Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PERENCANAAN KOTA

PROSES URBANISASI

DAN DAMPAKNYA

DI KOTA SEMARANG

Dosen :

Tomi Eriawan, ST.,MT.

Oleh :

Nandhita Febrina Exson

1810015311012

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

i
2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan ketabahan serta membukakan pintu hati dan pikiran
penulis untuk dapat menyelesaikan “Makalah Terkait Proses Urbanisasi dan
Dampaknya di Kota Semarang”.

Bantuan baik berupa materil maupun non-materil serta bimbingan dari


semua pihak. Oleh karena itu Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orang tua penulis yang selalu ada dalam memberikan semangat penulis
untuk menyelesaikan Makalah Perencanaan Kota ini.
2. Bapak Tomi Eriawan, ST.,MT selaku dosen mata kuliah Perencanaan Kota,
yang telah memberikan pengarahan dan materi kepada Penulis dalam rangka
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar Penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik di
masa yang akan datang.
Akhir kata, Penulis ucapkan terimakasih.

Batusangkar, 11 Mei 2020

Penulis,
Nandhita Febrina Exson

i
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................3
1.4 Sistematika Penulisan..............................................................................3

BAB II STUDI LITERATUR...................................................................................................4


2.1 Konsep Kependudukan.............................................................................4
2.2 Konsep Urbanisasi....................................................................................4
2.3 Faktor Urbanisasi.....................................................................................5
2.4 Dampak Urbanisasi...................................................................................7
2.5 Urbanisasi Dalam Pertumbuhan Ekonomi...............................................9
BAB III GAMBARAN UMUM..............................................................................................11
3.1 Gambaran Umum Wilayah..........................................................................11
3.2 Jumlah Penduduk.........................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................15
4.1 Dampak Urbanisasi di Kota Semarang........................................................15
BAB V PENUTUP ................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan..................................................................................................20
5.2 Saran............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya pertumbuhan penduduk di samping terjadi karena pertumbuhan
yang bersifat alami, juga disebabkan oleh arus urbanisasi. Meningkatnya arus
urbanisasi tersebut terlihat seiring banyaknya pusat-pusat perekonomian yang
dibangun di daerah perkotaan, terutama dalam bidang industrialisasi. Namun,
arus urbanisasi ini menimbulkan berbagai macam masalah karena tidak ada
pengendalian di dalamnya. Masalah inilah yang dihadapi Negara Indonesia saat
ini yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi yang tidak diikuti dengan kecepatan
yang sebanding dengan perkembangan industrialisasi dimana masalah ini pada
akhirnya akan menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih.
Adanya urbanisasi yang berlebih ini menimbulkan berbagai masalah di
Indonesia, antara lain yaitu meningkatnya angka kemiskinan sehingga
pemukiman kumuh juga meningkat, banyaknya pengangguran, peningkatan
urban crime dan lain sebagainya. Sebenarnya arus urbanisasi ini dipicu karena
adanya perbedaan pertumbuhan atau tidak meratanya fasilitas-fasilitas dari
pembangunan, khususnya antara pedesaan dan perkotaan. Akibatnya, wilayah
perkotaan menjadi daya tarik bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan guna
meningkatkan taraf hidup mereka.
Seiring dengan perkembangan zaman, kota – kota besar di Indonesia memang
memiliki daya tarik bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaaan,
ketertarikan inilah yang menimbulkan fenomena urbanisasi. Di Indonesia sendiri,
berdasarkan perhitungan dari Badan Pusat Statistik, secara kumulatif diketahui
pada tahun 2020 tingkat urbanisasi sudah mencapai 56,7 persen, sedangkan
berdasarkan hasil proyeksi penduduk, diperkirakan pada tahun 2025 tingkat
urbanisasi telah mencapai 60,0 persen. Hal ini membuktikan adanya faktor sosial
pada masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dengan cara
berpindah.

1
Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang telah membawa akibat berupa
terjadinya kerusakan lingkungan, kemacetan lalu lintas, meningkatnya sektor
informal dan pengangguran, kriminalitas, serta berbagai konflik sosial politik
lainnya. Fenomena ini menjadi kajian bahwa Kota Semarang tengah mengalami
urbanisasi berlebih yakni ketidak seimbangan antara pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonominya. Kota ini dihuni oleh orang-orang dari berbagai latar
belakang daerah, suku bangsa, budaya dan bahasa. Banyak masyarakat pedesaan
pergi ke kota ini untuk mencari penghasilan yang lebih baik, hal ini disebut
sebagai urbanisasi.
Namun pada kenyataannya orang-orang yang berurbanisasi tidak semuanya
berhasil dalam pekerjaannya. Banyak diantara mereka yang hanya menjadi
pegawai rendahan atau menjadi buruh kecil. Hal inilah yang bukannya menjadi
sumber pendapatan daerah, akan tetapi menjadi beban anggaran daerah, karena
harus membangun infrastruktur dan sarana pelayanan sosial untuk masyarakat.
Kencangnya arus urbanisasi ini juga menyebabkan makin meningkatnya jumlah
penduduk di Kota Semarang.
Dilihat dari data, pertumbuhan penduduk kota Semarang tersebut terus
mengalami peningkatan mulai dari tahun 2010 sebesar 1.560.167 jiwa, tahun
2015 sebesar 1.701.172 jiwa, dan tahun 2019 sebesar 1.814.110 jiwa. Sedangkan
garis kemiskinan di Kota Semarang ini terus menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya dimana pada tahun 2017 sebesar 402.297 jiwa, tahun 2018 sebesar
427.511 jiwa, tahun 2019 sebesar 474.930 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk yang pesat di Kota Semarang ini tentu akan
membawa beragam permasalahan perkotaan seperti kemacetan dan
kesemrawutan kota, kemiskinan, meningkatnya kriminalitas, dan lain-lain. Oleh
karena itu, urbanisasi akan dilihat sebagai faktor penentu bagi sebuah kota dapat
berkembang baik secara fisik, maupun secara sosial. Dengan begitu, bentuk atau
pengertian dari urbanisasi itu dapat dilihat dengan lebih jelas juga akibat dampak
yang ditimbulkannya terhadap kehidupan di kota tersebut.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalahnya
sebagai berikut: Bagaimana dampak urbanisasi terhadap perkembangan Kota
Semarang?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas maka
tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dampak urbanisasi terhadap
perkembangan Kota Semarang.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang terkait permasalahan ekonomi kota khususnya
Urbanisasi yang berada di kota Semarang, tujuan serta sistematika penulisan
makalah

 BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini memaparkan teori yang berkaitan dengan urbanisasi

 BAB III GAMBARAN UMUM


Bab ini menjelaskan terkait gambaran umum di kawasan studi, serta data-data
pendukung lainnya yang diperlukan

 BAB IV ANALISIS
Bab ini berisi analisa permasalahan dan konsep penanganan permasalahan
yang dibahas dalam makalah ini.

 BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan, lesson learned berdasarkan apa yang telah dibahas
mulai BAB I hingga BAB IV

3
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Konsep Kependudukan
Studi kependudukan (population studies) lebih luas dari kajian demografi
murni, karena dalam memahami struktur dan proses kependudukan di suatu
daerah, faktor-faktor non demografis ikut dilibatkan juga. Untuk memperjelas
perbedaan antara demografi formal dengan studi kependudukan lewat perbedaan
antara variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh. Jika antara variabel
pengaruh dan variabel terpengaruh keduanya terdiri dari variable demografi maka
tipe studi tersebut adalah demografi murni, tetapi jika salah satu variabel adalah
non demografi, maka kajian tersebut adalah studi kependudukan. Studi
kependudukan dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe yang pertama mengambil
variabel non demografi sebagai variabel pengaruh dan variabel demografi sebagai
variabel terpengaruh, sedang sebaliknya tipe kedua mengambil demografi sebagai
variabel pengaruh.
Tipe Studi Variabel Bebas Variabel Tidak Bebas
Variabel Demografi Variabel Demografi
Demografi Formal  Komposisi Umur  Tingkat Kelahiran
 Tingkat Kelahiran  Komposisi Umur

Variabel Non Demografi Variabel Demografi


 Faktor Sosiologi, misal : kelas  Migrasi Keluar
Studi Kependudukan sosial
(contoh tipe 1)  Faktor Ekonomi, misal:
kesempatan ekonomi

Variabel Demografi Variabel Non Demografi


 Tingkat Kelahiran  Kebutuhan Pangan
Studi Kependudukan
 Migrasi Masuk  Kemiskinan
(contoh tipe 2)
 Tingkat Kematian  Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Kemmeyer, Kenneth CW, 1971.

2.2 Konsep Urbanisasi


Menurut Kingsley Davis (1965) urbanisasi adalah jumlah penduduk yang
memusat di daerah perkotaan atau meningkatnya proporsi tersebut.

4
Menurut Bintarto (1986:15) urbanisasi dapat dipandang sebagai suatu proses
dalam artian:
 Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk kota ; kota menjadi lebih
padat sebagai akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil
kenaikan fertilitas penghuni kota maupun karena adanya tambahan
penduduk dari desa yang bermukim dan berkembang di kota.
 Bertambahnya jumlah kota dalam suatu Negara atau wilayah sebagai
akibat dari perkembangan ekonomi, budaya dan teknologi.
 Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi suasana
kehidupan kota.
Urbanisasi biasanya dapat diukur dengan melihat proporsi jumlah penduduk
yang tinggal di daerah perkotaan. Untuk mengukur tingkat urbanisasi di suatu
daerah biasanya dengan menghitung perbandingan jumlah penduduk yang
tinggal di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk seluruhnya dalam suatu
wilayah.
Urbanisasi selayaknya menjadi peluang bagi perkotaan yang notabene
membutuhkan tenaga kerja untuk mendukung jalannya kegiatan perekonomian di
kota. Namun pada kenyataannya, urbanisasi di Indonesia malah menimbulkan
permasalahan karena tidak adanya pengendalian didalam prosesnya. Disamping
itu, fakta bahwa Indonesia memiliki konsentrasi penduduk yang tinggi yang tidak
sebanding dengan perkembangan industrialisasi mendorong fenomena urbanisasi
berlebih.
2.3 Faktor Urbanisasi
Pengaruh-pengaruh terjadinya urbanisasi bisa dalam bentuk sesuatu yang
mendorong atau memaksa, biasa disebut faktor pendorong seseorang untuk
melakukan perpindahan. Jika pengaruh dalam bentuk menarik perhatian
seseorang agar melakukan urbanisasi biasa disebut faktor penarik. Jadi urbanisasi
dibagi dalam beberapa faktor, yakni faktor penarik dan faktor pendorong.
a. Faktor Penarik

5
Faktor yang menarik perhatian masyarakat yang akan maupun yang
sudah melakukan dibagi dalam beberapa faktor :

 Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah masyarakat desa yang akan
melakukan urbanisasi akan berfikir kalau kehidupan dikota itu indah
karena mereka akan merasa bahwa mereka itu modern dan hidup dalam
kemewahan
 Sarana dan prasarana yang lebih lengkap Faktor inilah yang membuat
masyarakat semakin tertarik untuk melakukan urbanisasi, karena di kota
lengkapnya sarana dan prasarana dapat menunjang kehidupan mereka
 Banyak lapangan kerja dikota Berbagai banyak macam pekerjaan di kota
juga dapat menarik perhatian masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka
 Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas.
Para urban tidak hanya mencari pekerjaan di kota-kota besar akan tetapi
ada juga yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,
karena lebih baik akan kualitasnya

b. Faktor Pendorong.
Pengaruh untuk melakukan urbanisasi tidak hanya dengan adanya faktor
penarik saja, tetapi faktor pendorong pun juga berpengaruh terhadap
masyarakat yang melakukan urbanisasi. Faktor pendorong diantaranya :
 Lahan pertanian yang semakin sempit lahan pertanian di desa yang
semakin sempit, yang pada umumnya pekerjaan masyarakat desa bertani
membuat masyarakat bingung untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya. Karena lahan di desa semkin sempit maka warga desa pun
mengambil inisiatif untuk mencari pekerjaan di kota, agar dapat memenuhi
kehidupan
 Terbatasnya sarana dan prasarana di desa kurangnya sarana dan prasarana
di desa adalah salah satu faktor warga desa melakukan perpindahan ke
tempat yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai

6
 Memiliki impian kuat menjadi orang kaya adanya suatu keinginan yang
kuat untuk menjadi orang kaya dapat membuat masyarakat desa terdorong
untuk melakukan urbanisasi

2.4 Dampak Urbanisasi


a. Dampak Negatif Urbanisasi
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh urbanisasi bagi
perkembangan kota di Indonesia menurut Fitri Ramdhani Harahap (2013)
yaitu :
 Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti oleh
kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini lahan kosong di daerah perkotaan
telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai area permukiman,
perdagangan dan perindustrian yang legal maupun illegal.
 Menambah polusi udara di daerah perkotaan.
Pertambahan penduduk yang tinggi mengakibatkan pertambahan
kendaraan bermotor semakin bertambah sehingga menimbulkan polusi udara.
Sebagian besar persoalan polusi di perkotaan timbul karena jumlah kendaraan
maupun oleh industri-industri yang tumbuh. Selain polusi udara, adanya
pertambahan volume kendaraan juga menimbulkan kemacetan.
 Penyebab bencana alam.
Para urban yang menggunakan lahan kosong dan daerah aliran sungai
(DAS) sebagai lahan untuk permukiman mereka mengakibatkan lingkungan
tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi
penyebab terjadinya banjir.
 Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi.
Adanya penduduk urban yang tidak memiliki Skiil mengakibatkan
penduduk tersebut sulit mendapatkan pekerjaan sehingga meningkatkan
pengangguran dan menimbulkan kemiskinan yang berujung pada kriminalitas
karena adanya tuntutan kebutuhan hidup.

7
 Merusak tata kota.
Pada negara berkembang, kota-kotanya tidak siap dalam menyediakan
perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Akibatnya muncul
perkampungan kumuh dan liar yang tidak tertata.
Dampak negatif ini seperti efek domino yang saling berkaitan satu sama
lain. Dengan kondisi pelaku urbanisasi yang tidak memiliki pekerjaan di kota,
maka akan meningkatkan angka pengangguran. Jika mereka menjadi
pengangguran maka mereka tidak akan mempunyai pendapatan yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka. Contohnya untuk memenuhi
kebutuhan primer mereka yakni tempat tinggal. Harga lahan di perkotaan
yang cenderung tinggi menyulitkan mereka untuk menyewa rumah yang
layak. Kondisi demikian dapat berpotensi menimbulkan pemukiman informal
yang terkesan kumuh. Selain itu, taraf ekonomi yang rendah dan
ketidakmampuan untuk menghasilkan income dapat menyebabkan angka
kriminalitas semakin meningkat di perkotaan.

b. Dampak Positif Urbanisasi


Kemudian, sebagai akibat dari cepatnya pertambahan penduduk yang
ditunjang dengan perkembangan ekonomi, transportasi dan pendidikan,
frekuensi mobilitas yang semakin meningkat, urbanisasi memiliki implikasi
terhadap berbagai sektor kehidupan (Bintoro, 1986:13) adalah:
a. Sektor ekonomi, struktur ekonomi menjadi lebih bervariasi. Bermacam-
macam usaha atau kegiatan di bidang transportasi, perdagangan dan jasa
timbul dari mereka yang bermodal kecil sampai bermodal besar.
Perkembangan di bidang wiraswasta juga tampak meluas misalnya saja
peternakan, kerajinan tangan dan lain – lain.
b. Berkembangnya bidang pendidikan mulai tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi.
c. Meluasnya kota kearah pinggiran kota sehingga transportasi menjadi lebih
lancar.

8
d. Meningkatnya harga tanah, baik di kota maupun pinggiran kota.
e. Berkembangnya industrialisasi sebab tenaga kerja murah dan melimpah,
pasaran meluas industri cenderung lebih berkembang.
Dampak positif ini dapat dirasakan apabila memenuhi kriteria dan sesuai
dengan kondisi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, masyarakat desa yang
memiliki kemampuan dalam berwirausaha dapat mencoba peruntungan
dengan membuka usaha di kota. Dengan begitu, selain ia dapat meningkatkan
perekonomian dirinya sendiri, ia juga memiliki andil dalam proses
perkembangan ekonomi di perkotaan. Selain itu ia juga memberi lapangan
pekerjaan bagi masyarakat lainnya. Namun, jika masyarakat desa datang ke
kota tanpa memiliki keahlian, maka ia hanya akan memberi dampak negatif
kepada kota tersebut.
2.5 Urbanisasi dalam pertumbuhan Ekonomi
Dari penjelasan beberapa dampak akibat pertumbuhan ekonomi diatas,
penulis menemukan suatu pola yang saling berkaitan. Pola tersebut didasari oleh
faktor urbanisasi di perkotaan yang merupakan salah satu dampak dari
pertumbuhan ekonomi di perkotaan yang cukup pesat. Urbanisasi memiliki
peluang sebagai salah satu sebab utama yang dapat mendorong dampak-dampak
diatas sesuai dengan pendekatan ekonomi perkotaan. Pertumbuhan ekonomi
perkotaan menjadi magnet bagi penduduk yang ingin mencari lapangan
pekerjaan di kota sehingga menimbulkan kegiatan urbanisasi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jika urbanisasi terlaksana
secara terkontrol dibawah pengendalian, maka akan dapat mendorong
perekonomian suatu kota. Namun pada kenyataannya, para pelaku urbanisasi
pergi ke kota untuk mencari pekerjaan yang notabene datang dari desa sebagian
besar tidak memiliki keterampilan atau kemampuan serta tingkat pendidikan
mereka yang masih rendah menyebabkan ketidaksesuaian dengan lapangan
pekerjaan yang tersedia. Permasalahan ini termasuk kedalam masalah
ketenagakerjaan yang tidak sejalan dengan kualifikasi lowongan yang tersedia di
perkotaan. Hal ini menimbulkan dampak lain dari segi ekonomi pelaku

9
urbanisasi yang tidak semakin membaik namun malah semakin memburuk di
kota. Kemiskinan, kriminalitas, dan slum area atau penggunaan lahan yang tidak
sesuai peruntukkannya merupakan contoh konkrit dari gagalnya kegiatan
urbanisasi di perkotaan ditambah dengan meningkatnya jumlah pengangguran
menjadikan permasalahan kota menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu,
urbanisasi akan dlihat sebagai faktor penentu bagai sebuah kota dapat
berkembang baik secara fisik, maupun secara sosial.
Meningkatnya proses urbanisasi tersebut tidak terlepas dari kebijaksanaan
perkotaan, khususnya ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah. Hubungan
positif antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi ini akan
menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk, sehingga
menimbulkan apa yang dikenal dengan nama daerah perkotaan (Firman 2005:3).
Sebagai akibat dari cepatnya pertambahan penduduk tanpa ditunjang dengan
perkembangan ekonomi, transportasi dan pendidikan, frekuensi mobilitas yang
semakin meningkat, dapat menimbulkan permasalahan terhadap kota. Salah satu
permasalahan akibat urbanisasi dalam pembahasan makalah ini adalah
meningkatnya permukiman kumuh di perkotaan.

10
BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Wilayah


Kota Semarang terletak antara garis 6°50' - 7°10' Lintang Selatan dan garis
109°35 - 110°50' Bujur Timur, dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km.
Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas
garis pantai. Secara administratif, Kota Semarang terbagi atas 16 wilayah
Kecamatan dan 177 Kelurahan dengan luas wilayah Kota Semarang tercatat
373,70 Km2. Berikut batas administrasi Kota Semarang:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
Sebelah Timur : Kabupaten Demak

3.2 Jumlah Penduduk


Setiap tahunnya diperkirakan masyarakat yang mendiami Kota Semarang
semakin bertambah. Penambahan tersebut disebabkan oleh para pendatang dan
pelaku urbanisasi serta didukung oleh angka kelahiran bayi dari masyarakat yang
sudah menetap di kawasan tersebut. Berikut ini adalah data yang didapatkan pada
rentang tahun 2010-2019 berikut ini:

11
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Kota Semarang Tahun 2010, 2015, dan 2019
Penduduk (ribu)
Kecamatan Population (thousand
Subdistrict
2010 2015 2019
(1) (2) (3) (4)
010. Mijen 55,949 67,340 76,037
020. Gunungpati 88,814 105,820 118,760
030. Banyumanik 136,795 152,789 164,953
040. Gajah Mungkur 59,987 60,033 60,679
050. Smg. Selatan 69,711 69,768 70,522
060. Candisari 75,978 76,038 76,857
070. Tembalang 160,478 188,362 209,504
080. Pedurungan 180,997 200,091 214,689
090. Genuk 92,660 107,657 119,010
100. Gayamsari 71,957 78,192 83,036
110. Smg. Timur 74,887 74,950 75,763
120. Smg. Utara 117,993 118,264 119,648
130. Smg. Tengah 60,396 60,447 61,102
140. Smg. Barat 155,161 160,238 165,048
150. Tugu 29,507 31,640 33,333
160. Ngaliyan 128,897 149,543 165,171
Kota Semarang 1,560,167 1,701,172 1,814,110
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2020

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dari


tahun 2010-2019 terus mengalami peningkatan, bisa dilihat dari angka
pertambahan jumlah penduduk di tiap kecamatan yang terus bertambah tiap
tahunnya dan mempengaruhi total jumlah penduduk di Kota Semarang.

Tabel 3.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Semarang Tahun 2010, 2015, dan 2019
Laju Pertumbuhan Penduduk per
Kecamatan Tahun
Subdistrict Annual Population Growth Rate (%)
2010-2015 2015-2019
(1) (5) (6)
010. Mijen 20.36 12.92
020. Gunungpati 19.15 12.23
030. Banyumanik 11.69 7.96
040. Gajah Mungkur 0.08 1.08

12
050. Smg. Selatan 0.08 1.08
060. Candisari 0.08 1.08
070. Tembalang 17.38 11.22
080. Pedurungan 10.55 7.30
090. Genuk 16.18 10.55
100. Gayamsari 8.66 6.20
110. Smg. Timur 0.08 1.08
120. Smg. Utara 0.23 1.17
130. Smg. Tengah 0.08 1.08
140. Smg. Barat 3.27 3.00
150. Tugu 7.23 5.35
160. Ngaliyan 16.02 10.45
Kota Semarang 9.04 6.64
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2020

Tabel 3.3
Kepadatan Penduduk Kota Semarang Tahun 2010, 2015, dan 2019
Kecamatan Kepadatan Penduduk per km2
Subdistrict Population Density per sq.km
2010 2019
(1) (9) (10)
010. Mijen 972 1,321
020. Gunungpati 1,641 2,195
030. Banyumanik 5,325 6,421
040. Gajah Mungkur 6,614 6,690
050. Smg. Selatan 11,756 11,892
060. Candisari 11,617 11,752
070. Tembalang 3,631 4,740
080. Pedurungan 8,735 10,361
090. Genuk 3,383 4,345
100. Gayamsari 11,644 13,436
110. Smg. Timur 9,726 9,839
120. Smg. Utara 10,756 10,907
130. Smg. Tengah 9,836 9,951
140. Smg. Barat 7,137 7,592
150. Tugu 928 1,049
160. Ngaliyan 3,393 4,348
Kota Smarang 4,175 4,854
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2020

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hubungan bahwa dari jumlah


penduduk yang meningkat menyebabkan tingginya tingkat kepadatan

13
penduduk di Kota Semarang, dilihat dari rentang tahun 2010-2019 angka ini
terus bertambah walau penambahannya tidak terlalu signifikan.
Kepadatan penduduk cenderung naik seiring dengan kenaikan jumlah
penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk di masing-masing kecamatan di
Kota Semarang belum merata.

3. Kemiskinan
Tabel 3.4
Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Semarang Tahun 2012-2019
Penduduk Miskin
Tahun Garis Kemiskinan Number of Poor People
Year Poverty Line ( rupiah)
Jumlah (ribu) Persentase
Total Percentage
(1) (2) (3) (4)
2012 297 848 83,30 5,13
2013 328 271 86,70 5,25
2014 348 824 84,70 5,04
2015 368 477 84,30 4,97
2016 382 160 83,59 4,85
2017 402 297 80,86 4,62
2018 427 511 73,65 4,14
2019 474 930 71,97 3,98
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2020

Berdasarkan tabel diatas, akibat tingginya angka kepadatan penduduk


maka tinggi juga garis kemiskinan dan penduduk miskin di Kota Semarang.
Dapat dilihat tiap tahunnya angka kemiskinan terus mengalami kenaikan, hal
ini merupakan salah satu dampak dari arus urbanisasi di Kota Semarang yang
cukup tinggi.

14
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Dampak Urbanisasi Terhadap Perkembangan Kota Semarang


Karakteristik urbanisasi yang terjadi di Kota Semarang hampir sama dengan
kota-kota besar di dunia, yaitu ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk
kota yang terjadi setiap tahun. Kemudian dilanjutkan dengan pemusatan segala
aktivitas masyarakat yang tertuju pada satu kawasan sehingga secara radikal
merubah struktur keruangan kota.
Perubahan tersebut terlihat pada pola perubahan pemanfaatan lahan yang
diindikasikan oleh intensitas lahan terbangun, sebaran fasilitas perkotaan, sistem
jaringan transportasi serta pola pergerakan ke pusat kota, juga perkembangan
land use, perkembangan tingkat urbanisasi dan migrasi penduduk kota, dan
selanjutnya perkembangan aktivitas ekonomi kota.
Hingga kini urbanisasi di Semarang telah membengkak dengan pertambahan
penduduk relatif tinggi. Akibatnya telah terjadi kemacetan lalu lintas, pencemaran
lingkungan, banjir, dan penggunaan lahan yang tak terkendali. Kondisi seperti ini
telah menjadi fenomena keseharian bagi pertumbuhan Kota Semarang. Dampak
yang ditimbulkan proses urbanisasi bagi Kota Semarang:
1. Lahan Terbangun VS Lahan Hijau/Terbuka
Perkembangan Kota Semarang yang semakin meningkat menimbulkan
beberapa permasalahan, terutama dalam hal kebutuan perumahan dan
transportasi. Pembangunan perumahan baik oleh pemerintah maupun swasta
berdampak pada meningkatnya intensitas lahan terbangun, bahkan lahan
konservasi juga dijadikan sebagai perluasan permukiman kota.
Intensitas lahan terbangun yang terus meningkat menyebabkan sulit
dijumpainya lahan hijau/terbuka yang berfungsi sebagai ruang publik. Dapat
dipastikan hampir seluruh lahan di Semarang sudah terbangun baik untuk

15
bangunan perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, industri, perkantoran
maupun bangunan lain.

2. Sebaran Fasilitas Perkotaan


Aktivitas perkotaan yang ada di Semarang tidak terlepas dari fungsinya
sebagai ibukota Jawa Tengah. Fungsi ini tidak hanya sebagai pusat pelayanan
secara nasional tetapi juga interaksi antar negara. Di samping sebagai pusat
pemerintahan, pusat industri dan perdagangan, pusat aktivitas pelayanan jasa,
Semarang juga sebagai pintu masuk dan keluarnya transportasi internasional
yang mobilitasnya cukup tinggi.
Karena sifatnya yang demikian, maka muncul berbagai kawasan
perdagangan, kawasan rekreasi, serta didukung oleh fasilitas perekonomian.
Efek yang timbul akibat pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan persebaran
fasilitas kota, cenderung mengindikasikan adanya pemusatan aktivitas di
beberapa kawasan.
Dampak bangkitan yang muncul adalah terakumulasinya aktivitas
transportasi ke pusat kota yang semakin padat. Fenomena ini adalah bukti
nyata tidak terkendalinya aktivitas transportasi kota dengan baik.
3. Jaringan Transportasi Dan Pola Pergerakan Ke Pusat Kota
Jaringan transportasi dan pola pergerakan ke pusat Kota Semarang dari
kawasan sub urban dan atau kota-kota di luar Semarang memicu adanya
penyesuaian, perbaikan, dan penambahan jalan dan moda angkutan baru.
Tercatat bahwa pada jam-jam puncak setidaknya terdapat lebih dari 40.000
kendaraan yang melintas di berbagai ruas jalan di Semarang.
Selain itu, besarnya mobilitas penduduk ke tempat kerja sendiri
mencapai angka 60,5%. Pola pergerakan seperti ini mengakibatkan
terbentuknya suatu pola ulang alik atau commuter. Kebijakan penambahan
dan pelebaran badan jalan hanyalah salah satu terapi masalah transportasi,
sebab apabila mobilitas penduduk tidak dikendalikan dengan baik tanpa
melihat aspek keruangannya, maka kemacetan selamanya akan tetap muncul.

16
Oleh karena itu pelebaran badan jalan sebagai langkah antisipasi, tidak
akan begitu saja dapat mengatasi persoalan transportasi. Penekanan
penanganan sistem transportasi harus diiringi dengan pemerataan pusat-pusat
fasilitas publik di berbagai kawasan sub urban. Dengan demikian pola
pergerakan penduduk yang selama ini terpusat di Semarang, berangsur-angsur
mengarah dan menyebar ke kawasan sub urban.
4. Perkembangan Land Use
Laju perkembangan di Kota Semarang semakin masif dimana terjadi
pembangunan dan pengembangan seperti permukiman/perumahan secara
intensif dan ekstensif yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta.
Hal ini berdampak pada perubahan struktur tata ruang perkotaan Semarang
dimana dapat mempengaruhi intensitas penggunaan lahan untuk aktivitas
bangkitan berupa industri, perdagangan dan jasa. Akibatnya harga lahan
semakin mahal, bahkan timbul kondisi kelangkaan lahan di pusat Kota
Semarang
5. Pemukiman Kumuh
Seiring dengan meluasnya urbanisasi, tumbuh subur juga tempat
pemukiman kumuh (slum area) dan kampung-kampung di Kota Semarang
yang serba menyesakkan dan liar. Semakin banyak penduduk kota yang
tinggal berhimpit-himpit di berbagai pusat pemukiman yang sebenarnya tidak
pantas dihuni oleh manusia.
Namun pemukiman-pemukiman ini terus saja mendapat tambahan para
pemukim tetap dengan jumlah dua kali lipat setiap lima hingga sepuluh tahun.
Pemukiman-pemukiman kumuh di Semarang dapat dilihat di daerah pinggiran
sungai, di bawah jembatan, daerah pinggiran rel, pusat perdagangan, dan
sebagainya.
6. Permasalahan Lingkungan
Pengalihan fungsi lahan secara berlebihan menimbulkan ketidak
seimbangan alam akibat pembangunan yang dilakukan tanpa perencanaan
terpadu. Pengelolaan sarana dan prasarana kota yang tidak baik juga turut

17
menyumbang terhadap semakin tingginya angka kerusakan alam di Kota
Semarang.

7. Pengangguran Dan Kemiskinan


Meledaknya jumlah pencari tenaga kerja baik di sektor formal maupun
sektor informal diakibatkan oleh tingkat penawaran tenaga kerja jauh melebihi
tingkat permintaan yang ada, sehingga mengakibatkan tingginya angka
pengangguran dan semi pengangguran di daerah perkotaan.
Terbatasnya pendidikan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
juga menjadi penghalang bagi pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan.
Tingginya angka pengangguran akhirnya menyumbang pada semakin
besarnya komposisi orang-orang atau masyarakat miskin di perkotaan
sebagaimana yang terlihat di Kota Semarang.

18
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah urbanisasi yang dihadapi Indonesia saat ini yaitu pertumbuhan
konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan
kecepatan yang sebanding dengan perkembangan industrialisasi. Masalah ini
akhirnya menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih. Adanya urbanisasi
yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai masalah di Indonesia salah satunya
adalah Kota Semarang.
Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang telah membawa akibat berupa
terjadinya kerusakan lingkungan, kemacetan lalu lintas, meningkatnya sektor
informal dan pengangguran, kemiskinan dan lain sebagainya. Adapun dampak
urbanisasi di Kota Semarang secara fisik yaitu sulit dijumpainya lahan
hijau/terbuka yang berfungsi sebagai ruang publik, penyebaran fasilitas perkotaan
yang menyebabkan mobilitas penduduk tinggi, jaringan transportasi untuk sub
urban yang menyebabkan kemacetan, perubahan struktur tata ruang perkotaan,
menurunnya kualitas lingkungan sebagai akibat dari pembangunan, banyaknya
pemukiman kumuh.
Selain itu dampak urbanisasi secara sosial yaitu meledaknya jumlah pencari
tenaga kerja baik di sektor formal maupun sektor informal yang menyebabkan
tingginya angka pengangguran dan semi pengangguran.
3.2 Saran
Perlu adanya kebijakan yang mengarahkan urbanisasi menjadi peluang untuk
mempercepat proses pembangunan desa ke arah yang lebih positif, yaitu dengan
memanfaatkan mereka yang melakukan urbanisasi untuk berperan sebagai media
dalam upaya memindahkan pengalaman pembangunan dari daerah lain untuk
diterapkan di desanya, dengan kata lain mereka diberi peran sebagai agent of

19
change bagi pembangunan desanya.
Selain itu, dengan peningkatan sarana dan prasarana transportasi dan jaringan
komunikasi perlu adanya pemikiran tentang strategi kebijakan yang
mengintegrasikan antara pembangunan desa dengan pembangunan kota.

20
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2020. Kota Semarang Dalam Angka 2020.
Semarang: CV.Citra Yunda.

Bintarto, R. Urbanisasi dan Permasalahannya . Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.

Chotib. “Dinamika Mobilitas Internal Dan Urbanisasi Di Indonesia: Kajian Data


Sensus Penduduk 1980, 1990 dan SUPAS 1995.

Nas, P.J.M. Kota di dunia ketiga : pengantar sosiologi kota terdiri dari tiga bagian.
1984.Jakarta: Bhratar Karya Aksara.

Marbun,BN. Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek.1988. Jakarta:


Erlangga

Utoyo, Bambang. 2006. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XII
SMA/MA Program IPS. Bandung: Setia Purna Inves.

http://www.astalog.com/4980/dampak-positif-dan-negatif-urbanisasi.htm

21

Anda mungkin juga menyukai