Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GEOGRAFI DESA DAN KOTA

‘’Perkembangan Kota Abad 21 dan Permasalahannya”


Dosen Pengampu: Drs. Mbina Pinem, M. Si

susun oleh:
KELOMPOK 5

M. Alam Syahputra
Desandra N. A Siallagan
Heri Agustino Simanjuntak

KELAS C

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya makalah yang berjudul Perkembangan Kota Abad
21 dan Permasalahannya dapat kami selesaikan tepat pada waktunya untuk
memenuhi tugas mata kuliah Geografi Desa dan Kota.

Sesuai dengan judul makalah ini, penulis mengaharapkan makalah ini dapat
memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa/ mahasiswi. Seperti lazimnya
sebuah makalah, tentunya makalah ini tidak luput dari kekurangan. Mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.

Medan, September 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan  Masalah..............................................................................................2

C. Tujuan Penelitian................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Definisi dan Konsep Perkembangan Kota..........................................................3

B. Permasalahan dari Perkembangan Kota.............................................................7

BAB III........................................................................................................................10

PENUTUP...................................................................................................................10

A. KESIMPULAN................................................................................................10

B. SARAN.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota bukanlah lingkungan buatan manusia yang dibangun dalam waktu


singkat, tetapi merupakan lingkungan yang dibentuk dalam waktu yang relative
panjang. Kondisi wilayah perkotaan sekarang ini merupakan akumulasi dari setiap
tahap perkembangan yang terjadi sebelumnya dan dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor (politik, ekonomi dan sosial budaya). Dapat pula dikatakan bahwa
kota merupakan sebuah artefak urban yang kolektif dan pada proses
pembentukannya mengakar dalam budaya masyarakat. Pada ruang-ruang kota
tersebut tercipta lingkungan fisik, sebagai tempat warga kota beraktivitas, dalam
bentuk yang sangat kompleks. Berbagai kepentingan, kesibukan dan kehangatan
bergelut di dalamnya. Keramaian penduduknya bukan saja karena banyaknya
jumlah orang yang menghuninya dan lalu lintas yang hiruk pikuk, melainkan juga
karena irama pertumbuhan kota itu sendiri. Keramaian itu merupakan gejala
terjalinnya sekian banyak kebutuhan dan peranan yang terdapat di dalamnya.
Kota adalah daerah yang menjadi pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi,
dan kebudayaan. Pada umumnya kota mempunyai cirri-ciri banyaknya fasilitas
umum yang tersedia (seperti pertokoan, rumah sakit dan sekolah). Selain itu,
lapangan pekerjaan di kota lebih beragam dibandingkan dengan di desa. Pada
umumnya para pekerja membentuk organisasi berdasarkan pekerjaan atau profesi.
Beberapa organisasi dibentuk berdasarkan kesamaan kepentingan dan gaya hidup
seperti, organisasi dokter, organisasi pencinta buku, atau organisasi olah raga.
Dalam kehidupannya, penduduk kota memerlukan banyak pelayanan seperti
listrik, air, sanitasi, telepon dan angkutan umum. Oleh sebab itu, kota memerlukan
pengelolaan, pengaturan dan penanganan yang matang agar semua kegiatan
berlangsung dengan baik.

1
B. Rumusan  Masalah

1. Apa Definisi dan konsep perkembangan kota ?


2. Apa saja permasalah dari perkembangan kota ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui definisi dan konsep perkembangan kota.


2. Untuk mengetahui permasalahan dari perkembangan kota.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Konsep Perkembangan Kota

Menurut Marbun (1992), kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah


penduduk relatif besar, tempat kerja penduduk yang intensitasnya tinggi serta
merupakan tempat pelayanan umum. Kegiatan ekonomi merupakan hal yang
penting bagi suatu kota karena merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan
berkembang (Jayadinata, 1992:110). Kedudukan aktifitas ekonomi sangat penting
sehingga seringkali menjadi basis perkembangan sebuah kota. Adanya berbagai
kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan menjadi potensi perkembangan kawasan
tersebut pada masa berikutnya.

Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai


suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam
masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial
budaya, maupun perubahan fisik (Hendarto, 1997).

Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan


proses berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian
secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi
yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi
berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan
kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat
pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari
primer kesekunder atau tersier. Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa

3
peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang
bersangkutan (Hendarto, 1997).

Pada umumya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi


perkembangan kota, yaitu:

 Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan penduduk baik disebabkan


karena pertambahan alami maupun karena migrasi.
 Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat
 Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara
masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.

Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan dan


kebijakan ekonomi. Hal ini disebabkan karena perkembangan kota pada dasarnya
adalah wujud fisik perkembangan ekonomi (Firman, 1996). Kegiatan sekunder
dan tersier seperti manufaktur dan jasa-jasa cenderung untuk berlokasi di kota-
kota karena faktor “urbanization economics” yang diartikan sebagai kekuatan
yang mendorong kegiatan usaha untuk berlokasi di kota sebagai pusat pasar,
tenaga kerja ahli, dan sebagainya.

Perkembangan kota menurut Raharjo dalam Widyaningsih (2001),


bermakna perubahan yang dialami oleh daerah perkotaan pada aspek-aspek
kehidupan dan penghidupan kota tersebut, dari tidak ada menjadi ada, dari sedikit
menjadi banyak, dari kecil menjadi besar, dari ketersediaan lahan yang luas
menjadi terbatas, dari penggunaan ruang yang sedikit menjadi teraglomerasi
secara luas, dan seterusnya.

Dikatakan oleh Beatley dan Manning (1997) bahwa penyebab


perkembangan suatu kota tidak disebabkan oleh satu hal saja melainkan oleh
berbagai hal yang saling berkaitan seperti hubungan antara kekuatan politik dan
pasar, kebutuhan politik, serta faktor-faktor sosial budaya.

4
Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai
perkembangan kota yang paling populer dalam menjelaskan perkembangan kota-
kota. Menurut teori central place seperti yang dikemukakan oleh Christaller
(Daldjoeni, 1992), suatu kota berkembang sebagai akibat dari fungsinya dalam
menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya. Teori Urban Base juga
menganggap bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam
menyediakan barang kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batas-
batas kota tersebut. Menurut teori ini, perkembangan ekspor akan secara langsung
mengembangkan pendapatan kota. Disamping itu, hal tersebut akan
menimbulkan pula perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan
mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor
yang selanjutnya akan mendorong pertambahan pendapatan kota lebih lanjut
(Hendarto, 1997).

Kota bukanlah lingkungan buatan manusia yang dibangun dalam waktu


singkat, tetapi merupakan lingkungan yang dibentuk dalam waktu yang relative
panjang. Kondisi wilayah perkotaan sekarang ini merupakan akumulasi dari setiap
tahap perkembangan yang terjadi sebelumnya dan dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor (politik, ekonomi dan sosial budaya). Dapat pula dikatakan bahwa
kota merupakan sebuah artefak urban yang kolektif dan pada proses
pembentukannya mengakar dalam budaya masyarakat. Pada ruang-ruang kota
tersebut tercipta lingkungan fisik, sebagai tempat warga kota beraktivitas, dalam
bentuk yang sangat kompleks. Berbagai kepentingan, kesibukan dan kehangatan
bergelut di dalamnya. Keramaian penduduknya bukan saja karena banyaknya
jumlah orang yang menghuninya dan lalu lintas yang hiruk pikuk, melainkan juga
karena irama pertumbuhan kota itu sendiri. Keramaian itu merupakan gejala
terjalinnya sekian banyak kebutuhan dan peranan yang terdapat di dalamnya.

Kota adalah daerah yang menjadi pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi,


dan kebudayaan. Pada umumnya kota mempunyai cirri-ciri banyaknya fasilitas
umum yang tersedia (seperti pertokoan, rumah sakit dan sekolah). Selain itu,
lapangan pekerjaan di kota lebih beragam dibandingkan dengan di desa. Pada

5
umumnya para pekerja membentuk organisasi berdasarkan pekerjaan atau profesi.
Beberapa organisasi dibentuk berdasarkan kesamaan kepentingan dan gaya hidup
seperti, organisasi dokter, organisasi pencinta buku, atau organisasi olah raga.
Dalam kehidupannya, penduduk kota memerlukan banyak pelayanan seperti
listrik, air, sanitasi, telepon dan angkutan umum. Oleh sebab itu, kota memerlukan
pengelolaan, pengaturan dan penanganan yang matang agar semua kegiatan
berlangsung dengan baik.

Urbanisasi merupakan salah satu factor pemicu perkembangan kota.


Terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai
factor, baik factor penarik maupun pendorong. Perkembangan industri dan
perdagangan di kota merupakan factor penarik yang menyebabkan banyak orang
untuk mendatanginya. Keinginan mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk
mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya urbanisasi.
Namun sering keinginan tersebut tidak diikuti dengan keterampilan yang
memadai, sehingga mereka tidak diterima di sector formal yang menuntut
keahlian tertentu. Pendidikan yang mereka andalkan tidak cukup untuk memasuki
sector formal yang menuntut keahlian tertentu di perkotaan. Akibatnya mereka
hanya bisa memasuki sector-sektor informal seperti berdagang dsb.

Berbagai fasilitas dan “kemudahan” untuk mendapatkan uang serta status


sosial juga merupakan daya tarik tersenidiri. Selain itu juga sarana dan prasarana
pendidikan dan rekreasi yang tersedia di kota juga mempunyai daya tarik yang tak
kalah pentingnya. Sementara itu, pengaruh media massa dengan segala bentuk
pesan yang ditawarkan dan memamerkan pola kehidupan moderen kota, semakin
menarik orang untuk mendatangi kota untuk mengadu nasib dan peruntungan.

Sementara faktor pendorong yang menyebabkan orang datang ke kota


disebabkan oleh berbagai fasilitas untuk hidup dan lembaga pendidikan di desa
kurang memadai. Sempitnya lapangan pekerjaan di desa juga menyebabkan orang
mencari pekerjaan di kota. Lapangan pekerjaan yang tersedia di desa sangat
terbatas, kebanyakan berada di sektor pertanian dan upah yang kurang memadai.

6
Bagi generasi muda, bekerja menjadi petani atau buruh tani yang berpanas- panas
dan bermandikan lumpur, kotor dan bau merupakan pekerjaan yang dianggap
kurang menarik dan tidak bergengsi. Pada umumnya mereka lebih suka memilih
pekerjaan di sektor-sektor formal sebagai pegawai, baik di pabrik maupun
perkantoran yang dianggap lebih bersih, bergengsi dan menjanjikan kehidupan
yang lebih baik.

B. Permasalahan dari Perkembangan Kota

Menurut data dari United Nations (2014), saat ini sekitar 54% dari total
jumlah penduduk bumi bertempat tinggal di perkotaan. Jumlah ini diperkirakan
akan terus meningkat hingga mencapai sekitar 66% pada tahun 2050. Dari jumlah
tersebut, negara-negara Asia akan menjadi tempat tinggal bagi sekitar 53%
populasi penduduk perkotaan di dunia. Terlepas dari fakta yang menunjukkan
bahwa tingkat urbanisasi di negara-negara Asia masih relatif lebih rendah
dibandingkan negara-negara di belahan bumi lainnya, misalnya Afrika, sejumlah
kota besar di negara-negara Asia akan muncul sebagai kota raksasa (megacities).
Beberapa kota di negara Asia, seperti Tokyo, New Delhi, Shanghai, dan Mumbai
telah memiliki populasi melebihi sepuluh juta jiwa. Adapun kota-kota lainnya,
seperti Manila dan Jakarta, juga tengah dalam proses untuk tumbuh menjadi kota
raksasa.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk perkotaan, negara-negara di dunia


akan menghadapi sejumlah tantangan di dalam penyediaan kebutuhan
penduduknya, termasuk kebutuhan terhadap perumahan, infrastruktur,
transportasi, energi, pelayanan kesehatan dan pendidikan, dan lapangan pekerjaan.
Kebutuhan akan ruang di perkotaan tentunya juga akan mengalami peningkatan.
Di negara maju, fakta ini telah mendorong munculnya sejumlah konsep
pembangunan perkotaan yang menekankan pada efisiensi penggunaan ruang dan
energi di perkotaan.

Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi di kota menimbulkan berbagai


masalah social. Persoalan yang sering muncul adalah banyaknya perkampungan

7
kumuh dan perumahan liar di pinggir-pinggir kota. Masalah tersebut disebabkan
antara lain oleh ketidak-mampuan masyarakat miskin untuk memiliki rumah yang
layak huni. Penyebab lainnya adalah ketidak-mampuan pemerintah kota untuk
menyediakan sarana bagi masyarakat miskin.

Masalah lain yang dihadapi oleh penduduk di kota adalah lapangan kerja
yang semakin sempit. Masalah ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk
yang begitu cepat, dibandingkan dengan peningkatan jumlah lapangan kerja.
Dampak dari masalah ini adalah peningkatan tindak criminal. Lapangan kerja
yang semakin sempit menyebabkan persaingan kerja yang ketat. Bagi orang-orang
yang tidak mampu bersaing dalam pekerjaan di sector formal, mereka akan
mencari pekerjaan di sector informal, seperti berdagang kali lima atau pedagang
asongan.

Beberapa permasalahan lain yang timbul akibat dari perkembangan kota


antara lain :

 Kesenjangan yang Semakin Besar: Sama halnya dengan Lagos, banyak


kota tengah berjuang melawan kesenjangan, penyediaan layanan yang tidak
memadai dan kapasitas kota yang tidak lagi memadai. Perluasan wilayah yang
tidak terkelola justru semakin memperburuk keadaan ini. Alhasil, keluarga
berpenghasilan rendah pindah ke pinggiran kota untuk mencari perumahan yang
terjangkau. Walaupun semakin jauh dari pusat kota, kehidupan keluarga
berpenghasilan rendah ini justru akan semakin sulit. Keluarga di pinggiran kota
harus menghabiskan uang dua kali lebih banyak dan waktu tempuh tiga kali lipat
lebih lama menuju kantor, sekolah dan tempat hiburan di pusat kota. Semakin luas
kota ini bertumbuh, dinas layanan kota semakin kesulitan menyediakan air,
layanan sanitasi dan listrik. Hingga akhirnya penduduk harus bergantung pada
layanan informal—seperti truk air pribadi dan pengepul sampah dengan biaya 30
kali lebih mahal dari dinas layanan kota—atau terpaksa hidup tanpa ketiga
layanan mendasar tersebut, yang kemudian berdampak terhadap kesehatan serta
kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Hanya penduduk berada yang mampu
menjangkau biaya layanan yang tinggi tersebut, sehingga banyak penduduk
perkotaan hidup tanpa layanan yang memadai. Pola pertumbuhan tanpa

8
pengelolaan yang jelas ini memiliki efek jangka panjang terhadap akses kepada
peluang, produktivitas dan kualitas hidup.
 Tekanan Ekonomi di Seluruh Kota: Penelitian menunjukkan bahwa jika
kota tumbuh secara horizontal, kepadatan populasi akan menurun namun biaya
layanan publik meningkat. Pada kota-kota di India dan Afrika, sarana seperti jalan
beraspal, drainase dan air leding menurun drastis begitu mencapai 5 kilometer dari
pusat kota. Investasi untuk infrastruktur baru dan biaya sosial untuk menutupi
defisit ini akan terus meningkat seiring bertambahnya perluasan wilayah
perkotaan. Perluasan kota juga turut menambah kemacetan, polusi serta waktu
tempuh. Udara kotor, yang sebagian besar disebabkan oleh penggunaan mobil
pribadi dan truk secara berlebih, mengakibatkan biaya sosial dan ekonomi
membengkak, seperti dampak kesehatan dan kerusakan panen. Di Chengdu,
Tiongkok, kerugian ekonomi yang disebabkan oleh polusi udara terkait
transportasi mencapai US$3 miliar di tahun 2013.
 Masalah Lingkungan Hidup: Secara global, tingkat pertumbuhan
wilayah perkotaan jauh melampaui pertumbuhan populasi. Namun biasanya, hal
ini tercapai dengan mengorbankan lahan pertanian utama, ekosistem dan
keanekaragaman hayati, yang memengaruhi produksi pangan dan ketahanan
iklim. Saat ini, beberapa wilayah perkotaan dengan pertumbuhan paling pesat
berada di wilayah pesisir dataran rendah, dataran banjir, titik-titik
keanekaragaman hayati dan wilayah dengan tekanan air yang tinggi. Pertumbuhan
tidak terkendali pada ekosistem-ekosistem sensitif di atas dapat semakin
membebani sumber daya alam dan menyebabkan bencana banjir di sejumlah kota
di Asia Selatan saat musim hujan datang. Penggalian sumur tidak resmi di kota-
kota seperti Mexico City, Bangalore dan Jakarta, yang tumbuh pesat secara
horizontal dengan air leding yang terbatas dan tekanan air yang tinggi, dapat
menyebabkan seluruh kota terendam banjir. Khusus di Jakarta, kondisi ini sangat
meresahkan. Menurut para ahli, berdasarkan perhitungan kenaikan permukaan air
laut, Jakarta hanya memiliki waktu satu dekade untuk menghentikan kondisi ini,
sebelum akhirnya jutaan rumah tenggelam.

9
.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai


suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam
masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial
budaya, maupun perubahan fisik (Hendarto, 1997).

Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan


proses berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian
secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi
yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi
berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan
kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat
pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari
primer kesekunder atau tersier. Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa
peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang
bersangkutan (Hendarto, 1997).

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan


makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan senantiasa penyusunan nanti dalam upaya evaluasi.
Penulis berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaannya penulisan dan
penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang bermanfaat atau bahkan
hikmah dari penulis, pembaca, dan bagi seluruh Universitas Negeri Medan.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Suryo, Djoko, “Kota dan Dinamika Kebudayaan”, Makalah yang disampaikan


dalam Konferensi Nasional Sejarah di Jakarta, November 2006.

Santoso, Jo, Menyiasati Kota Tanpa Warga, Jakarta: KPG, 2006

Yunus, Hadi Sabari, Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar, 2005

https://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/definisi-dan-konsep
perkembangan-kota.html diakses pada selasa 28 September 2021 Pukul
20.20

13

Anda mungkin juga menyukai