Anda di halaman 1dari 18

2015

Analisis Pusat Permukiman dan


Keruangan

3613100004 – Rizky Nur Thoyiba


Perencanaan Wilayah dan Kota
3613100055 – Dea Siti Nurpiena
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
3613100505 – Risa Andini
Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3613100509 – Nurul Hasanah
3613100511 – Enno Audina Mulyono
3613100703 – Eliziaria Febe Gomes

Page i
Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah
yang berjudul “Analisis Sistem Pusat Permukiman dan Komposisi Keruangan” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tidak lupa sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabat dan orang-orang yang setia meneladani Beliau.
Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memastikan bahwa penyusun memahami
teori yang diberikan, dan memastikan bahwa penyusun mampu memahami kaitan sistem
pusat permukiman dalam proses pertumbuhan dan perkembangan kota serta bagaimana
permukiman mempengaruhi pusat-pusat kegiatan dan pada akhirnya akan diatur dalam
komposisi keruangan.
Pada kesempatan kali ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak atas segala dukungan yang telah diberikan kepada penyusun untuk
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun juga menyadari atas kekurangsempurnaan makalah ini. Sehingga
penyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah
ini di kemudian hari. Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca.

Mei 2015

Penyusun

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page ii


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................................ ii
Bab I ........................................................................................................................................................ 1
Pendahuluan ........................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 1
Bab II ....................................................................................................................................................... 2
Pembahasan............................................................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Perumahan ................................................................................................................. 2
2.2 Pengertian Permukiman ............................................................................................................... 2
2.3 Konsep Perkembangan Kota ......................................................................................................... 2
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Perkembangan Kota ............................................................................. 3
2.5 Pola-Pola Perkembangan Kota ...................................................................................................... 4
2.6 Struktur Ruang dan Pola Ruang .................................................................................................... 5
2.7 Pusat Permukiman dan perkembangannya .................................................................................. 6
2.8 Penyelenggaraan Permukiman ..................................................................................................... 7
2.9Komposisi Keruangan dalam penyelenggaraan Permukiman ....................................................... 7
2.10 Studi Kasus ................................................................................................................................. 8
2.10.1 Analisis pola permukiman .................................................................................................... 8
2.10.2 Perguruan Tinggi, sebagai salah satu Contoh Pemicu Perkembangan Wilayah .................. 9
2.10.3 Efektifitas pola permukiman ................................................................................................ 9
2.10.4 Risiko Lingkungan ............................................................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 13
Lampiran Diskusi................................................................................................................................. 14

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page iii
Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Suatu kota tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan aktivitas dan
sosial budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Perkembangan tersebut
ditujunkkan dengan adanya perubahan yang terjadi secara terus menerus sebagai fenomena
tersendiri yang tidak bisa dihentikan. Perubahan yang paling kentara pada suatu kota terjadi
pada kawasan pusat kotanya. Hal ini dikarenakan dalam proses berkembangannya kota,
kawasan pusat akan menjadi orientasi pertumbuhan dan perkembangan kota tersebut
karena kawasan pusat kota merupakan suatu tempat konsentrasi dari kegiatan bisnis atau
komersial dari suatu wilayah. Sebagai inti dari sebuah kota, memiliki beberapa fungsinya
tersendiri salah satu pusat permukiman.
Dimana fungsi tersebut merupakan juga inti dari semua kegiatan, apabila terdapat
suatu pusat permukiman maka area sekitar akan berkembang mengikuti pola dan struktur
ruang kota. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suatu pusat kota yang terorganisasi
dengan baik sehingga mampu mengarahkan pembangun dan penataan kawasan menuju
terciptanya suatu kota yang memiliki berbagai kegiatan yang saling mendukung baik secara
Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah maupun Pusat Kegiatan Lokal.

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah pemahaman mahasiswa mengenai
bagaimana mengimplementasi teknik yang sesuai untuk mengkaji aspek lokasional
komponen kegiatan wilayah dan kota.

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 1


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Perumahan
Perumahan merupakan suatu proses bermukim, kehadiran manusia dalam
menciptakan ruang hidup di lingkungan manusia dan alam sekitarnya (Youdohusoso dkk,
1991). Perumahan dan permukiman sebagai salah satu unsur pertumbuhan suatu wilayah.
2.2 Pengertian Permukiman
Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan ada di dalamnya.
Berarti permukiman merupakan perpaduan antara( alam, lingkungan dan jaringan) dan
manusia yang hidup sebagai masyarakat yang berbudaya di dalamnya.
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat keguatan yang mendukung kehidupan
manusia.
2.3 Konsep Perkembangan Kota
Pengertian Kota menurut Dickinson (dalam Jayadinata, 1999) adalah suatu
permukiman yang bangunan rumahnya rapat dan penduduknya bernafkah bukan pertanian.
Suatu kota umumnya selalu mempunyai rumah-rumah yang mengelompok atau merupakan
permukiman terpusat. Suatu kota yang tidak terencana berkembang dipengaruhi oleh
keadaan fisik sosial. Sedangkan Kota yang terencana adalah kota-kota yang mengikuti
desain tertentu sejak dirancang sampai digunakan(Wikipedia, 2015)

Gambar 1 Ilustrasi Teori Kosentris

Menurut Ilhami (1988) sebagian besar terjadinya kota adalah berawal dari desa yang
mengalami perkembangan yang pasti. Faktor yang mendorong perkembangan desa menjadi
kota adalah karena desa berhasil menjadi pusat kegiatan tertentu, misalnya desa menjadi
pusat pemerintahan, dibangunnya industri, pusat perdagangan, pusat pertambangan, pusat
pergantian transportasi, seperti menjadi pelabuhan, pusat pemberhentian kereta api,

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 2


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
terminal bus dan sebagainya. Kota mengalami perkembangan sebagai akibat dari
pertambahan penduduk, perubahan sosial-ekonomi dan budayanya serta interaksi dengan
kota-kota lainnya, dimana model sebagai gambar berikut berupa suatu perkembangan kota
yang baik dan semestinya.
Gambar di atas menggambarkan tentang Teori zona konsentris yakni model yang
dikemukakan oleh E.W Burgess yang menggambarkan struktur kota sebagai pola lima zona
lingkaran konsentris. Menurut model ini, dinamika perkembangan kota akan terjadi dengan
meluasnya zona pada setiap lingkaran. Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka
berkembang pula jumlah penduduk dan jumlah struktur yang dibutuhkan masyarakat dalam
menunjang kehidupannya. Sementara itu proses segregasi dan diferensiasi terus berjalan,
yang kuat akan selalu mengalahkan yang lemah. Daerah pemukiman dan institusi akan
terdepak keluar secara sentrifugal dan kegiatan perdagangan dan jasa akan semakin
terkonsentrasi pada lahan yang paling baik di kota, atau dengan kata lain sektor yang
berpotensi ekonomi kuat akan merebut lokasi strategis dan sektor yang berpotensi ekonomi
lemah akan terdepak ke lokasi yang derajat aksesibilitasnya jauh lebih rendah dan kurang
bernilai ekonomi. Dengan kata lain, apabila landscape datar, aksesibilitas menunjukkan nilai
yang sama ke segala penjuru dan persaingan bebas untuk mendapatkan ruang, maka
penggunaan lahan suatu kota cenderung berbentuk konsentris dan berlapis-lapis(Teori-teori
Perkembangan Kota, 2011).
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Perkembangan Kota
Menurut Sujarto (1989) faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan yang bekerja
pada suatu kota dapat mengembangkan dan menumbuhkan kota pada suatu arah tertentu.
Ada tiga faktor utama yang sangat menentukan pola perkembangan dan pertumbuhan
kota:
 Faktor manusia, yaitu menyangkut segi-segi perkembangan penduduk kota baik karena
kelahiran maupun karena migrasi ke kota. Segi-segi perkembangan tenaga kerja,
perkembangan status sosial dan perkembangan kemampuan pengetahuan dan
teknologi.
 Faktor kegiatan manusia, yaitu menyangkut segi-segi kegiatan kerja, kegiatan
fungsional, kegiatan perekonomian kota dan kegiatan hubungan regional yang lebih
luas. Hal ini menyebabkan penduduk membangun dan ingin bermukim ke wilayah yang
menurutnya memenuhi kebutuhan kegiatan lainnya.
 Faktor pola pergerakan, yaitu sebagai akibat dari perkembangan yang disebabkan oleh
kedua faktor perkembangan penduduk yang disertai dengan perkembangan fungsi
kegiatannya akan menuntut pola perhubungan antara pusat-pusat kegiatan tersebut.

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 3


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan

2.5 Pola-Pola Perkembangan Kota


Sesuai dengan perkembangan penduduk perkotaan yang senantiasa mengalami
peningkatan, maka tuntutan akan kebutuhan kehidupan dalam aspek ekonomi, sosial,
budaya, politik dan teknologi juga terus mengalami peningkatan, yang mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan akan ruang perkotaan yang lebih besar. Oleh karena ketersediaan
ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya kebutuhan ruang untuk tempat
tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota
(fringe area). Gejala penjalaran areal kota ini disebut sebagai “invasion” dan proses
perembetan kenampakan fisik kota ke arah luar disebut sebagai “urban sprawl” (Northam
dalam Yunus, 1994).
Secara garis besar menurut Northam dalam Yunus (1994) penjalaran fisik kota
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
a) Penjalaran fisik kota yang mempunyai sifat rata pada bagian luar, cenderung lambat dan
menunjukkan morfologi kota yang kompak disebut sebagai perkembangan konsentris.

Gambar 2 Model Penjalaran Fisik Kota Secara Konsentris

b) Penjalaran fisik kota yang mengikuti pola jaringan jalan dan menunjukkan penjalaran
yang tidak sama pada setiap bagian perkembangan kota disebut dengan perkembangan
fisik memanjang/linier (ribbon/linear/axial development).

Gambar 3 Model Penjalaran Fisik Kota Secara Linier

c) Penjalaran fisik kota yang tidak mengikuti pola tertentu disebut sebagai perkembangan
yang meloncat (leap frog/checher board development).

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 4


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan

Gambar 4. Model Penjalaran Fisik Kota Secara Meloncat

Berbagai perkembangan kota tersebut sangat mempengaruhi batas fisik kota atau
wilayah yang di sekitarnya. Maka, perkembangan perkotaan yang ditinjau dari batas fisik
dan batas administrasinya dibedakan menjadi tiga, yakni:
1. Under Bounded City
Sebagian besar batas fisik kota berada di luar jauh batas administrasi kota.
2. Over Bounded City
Sebagian besar batas fisik kota berada didalam batas administrasi kota.
3. True Bounded City
Batas fisik kota sama dengan batas administrasi kota.

Gambar 5 Perkotaan Berdasarkan Batas Fisik dan Batas Administrasinya

2.6 Struktur Ruang dan Pola Ruang


Menurut Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa struktur
ruang dan pola adalah susunan pusat – pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hirarkis memiliki hubungan dimana mempunyai jangkauan terhadap wilayah.

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 5


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi sistem perkotaan nasional yang
terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan
prasarana utama (Jaringan Transportasi). Sistem yang berskala wilayah meliputi sistem
pusat kegiatan suatu kota atau wilayah.
2.7 Pusat Permukiman dan perkembangannya
Dalam kebijakan pegembangan struktur ruang sebagaimana telah dikemukakan
diatas untuk meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhirarki. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi, telekomukasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan merata
di seluruh wilayah nasional.
Sistem perkotaan nasional terdiri atas; Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan
Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal(PP Nomor 26 Tahun 2008).

Gambar 6 Struktur Ruang Perkotaan

Dalam skema yang diatas menunjukkan bagaimana antara wilayah dan pusat
kegiatan saling berkaitan dan mendukung sesuai dengan fungsinya. Namun, hal tersebut
didukung oleh perkembangan permukiman, dimana apabila suatu permukiman dibangun
pada suatu wilayah maka akan mempengaruhi munculnya kegiatan lain disekitatnya,
sehingga akan terus berkembang hingga ke wilayah lainnya, dan membentuk suatu wilayah
yang saling menghubungkan dalam wilayah yang dimana didukung oleh sarana transportasi
dan sarana dan prasarana lainnya. Hal tersebut juga terjadi pada wilayah pedesaan.

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 6


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
2.8 Penyelenggaraan Permukiman
Suatu wilayah berkembangan dimulai dari suatu pusat hunian, yang dimana
permukiman meliputi berbagai kegiatan baik skalah nasional, wilayah dan lokal. Dalam
pembangunannya suatu permukiman perlu disediakan pertama;
 Lokasi permukiman; yang dimaksud lokasi yang diperuntukan untuk pusat permukiman
 Penyediaan PSU permukiman
 Penyediaan lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Dimana dalam pemilihan untuk menyelenggarakannya kawasan pusat permukiman
mempunyai kriteria-kriteria tersendiri;
1. Fisik; mempertimbangkan kesesuaian secara fisik lahan yang akan dibangun
2. Sosial kondisi lingkungannya menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
3. Sistem Prasarana dan sarana pendukung; penyediaan sistem prasarana dan sarana
untuk mendukung kegiatan yang sesuai juga dengan kebutuhan, syaratnya juga dilihat
dari kualitas dan kuantitasnya.
2.9Komposisi Keruangan dalam penyelenggaraan Permukiman
Perkembangan kota yang dialami ditimbulkan karena kebutuhan dan keinginan
warga kota yang selalu berkembang sebagai akibat dari adanya pertambahan warga kota
yang selalu berkembang sebagai akibat dari adanya pertambahan penduduk, kemajuan
pendidikan, kemajuan kebudayaan dan sebagainya. Sebagai sebab yang lain adalah karena
kota–kota mempunyai kontak atau hubungan keluar dari batas fisik. Hubungan ini dapat
mempengaruhi gagasan–gagasan warga kota dalam cara-cara mengembangkan kotanya,
terutama dibidang pengaturan tata ruang kota.
Demikian pula unsur-unsur geografi seperti topografi, tanah, sumber air dan
sebagainya tidak luput dari penyebab timbulnya kota dan perkembangannya. Mengikuti
tahap–tahap perkembangan kota, perkembangannya terdapat arti kuantitatif seperti jumlah
penduduk, bertambahnya bangunan dan jalur–jalur transportasi.
Dalam membangun sebuah kota atau wilayah, tidak lepas kaitannya dengan
perencanaan pola ruang. Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Kawasan budidaya meliputi
permukiman, industri, ruang terbuka non hijau, fasilitas umum, serta perdagangan dan jasa.
Sedangkan kawasan budidaya merupakan kawasan yang bebas dari fungsi budidaya.
Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi sebagai alokasi ruang untuk berbagai
kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah
kota, mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang, sebagai dasar penyusunan

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 7


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 tahun, serta sebagai dasar
pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.
Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan kebijakan dan strategi
penataan ruang wilayah kota daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah
kota, kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan, serta
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Proporsi yang dihasilkan oleh masing-masing kawasan lindung dan kawasan
budidaya akan membentuk bagaimana proporsi dari masing-masing zona dalam struktur
ruang, meliputi city core, inner zones, dan peripheral zones.
Seperti halnya pada perkotaan yang berkembang dengan gaya sentrifugal, maka
proporsi penggunaan lahan permukiman dalam pola ruang akan mempengaruhi bagaimana
proporsi struktur ruang peripheral zones dalam struktur ruang kota.
2.10 Studi Kasus
Studi kasus kami mengambil salah satu jurnal dengan judul “Analisis Pola
Permukiman Dalam Pengembangan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal ini
memaparkan bahwa bentuk salah satu permukiman/ desa yang ada di Kabupaten
Bulaksumur, berkembang di DIY. Secara regional berbentuk radial mengelilingi gunung
Merapi, kemudian menjadi linear dan berserak (dispersed).
2.10.1 Analisis pola permukiman
Permukiman merupakan salah satu faktor penting untuk dikaji dalam suatu analisis
sistem permukiman. Keberadaan permukiman pada wilayah akan mempengaruhi situasi dan
kondisi lingkungan wilayah yang bersangkutan, baik terhadap aspek sosial, ekonomi,
budaya, politik, keamanan maupun aspek kondisi fisik alam dan aspek biotik. Artinya
pengaruh keberadaan permukiman akan menciptakan suatu sistem keterkaitan yang luas.
Salah satu pendekatan yang diperlukan dalam pengembangan suatu wilayah atau
perencanaan lingkungan permukiman adalah dengan menganalisis sistem permukiman
dengan maksud untuk mengkaji hal-hal sebagai berikut.
1. Sebaran dari konsentrasi kegiatan permukiman perdesaan serta kaitannya dengan
kegiatan-kegiatan produksi di sekitarnya.
2. Sistem pusat-pusat permukiman perkotaan/sistem kota mencakup: fungsi kota (pusat
kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan sosial, ekonomi dan jasa transportasi), hirarki
kota (sebagai pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal), serta keterkaitan antarkota,
antara kota dengan kawasan produksi/kawasan perdesaan yang dipengaruhi oleh pola
jaringan transportasi.

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 8


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
Setiap pusat-pusat kegiatan masyarakat atau keramaian, seperti kantor-kantor
pemerintah, perguruan tinggi, perumahan, dan perumahan yang berada di DIY.
memberikan pengaruh dan memicu pertumbuhan permukiman di sekitarnya. Pada waktu
sebelum pengembangan wilayah pada suatu kawasan dilaksanakan atau pusat-pusat
kegiatan masyarakat tersebut berkembang, pertumbuhan permukiman berjalan dengan
normal. Di wilayah DIY. perkembangannya mengikuti pola permukiman radial yang
berkembang ke arah pola permukiman linear.
2.10.2 Perguruan Tinggi, sebagai salah satu Contoh Pemicu Perkembangan Wilayah
Dengan terciptanya pusat kegiatan baru tersebut masyarakat sekitar
memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Peluang untuk mendapatkan
penghasilan tambahan dilakukan masyarakat sekitar wilayah pengembangan. Sebagai
contoh dengan tumbuhnya pusat kegiatan perguruan tinggi (Universitas Gadjah Mada))
masyarakat kemudian memanfaatkan peluang dengan mendirikan warung atau rumah
makan. Mahasiswa memerlukan kebutuhan akan makanan secara cepat dan praktis,
sehingga pola-pola makanan siap saji (fast food), warung-warung kaki lima, restoran
berkembang membentuk pola permukiman baru di sepanjang jalan di sekitar lokasi kampus.
Keberadaan rumah kos mahasiswa berkembang secara permanen pada lahan-lahan
terbuka, bahkan para pengusaha yang berasal dari luar wilayah berdatangan melakukan
investasi pembelian tanah untuk didirikan sebagai bangunan kos kontrakan dengan jumlah
kamar yang banyak. Masyarakat sekitar yang merupakan masyarakat perdesaan
terpengaruh pula untuk membangun tiga atau lima kamar untuk dikontrakkan. Bentuk
permukiman yang semula tradisional berkembang menyesuaikan ke bentuk permukiman
yang praktis untuk kontrakan. Luas ruangan di dalam rumah yang semula lebar dipetak-
petak terbagi menjadi kamar-kamar untuk memenuhi kebutuhan kontrakan yang mengalami
kecenderungan terus meningkat.
2.10.3 Efektifitas pola permukiman
Permukiman makin meluas dan menutupi lahan di kawasan ini. Usaha-usaha retail,
barang-barang kelontong, foto copy dan penjilidan, alat-alat tulis, super market, cuci motor-
mobil, service motor-mobil dan lain-lain mengalami pertumbuhan pesat membentuk
permukiman permanen maupun non permanen. Pertumbuhan permukiman secara cepat
mengikuti pola linear di sepanjang jalan maupun gang-gang yang menuju ke arah rumah
kontrakan para mahasiswa.
Perkembangan pola permukiman tersebut merupakan konsekuensi sebagai sarana
pemenuhan fasilitas para mahasiswa, dosen dan karyawan. Permukiman pada kawasan di
sekitar kampus pada awal sebelum kampus tersebut didirikan merupakan bentuk

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 9


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
permukiman perdesaan, jauh dari permukiman perkotaan. Pusat keramaian dan kegiatan
terdekat dengan lokasi kampus tersebut lama kelamaan akan menjadi satu dan terjadi
perubahan yang sangat cepat, dimana dilihat dari suasana permukiman masih perdesaan
tetapi gaya kehidupan sudah bernuansa perkotaan.
Keadaan seperti ini sangat disenangi oleh para eksekutif, pengusaha dan masyarakat
kota, mereka telah jenuh dengan suasana kota yang bising, padat dan penuh dengan polusi.
Suasana perdesaan namun sarana dan fasilitas perkotaan semua terpenuhi akan
memberikan kenyamanan, sehingga bermunculan rumah tempat tinggal baru dengan
arsitektur modern dalam perumahan terpisah sendiri maupun dalam bentuk perumahan real
estate mulai dari komplek perumahan sederhana, menengah maupun mewah.
Mengikuti pertumbuhan akibat adanya perguruan tinggi, perkembangan akhirnya
adalah membentuk pola permukiman yang beragam dan kompleks mulai dari linear
mengikuti jalan dan gang di sekitar wilayah kampus, maupun pola permukiman yang
terserak (dispersed) sebagai akibat tumbuhnya lingkungan baru dari komplek perumahan,
kontrakan dan fasilitas penunjang pelayanan lainnya.
Pola permukiman yang tumbuh dalam setiap pengembangan wilayah sangat
potensial mengalami perkembangan dengan pesat. Hal ini dimungkinkan karena sudah
adanya sarana prasarana fasilitas yang mendukung kebutuhan masyarakat. Fasilitas
pelayanan minimal sudah tersedia dan mudah dijangkau, yaitu listrik, air minum, kantor pos,
bank, kesehatan, telepon, pasar dan pendidikan. Pola jaringan tansportasi tersedia,
sehingga sarana aksesibilitas dapat menjangkau dan meningkatkan keterkaitan fungsional
dan ekonomi antar wilayah, antar kawasan, antara wilayah dengan kawasan produksi baik
dalam hal pengumpulan hasil produksi, pusat kegiatan jasa transportasi dan pusat distribusi
barang dan jasa merupakan sarana penghubung yang membuka akses dan peluang pola
permukiman untuk selalu berkembang.
Tingkat pelayanan prasarana transportasi yang ada sekarang mempunyai
kecenderungan meningkat terus, hal ini terlihat mulai nampak gejala terjadi kemacetan
apabila melalui jalun di sekitar wilayah permukiman. Masyarakat mudah memenuhi
kebutuhan hidupnya karena telah tersedia, tetapi keterbatasan dalam hal ekonomi
memungkinkan ketersediaan sarana dan prasarana tadi menjadi tidak efektif untuk
dimanfaatkan.
2.10.4 Risiko Lingkungan
Perkembangan pola-pola permukiman dalam suatu wilayah akan membawa risiko
yang dapat merugikan sistem kehidupan. Risiko lingkungan tersebut merupakan dampak

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 10


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
negatif akibat tidak terkontrolnya pengembangan suatu wilayah, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Perubahan konversi lahan yang semula agraris menjadi non agraris merupakan resiko
paling penting dan harus diupayakan untuk selalu dikontrol dan dikendalikan, agar
ketersediaan bahan pokok makanan bagi masyarakat khususnya di wilayah sekitar dapat
terpenuhi.
2. Perubahan lahan menjadi permukiman akan mengurangi vegetasi dan merusak habitat
spesies baik flora maupun fauna, sehingga ekosistem menjadi tidak stabil karena
terganggunya keseimbangan dan putusnya sistem ekologi kehidupan dan rantai
makanan.
3. Berkurangnya vegetasi dan penutupan lahan menyebabkan aliran permukaan (run off)
semakin cepat, sehingga proses infiltrasi atau meresapnya air hujan ke dalam tanah
menjadi terhambat.
4. Secara geografis perkembangan wilayah permukiman pada lereng atas - tengah Gunung
Merapi perlu dikontrol terus menerus, sehingga dapat dikatakan bahwa pengembangan
pusat kegiatan di wilayah ini akan tidak efektif dan akan berdampak negatif terhadap
kondisi lingkungan hidup. Kawasan ini merupakan daerah tangkapan hujan (catchment
area) yang berguna untuk memenuhi cadangan air bawah tanah terhadap daerah di
bawahnya.
5. Pengambilan air bawah tanah yang berlebihan dalam setiap kawasan permukiman
menyebabkan berkurangnya cadangan air bawah tanah, sehingga perlu penyadaran
kepada masyarakat untuk berupaya menjaga kelestariannya.
6. Dengan banyaknya bermunculan perumahan-perumahan terutama yang bersifat
eksklusif dan mewah, menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial yang kalau tetap
dibiarkan akan menciptakan kerawanan sosial dan konflik sosial.
7. Sanitasi lingkungan dalam setiap pengembangan wilayah permukiman perlu dikelola
dengan seksama, agar di kemudian hari tidak menimbulkan pencemaran yang dapat
ditimbulkan dari sampah, limbah rumah tangga, dan bakteri coly.

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 11


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan suatu kota berawal dari tumbuhnya suatu permukiman yang
merupakan hunian manusia, mengakibatkan munculnya kegiatan lain disekitar permukiman
yang didukung oleh sarana utama seperti jaringan transportasi. Dengan adanya
permukiman, maka timbullah kegiatan lain yang ada di sekitarnya seperti perdagangan dan
jasa guna mendukung aktivitas dan kebutuhan masyarakat yang ada di dalamanya. Hal
tersebut akan menyebabkan suatu perkembangan kota hingga berpengaruh pada wilayah
sekitarnya, sehingga membentuk suatu kegiatan yang saling berhubungan.
Dalam merencanakan suatu kota bagi seorang planner ada baiknya memperhatikan
struktur sebuah kota dengan tepat dan menetapkan fungsi tertentu untuk suatu kawasan
yang juga menyesuaikan dengan rencana struktur ruang dan pola ruang baik secara lingkup
kota maupun wilayah. Semua kegiatan akan tumbuh dan berkembang secara baik dengan
adanya dukungan dari prasarana dan sarana yang memadai.

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 12


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
Daftar Pustaka
Indonesia, P. R. (2007). Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Diambil
http://www.minerba.esdm.go.id/library/sijh/uu26-2007%20-%20Tata%20Ruang.pdf
Indonesia, S. N. (2004).
Nasional, P. P. (t.thn.). PP Nomor 26 Tahun 2008. Indonesia.
Teori-teori Perkembangan Kota. ( 2011, November 9). Diambil kembali dari Management Knowledge
Perkotaan:https://pengembanganperkotaan.wordpress.com/2011/11/09/teori-teori
perkembangan-kota/
Wikipedia. (2015, Maret 24 ). Perkembangan Kota. Diambil kembali dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 13


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
Lampiran Diskusi
1. Astarina (3613100056) : komposisi keruangan belum jelas. Terus perbedaannya
dengan komposisi perumahan gimana? Komposisi perumahan mengikuti luas lahan
atau jumlah penduduk?

Jawaban kelompok : Komposisi keruangan adalah proporsi tiap pemanfaatan


lahan yang disesuaikan dengan analisis kesesuaian dan daya dukung lahan. Ada
kawasan budidaya dan kawasan lindung yang proporsinya sudah ditentukan.
Proporsi permukiman akan mempengaruhi proporsi peripheral zone. Bila tidak ada
komposisi ruang, arahan pembangunan tidak jelas dan kriteria permukiman tidak
akan terpenuhi. Komposisi keruangan perkotaan sama perdesaan beda. Permukiman
tetap mempertimbangkan jumlah penduduk tapi tetap diimbangin sama daya dukung
dan kesesuaian lahan. Komposisi keruangan tercantum dalam rencana. Apabila tidak
ada pengaturan komposisi keruangan, permukimannya jadi tidak sesuai dengan
kriteria pembangunan permukiman tadi. Kalo peruntukan yang aslinya buat
permukiman tapi malah dibangun industri, nanti jadinya seperti kota surabaya, tidak
jelas. Kalau memperhatikan jumlah penduduk saja tanpa daya dukung, maka
konservasi akan hilang. Pembangunan yang baik apabila membangun sesuai dengan
apa yang ada di rencana. Komposisi keruangan tidak begitu berpengaruh ke jumlah
penduduk.

2. Suryadi (3613100049) : bagaimana industri mempengaruhi perkembangan


perkotaan? Menurut saya industri merupakan cikal bakal dari perkotaan.

Hal ini berawal dari terjadinya revolusi industri. Banyaknya kebutuhan akan
mempengaruhi kegiatan. Industri menyebabkan permukiman atau sebaliknya.

Bagaimana alurnya jika industri yang duluan?

Jawaban kelompok : Tenaga kerja membutuhkan permukiman, sehingga


pengaruhnya dengan adanya industri.

Alur : industri akan mencari lahan kosong untuk membangun  lalu kemudian akan
membutuhkan tenaga kerja dari luar  pekerja mulai berfikir/merencanakan untuk
membangun permukiman demi keefektifitas dalam bergerak  lama-lama mulai
muncul perjas  sebagai alasan keamanan, munculah pemerintahan dan fasilitas
umum lainnya.

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 14


Analisis Pusat Permukiman dan Keruangan
Perkembangan perkotaan muncul bukan karena adanya industri, tapi karena adanya
pertumbuhan perumahan.

3. Auke (3613100051) : kriteria perumahan itu bisa digunakan untuk perumahan


vertikal ga?

Jawaban kelompok : Bisa, lalu adapula kriteria khususnya seperti kriteria bahaya
kebakaran, kriteria ketinggian bangunan berdasarkan KKOP, dll.

Pada dasarnya di desa tidak ada perumahan vertikal. Permukiman bersifat makro,
sedangkan perumahan bersifat mikro.

Apartemen berada di perkotaan berpenduduk padat. Dalam hal ini fungsi apartemen
sebenarnya sama dengan kos-kosan bagi pekerja. Karena harga tanah semakin
meningkat, untuk menampung jumlah penduduk yang makin tinggi maka
dibangunlah apartemen di perkotaan. Apartemen sebenarnya digunakan untuk
tempat tinggal sementara.

4. Aulia (3613100071) : kenapa permukiman di zona peripheral?

Jawaban kelompok : contohnya kenapa di peripheral, Dulu pusat kota Surabaya


itu di Tunjungan, tapi sekarang harga tanah di tunjungan sangat mahal, tidak ada
yang mau membangun rumah disitu. Sehingga sekarang kawasan Tunjungan
menjadi City Core. Pertumbuhan permukiman di Surabaya sekarang ke arah Timur
dan Barat, yang merupakan peripheral zone karena harga lahannya relatif lebih
murah dibandingkan harga lahan di city core. Berpikirlah untuk merencanakan
perkotaan yang ada city core, inner zone, dan peripheral zone.

Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember Page 15

Anda mungkin juga menyukai