Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS URBANISASI & DAMPAKNYA TERHADAP

PERTUMBUHAN PERKOTAAN
STUDI KASUS: KOTA MAKASSAR

OLEH:

NUR AWALIAH SYAFITRI MASRY


D101171510

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
DAFTAR ISI

Sampul ............................................................................................................ i

Daftar isi .......................................................................................................... ii

Kata Pengantar ............................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan.......................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ............................................................................ 2


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 3

Bab II Pembahasan......................................................................................... 4

2.1 Urbanisasi & Faktor penyebabnya ................................................. 4

2.2 Teori pertumbuhan kota & Urbanisasi ........................................... 6

Bab III Gambaran Umum ................................................................................ 9

3.1 Letak Geografis Kota Makassar ...................................................... 9

3.2 Kondisi kependudukan Kota Makassar ........................................... 10

BAB IV Hasil Pembahasan.............................................................................. 12

4.1 Urbanisasi & Pertumbuhan Kota Makassar ..................................... 12

4.2 Faktor Pendorong Urbanisasi .......................................................... 16

4.3 dampak & Solusi ............................................................................. 17

BAB V Penutup ............................................................................................... 25

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 25

5.2 Saran ............................................................................................. 26

Daftar Pustaka ................................................................................................ 27

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini dengan
tepat waktu tanpa kendala. Sholawat dan salam tetap kita curahkan kepada baginda
Nabiullah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama dengan bahasa yang sangat indah.

Penulis merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan Laporan yang diberi
judul Analisis Urbanisasi & Dampaknya Terhadao Pembangunan Kota, Studi Kasus:
Kota Makassar sebagai tugas mata kuliah Pengantar Perencanaan Wilayah Kota. Dalam
laporan ini, penulis mencoba menjelaskan mengenai dampak dari adanya urbanisasi dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan perkotaan di Kota Makassar.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya laporan ini, termasuk semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik secara moril maupun materi.

Penulis memahami jika bahwa laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya- karya penulis
dilain waktu.
Makassar, 23 Oktober 2017

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu ibu kota provinsi terbesar di Indonesia adalah Makassar.
Sebagai kawasan industri, Makassar menjadi pusat tujuan para wisatawan
maupun pencari kerja di Sulawesi Selatan. Dalam hal ini, bisa dikatakan
Makassar sebagai pusat bisnis, politik, pendidikan, industri maupun kebudayaan
dari daerah-daerah sekitarnya. Tak salah, jika kota yang berbatasan dengan
Selat Makassar ini menjadi salah satu kota Metropolis terbesar di Indonesia.
Menjadi kota Metropolis tentu ada berbagai permasalahan yang muncul
dalam tatanan masyarakatnya, baik dari segi ekonomi, poliitik, maupun sosial
budaya. Contoh kecilnya adalah kemacetan dan maraknya tindak kejahatan. Hal
tersebut disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah padatnya
penduduk yang biasanya disebabkan oleh proses urbanisasi.
Urbanisasi merupakan hal yang sangat wajar dan manusiawi. Manusia
memang dikenal sebagai makhluk nomaden dan tujuan utama dari perpindahan
ini tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan dan memeroleh kehidupan yang
lebih baik. Namun, urbanisasi yang terjadi di Indonesia bisa dibilang tidak
terbendung. Tidak adanya ketegasan dalam mengatur proses ini justru
memperburuk keadaan kota-kota di Indonesia.Perpindahan masyarakat desa ke
kota tanpa tujuan yang pasti atau hanya mencari peruntungan hidup malah
membuat kota-kota kelebihan kapasitas penduduk sehingga menimbulkan
berbagai macam permasalahan. (Indrawan: 2017).
Ada beberapa upaya dalam menekan urbanisasi yang dilakukan oleh
pemerintah. Namun, seiriing dengan semakin meningginya pertumbuhan
penduduk otomatis kebutuhan hidup juga semakin meningkat, maka aturan-
aturan tersebut seolah-olah tidak mampu mengendalikan proses pertumbuhan
masyarakat dalam fenomena urbanisasi ini.

1
Berbicara soal kota dan pertumbuhannya memang tidak akan terlepas
dari pembahasan terhadap proses urbanisasi sebagai suatu fenomena global.
Terkait dengan pertumbuhan perkotaan yang sangat pesat, yang menjadi
tantangan adalah implikasi pertumbuhan perkotaan yang erat kaitannya terhadap
berbagai aspek antara lain morfologi, jumlah penduduk, hukum, ekonomi, dan
sosial.
Sebagai objek penelitian, penulis mengambil Kota Makassar sebagai
tempat untuk melihat fenomena urbanisasi yang bisa memengaruhi pertumbuhan
penduduknya dari berbagai aspek. Dalam laporan ini penulis akan meninjau
secara langsung kondisi urbanisasi dan pertumbuhan kota Makassar serta
dampak yang ditimbulkan dari proses urbanisasi tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang disebutkan di atas, rumusan masalah
yang akan dikaji dalam hal ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimana kaitan urbanisasi dan pertumbuhan kota Makassar ditinjau
dari aspek pertumbuhan ekonomi, aspek pertumbuhan industrialisasi,
aspek pembangunan kota?
2. Apa faktor pendorong terjadinya urbanisasi di kota Makassar?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dengan adanya urbanisasi di kota
Makassar ?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


Merujuk pada rumusan masalah, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
dalam laporan ini. Antara lain sebagai berikut;
1. Menjelaskan kaitan urbanisasi dan pertumbuhan kota Makassar
ditinjau dari aspek pertumbuhan ekonomi, aspek pertumbuhan
industrialisasi, dan aspek pembangunan kota..
2. Menjelaskan faktor pendorong terjadinya urbanisasi di kota Makassar.
3. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan dengan adanya urbanisasi di
kota Makassar.

2
1.4 MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari laporan ini dijelaskan secara teoritis
dan praktis, dengan uraian sebagai berikut;

1. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi


dalam pengembangan ilmu tata ruang di Kota Makassar, khususnya
dalam kajian mengenai Urbanisasi dan pertumkota. Dan juga sebagai
sumber referensi untuk pengembangan penelitian mahasiswa.
2. Secara praktis, diharapkan solusi penelitian ini dapat memberikan
masukan kepada semua pihak, khususnya kepada pemerintah Kota
Makassar dan kalangan akademis yang memiliki perhatian serius dalam
bidang perencanaan wilayah dan kota.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urbanisasi Dan Faktor Penyebabnya
Kecenderungan yang terjadi dalam perkembangan kota-kota di
negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah adanya pertumbuhan
penduduk yang begitu pesat, yang seringkali tidak lagi dapat diantisipasi
oleh daya dukung kota secara layak, terutama dalam hal penyediaan
fasilitas-fasilitas kehidupan bagi warganya.
Pesatnya pertumbuhan penduduk kota di samping terjadi karena
pertumbuhan yang bersifat alami, terutama juga disebabkan oleh arus
urbanisasi. Meningkatnya arus urbanisasi tersebut nampaknya berseiring
banyaknya pusat-pusat perekonomian yang dibangun di daerah
perkotaan, terutama dalam bidang industrialisasi. Banyak kota besar yang
dalam kenyataannya tidak mampu lagi menyediakan pelayanan sanitasi,
kesehatan, perumahan, transportasi, dan lapangan kerja lebih dari yang
minimal kepada sebagian penduduknya.
Urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah suatu
proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah
perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan
sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah.
Pengertian urbanisasi ini pun berbeda-beda, sesuai dengan
interpretasi setiap orang yang berbeda-beda. Ir. Triatno Yudo Harjoko
(2010) pengertian urbanisasi diartikan sebagai suatu proses perubahan
masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang non-urban menjadi
urban. Secara spasial, hal ini dikatakan sebagai suatu proses diferensiasi
dan spesialisasi pemanfaatan ruang dimana lokasi tertentu menerima
bagian pemukim dan fasilitas yang tidak proporsional.
Menurut Herlianto (1986), urbanisasi ditinjau dari konsep
keruangan (spasial) dan ekologis sebagai suatu gejala geografis. Konsep
pemikirannya didasarkan pada adanya gerakan/perpindahan penduduk
dalam suatu wilayah atau perpindahan penduduk keluar dari suatu

4
wilayah tertentu. Gerakan atau perpindahan penduduk yang terjadi
tersebut disebabkan adanya salah satu komponen dari ekosistemnya
yang kurang atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga terjadi
ketimpangan dalam ekosistem setempat, serta terjadinya adaptasi
ekologis baru bagi penduduk yang pindah dari daerah asalnya ke daerah
baru (perkotaan).
Menurut Haryono (1999) ada beberapa faktor yang disinyalir
menjadi pendorong meningkatnya arus urbanisasi, di antaranya:
1. Perbedaan pertumbuhan dan ketidakmerataan fasilitas antara
desa dengan kota dalam berbagai aspek kehidupan
2. Semakin meluas dan membaiknya sarana dan prasarana
transportasi,
3. Pertumbuhan industri di kota-kota besar yang banyak membuka
peluang kerja,
4. pembangunan pertanian, khususnya melalui paket program
revolusi hijau. Tetapi pada umumnya faktor ekonomi dianggap
sebagai faktor utama menjadi pendorong arus urbanisasi.
Dalam Yohanes (2014), Charles Whyne Hammond juga
menyebutkan beberapa faktor pendorong urbanisasi yaitu;
1. Kemajuan di bidang pertanian membutuhkan pasar dan konsumsi
yang lebih besar, yang ada di kota
2. Industrialisasi, butuh pasar, tenaga kerja, teknologi, tenaga skil,
transportasi, bahan mentah yang mudah di kota
3. Potensi pasar, pasar yang lengkap atau dan dapat menyediakan
kebutuhan masyarakat dengan mudah adanya di kota.
4. Peningkatan pelayanan, untuk pendidikan, kesehatan pemerintah
dan lain-lain yang ada di kota.
5. Kemajuan transportasi, dengan banyaknya penduduk dan untuk
mobilitasnya di butuhkan sarana dan prasarana transpotasi yang
memadai

5
2.2 Teori Pertumbuhan Kota & kaitannya Dengan Urbanisasi
Perkembangan kota, pada hakikatnya menyangkut berbagai aspek
kehidupan. Dimana Perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah suatu proses perubahan keadaan dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda.
Adapun definisi kota menurut John Sirjamaki (1964) adalah pusat
komersial dan industri, merupakan kependudukan-kependudukan dengan
tingkat pemerintah sendiri yang diatur oleh pemerintah kota. Kota-kota itu
juga merupakan pusat-pusat untuk belajar serta kemajuan kebudayaan.
Perkembangan dan pertumbuhan kota berjalan sangat dinamis. Melalui
referensi berbeda, Jones (1966) menegaskan bahwa kota tercakup unsur
keluasan wilayah, kepadatan penduduk yang bersifat heterogen dan
bermata pencaharian nonpertanian, serta memiliki fungsi administratif,
ekonomi, dan budaya.

Bertolak pada definisi perkembangan kota tersebut, Branch (1995)


menjelaskan beberapa unsur yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kota antara lain:

1. Keadaan geografis, yakni pengaruh letak geografis terhadap


perkembangan fisik dan fungsi yang diemban oleh kota. Kota
pantai misalnya akan berkembang secara fisik pada bagian daratan
yang berbatasan dengan laut dengan perkembangan awal di
sekitar pelabuhan. Oleh karenanya kota demikian memiliki fungsi
sebagai kota perdagangan dan jasa serta sebagai simpul distribusi
jalur transportasi pergerakan manusia dan barang.
2. Tapak (site), merujuk pada topografi kota. Sebuah kota akan
berkembang dengan memperhitungkan kondisi kontur bumi.
Dengan demikian pembangunan saran dan prasarana kota akan
menyesuaikan dengan topografinya agar bermanfaat secara
optimal.

6
3. Fungsi yang diemban kota, yaitu aktivitas utama atau yang paling
menonjol yang dijalankan oleh kota tersebut. Kota yang memiliki
banyak fungsi, seperti fungsi ekonomi dan kebudayaan, akan lebih
cepat perkembangannya daripada kota berfungsi tunggal.
4. Sejarah dan kebudayaan yang melatarbelakangi terbentuknya kota
juga berpengaruh terhadap perkembangan kota, karena sejarah
dan kebudayaan mempengaruhi karakter fisik dan masyarakat
kota.
5. Unsur-unsur umum, yakni unsur-unsur yang turut memengaruhi
perkembangan kota seperti bentuk pemerintahan dan organisasi
administratif, jaringan transportasi, energi, pelayanan sosial dan
pelayanan lainnya.
Dari unsur tersebut, Semua saling berkaitan satu sama lain. Dalam
tampilan fisik tercermin dari bentukan fisik perkotaan yang mengemban
fungsi-fungsi tertentu. Pertumbuhan kota lebih cenderung dianalisis dari
pertumbuhan penduduk perkotaan. Dimensi perkembangan dan
pertumbuhan kota dapat ditinjau dari pengaruh pertumbuhan penduduk
yang tidak terlepas dari suatu proses yang telah disebutkan sebelumnya
mengenai urbanisasi.

Berdasarkan kaitan antara proses urbanisasi dan pertumbuhan kota,


Irawaty Maslowan menyebutkan bahwa Pertumbuhan kota (urban growth)
pada dasarnya di ukur dengan pertumbuhan penduduk. Ada tiga faktor yang
berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan penduduk suatu wilayah,
yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk
(migrasi).

Pertumbuhan kota (urban growth) merupakan akibat dari urbanisasi,


yaitu meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan. Proses migrasi terjadi
sebagai akibat dari adanya perbedaan tempat dalam bentuk ekonomi,
sosial, politik, demografi, geografi, lingkungan, dan sebagainya. Namun
sebagian besar penelitian menunjukan bahwa faktor utama individu

7
melakukan migrasi adalah karena faktor ekonomi. (Sukamdi dan Abdul
Haris: 1998)

Dari berbagai pendapat, bisa diartikan urbanisasi merupakan salah


satu aspek migrasi yang diartikan sebagai perpindahan penduduk dari
daerah pedesaan ke daerah perkotaan atau pemusatan penduduk di daerah
perkotaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa urbanisasi akan sangat


mempempengaruhi petumbuhan kota baik dari segi bentuk maupun
fungsinya, dikarenakan peningkatan pertumbuhan penduduk perkotaan
akan menimbulkan berbagai permasalahan serta membawa konsekuensi
dalam segala aspek kehidupan di perkotaan. (Haryono: 1999)

8
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Letak Astronomis dan Administrasi Kota Makassar

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Makassar Tahun 2017, secara


astronomis, kota Makassar terletak antara 119o24’17’38” Bujur Timur dan
5o8’6’19” Lintang Selatan, dengan luas tercatat 175,77 km persegi yang meliputi
15 kecamatan. Terdiri dari Kecamatan Mariso, Mamajang, Tamalate, Rappocini,
Makassar, Ujung Pandang, Wajo, Bontoala, Ujung Tanah, Kep. Sangkarrang,
Tallo, Panakukkang, Manggala, Biringkanaya, dan Tamalanrea. Dan tercatat
pada tahun 2016, jumlah kelurahan di Kota Makassar memiliki 153 kelurahan,
1.002 RW, dan 4.965 RT.

(Sumber: BPS Makassar dalam angka 2017)

Sejak otonomi daerah diberlakukan, jumlah kecamatan dan kelurahan di


Kota Makassar baru mengalami pemekaran pada tahun 2016 yaitu untuk
kecamatan dari 14 menjadi 15 kecamatan dan untuk kelurahan dari 143
kelurahan bertambah menjadi 153 kelurahan. Sementara jumlah RW dan RT
masih mengalami penambahan yaitu 1002 RW dan 4.968 RT pada tahun 2016.
Dibandingkan tahun 2014 jumlah RW bertambah 8 dan RT bertambah.

9
Dari luas wilayah, adapun luas daratan masing-masing kecamatan, yaitu,
Mariso (1,82 km2 ), Mamajang (2,25 km2 ), Tamalate (20,21 km2 ), Rappocini
(9,23 km2 ), Makassar (2,52 km2 ), Wajo (1,99 km2 ), Bontoala (2,10 km2 ), Ujung
Tanah (4,40 km2 ), Tallo (5,83 km2 ), Panakkukang (17,05 km2 ), Biringkanaya
(48,22 km2 ), serta Tamalanrea (31,84 km2 ), dan kecamatan Kep. Sangkarrang
(1,54 km2 ), Manggala (24,14 km2 ), Ujung Pandang (2,63 km2 ),

Berdasarkan posisi geografisnya, Kota ini berbatasan langsung dengan


Kabupaten Maros di sebelah utara, di sebelah selatan Kabupaten Gowa, di
sebelah barat Selat Makassar, dan timur berbatasan dengan Kabupaten Maros.

3.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Kota Makassar berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016


sebanyak 1.469.601 jiwa yang terdiri atas 727.314 jiwa penduduk laki-laki dan
742.287 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah
penduduk tahun 2015, penduduk Kota Makassar mengalami pertumbuhan
sebesar 1,39 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk
laki-laki sebesar 1,43 persen dan penduduk perempuan sebesar 1,36 persen.

Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk
laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 98. Kepadatan penduduk di
Kota Makassar tahun 2016 mencapai 8.361 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah
penduduk per rumah tangga empat orang. Kepadatan penduduk di 15
kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di
Kecamatan Makassar dengan kepadatan sebesar 33.634 jiwa/km2 dan terendah
di Kecamatan Tamalanrea sebesar 3.523 jiwa/km2 .

Untuk jumlah rumahtangga mengalami pertumbuhan sebesar 2,96


persen dari tahun 2015. Sedangkan untuk jumlah Pencari Kerja Terdaftar di Kota
Makassar pada Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar pada tahun 2016 sebesar
5.705 pekerja dengan penurunan 44,75 persen. Dari 5.705 pekerja yang terdaftar
sebesar 4.940 telah ditempatkan bekerja. Perbandingan pencari kerja lakilaki

10
lebih banyak dibandingkan perempuan, terdaftar 3.027 laki-laki dan 2.678
perempuan pencari kerja terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja. Proporsi terbesar
pencari kerja yang mendaftar pada Dinas Tenaga Kerja berpendidikan terakhir
SMA yaitu sebesar 47,48 persen (2.709 pekerja) dan yang ditempatkan
sebanyak 1.935 pekerja di tahun 2016.

11
BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN


4.1 Urbanisasi Dan Kaitannya dengan Pertumbuhan Kota Makassar
Berdasarkan teori mengenai pertumbuan kota yang berhubungan dengan
proses urbanisasi, dalam hal ini penulis meninjau dari beberapa aspek yaitu,
aspek pertumbuhan ekonomi, aspek pertumbuhan industrialisasi, aspek
pembangunan kota, dan aspek pariwisata.

A. Aspek Pertumbuhan Ekonomi


Aspek pertumbuhan ekonomi dalam hal ini tidak bisa lepas dengan
peranan urbanisasi, pembangunan ekonomi yang cepat akan punya daya tarik
pada masuknya penduduk, perlu menjadi pemikiran bahwa urbanisasi juga suatu
aspek percepatan pembangunan, pendidikan, pembangunan pisik kota.
Banyaknya penduduk yang ada di Kota Makassar akibat proses
urbanisasi memberi pengaruh pada kondisi perekonomian di kota Makassar.
Sejalan dengan perkembangan Makassar sebagai ibukota provinsi mendorong
kegiatan ekonominya berkembang pesat pula. Hal tersebut ditandai dengan
meningkatnya jumlah perusahaan perdagangan yang sekarang telah mencapai
14.584 unit usaha yang terdiri dari 1.460 perdagangan besar, 5.550 perdagangan
menengah dan 7.574 perdagangan kecil. (Pemkot Makassar)
Selain dari segi perdagangan aspek lain yang mendukung pertumbuhan
perekonomian adalah aspek perbankan. Menurut data statistik daerah kota
Makassar (2017), jumlah bank dan lembaga keuangan lainnya terus bertambah
di kota Makassar seiring dengan penambahan jumlah dana masyarakat yang
disimpan perbankan baik dalam bentuk giro, deposito, maupun tabungan. Dalam
hal ini, perkembangan dana masyarakat yang disimpan oleh perbankan terus
mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2016 jumlah dana
masyarakat yang disimpan perbankan telah mencapai Rp 42.606.968,00 juta,
masing-masing dalam bentuk giro sebanyak Rp 5.252.612,00 juta, deposito Rp
16.711.562,00 juta, dan tabungan Rp 20.642.968,00 juta.

12
Untuk tingkat kesejahteraan penduduk dapat kita lihat dari tingkat
pendapatannya. Bertolak pada data Badan Pusat Statistik 2017, di tahun 2013
hingga 2016 tingkat kesejahteraan penduduk Kota Makassar mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pengeluaran perkapita
penduduk sebagai pertanda adanya peningkatan pendapatan, baik secara
nominal maupun secara riil. Pengeluaran nominal perkapita penduduk meningkat
dari Rp. 992.805 pada tahun 2013 naik menjadi Rp 1.050.725 pada tahun 2014.
Demikian juga tahun 2016 dari Rp. 1.111.537 tahun 2015 naik mejadi Rp.
1.436.605 tahun 2016. Dalam kurun waktu tahun 2013 hingga 2016 terjadi
kenaikan sebesar 44,70 persen pengeluaran perkapita perbulan penduduk Kota
Makassar.
.Kesejahteraan penduduk tersebut, mengindikasikan bahwa Makassar
berkembang cukup pesat sehingga menjadi alternatif penduduk usia muda atau
dewasa sebagai tempat mencari pekerjaan. Hal tersebut terbukti dengan data
jumlah penduduk yang berumur 15 hingg 24 tahun mencapai 353.360 jiwa atau
sekitar 24,04 persen pada tahun 2016.

B. Aspek Pertumbuhan Industrialisasi


Pertumbuhan industrialisasi di Makassar jika dihubungkan dengan
urbanisasi penduduk sangat erat kaitannya dengan aspek perekonomian. Hal ini
bisa dilihat dari pertumbuhan perekonomian yang juga berdasarkan pada
pertumbuhan industrialisasi. Dimana dalam hal ini, semakin tinggi kebutuhan
industri maka akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian di kota
Makassar. Mengenai pengaruh urbanisasi terhadap pembangunan industrialisasi
ini terdapat cukup bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kemajuan industri akan
mempercepat proses urbanisasi.
Tahun 2015 sesuai data Statistik Daerah Kota Makassar (2017) jumlah
industri yang ada di Kota Makassar sebanyak 140 perusahaan dimana
perusahaan industri makanan dan minuman sebanyak 47 perusahaan, industri
tekstil pakaian jadi sebanyak 9 perusahaan, industri kayu & barang dari kayu 19
perusahaan, Industri dari barang-barang logam mesin 12 perusahaan dan

13
industri lainnya sebanyak 48 perusahaan. Jika kita melihat dari sisi perekonomian
Kota Makassar maka Sektor Industri merupakan salah satu sektor unggulan yang
memberikan peran yang cukup signifikan terhadap total PDRB Kota Makassar
yaitu sebesar 20,30 persen dengan pertumbuhan 6,03 persen pada tahun 2015.
Berdasarkan nilai tambah dalam persentase yang dihasilkan oleh masing-
masing kategori industri maka industri makanan minuman memberi andil
terbesar yakni sebesar 63 persen terhadap total nilai tambah sektor industri di
Kota Makassar, hal ini sejalan dengan banyaknya perusahaan industroi
makanan/minuman yang ada di Kota Makassar tahun 2015 Perusahaan yang jg
berperan terhadap total nilai tambah sektor industri yang ada di Kota Makassar
adalah kategori industri barang-barang dari logam mesin yaitu 33 persen dan
sisanya menyebar di perusahaan industri lainnya.
Untuk aspek perdagangan, Perdagangan kota Makassar tergolong maju.
Pusat-pusat perniagaan dari pasar-pasar tradisional, pasar grosir sampai mal-
mal modern berkembang pesat. Sektor perdagangan terkait erat dengan sektor
industri dan transportasi. Untuk mengantisipasi perkembangan industri dan tata
kota, pemda telah menyediakan lahan untuk kawasan industri seluas 200 hektar
dengan nama PT Kawasan Industry Makassar (KIMA). Dimana terdapat 21
industri besar dan 40 industri sedang yang terkonsentrasi di kecamatan
Biringkanaya dan konsentrasi industri besar kedua terdapat di kecamatan
Tamalanrea dan kecamatan Panakkukang masing-masing 5 unit.
Sementara itu kawasan perdagangan utama kota Makassar terdapat di
Pasar sentral sebagai pusat, wilayah Panakkukang dan Daya sebagai sub pusat
pelayanan selain itu terdapat 2 Mall (Mall Ratu Indah dan Phinisi Point) dan
kawasan perdagangan Somba Opu, sedangkan jalan jendral Sudirman, jalan
Ratulangi cenderung untuk berubah menjadi kawasan perdagangan. Kemajuan
inilah yang mengundang berbagai lapisan masyarakat dari segala penjuru
datang dan berkunjung di Kota Makassar.(Pemkot Makassar).

14
C. Aspek Pembangunan Kota
Adanya proses urbanisasi memberikan dampak besar bagi morfologi
kawasan perkotaan. Sesuai uraian di tinjauan pustaka, yang menjelaskan bahwa
salah satu faktor pendorong pertumbuhan kota adalah fungsi yang diemban kota.
Dalam hal ini yaitu aktivitas utama atau yang paling menonjol yang dijalankan oleh
kota tersebut.
Makassar sebagai ibukota provinsi Sulawesi Selatan, memiliki beragam
fungsi misalnya sebagai pusat kawasan pendidikan, kawasan budaya, dan
kawasan wisata. Hal ini ditandai dengan banyaknya perguruan tinggi yang ada
di Makassar, kekayaan budaya yang ada di museum La galigo, dan beberapa
kawasan wisata yang menarik masyarakat untuk berkunjung ke Kota ini.
Sesuai data Statistik Daerah Kota Makassar (2017), komposisi penduduk
Kota Makassar didominasi oleh penduduk usia muda. Hal ini tidak terlepas dari
keberadaan Kota Makassar sebagai penyedia sarana pendidikan khususnya
perguruan tinggi yang cukup banyak dengan berbagai jenis jurusan pendidikan
yang tersedia, sehingga menjadi salah satu kota yang menjadi tujuan para alumni
SLTA di bagian timur Indonesia untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
perguruan tinggi.
Selain itu, di aspek pariwisata, Kota Makassar juga mengalami
perkembangan yang pesat dengan beberapa tempat wisata yang memberikan
kesan menarik bagi para wisatawan diluar Makassar. Terbukti dengan data
Statistik Daerah Kota Makassaryang menyebutkan bahwa jumlah hotel di Kota
Makassar pada tahun 2016 telah mencapai 271 hotel, terdiri dari 88 hotel
berbintang dan 97 hotel non bintang. Dari 88 hotel berbintang, terdiri 16 hotel
bintang 1, 33 hotel bintang 2, 28 hotel bintang 3, 9 hotel bintang 4, dan 2 hotel
bintang 5. Di Kota Makassar ada beberapa tempat wisata yang cukup menarik
untuk dikunjungi antara lain Trans Studio, Pantai Akkarena, Pulau Kayangan,
Tanjung Bayang, Tanjung Merdeka, Bugis Water Park, Museum Lagaligo, dan
Pantai Losari.

15
4.2 Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi Di Kota Makassar
Berdasarkan tinjaun pustaka, Haryono menyebutkan beberapa faktor
penyebab urbanisasi salah satunya adalah pertumbuhan industri di kota-kota
besar yang banyak membuka peluang kerja. Hal tersebut menjadi tolak ukur
utama terjadinya urbanisasi di Kota Makassar. Sesuai penjelasan pada aspek
industri, Makassar memiliki beragam industri untuk dimanfaatkan oleh penduduk
daerah diluar kawasan Kota Makassar.
Selain industri, faktor lain adalah kemajuan sarana dan prasarana di kota
yang mendukung kebutuhan beberapa masyarakat dari desa. Seperti misalnya
ketersediaan sandang, pangan, dan papan di kota Makassar yang lebih
kompleks dibanding dengan kondisi di beberapa daerah. Sehingga mengundang
para pelaku rumah tangga memilih Makassar sebagai tempat persinggahan.
Makassar sebagai kawasan pendidikan juga menjadi salah satu faktor
terjadinya urbanisasi, terbukti dengan banyaknya perguruan tinggi negeri
maupun swasta yang ada di Makassar. Hal tersebut membuat para lulusan
sekolah menengah dari berbagai daerah baik dari luar maupun dari Sulawesi
untuk mengenyam pendidikan di kota Makassar. Selain itu, ditinjau dari
ketersediaan lapangan pekerjaan, menjadi alasan beberapa penduduk dari luar
kota untuk datang dan menetap sebagai tenaga kerja di Makassar.
Lebih banyak kesempatan untuk maju juga menjadi indikasi masyarakat
melakukan urbanisasi karena besarnya upah yang ditawarkan di daerah
perkotaan dengan berbagai jenis lapangan kerja yang tersedia. Sisi lain
terdapatnya berbagai kesempatan untuk rekreasi dan pemanfaatan waktu luang,
seperti bersantai di berbagai bioskop dan tempat hiburan di Makassar untuk
sekadar menikmati susasana dengan keluarga atau kerabat. Bagi orang-orang
atau kelompok tertentu di kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri
dari kontrol sosial yang ketat.

16
4.3 Dampak dan Solusi yang ditawarkan

Dampak urbanisasi di negara maju berbeda bila dibandingkan dengan


negara berkembang. Bedanya adalah dinegara berkembang secara fisik kota
akan tumbuh menjadi besar dan luas dengan tingkat teknologi dan kualitas
kehidupan kota yang kurang memadai, misalnya pemukiman miskin, sarana
prasarana yan kurang memadai. Sebaliknya di negara maju perubahan fisik
kota berkembang dengan pemukiman elite di pinggiran kota yang ditunjang
dengan teknologi maju. Berikut beberapa dampak yang ditinjau dan diamati
berdasarkan hasil survei di Kota Makassar.

1. Kemacetan Lalu lintas


Masalah umum yang sering melanda daerah perkotaan adalah
kemacetan. Sama halnya di kota Makassar dengan adanya lonjakan penduduk
maka dampak yang paling dominan adalah kemacetan. Salah satu daerah yang
menjadi rawan kemacetan di Makassar adalah di jl. Perintis kemerdekaan, lebih
spesifik lagi di kawasan pusat perbelanjaan Makassar Town Square (MTos).

Dari permasahan tersebut solusi yang ditawarkan penulis pertama adalah


untuk pemerintah kota, agar menyediakan sarana dan prasana lalu lintas yang
memadai. Salah satu gagasan yang saya usulkan untuk mengurai masalah
kemacetan ini adalah dengan menyediakan lalu lintas perkereta apian di kota
Makassar. Atau setidaknya meningkatkan jalur khusus untuk tiap jenis
kendaraan.

17
2. Menurunnya Kualitas lingkungan hidup

Banyaknya penduduk juga berdampak pada lingkungan hidup, perubahan


lingkungan yang dimaksud berarti perubahan letak atau keadaan suatu wilayah
yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan hidup di suatu daerah.

Jl. Perintis kemerdekaan VII Jl. Antang makassar

Sumber: Survei lapangan 2017


Di wilayah kota khususnya Makassar, sangat sulit kita temukan lahan yang
berpotensi sebagai lahan bercocok tanam. Menurunnya kualitas lingkungan
hidup bisa kita lihat dari foto diatas. Dari foto terpapar jelas bahwa terjadi alih
fungsi lahan yang berarti berubahnya fungsi lahan untuk kepentingan
pembangunan. Sehingga tidak salah bila dampak yang ditimbulkan berupa
kerusakan alam akibat tidak terjadi keseimbangan.

Dari masalah, penulis memaparkan solusi berupa ajakan bagi calon


perencana terkhusus untuk departemen teknik perencanaan wilayah kota
Universitas Hasanuddin untuk meningkatkan kualitas dan integritas sebagai
mahasiswa agar kelak menjadi teknokrat yang mampu mengubah paradigma
pembangunan yang berasas pada segi pemanfaatan dan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan.

18
3. Kemiskinan dan lonjakan pendapatan perkapita
Masalah kemiskinan juga menjadi masalah terbesar yang dihadapi
bangsa ini. Bagaimana tidak, hal ini berkaitan erat dengan banyaknya jumlah
penduduk yang ada. Semakin padat penduduk maka kesempatan untuk
mendapat lapangan pekerjaan sangat sedikit terlebih bagi sumber daya manusia
yang tidak memiliki keterampilan apapun.
Solusi permasalahan ini ada di tangan pemerintah kota. Pemerintah
sebagai pemegang amanah harus menjalankan kewajiban secara professional
serta harus menggunakan anggaran masyarakat sebaik-baiknya bukan malah
merampas hak yang bukan milik mereka. Pemerintah juga perlu untuk
meningkatkan dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Diluar
daripada itu perlu diadakan seminar atau sosialisasi di masyarakat untuk
mengembangkan kemampuan agar mengurangi pengangguran di daerah
perkotaan. Selain menghindari pengangguran juga sebagai jalan untuk
menghadapi masyarakat ekonomi asean.

Jembatan layang jl. Perintis kemerdekaan Kel. Tamangappa raya antang

Sumber: Survei lapangan 2017

19
4. Saluran air yang tidak memadahi

Saluran air sangat penting untuk menunjang kelangsungan hidup sehari


hari. Tidak hanya untuk daerah pedesaan namun di daerah perkotaan ada
banyak saluran irigasi. Tingginya kepadatan penduduk akibat urbanisasi
menyebabkan masyarakat tidak memikirkan kepentingan irigasi dan perairan.
Kebanyakan dari sungai di Perkotaan beralih fungsi menjadi kawasan
pembuangan yang tidak higienis.

Sungai di kawasan pasar terong Sungai di kawasan antang

Sumber: Survei lapangan 2017

Dengan melihat kondisi diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa


memang masyarakat hanya pandai menggunakan namun tidak bertanggung
jawab atas perbuatannya. Gambar tersebut diambil di salah satu pasar yang ada
di Makassar yaitu pasar terong lebih tepatnya di jl. Terong Makassar dan sungai
di kawasan antang. Dengan melihat kedua kondisi tersebut sangat Nampak
perbedaan dari keduanya. Gambar kiri mengidentifikasikan bahwa sungai tidak
terakomodir dengan baik karena kurangnya kepedulian masyarakat menjaga
lingkungan dan mungkin karena lokasinya yang berada di sekitar kawasan pasar.
Gambar yang lain masih terjamin kebersihannya karena lokasinya yang strategis
jauh dari aktivitas masyarakat sekitar.

20
5. Pemukiman Kumuh penduduk

Pemukiman warga di jl. Perintis Kemerdekaan VI Pemukiman warga di blantaran sungai pasar terong

Sumber: Survei lapangan 2017


Potret diatas adalah bukti nyata bahwa kepadatan penduduk
menimbulkan masalah pemukiman. Pemukiman diatas adalah salah satu contoh
masalah yang harus kita selesaikan di kota ini. Sebab, dengan banyaknya
pemukiman kumuh yang bertebaran di kota akan menyebabkan terjadinya
kemiskinan yang fatal.

Permukiman kumuh merupakan masalah sosial yang tidak mudah untuk


diatasi. Selain alasan kemisikinan perumahhan kumuh masyarakat menjadi
masalah serius sebab masyarakat dengan seenaknya mendirikan rumah atau
kios secara liar di lahan pinggir jalan sehingga mengganggu ketertiban lalu lintas
yang akhirnya menimbulkan kemacetan. Tidak hanya itu, terbentuknya
pemukiman kumuh dipandang potensial menimbulkan banyak masalah
perkotaan.
Warga di pemukiman kumuh kerap di gusur, tanpa ada solusi bagi mereka
selanjutnya. Hal ini menjadi tindak lanjut pemerintah untuk bisa mengakomodasi
hal ini dengan melakukan relokasi ke kawasan khusus. Dengan penyediaan
lahan khusus tersebut, pemerintah bisa membangun kawasan tempat tinggal
terpadu atau rumah susun yang ramah lingkungan untuk disewakan kepada
mereka. Namun, tetap saja pembangunan harus menyediakan lahan untuk ruang
terbuka hijau, sehingga masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat.
Tujuan dari ini semata-mata untuk mengatur tata letak kota agar menjadi lebih
baik lagi.

21
6. Proyek pembangunan infrastruktur kota yang tidak berjalan

Mamminasata, siapa yang tidak kenal dengan konsep tersebut. Konsep


ini rasanya sudah lama terngiang di telinga masyarakat kota Makassar dan
sekitarnya. Banyak harapan masyarakat jika konsep ini berjalan di kemudian
hari. Jalan pintas, tidak macet, tidak berdebu menjadi impian masyarakat.
Namun hingga hari ini masalah-masalah tersebut masih kusut dan belum terurai.
Simpang siur pun terwujud. Apakah konsep ini akan terwujud.

Keluar dari konsep mamminasata, masih banyak lagi proyek lain yang
sampai sekarang belum selesai terbangun dikarenakan ketidak becusan
kontraktor yang menangani proyek. Hal ini dipicu karena para pemegang proyek
hanya tergiur pada jumlah materi yang ditawarkan pemerintah untuk satu proyek.
Sehingga orang berlomba-lomba untuk mendapatkan namun sayangnya tidak
memikirkan bagaimana tindak lanjutnya kedepan.

Jl. Tamangappa Antang Jembatan Tello

Sumber: Survei lapangan 2017

Gambar diatas merupakan salah satu contoh proyek lama yang tidak
berjalan. Kini saatnya para sarjana tehnik mengarahkan kekuatan untuk
membangun kota. Kita sebagai calon sarjana sejak dini harus menanamkan
sikap menjunjung tinggi asas kebermanfaatan dan kemaslahatan masyarakat.
Sebab, dengan menanamkan sejak dini nantinya kita bekerja secara professional
bukan karena alasan keuangan yang menggiur.

22
7. Tempat pembuangan akhir yang tidak memadai

Volume sampah setiap harinya di kota Makassar terus meningkat. Hal ini
menjadi masalah yang membutuhkan penanganan segera.seab jika tidak
ditanggulangi segera maka dikhawatirkan kota Makassar akan dikepung oleh
sampah beberapa tahun kedepannya.Bertambahnya volume sampah yang
semakin hari kian meluas dan menggunung membuat kawasan-kawasan TPA
(tempat pembuangan akhir) menjadi kelebihan kapasitas. TPA tamangappa
Antang misalnya, setelah melakukan survei keadaan disana membuktikan
bahwa tidak tersedia lagi lahan untuk pembuangan sampah sehingga
masyarakat mengeluh karena lahan mereka dimanfaatkan untuk pembuangan
sampah.
Semua masalah memiliki keterkaitan satu sama lain. Produksi sampah
meningkat karena jumlah penduduk yang semakin meningkat. Untuk mengatasi
hal tersebut, sebagai masyarakat kita harus pandai melakukan pengolahan
terhadap sampah yang masih layak untuk di daur ulang.

Untuk menangani permasalahan sampah dan tempat pembuangan akhir


secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Masalah
alternaif tersebut harus bisa menangani semua limbah yang dibuang kembali ke
ekonomi masyarakat atau kea lam. Sehingga, dapat mengurangi tekanan
terhadap sumber daya alam. Meminimalisasi sampah merupakan satu solusi
yang harus dijadikan prioritas pertama sebab dengan meminimalisasi setidaknya
mengurangi lonjakan sampah yang menggunung. Sampah yang dibuang akan
sangat baik jika dipilah. Sehingga di tiap bagian apat dikomposkan atau di daur
ulang secara optimal.

Tempat pembuangan di sekitar pasar Perintis kemerdekaan IV TPA Tamangappa Antang

23
8. Minimnya kesadaran tertib lalu lintas

Penjabaran dari masalah kemacetan adalah minimnya kesadaran


masyarakat kita untuk tertib dalam berlalu lintas. Banyak hal yang bisa
menjadi bukti nyata mengenai hal ini. Salah satunya adalah mengenai
tertib pada rambu-rambu lalu lintas. Di jaman seperti sekarang
masyarakat mengalami tuna rambu. Rambu lalu lintas seakan sebagai
pajangan yang tidak perlu diperhatikan.

Kasus diatas membuktikan bahwa masyarakat dijajah dengan rasa


apatis terhadap rambu yang ada. Inilah sebab akutnya kemacetan di
daerah kota. Mengapa tidak, semua orang seakan berlomba untuk
menguasai jalan dan seakan semua memiliki kepentingan mendesak,
sehingga tidak mempedulikan keadaaan jalan yang dilanda macet.

Bukan hanya masalah rambu lalulintas. Parkir bebas juga menjadi


penyebab akutnya kemacetan. Dibawah adalah contoh parker bebas di
jln. Perintis kemerdekaan tepatnya di sekitar kawasan perbelanjaan
Makassar town square.Solusi paling cerdas adalah memberikan sanksi
yang berat berupa tagihan tinggi untuk pelanggar rambu sekaligus para
pelaku parker bebas. Tagihan tinggi bisa menjadi solusi agar dana yang
didapatkan menjadi tambahan dana bagi pemerintah untuk membangun
kota.

Parker bebas di jl. Tamalanrea Perumnas BTP Keadaan lalu lintas di kawasan antang

Sumber: Survei lapangan 2017


24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota, erat kaitannya dengan
kondisi urbanisasi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ada beberapa
faktor yang memengaruhi yaitu Perbedaan pertumbuhan dan ketidakmerataan
fasilitas antara desa dengan kota, tersedianya sarana dan prasarana yang
memadahi di daerah perkotaan, serta pertumbuhan industri di kota-kota besar
yang banyak membuka peluang kerja. Hal tersebut mengundang para imigran
untuk tinggal dan menetap di kota.

Untuk kota Makassar sendiri, faktor yang menyebabkan adalah faktor


pertumbuhan ekonomi dan industrinya yang melaju pesat, sehingga
mengundang para pencari kerja untuk mengadu nasib di Makassar. Selain itu,
Makassar sebagai kawasan pendidikan yang menyediakan berbagai perguruan
tinggi baik negeri maupun swasta menjadi sasaran utama para lulusan sekolah
menengah di daerah kawasan Indonesia timur khususnya Sulawesi. Di sector
pariwisata, Makassar juga tidak kalah dengan beberapa kota mancanegara
karena banyaknya kawasan wisata yang bisa menjadi alternatif masyarakat
diluar kota Makassar untuk berlibur di kota yang berbatasan dengan selat
Makassar ini.

Dari berbagai faktor tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan kota
dan kepadatan penduduk akan saling berpengaruh. Dimana di satu sisi memberi
dampak positif dan di sisi lain memberi dampak negatif. Seperti yang diuraikan
di pembahasan berbagai dampak ditimbulkan seperti misalnya kemacetan,
pemukiman yang semrawut, menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan
tingginya angka kemiskinan serta maraknya tindak kejahatan. Namun dari
berbagai dampak yang ditimbulkan, penulis memberikan solusi alternatif untuk
mengatasi dan mencegah perluasan dampak di berbagai sektor pembangunan
perkotaan.

25
5.2 Saran

Berdasarkan solusi yang ditawarkan penulis, berikut beberapa saran yang


bisa dijadikan pertimbangan;

1. Untuk Pemerintah Kota Makassar


Agar memperkuat regulasi mengenai urbanisasi untuk mengurangi
berbagai dampak yang akan berimbas bagi kemajuan pembangunan. Selain
itu, pemerintah juga diharapkan mampu menampung berbagai aspirasi
masyarakat demi tercapainya sinergi antara masyarakat dan pemerintah
Kota Makassar.
2. Untuk Masyarakat
Agar mampu meningkatkan kualitas diri dalam menghadapi berbagai
tantangan zaman yang ada.

3. Untuk Mahasiswa
Sebagai Agent of change, harus memberikan solusi bijak terhadap
masalah yang ada dilingkungan masyarakat sebagai bentuk pengabdian dan
implementasi dalam mewujudkan Tri Dharma perguruan tinggi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pendiikan Dan kebudayan. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia


jilid V: Jakarta.
Branch, Melville C. 1996. Perencanaan Kota Komprehensif; Pengantar dan
Penjelasan. Alih Bahasa Bambang Hari Wibisono, Penyunting Achmad Djunaedi.
Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Aminudin, Moh. 1987. Kemiskinan dan Polarisasi Sosial:Studi Kasus di Desa
Bulugede, Kabupaten Kendal, JawaTengah. UI Press: Jakarta.
Effendi, Tadjuddin Noer. 1985 “Masalah Ketenagakerjaan di Pedesaan dan
Strategi Penanganannya,” CV Rajawali: Jakarta
Collier, William L. 1974. Jurnal ilmiah “Sistem Tebasan, Bibit Unggul, dan
Pembaharuan Desa di Jawa,” (diakses tanggal 20/10/2017)

Yohanes S. 2014. Jurnal ilmiah: Proses Dan Dampak Urbanisasi- IKIP Vetran
Semarang. (diakses tanggal 20/10/2017)

Indrwan. 2017. Makalah: Urbanisasi Kota Makassar- Universitas Muslim


Indonesia. (diakses tanggal 20/10/2017)

Ensiklopedia Nasional Indonesia (diakses tanggal 20/10/2017)

BPS Kota Makassar Makassar. 2017. Publikasi Makassar dalam Angka 2017.
https://makassarkota.bps.go.id/index.php/publikasi. (diakses tanggal
24/10/2017)

BPS Kota Makassar Makassar. 2017. Publikasi Statistik Daerah Kota Makassar
2017. https://makassarkota.bps.go.id/index.php/publikasi. (diakses tanggal
24/10/2017)

Jurnal ilmiah Definisi Kota- Unair. http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id. (diakses


tanggal 20/10/2017)

27

Anda mungkin juga menyukai