Anda di halaman 1dari 76

Urbanisasi

dan Pertumbuhan Kota

KULIAH 3
PL 3111 PERENCANAAN KOTA
POKOK BAHASAN
1. Urbanisasi : Definisi, Konsep dan
Kecenderungannya
2. Pertumbuhan Perkotaan: Tantangan dan
Implikasinya
3. Urbanisasi dan Pertumbuhan Perkotaan
di Indonesia
Urbanisasi : Definisi, Konsep
dan Kecenderungannya

 Definisi dan Konsep Urbanisasi


 Urbanisasi, Pertumbuhan Ekonomi dan
Industrialisasi
 Proses Urbanisasi
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Urbanisasi
 Dampak Urbanisasi
Definisi & Konsep Urbanisasi
 Dalam bahasa sehari-hari urbanisasi
diasosiasikan dengan migrasi desa-kota.
 Pengkotaan, Proses menjadi kota
 Peningkatan persentase penduduk
perkotaan
 Kota tumbuh meluas, pinggiran yang
semula perdesaan menjadi perkotaan
Proses Pengkotaan (=
Urbanisasi)
1. Perubahan fisik
dari kawasan tidak terbangun ke kawasan terbangun
2. Perubahan fungsional
dari dominasi penggunaan lahan pertanian ke bukan-
pertanian
3. Pertumbuhan spasial
dari kawasan kecil menjadi besar, baik secara
horisontal maupun vertikal
4. Perubahan sosial-ekonomi
dari sektor primer ke sektor industri, perdagangan dan
jasa
5. Perubahan demografis
dari kepadatan penduduk rendah ke kepadatan
penduduk yang tinggi.
Definisi urbanisasi (De Bruijne, 1987) :
 Pertumbuhan persentase penduduk yang bertempat
tinggal di perkotaan, baik secara mondial, nasional,
maupun regional
 Berpindahnya peduduk ke kota-kota dari perdesaan
 Bertambahnya penduduk bermatapencaharian non-
agraris di perdesaan
 Tumbuhnya suat permukiman menjadi kota
 Mekarnya atau meluasnya struktur artefaktial-morfologis
suatu kota di kawasan sekitarnya
 Meluasnya pengaruh suasana ekonomi kota ke
perdesaan
 Meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis, dan
kultural kota ke perdesaan
Konsep-konsep terkait Urbanisasi:
Urbanization
 Formulation of territorial definitions of urban areas
 Growth or decline of population in the urban areas which
is generally attributable to non-urban to urban
migration, natural increase and boundary expansion
 an increase in the numbers of people engaged in non-
agricultural occupations
 Existence of distinctive built environment and
organization of cities encourages ways of life which are
described as urban, which often differ from the life live in
rural area
Urbanisasi = Pertumbuhan Perkotaan ?
 Pertumbuhan suatu permukiman (desa)
menjadi Kota
 Perpindahan penduduk dari desa ke kota
 Kenaikan % penduduk perkotaan

 Urbanisasi = Pertumbuhan perkotaan


 jika Lpp perkotaan = Lpp perdesaan

 Jika Lpp perkotaan > Lpp perdesaan


 Urbanisasi ( % Penduduk perkotaan )
Pertumbuhan Kota = Urbanisasi ?
 Hauser & Gardner (1985), membedakan batasan
pengertian pertumbuhan kota dengan urbanisasi.
 Urbanisasi adalah suatu proses perubahan proporsi
penduduk yang berdiam di daerah perkotaan.
 Urbanisasi baru dapat terjadi apabila laju
pertumbuhan penduduk perkotaan lebih besar
daripada laju pertumbuhan penduduk perdesaan. –
 apabila laju pertumbuhan keduanya sama,
urbanisasi dapat dikatakan tidak terjadi.
 Meskipun demikian, tidak berarti pertumbuhan masing-
masing kota tidak berlangsung, karena pertumbuhan
kota sendiri berlangsung karena dua hal :
 Pertumbuhan alami, sebagai selisih kelahiran dan kematian
 Reklasifikasi dan migrasi.
Urbanisasi, Pertumbuhan Ekonomi
dan Industrialisasi
 Di negara Maju :
Urbanisasi = f (perk. ekonomi) = f (industrialisasi)

 Di negara Sedang Berkembang :


 Urbanisasi tidak selalu berbarengan dengan
industrialisasi (hanya urbanisasi demografis)
 Kecepatan urbanisasi >> negara-negara maju
(Oveurbanization; Psedourbanization)
 Urbanisasi tidak berlangsung merata di semua
ukuran kota, tapi hanya di kota-kota besar
 Fenomena primate city
Peranan Ekonomi Kota
 50 – 60 % GDP digerakkan oleh kegiatan
ekonomi di kawasan perkotaan :
 industri
 perdagangan
 jasa-jasa

 Pertumbuhan kota
 perubahan/pergeseran struktur ekonomi :
 Pertanian/primer  Industri (sekunder)
 Industri  Jasa (tersier)

Kuliah I hal 1 dari 61


PL 2221 Perencanaan Kota
Kecenderungan
Urbanisasi
Global
PROSES URBANISASI
Proses Urbanisasi (1)
Aspek Demografik :
1. Pertumbuhan penduduk perkotaan:
 pertumbuhan alami
 migrasi desa-kota
 migrasi internasional
 perluasan batas administrasi (boundary expansion)
2. Pergeseran dalam hirarki kota-kota (Urban hierarchy)
 Kota besar
 Kota sedang
 Kota kecil
3. Komposisi umur dan gender penduduk perkotaan
4. Perubahan Angkatan kerja
5. Keterkaitan desa-kota : penduduk, komoditas, kapital,
informasi
Proses Urbanisasi (2)

Aspek Ekonomi
 Keterkaitan pertumbuhan ekonomi dengan
urbanisasi :
 pertumbuhan ekonomi (industrialisasi)
 derajat urbanisasi
General Model
of the Urban Phase 1

system’s change

Phase 2

Small
town
TEORI KLASIK/NEO KLASIK URBANISASI
 Teori-teori demografis tentang urbanisasi dan migrasi
 Teori dominan : model faktor pendorong-penarik (kota sebagai
faktor penarik; desa pendorong)
 Sifat : deskriptif-analistis, terbatas pada kerangka demografis.
 Teori-teori mengenai sistem kota
(al. Kajian tentang hirarki kota dan tempat sentral)
 Teori-teori kultural kota
 Fokus al. budaya kemiskinan, petani di perkotaan, kesadaran
sosial dan perubahan citra riang di kota.
 Teori-teori tentang diferensiasi ruang dan sosial serta
segregasi di perkotaan
 Teori-teori neo-dualis
 Teori urbanisasi dependen (Milton Santos)
 Teori ekonomi bazaar / sektor informal (T. McGee)
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju urbanisasi
(Hauser & Gardner, 1982 ) :

 Perubahan teknologi yang lebih pesat di bidang


pertanian
 Kegiatan produksi ekspor terpusat di perkotaan
 Pertumbuhan penduduk alami yang tinggi di perdesaan
 Susunan kelembagaan yang membatasi daya serap
perdesaan
 Layanan pemerintah yang lebih berat pada perkotaan
 Kelembaman (intertia, faktor negatif) yang menahan
penduduk tetap tinggal di perdesaan
 Kebijaksanaan perpindahan penduduk oleh pemerintah
dengan tujuan mengurangi arus penduduk dari
perdesaan ke perkotaan
Dampak Urbanisasi
 Dampak urbanisasi di negara maju berbeda
dibandingkan dengan di negara berkembang.
 Bedanya adalah di negara berkembang secara
fisik kota akan tumbuh menjadi besar dan luas
dengan tingkat teknologi dan kualitas kehidupan
kota yang kurang memadai, misalnya
permukiman miskin (squatter), sarana-
prarasana yang kurang memadai.
 Sebaliknya di negara maju perubahan fisik kota
berkembang dengan permukiman elite di
pinggiran kota yang ditunjang teknologi maju.
 Meskipun di beberapa negara sedang berkembang di
Asia Tenggara nampak adanya korelasi antara
perkembangan ekonomi dan tingkat urbanisasi, tetapi G.
Myrdal (1968) menunjukkan bahwa urbanisasi
merupakan aspek dari kemiskinan.
Kemiskinan sebagai reaksi terhadap kurangnya
perkembangan ekonomi daripada suatu akibat dari
kenaikan pendapat perkapita.

 Dari penelitian yang dilakukan, secara umum yang


mendorong penduduk perdesaan pindah ke kota adalah
kemiskinan, kerusakan lingkungan, dan gangguan
keamanan.
FENOMENA
URBANISASI
Tanggapan terhadap urbanisasi

 Tanggapan negatif :
Munculnya unsur-unsur marginal (PKL, rumah liar,
gepeng), kemacetan lalulintas, pengguran, narkotika,
dsb.

 Tanggapan positif :
Kota sebagai tempat modal, keahlian, daya kreasi, dan
segala fasilitas yang mutlak bagi pembangunan.
Negara sedang berkembang membutuhkan pelabuhan,
bank, pasar, infrastruktur untuk menunjang aktivitas
perdagangan, koleksi, jasa transportasi, industri
pengolahan; semuanya itu kotalah yang melayaninya.
Overurbanisasi
& Urbanisasi Subsisten
 Overurbanisasi
Terlampau besar persentase penduduk secara nasional
atau regional terkonsentrasi di kota-kota yang
menyebabkan perbandingan yang pincang antara
pencari kerja dan lapangan kerja

 Urbanisasi subsisten
Urbanisasi dimana penduk biasa hanya memiliki sedikit
kemungkinan untuk bertahan hidup di lingkungan
perkotaan. Hal ini menunjukkan rendahnya kemakmuran
dan kesejahteraan di kalangan penduduk kota sebagai
akibat dari overurbanisasi ekonomis. (urbanisasi
patologis, urbanisasi disproporsional).
Urbanisasi Global
4 Jenis Transformasi Global
(Perlman, 1993) :

 Rural to Urban
 North to South
 Formal to Informal
 Cities to Mega Cities
Pertumbuhan Perkotaan : Tantangan
dan Implikasinya
 Pertumbuhan kota yang sangat pesat
 Implikasi pertumbuhan kota terhadap kebutuhan
prasarana dan sarana perkotaan
 Mengapa pertumbuhan kota-kota terus berlanjut ?
 Apakah pertumbuhan kota-kota sesuatu yang baik
atau buruk ?
 Dapatkah pertumbuhan perkotaan dikendalikan ?
 Apa dan bagaimana pemerintah melakukan
intervensi dalam pembangunan perkotaan ?

(Devas & Rakodi, 1992)


 Pertumbuhan Kota (Urban Growth)
Perubahan ukuran/besaran perkotaan, baik
ditinjau dari aspek demografis maupun fisik.

 Perkembangan Kota (Urban Development)


Perubahan yang disebabkan kemajuan kinerja
kehidupan, kegiatan usaha dan taraf ekonomi
penduduk
MODEL PERTUMBUHAN KOTA MADRAS (1960)
 Tahun 1960, jumlah penduduk 2 juta jiwa.
Diperkirakan volume barang kebutuhan pokok sebagi
fungsi dari pertumbuhan penduduk.
 Tahun 2000 JP 32 juta, Kota Madras akan :
 Kekurangan air minum
 Mobil harus dihapuskan, sepeda akan lebih tepat
 Pangan harus diproduksi dalam kota itu sendiri
 Pembangunan rumah harus dilakukan secara individual
 Lingkungan hidup akan hancur pada waktu JP 60-80 jt
 Ruang fisik untuk perluasan kota tidak ada lagi
 Kerusuhan antar-suku dan kerusukan politik yang genting
 Keruntuhan dan kekacauan akan tiba sebelum penduduk
mencapai titik stabil dan lpp nol tercapai.
Laquian, 1982
Perkembangan perkotaan
yang sangat pesat

Implikasi pertumbuhan kota :

Kebutuhan prasarana dan sarana


Kegagalan untuk memperluas sistem
penyediaan air minum, sanitasi, perumahan, dan
transportasi
Kemiskinan perkotaan
Mengapa kota-kota terus tumbuh ?
 Pertumbuhan perkotaan yang pesat terutama
disebabkan oleh migrasi (migrasi >> pertumbuhan alami)
 Teori bright lights
(dan cerita city streets paved with gold)
 Motivasi utama migrasi :
 ekonomi : meningkatkan pendapatan
 Pola urbanisasi yang dipengaruhi oleh sistem ekonomi
serta bagaimana suatu negara berinteraksi dengan
ekonomi global
 Kota : memiliki kondisi yang menguntungkan bagi kapital
sehingga mendoronh konsentrasi finansial, kekuatan
komersial dan industrial, serta perluasan pasar yang
dilakukan dengan diseminasi selera konsumen.
Apakah pertumbuhan kota kota-kota
sesuatu yang baik atau buruk ?

 Persepsi umum : buruk !


(kawasan kumuh, dst....)
 Sebaliknya pertumbuhan kota juga
dipandang sebagai simbol kesejahteraan
dan peradaban :
 kota sebagai
engines of economic growth
Pandangan positif
terhadap pertumbuhan kota
 Secara historis kota telah tumbuh sebagai pusat
perdagangan. Adanya konsentrasi berbagai aktivitas
memungkinkan terjadinya spesialisasi dan pertukaran :
proses yang paling esensial dalam pertumbuhan ekonomi
 Perdagangan dan industri berlokasi di kota karena adanya
external economies of scale : terpusatnya tenaga kerja
berkualitas, akses terhadap kapital, ketersediaan informasi,
pelayanan umum, pasar bagi produk yang dihasilkan, serta
sumber input.
 Di banyak negara yang sudah berkembang, pertumbuhan
industri merupakan kunci dari pertumbuhan ekonomi.
(elastisitas permintaan terhadap produk industri karena
peningkatan pendapatan lebih besar dari pada terhadap
produk pertanian, Teori Lewis)
Pandangan negatif
terhadap pertumbuhan kota (1)
 Pertumbuhan kota sangat tidak diinginkan, kota
dipandang sebagai parasit yang mengembil surplus dari
sektor pertanian
 Teori Lipton : kota dikelola untuk mengekstraksi
sebagian besar sumberdaya dari kawasan perdesaan,
dan menghabiskannya pada tingkat konsumsi
perkotaan yang lebih tinggi (meskipun terjadi juga aliran
sebaliknya kota menghasilkan produk sebagai input
untuk pertanian, para migran mengirimkan remiten ke
desanya
 Para anti-urbanist memandang adanya sifat yang sangat
distorsif dari proses urbanisasi di negara-negara sedang
berkembang : ketergantungan yang tinggi terhadap
modal asing, industri yg bersifat capital-intensive dan
diproteksi.
Pandangan negatif
terhadap pertumbuhan kota (2)
 Akibatnya adalah :
 masalah pengangguran dan setengah pengangguran
 besarnya sektor informal,
 kebutuhan makanan yang murah,
 biaya yang makin besar untuk penyediaan perumahan dan
prasarana perkotaan,
 kesenjangan dalam pola pendapatan,
 pemborosan sumberdaya publik pada penyediaan fasilitas
berstandar tinggi bagi elite perkotaan,
 masalah kemacetan yang serius,
 pencemaran dan degradasi lingkungan,
 hilangnya nilai-nilai kultural, spritual dan tradisional dalam ‘urban
melting-pot’
 Proses urbanisasi menjadi masalah di negara-
negara sedang berkembang karena gagalnya
menanggulangi dampaknya :
 kegagalan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
 lahan, permukiman dan prasarana

 Jadi, bukan pertumbuhan perkotaan itu sendiri


yang menjadi masalah, tapi :
Laju pertumbuhan yang pesat di luar
kapasitas institusional, administratif dan
finansial untuk menanggulanginya.
Dinamika
pertumbuhan perkotaan
 Dinamika ekonomi: proksimitas, simpul
informasi dan pusat kreativitas
 Dinamika sosial: keragaman fasilitas
sosial, relasi sosial, masalah sosial
 Dinamika budaya; produksi, konsumsi
 Dinamika politik: pemerintah kota, warga
kota
Impilikasi Pertumbuhan Kota
 Masalah Perkotaan (overview)
1. Excesive size
2. Overcrowding
3. Shortage of urban services
4. Slums and squatter settlements
5. Traffic congestion
6. Lack of social responsibility
7. Unemployment & underemployment
8. Racial & social issues
9. Westernization vs modernization
10. Environmental degradation
11. Urban expansion and loss of agricultural land
12. Administrative organization
Masalah Perkotaan
(Kongres Metropolis Sedunia, 1990)
1. Pertumbuhan penduduk perkotaan yang tidak terkendali
2. Perumahan rakyat dan sarana fisik dan sosial yang
semakin tidak memadai
3. Lingkungan hidup dan kesehatan yang semakin
merosot
4. Ekonomi kota dan kesempatan kerja yang makin tidak
seimbang
5. Lalulintas dan transportasi
6. Organisasi dan manajemen perkotaan yang makin tidak
mampu
Dapatkah pertumbuhan perkotaan
dikendalikan ?
 Banyak pemerintah berpandangan mereka
membutuhkan untuk mengendalikan proses
pertumbuhan perkotaan.
 Mereka mengadopsi kebijakan-kebijakan spesifik,
dan sebagian besar berhasil.
 Kebijakan yang dapat diarahkan untuk mempengaruhi
pola distribusi penduduk (UN, 1988) :
 pengendalian lokasi industri
 insentif pinjaman dan perpajakan bagi investasi di kawasan
perdesaan
 subsidi kesempatan kerja
 pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru
Apa dan bagaimana pemerintah melakukan
intervensi dalam pembangunan perkotaan ?
 Intervensi pemerintah:
 langsung (sistem perencanaan dan manajemen kota)
 tidak langsung (intervensi terhadap sistem ekonomi yang lebih
luas yang mempengaruhi pembangunan kota)
 Pertimbangan esensial perlunya intevensi pemerintah :
 kegagalan mekanisme pasar untuk
memberikan suatu hasil yang memuaskan
masyarakat secara keseluruhan
 Alasannya :
 pasar tidak bersifat kompetitif, sehingga kekuatan pasar berada
pada segelintir orang
 adanya eksternalitas (negatif dan positif)
 kesenjangan dalam distribusi pendapatan/kesejahteraan
Urbanisasi & Pertumbuhan Perkotaan
di Indonesia

 Pertumbuhan Penduduk Perkotaan


 Kecenderungan Pertumbuhan
Kota/Perkotaan
 Eksternal
 Internal

 Dampak Pertumbuhan Perkotaan


PERTUMBUHAN PENDUDUK PERKOTAAN
DI INDONESIA

Tahun Jumlah Penduduk Persentase Penduduk


Perkotaan Perkotaan
(Juta Jiwa)
1971 20,5 17
1980 32,8 22
1990 55,4 31
1993 65,9 35
1998 84,4 41
2000 85 42
2010 118,3 49,8
 Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
(1980 – 1990)
 Perkotaan : 5,5 % / tahun
 Perdesaan : 0,8 % / tahun
 Indonesia : 2,0 % / tahun

 Berarti :
 Setiap tahun penduduk perkotaan bertambah dengan
3,5 juta orang (sebesar Surabaya)
 Setiap tahun kawasan terbangun/perkotaan
bertambah 30.000 Ha (hampir 2 kali Kota Bandung)
Persentase Penduduk Perkotaan Provinsi di
Indonesia Tahun 2010
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Lampung
Papua
Maluku Utara
Sulawesi Tenggara
Aceh
Papua Barat
Kalimantan Barat
Jambi
Bengkulu
Kalimantan Tengah
Gorontalo
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Maluku
Sumatera Barat
Riau
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Jawa Tengah
Jawa Timur
Sumatera Utara
Kepulauan Riau
Kep. Bangka Belitung
Indonesia
Bali
Kalimantan Timur
Jawa Barat
DI Yogyakarta
Banten
DKI Jakarta
- 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0
PENDUDUK PERKOTAAN MENURUT PULAU, 2010
Perkotaan Perdesaan
Provinsi (Jiwa) % (Jiwa) % Total
DKI Jakarta 9,607,787 100.00 0 0.00 9,607,787
Jawa Barat 28,282,915 65.69 14,770,817 34.31 43,053,732
Jawa Tengah 14,805,038 45.72 17,577,619 54.28 32,382,657
DI Yogyakarta 2,297,261 66.44 1,160,230 33.56 3,457,491
Jawa Timur 17,832,733 47.58 19,644,024 52.42 37,476,757
Banten 7,124,120 67.01 3,508,046 32.99 10,632,166
JAWA 79,949,854 58.52 56,660,736 41.48 136,610,590

BALI-NUSA
5,126,352 39.21 7,948,444 60.79 13,074,796
TENGGARA
SUMATERA 19,787,628 39.08 30,843,303 60.92 50,630,931
KALIMANTAN 5,799,291 42.06 7,988,540 57.94 13,787,831
SULAWESI 5,843,103 33.64 11,528,679 66.36 17,371,782
MALUKU-PAPUA 1,814,028 29.42 4,351,368 70.58 6,165,396
LUAR JAWA 38,370,402 37.98 62,660,334 62.02 101,030,736
INDONESIA 118,320,256 49.79 119,321,070 50.21 237,641,326
Kondisi Umum Sistem Kota-kota di
Indonesia Pola urbanisasi dan
aktivitas perkotaan di
Indonesia:
 Kota-kota dan kawasan
perkotaan masih sangat
terpusat di pulau Jawa-Bali dan
Sumatera serta Sulawesi Selatan
 Pulau Jawa diperkirakan akan
menjadi “pulau-kota” (padahal
Kondisi umum kota-kota di Indonesia: juga merupakan pulau yang
paling subur untuk pertanian)
 Kota-kota metropolitan dan besar Bahkan di kawasan tersebut di
menghadapi tekanan penduduk yang tinggi dan atas, dominasi Jabodetabek
memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan sangat menonjol
papan, sarana dan prasarana  Kota-kota besar—dengan bbrp
 Kota-kota kecil dan sedang umumnya memiliki pengecualian—umumnya berada
sarana dan prasarana yang sederhana. Sanitasi di sepanjang pantai Laut Jawa
umumnya buruk dan Selat Malaka (awalnya
berorientasi laut, walau sekarang
lebih berorientasi in-land)
Distribusi Spasial
Penduduk Perkotaan di Indonesia

% Penduduk Perkotaan
Ukuran Kota 1980 1990
Kota Raya, > 1 Juta 34 42
Kota Besar, 500.000 – 1 Juta 11 8
Kota Sedang, 100.000 – 23 23
500.000
Kota Kecil, < 100.000 32 27
Kecenderungan
Pertumbuhan Kota di Indonesia (1)
Eksternal (perkembangan wilayah)
 Pergeseran kegiatan manufaktur dan industri dari
wilayah kota
 Berkembangnya permukiman skala besar sebagai kota
baru di dalam kota dan di wilayah sekitar kota
 Perkembangan kota-kota kecil dan menengah di wilayah
metropolitan
 Peningkatan kebutuhan akan prasarana dan sarama
perhubungan untuk memenuhi kebutuhan mobilitas
penduduk dan produk
 Beberapa kota besar berkembang menjadi pusat
kegiatan yang bersifat global
Kecenderungan
Pertumbuhan Kota di Indonesia (2)
Internal :
 Berkembangnya fungsi kota dalam sector kegiatan jasa
local, regional dan internasional
 Pergeseran pusat-pusat permukiman di dalam kota
 Efesiensi pemanfaatan lahan kota yang nilai dan
harganya semakin meningkat menyebabkan
berkembangnya pemanfaatan lahan yang sangat intensif
 Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan
ekonomi menuntut dikembangkannya prasarana
perhubungan dan utilitas umum dengan teknologi
pembangunan kota yang maju
 Sektor informal dan permukiman penduduk berpendapat
rendah masih terdapat di dalam kota besar.
STADIA PERTUMBUHAN KOTA BANDUNG

1885

1906

1942
1917

2000
1985
Dampak Pertumbuhan Perkotaan
 Peningkatan kebutuhan lahan ( urban sprawl)
 Peningkatan kebutuhan sarana – prasarana
perkotaan
 Perubahan pola penggunaan lahan
 Terlampauinya daya dukung lingkungan
 Perkembangan teknologi pembangunan kota
 Pemanfaatan berbagai sumberdaya alam
secara berlebihan.
Dampak Perkembangan Fisik Kota

 Kewenangan hukum daerah untuk mengatasi tata ruang


yang sangat luas
 Sumber pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan sarana
kota
 Pembangunan sarana kota untuk menjawab kebutuhan
perumahan, pengangkutan dan sarana sosial
 Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kota untuk
mengatasi masalah yang berlangsung dalam
masyarakat.
Rahardjo, 1985
Kemacetan Lalulintas
Kota-kota
metropolitan,
tumbuh secara
ekspansif
Urban expansion and loss of agricultural land
Alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis :
Dampak pengembangan kawasan permukiman di
pinggiran kota
Gambaran dualisme kota
di negara berkembang :
Pencakar langit vs.
Permukiman kumuh
di Jakarta
Pertumbuhan kota vs Perencanaan Kota

 Perencanaan kota merupakan intervensi


terhadap kecenderungan pertumbuhan
kota
 Perencanaan kota : lebih bersifat
antisipatif dari pada reaktif terhadap
masalah perkotaan

Kuliah I hal 61 dari 61


PL 2221 Perencanaan Kota

Anda mungkin juga menyukai