Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN KOTA

ANALISIS DINAMIKA DAN FENOMENA PENDUDUK PERKOTAAN


“FENOMENA URBANISASI”

(Studi kasus Kota Jakarta)

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD RIZALDY PUTRA / F 231 17 114

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR

PRODI S1 PERENCANAAN WILAYAH & KOTA

PALU

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Fenomena urbanisasi telah menjadi perhatian para perencana dan pembuat kebijakan selama
beberapa dekade terakhir. Dari sisi kependudukan, urbanisasi didefinisikan sebagai peningkatan
proporsi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan (Wilson 1985: 225). Istilah urbanisasi sering
pula diartikan sebagai tingkat konsentrasi penduduk perkotaan dilihat dari persentase penduduk
di wilayah tersebut terhadap jumlah penduduk suatu daerah, misalnya provinsi atau negara.
Urbanisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pertumbuhan alami (selisih antara kelahiran
dan kematian) penduduk perkotaan, migrasi penduduk dari perdesaan ke perkotaan, serta
perubahan klasifikasi daerah perkotaan.

Maraknya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat memacu pertumbuhan ekonomi.


Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi magnet bagi penduduk untuk berdatangan
mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Hal ini sering disebut dengan urbanisasi.Namun
urbanisasi ini menimbulkan berbagai macam masalah karena tidak ada pengendalian di
dalamnya.Masalah ini lah yang dihadapi Negara Indonesia saat ini yaitu pertumbuhan
konsentrasi penduduk yang tinggi.Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan kecepatan yang
sebanding dengan perkembangan industrialisasi.Masalah ini akhirnya menimbulkan fenomena
yaitu urbanisasi berlebih.Adanya urbanisasi yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai
masalah di Indonesia. Tidak hanya menimbulkan masalah di kota yang dituju namun juga
menimbulkan masalah di desa yang ditinggalkan.

Urbanisasi dipicu adanya perbedaan pertumbuhan atau ketidakmerataan fasilitas pembangunan,


khususnya antara daerah pedesaan dan perkotaan.Akibatnya, wilayah perkotaan menjadi magnet
menarik bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan. Dengan demikian, urbanisasi sejatinya
merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
penduduk atau masyarakat (Stark, 1991).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Urbanisasi
Pengertian urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan
proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan,
urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini
dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan
secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan kemajuan
ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong dan Bontang yang berubah dari desa ke kota
karena adanya kegiatan industri. Pengertian kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari
desa ke kota, karena adanya penarik di kota, missal kesempatan kerja.

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas dalam bukunya Pengantar
Sosiologi Kota yaitu Kota Didunia Ketiga. Pada pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi
merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan
struktural dalam masyarakat sehingga daerah- daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan
dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat
laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota. Pengertian kedua
dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasimenyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke
pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.

Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian urbanisasi adalah merupakan suatu proses perubahan dari desa ke kota yang
meliputi wilayah/ daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh aspek- aspek
fisik/ morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi masyarakatnya.

Prof. Dr.Hadi Sabari Yunus, M.A. juga mengatakan bahwa terdapat dua urbanisasi yaitu
Urbanisasi dalam Dimensi Fisiko-Spasial dan Urbanisasi dalam Dimensi Nonfisikal.

- Urbanisasi dalam Dimensi Fisiko – Spasial

3 Elemen Utama Morfologi Kota :

1. Land use characteristics (Lahan agraria jadi non agraria )

2. Building characteristics ( karakteristik bangunan)

3. Circulation characteristics (Keragaman kendaraan Kepadatan jaringan jalan Jumlah kendaraan


Keanekaragaman rambu lalu lintas).
B. Latar belakang Terjadinya Urbanisasi
Latar belakang terjadinya urbanisasi pada Negara industri maju dengan negara yang berkembang
mempunyai beberapa perbedaan yang terdiri dari:

a. Negara Industri Maju

Pada negara industri maju, urbanisasi dimulai sejak industrialisasi, jadi industri merupakan titik
tolak terjadinya urbanisasi. Penduduk kota meningkat lebih lambat dibandingkan di Negara
berkembang sedangkan pertumbuhan kota relative lebih imbang (perbedaan tidak besar),
sehingga dikatakan “proses urbanisasi merupakan proses ekonomi”

b. Negara Sedang Berkembang

Urbanisasi pada negara berkembang dimulai sejak PD II, urbanisasi merupakan titik tolak
terjadinya industri (kebalikan dari negara industry maju), penduduk kota meningkat cepat
sehingga urbanisasi tidak terbagi rata, semakin besar kotanya, semakin cepat proses
urbanisasinya, adanya konsep “Primate City”., sehingga dikatakan “proses urbanisasi bersifat
demografi”.

Hal ini lah yang terjadi di Indonesia saat ini, yaitu berduyun-duyunnya masyarakat desa ke kota
sehingga kota bertambah padat. Faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena adanya faktor
utama yang klasik yaitu kemiskinan di daerah pedesaan. Faktor utama ini melahirkan dua factor
penyebab adanya urbanisasi yaitu:

a. Faktor Penarik (Pull Factors)

Alasan orang desa melakukan migrasi atau pindah ke kota didasarkan atas beberapa alasan,
yaitu:

1. Lahan pertanian yang semakin sempit

2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya

3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa

4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa, misalnya sarana hiburan yang belum memadai

5. Diusir dari desa asal, sehingga ke kota menjadi tujuan.

6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya, karena tingkat upah di kota lebih tinggi

7. melanjutkan sekolah, karena di desa fasilitas atau mutunya kurang

8. pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau mudahnya membuka
usaha kecil-kecilan
9. kebebasan pribadi lebih luas

10. adat atau agama lebih longgar

Dalam bukunya yang berjudul Redesain Jakarta TATA KOTA TATA KITA 2020, Ahmaddin
Ahmad mengatakan bahwa “daya tarik kota besar bukan hanya luasnya lapangan kerja, tetapi
juga yang mencakup daya tarik romantisme dan avounturisme kota yang penuh dengan hal yang
heetrogen, keserbaenekaan, objek rekereasi dan seni yang beraneka ragam”.

b. Faktor Pendorong (Push Factors)

Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat hidup di desa umumnya
mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal ini menjadi faktor pendorong timbulnya urbanisasi.
Faktor pendorong yang dimaksud diantaranya adalah:

1. keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis (tidak mengalami perubahan
yang sangat lambat). Hal ini bisa terjadi karena adat istiadat yang masih kuat atau pun pengaruh
agama.

2. keadaan kemiskinan desa yang seakan-akan abadi

3. lapangan kerja yang hampir tidak ada karena sebagian besar hidup penduduknya hanya
bergantung dari hasil pertanian

4. pendapatan yang rendah yang di desa

5. keamanan yang kurang

6. fasilitas pendidikan sekolah atau pun perguruan tinggi yang kurang berkualitas

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya urbanisasi yang paling kuat
adalah fakto ekonomi (menjadi motif utama para migran), selain itu disusul dengan factor tingkat
pendidikan. Penyebab lain dari terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya “overruralisasi”
yaitu tingkat dan cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang.

C. Dampak yang Ditimbulkan Urbanisasi


Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan
kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan sekitarnya. Dampak urbanisasi
terhadap lingkungan kota antara lain:

1. Dampak positif

Pandangan yang positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai usaha pembangunan
yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar administrasi kota. Selain itu kota dianggap sebagai
“agen modernisasi dan perubahan”. Mereka melihat kota sebagai suatu tempat pemusatan modal,
keahlian, daya kreasi dan segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan bagi pembangunan.
Tanggapan lain adalah bahwa kita tidak mungkin membayangkan bagaimana pertumbuhan dan
keadaan Jakarta sekarang ini dan juga pusat- pusat industri di dunia lainnya bisa tercapai bila
seandainya tidak ada urbanisasi Kelompok tertentu berpendapat bahwa

proses urbanisasi hanyalah suatu fenomena temporer yang tidak menghambat pembangunan.
Dan menekankan bahwa kota merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi,
sosial dan politik. Urbanisasi merupakan variable independen yang memajukan pembangunan
ekonomi.

2. Dampak negatif

Di Indonesia, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan digulirkannya beberapa kebijakan


'gegabah' orde baru. Pertama, adanya kebijakan ekonomi makro (1967-1980), di mana kota
sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi antara kebijaksanaan substitusi impor dan investasi
asing di sektor perpabrikan (manufacturing), yang justru memicu polarisasi pembangunan
terpusat pada metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor
pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para sarjana,
enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal. Arus urbansiasi yang tidak
terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan kota dan menghisap fasilitas
perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah kota. Beberapa akibat negative tersebut
akan meningkat pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan.

Dampak negatif lainnnya yang muncul adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana
prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi
negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu
kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada. Pada saat kota mendominasi fungsi sosial,
ekonomi, pendidikan dan hirarki urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan
underemployment. Kota dipandang sebagai inefisien dan artificial proses “pseudo-
urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan
ekonomi.

Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh tingginya arus urbanisasi di Indonesia adalah
sebagai berikut :

1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.

Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya dukung
kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui.Ruang untuk tempat
tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat
minim.Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan
kosong yang terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai
lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal.Bangunan-
bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya dimiliki oleh
warga pendatang.Selain itu, para urban yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya
menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar mereka.hal ini menyebabkan semakin
minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.

2. Menambah polusi di daerah perkotaan.

Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk
memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda
dua dan roda empat yang membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi
atau pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia.
Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat menjaga keharmonisan
lingkungan perkotaan.

3. Penyebab bencana alam.

Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan lahan
kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan
bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan
membuat lingkungan tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru
menjadi penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung air
hujan lagi.

4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi.

Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila
masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya
banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh
karena itu, sulit bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja
sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, masalah pedagang
kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis. Hal ini akhitnya akan meningkatkan jumlah
pengangguran di kota yang menimbulkan kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, orang-orang akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri,
merampok bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis
itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.

5. Penyebab kemacetan lalu lintas.

Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus


urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun
pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah
macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga
menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.

6. Merusak tata kota.


Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan perumahan yang layak
bagi seluruh populasinya.Apalagi para migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang
tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka
sendiri.Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah pemerintah. Tata kota
suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya urbanisasi. Urban yang
mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta gelandangan- gelandangan di jalan-jalan bisa
merusak sarana dan prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh
pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para

urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak berfungsi
lagi.

Sedangkan dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia Menurut Tjiptoherijanto


(2007), meningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari kebijaksanaan pembangunan
perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah.
Sebagaimana diketahui peningkatan jumlah penduduk akan berkorelasi positif dengan
meningkatnya urbanisasi di suatu wilayah. Ada kecenderungan bahwa aktivitas perekonomian
akan terpusat pada suatu area yang memiliki tingkat konsentrasi penduduk yang cukup tinggi.
Hubungan positif antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi ini akan
menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk, sehingga menimbulkan apa yang
dikenal dengan nama daerah perkotaan.

D. Cara Mengatasi Masalah Urbanisasi


Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan populasi kota
yaitu diantaranya dengan membangun desa , adapun program-program yang dikembangkan
diantaranya:

• intensifikasi pertanian

• mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran, yaitu


program Keluarga Berencana

• memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan

• program pelaksanaan transmigrasi

• penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah

• pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa

• pemberdayaan potensi utama desa

• perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi tanah
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka yang yang berperan adalah pemerintah setempat dalam
penerapannya.Pemerintah daerah perlu berbenah diri dan perlu mengoptimalkan seluruh potensi
ekonomi yang ada di daerah, sehingga terjadi kegiatan ekonomi dan bisnis yang benarbenar
berorientasi pada kepentingan warganya.Tapi bukan berarti pemerintah daerah saja yang
berperan, di tingkat pusat, pemerintah juga perlu membuat kebijakan lebih adil dan tegas terkait
pemerataan distribusi sumber daya ekonomi.Arus balik ialah fenomena tahunan.Banyak
pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk mengantisipasi meledaknya jumlah penduduk
perkotaan dengan segala macam persoalannya.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa fenomena urbanisasi menimbulkan banyak masalah diantaranya
yakni minimnya lahan kosong di daerah perkotaan, meningkatkan kemacetan, pencemaran yang
bersifat sosial dan ekonomi, menambah polusi di daerah perkotaan dan masalah yang palng
signifikan yaitu meningkatnya angka kemiskinan.Masalah yang ditimbulkan urbanisasi begitu
banyak, oleh karena itu perlu perlu penanganan yang serius dari pemerintah daerah, dan juga
pemerintah pusat. Namun pada akhirnya, berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi
urbanisasi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak mulai dari pemerintah dan penduduknya.
Tanpa adanya sinergisitas dalam melaksanakan upaya penekanan urbanisasi, maka urbanisasi
akan terus terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=jurnal+tentang+fenomena+urbanisasi&oq=JURNAL+TENTANG+FENOMENA+URBAN&a
qs=chrome.1.69i57j33l5.15257j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://media.neliti.com/media/publications/130628-ID-dampak-urbanisasi-bagi-perkembangan-
kota.pdf

Ahmad, Ahmaddin.2002. Redesain Jakarta Tata Kota Tata Kita 2020. Jakarta: KotaKitaPress

Gilbert, Alan & Josef Gugler. 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Ed. Anshori &
Juanda. Jakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Hans dan Dieter Evers. 1979. Sosiologi Perkotaan : Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia
dan Malaysia. Jakarta: LP3ES Marbun, BN. 1990. Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan
Prospek. Edisi kedua. Erlangga: Jakarta.

Suparlan, Parsudi (ed.). 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

http://robbyalexandersirait.wordpress.com/2007/10/05/urbanisasi-mobilitas-dan-perkembangan-
perkotaan-di-indonesia/ diakses tanggal 26 november 2010

Anda mungkin juga menyukai