Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................... 10
B. Saran ...................................................................................................... 11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia yang ada didunia ini merupakan Anugrah dari Allah
SWT, yang memungkinkan manusia untuk menikmati segala kenikmatan
yang dapat dirasakannya, namun anuggerah tersebut terkadang membuat
manusia lupa akan hakikat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena
itu manusia harus dibimbing agar dapat mengikuti petunjuk Allah SWT dan
memanfaatkan anugrahnya dalam kehidupannya. Kehidupan yang dipandu
oleh syariat akan menciptakan kesadaran untuk bertindak sesuai dengan
tuntutan Allah SWT serta Rasulnya, dan salah satu cara untuk merealisasikan
tuntutan ini adalah melalui Ibadah.
1
Abdurrahman, Al Nahlawi, Pendidikan islam (Jakarta: Gema Insani Press,
1996), Hlm. 12.
1
Ibadah merupakan hal yang membutuhkan perhatian, karena tidak dapat
dipermainkan atau disalahgunakan. Dalam islam, ibadah harus didasarkan
pada apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan apa yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW dalam bentuk Al-Qur‟an dan semua tindakan atau
perkataaan dan perintah Nabi Muhammad SAW dengan kata lain Hadis Nabi.
Ibadah diperlukan untuk menjaga hubungan dan manusia dengan sang
pencipta. Oleh karena itu, umat muslim tentu harus mengikuti ibadah yang
dicontohkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan dilarang
melakukan ibadah yang tidak berdasarkan Al-Qur‟an maupun Hadis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
2
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
2
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014),
Hlm. 1.
3
Gamar Al Haddar, Konsep Ibadah dalam Islam (Bondowoso: Kaafah
Learning Center, 2017), Hlm. 24
3
Para ahli suf mendefinisikan ibadah sebagai berikut:
Disisi lain, definisi ibadah menurut para ahli fiqih ibadah sebagai berikut:
Artinya: “Ibadah adalah segala perbuatan yang diridhai oleh Allah SWT, baik
yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, berupa perkataan dan
perbuatan, untuk mengagungkan Allah SWT dan mengharap pahaladari-
Nya”.4
Ruang lingkup yang terdapat pada ilmu fiqih adalah semua hukum yang
berbentuk amaliah untuk diamalkan oleh setiap mukallaf (orang yang dibani
atau diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran syariat islam dengan tanda-
tanda seperti sudah baligh, berakal sehat, kesadaran, dan sudah masuk islam,
4
Hasan, Saleh, Kajian Fiqih Nabawi dan Kontemporer (Jakarta: Karisma
Putra Utama Ofset, 2008), Hlm. 4
4
dll). Hukum yang diatur dalam fiqih islam yaitu terdiri dari hukum wajib,
sunnah, mubah, makruh, dan haram. 5
Sepeti yang telah dijelaskan bahwa semua kehidupan hamba Allah yang
dilakukan dengan niat mengharap keridhaan Allah Swt bernilai ibadah. Namun
demikian, ada dua bentuk ibadah, yaitu ibadah yang langsung berhubungan
dengan Allah tanpa perantara yang merupakan bagian dari ritual formal atau
hablum minallah dan ada ibadah yang tidak langsung, yakni semua yang
berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut dengan hablum minannas
(hubungan antar manusia). Secara umum, bentuk-bentuk ibadah kepada Allah
dibagi menjadi dua, yaitu6 :
1. Ibadah mahdhah, adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas
dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Ibadah ini di
tetapkan oleh dalil-dalil yang kuat (qad‟i ad-dilalah), misalnya perintah
shalat, zakat, puasa, haji dan bersuci dari hadas besar dan hadas kecil.
a. Shalat
Secara etimologi shalat berarti doa, rahmat dan istighfar (memohon
ampun). Menurut syari‟at berarti suatu bentuk ibadah yang terdiri dari
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam. Firman Allah SWT :
5
Muhammad Sholahuddin dan Siti Sulaikho. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah
(Jombang: LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah, 2021), Hlm. 6
6
Rahman Ritonaga dan Zaenuddin.Fiqih Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama,1997), Hlm. 3
5
segala sesuatu yang membatalkannya, mulai dari terbitnya fajar sampai
terbenmnya matahari dengan niat dan beberapa syarat. Firman Allah Swt:
6
e. Tharah (Bersuci)
Thaharah menurut bahasa adalah bersih dari kotoran, sedangkan menurut
istilah adalah menghilangkan hadas, najis atau perbuatan yang searti
dengan keduanya. Seperti mandi, wudhu dan tayamum. Allah berfirman :
Dasar hukum ibadah islam dalam ilmu fiqih ibadah adalah Al-Qur'an dan
As-Sunnah Al-Maqbulah. As-Sunnah Al-Maqbulah artinya sunnah yang
dapat diterima. Dalam studi hadis sunnah al-Maqbulah dibagi menjadi dua
bagian, Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Hal ini disandarkan pada sebua hadis
yang mana Rasulullah SAW. bersabda: "Aku tinggalkan untuk kalian dua
perkara, kamu tidak akan tersesat jika berpegang teguh kepada keduanya,
yakni: Kitab Allah (Al-Qur'an) dan Sunah Nabi. Ada banyak sekali ayat Al-
Qur'an yang membahas tentang perintah beribadah, diantaranya surah Al-
Bayyinah ayat 5. Artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan cara memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus”.8
7
Rizem Aizid, Fiqih Keluarga Lengkap (Yogyakarta: Laksana, 2018), Hlm.
21
8
Zaenal, Abidin, Fiqih Ibadah (Sleman: CV Budi Utami, 2020) Hlm. 13
7
D. Macam-Macam Ibadah dalam Islam
Menurut buku Ahmad Thib Raya dan Siti Musdiah Mulia dalam
menyelami seluk beluk ibadah dalam islam, secara garis besar ada dua jenis
ibadah:
1. Ibadah Khassah ( khusus) atau ibadah mahdhah (ibadah yang sudah pasti)
yaitu, ibadah yang ketentuan dan pelaksanaanya telah ditentukan oleh nash
dan merupakan inti dari ibadah kepada Allah SWT. Contohnya seperti
shalat, puasa, zakat dan haji.
2. Ibadah „ammah (umum), yaitu semua perbuatan yang mendatangkan
kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT.
Misalnya makan, minum, dan bekerja mencari nafkah.
Pengaturan hubungan manusia dengan Allah telah diatur dengan
secukupnya, sehingga tidak mungkin berubah sepanjang masa. Hubungan
manusia dengan Allah merupakan ibadah yang langsung dan sering disebut
dengan „Ibadah Mahdhah penggunaan istilah bidang Ibadah dan bidang
Muamalah, tidaklah dimaksudkan untuk memisahkan kedua bidang tersebut,
tetapi hanya membedakan yang diperlukan dalam sistem sistematika
pembahasan ilmu.
1. Ibadah itu Tauqifiyah ( artinya, tidak ada tempat sedikitpun bagi kreasi
manusia di dalamnya) hanya Allah SWT semata yang membuatnya. Kita
beribadah hanya karena Allah SWT telah memerintahkan kami untuk
melakukannya. “Maka tetaplahanlah engkau dan orang-orang yang telah
bertaubat bersamamu dijalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan janganlah kalian mendurhakainya.” (QS. Hud :112)
8
2. Ibadah yang tulus kepada Allah SWT semata haruslah bersih dari kotoran
kesyirikan. jika sedikit saja kesyirikan bercampur dengan ibadah maka
ibadah itu akan rusak. Ibadah dilakukan tanpa perantara, baik berupa
manusia, binatang, benda, maupun tumbuhan. “hendaklah orang-orang yang
ingin berjumpa dengan tuhannya mengerjakan amal yang shaleh dan tidak
mempersekutukan-Nya dalam beribadah kepadanya”. (QS. Al- Kahfi: 110)
3. Perlunya menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dan panutan dalam
beribadah. “Sesungguhnya telah ada pada ( diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagi kalian.” (QS. Al- Ahzab: 110). Nabi juga bersabda:
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada contohnya
dari kami, maka amalanya bertolak”. (HR. Muslim).
4. Ada batasan kadar dan waktu ibadah yang tidak boleh dilampaui.
Sebagaimana firman Allah SWT. “Sesungguhnya shalatitu adalah
kewajiban yang telah ditentukan waktunya.” ( QS. An-Nissa: 103)
5. Perlunya melaksanakan ibadah yang dilandasi oleh rasa cinta, ketaatan, dan
takut kepada Allah. “Orang-Orang yang mereka seru itu, mencari jalan
masing-masing mnuju tuhannya, kemudian mereka melihat siapakah
diantara mreka yang lebih dekat kepada Allah SWT, dan mengharapkan
rahmat-Nya dan takut azab-Nya.” ( QS. Al- Israa‟: 57)
6. Dari sejak dia berakal sampai dia meninggal dunia. “Tidak ada kewajiban
beribadah bagi manusia. Dan janganlah sekali-kali seorang manusia
meninggal dunia melainkan dalam keadaan memeluk agama islam.” (QS.
Ali- Imran: 103).9
9
Zulkifli, Fikih dan Prinsip Ibadah dalam Islam, Jurnal Fikih dan Ibadah
dalam Islam.
9
BAB III
PPENUTUP
A. Kesimpulan
Ruang lingkup yang terdapat pada ilmu fiqih adalah semua hukum yang
berbentuk amaliah untuk diamalkan oleh setiap mukallaf (orang yang dibani
atau diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran syariat islam dengan tanda-
tanda seperti sudah baligh, berakal sehat, kesadaran, dan sudah masuk islam,
dll). Namun demikian, ada dua bentuk ibadah, yaitu ibadah yang langsung
berhubungan dengan Allah tanpa perantara yang merupakan bagian dari ritual
formal atau hablum minallah dan ada ibadah yang tidak langsung, yakni semua
yang berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut dengan hablum
minannas (hubungan antar manusia). Secara umum, bentuk-bentuk ibadah
kepada Allah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah madhah dan ibadah gairu
madhah.
Dasar hukum ibadah islam dalam ilmu fiqih ibadah adalah Al-Qur'an dan
As-Sunnah Al-Maqbulah. As-Sunnah Al-Maqbulah artinya sunnah yang dapat
diterima. Dalam studi hadis sunnah al-Maqbulah dibagi menjadi dua bagian,
Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Menurut buku Ahmad Thib Raya dan Siti
Musdiah Mulia dalam menyelami seluk beluk ibadah dalam islam, secara garis
besar ada dua jenis ibadah, yaitu: ibadah khasanah dan ibadah „ammah.
10
Adapun prinsip dalam melaksanakan ibadah sebagai berikut, yaitu ibadah
itu taqfiyah, ibadah yang tulus kepada Allah, perlunya ibadah yang dilandasi
dengan rasa cinta, dll.
B. Saran
Demikian penjabaran dari makalah ini dan kami sadari masih banyak
kelemahan dan kekurangan dari makalah ini. Agar makalah ini menjadi lebih
bermanfaat kami menyarankan agar teman-teman semua untuk dapat
berpartisipasi aktif sehingga kelemahan dan kekurangan yang dimaksud dapat
diperbaiki bersama. Semoga makalah ini mampu membantu pembelajaran
dalam mata kuliah Fiqih Ibadah. Untuk selanjutnya di harapkan kami dapat
memperbaiki serta membuat makalah lebih baik lagi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ritonaga, Rahman dan Zainuddin. 1997. Fiqih Ibadah. Jakarta: Gaya Media
Pratama.
12