Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS SWOT STRATEGI LEMBAGA SWADAYA

MASYARAKAT (LSM)
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Strategi Manajemen Dan Akuisisi SI”
Dosen Pembimbing : Rakhmayudhi, M.Kom

Disusun Oleh :
1. M. Aprian Saputra (D1A.18.0031)
2. Juan Bukit A.A (D1A.18.0008)
3. Rizal Kartiwa (D1A.18.0026)
4. Mochammad Bhakti (D1A.18.0029)
5. Toni Sahmir (D1A.18.0019)
6. R. Kevin Rizaldy (D1A.18.0014)

SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS SUBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Analisis SWOT Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Subang, 26 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan & Manfaat...............................................................................2
1.4 Metode Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Strategi............................................................................3
2.1.1 Definisi Manajemen Strategi.....................................................3
2.1.2 Pembentukan Strategi................................................................4
2.1.3 Komponen Proses Manajemen Strategi.....................................5
2.1.4 Bagaimana Implementasi Manajemen Strategi di
Organisasi...............................................................................6
2.2 Analisis SWOT...................................................................................7
2.2.1 Definisi SWOT..........................................................................7
2.2.2 Faktor-faktor dalam analisi SWOT...........................................8
2.2.3 Matrix SWOT............................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Lembaga Swadaya Masyarakat..............................................11
3.2 Bentuk Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat...............................16
3.3 Visi & Misi Lembaga Swadaya Masyarakat.......................................18
3.4 Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Kehidupan Demokrasi Di
Indonesia.............................................................................................19
BAB IV HASIL PENELITIAN
4. 1 Hubungan Manajemen Strategi dengan SWOT.................................26
4.1.1 Kerangka Konseptual................................................................26
4.2 Analisis SWOT LSM...........................................................................26

ii
4.2.1 Peranan SWOT Sebagai Bagian Analisis Organisasi Resiko dan
Hubungannya dengan Manajemen
Pengambilan Keputusan............................................................26
4.2.2 Tujuan Penerapan SWOT di Organisasi....................................27
4.2.3 SWOT Strategi Lembaga Swadaya Masyarakat.......................27
4.2.4 Tabel Analisis SWOT LSM......................................................29
4.2.5 Grafik Analisis SWOT LSM.....................................................29
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..........................................................................................30
5.2 Saran....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keadaan sosial di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam
pemerintahan Indonesia, seperti kemiskinan ataupun kelaparan. Tak hanya itu,
masalah yang terjadi secara alami pun menjadi penyebab keadaan sosial yang
buruk, sebut saja bencana alam yang sering terjadi seperti halnya banjir, tanah
longsor, atau pun tsunami. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh ulah tangan
manusia yang tidak dapat melestarikan alam.
Pemberdayaan masyarakat miskin/kurang mampu tidak dapat dilakukan
dengan hanya melalui program peningkatan produksi, tetapi juga pada upaya
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin. Terkait dengan
upaya tersebut, maka keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menjadi
sangat penting untuk melakukan sinergi dengan lembaga pemerintah. Dalam
proses pendampingan pemberdayaan masyarakat miskin, LSM masih menghadapi
kendala baik eksternal maupun internal. Peran LSM di Indonesia mengalami
perkembangan dan transformasi fungsi, sesuai dengan paradigma pembangunan.
Kondisi dan paradigma yang ada saat ini adalah terbukanya era globalisasi
ekonomi yg diwujudkan dengan adanya proses internasional produksi,
perdagangan, dan pasar uang.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan organisasi jasa
sukarelawan untuk membantu sesama dalam mengurangi masalah sosial seperti
kemiskinan. Organisasi jasa sukarelawan ini termasuk ke dalam organisasi nirlaba
atau organisasi non profit. Apa itu organisasi nirlaba atau organisasi non profit?.
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik
perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian
terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peran Lembaga Swadaya Masyarakat dengan metode Analisis
SWOT
1.3 Tujuan & Manfaat
Tujuan :
1. Mengkaji seberapa dalam pembinaannya LSM dapat membentuk
masyarakat yang bertanggung jawab dalam era demokrasi.
Manfaat :
2. Mengetahui peranan penting LSM mengapa bisa menjadi bagian penting
untuk masyarakat dalam era demokrasi.
1.4 Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis gunakan dalam menyelesaikan makalah ini
adalah metode kepustakaan, dimana penulis mencari buku sebagai
literaturnya dan referensi yang ada kaitannya dengan Lembaga Swadaya
Masyarakat. Selain itu juga penulis mengambil materi dari internet. Dari
beberepa sumber tersebut, kemudian penulis menyimpulkannya dengan
terstruktur menjadi sebuah makalah.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Strategi


2.1.1 Definisi Manajemen Strategi
Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan
pengevaluasian keputusan - keputusan, manajemen strategis berfokus pada proses
penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk
mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan
kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis
mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis
untuk mencapai tujuan organisasi. Ada tiga tahapan dalam manajemen strategis,
yaitu perumusan strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi strategi.
Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang
biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim
eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan
menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.
Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen
strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan
bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif
untuk memenuhi tujuan strategis. Manajemen strategis di saat ini harus
memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam
organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana
strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan
kembali dikunjungi. Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu
cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi. Seiring dengan adanya
informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian
dan revisi.
Beberapa pakar dalam ilmu manajemen mendefinisikan manajemen
strategis dengan cara yang berbeda-beda. Ketchen (2009) mendefinisikan
manajemen strategis sebagai analisis, keputusan, dan aksi yang dilakukan

3
perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan
kompetitif. Definisi ini menggambarkan dua elemen utama manajemen strategis.
Pertama, manajemen strategis dalam sebuah perusahaan berkaitan dengan proses
yang berjalan (ongoing processes): analisis, keputusan, dan tindakan. Manajemen
strategis berkaitan dengan bagaimana manajemen menganalisis sasaran strategis
(visi, misi, tujuan) serta kondisi internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan.
Selanjutnya, perusahaan harus menciptakan keputusan strategis. Keputusan ini
harus mampu menjawab dua pertanyaan utama:
(1) industri apa yang digeluti perusahaan dan
(2) bagaimana perusahaan harus bersaing di industri tersebut.
(3) Terakhir, tindakan diambil untuk menjalankan keputusan tersebut.
Tindakan yang perlu dilakukan akan mendorong manajer untuk
mengalokasikan sumber daya dan merancang organisasi untuk mengubah rencana
menjadi kenyataan.
Elemen kedua, manajemen strategis adalah studi tentang mengapa
sebuah perusahaan mampu mengalahkan perusahaan lainnya. Manajer perlu
menentukan bagaimana perusahaan bisa menciptakan keunggulan kompetitif yang
tidak hanya unik dan berharga, tetapi juga sulit ditiru atau dicari subtitusinya
sehingga mampu bertahan lama. Keunggulan kompetitif yang mampu bertahan
lama biasanya didapatkan dengan melakukan aktivitas berbeda dengan apa yang
dilakukan pesaing, atau melakukan aktivitas yang sama dengan cara yang
berbeda.
2.1.2 Pembentukan Strategi
Tugas pertama dalam manajemen strategis pada umumnya adalah kompilasi
dan penyebarluasan pernyataan misi. Aktivitas ini mendokumentasikan kerangka
dasar organisasi dan mendefinisikan lingkup aktivitas yang hendak dijalankan
oleh organisasi. Setelah itu, organisasi bersangkutan akan melakukan pemindaian
lingkungan untuk membangun keselarasan dengan pernyataan misi yang telah
dibuat.
Pembentukan strategi adalah kombinasi dari tiga proses utama sebagai berikut:

4
● Melakukan analisis situasi, evaluasi diri dan analisis pesaing: baik internal
maupun eksternal; baik lingkungan mikro maupun makro.
● Bersamaan dengan penaksiran tersebut, tujuan dirumuskan. Tujuan ini
harus bersifat paralel dalam rentang jangka pendek dan juga jangka
panjang. Maka di sini juga termasuk di dalamnya penyusunan pernyataan
visi (cara pandang jauh ke depan dari masa depan yang dimungkinkan),
pernyataan misi (bagaimana peran organisasi terhadap lingkungan publik),
tujuan perusahaan secara umum (baik finansial maupun strategis), tujuan
unit bisnis strategis (baik finansial maupun strategis), dan tujuan taktis.
2.1.3 Komponen Proses Manajemen Strategi
Manajemen strategis secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang
berorientasi masa depan yang memungkinkan organisasi untuk membuat
keputusan hari ini untuk memposisikan diri untuk kesuksesan pada masa
mendatang. Pandangan yang lebih tradisional dari manajemen strategis
menggunakan pendekatan linear dimana pertama dilakukan pemantauan terhadap
lingkungan organisasi (baik internal dan eksternal), strategi dirumuskan, strategi
yang diimplementasikan dan lantas kemajuan organisasi terhadap strategi
kemudian dievaluasi. Kecepatan pacu saat ini dari perubahan menyatakan bahwa
tahap perumusan dan pelaksanaan harus lebih diintegrasikan lebih erat untuk
memastikan bahwa sejalan terjadinya perubahan dan timbulnya masalah di
implementasi, strategi tersebut kembali dikunjungi secara terus menerus.
Pemantauan lingkungan harus mencakup baik internal dan komponen
eksternal. Sementara sebagian besar organisasi merasa nyaman dengan
pemindaian lingkungan internal, mereka masih memiliki lebih banyak kesulitan
dengan bagian eksternal. Organisasi yang hanya melihat ke dalam masih
kehilangan setengah dari persamaan utuh untuk membuat keputusan yang lebih
efektif bagi perusahaan. Beberapa elemen yang biasa digunakan untuk memeriksa
kondisi eksternal meliputi industri sebagai suatu keseluruhan (termasuk tren yang
berdampak pada industri), dan tren sosial dalam empat bidang utama: ekonomi,
teknologi, tren politik-hukum, serta sosial-budaya.

5
Ada tiga tingkatan strategi dibuat dalam organisasi yang lebih besar, yakni
meliputi strategi perusahaan, bisnis, dan fungsional (atau operasional). Sementara
strategi perusahaan akan menentukan bisnis apakah yang perusahaan akan benar-
benar beroperasi di sana, strategi bisnis akan menentukan bagaimana perusahaan
akan bersaing di masing-masing bisnis yang telah dipilih. Dan strategi tingkat
operasional akan menentukan bagaimana masing-masing bidang fungsional
(seperti sumber daya manusia atau akuntansi) benar-benar akan mendukung
strategi-strategi bisnis dan korporasi. Semua strategi ini harus berkaitan erat untuk
memastikan bahwa organisasi bergerak ke arah yang menyatu.
Data dari pemantauan lingkungan ini kemudian digunakan untuk membuat
rencana strategis bagi organisasi - yang kemudian dilaksanakan. Sebuah pepatah
lama menyatakan bahwa "gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan
untuk gagal”. Jika sebuah organisasi tidak merencanakan arahnya, dia juga
terbilang tidak mengambil kendali atas masa depannya. Tahap implementasi
melibatkan hampir semua anggota organisasi. Akibatnya, perusahaan akan perlu
melibatkan lebih banyak karyawan dalam tahap perencanaan. Sementara perhatian
historis lebih diberikan untuk tahap perencanaan, organisasi saat ini yang cerdik
juga menyadari sifat kritis dari aspek pelaksanaan. Rencana terbaik tak ada artinya
jika implementasinya cacat.
Komponen terakhir dari manajemen strategis adalah evaluasi dan
pemantauan kemajuan perusahaan ke arah sasaran strategisnya. Organisasi-
organisasi yang meyakini bahwa proses terbilang selesai setelah rencana
diimplementasikan hanya akan menemukan diri mereka menemui kegagalan.
Penting sekali bagi organisasi untuk terus memantau kemajuannya.
2.1.4 Bagaimana Implementasi Manajemen Strategi di Organisasi
Implementasi manajemen strategik pada oraganisasi yaitu :
a. Menentukan visi dan misi serta tujuan.
b. Membuat rancangan dan plaing jangka panjang untuk apa saja yang
ingin di capai oleh Perusahaan.

6
c. Menyusun SOP Keuangan dan Operasional. Sistem yang terdiri dari
langkah-langkah yang berkesinambungan yang menjelaaskan secara
detail bagaimana pelaksanaan suatu tugas tertentu.
d. Menyusun Program Job Description yang jelas dan terarah, seluruh
kegiatan operasional perusahaan saling berintegrasi untuk mencapai
tujuan perusahaan.
e. Menyusun anggaran pengeluaran dan beban yang akan di keluarkan
dalam jangka panjang, serta menyusun pendapatan yang akan di dapat.
2.2 Analisis SWOT
2.2.1 Definisi SWOT
Menurut Fredy Rangkuti, Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis
selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategis dan kebijakan
perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis
situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, Analisis SWOT merupakan salah
satu instrument analisis yang ampuh apabila digunakan dengan tepat. Maksudnya,
keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi perusahaan
dalam memaksimalkan peranan factor kekuatan dan pemanfaatan peluang
sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang
terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan
harus dihadapi.
Telah diketahui pula bahwa analisis SWOT merupakan akronim untuk kata-
kata strengths, (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan
threats (ancaman). Factor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam tubuh suatu
organisasi, termasuk satuan bisnis tertentu sedangkan peluang dan ancaman

7
merupakan factor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau satuan
bisnis yang bersangkutan.
Analisis SWOT biasa digunakan untuk mengevaluasi kesempatan dan
tantangan di lingkungan bisnis maupun pada lingkungan internal perusahaan.
Manajer tingkat atas menggunakan SWOT untuk mendorong refleksi diri dan
diskusi kelompok tentang bagaimana mengembangkan perusahaan dan posisinya
untuk mencapai sukses.
Untuk memudahkan dalam melaksanakan analisis SWOT diperlukan
matriks SWOT. Matriks SWOT akan mempermudah merumuskan berbagai
strategi. Pada dasarnya alternatif strategi yang diambil harus diarahkan pada
usaha-usaha untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan,
memanfaatkan peluang-peluang bisnis serta mengatasi ancaman. Sehingga dari
matris SWOT tersebut akan memperoleh empat kelompok alternatif strategi yang
disebut dengan strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT.
2.2.2 Faktor-faktor dalam analisi SWOT
1. Strenght (Kekuatan)
Kekuatan merupakan kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang
berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha dipasaran.
hal demikian dikarenakan satuan bisnis memiliki sumber, ketrampilan,
produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari para
pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah direncanakan akan
dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan. Contohcontoh bidang-bidang
keungguan itu antara lain: kekuatan pada sumber keuangan, citra positif,
keunggulan kedudukan dipasar, hubungan dengan pemasok, loyalitas
pengguna produk dan kepercayaan para berbagai pihak yang berkepentingan.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,
ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek keterbatasan
dan kelemahan kelemahan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana
yang dimiliki atau tidak dimiliki., kemampuan manajerial yang rendah,

8
ketrampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang
tidak atau kurang diminati oleh konsumen atau calon pengguna dan tingkat
perolehan keuntungan yang kurang memadai. Kekuatan dan kelemahan
internal merupakan aktivitas terkontrol suatu organisasi yang mampu
dijalankan dengan sangat baik atau buruk. Hal ini muncul dalam manajemen,
pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi, penelitian dan pengembangan
dan sebagainya.
3. Opportunities (Peluang)
Peluang merupakan berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi
satu satuan bisnis. Yang dimaksud dengan berbagai situasi tersebut adalah:
1) Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan pengguna produk.
2) Hubungan dengan para pembeli yang akrab dan
3) Hubungan dengan para pemasok yang harmonis.
4) Identifikasi suatu segemen pasar yang belum mendapat perhatian
5) Perubahan dalam kondisi persaingan
6) Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka
berbagai kesempatan baru dalam kegiatan berusaha.
4. Threats (Ancaman)
Ancaman merupakan factor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan
suatu satuan bisnis. Jika tidak diatasi ancaman akan menjadi “ganjalan” bagi
satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa
mendatang. Berbagai contohnya antara lain:
1) Masuknya pesaing baru dipasar yang sudah dilayani oleh satuan bisnis.
2) Pertumbuhan pasar yang lamban
3) Meningkatnya posisi tawar pembeli prduk yang dihasilkan.
4) Menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan baku yang
diperlukan untuk diproses lebih lanjut menjadi produk tertentu.
5) Perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai.
6) Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya restriktif.

9
2.2.3 Matrix SWOT

INTERNAL STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

Tentukan faktor-faktor Tentukan kelemahan


EXTERNAL kekuatan internal internal
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

Tentukan faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

Tentukan faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


ancaman ekternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
menghindari ancaman

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Lembaga Swadaya Masyarakat


Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu sebuah organisasi yang
didirikan perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela
memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatan tersebut. Jenis dan kategroi LSM, yakni Organisasi
Donor, Organisasi Mitra Pemerintah, Organisasi Profesional, serta Organisasi
Oposisi. LSM sebagai suatu organisasi, khususnya organisasi non laba / non
profit, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan ormas, koperasi partai, bahkan
dengan perusahaan. Sebagai suatu organisasi maka apa yang diharapkan adalah
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuannya
tersebut maka organisasi perlu dikelola dengan baik.Perjalanan LSM di Indonesia
pada awal kemunculannya melalui perspektif sejarah dan mengacu pada
pembagian generasi, ada yang berpendapat bahwa cikal-bakal LSM di Indonesia
telah ada sejak pra-kemerdekaan. Lahir dalam bentuk lembaga keagamaan yang
sifatnya sosial/amal. LSM di Indonesia dalam praktiknya juga masih terkungkung
dalam wacana pembagunanisme (developmentalisme) yang tidak kritis terhadap
masalah-masalah ketimpangan struktural, kelangkaan partisipasi, dan
ketergantungan terhadap kekuatan diluar.
Tahun 50-an tercatat muncul LSM yang kegiatannya bersifat alternatif
terhadap program pemerintah, dua pelopornya adalah LSD (Lembaga Sosial
Desa) dan Perkumpulan Keluarga Kesejahteraan Sosial. Tahun 60-an lahir
beberapa lembaga yang bergerak terutama dalam pengembangan pedesaan. Pada
kurun waktu ini pula, lembaga-lembaga ini merintis jaringan kerjasama nasional,
misal lahir Yayasan Sosial Tani Membangun yang kemudian berkembang
menjadi Bina Desa, Bina Swadaya.Dalam hal peranannya sebagai organisasi yang
mempunyai peran non-politik, LSM dinilai mampu melakukan pemberdayaan
kepada masyarakat dalam hal penanggulangan kemiskinan. Beberapa LSM tahun
70-an yang terus senantiasa aktif melakukan pendampingan dan pemberdayaan

11
terhadap masyarakat lemah / miskin adalah YLBHI, INFID, LP3ES, WALHI,
JPPR, YTBI, dan lain-lain. Permasalahan utama yang sangat mendasar dalam hal
pemberdayaan masyarakat oleh LSM adalah stigma LSM yang tumbuh disebagian
benak masyarakat yang masih menaruh curiga terhadap kehadiran dan aktivitas
dari LSM. Pada satu sisi LSM dipersepsikan alat bagi neo liberalisme atau agen
Negara Asing, hal ini dikarenakan sebagian besar dana kegiatan-kegiatan yang
dilakukan LSM di Indonesia di danai oleh negara asing dan tentunya ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh NGO untuk memperoleh dana tersebut.
Disisi lain, sampai saat ini tidak ada mekanisme pertanggung jawaban LSM
terhadap masyarakat.
Dalam penjelasannya, LSM mencakup antara lain :
1. Kelompok profesi yang berdasarkan profesinya tergerak menangani
masalah lingkungan.
2. Kelompok hobi yang mencintai kehidupan alam terdorong untuk
melestarikannya.
3. Kelompok minat yang berminat untuk membuat sesuatu bagi
pengembangan lingkungan hidup.
Batasan fungsi dan peran LSM dibandingkan dengan pengertian aslinya (dalam
arti NGO) menjadi teredusir. Karena keberadaan LSM terutama saat ORBA sarat
dengan intervensi pemerintah, maka ada beberapa LSM yang kemudian dalam
pergerakannya memakai bentuk Yayasan, karena Yayasan lebih fleksibel. Sampai
saat ini, peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat masih terbatas dan
belum mampu sepenuhnya dalam penanggulangan kemiskinan. Disinilah perlunya
peran dan keterlibatan LSM dalam melaksanakan program dan pemberdayaan
masyarakat. Untuk itu, diperlukan pula reposisi LSM di tengah masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat dalam bentuk :
1. LSM perlu memfasislitasi tumbuh kembangnya kelembagaan rakyat yang
kuat, yang bersifat sektoral, seperti pada organisasi buruh, petani,
masyarakat adat, dan lain-lain.
2. LSM perlu tampil ke publik luas, dalam arti semakin “go public” ke
masyarakat, sehingga posisi dan perannya mampu lebih dirasakan oleh

12
masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui penyebaran brosur, pertemuan
dengan masyarakat,kerja sama dengan media cetak-elektronik seluas-
luasnya.
3. LSM perlu semakin aktif dalam membangun hubungan dengan berbagai
elemen masyarakat sipil lainnya. Seperti media massa, mahasiswa, serikat
buruh, petani, partai politik dengan tetap mengedepankan nilai dan sikap
non-partisan.
4. Perlunya penguatan LSM sebagai sebuah entitas dan komunitas yang
spesifik di dalam masyarakat sipil, dan penguatan institusionalisasi LSM
dalam hal eksistensi, sumber daya manusia, sarana, dana, dan manajemen.
LSM juga perlu lebih membuka diri untuk menjadi organisasi yang lebih
berakar di masyarakat.
5. LSM juga dituntut untuk senantiasa membenahi kondisi internal dalam
tubuh. Organisasinya, mengingat ini seringkali tidak diperlihatkan dalam
forum evaluasi oleh LSM yang bersangkutan.
Untuk masa mendatang, hubungan antara LSM dengan kelembagaan lokal perlu
dieratkan karena lembaga di tingkat lokal adalah kekuatan yang potensial bagi
LSM sebagai organisasi yang indenpenden.
Dari refleksi yang dilakukan oleh LSM di Philipina (IIRR,1997) ada beberapa
alasan mengapa kinerja atau kualitas organisasi menjadi penting, yaitu karena :
1. Kemampuan berkompetisi atau bersaing dengan LSM lain semakin besar
sebagai akibat semakin mengecilnya jumlah dana dan lembaga donor serta
sumberdaya-sumberdaya lain,
2. Kemampuan mengadaptasi perubahan lingkungan yang cepat dengan
tanpa kehilangan relevansi atau indentitas masing-masing organisasi,
3. Meningkatnya kualitas program dan pelayanan yang lebih berfokus,
berdampak dan juga luas atau besar.
Apa yang direfleksikan oleh LSM di Philipina tersebut sebenarnya sama
dengan yang dialami oleh LSM-LSM di Indonesia. Kepemimpinan yang efektif
mendorong keterlibatan dan partisipasi dari anggota, staf, serta konstituen LSM
dalam seluruh kegiatan LSM untuk menjamin kesuksesan dan keberlanjutan

13
(keberlangsungan) program dan organisasi. Anggota dan konstituen LSM perlu
bekerjasama dengan eksekutif dan pengurus yayasan dalam menentukan dan
membuat VISI organisasi, mengidentifikasi MISI yang akan dipilih untuk
mencapai visi serta menentukan sasaran yang obyektif dan realitis.
Sumber daya manusia mempunyai arti semua orang yang terlibat dalam
kerja LSM, yaitu eksekutif, staff, anggota, volunteer, konstituen, donor, dan
pengurus yayasan. LSM perlu memberi insentif yang bervariasi untuk
penghargaan yang sesuai dengan motivasi kerjanya dan juga siap memberi sanksi.
Setiap LSM mempunyai budaya. Budaya ini dimunculkan dalam bagaimana
bekerja, berpikir, serta berperasaan untuk mencapai misi dan respon (tanggapan)
terhadap situasi yang mempengaruhi tujuan, program, dan pelaksanaannya.
Sistem dan prosedur keuangan harus terintegrasi dengan rencana strategis dan
rencana operasional dari suatu LSM, dan harus juga sesuai dengan kebutuhan
donor, serta konstituen. Suatu LSM perlu memiliki sumberdaya keuangan yang
bervariasi. Telah tumbuh kesadaran dalam LSM untuk memiliki donor yang
bervariasi, mengembangkan alternatif sumberdaya dalam komunitas mereka
(misalnya bantuan dalam bentuk barang dan pembayaran untuk layanan yang
diberikan), dan membangun kerjasama dengan perusahaan.
Indikator paling kuat untuk menilai efektivitas dan kesuksesan dari suatu
LSM adalah kualitas layanan mereka, yaitu layanan yang sesuai diberikan dalam
suatu pembiayaan yang selalu efisien. Dalam membangun hubungan kerjasama
yang positif dalam konteks yang lebih besar, LSM harus dikenal oleh pihak-pihak
yang tepat di dalam suatu masyarakat, menjaga kinerjanya, serta memperluas
pengaruhnya melalui kerjasama dengan pemerintah, jaringan donor, dan LSM lain
yang bekerja dalam sektor dan wilayah yang sama. Dikalangan masyarakat
organisasi/ lembaga swadaya masyarakat telah tumbuh dan berkembang sebagai
tempat berhimpunnya anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia
secara sukarela yang menyatakan dirinya atau dinyatakan sebagai Lembaga
Swadaya Masyarakat. Istilah Lembaga Swadaya Masyarakat pertama kali dikenal
dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan bergerak dalam hal-hal yang berkaitan

14
dengan Lingkungan Hidup. Kemudian dalam perkembangannya Lembaga
Swadaya Masyarakat tersebut mempunyai lingkup kegiatan yang tidak terbatas
pada lingkungan hidup saja, melainkan mencakup bidang lain sesuai dengan yang
diminati untuk tujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
baik rohani maupun jasmani.
Keberadaan dan keleluasan berpartisipasi dan pengembangannya disatu
pihak dan untuk kepentingan masyarakat dan negara di lain pihak memerlukan
iklim yang kondusif untuk dapat mendorong kegairahan, kreativitas dan dinamika
masyarakat di segala bidang, agar Lembaga Swadaya Masyarakat dapat
mengembangkan dirinya secara swadaya dan sukarela. Oleh karena itu Lembaga
Swadaya Masyarakat sebagai Mitra Pemerintah, perlu dibina dengan jalan
memberikan bimbingan, pengayoman dan dorongan.
Ginanjar Kartasasmitra menyebutkan tiga tahapan yang perlu dilakukan :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang ( anabling ) titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, dan setiap masyarakat memiliki potensi yang
dapat dikembangkan dalam membangun daya yaitu mendorong
( encourge ) memotivas dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
( empowering ). Penguatan ini melalui langkah – langkah nyata dan
menyangkut berbagai penyediaan, berbagai masukan (input) dan
berbagai peluang (oportunities ) membuat mereka menjadi berdaya
yaitu peningkatan taraf pendidikan, informasi dan lapangan kerja.

3. Memberdayakan mengandung arti melindungi dan membela


kepentingan yang lemah agar tidak bertambah lemah dan kuat
menghadapi yang kuat. Dengan demikian yang dibutuhkan adalah
upaya-uoaya riil untuk mencegah teradinya persaingan yang tidak
seimbang serta eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah.

15
3.2 Bentuk Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat
Secara umum bentuk organisasi dari LSM dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Lembaga Mitra Pemerintah
Lembaga ini bekerja sama dengan pemerintah dalam menjalankan
program-program pemerintah. Dana yang digunakan bisa berasal dari
pemerintah atau dari lembaga donor lainnya. Ibarat simbiosis mutualisme,
peran Pemerintah dan LSM disini saling bantu membantu dan melengkapi
satu sama lain. LSM melakukan identifikasi di lapangan yang riil terhadap
kebijakan yang akan dilakukan Pemerintah. Sedangkan Pemerintah atau
lembaga donor lainnya memberikan kucuran dana dan teknis pelaksanaan
kepada LSM tersebut. Sehingga ada balancing policy antara LSM dan
Pemerintah. Contoh LSM seperti ini adalah Lembaga Pangan Independent
(LPI) yang biasa menyalurkan pupuk dan benih kepada petani dan
Indonesia.
2. Lembaga Donor yang Mengumpulkan Dana
Lembaga ini dibentuk untuk menyalurkan kepada lembaga dan
masyarakat yang membutuhkan. Dalam fungsinya sebagai lembaga donor,
LSM dimungkinkan untuk diberi kepercayaan oleh masyarakat
mengemban tugas tertentu. Seperti tempat penggalangan dana untuk
korban bencana alam, penggalangan dana dan sembako ketika hari raya
keagamaan dan lain-lain. Dalam fungsi ini mungkin saja LSM melakukan
kesalahan-kesalahan ataupun penyelewengan. Disinilah dituntut tanggung
jawab dan juga transparansi LSM dalam melakukan tugasnya. Contoh
LSM yang berbentuk seperti ini di Indonesia seperti, Lembaga Pundi
Amal, Tali Kasih Indonesia, dan lain-lain.
3. Lembaga profesional
Bekerja berdasarkan satu isu berkaitan dengan profesi tertentu,
misalnya: kesehatan, ekonomi, HAM, kriminalitas dan lainnya. Lembaga
ini punya andil yang besar dalam mengusut dan juga menginvestigasi
kasus-kasus yang berkaitan tentang suatu permasalahan. Contohnya,

16
ketika kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, dibentuk sebuah LSM
yang bertugas mencari fakta tentang kasus tersebut. Beberapa waktu
kemudian LSM ini diubah fungsinya oleh Pemerintah sehingga menjadi
sebuah organisasi independent yang biayanya ditanggung Pemerintah.
Contoh lainnya adalah LSM Peduli Rakyat Lapindo (PRL) yang dengan
sukarela membantu korban bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo, dengan
menggalang dana dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat
Korban bencana.
4. Lembaga oposisi
Menjadi oposisi pemerintahan dan mengkritik kebijakan pemerintah
dan menjalankan program berdasarkan kritik tersebut atau alternatif
lainnya. LSM semacam bisa kita ambil contoh seperti ICW (Indonesian
Corruption Watch) yang biasa menginvestigasi dan mengkritik kasus-
kasus korupsi yang dilakukan baik oleh birokrat maupun anggota legislatif
(DPR).
Karena LSM adalah organisasi/lembaga yang anggotanya adalah
masyarakat warganegara Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak
sendiri berniat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh
organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan
kepada pengabdian secara swadaya, maka secara tidak langsung pihak-pihak yang
terlibat antara lain:
● Warga/masyarakat sekitar yang terlibat
● Sukarelawan yang menjadi anggota LSM
● Pemerintah daerah sekitar.
Selain pihak diatas, LSM juga menjalin kerjasama tergantung dari jenis LSM
maupun pihak yang di ikut sertakan dalam kegiatan tersebut. Bisa dari pihak
tersebut antara lain: petugas kemanan, Lembaga/Instansi yang kiranya terlibat,
dukungan dari partai politik, dll.

17
Untuk mewujudkannya di perlukan konsistensi dalam sebuah anggotanya, yang
mana itu merupakan komponen acuan penyelenggaraan. Menurut Drs. Bambang
Ismawan, MS komponen tersebuat yaitu:
1) Kelompok swadaya perlu berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan.
Dalam rangka ini perlu diupayakan terus-menerus pemahaman dan peningkatan
penyelenggaraan ekonomi rumah tangga yang efektif, pemupukan modal swadaya
serta pengembangan usahausaha produksi dan pemasaran.
2) Kelompok swadaya perlu bersikap terbuka, yaitu terbuka terhadap gagasan-
gagasan baru serta terbuka terhadap kerjasama baru untuk mencapai tingkat skala
usaha yang lebih besar.
3) Kelompok swadaya perlu diselenggarakan dengan prinsip-prinsip demokrasi
dan partisipasi yang tinggi di antara anggota. Dalam rangka ini perlu didorong
agar pertemuan anggota dapat diselenggarakan secara ajeg dan teratur satu bulan
atau satu minggu sekali, pengurus dipilih dari antara anggota, diselenggaraan
secara teratur program pendidikan kader, administrasi yang tertib dan terbuka,
serta perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan secara partisipatif.
Untuk mencapai kemantapan dalam pengetrapan kerangka acuan tersebut,
diperlukan proses pengentalan atau internalisasi di dalam kelompok swadaya
dengan tahap-tahap :
● penggalian motivasi,
● konsolidasi organisasi,
● penumbuhan dan pengembangan usaha,
● dan pengembangan kemandirian kelompok.
3.3 Visi & Misi Lembaga Swadaya Masyarakat
Visi
Terwujudnya kehidupan LSM yang sehat dan kuat, yakni LSM yang hidup di
dalam lingkungan politik dan hukum yang bebas dan demokratis berdasarkan
hukum dan mampu mempraktikan prinsip-psinsip dan mekanisme akuntabilitas
demi menigkatkan kepercayaan dan dukungan publik terhadap gerakan organisasi
masyarakat sipil.

18
Misi
1. Memperkuat kesadaran dan kapasitas LSM untuk mempraktikan prinsip
tata kelola yang baik dan mekanisme akuntabilitas
2. Medorong terwujudnya lingkungan politik, hukum dan tata kelola
pemerintahan yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya LSM yan
sehat dan akuntabel
3. Mendorong terjadinya perubahan sosial untuk mewujudkan masyarakat
sipil yang sehat
Aktivitas Utama
1. Membela dan memperjuangkan nilai-nilai, tujuan-tujuan dan kepentingan
LSM pada umumnya, serta LSM anggota pada khususnya dan mewakili
mereka dalam berbagai forum baik ditingkat lokal, nasional, internasional
2. Mendorong lahirnya dan melakukan advokasi kebijakan untuk menjamin
terciptanya lingkungan yang kondusif yang menunjang akuntabilitas LSM
3. Mengembangkan kerjasama dengan pihak luar dan diantara anggota-
anggotanya, membantu pengembangna program serta aktivitas anggota
4. Mempromosikan dan merekomendasikan anggota-anggotanya kepada para
pihak dan mitra strategis
5. Melakukan fungsi pengembangan kapasitas untuk memperkuat
akuntabilitas anggota-anggotanya
6. Memberikan berbagai pelayanan publikasi dan informasi kepada anggota-
anggotanya
7. Mempromosikan gagasan dan penerapan kode etik konsil LSM indonesia
pada komunitas LSM Indonesia
3.4 Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Kehidupan Demokrasi Di
Indonesia
LSM mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi
di Indonesia, karena lembaga tersebut mempunyai kedekatan yang lebih
terhadap masyarakat sekitarnya. Peran LSM tersebut antara lain:
1. Memberikan informasi satu arah misalnya lewat media masa, poster,
pembagian dokumen lewat pemda.

19
2. Memberikan pertukaran informasi dua arah yang melibatkan masyarakat:
kunjungan kedesa / rumah dan Tanya jawab, pertemuan khusus dengan
peserta-peserta yang diundang, pengumpulan pendapat, dan pengetahuan
dengan metode belajar bersama, bertindak bersama.
3. Masyarakat mendapatkan media sebagai penyalur inspirasinya yang dapat
diperjuangkan sekuat tenaga dengan dukungan LSM dan piha-pihak terkait
4. Masyarakat lebih mengenal lebih dekat LSM, bahwa pada saat ini ada
ratusan, bahkan ribuan LSM dengan full-timer. Bahkan ada yang lebih
besar organisasinya dengan ratusan tenaga full-timer.
5. Ada yang bekerja langsung melayani masyarakat kecil dengan
memperkuat kemampuan mereka.
6. Ada yang mengkhususkan kegiatan memperjuangkan kebijakan yang
menguntungkan masyarakat bawah.
7. Ada pula yang berusaha menjembatani berbagai sektor : yang kuat dengan
yang lemah, yang formal dengan non formal, inti dan plasma, tradisional
dan modern
8. Ada pula yang melaksanakan hal-hal tersebut secara serempak. Sedang
bidang kegiatan LSM saat ini meliputi kegiatan yang cukup luas, meliputi
bidang-bidang lingkungan hidup, konsumen, bantuan hukum, pendidikan
dan latihan, perhutanan sosial, pengairan, koperasi, penerbitan, kesehatan
dan keluarga berencana, dan pengembangan pedesaan dan pertanian dan
lain-lain.
LSM sebagai bentuk Civil Society secara institusional bisa diartikan sebagai
pengelompokan dari anggota-anggota masyarakat sebagai warga Negara mandiri
yang dapat dengan bebas dan egaliter bertindak aktif dalam wacana dan praksis
mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada
umumnya. Termasuk didalamnya adalah jaringan-jaringan, pengelompokan-
pengelompokan sosial yang mencakup mulai dari rumah tangga organisasi-
organisasi sukarela, sampai dengan organisasi-organisasi yang mungkin pada
awalnya dibentuk oleh negara, tetapi melayani kepentingan masyarakat yaitu
sebagai perantara dari Negara disatu pihak dan individu dan masyarakat dipihak

20
lain. Namun demikian, LSM harus diartikan sebagai komponen publik dan civic.
Hal ini menandaskan keharusan adanya kebebasan dan keterbukaan untuk
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat serta kesempatan yang sama
dalam mempertahankan kepentingan-kepentingan di depan hukum, termasuk hak
gugat LSM.
Dalam pada itu, LSM sebagai civil society yang reflektif ini pun
mengisyaratkan pentingnya wacana publik dan oleh karena itu sekaligus
keberadaan sebuah ruang publik yang bebas. Pada ruang publik yang bebaslah,
secara normatif, individu-individu dalam posisinya yang setara, dapat melakukan
pembelaan hukum dan praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran.
Secara filosofis, ia dapat diartikan sebagai ruang dimana anggota masyarakat
sebagaiwarga Negara mempunyai akses sepenuhnya terhadap semua kegiatan
publik. Mereka berhak melakukan kegiatan-kegiatan secara merdeka di dalamnya,
termasuk menyampaikan pendapat secara lisan atau tertulis. Ruang Publik, secara
institusional termasuk wewenang menggugat tempat-tempat pertemuan umum,
parlemen, dan sekolah-sekolah.
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM, Partisipasi Masyarakat di atur dalam
Bab VIII Undang-Undang No.39 Tahun 1999, yang terdiri dari Pasal 100 sampai
dengan Pasal 103 mengandung kaidah yang penting mengenai partisipasi
masyarakat. Ditegaskan bahwa setiap orang, kelompok, organisasi politik,
organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga
kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakkan
dan pemajuan hak asasi manusia juga untuk menyampaikan laporan mengenai
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia, untuk mengajukan usulan mengenai
perumusandan kebijakan yang berkaitan dengan HAM. Pasal 100 dan Pasal 101
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM tersebut, membuka peluang diterimanya
pengakuan hukum LSM, sehingga LSM dapat memiliki askes publik dalam
rangka kontrol terhadap pelayanan publik.
Dengan memahami informasi-informasi yang berpengaruh terhadap
keberhasilan penyelenggaraan kelompok swadaya, dapatlah kemudian disusun
program-program pengembangan yang merupakan peran LSM untuk mendorong

21
keberhasilan penyelenggaraan kelompok swadaya. Berdasarkan pengalaman ada 5
(lima) program pengembangan yang dapat disusun untuk mendorong keberhasilan
kelompok swadaya yang disalurkan melalui tenaga-tenaga pendamping kelompok,
yaitu :
1. Program Pengembangan sumber daya manusia, meliputi berbagai kegiatan
pendidikan dan latihan baik pendidikan dan latihan untuk anggota maupun
untuk pengurus yang mencakup pendidikan dan letihan tentang
ketrampilan mengelola kelembagaan kelompok, ketrampilan teknik
produksi, maupun ketrampilan mengelola usaha.
2. Program pengembangan kelembagaan kelompok, dengan membantu
menyusun peraturan rumah tangga, mekanisme organisasi, kepengurusan,
administrasi dan lain sebagainya.
3. Program pemupukan modal swadaya, dengan membangun sistem
tabungan dan kredit anggota serta menghubungkan kelompok swadaya
tersebut dengan lembaga-lembaga keuangan setempat untuk mendapatkan
manfaat bagi pemupukan modal lebih lanjut.
4. Program pengembangan usaha, baik produksi maupun pemasaran, dengan
berbagai kegiatan studi kelayakan, informasi pasar, organisasi produksi
dan pemasaran dan lain-lain.
5. Program penyediaan informasi tepat guna, sesuai dengan kebutuhan
kelompok swadaya dengan berbagai tingkat perkembangannya. Informasi
ini dapat berupa eksposure program, penerbitan buku-buku maupun
majalah-majalah yang dapat memberikan masukan-masukan yang
mendorong inspirasi ke arah inovasi usaha lebih lanjut.
Membawakan peran nyata dalam masyarakat untuk menumbuhkan
kesadaran pembangunan, baik dalam pertanian dan pedesaan, dengan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut diatas, keberadaan LSM
yang banyak itu akan berdampak positif seperti antara lain:
1. Dampak dalam Aspek Sosial
Melalui proses pendidikan yang diberikan kepada kelompok
swadaya diharapkan wawasan pemikiran mereka pun semakin meningkat

22
sehingga mempunyai kemampuan untuk memikirkan banyak alternatif
dalam usaha mencukupi kebutuhan hidup. Peningkatan pendidikan yang
terjadi pada kelompok swadaya dapat melalui dua jalur, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Peningkatan pendidikan secara langsung
terjadi apabila kelompok swadaya mendapatkan penyuluhan, pelatihan,
konsultasi, dan sebagainya. Sedangkan, peningkatan pendidikan secara
tidak langsung terjadi sejalan dengan terintegrasinya orang-orang desa
dalam suatu kelompok swadaya. Melalui kelompok tersebut setiap anggota
berinteraksi menumbuhkan kesadaran akan posisi mereka. Penyadaran diri
merupakan langkah awal untuk memulai memikirkan alternatif-alternatif
baru yang mungkin dapat ditempuh dalam usaha memperbaiki tingkat
kehidupan. Di samping itu, dengan adanya kesadaran akan posisi yang
dimilikinya menyebabkan kelompok swadaya berani memperjuangkan
hak-hak mereka dengan mengaktualkan potensi yang ada pada mereka
serta mengikis kelemahan-kelemahan yang ada.
Melalui aktifitas yang dilakukan, intervensi pembinaan membantu
pemecahan permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat dalam
kelompok masyarakat. Melalui sistem pendekatan terlibat langsung
dengan kelompok, pola pembinaan bersama kelompok yang bersangkutan
mampu mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi secara
mendalam. Akibatnya penanganan terhadap masalah yang dihadapi
kelompok dapat dilakukan secara tepat sasaran dan lebih tuntas. Di
Samping itu, berkat interaksi yang intens antara para pembina dengan
kelompok, sementara para pembina telah dilatih secara khusus dan selalu
diberikan masukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam membina
kelompok dan menghubungkannya dengan berbagai pelayanan setempat,
maka terjadilah proses transformasi sosial.
2. Dampak dalam Aspek Ekonomi
Dalam, bidang ekonomi, intervensi pembinaan akan mampu
mendorong masyarakat kecil untuk melakukan pemupukan modal. Selama
ini faktor yang selalu dikemukakan tentang penyebab tidak berhasilnya

23
masyarakat miskin dalam memperbaiki kehidupan adalah karena mereka
tidak mampu untuk melakukan pemupukan modal yang dapat
dipergunakan sebagai pengembangan usaha. Dengan sistem kelompok,
maka modal yang kecil dari setiap warga dapat berkembang menjadi besar,
sehingga dapat dipergunakan sebagai modal usaha. Di samping itu, dengan
adanya modal yang terkumpul dapat mengundang partisipasi dana lebih
besar dari pihak ketiga. Saat ini terbuka kemungkinan Bank melayani
kelompok-kelompok swadaya yang berstatus non formal. Kemampuan
permodalan kelompok yang semakin bertambah memberikan peluang
semakin besar untuk mengembangkan usaha produktif.
Usaha produktif yang dilakukan kelompok menyebabkan
terbukanya kesempatan kerja atau usaha bagi kelompok itu sendiri
maupun masyarakat luas. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa satu usaha
produktif yang dilakukan, misalnya peternakan atau industri kecil, tentu
memerlukan usaha lain untuk menunjang keberhasilan usaha produktif
pokok. Usaha-usaha lain dari usaha pokok inilah yang membuka
kesempatan kerja baru (diversifikasi) dan peningkatan pendapatan warga
masyarakat.
3. Dampak dalam Aspek Kemasyarakatan
Proses interaksi didalam kelompok dengan sesama anggota
maupun dengan berbagai sumber pelayanan dan pembinaan semakin
meningkatkan wawasan berbangsa dan bernegara. Adanya kelompok
sebagai wadah mengaktualisasikan diri warga masyarakat pedesaan
menyebabkan mereka merasa terlibat dalam proses pembangunan.
Keterlibatan mereka dalam pembangunan tidak lagi pasif, tetapi menjadi
aktif karena telah turut berusaha dalam berbagai kegiatan produktif yang
memberikan andil dalam sistem perekonomian yang lebih luas.
Kesadaran untuk turut berperan serta dalam kegiatan kelompok tersebut
mempunyai dampak lebih lanjut, yaitu adanya kesediaan mereka untuk
berpartisipasi dalam program-program pembangunan yang ditawarkan
pemerintah. Proses pengembangan kemandirian dan kesadaran

24
berpartisipasi telah menjembatani kesenjangan sosial di tingkat lokal.
Dengan menyempitnya kesenjangan sosial berarti stabilitas sosial politik
pun dapat terus berlanjut. Sementara itu, pengalaman lapangan LSM yang
merupakan hasil kaji tindak (participatory action research) dapat
merupakan rekomendasi bagi perbaikan dan peningkatan dari pendekatan
pembangunan.

25
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hubungan Manajemen Strategi dengan SWOT


Manajemen strategi adalah sebuah pengambilan keputusan oleh seorang
manajer dan bawahannya untuk meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi
dengan tujuan mampu mencapai apa yang dicita-citakan untuk masa depan.
Manajer strategi mempunyai peran penting dalam sebuah perusahaan karena dia
dapat menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih tinggi, meningkatkan tingkat
adaptasi sebuah perusahaan terhadap lingkungan yang ada baik internal maupun
eksternal, mambantu dalam memfokuskan gol setting, serta dia banyak berperan
dalam proses pengambilan keputusan perencanaan strategis harus menganalisis
faktor- faktor strategis perusahaan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
dalam kondisi yang ada pada saat ini. Model Analisis yang dapat digunakan dalam
kondisi ini yaitu analisis SWOT.
4.1.1 Kerangka Konseptual
Strategi-strategi yang diterapkan oleh suatu perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan yang sudah ditargetkan memiliki peran yang sangat penting
dalam kelangsungan hidup suatu usaha. Perencanaan strategis bukanlah
merupakan hasil atau keluaran melainkan suatu proses yang terus berlangsung
continiuous process. Pemikiran strategis tidak memilik titik akhir, dan akibatnya
proses perencanaan berlangsung terus menerus. Salah satu dari proses menajemen
strategis adalah mengenali lingkungan internal perusahaan yaitu kekuatan dan
kelemahan strength dan weakness serta lingkungan eksternal perusahaan
oppurtunity dan threatment Zimmerer, 2002:37. Analisis lingkungan internal
Strength- Weakness dan lingkungan eksternal Oppurtunity-Threat perusahaan
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan Rangkuti, 2004:18.
4.2 Analisa SWOT LSM
4.2.1 Peranan SWOT Sebagai Bagian Analisis Organisasi Resiko dan
Hubungannya dengan Manajemen Pengambilan Keputusan

26
Peranan SWOT sebagai alat dalam menganalisis kondisi suatu perusahaan
selama ini dianggap sebagai suatu model yang dapat diterima secara umum dan
lebih familiar. Sebenarnya jika kita ingin mempergunakan berbagai model lain itu
juga memungkinkan, seperti BCG (Boston Consulting Group), manajemen
performance (kinerja manajemen), balance scorecard dan berbagai alat analisis
lainnya.
Beberapa organisasi profit dan non profit telah mempergunakan SWOT ini
sebagai salah satu alat analisis mereka, seperti IPB dalam membuat rencana
strategis untuk tahun 2008 sampai 2013. Sehingga dengan mempergunakan
SWOT sebagai dasar analisis perusahaan dalam mengambil keputusan, maka
diharapkan SWOT juga memungkinkan untuk dipergunakan sebagai salah satu
model yang representatif dalam menganalisis manajemen resiko suatu perusahaan.
Termasuk tentunya akan mampu memberi masukan dalam mendukung proses
pengambilan keputusan.
4.2.2 Tujuan Penerapan SWOT di Organisasi
Penerapan SWOT pada suatu Organisasi bertujuan untuk memberikan suatu
pandangan agar Organisasi menjadi lebih fokus, sehingga dengan penempatan
analisa SWOT tersebut nantinya dapat di jadikan sebagai bandingan pikir dari
berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan
ancaman yang mungkin bisa terjadi di masa-masa yang akan dating.
4.2.3 SWOT Strategi Lembaga Swadaya Masyarakat

27
INTERNAL STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
1. Memiliki sekretariat di 1. Belum dikenal dalam
setiap daerah pemerintahan
EXTERNAL 2. Membantu masyarakat 2. kurang anggota untuk
secara sukarela tanpa di bidang-bidang
adanya harapan tertentu
memperoleh laba yang 3. masih menjadi
besar organisasi non
3. LSM berdiri di atas pemerintahan
asas pancasila 4. kurangnya bimbingan,
4. Mempunyai dukungan pengayoaman, dan
dari masyarakat dorongan
disetiap daerah 5. kekurangan dana
5. LSM mempunyai
banyak waktu untuk
meningkatkan taraf
hidup dan
kesejahateraan
masyarakat

28
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. meningkatkan 1. dengan ada sekretariat di 1. penambahan anggota yang
kerjasama dengan setiap daerah bisa bermutu untuk meningkatkan
pemerintahan meningkatkan kerjasama kerja sama dengan
2. adanya dengan pemerintahan. pemerintahan
penambahan dana 2. meningkatkan dukungan dari 2. menjalin kerja sama dengan
dari pihak masyarakat maupun organisasi lainnya
tertentu pemerintah
3. kerjasama dengan
organisasi
masyarakat lain
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. banyaknya 1. peningkatan layanan 1. penambahan anggota yang
laporan negatif 2. memperbaiki image bermutu untuk meningkatkan
dari pihak luar pelayanan terhadap masyarakat
organisasi 2. menjalin kerja sama dengan
2. semakin banyak organisasi lain.
competitor
3. image yang
menurun

4.2.4 Tabel Analisis SWOT LSM


Performance
Important
No Objek Strength Weakness
Major Minor Neutral Minor Major H M L
1 SDM
Keterampilan 8 x
Kemampuan 9 x
Dedikasi 8 x
2 KEUANGAN

29
Stabilitas
Modal Rendah 7 x
Alokasi 9 x
Bantuan dana 5 x
3 PELAYANAN
Ketepatan 8 x
Keramahan 8 x
Kualitas 8 x

4.2.5 Grafik Analisis SWOT LSM

Strength

Posisi Organisasi
Threats Opportunities

Weaknesses

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hubungan negara masyarakat sipil di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
konteks lokal (budaya masyarakat dan budaya politik), karakter organisasi
masyarakat sipil (SDM dan manajemen, finansial, model gerakan, jaringan), dan
dinamika ekonomi politik lokal dan nasional. Fakta-fakta yang ada menunjukkan
bahwa ciri-ciri khusus daerah seharusnya menjadi perhatian dalam perencanaan

30
pengembangan masyarakat sipil. Organisasi masyarakat sipil merupakan potensi
penting bagi proses konsolidasi demokrasi di Indonesia. Terdapat banyak LSM di
tingkat lokal yang telah memiliki kapasitas yang memadai dan mampu memberi
pengaruh positif dalam mengelola hubungan negara dan masyarakat sipil. LSM
umumnya sepakat dengan prinsip-prinsip kemandirian dan keswadayaan, namun
tidak seluruh LSM dapat mengimplementasikannya.
5.1 Saran
Organisasi dan peran LSM semakin lama akan berkembang, namun pahami
peran dan karakteristiknya dalam penyebaran informasi yang bebas dan bertindak
aktif dalam masalah kemasyarakatan pada umumnya, pengelompokan-
pengelompokan sosial sebagai komponen publik. Hal ini karena adanya
keharusan,kebebasan dan keterbukaan untuk berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat serta kesempatan yang sama dalam mempertahankan
kepentingan-kepentingan di depan hukum sehingga tingkatkanlah kerjasama dan
kemitraan antara pemerintah dengan meningkatkan kerangka hukum dan cara-cara
lain untuk mencapai lingkungan yang memudahkan kerjasama antara pemerintah
dengan LSM, dan membangun kapasitas kerja serta dalam bidang pemerintahan
untuk berinteraksi dengan LSM serta pahamilah mengenai suatu hal yang akan
membuat mudah untuk menentukan sikap dalam merencanakan langka-langkah
sesuai dengan peran masing-masing di dalam masyarakat setelah itu berhati-
hatilah dalam bekerjasama, untuk membedakan antara LSM yang Murni
(genuine), dengan yang Palsu. Dengan hal ini maka terciptanya negara demokrasi
yang akan membangun masyarakat yang bertanggung jawab akan terwujudkan
melalui binaan Lembaga Swadaya Masyarakat yang terpercaya.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://text-id.123dok.com/document/8ydv1x71y-sejarah-perkembangan-lsm-di-
indonesia.html
https://text-id.123dok.com/document/8ydv1x71y-sejarah-perkembangan-lsm-di-
indonesia.html
https://lsmkompas.home.blog/category/tentang/pendirian-tentang/struktur
organisasi/
http://jurnal.unpad.ac.id/sosioglobal/article/view/11185

32
https://konsillsm.or.id/visi-misi/
https://konsillsm.or.id/wp-content/uploads/2019/09/Cover-01-1024x777.jpg

33

Anda mungkin juga menyukai