susun oleh:
KELOMPOK 5
M. Alam Syahputra
Desandra N. A Siallagan
Heri Agustino Simanjuntak
KELAS C
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya makalah yang berjudul Perkembangan Kota Abad
21 dan Permasalahannya dapat kami selesaikan tepat pada waktunya untuk
memenuhi tugas mata kuliah Geografi Desa dan Kota.
Sesuai dengan judul makalah ini, penulis mengaharapkan makalah ini dapat
memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa/ mahasiswi. Seperti lazimnya
sebuah makalah, tentunya makalah ini tidak luput dari kekurangan. Mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
BAB III........................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................10
A. KESIMPULAN................................................................................................10
B. SARAN.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang
bersangkutan (Hendarto, 1997).
4
Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai
perkembangan kota yang paling populer dalam menjelaskan perkembangan kota-
kota. Menurut teori central place seperti yang dikemukakan oleh Christaller
(Daldjoeni, 1992), suatu kota berkembang sebagai akibat dari fungsinya dalam
menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya. Teori Urban Base juga
menganggap bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam
menyediakan barang kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batas-
batas kota tersebut. Menurut teori ini, perkembangan ekspor akan secara langsung
mengembangkan pendapatan kota. Disamping itu, hal tersebut akan
menimbulkan pula perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan
mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor
yang selanjutnya akan mendorong pertambahan pendapatan kota lebih lanjut
(Hendarto, 1997).
5
umumnya para pekerja membentuk organisasi berdasarkan pekerjaan atau profesi.
Beberapa organisasi dibentuk berdasarkan kesamaan kepentingan dan gaya hidup
seperti, organisasi dokter, organisasi pencinta buku, atau organisasi olah raga.
Dalam kehidupannya, penduduk kota memerlukan banyak pelayanan seperti
listrik, air, sanitasi, telepon dan angkutan umum. Oleh sebab itu, kota memerlukan
pengelolaan, pengaturan dan penanganan yang matang agar semua kegiatan
berlangsung dengan baik.
6
Bagi generasi muda, bekerja menjadi petani atau buruh tani yang berpanas- panas
dan bermandikan lumpur, kotor dan bau merupakan pekerjaan yang dianggap
kurang menarik dan tidak bergengsi. Pada umumnya mereka lebih suka memilih
pekerjaan di sektor-sektor formal sebagai pegawai, baik di pabrik maupun
perkantoran yang dianggap lebih bersih, bergengsi dan menjanjikan kehidupan
yang lebih baik.
Menurut data dari United Nations (2014), saat ini sekitar 54% dari total
jumlah penduduk bumi bertempat tinggal di perkotaan. Jumlah ini diperkirakan
akan terus meningkat hingga mencapai sekitar 66% pada tahun 2050. Dari jumlah
tersebut, negara-negara Asia akan menjadi tempat tinggal bagi sekitar 53%
populasi penduduk perkotaan di dunia. Terlepas dari fakta yang menunjukkan
bahwa tingkat urbanisasi di negara-negara Asia masih relatif lebih rendah
dibandingkan negara-negara di belahan bumi lainnya, misalnya Afrika, sejumlah
kota besar di negara-negara Asia akan muncul sebagai kota raksasa (megacities).
Beberapa kota di negara Asia, seperti Tokyo, New Delhi, Shanghai, dan Mumbai
telah memiliki populasi melebihi sepuluh juta jiwa. Adapun kota-kota lainnya,
seperti Manila dan Jakarta, juga tengah dalam proses untuk tumbuh menjadi kota
raksasa.
7
kumuh dan perumahan liar di pinggir-pinggir kota. Masalah tersebut disebabkan
antara lain oleh ketidak-mampuan masyarakat miskin untuk memiliki rumah yang
layak huni. Penyebab lainnya adalah ketidak-mampuan pemerintah kota untuk
menyediakan sarana bagi masyarakat miskin.
Masalah lain yang dihadapi oleh penduduk di kota adalah lapangan kerja
yang semakin sempit. Masalah ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk
yang begitu cepat, dibandingkan dengan peningkatan jumlah lapangan kerja.
Dampak dari masalah ini adalah peningkatan tindak criminal. Lapangan kerja
yang semakin sempit menyebabkan persaingan kerja yang ketat. Bagi orang-orang
yang tidak mampu bersaing dalam pekerjaan di sector formal, mereka akan
mencari pekerjaan di sector informal, seperti berdagang kali lima atau pedagang
asongan.
8
pengelolaan yang jelas ini memiliki efek jangka panjang terhadap akses kepada
peluang, produktivitas dan kualitas hidup.
Tekanan Ekonomi di Seluruh Kota: Penelitian menunjukkan bahwa jika
kota tumbuh secara horizontal, kepadatan populasi akan menurun namun biaya
layanan publik meningkat. Pada kota-kota di India dan Afrika, sarana seperti jalan
beraspal, drainase dan air leding menurun drastis begitu mencapai 5 kilometer dari
pusat kota. Investasi untuk infrastruktur baru dan biaya sosial untuk menutupi
defisit ini akan terus meningkat seiring bertambahnya perluasan wilayah
perkotaan. Perluasan kota juga turut menambah kemacetan, polusi serta waktu
tempuh. Udara kotor, yang sebagian besar disebabkan oleh penggunaan mobil
pribadi dan truk secara berlebih, mengakibatkan biaya sosial dan ekonomi
membengkak, seperti dampak kesehatan dan kerusakan panen. Di Chengdu,
Tiongkok, kerugian ekonomi yang disebabkan oleh polusi udara terkait
transportasi mencapai US$3 miliar di tahun 2013.
Masalah Lingkungan Hidup: Secara global, tingkat pertumbuhan
wilayah perkotaan jauh melampaui pertumbuhan populasi. Namun biasanya, hal
ini tercapai dengan mengorbankan lahan pertanian utama, ekosistem dan
keanekaragaman hayati, yang memengaruhi produksi pangan dan ketahanan
iklim. Saat ini, beberapa wilayah perkotaan dengan pertumbuhan paling pesat
berada di wilayah pesisir dataran rendah, dataran banjir, titik-titik
keanekaragaman hayati dan wilayah dengan tekanan air yang tinggi. Pertumbuhan
tidak terkendali pada ekosistem-ekosistem sensitif di atas dapat semakin
membebani sumber daya alam dan menyebabkan bencana banjir di sejumlah kota
di Asia Selatan saat musim hujan datang. Penggalian sumur tidak resmi di kota-
kota seperti Mexico City, Bangalore dan Jakarta, yang tumbuh pesat secara
horizontal dengan air leding yang terbatas dan tekanan air yang tinggi, dapat
menyebabkan seluruh kota terendam banjir. Khusus di Jakarta, kondisi ini sangat
meresahkan. Menurut para ahli, berdasarkan perhitungan kenaikan permukaan air
laut, Jakarta hanya memiliki waktu satu dekade untuk menghentikan kondisi ini,
sebelum akhirnya jutaan rumah tenggelam.
9
.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Hadi Sabari, Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar, 2005
https://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/definisi-dan-konsep
perkembangan-kota.html diakses pada selasa 28 September 2021 Pukul
20.20
13