
Tabel 9 Isu strategis dan kebijakan (Kawasan Timur Indonesia: Nusa Tenggara, Maluku dan Papua)
Seorang ahli tata kota bernama Hahlewg mendefinisikan Liviable City sebagai “.... a city where
I can have a healthy life and where I have the chance for easy mobility… The liveable city is a
18
city for all people”. Menurut Ikatan Ahli Perencana (IAP) Indonesia, kota layak huni berkaitan
dengan kualitas penataan kota, jumlah ruang terbuka, kualitas kebersihan lingkungan,
ketersediaan angkutan umum, kualitas angkutan umum, kualitas kondisi jalan, kualitas fasilitas
pejalan kaki, ketersediaan fasilitas rekreasi, kualitas fasilitas rekreasi, perlindungan bangunan
bersejarah, tingkat pencemaran lingkungan, ketersediaan fasilitas pendidikan, kualitas fasilitas
pendidikan, ketersediaan fasilitas kesehatan, kualitas fasilitas kesehatan, ketersediaan energi
listrik, kualitas jaringan telekomunikasi, tingkat aksebilitas tempat kerja, tingkat kriminalitas,
interaksi hubungan antar penduduk, informasi pelayanan publik, ketersediaan air bersih,
kualitas air bersih, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan ketersediaan fasilitas kaum diffabel.
Berikut ini merupakan indeks kota layak huni pada kota-kota di Indonesia bersadasarkan studi
Most Liveable City (MLCI, 2014).
19
REFERENSI
United Nation. 2018a. The 2018 Revision of the World Urbanization Prospects. Publication: Key
Fact. The Population Division of the United Nations Department of Economic and Social
Affairs (UN DESA).
United Nation. 2018b. The Speed of Urbanization Around the World. Publication: Population
Fact. The Population Division of the United Nations Department of Economic and Social
Affairs (UN DESA).
United Nation. 2018c. World Urbanization Prospects: Country Profile. The Population Division
of the United Nations Department of Economic and Social Affairs (UN DESA).
https://population.un.org/wup/Country-Profiles/
MLCI. 2014. Most Liveable City Index.
Pacione, M., 2005. Urban geography: a global perspective,
Tjiptoheriyanto. 2000. Urbanisasi dan Perkembangan Perkotaan Indonesia. FEUI.
20