Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Perusahaan
DANA merupakan Financial Technnology (Fintech) yang memberikan
layanan pembayaran dengan telepon genggam penggunanya. DANA dirancang
oleh programmer Indonesia oleh PT. Espay Debit Indonesia Koe yang didukung
investor kelas dunia PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK) sebagai
pemegang saham mayoritas, dan Ant Financial. DANA adalah penyedia layanan
keuangan hasil karya anak bangsa Indonesia yang resmi dirilis 5 Desember 2018
setelah melakukan softlaunching sejak Maret 2018 (Ariyanti, 2018).

Gambar 1. 1 Logo Dana

Sumber: DANA Indonesia, 2019

Gambar 1.1 merupakan logo DANA yang telah diperkenalkan sejak


softlaunching pada Maret 2018 lalu. Sebagai penyedia layanan pembayaran
digital yang tergolong baru, DANA perlu meyakinkan masyarakat mengenai
kesiapan teknologinya. DANA berusaha melalui kemampuan inovasi teknologi,
masyarakat dapat meningkatkan produktifitas, efisien dan kompeten. Vincent
Iswara, CEO DANA Indonesia menyatakan ada tiga hal yang menjadi poin utama
DANA yaitu sederhana, aman, dan cerdas (Wardani, 2018).
Layanan DANA memungkinkan pengguna melakukan berbagai macam
transaksi elektronik seperti Saldo DANA, Transfer Bank, Kartu Kredit, dan Setor
Tunai ke minimarket. DANA dapat digunakan pada ponsel iOS dan Android, satu
akun DANA hanya dapa digunakan untuk satu ponsel saja. DANA melakukan
verifikasi biometrik dan identitas untuk mendapatkan keuntungan seperti top-up
mencapai 10 juta rupiah, mengirim uang, tarik tunai, dan penawaran promo
spesial lainnya (DANA Indonesia, 2019).

1
Aplikasi DANA memiliki Visi “satu platform untuk semua pembayaran
anda”.DANA mengusung slogan #GantiDompet dalam aspek promosi kepada
masyarakat. Dalam mewujudkan visinya DANA melakukan kerjasama dengan
merchant terpercaya di Indonesia seperti yang diuraikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1. 1 Kerjasama DANA dengan Merchant di Indonesia
Jenis Kerjasama Nama Merchant

a. Ramayana
b. HokBen
c. Baskin Robbins
d. Domino’s Pizza
Offline
e. KFC

f. Wendy’s

g. MOR

h. Sour Sally

i. Kopi Kenangan

j. Bio Medika, dll

a. BPJS Kesehatan
b. Bukalapak
c. TIX ID
d. Mobile Legends
Online
e. Lazada

f. Unipin

g. UC Browser

h. Parkee

i. U Point

j. Google Play

a. Alfamidi
Channel b. BCA
c. Alfamart

d. Maybank

2
e. BNI
Channel f. Bank Btpn
g. Mandiri

h. ATM Bersama

Sumber: DANA Indonesia, 2019


Budaya utama yang diterapkan DANA adalah mencari talenta inovatif yang
dapat mengembangkan produk dan mempunyai optimisme membawa perubahan
besar di Indonesia. Oleh karena itu, DANA mengedepankan prinsip berorientasi pada
pelanggan, kolaborasi, fokus pada kualitas dan pencapaian, integritas, kesederhanaan,
dan lugas. Selain itu menjalin komunikasi yang baik dalam internal perusahaan
merupakan kunci untuk melakukan inovasi yang besar bagi Indonesia (Nadhifah,
2018).
1.2 Latar Belakang Penelitian
Seiring perkembangan pemanfaatan teknologi internet, internet tidak hanya
digunakan untuk komunikasi dan jual-beli melalui aplikasi saja, akan tetapi
berkembang lebih luas lagi seperti kemudahan pembayaran dengan financial
technology (FinTech). Menurut data Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),
pengguna internet mencapai 143 juta atau 54,86% pada tahun 2017, dan meningkat
pada tahun 2019 menjadi 171 juta atau 64,8% dari 264 juta penduduk Indonesia
(Pratomo, 2019).
Peningkatan pengguna internet yang meningkat secara signifikan, diharapkan
dapat mendorong pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Teknologi internet sudah menyentuh berbagai aspek kehidupan, tidak saja terkait
peningkatan komunikasi, akan tetapi sudah mengubah cara individu berinteraksi
(Widyastuti, 2017:27).
Transaksi keuangan atau yang dikenal dengan FinTech di Indonesia menjadi
harapan baru bagi masyarakat dan pemerintah untuk mendorong keuangan yang
inklusif. Kebijakan keuangan inklusif adalah suatu bentuk pendalaman layanan
keuangan (financial service deepening) untuk mengurangi hambatan bagi masyarakat

3
berpendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, orang cacat, buruh
yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran (Muzdalifa
et al., 2018).
Berdasarkan penjelasan Staf Khusus Menteri Kominfo Lis Sutjiati, indeks
inklusi keuangan di Indonesia pada tahun 2018 adalah 59%. Apabila mengandalkan
layanan jasa keuangan konvensional, hasil ini tentu masih jauh dari target pemerintah
dalam meningkatkan inklusi keuangan Negara sebesar 75% di tahun 2019. Terjadi
gap sebesar 16% dari target pemerintah yang disebabkan oleh keterbatasan perbankan
konvensional dalam mencapai penduduk yang berstatus unbanked. (Kasumaningrum,
2018). Unbanked adalah istilah bagi masyarakat yang belum memiliki akses ke
lembaga jasa keuangan formal karena mereka adalah penduduk yang tidak memenuhi
prasyarat-prasyarat kelayakan untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan
(Bank Indonesia, 2018).
Alasan Utama Menggunakan Internet
Bayar tagihan 0,30%
0,40%
tidak menjawab 0,60%
0,90% 0%
Lainnya 0,90% 0%
Musik 0,90 % 9,60%
1,30% 11,
bermain game online
6,5
mencari Informasi terkait pekerjaan 6,7

Komunikasi 24,70%
0,00%
5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00%
30,00%
Gambar 1. 2 Alasan Utama Penggunaan Internet
Sumber: APJII (Asosiasi Penyelenggra Jasa Internet Indonesia), 2018
Berdasarkan survei yang dilakukan APJII tahun 2018 yang diuraikan pada
Gambar 1.2, alasan utama penggunaan internet yang mendominasi adalah untuk
komunikasi yaitu sebesar 24,70%. Sedangkan penggunaan
50% internet untuk transaksi
keuangan masih relatif rendah, yaitu 0,3% untuk membayar tagihan dan 0,9% untuk
18,90%
melakukan transfer uang. (APJII, 2018).

4
Penetrasi internet salah satunya dipengaruhi bidang keuangan. Penetrasi
internet di bidang keuangan terwujud dengan dimungkinkannya transaksi
nonkonvensional. Mobile payment sebagai salah satu bentuk uang elektronik
merupakan metode pembayaran dimana pengirim dan penerima menggunakan digital
dalam transaksinya, dengan kata lain semua transaksi dilakukan secara online (UPI
Payments, 2018). Penggunaan mobile payment saat ini telah memasuki berbagai
bidang yang mendukung gaya hidup masyarakat, seperti hiburan, energi, retail,
kesehatan, bahkan transportasi. Selain itu, mobile payment mendorong masyarakat
bertransaksi non-tunai sehingga karyawan dan generasi milenial bergantung dengan
smartphone untuk transaksi dengan mobile payment (Tempo.co, 2017).
Mobile payment diharapkan bisa memberi peluang masyarakat untuk menjadi
andil untuk kemajuan ekonomi digital (Wanda, 2018). Selain itu, masyarakat
diharapkan dapat merasakan manfaat penggunaan mobile payment, seperti lebih cepat
bertransaksi, biaya transaksi yang lebih murah, serta mendukung literasi keuangan
(Widodo, 2018). Berbagai manfaat tersebut ternyata belum banyak dinikmati
masyarakat Indonesia karena tingkat penggunaan internet di bidang perbankan masih
dalam kategori rendah di Indonesia, yaitu 7,39% pada tahun 2017 (Maulana, 2018).
Salah satu negara yang telah mengoptimalkan penggunaan uang elektronik
adalah China. Mobile payment di China telah digunakan diberbagai bidang seperti
pembayaran bus, penyewaan sepeda, bayar tagihan membayar belanja di pasar,
sampai dengan memberi uang kepada pengamen yang didukung dua penggerak
raksasa, yaitu Alipay dan WeChat (Hatta dan Ihsan, 2018). Pada akhir 2018, China
memperediksi jumlah penggunaan mobile payment di China mencapai 61%, meski
pangsa pasarnya turun menjadi 56% pada 2021 (Rakhmayanti, 2019). Berdasarkan
survei PricewaterhouseCoopers (PwC) mengenai pertumbuhan pengguna mobile
payment terdapat pada Gambar 1.3.

5
Pertumbuhan Penggunaan Mobile Payment
0% 20% 40% 60% 80% 100%
86%
China
Thailand 67% 86%
48% 64%
Hongkong
Vietnam 61%
42%
Indonesia
Singapore 37%
Middle East
Philippines
Russia
38%
Malaysia 23% 34
47%
40% %
25% 46%
2018
2019 45%
31%
Gambar 1. 3 Pertumbuhan Penggunaan
45% Mobile Payment
45%
Sumber:
27% PwC, 2019

Gambar 1.3 menjelaskan bahwa pertumbuhan pengguna mobile payment di


China sudah mencapai 86%. Sedangkan pertumbuahn tertinggi terjadi di Vietnam dan
Timur Tengah. Bahkan Vietnam berhasil unggul daripada Indonesia tahun 2019
(Setiaji, 2019). Sedangkan Indonesia masih berstatus sebagai negara potensial
berkembangnya mobile payment dan baru diprediksi akan mencapai revolusi lesscash
society tahun 2020 (Hatta & Ihsan, 2018).
Salah satu unsur yang mendukung pencapaian sasaran tersebut adalah tingkat
penggunaan mobile payment di Indonesia yang terus meningkat dari 38% pada tahun

6
2018 menjadi 47% pada tahun 2019 (Setiaji, 2019). Penggunaan uang elektronik ini
akan memberikan kemudahan bagi semua lapisan masyarakat sehingga penerapannya
sangat didukung oleh pemerintah (Wulandari et al., 2016). Hal ini dikarenakan
sebagian masyarakat masih menganggap transaksi dengan uang elektronik masih
rumit. Kondisi ini dapat diartikan bahwa pemahaman masyarakat masih terbatas
terhadap teknologi mobile payment ini (Priambodo dan Prabawani, 2016).
Managing Director and CMO PT Digital Artha Media (DAM), Fanny Verona
menyatakan bahwa tantangan mobile payment adalah membangun ekosistem FinTech
itu sendiri, dari data Asosiasi FinTech Indonesia (Aftech) terdapat 156 perusahaan
FinTech yang menjadi anggota asosiasi, akan tetapi yang sudah terdaftar di BI hanya
berjumlah 34 penyelenggara (Aldila, 2018). Bank Indonesia (BI) telah memberikan
pengakuan kepada banyak penyelenggara mobile payment sehingga diharapkan
transaksi dengan mobile payment meningkat. Tercatat dari bulan Januari hingga
September 2018, transaksi sudah mencapai 31,6 Triliun rupiah (Primadhyta, 2018).
Ekosistem Fintech dapat didorong oleh norma subjektif yang dapat memberi tahu
calon pengguna serta membentuk opini bahwa penggunaan mobile payment dapat
memberikan manfaat terhadap konsumen (Aslam, et al., 2017)
Meski masih dalam tergolong rendah, perusahaan penyelenggara mobile
payment berusaha meningkatkan pemahaman terhadap ekosistem FinTech. Dalam
membantu meningkatkan niat menggunakan mobile payment secara berkelanjutan,
masing-masing penyedia layanan perlu mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhinya.
Berdasarkan kajian terhadap berbagai faktor, terdapat faktor penting yang
dapat mempengaruhi niat penggunaan mobile payment, yaitu perceived security,
perceived compatibility, perceived usefulness, perceived ease of use, subjectives
norm, dan attitude toward (Junadi & Sfenrianto, 2015; Ozturk et al., 2017; Daş et al
2016;Lai, 2016;Niousha et al., 2015;Seetharaman et al., 2017;Liu & Tai,
2016;Nugroho et al., 2017;Aslam et al., 2017;Zhu et al., 2017)

7
Menurut Priyono (2017), penggunaan mobile payment merupakan teknologi
yang masih jarang digunakan di Indonesia, hal ini dipengaruhi oleh risiko teknologi
baru yang belum dikenal masyarakat. Sedangkan risiko privasi merupakan aspek lain
yang menjadi pertimbangan calon konsumen dalam menggunakan layanan mobile
payment. Masih banyak masyarakat yang ragu dengan sistem keamanan mobile
payment (Rahayu, 2017). Berbagai potensi masalah keamanan yang harus menjadi
perhatian penyedia layanan mobile payment antara lain kerahasiaan data serta
kecepatan dan keakuratan tranksaksi (Nugroho et al., 2017). Dalam melakukan
pemasaran di era digital, sikap, perilaku, pola dan tren harus dimanfaatkan oleh
pemasar untuk meningkatkan niat penggunaan produk (Malar, 2016).
Penelitian ini hendak menganalisis DANA sebagai salah satu perusahaan
penyedia layanan mobile payment. Sebagai pendatang baru DANA memiliki sasaran
utama untuk meningkatkan jumlah penggunanya. DANA telah mengantongi empat
lisensi dari Bank Indonesia (BI) untuk jenis transaksi penggunaan e-money, e-wallet,
Lembaga Keuangan Digital (LKD), dan transfer uang online (Movanita, 2018).
Berdasarkan riset mengenai persaingan mobile payment di Indonesia disajikan dalam
Tabel 1.2.
Tabel 1. 2 Persaingan Mobile Payment di Indonesia
Kategori Link Aja Go-Pay OVO DANA
Jumlah 30 juta 155 juta 115 Juta 15 juta (pengguna
pengguna aktif) per April
2019
• Sekitar 400 ribu • > 500 ribu mitra
mitra GoFood offline,
Jumlah mitra >183 ribu titik • 60 ribu penyedia • 9 juta mitra Kerja sama dengan
lokasi layanan Grab, (termasuk 40 mitra per Maret
• 2 juta mitra agen) 2018. Menyediakan
pengemudi • 3 juta merchant 600 mesin
Gojek di Tokopedia pemindai per akhir
2018.

8
• IndiHome • Pulsa • Pulsa • Pulsa
• Listrik • Listrik • Listrik • Listrik
• PDAM • PDAM • Asuransi • Voucher Game
• Pulsa • Streaming • Streaming • BPJS
Payment Point voucher • TV kabel • TV kabel • Air
Online Bank game • voucher game • BPJS • asuransi
(PPOB) online online kesehatan Jiwasraya
• Google Play • Toko Marine TV
Store kabel

(bersambung)

(Sambungan Tabel 1.2 Persaingan Mobile Payment di Indonesia)


kerjasama 20 • Blibli.com • Tokopedia  Bukalapak 
E-Commerce  e-commerce • JD.ID • Sociolla, Lazada
• Sociolla

• Blue Bird • Gojek (motor • Grab (motor,  n/a


• KAI dan mobil) mobil, bajay)
• Trans • Trans • Taksi
Semarang Semarang • eScooter
• Damri • Taksi
• Railink
Transportasi • Garuda
Indonesia
• Citilink
• MRTLRT di
Palembang

BUMN, Bazis, Baznas, Rumah Baznas, Rumah Dompet Dhuafa


Baznas, Ycab, Zakat, KitaBisa, Zakat, Dompet
Donasi Lazismu, Institut Musik Dhuafa
Dompet Jalanan (IMJ),
Dhuafa, Rumah masjid
Zakat, masjid

9
b. Uji coba a. 50 SMK a. Universitas n/a
salurkan b. SIM dan Katolik
bansos lewat SKCK di (UNIKA)
TCash 2015 Gresik, Widya Mandala
dan 2016 Surabaya, dan di Surabaya
Layanan c. Menyalurka Bekasi b. SIM dan SKCK
publik n kredit c. PBB di di Mojokerto dan
UMi Semarang Surabaya
d. PBB d. Menyalurkan
e. Samsa kredit UMi
f. SIM dan
SKCK di
Cilacap
Sumber: Setyowati, 2019b
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa Go-Jek mendominasi penggunaan mobile
payment di Indonesia. Go-Jek memiliki jumlah pen-download terbanyak di Indonesia.
OVO menjadi penyelenggara mobile payment yang menjalin mitra paling banyak
yaitu 500 ribu mitra offline, 9 juta mitra Grab dan 3 juta merchant di Tokopedia.
Tingginya kompetisi mobile payment mendorong DANA untuk melakukan tiga
strategi jangka panjang, yaitu nilai tambah sisi keamanan, kemudahan transaksi dan
adopsi yang cepat (Setyowati, 2019b)
Sedangkan survei iPrice terkait pengguna aktif bulanan, pengguna aktif
DANA meningkat pada kuartal ke-4 dari posisi ke-4 menjadi posisi ke-3 (Devita,
2019). Sementara itu, berdasarkan jumlah download aplikasi mobile payment, DANA
menduduki peringkat ke-2 sejak kemunculan di kuartal ke-4 tahun 2018. Namun
posisi ini turun, dimana DANA menduduki posisi ke-3 pada kuartal ke-2 tahun 2019
(Patrick, 2019).
Walaupun jumlahnya terus bertambah, namun minat penggunaan DANA
sebagai aplikasi mobile payment masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan tingkat
unduhan aplikasi DANA dan pengguna aktif di bandingkan aplikasi mobile payment
lain masih rendah. Sebagai penyelenggara yang terbilang baru, DANA dapat
dikatakan cukup menarik niat pengguna smartphone. Sampai Desember 2018, DANA
menjadi aplikasi paling banyak diunduh melalui App Store (Setyowati, 2019c).

10
Terkait dengan security, DANA menjadikannya sebagai salah satu prioritas
utama. Transaksi keuangan tanpa didukung keamanan tidak akan terwujud. Apalagi
kondisi yang semakin rawan yang dihadapi oleh pengguna mobile payment (kejahatan
cyber, penipuan online, dan peretasan rekening bank (Hadijah, 2017). DANA pun
juga menghadapi risiko dalam menyediakan akses dan fasilitas yang memadai agar
penggunaan lebih mudah dan kepercayaan konsumen meningkat (Supriadi, 2018).
Untuk upaya memperkecil risiko tersebut, CEO DANA Vincen menyatakan DANA
telah terintegrasi dengan Kependudukan Catatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam
Negeri, Vincen mengklaim dengan kerjasama ini pendaftaran dan verifikasi data
pengguna DANA dapat dilakukan dalam beberapa detik saja (Clinten, 2018).
Selain itu, DANA juga memiliki Data Center (DC) dan Data Recovery Center
(DRC) yang diklaim merupakan DC dan DRC tercanggih di Indonesia, sehingga
diharapkan mampu menangani skalabilitas transaksi yang tinggi dan melindungi data
pengguna (Ariyanti, 2018). Menyediakan dua server data tersebut merupakan bentuk
integritas DANA terhadap keamanan data konsumen, dimana apabila salah satu server
tidak bekerja (DC), maka server lainnya akan otomatis backup data pengguna (DRC)
(Clinten, 2018).
Rendahnya tingkat penggunaan tersebut bisa saja disebabkan karena
kemunculan DANA masih baru. Meski demikian hal ini harus segera menjadi fokus
perhatian manajemen apabila ingin merebut pangsa pasar yang lebih besar. Padahal
survei APJII (2018) menunjukkan jumlah penetrasi pengguna internet meningkat
tahun 2018 sebesar 28 juta dibandingkan tahun 2017 yang seharusnya dapat
mendorong peningkatan penggunaan DANA sebagai metode pembayaran.
DANA harus mengetahui faktor yang dapat meningkatkan niat penggunaan
aplikasi mereka. Sehingga dapat menentukan langkah manajemen yang
menguntungkan. Berdasarkan fenomena di atas penelitian ini menggunakan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Customer Intention Untuk Menggunakan

11
Layanan Mobile Payment DANA” 1.3 Perumusan Masalah
Melakukan transaksi adalah keseharian manusia yang dilakukan terus-menerus
untuk upaya memperoleh sesuatu. Perkembangan zaman telah membawa transaksi
konvensional ke arah digital yang serba praktis dan cepat. Pengguna internet yang
semakin pesat menjadi cikal bakal berkembangnya pembayaran elektronik.
Penggunaan internet di Indonesia tahun 2018 telah mencapai 64,8% dari 264 juta
penduduk. Alasan utama penggunaan internet yang ditampilkan pada Gambar 1.2
menunjukkan transaksi keuangan masih relatif rendah, yaitu 0,3% untuk membayar
tagihan dan 0,9% untuk melakukan transfer uang.
Rendahnya penggunaan internet di bidang keuangan mengakibatkan target
pemerintah mencapai tingkat inklusi 75% tidak tercapai. Hal ini karena penggunaan
mobile payment memberikan kontribusi untuk membantu pemerintah meningkatkan
tingkat inklusi keuangan. Faktanya terdapat gap 16% dari target pemerintah mencapai
inklusi keuangan 75% pada tahun 2019. Salah satu faktor pendorong untuk mencapai
target tersebut adalah mengembangkan Fintech (Setyowati, 2019a).
Padahal penggunaan mobile payment memberikan sejumlah manfaat yang
tidak bisa di dapatkan pada pembayaran konvensional. Manfaat penggunaan mobile
payment antara lain transaksi lebih cepat, biaya transaksi yang lebih murah, serta
mendukung literasi keuangan (Widodo, 2018). Meskipun saat ini sudah di era digital,
tidak semua konsumen bisa membangun kepercayaan terhadap penyelenggara uang
elektronik, termasuk mengenai keamanan data pribadi dan potensi perilaku. Faktanya
pengguna mobile payment di Indonesia tahun 2019 mencapai angka 47% seperti yang
ditampilkan pada Gambar 1.3.
Walaupun penggunaan mobile payment tahun 2019 mengalami peningkatan
dari tahun 2018, angka ini masih relatif rendah (Anonim, 2019). Meningkatkan
penggunaan internet di bidang transaksi keuangan akan menjadi tantangan sekaligus
peluang bagi penyelenggara mobile payment untuk memperluas pangsa pasar dan
menawarkan revenue yang lebih besar kepada konsumen. DANA sebagai
penyelenggara uang elektroik yang baru saja muncul di hadapan publik 2018 lalu,

12
membentuk strategi jangka panjang, yaitu nilai tambah sisi keamanan, kemudahan
transaksi dan adopsi yang cepat untuk meningkatkan pengguna dan bersaing dengan
kompetitornya yang lebih dulu muncul di hadapan publik (Setyowati, 2019b).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan iPrice dengan App Annie mengenai
mobile payment terbesar di Indonesia. Go-Jek menjadi mobile payment yang
mendominasi jumlah download dan pengguna aktif tiga tahun terakhir (Setyowati,
2019b). Walaupun penggunaan DANA sebagai pendatang baru meningkat dan stabil
sejak awal kemunculannya tahun 2018, namun jumlah ini relatif rendah jika
dibandingkan dengan kompetitiornya seperti yang dijelaskan pada Tabel 1.2. Hasil
survei iPrice dengan App Annie juga menjelaskan jumlah download aplikasi mobile
payment DANA menduduki peringkat ke-2 sejak kemunculan di kuartal ke-4 tahun
2018. Namun posisi ini turun, dimana DANA menduduki posisi ke-3 pada kuartal ke2
tahun 2019 (Patrick, 2019).
Sehingga dengan fenomena yang telah dijelaskan diatas, DANA perlu
mengidentifikasi faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi niat konsumen
untuk menggunakan layanan pembayaran melalui aplikasi DANA. Faktor perceived
security, perceived compatibility, perceived usefulness, perceived ease use dan
subjectives norm menguji sikap konsumen secara individu untuk mengadopsi mobile
payment. Terkait dengan startegi DANA meningkatkan nilai tambah sisi keamanan,
kemudahan transaksi dan adopsi yang cepat untuk meningkatkan pengguna,
perceived security dan perceived ease of use tidak hanya menjadi sumber competitive
advantage, namun menjadi prasyarat dari paritas yang kompetitif (Aslam et al.,
2017).
Adapun pertanyaan penelitian pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah perceived security berpengaruh secara signifikan terhadap attitude
toward dalam menggunakan layanan mobile payment DANA?
2. Apakah perceived compatibility berpengaruh secara signifikan terhadap attitude
toward dalam menggunakan layanan mobile payment DANA?

13
3. Apakah perceived usefulness berpengaruh secara signifikan terhadap attitude
toward dalam menggunakan layanan mobile payment DANA?
4. Apakah perceived ease of use berpengaruh secara signifikan terhadap attitude
toward dalam menggunakan layanan mobile payment DANA?
5. Apakah subjectives norm berpengaruh secara signifikan terhadap attitude toward
dalam menggunakan layanan mobile payment DANA?
6. Apakah attitude toward berpengaruh secara signifikan terhadap customer
intention dalam menggunakan layanan mobile payment DANA?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh perceived security secara signifikan terhadap attitude
toward dalam menggunakan layanan mobile payment DANA
2. Mengetahui pengaruh perceived compatibility secara signifikan terhadap
attitude toward dalam menggunakan layanan mobile payment DANA
3. Mengetahui pengaruh perceived usefulness secara signifikan terhadap attitude
toward dalam menggunakan layanan mobile payment DANA
4. Mengetahui pengaruh perceived ease of use secara signifikan terhadap attitude
toward dalam menggunakan layanan mobile payment DANA
5. Mengetahui pengaruh subjectives norm secara signifikan terhadap attitude
toward dalam menggunakan layanan mobile payment DANA
6. Mengetahui pengaruh attitude toward secara siggnifikan terhadap customer
intention dalam menggunakan layanan mobile payment DANA
1.5 Manfaat Penelitian
Menurut Sujarweni (2015) manfaat penelitian dibedakan menjadi aspek
teoretis (keilmuan) dan aspek praktis.

a. Manfaat Teoritis

14
Dalam aspek teoretis (keilmuan) hasil penelitian diharapkan mampu memberikan
manfaat dalam mengembangkan ilmu sumber daya manusia dalam organisasi. b.
Manfaat Praktis
Sedangkan dari segi aspek praktis hasil penelitian yang diharapkan dapat
membantu perusahaan memahami respon konsumen terhadap hadirnya layanan
FinTech. Divisi pemasaran penyelenggara uang elektronik dapat menentukan
langkahlangkah alternatif dalam membentuk niat konsumen terhadap penggunaan
mobile payment.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Pembahasan dalam penelitian ini akan terbagi menjadi lima bab. Secara garis
besar sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian
yang terkait dengan fenomena yang menjadi isu penting sehingga penelitian ini
menjadi layak untuk diteliti dan disertai argumentasi teoritis. Perumusan masalah
dilakukan berdasarkan latar belakang, tujuan penelitiaan menjelaskan hasil yang ingin
dicapai oleh penulis, manfaat penelitian terdiri dari aspek teoritis dan aspek praktis,
serta sistematika penulisan secara umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan teori umum sampai khusus yang disertai penelitian terdahulu
sebagai dasar penelitian, menjelaskan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai
acuan, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk
menggambarkan masalah penelitian dan hipotesis penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini menegaskan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis temuan yang dapat menjawab masalah penelitian.
Bab ini meliputi uraian tentang: Jenis Penelitian, Operasional Variabel, Populasi dan
Sampel, Pengumpulan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas, serta Teknik Analisis
Data.

15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan secara sistematis sesuai dengan
perumusan masalah, serta tujuan penelitian disajikan dalam sub judul tersendiri. Bab
ini berisi dua bagian, yaitu bagian pertama menyajikan hasil penelitian dan bagian
kedua menyajikan hasil analisa data, kemudia di interprestasikan selanjutnya
penarikan kesimpulan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan menjelaskan kesimpulan dan hasil keseluruhan penelitian
yang telah dilakukan serta berisi saran untuk dijadikan bahan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya

16

Anda mungkin juga menyukai