KULIAH 3
PL 3111 PERENCANAAN KOTA
POKOK BAHASAN
1. Urbanisasi : Definisi, Konsep dan
Kecenderungannya
2. Pertumbuhan Perkotaan: Tantangan dan
Implikasinya
3. Urbanisasi dan Pertumbuhan Perkotaan
di Indonesia
Urbanisasi : Definisi, Konsep
dan Kecenderungannya
Pertumbuhan kota
perubahan/pergeseran struktur ekonomi :
Pertanian/primer Industri (sekunder)
Industri Jasa (tersier)
Aspek Ekonomi
Keterkaitan pertumbuhan ekonomi dengan
urbanisasi :
pertumbuhan ekonomi (industrialisasi)
derajat urbanisasi
General Model
of the Urban Phase 1
system’s change
Phase 2
Small
town
TEORI KLASIK/NEO KLASIK URBANISASI
Teori-teori demografis tentang urbanisasi dan migrasi
Teori dominan : model faktor pendorong-penarik (kota sebagai
faktor penarik; desa pendorong)
Sifat : deskriptif-analistis, terbatas pada kerangka demografis.
Teori-teori mengenai sistem kota
(al. Kajian tentang hirarki kota dan tempat sentral)
Teori-teori kultural kota
Fokus al. budaya kemiskinan, petani di perkotaan, kesadaran
sosial dan perubahan citra riang di kota.
Teori-teori tentang diferensiasi ruang dan sosial serta
segregasi di perkotaan
Teori-teori neo-dualis
Teori urbanisasi dependen (Milton Santos)
Teori ekonomi bazaar / sektor informal (T. McGee)
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju urbanisasi
(Hauser & Gardner, 1982 ) :
Tanggapan negatif :
Munculnya unsur-unsur marginal (PKL, rumah liar,
gepeng), kemacetan lalulintas, pengguran, narkotika,
dsb.
Tanggapan positif :
Kota sebagai tempat modal, keahlian, daya kreasi, dan
segala fasilitas yang mutlak bagi pembangunan.
Negara sedang berkembang membutuhkan pelabuhan,
bank, pasar, infrastruktur untuk menunjang aktivitas
perdagangan, koleksi, jasa transportasi, industri
pengolahan; semuanya itu kotalah yang melayaninya.
Overurbanisasi
& Urbanisasi Subsisten
Overurbanisasi
Terlampau besar persentase penduduk secara nasional
atau regional terkonsentrasi di kota-kota yang
menyebabkan perbandingan yang pincang antara
pencari kerja dan lapangan kerja
Urbanisasi subsisten
Urbanisasi dimana penduk biasa hanya memiliki sedikit
kemungkinan untuk bertahan hidup di lingkungan
perkotaan. Hal ini menunjukkan rendahnya kemakmuran
dan kesejahteraan di kalangan penduduk kota sebagai
akibat dari overurbanisasi ekonomis. (urbanisasi
patologis, urbanisasi disproporsional).
Urbanisasi Global
4 Jenis Transformasi Global
(Perlman, 1993) :
Rural to Urban
North to South
Formal to Informal
Cities to Mega Cities
Pertumbuhan Perkotaan : Tantangan
dan Implikasinya
Pertumbuhan kota yang sangat pesat
Implikasi pertumbuhan kota terhadap kebutuhan
prasarana dan sarana perkotaan
Mengapa pertumbuhan kota-kota terus berlanjut ?
Apakah pertumbuhan kota-kota sesuatu yang baik
atau buruk ?
Dapatkah pertumbuhan perkotaan dikendalikan ?
Apa dan bagaimana pemerintah melakukan
intervensi dalam pembangunan perkotaan ?
Berarti :
Setiap tahun penduduk perkotaan bertambah dengan
3,5 juta orang (sebesar Surabaya)
Setiap tahun kawasan terbangun/perkotaan
bertambah 30.000 Ha (hampir 2 kali Kota Bandung)
Persentase Penduduk Perkotaan Provinsi di
Indonesia Tahun 2010
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Lampung
Papua
Maluku Utara
Sulawesi Tenggara
Aceh
Papua Barat
Kalimantan Barat
Jambi
Bengkulu
Kalimantan Tengah
Gorontalo
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Maluku
Sumatera Barat
Riau
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Jawa Tengah
Jawa Timur
Sumatera Utara
Kepulauan Riau
Kep. Bangka Belitung
Indonesia
Bali
Kalimantan Timur
Jawa Barat
DI Yogyakarta
Banten
DKI Jakarta
- 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0
PENDUDUK PERKOTAAN MENURUT PULAU, 2010
Perkotaan Perdesaan
Provinsi (Jiwa) % (Jiwa) % Total
DKI Jakarta 9,607,787 100.00 0 0.00 9,607,787
Jawa Barat 28,282,915 65.69 14,770,817 34.31 43,053,732
Jawa Tengah 14,805,038 45.72 17,577,619 54.28 32,382,657
DI Yogyakarta 2,297,261 66.44 1,160,230 33.56 3,457,491
Jawa Timur 17,832,733 47.58 19,644,024 52.42 37,476,757
Banten 7,124,120 67.01 3,508,046 32.99 10,632,166
JAWA 79,949,854 58.52 56,660,736 41.48 136,610,590
BALI-NUSA
5,126,352 39.21 7,948,444 60.79 13,074,796
TENGGARA
SUMATERA 19,787,628 39.08 30,843,303 60.92 50,630,931
KALIMANTAN 5,799,291 42.06 7,988,540 57.94 13,787,831
SULAWESI 5,843,103 33.64 11,528,679 66.36 17,371,782
MALUKU-PAPUA 1,814,028 29.42 4,351,368 70.58 6,165,396
LUAR JAWA 38,370,402 37.98 62,660,334 62.02 101,030,736
INDONESIA 118,320,256 49.79 119,321,070 50.21 237,641,326
Kondisi Umum Sistem Kota-kota di
Indonesia Pola urbanisasi dan
aktivitas perkotaan di
Indonesia:
Kota-kota dan kawasan
perkotaan masih sangat
terpusat di pulau Jawa-Bali dan
Sumatera serta Sulawesi Selatan
Pulau Jawa diperkirakan akan
menjadi “pulau-kota” (padahal
Kondisi umum kota-kota di Indonesia: juga merupakan pulau yang
paling subur untuk pertanian)
Kota-kota metropolitan dan besar Bahkan di kawasan tersebut di
menghadapi tekanan penduduk yang tinggi dan atas, dominasi Jabodetabek
memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan sangat menonjol
papan, sarana dan prasarana Kota-kota besar—dengan bbrp
Kota-kota kecil dan sedang umumnya memiliki pengecualian—umumnya berada
sarana dan prasarana yang sederhana. Sanitasi di sepanjang pantai Laut Jawa
umumnya buruk dan Selat Malaka (awalnya
berorientasi laut, walau sekarang
lebih berorientasi in-land)
Distribusi Spasial
Penduduk Perkotaan di Indonesia
% Penduduk Perkotaan
Ukuran Kota 1980 1990
Kota Raya, > 1 Juta 34 42
Kota Besar, 500.000 – 1 Juta 11 8
Kota Sedang, 100.000 – 23 23
500.000
Kota Kecil, < 100.000 32 27
Kecenderungan
Pertumbuhan Kota di Indonesia (1)
Eksternal (perkembangan wilayah)
Pergeseran kegiatan manufaktur dan industri dari
wilayah kota
Berkembangnya permukiman skala besar sebagai kota
baru di dalam kota dan di wilayah sekitar kota
Perkembangan kota-kota kecil dan menengah di wilayah
metropolitan
Peningkatan kebutuhan akan prasarana dan sarama
perhubungan untuk memenuhi kebutuhan mobilitas
penduduk dan produk
Beberapa kota besar berkembang menjadi pusat
kegiatan yang bersifat global
Kecenderungan
Pertumbuhan Kota di Indonesia (2)
Internal :
Berkembangnya fungsi kota dalam sector kegiatan jasa
local, regional dan internasional
Pergeseran pusat-pusat permukiman di dalam kota
Efesiensi pemanfaatan lahan kota yang nilai dan
harganya semakin meningkat menyebabkan
berkembangnya pemanfaatan lahan yang sangat intensif
Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan
ekonomi menuntut dikembangkannya prasarana
perhubungan dan utilitas umum dengan teknologi
pembangunan kota yang maju
Sektor informal dan permukiman penduduk berpendapat
rendah masih terdapat di dalam kota besar.
STADIA PERTUMBUHAN KOTA BANDUNG
1885
1906
1942
1917
2000
1985
Dampak Pertumbuhan Perkotaan
Peningkatan kebutuhan lahan ( urban sprawl)
Peningkatan kebutuhan sarana – prasarana
perkotaan
Perubahan pola penggunaan lahan
Terlampauinya daya dukung lingkungan
Perkembangan teknologi pembangunan kota
Pemanfaatan berbagai sumberdaya alam
secara berlebihan.
Dampak Perkembangan Fisik Kota