Anda di halaman 1dari 27

PENDEKATAN PERENCANAAN TATA RUANG TERHADAP SISTEM

SOSIAL MASYARAKAT DI KECAMATAN LENGKONG

KOTA BANDUNG

Laporan ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Sistem Sosial

Dosen Pengampu:
Furi Sari Nurwulandari, S.T., M.T

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Muhammad Fadhilah Rachmat (223060024)

Muhammad Rakha Febrian (223060026)

Intan Febriyani (223060028)

Raihan Al Ziban (223060030)

Muhammad Fiqa N. I (223060032)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya,


melimpahkan segala karunia, taufik serta hidayah-Nya dan memberikan petunjuk
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Pendekatan
Perencanaan Tata Ruang terhadap Sistem Sosial Masyarakat di Kecamatan
Lengkong Kota Bandung”.

Penulisan laporan ini tentu tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun
berkat bimbingan, bantuan, nasihat, saran, dan kerjasama dari berbagai pihak,
segala hambatan tersebut dapat teratasi dengan baik. Pada kesempatan ini, izinkan
penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan kontribusi, baik berupa fisik maupun non fisik, yaitu kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran bagi


penulis dalam menyelesaikan laporan ini dengan baik, serta Nabi
Muhammad SAW sebagai utusan-Nya.
2. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan saudara yang telah memberikan ridho,
doa, kesabaran, serta kasih sayang yang tidak ada batasnya.
3. Ibu Furi Sari Nurwulandari, S.T., M.T selaku dosen pada mata kuliah
Sistem Sosial.
4. Serta sahabat-sahabat tim penulis.

Tim penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, maka
saran dan kritik dari semua pihak sangat tim penulis harapkan demi penyempurnaan
selanjutnya. Besar harapan bahwa laporan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
Kecamatan Lengkong, mahasiswa, akademisi, serta seluruh pihak yang
berkepentingan dan membutuhkan.

Wassalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh.

Bandung, Mei 2023

Ketua Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
METODOLOGI ................................................................................................................ 5
2.1 Lokasi Penelitian....................................................................................................... 5
2.2 Survei Data Primer .................................................................................................... 5
2.3 Survei Data Sekunder ............................................................................................... 6
BAB III............................................................................................................................... 7
KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAHAN DAN AKTIVITAS WILAYAH ....... 7
3.1 Karakteristik Penggunaan Lahan .............................................................................. 7
3.2 Aktivitas Wilayah ..................................................................................................... 8
BAB IV ............................................................................................................................. 10
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 10
4.1 Kebijakan Pengendalian Tata Ruang ...................................................................... 11
4.2 Kebijakan Wilayah Pengembangan Kecamatan Lengkong .................................... 12
4.3 Fisik dan Kebencanaan ........................................................................................... 13
4.4 Sosial Ekonomi ....................................................................................................... 13
4.5 Tata Guna Lahan ..................................................................................................... 14
4.6 Sarana dan Prasarana .............................................................................................. 17
4.7 Transportasi............................................................................................................. 18
4.8 Pengaruh Tata Ruang terhadap Sistem Sosial......................................................... 19
BAB V .............................................................................................................................. 21
PENUTUP ........................................................................................................................ 21
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 21
5.2 Saran ....................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23
LAMPIRAN DOKUMENTASI ..................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendekatan perencanaan tata ruang adalah metode yang digunakan dalam


proses pengorganisasian dan pengembangan suatu wilayah atau kawasan dengan
tujuan untuk mencapai keselarasan antara kebutuhan masyarakat, kepentingan
ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Pendekatan perencanaan tata ruang
memiliki beberapa konteks di dalamnya, yaitu perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, dan pengawasan. Adanya pendekataan perencanaan tata ruang ini
dapat mengatasi perumbuhan populasi, pengembangan urbanisasi, dan
permasalahan sosial masyarakat di suatu wilayah ataupun kawasan, salah satunya
di Kecamatan Lengkong.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) adalah dua instrumen perencanaan yang digunakan dalam tata ruang.
Kedua kebijakan tersebut memiliki peran penting dalam mengatur penggunaan
lahan dan pengembangan wilayah. Hal ini membawa perencanaan sebagai upaya
yang berkesinambungan dalam menemukan paradigma yang lebih baik untuk
menghadapi kompleksitas lingkungan, wilayah ataupun kawasan.

Menurut Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang


menyebutkan bahwa perencanaan tata ruang merupakan suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang. Tata Ruang dapat diartikan juga sebagai wujud
struktur ruang dan pola ruang yang disusun secara internasional, nasional, regional,
dan lokal. Struktur ruang bertujuan untuk menempatkan kegiatan suatu wilayah dan
kota yang efisien, efektif, serasi, dan merata salah satunya di Kecamatan Lengkong.

Tata ruang erat kaitannya dengan proses perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat dalam penataan ruang, menyebutkan bahwa masyarakat berperan
dalam penataan ruang yang dilakukan pada tahap perencanaan tata ruang,

1
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Adapun tujuan
pengaturan bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang adalah
menjamin terlaksananya hak dan kewajiban masyarakat di bidang penataan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, mendorong peran
masyarakat dalam penataan ruang, menciptakan masyarakat yang ikut bertanggung
jawab dalam penataan ruang, mewujudkan pelaksanaan penataan ruang yang
transparan, efektif, akuntabel, dan berkualitas, serta meningkatkan kualitas
pelayanan dan pengambilan kebijakan penataan ruang.

Tata ruang sebagai produk hasil dari kegiatan perencanaan ruang berfungsi
untuk mengefektifkan pemanfaatan ruang dan mencegah terjadinya konflik antar
fungsi dalam proses pemanfaatan ruang, selain itu juga untuk melindungi
masyarakat sebagai pengguna ruang dari bahaya-bahaya lingkungan yang mungkin
timbul akibat pengembangan fungsi ruang pada lokasi yang tidak sesuai
peruntukan. Aspek dari tata ruang dapat berupa kebijakan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah di setiap wilayah ataupun kawasan, selanjutnya ada evaluasi
terhadap fisik, kebencanaan, demografi, sosial ekonomi, tata guna lahan, sarana,
prasarana, dan transportasi, serta pengaruh tata ruang terhadap sistem sosial.
Ketentuan mengenai rencana tata ruang ini dibuat karena pada dasarnya ruang
memiliki keterbatasan, oleh karena itu dibutuhkan peraturan untuk mengatur dan
merencanakan ruang agar dapat dimanfaatkan secara efektif.

Penataan ruang pada hakikatnya bertujuan untuk mencapai pemanfaatan


sumber daya optimal tanpa menciptakan konflik pemanfaatan sumber daya,
sehingga meningkatkan keselarasan antara ruang dengan kegiatan manusia.
Peranan tata ruang memiliki andil dalam mempengaruhi kehidupan manusia,
karena hampir semua kegiatan dilakukan dalam ruang baik darat, air hingga udara.
Upaya penataan ruang selalu mengarah pada tujuan untuk mewujudkan
pembangunan wilayah yang nyaman baik dalam aspek ekonomi, sosial, dan budaya.

2
Perencanaan tata ruang menjadi hal yang penting, maka setiap negara,
wilayah seperti wilayah Provinsi, Kota/ Kabupaten, dan suatu kawasan harus
mempunyai aturan yang akan menjadi pedoman dalam penataan ruang dan menjadi
acuan dalam pelaksaanaan pembangunan. Perlu diperhatikan dan diingat dalam
penataan ruang terdapat beberapa aspek pendekatan diantaranya adalah kebijakan,
fisik kebencanaan, sosial ekonomi, tata guna lahan, infrastruktur, transportasi, dan
pengaruh tata ruang terhadap sistem sosial. Selain pemerintah memiliki peran
dalam perencanaan tata ruang, masyarakat juga menjadi acuan utama dalam
perencanaan tata ruang jika dikaitkan dengan sistem sosial terhadap
keberlangsungan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, laporan ini akan membahas
tentang pendekatan perencanaan tata ruang terhadap sistem sosial masyarakat di
Kecamatan Lengkong, Kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang mengenai pendekatan perencanaan tata ruang terhadap


sistem sosial masyarakat di Kecamatan Lengkong, maka terdapat beberapa
rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana kebijakan RTRW dan RDTR di Kecamatan Lengkong?


b. Bagaimana kondisi fisik dan kebencanaan di Kecamatan Lengkong?
c. Bagaimana kondisi demografi dan sosial ekonomi di Kecamatan Lengkong?
d. Bagaimana kondisi tata guna lahan dan penggunaanya di Kecamatan
Lengkong?
e. Bagaimana persediaan sarana dan prasarana di Kecamatan Lengkong?
f. Bagaimana kondisi transportasi di Kecamatan Lengkong?
g. Bagaimana pengaruh tata ruang terhadap sistem sosial di Kecamatan
Lengkong?

3
1.3 Tujuan

Terdapat beberapa tujuan dalam pembuatan laporan ini, yaitu sebagai


berikut:

a. Mengetahui kebijakan RTRW dan RDTR di Kecamatan Lengkong.


b. Mengetahui kondisi fisik dan kebencanaan di Kecamatan Lengkong.
c. Mengetahui demografi dan sosial ekonomi di Kecamatan Lengkong.
d. Mengidentifikasi tata guna lahan dan penggunaanya di Kecamatan
Lengkong.
e. Mengetahui persediaan sarana dan prasarana di Kecamatan Lengkong.
f. Mengidentifikasi kondisi transportasi di Kecamatan Lengkong.
g. Menganalisis tata ruang terhadap sistem sosial di Kecamatan Lengkong.

4
BAB II

METODOLOGI

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil penulis berada di Kecamatan Lengkong,


Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan Lengkong mencakup
7 Kelurahan, yaitu: Kelurahan Burangrang, Kelurahan Cijagra, Kelurahan
Cikawao, Kelurahan Lingkar Selatan, Kelurahan Malabar, Kelurahan Paledang,
dan Kelurahan Turangga. Alasan peneliti meneliti disini karena Kecamatan
Lengkong salah satu kecamatan terbaik di Kota Bandung dan letaknya di tengah
Kota Badung. Kecamatan Lengkong memiliki keunggulan tersendiri salah satunya
menjadi destinasi wisata kuliner yang cukup banyak diminati orang.

2.2 Survei Data Primer

Survei data primer merupakan metode pencarian data dan informasi yang
dilakukan secara langsung melalui responden di lapangan. Hal ini mutlak dilakukan
agar dapat diketahui kondisi yang sesungguhnya. Metode Survei primer ini dapat
berupa observasi dan hasil kuisioner.

Observasi merupakan pengumpulan data dan informasi melalui pengamatan


langsung guna mendapatkan data obyektif dan dapat dipertanggungjawakan.
Kuisioner merupakan pengumpulan data primer dari responden dengan cara
wawancara. Pada penelitian ini responden yang dipilih untuk diwawancarai adalah
masyarakat Kecamatan Lengkong. Survei data primer ini menghasilkan data-data
berupa dokumentasi foto dan video serta informasi/penjelasan dari masyarakat.

5
2.3 Survei Data Sekunder

Survei data sekunder merupakan metode pengumpulan data dari instansi


pemerintah maupun instansi terkait. Hasil yang diharapkan dari data sekunder ini
adalah berupa uraian, data angka, atau peta mengenai keadaan wilayah studi. Data
angka dapat berupa jumlah penduduk di Kecamatan Lengkong, jumlah fasilitas
pendidikan yang ada di Kecamatan Lengkong, kelengkapan sarana dan prasarana,
dan sebagainya.

Selain itu survei data sekunder juga didapat dari penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya yang ada di internet dan sumber literartur ilmiah lainya.
Data sekunder pada laporan ini merupakan data pendukung dan pelengkap dari data
primer sehingga kekurangan yang ada pada data primer dapat tertutupi dan
informasi yang disajikan dapat mudah dimengerti.

6
BAB III

KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAHAN DAN AKTIVITAS


WILAYAH

3.1 Karakteristik Penggunaan Lahan

Karakteristik penggunaan lahan adalah salah satu aspek yang dibutuhkan


dalam perencanaan pengelolaan lahan. Pengelolaan lahan dapat berupa modifikasi
terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan,
pertanian, permukiman, perkantoran, serta sarana dan prasarana lainnya.

Kecamatan Lengkong disebut sebagai kawasan bisnis di Kota Bandung.


Banyaknya tempat penginapan seperti hotel, wisma, dan kos-kosan, serta
permukiman. Kecamatan Lengkong juga memiliki peran penting sebagai pusat
pendidikan dengan adanya instansi pendidikan yang beragam. Terdapat Taman
Kanak-kanak, sekolah-sekolah dasar, SMP, SMA, perguruan tinggi, dan lembaga
pendidikan lainnya. Penggunaan lahan untuk pendidikan mencakup gedung-gedung
sekolah, kampus, dan fasilitas pendidikan. Selain itu juga banyak supermarket,
restoran, rumah sakit, perkantoran, lapangan serba guna, dan tempat ibadah. Hal ini
karena, Kecamatan Lengkong tidak memiliki sawah. Luas lahan bukan sawah
mencapai 580 hektare.

Kecamatan Lengkong juga memiliki pusat pertahanan dan keamanan. Di


beberapa daerah yang ada di Kecamatan Lengkong menjadi kawasan kuliner,
seperti daerah Lengkong Kecil. Sebagian lahan yang ada di Kecamatan Lengkong
ini digunakan untuk berdagang. Namun minimnya ketersediaan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di Kecamatan Lengkong. Tidak adanya kawasan khusus untuk
evakuasi jika terjadinya bencana. Taman-taman yang adapun tidak sebanding
dengan luas dan banyaknya gedung-gedung yang telah terbangun di daerah
Kecamatan Lengkong ini.

7
Topografi Kecamatan Lengkong sebagian besar berada pada dataran dengan
ketinggian antara 680 hingga 700 meter di atas permukaan air laut. Adapun iklim
yang menyelimutinya sama seperti daerah lainnya di Indonesia, yaitu tropis yang
ditandai oleh adanya dua musim, penghujan dan kemarau. Musim penghujan
biasanya dimulai pada Oktober-Maret, sedangkan musim kemarau biasanya pada
bulan April–September. Curah hujannya rata-rata 66 milimeter perbulan yang
ditampung dalam dua buah sungai besar (Cikapundung dan Cikapundung Kolot)
serta tiga buah anak sungainya (Cikarees, Cibalong Montok, dan Anak Kali
Cikapundung).

3.2 Aktivitas Wilayah

Pada hakikatnya suatu wilayah mempunyai sebuah aktivitas apabila


terdapat kehidupan dari manusia, yang mana bermacam macam mulai dari
bermukim hingga memiliki pergerakan mulai dari barang dan juga orang berupa
jasa. Hal tersebut menjadi dasar untuk mengetahui berkembangnya suatu wilayah.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional. Wilayah digolongkan menjadi dua, yaitu wilayah formal
dan fungsional.

Wilayah formal adalah suatu wilayah yang dicirikan berdasarkan


keseragaman atau homogenitas tertentu. Wilayah formal sering pula disebut
wilayah seragam. Homogenitas dari wilayah formal dapat ditinjau berdasarkan
kriteria fisik atau alam ataupun kriteria sosial budaya. Sedangkan, Wilayah
fungsional merupakan sebuah wilayah yang dicirikan dengan adanya kegiatan yang
saling berhubungan antara beberapa pusat kegiatan secara fungsional. Kota
Bandung menjadi salah satu kota metropolitan, maka dari itu semua Kecamatan
hingga kelurahan termasuk kedalam kawasan metropolitan, yang dimana kota,
kecamatan, dan kelurahan selalu berhubungan. Maka dari itu Kecamatan Lengkong
termasuk ke dalam wilayah fungsional.

8
Pada Kecamatan Lengkong sendiri memiliki aktivitas wilayah yang
terbilang cukup padat karena Kecamatan Lengkong termasuk kawasan bisnis dan
kawasan kuliner, serta kawasan pendidikan. Pada siang hari Kecamatan Lengkong
dipenuhi dengan masyarakat atau penduduk yang mau pergi bekerja, kuliah, dan
sekolah. Di malam hari wilayah ini dipenuhi oleh para pedangang kaki lima yang
berjualan di ruas jalan dan para masyarakat yang pergi kulineran. Dengan demikian
kondisi tersebut disebut dengan kondisi eksisting yang mengacu pada sosial
masyarakat di Kecamatan Lengkong. Eksisting diartikan suatu kondisi yang sedang
terjadi ketika diamati atau ditinjau. Eksisting mengacu pada keberadaan suatu
objek, entitas, atau fenomena pada waktu tertentu dan di tempat tertentu.

9
BAB IV

PEMBAHASAN

Kecamatan Lengkong berdasarkan pada publikasi Kota Bandung Dalam


Angka 2023 memiliki luas 3,53% dari total keseluruhan luas kota Bandung atau
tepatnya 5,90km² dari luas kota Bandung yakni 167,31km². Kecamatan Lengkong
berada pada ketinggian 696 mdpl dengan titik koordinat 107°37’21” Bujur Timur
dan 6°56’2″ Lintang Selatan. Batas wilayah administratif Kecamatan Lengkong
adalah sebelah utara dengan Kecamatan Sumur Bandung, sebelah timur dengan
Kecamatan Batununggal, sebelah selatan dengan Kecamatan Bandung Kidul, dan
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Regol. Kecamatan Lengkong memiliki
7 kelurahan yakni Cikawao, Paledang, Lingkar Selatan, Burangrang, Turangga,
Malabar, Cijagra.

Dikutip melalui laman multisite Kota Bandung, topografi Kecamatan


Lengkong sebagian besar berada pada dataran dengan ketinggian antara 680 hingga
700 meter di atas permukaan air laut. Adapun iklum yang menyelimutinya sama
seperti daerah lainnya di Indonesia, yaitu tropis yang ditandai oleh adanya dua
musim, penghujan dan kemarau. Musim penghujan biasanya dimulai pada Oktober-
Maret, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan April–September. Curah
hujannya rata-rata 66 milimeter perbulan yang ditampung dalam dua buah sungai
besar (Cikapundung dan Cikapundung Kolot) serta tiga buah anak sungainya
(Cikarees, Cibalong Montok, dan Anak Kali Cikapundung). Temperaturnya rata-
rata berkisar 20,0°-29,2° Celcius. Tekanan udara sekitar 1.009,5 mb dan
kelembaban udara rata-rata 79,3 persen.

10
4.1 Kebijakan Pengendalian Tata Ruang

Kebijakan Pengendalian pemanfaatan ruang diatur berdasarkan peraturan


dan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah studi antara
lain:

A. UU No. 6 Tahun 2023


1. Pasal 17 Ayat (1)
Mengubah ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Pasal 1 tentang Penataan Ruang
a. Pasal 1 Ayat (6) menjadi “Penyelenggaraan Penataan Ruang
adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan Penataan Ruang”.
b. Pasal 1 Ayat (12) menjadi “Pelaksanaan Penataan Ruang adalah
upaya pencapaian tujuan Penataan Ruang melalui pelaksanaan
Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang”.
c. Pasal 1 Ayat (14) menjadi “Pemanfaatan Ruang adalah upaya
untuk mewujudkan Struktur Ruang dan Pola Ruang sesuai
dengan Rencana Tata Ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
”.
2. Pasal 17 Ayat (2)
Mengubah ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Pasal 6 tentang Penataan Ruang
a. Pasal 6 Ayat (1) huruf b menjadi “Penataan Ruang diselenggarakan
dengan memperhatikan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan, kondisi ekonomi, sosial,
budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, dan lingkungan
hidup serta ilmu pengerahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan:
dan”.
b. Pasal 6 Ayat (1) huruf c menjadi “geostrategi, geopolitik, dan
geoekonomi”.

11
3. Pasal 17 Ayat (19)
Mengubah ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Pasal 35 tentang Penataan Ruang menjadi “Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dilakukan melalui:
a. ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
b. pemberian insentif dan disinsentif; dan
c. pengenaan sanksi”.
4. Pasal 62
“Setiap Orang yang tidak menaati Rencana Tata Ruang yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6l huruf a yang
mengakibatkan perubahan fungsi Ruang dikenai sanksi administratif”.
B. Peraturan Daerah No. 2 tahun 2004 tentang RTRW Kota Bandung Pasal 8 Ayat
(5) menyatakan bahwa “pengendalian pemanfaatan ruang meliputi mekanisme
perijinan, pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang”.

4.2 Kebijakan Wilayah Pengembangan Kecamatan Lengkong

Kecamatan Lengkong didesain menjadi kawasan pendidikan dan pariwisata


khususnya wisata kuliner Kota Bandung bila merujuk pada Peraturan Daerah Kota
Bandung No. 10 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi Kota Bandung. Hal ini dibuktikan melalui kondisi eksisting Kecamatan
Lengkong yang menjadi destinasi wisata kuliner khas Kota Bandung.

Pengembangan Kecamatan Lengkong sebagaimana tercantum pada


Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2015 BAB VII SWK Karees yakni
Pengembangan Kawasan Kreatif Terpadu (Karyapolis). Penentuan arahan
pengembangan Kecamatan Lengkong didasari pada karakter fisik dan potensi
kendala fisik pada setiap kawasan. Berdasarkan karakter tersebut maka Kecamatan
Lengkong dibagi menjadi 2 zona, yakni:

A. Zona Lindung
Meliputi sempadan sungai, cagar budaya, taman unit lingkungan, dan rawan
bencana berupa genangan/banjir.

12
B. Zona Budidaya
Meliputi perumahan, perdagangan dan jasa, industri pergudangan, kantor
pemerintahan, sarana pelayanan umum, dan pertahanan keamanan.

4.3 Fisik dan Kebencanaan

Kecamatan Lengkong tidak memiliki ancaman kebencanaan seperti di


daerah Bandung Utara. Namun, ada beberapa titik yang perlu pengawasan
khususnya pada saat intensitas hujan yang cukup tinggi seperti pada ruas jalan
Nilem yang disebabkan oleh kurangnya lahan resapan air dan buruknya sistem
drainase yang ada. Hal ini sudah tercantum pada Peraturan Daerah No. 15 Tahun
2015 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi Kota Bandung Tahun 2015-2035 Pasal
123 huruf c, yakni Jalan Nilem, Blok Paledang, Kecamatan Lengkong.

4.4 Sosial Ekonomi

Aspek sosial dan ekonomi Kecamatan Lengkong cukup beragam namun


salah satu yang menjadi daya tarik Kecamatan Lengkong adalah salah satu pusat
kuliner malam Kota Bandung. Hal ini dapat dipengaruhi oleh ruas jalan utama di
daerah Kecamatan Lengkong khususnya Jalan Lengkong Kecil, Jalan Malabar,
Jalan Buah Batu dan terdapat beberapa perguruan tinggi ternama di Kecamatan
Lengkong seperti Universitas Pasundan, Universitas Langlangbuana, dan Institut
Seni Budaya Indonesia.

Kehadiran perguruan tinggi-perguruan tinggi tersebut mendatangkan pasar


tersendiri bagi para pedagang dan pengusaha untuk memulai bisnisnya di
Kecamatan Lengkong. Terutama pada ruas Jalan Lengkong Kecil yang sudah
menjadi daya tarik utama kuliner malam di Kota Bandung.

13
4.5 Tata Guna Lahan

Gambar 1 Peta Rencana Detail Tata Ruang Kota Bandung

Gambar 2 Citra Satelit Penggunaan Lahan Kecamatan Lengkong

14
Berdasarkan data dari RDTR Kota Bandung tahun 2015-2035 tata guna
lahan yang terdapat di Kecamatan Lengkong yaitu sebagai berikut:
1. Zona Lindung

Gambar 3 Sempadan Sungai Cikapundung


2. Zona Ruang Terbuka Hijau

Gambar 4 Taman Jalan Palasari


3. Zona Rawan Bencana Banjir

Gambar 5 Jalan Nilem, Kelurahan Paledang

15
4. Zona Pemukiman

Gambar 6 Kost dan Pemukiman, Jalan Lengkong Besar


5. Zona Perdagangan dan Jasa

Gambar 7 Jalan Lengkong Kecil


6. Zona Pertahanan dan Keamanan

Gambar 8 PUSSENKAV Jln. Gatot Subroto

16
7. Zona Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum

Gambar 9 SDN 020 Lengkong Besar

Gambar 10 Halte Lengkong Besar

4.6 Sarana dan Prasarana

Berikut Sarana dan Prasara yang ada di Kecamatan Lengkong Kota Bandung
Diantaranya:

Dalam bidang pendidikan

no Sarana dan Prasarana Jumlah


1 Tk 28
2 SD Negeri 33
3 SD Swasta 15
4 SMP Negeri 13
5 SMP Swasta 3
6 SMA Negeri 16
7 SMA Swasta 2

17
Dalam bidang Kesehatan
no Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Rumah sakit 4
2 Poliklinik 38
3 Puskesmas Tanpa Rawat inap 8
4 Praktik dokter 112
5 Apotik 60
6 Praktik bidan 4
7 Pos syandu 144

Dalam bidang prasarana tempat ibadah

no Sarana dan Prasarana Jumlah


1 Masjid 78
2 Greja Katolik 9
3 Greja Protestan 6
4 Pura -
5 Viraha -

4.7 Transportasi

Transportasi yang ada di Kecamatan Lengkong mecakup beberapa opsi


seperti berikut:
1. Angkutan Kota

Gambar 11 Angkutan Kota

18
2. Bus

Gambar 13 Bus Antarkota

4.8 Pengaruh Tata Ruang terhadap Sistem Sosial

Tata ruang atau pengaturan ruang memiliki pengaruh yang signifikan


terhadap sistem sosial di suatu wilayah, termasuk di Kecamatan Lengkong, Kota
Bandung. Pengaruh ini melibatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti
interaksi sosial, kualitas hidup, mobilitas, dan kesempatan ekonomi. Berikut
adalah beberapa contoh pengaruh tata ruang terhadap sistem sosial di Kecamatan
Lengkong:
1. Interaksi Sosial: Tata ruang yang baik dapat mendorong interaksi sosial
yang lebih baik antara warga.Adanya ruang publik, taman, atau area hijau
di sekitar permukiman dapat menjadi tempat bertemu dan berinteraksi bagi
masyarakat. Misalnya, adanya taman kota atau pusat kegiatan masyarakat
di Kecamatan Lengkong dapat memfasilitasi pertemuan, kegiatan olahraga,
atau kegiatan budaya yang dapat memperkuat hubungan sosial di antara
warga.
2. Kualitas Hidup: Tata ruang yang dirancang dengan baik dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Adanya fasilitas umum seperti
pusat perbelanjaan, rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah yang mudah
diakses dapat memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kenyamanan
hidup warga di Kecamatan Lengkong. Selain itu, tata ruang yang
memperhatikan aspek lingkungan seperti pemeliharaan kebersihan,
penataan limbah, dan penghijauan juga berkontribusi pada peningkatan
kualitas hidup.

19
3. Mobilitas: Tata ruang yang baik juga dapat mempengaruhi mobilitas atau
pergerakan masyarakat. Penyediaan infrastruktur transportasi yang
memadai seperti jalan raya, jalur sepeda, trotoar, dan aksesibilitas
transportasi umum yang baik akan mempermudah mobilitas warga. Dengan
demikian, aksesibilitas yang baik dapat meningkatkan konektivitas antara
masyarakat dengan berbagai area di Kecamatan Lengkong dan juga dengan
wilayah lain di Kota Bandung.
4. Kesempatan Ekonomi: Tata ruang yang mendukung pengembangan sektor
ekonomi dapat menciptakan peluang kerja dan penghidupan yang lebih baik
bagi masyarakat. Pembangunan kawasan industri, kawasan perdagangan,
atau pusat bisnis yang terencana dengan baik di Kecamatan Lengkong dapat
menarik investasi, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan
pendapatan masyarakat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan sosial dan perkembangan ekonomi di daerah tersebut

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kecamatan Lengkong merupakan wilayah yang memiliki banyak penduduk dan


memiliki banyak aspek fungsi penggunaan lahan yang harus diperhatikan dengan
baik. Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disumpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Kecamatan Lengkong merupakan salah satu kecamatan di Bandung dengan


ketinggian 696 mdl dan dengan luas wilayah 5,90km2. Batas wilayah
administratif Kecamatan Lengkong adalah sebelah utara dengan Kecamatan
Sumur Bandung, sebelah timur dengan Kecamatan Batununggal, sebelah
selatan dengan Kecamatan Bandung Kidul, dan sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Regol.
2. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2015 Tentang
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Bandung.
Kecamatan Lengkong didesain menjadi kawasan pendidikan dan pariwisata
khususnya wisata kuliner. Maka dari itu, banyak ditemukan unit unit
Pendidikan dan pusat kuliner.
3. Pengembangan Kecamatan Lengkong sebagaimana tercantum pada
Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2015 BAB VII SWK Karees.
Penentuan arahan pengembangan Kecamatan Lengkong didasari pada
karakter fisik dan potensi kendala fisik pada setiap kawasan. Berdasarkan
karakter tersebut maka Kecamatan Lengkong dibagi menjadi 2 zona, yaitu
zona lindung dan zona budidaya.
4. Kecamatan Lengkong tidak memiliki ancaman kebencanaan yang
berdampak besar. Namun, ada beberapa titik yang perlu diperhatikan dan
perlu pengawasan saat terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.

21
5. Aspek sosial dan ekonomi Kecamatan Lengkong cukup beragam. Salah satu
yang terkenal dan menjadi daya tarik banyak orang adalah salah satu pusat
kuliner malam Kota Bandung. Hal ini dapat dipengaruhi oleh ruas jalan
utama di daerah Kecamatan Lengkong khususnya Jalan Lengkong Kecil,
Jalan Malabar, Jalan Buah Batu yang menjadi faktor pendukung daya tarik
kuliner Kecamatan Lengkong.
6. Berdasarkan data dari RDTR Kota Bandung tahun 2015-2035 tata guna
lahan yang terdapat di Kecamatan Lengkong yaitu zona lindung, zona
terbuka hijau, zona rawan bencana banjir, zona pemukiman, zona
perdagangan dan jasa, zona pertahanan dan keamanan, zona Fasilitas sosial
dan fasilitas umum.
7. SarPras
8. Transportasi yang ada di Kecamatan Lengkong mecakup beberapa opsi
yaitu angkot untuk jarak dekat, dan bus untuk jarak menengah maupun jarak
jauh.
9. Tata ruang pada Kecmatan Lengkong memiliki pengaruh sistem sosial yang
melibatkan aspek kehidupan masyarakat seperti interaksi sosial, kualitas
hidup, mobilitas, dan kesempatan ekonomi.

5.2 Saran

Keberlangsungan aktivitas kecamatan lengkong telah berjalan dengan baik.


Kebijakan yang ada membantu memfokuskan fungsi penggunaan dari wilayah ini,
akan tetapi, masih ada beberapa kekurangan yang ada seperti Kawasan pemukiman
yang sangat dekat dengan bibir sungai dan kurangnya halte pada titik titik
keramaian strategis. Maka dari itu, Pemerintah setempat harus menindak tegas
untuk membebaskan wilayah sekitar sungai dan mencari solusi bagi warga yang
terdampak pembebasan lahan serta masyarakat juga perlu diberikan kesadaran akan
bahaya pemukiman yang terletak disekitar bibir sungai. Untuk kurangnya halte
pada titik strategis, Pemerintah perlu meninjau kembali titik keramaian di
Kecamatan Lengkong dan menambah halte pada pusat keramaian yang ada.

22
DAFTAR PUSTAKA

Cari Tahu Kecamatan Lengkong, Bandung Disini | Pinhome. (2023). Diakses pada
29 Mei 2023, dari https://www.pinhome.id/
Sejarah, Visi, dan Misi – Kecamatan Lengkong. (2023). Diakses pada 29 Mei 2023,
dari https://multisite.bandung.go.id/
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2023). Diakses pada 29 Mei 2023, dari
https://bandungkota.bps.go.id/
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang [JDIH BPK RI]. (2023). Diakses
pada 31 Mei 2023, dari https://peraturan.bpk.go.id/
Multisite Kota Bandung. (2023). Diakses pada 31 Mei 2023, dari
https://multisite.bandung.go.id/
UU No. 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang
[JDIH BPK RI]. (2023). Diakses pada 31 Mei, dari
https://peraturan.bpk.go.id/
PERDA Kota Bandung No. 02 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) [JDIH BPK RI]. (2023). Diakses pada 1 Juni 2023, dari
https://peraturan.bpk.go.id/
PERDA Kota Bandung No. 10 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Dan
Peraturan Zonasi Kota Bandung Tahun 2015 - 2035 [JDIH BPK RI]. (2023).
Diakses pada 1 Juni 2023, dari https://peraturan.bpk.go.id/

23
LAMPIRAN DOKUMENTASI

24

Anda mungkin juga menyukai