Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“MENGANALISIS INTERAKSI DESA KOTA, DAN


KEBERADAAN KOTA SATELIT, POLA MOBILITAS SERTA
DAMPAK DAN SOLUSI TERHADAP MASALAH DESA KOTA
YANG DAPAT DILAKUKAN”

Dosen Pengampu:
Drs. Mbina Pinem, M.Si

Disusun Oleh:
(KELOMPOK 4)
HIJJAH PUTRA ZAI (3191131020)
SUSI LAMRIA SIHOMBING (3191131017)
CHINTYA BRS. SIMARMATA (3193131009)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga Makalah “Menganalisis interaksi desa kota, dan keberadaan kota satelit,
pola mobilitas serta dampak dan solusi terhadap masalah desa kota yang dapat
dilakukan” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan, baik materi maupun pemikiranya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depanya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam masalah ini. Oleh karena itu, Kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 14 September 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
A. Interaksi Desa Kota..............................................................................................4
B. Kota Satelit...........................................................................................................9
C. Pola Mobilitas Desa Kota...................................................................................10
D. Dampak dan Solusi Terhadap Masalah Desa Kota.........................................13
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan suatu tempat yang berasal dari bahasa


sansekerta“dhesi’’ yang artinya tanah lahir. Desa terbentuk dari kumpulan
unit pemukiman kecil, yaitu kampung atau dusun. Selain desa ada juga istilah
kota yangmerupakan pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang
memiliki batas wilayah administrasi dan sudah diatur dalam undang-undang.

Kota merupakan suatu kawasan permukiman yang didalamnya terdapat


berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, dimana terdapat fasilitas-fasilitas
pendukung untuk menunjang kegiatan masyarakat yang ada di dalam wilayah

tersebut. Kota dapat dilihat dari kepadatan penduduk, status hukum, batas
administrasi dan kepentingannya. Perkembangan kota yang terdapat di
Indonesia merupakan kota-kota berkembang yang dipengaruhi oleh faktor
ekonomi dan mobilitas penduduk yang berkegiatan di dalam suatu kawasan
kota tersebut.

Perkembangan suatu kota pada umumnya berbeda-beda hal ini


dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut pada
setiap wilayah kota berbeda. Faktor-faktor tersebut antara lain : kondisi
geografis, topografi wilayah, jumlah penduduk, kondisi sosial ekonomi
penduduk dan peran pemerintah. Dalam perkembangannya suatu kota
memiliki karakteristik bentuk, karakteristik bentuk itu biasa disebut dengan
morfologi kota. Morfologi kota dapat terbentuk karena adanya interaksi baik
secara spasial atau sosial ekonomi masyarakat didalamnya. Morfologi kota
yang terbentuk berupa wujud fisik kota tersebut, wujud fisik kota itu
terbentuk utamanya karena kondisi fisik wilayah dan juga kegiatan sosial
ekonomi masyarakat.

1
Desa dan kota merupakan dua wilayah yang memiliki karakteristik
berbeda, baik dari kondisi fisik maupun kondisi sosialnya. Pola keruangan
antaradesa dan kota pun berbeda. kondisi penggunaan tanah di desa sebagian
besar berupa lahan pertanian. Adapun penggunaan tanah di wilayah kota lebih
beragam, seperti, perkantoran. Perdagangan dan jasa serta permukiman.
Namun, kedua wilayah tersebut memiliki hubungan interaksi yang kuat.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya masing-masing.

Interaksi desa dan kota sangat penting. dilihat dari beralihnya mata
pencaharian masyarakat desa dari agraris ke non agraris, munculnya
pengelaju
karena didukung oleh sarana transportasi yang memadai, perdagangan hasil
pertanian, industri, dan kemajuan bidang pendidikan. Oleh karena itu,
interaksi
kota dan desa sangat menentukan pola persebaran masyarakat desa dan kota.
Hubungan desa dan kota dapat ditinjau sebagai berikut: ditinjau dari
kepentingan masyarakat kota, interaksi desa dan kota untuk pemenuhan
kebutuhan bahan pangan dan bahan dasar industri. Ditinjau dari masyarakat
desa, interaksi desa-kota mendorong masyarakat desa untuk mencari
pekerjaan di kota dan memenuhi kebutuhan fasilitas pelayanan masyarakat,
seperti pusat perbelanjaan, sehingga masyarakat desa dan kota saling
membutuhkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam makalah ini penulis


akan membahas mengenai Menganalisis interaksi desa kota, dan keberadaan
kota satelit, pola mobilitas serta dampak dan solusi terhadap masalah desa
kota yang dapat dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1) Apa definisi dan konsep interaksi desa kota?


2) Apa contoh interaksi desa kota?
3) Bagaimana dampak interkasi desa kota?

2
4) Apa faktor yang mempengaruhi interaksi desa dan kota?
5) Apa definisi dan konsep kota satelit?
6) Apa definisi mobilitas penduduk?
7) Apa saja jenis-jenis mobilitas penduduk?
8) Apa dampak interaksi Desa Kota?
9) Bagaimana solusi masalah interaksi Desa Kota?

C. Tujuan dan Manfaat

1) Mengetahui definisi dan konsep interaksi desa kota


2) Mengetahui contoh interaksi desa kota
3) Mengetahui dampak interkasi desa kota
4) Mengetahui faktor yang mempengaruhi interaksi desa dan kota
5) Mengetahui definisi dan konsep kota satelit
6) Mengetahui definisi mobilitas penduduk
7) Mengetahui jenis-jenis mobilitas penduduk
8) Mengetahui dampak interaksi Desa Kota
9) Mengetahui solusi masalah interaksi Desa Kota.
10)

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Interaksi Desa Kota

a. Definisi dan Konsep Interaksi Desa Kota


Interaksi wilayah dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih,
yang dapat menimbulkan gejala, kenampakan atau permasalahan baru
baik secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi tidak hanya
terbatas pada gerak manusianya, tetapi juga dapat berbentuk perpindahan
barang maupun
informasi. Interaksi dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, proses
ekonomi, proses budaya, proses politik dan sebagainya.
Interaksi antara desa dan kota terjadi karena adanya berbagai faktor
yang ada di dalam desa dan kota. Dari pengertian interaksi antar wilayah,
dapat dipahami bahwa dalam interaksi wilayah terkandung tiga hal pokok
yaitu:
1) Hubungan timbal balik terjadi antara dua wilayah atau lebih.
2) Hubungan timbal balik antar wilayah menimbulkan adanya proses
pergerakan atau perpindahan, dapat berupa pergerakan manusia,
informasi atau gagasan, ataupun pergerakan/per pindahan materi atau
barang.
3) Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakan, dan
permasalahan baru, baik yang bersifat positif maupun negatif.

Interaksi antara desa dan kota menimbulkan pengaruh tertentu.


Pengaruhnya akan tergantung pada jarak ke pusat kota. Semakin jauh
dari pusat kota, interaksi semakin lemah. Wilayah interaksi ini akan
membentuk lingkaran-lingkaran, dimulai dari pusat kota sampai

4
kewilayah desa. Zone-zona interaksi desa dan kota oleh Bintarto
(1983:66) dijelaskan sebagai berikut:

1) City dimaksudkan sebagai pusat kota.


2) Suburban (sub daerah perkotaan), suatu wilayah yang lokasinya
dekat pusat atau inti kota, dihuni oleh para penglaju.
3) Suburban fringe (jalur tepi sub wilayah perkotaan), suatu wilayah
yang melingkari suburban dan merupakan wilayah peralihan antara
kota dan desa.
4) Urban fringe (jalur tepi wilayah perkotaan paling luar) yaitu semua
wilayah batas luar kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota,
kecuali inti kota
5) Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota), merupakan wilayah
yang terletak antara kota dan desa, yang ditandai dengan pola
penggunaan lahan campuran antara sektor pertanian dan non
pertanian.
6) Rural (wilayah desa), wilayah yang masih menitik beratkan pada
kegiatan pertanian.

Zona suburban, suburban fringe, urban fringe dan rural urban


fringe merupakan wilayah yang memiliki suasana kehidupan modern,
sehingga dapat disebut perkotaan jalur-jalur yang di gambarkan tersebut
merupakan gambaran yang ideal. Dalam kenyataannya jalur-jalur zone

5
interaksi
desa dan kota tidak selalu konsentris.

6
b. Contoh Interaksi Desa Kota
Saat ini desa dan kota menjadi bagian sistem kehidupan yang saling
berhubungan satu sama lain. Contohnya kita amati misalnya pada kasus
ini: Ada sebuah desa dengan sarana dan prasarana yang buruk, segala
aktivitas terbatas, sehingga berpengaruh pada produktivitas masyarakat.
Sementara masyarakat desa sering mendengar kabar bahwa kota
besar memiliki sarana dan prasarana yang baik untuk mencari
peruntungan. Kota juga dianggap sebagai tanah impian yang menyajikan
peluang dan kesempatan untuk hidup yang lebih baik.
Persepsi ini kemudian tumbuh di masyarakat, yang pada akhirnya
kota dianggap memiliki daya tarik ekonomi yang tinggi, sehingga
menimbulkan gejala urbanisasi, atau perpindahan penduduk dari desa ke
kota.
Contoh kasus lainnya adalah gejala ruralisasi. Fenomena
perpindahan penduduk dari kota ke desa ini semakin sering terjadi
belakangan ini. Penyebab utamanya adalah rasa jenuh masyarakat
perkotaan terhadap kondisi kota yang semakin tidak layak huni.
Polusi udara, kemacetan, pencemaran lingkungan hingga
kriminalitas yang tinggi menjadi salah satu hal ruralisasi. Harga lahan
perkotaan yang mahal juga turut mendorong keinginan masyarakat kota
untuk kembali tinggal di desa.

c. Dampak Interaksi Penduduk Desa dan Kota


Interaksi yang terjadi antara desa dan kota akan menimbulkan
berbagai dampak positif dan negatif. Berikut merupakan dampak yang
umum terjadi:
1) Dampak positif interaksi desa kota
 Terjadinya urbanisasi membuat kota menerima pasokan tenaga
kerja dari desa.
 Tersedianya pasokan bahan pangan yang memadai seperti beras,
sayuran, buah-buahan hingga hewan ternak dari desa ke kota.

7
 Meningkatnya pendapatan daerah akibat banyaknya penduduk
yang pindah ke kota.
 Terjadinya ruralisasi penduduk kota yang memberikan lapangan
pekerjaan di desa.
 Tingkat pendidikan kesehatan masyarakat desa mulai membaik
karena adanya ruralisasi.
 Terjadi peningkatan ekonomi desa dari transaksi jual beli
dengan penduduk kota.
 Pembangunan desa yang semakin maju karena dihuni penduduk
kota.
 Adaptasi teknologi dan informasi yang semakin berkembang di
desa.

2) Dampak negatif interaksi desa kota


 Banyaknya pemukiman kumuh di pinggiran kota karena
urbanisasi yang terlalu tinggi.
 Lahan semakin sempit dan kemacetan tidak terhindarkan.
 Polusi udara semakin meningkat.
 Potensi kriminalitas semakin tinggi.
 Minimnya tenaga produktif di desa akibat urbanisasi.
 Modernisasi yang terlalu bebas merusak tatanan kehidupan
tradisional masyarakat desa.
 Berkurangnya lahan produktif yang dialihfungsikan menjadi
lahan pemukiman penduduk kota.

d. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Desa Kota


Edward Ulman (1987) memberikan penjelasan tentang faktor yang
mempengaruhi interaksi desa – kota adalah:
1) Regional Complementary (Adanya wilayah yang saling melengkapi).
Setiap wilayah tentunya memiliki ciri dan karakteristik yang
berbeda. Hal ini karena wilayah di satu tempat dengan wilayah yang
lain memiliki sifat fisik yang berbeda tergantung pada kondisi iklim

8
dan cuacanya. Hal ini juga disebabkan oleh perbedaan sumberdaya
alam serta perbedaan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya.
Setiap wilayah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing.
Dua wilayah atau lebih dapat saling melengkapi kebutuhan
masing-masing apabila memiliki kemampua yang berbeda-beda.
Misalnya, suatu wilayah apabila ingin bertahan hidup memerlukan
sumber pangan berupa sayuran dan padi-padian. Daerah A merupakan
daerah penghasil sayuran, namun tidak bisa menghasilkan padi.
Daerah B merupakan daerah penghasil padi yang cukup banyak,
namun tidak bisa menghasilkan sayuran yang dibutuhkan. Maka,
daerah A dan daerah B memiliki kebutuhan wilayah yang saling
melengkapi. Hal ini dapat menimbulkan adanya interaksi wilayah
antara daerah A dan daerah B.
Desa dan kota merupakan kedua wilayah yang sangat berbeda.
Kota identik dengan kemajuannya di bidang industri, sedangkan desa
identik dengan daerah penghasil bahan pangan. Oleh karena itu, antara
desa dan kota merupakan kedua jenis wilayah yang saling melengkapi
sehingga perlu adanya interaksi antara desa dengan kota.

2) Intervening Opportunity (Adanya kesempatan berintervensi)


Faktor ini merupakan cara bagaimana suatu wilayah dapat
memindahkan sumber daya yang dimilikinya agar bisa dibeli oleh
wilayah lain yang membutuhkan lebih dahulu dibandingkan wilayah
pesaingnya yang memiliki sumber daya yang sama. Misalnya daerah
A dan daerah B merupakan daerah penghasil bahan pangan.
Sedangkan daerah C merupakan daerah yang tidak bisa memenuhi
kebutuhan pangannya sendiri.
Maka, daerah C membutuhkan bahan pangan yang dimiliki oleh
daerah A dan daerah B. Daerah A dan daerah B merupakan saingan.
Apabila daerah A terlebih dahulu memindahkan sumber dayanya ke
daerah C, maka daerah A mengintervensi interaksi antara daerah B

9
dengan daerah C sehingga interaksinya menjadi lebih lemah.
Sebaliknya, interaksi antara daerah A dengan daerah C menjadi lebih
kuat.

3) Spatial Transfer Ability (Adanya kemudahanpindah dalam ruang).


Kemudahan pemindahan dalam ruang ini maksudnya adanya
kemudahan untuk memindahkan suatu barang dari satu wilayah ke
wilayah lain. Apabila suatu wilayah terjangkau dengan mudah dari
wilayah lain, tentunya interaksi akan lebih kuat karena mudah untuk
memindahkan barang yang diperlukan oleh wilayah lain tersebut.
Kemudahan pemindahan dalam ruang ini dipengaruhi oleh
banyak faktor. Diantaranya adalah kemampuan berkomunikasi warga
dari kedua wilayah yang berinteraksi, kelancaran arus informasi antar
wilayah, jarak antara dua wilayah, biaya yang diperlukan untuk
memindahkan barang, serta kelancaran transportasi yang dipengaruhi
oleh infrastruktur fisik yang tersedia.
Umumnya, faktor ini sangat mempengaruhi interaksi desa
dengan kota, karena daerah desa yang lebih mudah terjangkau akan
lebih banyak berinteraksi dengan kota dibandingkan dengan desa yang
sulit untuk dijangkau.
Dalam hubungan timbal balik ini terdapat proses pergerakan:
1) Pergerakan Manusia
2) Pergerakan/perpindahan arus informasi komunikas
3) Pergerakan materi atau benda yang dinamakan transportasi

B. Kota Satelit

Kota Satelit atau Kota Penyangga adalah kota di tepi sebuah kota yang
lebih besar yang meskipun merupakan komunitas mandiri, sebagian besar
penduduknya tergantung dengan kehidupan di kota besar. Biasanya penghuni
kota satelit ini adalah komuter dari kota besar tersebut ini, misalkan:

 Depok, Tangerang dan Bekasi adalah kota satelit dari Jakarta

10
 Gresik dan Sidoarjo adalah kota satelit dari Surabaya
 Binjai dan Lubuk Pakam adalah kota satelit dari Medan
 Maros dan Gowa adalah kota satelit dari Makassar

Kota satelit merupakan daerah penunjang bagi kota-kota besar di


sekitarnya dan merupakan 'jembatan' masuk/akses untuk menuju ke kota
besar. Karena kota satelit juga berfungsi sebagai penunjang kota besar, maka
implikasi daripada kota satelit sebagai penunjang akan tampak pada hidup
keseharian para warga. Kota satelit bisa juga sebagai pemasok barang-barang
kebutuhan warga kota besar, karena semakin besar dan berkembangnya suatu
kota maka sikap warganya untuk memproduksi barang-barang untuk
kebutuhan mereka juga akan semakin turun. Karena hal inilah maka fungsi
kota satelit sebagai kota penunjang kebutuhan hidup masyarakat kota juga
akan semakin tampak.

Terlepas dari fungsi kota satelit yang terbangun di atas, dengan adanya
interaksi yang tetap, maka sikap hidup pada masyarakatnya juga akan secara
bertahap akan mengalami apa yang bernama "resonansi sosiologis", yaitu
perubahan sikap yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi yang relatif
tetap.

Munculnya kota satelit tidak hanya bisa dilihat dari upaya penopangan
kota inti. Dilihat dari fakta di lapangan, pembentukan kota satelit disebabkan
oleh beberapa hal. Yang pertama, muncul sebagai konsekuensi dari
perkembangan kota kecil yang sudah ada sebagai akibat luberan kota inti
yang lokasinya berdekatan. Kedua memang direncanakan dan dibentuk
sendiri karena pertimbangan lokasinya yang strategis. Nusa Dua misalnya
merupakan kota bentukan yang karena kedekatannya dengan Denpasar,
Bandara dan upaya memajukan wilayah ini secara ekonomis.

C. Pola Mobilitas Desa Kota


Mobilitas penduduk merupakan gejala fenomena sosial yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Mobilitas penduduk adalah gerak atau

11
perpindahan penduduk dari suatu wilayah (geografis) ke wilayah lain dalam
jangka waktu tertentu.

Dalam buku Mobilitas Penduduk dan Bonus Demografi (2017) karya


Sri Djoko dan kawan kawan, mobilitas penduduk diartikan sebagai gerak
keruangan penduduk dengan melewati batas administrasi daerah tingkat II.
Mobilitas penduduk dapat dilihat dalam arti fisik, yaitu perpindahan
penduduk untuk memperoleh peluang dan kesempatan yang lebih luas di
tempat lain (mobilitas horizontal). Dalam arti sosial, ekonomi, dan budaya,
yaitu upaya peningkatan status melalui peningkatan kesejahteraan (mobilitas
vertikal). Mobilitas penduduk muncul sebagai akibat dari perkembangan
fenomena sosial ekonomi nasional maupun regional.

Perbedaan karakteristik ruang dan sumber daya yang dimiliki di


berbagai wilayah mendorong penduduk melakukan mobilitas penduduk.
Perbedaan tersebut mencukup juga pergerakan sumber daya berupa barang
antar ruang. Jadi mereka melakukan mobilitas untuk memperoleh sesuatu
yang tidak tersedia di daerah asalnya. Orang yang melakukan mobilitas
penduduk disebut migran. Pada dasarnya mobilitas penduduk merupakan
respons manusia terhadap situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Seperti
desakan ekonomi, situasi politik, kebutuhan pendidikan, gangguan keamanan,
atau terjadinya bencana alam di daerah asal.

Jenis-Jenis Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk dapat dilihat juga dari batasan waktu, yaitu


mobilitas permanen dan non permanen.

1) Mobilitas permanen
Mobilitas permanen adalah perpindahan penduduk dari suatu
wilayah ke wilayah lain dengan tujuan untuk menetap. Dikutip situs
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), secara umum
dikenal mobilitas permanen yang terjadi antar wilayah di Indonesia,

12
yakni migrasi internasional dan migrasi internal. Migrasi internasional
adalah proses perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain.
Migrasi internasional dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
 Imigrasi, adalah perpindahan penduduk negara lain ke negara tertentu
untuk menetap.
 Emigrasi, adalah perpindahan penduduk dari tanah air sendiri ke
negara lain untuk tinggal menetap di sana.
 Remigrasi, adalah perpindahan penduduk yang kembali ke tanah
airnya (negara asal).

Sementara itu migrasi internal merupakan perpindahan penduduk


dari suatu wilayah ke wilayah lain dalam satu negara. Macam Migrasi
internal adalah:
 Urbanisasi
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk secara berduyun-duyun
dari satu desa (kota kecil, daerah) ke kota besar.
 Transmigrasi
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu daerah
(pulau) yang berpendudukan pada ke daerah (pulau) lain yang
berpendudukan jarang. Daerah tujuan transmigrasi di Indonesia
biasanya ke Papua, Kalimantan, atau Sumatera.

2) Mobilitas Non permanen


Mobilitas non permanen adalah perpindahan penduduk dari suatu
tempat ke tempat lain dengan tujuan tidak menetap atau bersifat
sementara waktu.
Mobilitas non permanen dibedakan menjadi dua macam, yakni:
 Komutasi
Komutasi merupakan bentuk mobilitas penduduk non permanen
secara ulak-alik (Pergi- pulang) tanpa menginap ke tempat yang
dituju. Orang yang melakukan proses komutasi dinamakan komuter
atau penglaju.

13
 Sirkulasi
Sirkulasi merupakan mobilitas penduduk non permanen tetapi sempat
menginap di tempat yang dituju. Itu disebut juga mobilitas penduduk
non permanen musiman. Orang yang melakukan sirkulasi disebut
sirkuler. Waktu yang dibutuhkan untuk sirkulasi berbeda-beda. Ada
yang hanya beberapa hari, ada juga yang memakan waktu lama.

D. Dampak dan Solusi Terhadap Masalah Desa Kota


a. Dampak Interaksi Desa Kota
i. Dampak positif terhadap Desa
 Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak
sekolah di bangun di desa
 Angka buta huruf penduduk desa semakin berkurang dengan
banyaknya dibangun sekolah
 Perluasan jalur jalan desa kota dan peningkatan jumlah
kendaraan bermotor sehingga hasil panen dari desa mudah
diangkut ke kota dan kelangkaan bahan pangan di kota dapat
dihindari.
 Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya
teknologi tepat guna
 Pelestarian lingkungan hidup pedesaan dapat dilakukan dengan
hadirnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu
 Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk
berkualitas dapat dilakukan karena pemerintah turun tangan
 Kesadaran memiliki keluarga kecil telah diterima oleh
masyarakat desa
 Koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di perdesaan
telah memberi manfaat dalam peningkatan kesejahteraan
penduduk dan pembangunan desa.

ii. Dampak negatif terhadap Desa

14
 Memudarnya kehidupan agraris, sekarang minat masyarakat
desa untuk beraktivitas di sektor pertanian menurun. Upah dan
hasil sektor pertanian di anggap kurang menjanjikan.
Masyarakat melihat pekerjaan di kota lebih beragam dan lebih
menghasilkan dari pada jadi petani di desa.
 Meningkatnya perilaku kosumtif di desa, maraknya iklan dan
promosi akhir nya mendorong penduduk desa berprilaku
konsumtif
 Tenaga kerja produktif berkurang, usia produktif memilih
bekerja di perkotaan karena lapangan pekerjaan di kota lebih
beragam dan lebih layak.
 Terjadi nya fungsi lahan, alih fungsi lahan yaitu perubahan
pengunaan lahan untuk tujuan lain, misalnya lahan pertanian di
bangun pabrik, atau perumahan.  Hal ini di sebabkan
perkembangan kota ke arah desa, lahan di perkotaan makin
sempit karena padatnya penduduk kota.
 Tradisi dan budaya khas desa semakin memudar. Modernitas
kota memengaruhi budaya penduduk desa. Arus informasi
sekarang mudah di akses melalui televisi, surat kabar dan
internet. Penduduk desa berpotensi meniru gaya hidup yang di
tampilkan di media, secara tidak langsung perilaku ini akan
mengikis tradisi da budaya yang ada di desa

iii. Dampak positif terhadap Kota


Kota memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi dari pada
desa, tetapi kota tetap membutuhkan keberadaan desa. Secara tidak
langsung kota menerima banyak manfaat dari desa, berikut dampak
positif interaksi desa dan kota bagi kota.
 Kebutuhan bahan baku industri terpenuhi
 Kebutuhan pangan terpenuhi
 Kebutuhan tenaga kerja di kota terpenuhi
 Produk kota dapat di pasarkan luas ke desa.

15
iv. Dampak Negatif Terhadap Kota
Berikut dampak negatif interaksi desa dan kota bagi kota:
 Jumlah penganguran dan penduduk miskin meningkat.
 Pemukiman kumuh dan ilegal di kota.
 Jumlah penduduk meningkat sehingga kawasan permukiman
makin padat.
 Degradasi kualitas lingkungan.
 Tingkat kriminalitas meningkat.

b. Solusi Permasalahan Desa Kota


Dalam rangka memperkuat kesadaran bersama dan mendukung arah
kebijakan pembangunan era sekarang. Kegiatan bulan bhakti gotong
royong masyarakat perlu ditingkatkan. Karena masyarakat sebagai
pelaku utama kegiatan dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan
pembangunan di masing-masing desa dan kota. Dilansir dari situs resmi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, beberapa upaya
untuk mencegah permasalahan desa kota demi kesejahteraan masyarakat,
yaitu:
 Memperkuat ketahanan sosial dan budaya masyarakat berdasakan
nilai luhur budaya lokal.
 Pengembangan kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan sumber
daya alam.
 Menata kehidupan masyarakat yang aman, tertib, taat hukum, dan
harmonis.
 Meciptakan program untuk mewujudkan sebuah desa dengan
masyarakat yang sadar tentang kesehatan, gizi, pola hidup sehat, dan
bersih baik jasmani dan rohanis.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Geografi desa merupakan cabang dari ilmu geografi yang


mengkususkan diri pada studi pedesaan. Desa merupakan obyek studi, sedang
Geografi sebagai subyek studi artinya didalam mempelajari desa dan
permasalahannya dilihat melalui kaca mata teori-teori geografi. Geografi
sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai ciri-ciri khusus dalam meninjau
obyek studinya. Geografi selalu berbicara tentang interelasi, interaksi,
interdependensi maupun integrasi antara unsur-unsur alam, manusia, ruang
dan waktu, sehingga diperlukan kemampuan untuk melihat gejala, proses,
perubahan, perkembangan maupun asosiasi-asosiasi antar unsur-unsur.
Geografi perkotaan berkaitan dengan sifat-sifat tata ruang kota kecil
dan besar, dan berbagai cara mempengaruhi dan dipengaruhi proses-proses
fisik, demografi, ekonomi, sosial, budaya dan politik. Sebagaimana aspek-
aspek lain dalam geografi manusia, geografi perkotaan berkaitan dengan
variabilitas lokal dalam suatu kontek umum (Johnston, 1984). Artinya,
geografi jenis ini berkaitan dengan pemahaman terhadap berbagai
keistimewaan kota dan segala keteraturan yang ada dalam kota dan antar kota
dalam kerangka hubungan spasial antar penghuni dan lingkungan mereka.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.ums.ac.id/32125/4/BAB%20I.pdf
2. http://repository.unj.ac.id/4667/2/BAB%201.pdf.pdf
3. https://emodul.kemdikbud.go.id/C-Geografi-13/C-Geografi-13.pdf
4. https://pahamify.com/blog/faktor-pendorong-interaksi-desa-dan-kota/
5. https://pahamify.com/blog/faktor-pendorong-interaksi-desa-dan-kota/
6. http://repositori.kemdikbud.go.id/20638/1/Kelas%20XII_Geografi_KD
%203.2%20%282%29.pdf
7. https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/faktor-interaksi-desa-kota
8. https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_satelit
9. https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/ab8813da2
bcbaea5bbffddd84da7a166.pdf
10. https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/10/194500169/mobilitas-
penduduk-pengertian-dan-jenisnya?page=all
11. https://www.geovolcan.com/dampak-positif-dan-negatif-interaksi-desa-
dan-kota/

18
19

Anda mungkin juga menyukai