PERTUMBUHAN PERKOTAAN
STUDI KASUS: KOTA MAKASSAR
OLEH:
Sampul ............................................................................................................ i
Bab I Pendahuluan.......................................................................................... 1
Bab II Pembahasan......................................................................................... 4
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini dengan
tepat waktu tanpa kendala. Sholawat dan salam tetap kita curahkan kepada baginda
Nabiullah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama dengan bahasa yang sangat indah.
Penulis merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan Laporan yang diberi
judul Analisis Urbanisasi & Dampaknya Terhadao Pembangunan Kota, Studi Kasus:
Kota Makassar sebagai tugas mata kuliah Pengantar Perencanaan Wilayah Kota. Dalam
laporan ini, penulis mencoba menjelaskan mengenai dampak dari adanya urbanisasi dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan perkotaan di Kota Makassar.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya laporan ini, termasuk semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik secara moril maupun materi.
Penulis memahami jika bahwa laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya- karya penulis
dilain waktu.
Makassar, 23 Oktober 2017
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berbicara soal kota dan pertumbuhannya memang tidak akan terlepas
dari pembahasan terhadap proses urbanisasi sebagai suatu fenomena global.
Terkait dengan pertumbuhan perkotaan yang sangat pesat, yang menjadi
tantangan adalah implikasi pertumbuhan perkotaan yang erat kaitannya terhadap
berbagai aspek antara lain morfologi, jumlah penduduk, hukum, ekonomi, dan
sosial.
Sebagai objek penelitian, penulis mengambil Kota Makassar sebagai
tempat untuk melihat fenomena urbanisasi yang bisa memengaruhi pertumbuhan
penduduknya dari berbagai aspek. Dalam laporan ini penulis akan meninjau
secara langsung kondisi urbanisasi dan pertumbuhan kota Makassar serta
dampak yang ditimbulkan dari proses urbanisasi tersebut.
2
1.4 MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari laporan ini dijelaskan secara teoritis
dan praktis, dengan uraian sebagai berikut;
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urbanisasi Dan Faktor Penyebabnya
Kecenderungan yang terjadi dalam perkembangan kota-kota di
negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah adanya pertumbuhan
penduduk yang begitu pesat, yang seringkali tidak lagi dapat diantisipasi
oleh daya dukung kota secara layak, terutama dalam hal penyediaan
fasilitas-fasilitas kehidupan bagi warganya.
Pesatnya pertumbuhan penduduk kota di samping terjadi karena
pertumbuhan yang bersifat alami, terutama juga disebabkan oleh arus
urbanisasi. Meningkatnya arus urbanisasi tersebut nampaknya berseiring
banyaknya pusat-pusat perekonomian yang dibangun di daerah
perkotaan, terutama dalam bidang industrialisasi. Banyak kota besar yang
dalam kenyataannya tidak mampu lagi menyediakan pelayanan sanitasi,
kesehatan, perumahan, transportasi, dan lapangan kerja lebih dari yang
minimal kepada sebagian penduduknya.
Urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah suatu
proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah
perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan
sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah.
Pengertian urbanisasi ini pun berbeda-beda, sesuai dengan
interpretasi setiap orang yang berbeda-beda. Ir. Triatno Yudo Harjoko
(2010) pengertian urbanisasi diartikan sebagai suatu proses perubahan
masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang non-urban menjadi
urban. Secara spasial, hal ini dikatakan sebagai suatu proses diferensiasi
dan spesialisasi pemanfaatan ruang dimana lokasi tertentu menerima
bagian pemukim dan fasilitas yang tidak proporsional.
Menurut Herlianto (1986), urbanisasi ditinjau dari konsep
keruangan (spasial) dan ekologis sebagai suatu gejala geografis. Konsep
pemikirannya didasarkan pada adanya gerakan/perpindahan penduduk
dalam suatu wilayah atau perpindahan penduduk keluar dari suatu
4
wilayah tertentu. Gerakan atau perpindahan penduduk yang terjadi
tersebut disebabkan adanya salah satu komponen dari ekosistemnya
yang kurang atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga terjadi
ketimpangan dalam ekosistem setempat, serta terjadinya adaptasi
ekologis baru bagi penduduk yang pindah dari daerah asalnya ke daerah
baru (perkotaan).
Menurut Haryono (1999) ada beberapa faktor yang disinyalir
menjadi pendorong meningkatnya arus urbanisasi, di antaranya:
1. Perbedaan pertumbuhan dan ketidakmerataan fasilitas antara
desa dengan kota dalam berbagai aspek kehidupan
2. Semakin meluas dan membaiknya sarana dan prasarana
transportasi,
3. Pertumbuhan industri di kota-kota besar yang banyak membuka
peluang kerja,
4. pembangunan pertanian, khususnya melalui paket program
revolusi hijau. Tetapi pada umumnya faktor ekonomi dianggap
sebagai faktor utama menjadi pendorong arus urbanisasi.
Dalam Yohanes (2014), Charles Whyne Hammond juga
menyebutkan beberapa faktor pendorong urbanisasi yaitu;
1. Kemajuan di bidang pertanian membutuhkan pasar dan konsumsi
yang lebih besar, yang ada di kota
2. Industrialisasi, butuh pasar, tenaga kerja, teknologi, tenaga skil,
transportasi, bahan mentah yang mudah di kota
3. Potensi pasar, pasar yang lengkap atau dan dapat menyediakan
kebutuhan masyarakat dengan mudah adanya di kota.
4. Peningkatan pelayanan, untuk pendidikan, kesehatan pemerintah
dan lain-lain yang ada di kota.
5. Kemajuan transportasi, dengan banyaknya penduduk dan untuk
mobilitasnya di butuhkan sarana dan prasarana transpotasi yang
memadai
5
2.2 Teori Pertumbuhan Kota & kaitannya Dengan Urbanisasi
Perkembangan kota, pada hakikatnya menyangkut berbagai aspek
kehidupan. Dimana Perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah suatu proses perubahan keadaan dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda.
Adapun definisi kota menurut John Sirjamaki (1964) adalah pusat
komersial dan industri, merupakan kependudukan-kependudukan dengan
tingkat pemerintah sendiri yang diatur oleh pemerintah kota. Kota-kota itu
juga merupakan pusat-pusat untuk belajar serta kemajuan kebudayaan.
Perkembangan dan pertumbuhan kota berjalan sangat dinamis. Melalui
referensi berbeda, Jones (1966) menegaskan bahwa kota tercakup unsur
keluasan wilayah, kepadatan penduduk yang bersifat heterogen dan
bermata pencaharian nonpertanian, serta memiliki fungsi administratif,
ekonomi, dan budaya.
6
3. Fungsi yang diemban kota, yaitu aktivitas utama atau yang paling
menonjol yang dijalankan oleh kota tersebut. Kota yang memiliki
banyak fungsi, seperti fungsi ekonomi dan kebudayaan, akan lebih
cepat perkembangannya daripada kota berfungsi tunggal.
4. Sejarah dan kebudayaan yang melatarbelakangi terbentuknya kota
juga berpengaruh terhadap perkembangan kota, karena sejarah
dan kebudayaan mempengaruhi karakter fisik dan masyarakat
kota.
5. Unsur-unsur umum, yakni unsur-unsur yang turut memengaruhi
perkembangan kota seperti bentuk pemerintahan dan organisasi
administratif, jaringan transportasi, energi, pelayanan sosial dan
pelayanan lainnya.
Dari unsur tersebut, Semua saling berkaitan satu sama lain. Dalam
tampilan fisik tercermin dari bentukan fisik perkotaan yang mengemban
fungsi-fungsi tertentu. Pertumbuhan kota lebih cenderung dianalisis dari
pertumbuhan penduduk perkotaan. Dimensi perkembangan dan
pertumbuhan kota dapat ditinjau dari pengaruh pertumbuhan penduduk
yang tidak terlepas dari suatu proses yang telah disebutkan sebelumnya
mengenai urbanisasi.
7
melakukan migrasi adalah karena faktor ekonomi. (Sukamdi dan Abdul
Haris: 1998)
8
BAB III
GAMBARAN UMUM
9
Dari luas wilayah, adapun luas daratan masing-masing kecamatan, yaitu,
Mariso (1,82 km2 ), Mamajang (2,25 km2 ), Tamalate (20,21 km2 ), Rappocini
(9,23 km2 ), Makassar (2,52 km2 ), Wajo (1,99 km2 ), Bontoala (2,10 km2 ), Ujung
Tanah (4,40 km2 ), Tallo (5,83 km2 ), Panakkukang (17,05 km2 ), Biringkanaya
(48,22 km2 ), serta Tamalanrea (31,84 km2 ), dan kecamatan Kep. Sangkarrang
(1,54 km2 ), Manggala (24,14 km2 ), Ujung Pandang (2,63 km2 ),
Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk
laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 98. Kepadatan penduduk di
Kota Makassar tahun 2016 mencapai 8.361 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah
penduduk per rumah tangga empat orang. Kepadatan penduduk di 15
kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di
Kecamatan Makassar dengan kepadatan sebesar 33.634 jiwa/km2 dan terendah
di Kecamatan Tamalanrea sebesar 3.523 jiwa/km2 .
10
lebih banyak dibandingkan perempuan, terdaftar 3.027 laki-laki dan 2.678
perempuan pencari kerja terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja. Proporsi terbesar
pencari kerja yang mendaftar pada Dinas Tenaga Kerja berpendidikan terakhir
SMA yaitu sebesar 47,48 persen (2.709 pekerja) dan yang ditempatkan
sebanyak 1.935 pekerja di tahun 2016.
11
BAB IV
12
Untuk tingkat kesejahteraan penduduk dapat kita lihat dari tingkat
pendapatannya. Bertolak pada data Badan Pusat Statistik 2017, di tahun 2013
hingga 2016 tingkat kesejahteraan penduduk Kota Makassar mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pengeluaran perkapita
penduduk sebagai pertanda adanya peningkatan pendapatan, baik secara
nominal maupun secara riil. Pengeluaran nominal perkapita penduduk meningkat
dari Rp. 992.805 pada tahun 2013 naik menjadi Rp 1.050.725 pada tahun 2014.
Demikian juga tahun 2016 dari Rp. 1.111.537 tahun 2015 naik mejadi Rp.
1.436.605 tahun 2016. Dalam kurun waktu tahun 2013 hingga 2016 terjadi
kenaikan sebesar 44,70 persen pengeluaran perkapita perbulan penduduk Kota
Makassar.
.Kesejahteraan penduduk tersebut, mengindikasikan bahwa Makassar
berkembang cukup pesat sehingga menjadi alternatif penduduk usia muda atau
dewasa sebagai tempat mencari pekerjaan. Hal tersebut terbukti dengan data
jumlah penduduk yang berumur 15 hingg 24 tahun mencapai 353.360 jiwa atau
sekitar 24,04 persen pada tahun 2016.
13
industri lainnya sebanyak 48 perusahaan. Jika kita melihat dari sisi perekonomian
Kota Makassar maka Sektor Industri merupakan salah satu sektor unggulan yang
memberikan peran yang cukup signifikan terhadap total PDRB Kota Makassar
yaitu sebesar 20,30 persen dengan pertumbuhan 6,03 persen pada tahun 2015.
Berdasarkan nilai tambah dalam persentase yang dihasilkan oleh masing-
masing kategori industri maka industri makanan minuman memberi andil
terbesar yakni sebesar 63 persen terhadap total nilai tambah sektor industri di
Kota Makassar, hal ini sejalan dengan banyaknya perusahaan industroi
makanan/minuman yang ada di Kota Makassar tahun 2015 Perusahaan yang jg
berperan terhadap total nilai tambah sektor industri yang ada di Kota Makassar
adalah kategori industri barang-barang dari logam mesin yaitu 33 persen dan
sisanya menyebar di perusahaan industri lainnya.
Untuk aspek perdagangan, Perdagangan kota Makassar tergolong maju.
Pusat-pusat perniagaan dari pasar-pasar tradisional, pasar grosir sampai mal-
mal modern berkembang pesat. Sektor perdagangan terkait erat dengan sektor
industri dan transportasi. Untuk mengantisipasi perkembangan industri dan tata
kota, pemda telah menyediakan lahan untuk kawasan industri seluas 200 hektar
dengan nama PT Kawasan Industry Makassar (KIMA). Dimana terdapat 21
industri besar dan 40 industri sedang yang terkonsentrasi di kecamatan
Biringkanaya dan konsentrasi industri besar kedua terdapat di kecamatan
Tamalanrea dan kecamatan Panakkukang masing-masing 5 unit.
Sementara itu kawasan perdagangan utama kota Makassar terdapat di
Pasar sentral sebagai pusat, wilayah Panakkukang dan Daya sebagai sub pusat
pelayanan selain itu terdapat 2 Mall (Mall Ratu Indah dan Phinisi Point) dan
kawasan perdagangan Somba Opu, sedangkan jalan jendral Sudirman, jalan
Ratulangi cenderung untuk berubah menjadi kawasan perdagangan. Kemajuan
inilah yang mengundang berbagai lapisan masyarakat dari segala penjuru
datang dan berkunjung di Kota Makassar.(Pemkot Makassar).
14
C. Aspek Pembangunan Kota
Adanya proses urbanisasi memberikan dampak besar bagi morfologi
kawasan perkotaan. Sesuai uraian di tinjauan pustaka, yang menjelaskan bahwa
salah satu faktor pendorong pertumbuhan kota adalah fungsi yang diemban kota.
Dalam hal ini yaitu aktivitas utama atau yang paling menonjol yang dijalankan oleh
kota tersebut.
Makassar sebagai ibukota provinsi Sulawesi Selatan, memiliki beragam
fungsi misalnya sebagai pusat kawasan pendidikan, kawasan budaya, dan
kawasan wisata. Hal ini ditandai dengan banyaknya perguruan tinggi yang ada
di Makassar, kekayaan budaya yang ada di museum La galigo, dan beberapa
kawasan wisata yang menarik masyarakat untuk berkunjung ke Kota ini.
Sesuai data Statistik Daerah Kota Makassar (2017), komposisi penduduk
Kota Makassar didominasi oleh penduduk usia muda. Hal ini tidak terlepas dari
keberadaan Kota Makassar sebagai penyedia sarana pendidikan khususnya
perguruan tinggi yang cukup banyak dengan berbagai jenis jurusan pendidikan
yang tersedia, sehingga menjadi salah satu kota yang menjadi tujuan para alumni
SLTA di bagian timur Indonesia untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
perguruan tinggi.
Selain itu, di aspek pariwisata, Kota Makassar juga mengalami
perkembangan yang pesat dengan beberapa tempat wisata yang memberikan
kesan menarik bagi para wisatawan diluar Makassar. Terbukti dengan data
Statistik Daerah Kota Makassaryang menyebutkan bahwa jumlah hotel di Kota
Makassar pada tahun 2016 telah mencapai 271 hotel, terdiri dari 88 hotel
berbintang dan 97 hotel non bintang. Dari 88 hotel berbintang, terdiri 16 hotel
bintang 1, 33 hotel bintang 2, 28 hotel bintang 3, 9 hotel bintang 4, dan 2 hotel
bintang 5. Di Kota Makassar ada beberapa tempat wisata yang cukup menarik
untuk dikunjungi antara lain Trans Studio, Pantai Akkarena, Pulau Kayangan,
Tanjung Bayang, Tanjung Merdeka, Bugis Water Park, Museum Lagaligo, dan
Pantai Losari.
15
4.2 Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi Di Kota Makassar
Berdasarkan tinjaun pustaka, Haryono menyebutkan beberapa faktor
penyebab urbanisasi salah satunya adalah pertumbuhan industri di kota-kota
besar yang banyak membuka peluang kerja. Hal tersebut menjadi tolak ukur
utama terjadinya urbanisasi di Kota Makassar. Sesuai penjelasan pada aspek
industri, Makassar memiliki beragam industri untuk dimanfaatkan oleh penduduk
daerah diluar kawasan Kota Makassar.
Selain industri, faktor lain adalah kemajuan sarana dan prasarana di kota
yang mendukung kebutuhan beberapa masyarakat dari desa. Seperti misalnya
ketersediaan sandang, pangan, dan papan di kota Makassar yang lebih
kompleks dibanding dengan kondisi di beberapa daerah. Sehingga mengundang
para pelaku rumah tangga memilih Makassar sebagai tempat persinggahan.
Makassar sebagai kawasan pendidikan juga menjadi salah satu faktor
terjadinya urbanisasi, terbukti dengan banyaknya perguruan tinggi negeri
maupun swasta yang ada di Makassar. Hal tersebut membuat para lulusan
sekolah menengah dari berbagai daerah baik dari luar maupun dari Sulawesi
untuk mengenyam pendidikan di kota Makassar. Selain itu, ditinjau dari
ketersediaan lapangan pekerjaan, menjadi alasan beberapa penduduk dari luar
kota untuk datang dan menetap sebagai tenaga kerja di Makassar.
Lebih banyak kesempatan untuk maju juga menjadi indikasi masyarakat
melakukan urbanisasi karena besarnya upah yang ditawarkan di daerah
perkotaan dengan berbagai jenis lapangan kerja yang tersedia. Sisi lain
terdapatnya berbagai kesempatan untuk rekreasi dan pemanfaatan waktu luang,
seperti bersantai di berbagai bioskop dan tempat hiburan di Makassar untuk
sekadar menikmati susasana dengan keluarga atau kerabat. Bagi orang-orang
atau kelompok tertentu di kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri
dari kontrol sosial yang ketat.
16
4.3 Dampak dan Solusi yang ditawarkan
17
2. Menurunnya Kualitas lingkungan hidup
18
3. Kemiskinan dan lonjakan pendapatan perkapita
Masalah kemiskinan juga menjadi masalah terbesar yang dihadapi
bangsa ini. Bagaimana tidak, hal ini berkaitan erat dengan banyaknya jumlah
penduduk yang ada. Semakin padat penduduk maka kesempatan untuk
mendapat lapangan pekerjaan sangat sedikit terlebih bagi sumber daya manusia
yang tidak memiliki keterampilan apapun.
Solusi permasalahan ini ada di tangan pemerintah kota. Pemerintah
sebagai pemegang amanah harus menjalankan kewajiban secara professional
serta harus menggunakan anggaran masyarakat sebaik-baiknya bukan malah
merampas hak yang bukan milik mereka. Pemerintah juga perlu untuk
meningkatkan dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Diluar
daripada itu perlu diadakan seminar atau sosialisasi di masyarakat untuk
mengembangkan kemampuan agar mengurangi pengangguran di daerah
perkotaan. Selain menghindari pengangguran juga sebagai jalan untuk
menghadapi masyarakat ekonomi asean.
19
4. Saluran air yang tidak memadahi
20
5. Pemukiman Kumuh penduduk
Pemukiman warga di jl. Perintis Kemerdekaan VI Pemukiman warga di blantaran sungai pasar terong
21
6. Proyek pembangunan infrastruktur kota yang tidak berjalan
Keluar dari konsep mamminasata, masih banyak lagi proyek lain yang
sampai sekarang belum selesai terbangun dikarenakan ketidak becusan
kontraktor yang menangani proyek. Hal ini dipicu karena para pemegang proyek
hanya tergiur pada jumlah materi yang ditawarkan pemerintah untuk satu proyek.
Sehingga orang berlomba-lomba untuk mendapatkan namun sayangnya tidak
memikirkan bagaimana tindak lanjutnya kedepan.
Gambar diatas merupakan salah satu contoh proyek lama yang tidak
berjalan. Kini saatnya para sarjana tehnik mengarahkan kekuatan untuk
membangun kota. Kita sebagai calon sarjana sejak dini harus menanamkan
sikap menjunjung tinggi asas kebermanfaatan dan kemaslahatan masyarakat.
Sebab, dengan menanamkan sejak dini nantinya kita bekerja secara professional
bukan karena alasan keuangan yang menggiur.
22
7. Tempat pembuangan akhir yang tidak memadai
Volume sampah setiap harinya di kota Makassar terus meningkat. Hal ini
menjadi masalah yang membutuhkan penanganan segera.seab jika tidak
ditanggulangi segera maka dikhawatirkan kota Makassar akan dikepung oleh
sampah beberapa tahun kedepannya.Bertambahnya volume sampah yang
semakin hari kian meluas dan menggunung membuat kawasan-kawasan TPA
(tempat pembuangan akhir) menjadi kelebihan kapasitas. TPA tamangappa
Antang misalnya, setelah melakukan survei keadaan disana membuktikan
bahwa tidak tersedia lagi lahan untuk pembuangan sampah sehingga
masyarakat mengeluh karena lahan mereka dimanfaatkan untuk pembuangan
sampah.
Semua masalah memiliki keterkaitan satu sama lain. Produksi sampah
meningkat karena jumlah penduduk yang semakin meningkat. Untuk mengatasi
hal tersebut, sebagai masyarakat kita harus pandai melakukan pengolahan
terhadap sampah yang masih layak untuk di daur ulang.
23
8. Minimnya kesadaran tertib lalu lintas
Parker bebas di jl. Tamalanrea Perumnas BTP Keadaan lalu lintas di kawasan antang
5.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota, erat kaitannya dengan
kondisi urbanisasi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ada beberapa
faktor yang memengaruhi yaitu Perbedaan pertumbuhan dan ketidakmerataan
fasilitas antara desa dengan kota, tersedianya sarana dan prasarana yang
memadahi di daerah perkotaan, serta pertumbuhan industri di kota-kota besar
yang banyak membuka peluang kerja. Hal tersebut mengundang para imigran
untuk tinggal dan menetap di kota.
Dari berbagai faktor tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan kota
dan kepadatan penduduk akan saling berpengaruh. Dimana di satu sisi memberi
dampak positif dan di sisi lain memberi dampak negatif. Seperti yang diuraikan
di pembahasan berbagai dampak ditimbulkan seperti misalnya kemacetan,
pemukiman yang semrawut, menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan
tingginya angka kemiskinan serta maraknya tindak kejahatan. Namun dari
berbagai dampak yang ditimbulkan, penulis memberikan solusi alternatif untuk
mengatasi dan mencegah perluasan dampak di berbagai sektor pembangunan
perkotaan.
25
5.2 Saran
3. Untuk Mahasiswa
Sebagai Agent of change, harus memberikan solusi bijak terhadap
masalah yang ada dilingkungan masyarakat sebagai bentuk pengabdian dan
implementasi dalam mewujudkan Tri Dharma perguruan tinggi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Yohanes S. 2014. Jurnal ilmiah: Proses Dan Dampak Urbanisasi- IKIP Vetran
Semarang. (diakses tanggal 20/10/2017)
BPS Kota Makassar Makassar. 2017. Publikasi Makassar dalam Angka 2017.
https://makassarkota.bps.go.id/index.php/publikasi. (diakses tanggal
24/10/2017)
BPS Kota Makassar Makassar. 2017. Publikasi Statistik Daerah Kota Makassar
2017. https://makassarkota.bps.go.id/index.php/publikasi. (diakses tanggal
24/10/2017)
27