Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

Refleksi Fiqih Ibadah Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Dosen Pengampu : H. Muhammad Mansyur,Lc,MA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 13

1. Dewi Budiasih
2. Silviana Nurul Hidayah
3. Siti Fitriyah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAI BUNGA BANGSA CIREBON

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga kami
dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah yang berjudul “Fiqih Ibadah Dalam Kehidupan Sehari-Hari”

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam
pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 14 Desember 2021

Penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Fiqih Ibadah...................................................................................................................................6
C. Contoh Perilaku Hukum Fiqih......................................................................................................12
BAB III......................................................................................................................................................13
PENUTUP.................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu yang tentunya memiliki sifat ilmiah, logis,
memiliki objek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan
gerakan hati dan perasaan. Juga bukan tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual.
Pembekalan materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang
mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga
memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang
membutuhkan kajian fiqih dan syariah. Oleh karena itu, kita membutuhkan dasar ilmu
dan hukum islam untuk menghadapi permasalahan di sekitar kita. Tujuan pembelajaran
fiqih adalah untuk membekali mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami pokok-
pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil
aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam yang benar.
Fiqh ibadah merupakan pemahaman mendalam terhadap nash-nash yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang berkaitan dengan rukun-rukun dan syarat-syarat
yang sah tentang penghambaan diri manusia kepada Allah Swt. Dalam fiqh ibadah dikaji
beberapa sistem ibadah hamba kepada Allah Swt, yaitu tentang wudhu, tayamum,
istinja’, mandi janabat, shalat, zakat, puasa, haji dan dalil-dalil yag memerintahkannya.
Dan juga disertai contoh pelaksanaan semua ibadah yang dimaksud yang datang dari
Rasulullah Saw. Pelaksanaan ibadah di bimbing oleh dua hal mendasar yaitu :
1. Sumber-sumber dalil yag shahih, agar ibadah hamba tidak keluar dari tuntunan Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
2. Penertiban dan pendisplinan praktek ibadah dengan mengikuti pemahaman para ulama yang
digali dari dalil-dalil yang terperinci.
Ibadah mengubah wujud kemungkinan dan hasrat pada diri manusia, kemungkinan untuk
melepaskan iri dari dunia materi yang terbatas, an hasrat untuk mencapai realitas yang tertinggi
dan tanpa batas. Naluri untuk bertaubat dan beribadah termasuk salah satu fenomina dalam
spiritual manusia yang paling purba, bertahn lama, dan paling mengakar.

Bentuk peribadatan setiap kelompok berbeda-beda. Pada awalnya, mungkin manusia menari-
nari dan menggelar ritual rutin secara berjamaah disertai dzikir dan melantunkan puji-puji hingga
pada puncaknya mereka larut dalam ketundukan dan kekhusyuan sakral.bjek peribadatan pun

4
berkembang yang pada awalnya menyembah batu dan kayu, lalu akhirnya menyembah Zat Azali
yang kekal, yang tak terikat ruang dan waktu.

Para Nabi yang membawa syari’at dari Allah Swt tak punya wewenang sedikitpun untuk
menciptakan bentuk dan pola ibadah. Tugasmereka hanyalah mnyampaikan dan mengajarkan
kepada manusia cara beribadah, meliputi soal adab dan praktiknya serta agar mencegah mereka
agar tidak menyembah selain Allah Swt.

Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Di dalam ibadah kita dapat
mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya baik itu nilai pendidikan, moral, aqidah,
keimanan, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fiqih ibadah ?
2. Apa saja macam-macam fiqih ibadah ?
3. Apa saja perilaku hukum fiqih ?

C. Tujuan
1. Mengetahui dari fiqih ibadah ?
2. Mengetahui macam-macam fiqih ibadah ?
3. Mengetahui perilaku hukum fiqih ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fiqih Ibadah
Menurut bahasa "fiqh" berasal dari faqiha-yafqahu-fiqihan yang berarti mengerti atau
faham berarti juga faham mendalam. Dari sini ditariklah perkataan fiqih, yang memberi
pengertian kepahaman dalam hukum syariat yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul Nya.
Jadi fiqih adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah yang berhubungan dengan segala amaliah
mukallaf baik yang wajib,sunnah,makruh atau haram yang digali dalil-dalil yang jelas (tafshilih).

Sedangkan ibadah ialah segala sesuatu yang diridhai dan disenangi oleh Allah Swt baik
berupa perbuatan, perkataan maupun bisikan dalam hati.

Berdasarkan pengertian fiqih dan ibadah diatas maka cakupan fiqih ibadah meliputi
hukum syari'at yang menyangkut seluruh aktivitas seorang hamba yang dilakukan karena
mengharap keridhaan Allah Swt. Aktivitas tersebut tidak terbatas hanya yang berkaitan dengan
kegiatan yang menghubungkan seorang hamba dengan Allah Tuhannya, akan tetapi meliputi
semua kegiatan yang dilakukan seorang hamba dalam hubungannya dengan sesama manusia,
seperti bergeraknya seorang hamba dalam rangka berikhtiar untuk menutupi kebutuhan sehari-
hari dirinya dan anggota keluarganya.

Ibadah berasal dari kata arab 'ibadah (jamak 'ibadat) yang berarti
pengabdian,penghambaan,ketudukan dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama kita mengenal
istilah 'abd(hamba,budak) yang menghimpun makna kekurangan,kehinaan dan kerendahan.
Karena iti, inti ibadah ialaj pengungkapan rasa kekurangan,kehinaan dan kerendahan diri dalam
bentuk pengagungan, penyucian dan syukur atas segala nikmat. Kata 'abd diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi abadi, seorang yang mengabdi dengan tunduk dan patuh kepada orang
lain.

Kata "ibadah" menurut bahasa berarti "taat, tunduk, merendahkan diri dan
menghambakan diri". Adapun kata "ibadah" menurut istilah berarti penghambaan diri yang
sepenuh-penuhnya untuk mencapi keridhoan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.

Dari sisi keagamaan, Ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan manusia di dunia ini, yang
dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah. Jadi, semua tindakan
mukmin yang dilandasi oleh niat tulus untuk mencintai ridha Allah dipandang sebagai ibadah.
Makna ini yang terkandung dalam firman Allah :

َ ِ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل‬


٥٦- ‫نس إِاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬ ُ ‫ َو َما خَ لَ ْق‬-

6
Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku (Al-Dzariat:56)

Dengan demikian, segenap tindakan mukmin yang dilakukan sepanjang hari dan malam
tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk tindakan yang sepele, seperti senyum kepada orang
lain. Atau bahkam tindakan yang dianggap kotor atau tabu jika dituturkan kepada orang
lain,seperti buang hajat. Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi Saw tentang pahala shalat,puasa
dan sedekah. Rasulullah saw juga bersabda, " seseorang muslim yang menanam pohon atau
tumbuhan lain, kemudian buahnya dimakan burung, orang atau binatang ternak, semua itu
menjadi sedekah baginya."

Inilah tujuan penciptaan manusia di dunia. Artinya, manusia tidak dicipta hanya untuk
bermain-main, bersenda gurau, dan tanpa tujuan. Setiap Muslim menyadari benar tujuan
hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.

Karena itu, begitu semarak syiar-syiar ibadah dilakukan di berbagai tempat dalam
komunitas umat Islam, mulai dari shalat, puasa, zakat, haji, sampai ibadah ghayru mahdah yang
lain. Namun, yang menjadi pertanyaan: sejauh mana ibadah tersebut dilakukan? Apakah sudah
memenuhi tujuan yang dimaksud? Atau, baru sekadar ibadah ritual dan kewajiban formal
belaka?

Terkait itu, Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku hendak


memperingatkanmu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-
dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu renungkan.” (QS. Saba’, 34: 46). Menurut Syeikh
Muhammad Shaleh ibn Muhammad al-Utsaymin, ayat di atas berisi dua perintah. Pertama,
perintah dan peringatan untuk menghadap Allah SWT dengan ikhlas dan benar. Kedua, perintah
untuk merenungkan sejauh mana kualitas ibadah yang dilakukan.

Karena itu, dalam pandangan beliau, ketika ibadah telah dilakukan, tidak boleh cepat
puas lantaran ibadah itu telah ditunaikan. Namun, perlu ada semacam refleksi. Misalnya, apakah
ibadah itu telah sesuai petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya?! Apakah dilakukan penuh
penghayatan? Lebih dari itu, apakah ibadah tadi memberikan dampak dan pengaruh positif
dalam kehidupan? Ini sangat penting agar ibadah yang dilakukan tidak hanya menjadi adat dan
kebiasaan semata.

Sebab, setiap ibadah yang ditunaikan secara benar pasti memberikan dampak dan
pengaruh baik dalam kehidupan. Sebagai contoh, terkait shalat, Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya, shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut, 29: 45).
Terkait puasa, Allah SWT berfirman, “Agar kalian menjadi orang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah,
2: 183). Terkait zakat, Allah SWT berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang
dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka (dari sifat kikir dan cinta dunia).”
(QS. At-Tawbah, 9: 103).

7
Dengan demikian, perintah merenungkan ibadah secara tidak langsung adalah perintah
untuk senantiasa mengoreksi, meluruskan, dan memperbaiki ibadah itu agar mencapai tujuan dan
nilai-nilai mulia yang diinginkan-Nya. Sebab, ibadah yang baik pasti berbuah akhlak dan moral
yang baik pula.

B. Macam-macam Fiqih Ibadah

Macam-macam Fiqih ibadah dalam kehidupan sehari-hari dibagi menjadi lima yaitu sebagai

berikut :

1. Shalat

Kita adalah ciptaan Allah SWT Yang Maha Sempurna. Kita dikaruniai akal pikiran agar
dapat membedakan yang haq dan bathil, antara yang jahat dan yang baik. Suatu saat kita akan
kembali kepada Allah SWT untuk menghadap kehadirat-Nya dan mempertanggung jawabkan
perbuatan kita selama hidup di dunia ini.

Ibadah shalat merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan Allah SWT untuk meminta
petunjuk dan meminta maaf atas segala salah dan khilaf. Dengan aktif melakukan shalat berarti
kita aktif berkomunikasi kepada Allah SWT. Hal demikian akan mengingatkan kita kepada Allah
SWT kapan pun dan kita berada pada yang dapat mengendalikan segala perbuatan kita. Jika kita
melakukan shalat dengan sungguh – sungguh dan khusyu' akan menghindarkan kita dari
perbuatan yang tidak diridhai Allah. Kaum yang bergelimang dosa dan perbuatan maksiat,
mereka adalah kaum yang tidak pernah berdoa dengan sungguh – sungguh bahkan sama sekali
tidak melakukan shalat.

Berbagai kejahatan dan kekerasan sosial yang semakin banyak kita jumpai akhir – akhir ini
adalah akibat kesalahan manusia itu sendiri yang selalu bergelimang dengan dosa. Mereka
melakukan shalat bukan karena ihlas kepada Allah SWT, namun hanya dilsaudarasi niat dunia
semata-mata karena riya' atau pujian dari orang lain. Shalat yang demikian, tidak akan
kemanfaatan apa – apa bagi orang yang melakukannya.

Orang yang rajin shalat akan memiliki hati yang lembut, kesabaran yang tinggi, rendah
hati, dan selalu terdorong untuk berbuat baik dalam hidupnya. Orang yang suka melakukan
shalat akan menyadari bahwa dirinya adalah makhluq lemah, yang tidak memiliki apapun tanpa
seizin Dzat Yang Maha Agung. Oleh karena itu manusia tidak sepantasnya menyombongkan diri
di dunia ini karena Allahlah Dzat Yang Maha Tinggi. Kita tidak memiliki kekuatan apapun di
hadapan Allah SWT
8
“Shalat” dalam kutipan bahasa Arab berarti: “Do'a memohon kebajikan dan pujian”.
Sedang menurut istilah, para fuqaha' memberi ta'rif shalat adalah beberapa ucapan dan beberapa
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah
kepada Allah sesuai dengan syarat yang telah ditentukan”Ibadah shalat berdasarkan Firman
Allah, QS. Al Ankabut :

٤٥-‫صاَل ةَ تَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ َشاء َو ْال ُمن َك ِر‬ َّ ‫ َوأَقِ ِم ال‬-
َّ ‫صاَل ةَ إِ َّن ال‬

Artinya :

“Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
mungkar”. (QS. Al-‘Ankabut :45)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan shalat dapat menjadi 2 (dua) yaitu :
syarat wajib dan syarat sah shalat. Syarat wajib shalat yaitu syarat-syarat tubuh seseorang
mengerjakan shalat yang mencakup:

1) Islam,

2) Suci dari Haidh dan Nifas,

3) Berakal Sehat,

4) Balligh (Dewasa),

5) Pernah mimpi berselisih,

6) mulai darah haidh (datang bulan) bagi anak perempuan,

7) Telah sampai dakwah kepadanya,

8) Terjaga

Syarat sah shalat adalah hal – hal yang harus dipenuhi apabila seseorang hendak
melakukan shalat. Jika salah satu syarat tidak dipenuhi maka tidak sah shalatnya yang mencakup:

1) Suci dari hadat besar dan hadat kecil,

2) Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis,

3) Masuk Shalat,

4) menutup aurat,

5) menghadap kiblat .

Shalat itu mempunyai rukun-rukun yang harus dipenuhi ketika seseorang mengerjakan
shalat, jika shalat ditinggalkan maka shalatnya tidak sah. Rukun-rukun tersebut adalah berniat,
9
takbiratul ihram, berdiri bagi yang mampu, membaca al Fatihah, ruku' dengan tuma'ninah, i'tidal
dengan tuma'ninah, sujud dua kali dengan tuma'ninah, duduk diantara dua sujud dengan
tuma'ninah , duduk dengan tuma'ninah, membaca salam, tertib.

Setiap gerakan dan bacaan dalam shalat mengandung hikmah dan manfaat yang dapat
menyehatkan diri kita, baik jasmani maupun rohani. Pemahaman rahasia dan hikmah gerakan
dan bacaan shalat bagi setiap muslim sangat penting, agar mereka dapat melakukan shalat
dengan kusyu' dan mampu merasakan kemanfaaan shalat secara nyata dalam kehidupan sehari-
hari.

Hal – hal yang berdoa adalah berhadats, kecil maupun besar, meninggalkan salah satu
rukun shalat atau rukun shalat sebelum dilakukan, misalnya I'tidal sebelum sempurna rukunnya,
terkena najis yang tidak bisa dimaafkan, misalnya tahi cicak, berkata – kata atau mengucapkan
kalimat dengan sengaja, selain bacaan shalat walapun kalimat yang memahamkan (mengandung
makna), sengaja meninggalkan salah satu rukun atau sarat shalat tanpa udzur, misalnya terbuka
auratnya, membelakangi qiblat, tertawa terbahak – bahak, bergerak dengan keras, tiga kali
berturut – turut, imam sampai dua rukun, murtad, keluar dari Islam.

Allah SWT memberikan keringanan bagi seseorang yang dalam keadaan tertentu
(dhorurat) tidak dapat dilaksanakan seperti biasanya. Keringanan tersebut diwujudkan dengan
disyari'atkannya shalat Jama', shalat Qashar, shalat

Keutamaan shalat lima waktu diantaranya:

1) mengingatkan kita kepada Allah, menghidupkan rasa takut kepadanya, menghidupkan


khudhu' dan tunduk kepada-Nya dan menumbuhkan di dalam jiwa kebesaran dan rasa
ketinggian Allah SWT, serta mengesakan kebesaran dan kekuasaannya.

2) mendidik dan melatih kita untuk menjadi orang yang tenang, orang yang dapat menghadapi
segala sesuatunya menjadi tenang.

3) menjadi tenang, penghalang untuk mengerjakan kemunkaran dan ketenangan.

Pendapat lain mengatakan, bahwa hikmah shalat adalah mampu meng- hadirkan
menghadirkan nilai-nilai yang sangat diharapkan bagi manusia untuk mencapai makna hidup
yang sejati, membersihkan diri, menyucikannya, membiasakan manusia untuk bermunajat
kepada Allah dan mencegah dari perbuatan keji dan kemunkaran. Shalat juga merupakan media
komunikasi vertikal antara manusia dengan Allah SWT, dimana shalat merupakan salah satu
model komunikasi vertikal nonlinguistik.

2. Puasa
10
Secara bahasa puasa adalah menahan dari segala sesuatu, dari makan, minum, nafsu dan
lain sebagainya. Secara istilah yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya,
mulai dari terbitnya fajar sampai terbenmnya matahari dengan niat dan beberapa syarat. Firman
Allah Swt :

– َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬


َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
َ ِ‫وا ُكت‬
١٨٣-

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS.Al-Baqarah :183).

3. Zakat

Secara bahasa zakat artinya membersihkan. Sedangkan secara istilah agama islam adalah
kadar harta yang tertentu yang di berikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa
syarat. Firman Allah Swt :

ٌ ْ‫الص‹الَةَ َوآتَ‹ ُو ْا ال َّز َك‹‹اةَ لَهُ ْم أَجْ‹ ُرهُ ْم ِعن‹ َد َربِّ ِه ْم َوالَ خَ‹ و‬
‫ف َعلَ ْي ِه ْم َوالَ هُ ْم‬ ْ ‫ت َوأَقَ‹‹ا ُم‬
َّ ‫وا‬ ْ ‹ُ‫‹وا َو َع ِمل‬
َّ ‫‹وا‬
ِ ‫الص‹الِ َحا‬ ْ ‹ُ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمن‬
٢٧٧- َ‫يَحْ زَ نُون‬-

Artinya :

“Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat dan


menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhan-nya. Tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati” (QS. Al-Baqarah :277).

4. Haji

Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu.sedangkan menurut syara’ adalah sengaja
mengunjungi baitullah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu.
Firman Allah :

– ً‫اس‹‹تَطَا َع إِلَيْ‹‹ ِه َس‹‹بِيال‬ ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬


ْ ‫ت َم ِن‬ ِ َّ‫َوهّلِل ِ َعلَى الن‬
٩٧-

Artinya :

“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang snggup
mengadakan diri kejalan Allahh. (QS. AL-Baqarah : 970).

11
5. Thaharah (Bersuci)

Thaharah secara bahasa adalah bersih dari kotoran, sedangkan menurut istilah adalah
menghilangkan hadats, najis atau perbuatan yang searti dengan keduanya. Seperti mandi, wudhu
dan tayamum. Allah berfirman :

- َ‫إِ َّن هّللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬
٢٢٢

Artinya :

“sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan yang mensucikan diri”. (QS.
Al-Baqarah :222).

C. Contoh Perilaku Hukum Fiqih


Contoh perilaku yang ta'at terhadap hukum fiqih dalam kehidupan sehari hari antara lain

adalah :

a. Selalu mengerjakan hal-hal yang hukumnya wajib seperi selalu shalat 5 waktu, puasa
pada bulan ramadhan, membayar zakar, dan naik haji.

b. Menambahkan amal dengan amalan yang hukumnya adalah sunnah seperti shalat sunnah,
puasa arafah, sedekah dan tersenyum.

c. Selalu menghindari perbuatan-perbuatan yang hukumnya adalah haram seperti mencuri,


membunuh, makan makanan riba, memfitnah, riya dan berbohong.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fiqih Ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha
Esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan manusia di dunia ini, yang dilakukan dengan niat
mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah.

Perintah merenungkan ibadah secara tidak langsung adalah perintah untuk senantiasa
mengoreksi, meluruskan, dan memperbaiki ibadah itu agar mencapai tujuan dan nilai-nilai mulia
yang diinginkan-Nya.

Ibadah adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang ditetapkan oleh
Rasulullah Saw. Ibadah ini meliputi shalat, puasa, zakat, haji, thaharah.

Macam- macam ibadah dibagi menjadi 5 yaitu:


1. Shalat
2. Puasa
3. Zakat
4. Haji
5. Thaharah

13
DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id/tugas/23433381#readmore
https://www.alirsyad.or.id/refleksi-ibadah/
https://123dok.com/a-article/refleksi-shalat-dalam-kehidupan-sehari-hari.zxn713oq

14

Anda mungkin juga menyukai