Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP IBADAH DALAM ISLAM


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah
Dosen Pengampu: Dr. H. Ali As‟ad., S.Sy., S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh: Kelompok 1 Kelas 2 SDA4

1. Fahim Mulabi 221330001089


2. Diah Fitriani Fadhilah 221330001102
3. Dara Puspita Sari 221330001113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT.Yang telah


memberikan limpahan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga pemakalah
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dasar dan Prinsip-prinsip Ibadah
dalam Islam” ini dengan lancar. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah yang
berjudul “Dasar dan Prinsip-Prinsip Ibadah dalam Islam”.Dalam pembuatan
makalah ini, pemakalah mengalami berbagai kesulitan, namun dengan bantuan
berbagai pihak, pemakalah mampu menyelesaikan makalah ini. Pemakalah
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, terutama kepada Bapak Dr. H. Ali As‟ad., S.Sy., S.Pd.I.,
M.Pd.I.Selaku Dosen Pengampu mata kuliah Fiqih Ibadah yang telah memberikan
masukan terkait dengan pembuatan makalah ini.
Harapan pemakalah, semoga makalah yang berjudul “Dasar dan Prinsip-
Prinsip ibadah dalam Islam” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.Pemakalah sangat menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan kata, kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh sebab itu, pemakalah sangat berharap kepada pembaca agar bisa
memberi segala saran dan kritik, agar pemakalah dapat memperbaiki makalah ini
nantinya dengan lebih baik lagi, segala kritik dan saran akan pemakalah terima
dengan segala kerendahan hati.

Jepara, 9 Maret 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan makalah ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A. Pengertian Ibadah .................................................................................... 3


B. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah................................................................... 4
C. Dasar Hukum Ibadah dalam Islam .......................................................... 7
D. Macam-Macam Ibadah dalam Islam ....................................................... 8
E. Prinsip-Prinsip Ibadah dalam Islam ........................................................ 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 10

A. Kesimpulan ........................................................................................... 10
B. Saran ...................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiqih ibadah merupakan pemahaman mendalam yang terdapat dalam Al-


Qur‟an dan As-Sunnah yang berkaitan dengan rukun-rukun dan syarat-syarat
yang sah tentang penghambaan manusia kepada Allah SWT. Dalam fiqih
ibadah dikaji beberapa sistem ibadah kepada Allah SWT, yaitu tentang
wudhu, tayamum, shalat, zakat, puasa, haji, dan dalil-dalil yang
memperintahkannya.Fiqih ibadah adalah pengetahuan tentang hukukum-
hukum syari‟ah tentang perbuatan-perbuatan manusia manusia dalam
hubungannya kepada tuhannyabdalam bentuk penyembahan dan patuh, hina
diri dihadapan yang disembah yang dilakukan dengan jalan tunduk.

Kehidupan manusia yang ada didunia ini merupakan Anugrah dari Allah
SWT, yang memungkinkan manusia untuk menikmati segala kenikmatan
yang dapat dirasakannya, namun anuggerah tersebut terkadang membuat
manusia lupa akan hakikat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena
itu manusia harus dibimbing agar dapat mengikuti petunjuk Allah SWT dan
memanfaatkan anugrahnya dalam kehidupannya. Kehidupan yang dipandu
oleh syariat akan menciptakan kesadaran untuk bertindak sesuai dengan
tuntutan Allah SWT serta Rasulnya, dan salah satu cara untuk merealisasikan
tuntutan ini adalah melalui Ibadah.

Ibadah adalah aspek terpenting dalam kehidupan manusia, didalam


ibadah seseorang akan membangun pengharapan atas segala kelemahan yang
ada pada dirinya. ibadah kepada Allah SWT adalah tugas tertinggi manusia
karena tugas manusia dalam hidup ini berkumulasi pada tanggung jawabnya
untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.1

1
Abdurrahman, Al Nahlawi, Pendidikan islam (Jakarta: Gema Insani Press,
1996), Hlm. 12.

1
Ibadah merupakan hal yang membutuhkan perhatian, karena tidak dapat
dipermainkan atau disalahgunakan. Dalam islam, ibadah harus didasarkan
pada apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan apa yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW dalam bentuk Al-Qur‟an dan semua tindakan atau
perkataaan dan perintah Nabi Muhammad SAW dengan kata lain Hadis Nabi.
Ibadah diperlukan untuk menjaga hubungan dan manusia dengan sang
pencipta. Oleh karena itu, umat muslim tentu harus mengikuti ibadah yang
dicontohkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan dilarang
melakukan ibadah yang tidak berdasarkan Al-Qur‟an maupun Hadis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah


makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengertian ibadah?
2. Bagaimana ruang lingkup fiqih ibadah?
3. Bagaimana dasar hukum ibadah dalam islam?
4. Ada berapakah macam-macam ibadah dalam islam?
5. Bagaimana prinsip-prinsip ibadah dalam islam?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan


penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan materi pengertian ibadah.
2. Untuk menjelaskan materi ruang lingkup fiqih ibadah.
3. Untuk menjelaskan materi dasar hukum ibadah dalam islam.
4. Untuk menjelaskan materi macam-macam ibadah dalam islam.
5. Untuk menjelaskan materi prinsip-prinsip ibadah dalam islam.

2
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa berarti patuh (Al-Tha’ah), dan tunduk (Al-Khudhu),


sedangkan menurut terminologis ialah sebutan yang mencangkup seluruh apa
yang dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT, baik berupa ucapan maupun
perbuatan.2 Ibadah merupakan suatu bentuk pengabdian kepada Allah SWT
yang dilandasi dengan keikhlasan. Dalam islam, ibadah memiliki arti yang
sangat luas.3

Pengertian ibadah secara terminologis menurut ulama tauhid, dan hadist


ibadah, yaitu:

Artinya: “Memberikan kesan yang sempurna kepada Allah, memuji-Nya,


merendahkan diri dan menyerahkan jiwakepada-Nya".

Di bidang ahlak, Para ahli mendefinisikan ibadah sebagai berikut, yaitu:

Artinya: “Melakukan semua bentuk ketaatan fisik dan memenuhi semua


syari‟at (hukum).

2
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014),
Hlm. 1.
3
Gamar Al Haddar, Konsep Ibadah dalam Islam (Bondowoso: Kaafah
Learning Center, 2017), Hlm. 24

3
Para ahli suf mendefinisikan ibadah sebagai berikut:

Artinya: “Pekerjaan seorang mukallaf untuk menyembah tuhan dengan


melawan keinginan nafsunya”.

Disisi lain, definisi ibadah menurut para ahli fiqih ibadah sebagai berikut:

Artinya: “Segala bentuk ketaatan yang dilakukan untuk mendapatkan


keridhoan Allah dan mengharapkan pahala di akhirat”.

Sedangkan menurut jumhur ulama, ibadah adalah:

Artinya: “Ibadah adalah segala perbuatan yang diridhai oleh Allah SWT, baik
yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, berupa perkataan dan
perbuatan, untuk mengagungkan Allah SWT dan mengharap pahaladari-
Nya”.4

B. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah

Ruang lingkup yang terdapat pada ilmu fiqih adalah semua hukum yang
berbentuk amaliah untuk diamalkan oleh setiap mukallaf (orang yang dibani
atau diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran syariat islam dengan tanda-
tanda seperti sudah baligh, berakal sehat, kesadaran, dan sudah masuk islam,

4
Hasan, Saleh, Kajian Fiqih Nabawi dan Kontemporer (Jakarta: Karisma
Putra Utama Ofset, 2008), Hlm. 4

4
dll). Hukum yang diatur dalam fiqih islam yaitu terdiri dari hukum wajib,
sunnah, mubah, makruh, dan haram. 5

Sepeti yang telah dijelaskan bahwa semua kehidupan hamba Allah yang
dilakukan dengan niat mengharap keridhaan Allah Swt bernilai ibadah. Namun
demikian, ada dua bentuk ibadah, yaitu ibadah yang langsung berhubungan
dengan Allah tanpa perantara yang merupakan bagian dari ritual formal atau
hablum minallah dan ada ibadah yang tidak langsung, yakni semua yang
berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut dengan hablum minannas
(hubungan antar manusia). Secara umum, bentuk-bentuk ibadah kepada Allah
dibagi menjadi dua, yaitu6 :

1. Ibadah mahdhah, adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas
dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Ibadah ini di
tetapkan oleh dalil-dalil yang kuat (qad‟i ad-dilalah), misalnya perintah
shalat, zakat, puasa, haji dan bersuci dari hadas besar dan hadas kecil.
a. Shalat
Secara etimologi shalat berarti doa, rahmat dan istighfar (memohon
ampun). Menurut syari‟at berarti suatu bentuk ibadah yang terdiri dari
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam. Firman Allah SWT :

Artinya: “Dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari


(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”. (QS. Al-„Ankabut: 45)
b. Puasa
Secara bahasa, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu, termasuk
makanan, minuman, dan nafsu. Secara istilah, yaitu menahan diri dari

5
Muhammad Sholahuddin dan Siti Sulaikho. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah
(Jombang: LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah, 2021), Hlm. 6
6
Rahman Ritonaga dan Zaenuddin.Fiqih Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama,1997), Hlm. 3

5
segala sesuatu yang membatalkannya, mulai dari terbitnya fajar sampai
terbenmnya matahari dengan niat dan beberapa syarat. Firman Allah Swt:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman. Diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”. (QS.Al-Baqarah: 183)
c. Zakat
Secara bahasa zakat berarti membersihkan. Sedangkan dalam terminologi
islam, zakat merujuk pada harta tertentu yang diberikan kepada orang-
orang yang berhak.adalah kadar harta yang tertentu yang di berikan
kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat. Firman Allah
SWT:

Artinya: “Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan amal


shaleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhan-nya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka
tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Al-Baqarah: 277)
d. Haji
Makna asli dari haji adalah melakukan upaya yang disengaja
dan,menurut syariat, sengaja mengunjungi rumah Allah dan melakukan
tindakan ibadah tertentu dalam kondisitertentu. Firman Allah :

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,


yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
(QS. Ali Imran: 97).

6
e. Tharah (Bersuci)
Thaharah menurut bahasa adalah bersih dari kotoran, sedangkan menurut
istilah adalah menghilangkan hadas, najis atau perbuatan yang searti
dengan keduanya. Seperti mandi, wudhu dan tayamum. Allah berfirman :

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan


yang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah: 222)
2. Ibadah ghairu mahdhoh adalah ibadah yang dapat dimanipulasi oleh
manusia dalam cara pelaksanaanya, yaitu bentuknya dapat berubah-ubah
dan tunduk pada situasi dan kondisi. Tetapi subtansi ibadahnya tetap terjaga.
Contohnya, adalah perintah untuk melakukan transaksi dengan cara yang
halal dan bersih dari unsur penipuan dan sebagainya.7

C. Dasar Hukum Ibadah dalam Islam

Dasar hukum ibadah islam dalam ilmu fiqih ibadah adalah Al-Qur'an dan
As-Sunnah Al-Maqbulah. As-Sunnah Al-Maqbulah artinya sunnah yang
dapat diterima. Dalam studi hadis sunnah al-Maqbulah dibagi menjadi dua
bagian, Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Hal ini disandarkan pada sebua hadis
yang mana Rasulullah SAW. bersabda: "Aku tinggalkan untuk kalian dua
perkara, kamu tidak akan tersesat jika berpegang teguh kepada keduanya,
yakni: Kitab Allah (Al-Qur'an) dan Sunah Nabi. Ada banyak sekali ayat Al-
Qur'an yang membahas tentang perintah beribadah, diantaranya surah Al-
Bayyinah ayat 5. Artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan cara memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus”.8

7
Rizem Aizid, Fiqih Keluarga Lengkap (Yogyakarta: Laksana, 2018), Hlm.
21
8
Zaenal, Abidin, Fiqih Ibadah (Sleman: CV Budi Utami, 2020) Hlm. 13

7
D. Macam-Macam Ibadah dalam Islam

Menurut buku Ahmad Thib Raya dan Siti Musdiah Mulia dalam
menyelami seluk beluk ibadah dalam islam, secara garis besar ada dua jenis
ibadah:

1. Ibadah Khassah ( khusus) atau ibadah mahdhah (ibadah yang sudah pasti)
yaitu, ibadah yang ketentuan dan pelaksanaanya telah ditentukan oleh nash
dan merupakan inti dari ibadah kepada Allah SWT. Contohnya seperti
shalat, puasa, zakat dan haji.
2. Ibadah „ammah (umum), yaitu semua perbuatan yang mendatangkan
kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT.
Misalnya makan, minum, dan bekerja mencari nafkah.
Pengaturan hubungan manusia dengan Allah telah diatur dengan
secukupnya, sehingga tidak mungkin berubah sepanjang masa. Hubungan
manusia dengan Allah merupakan ibadah yang langsung dan sering disebut
dengan „Ibadah Mahdhah penggunaan istilah bidang Ibadah dan bidang
Muamalah, tidaklah dimaksudkan untuk memisahkan kedua bidang tersebut,
tetapi hanya membedakan yang diperlukan dalam sistem sistematika
pembahasan ilmu.

E. Prinsip-Prinsip Ibadah dalam Islam

Adapun prinsip dalam melaksanakan ibadah sebagai berikut:

1. Ibadah itu Tauqifiyah ( artinya, tidak ada tempat sedikitpun bagi kreasi
manusia di dalamnya) hanya Allah SWT semata yang membuatnya. Kita
beribadah hanya karena Allah SWT telah memerintahkan kami untuk
melakukannya. “Maka tetaplahanlah engkau dan orang-orang yang telah
bertaubat bersamamu dijalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan janganlah kalian mendurhakainya.” (QS. Hud :112)

8
2. Ibadah yang tulus kepada Allah SWT semata haruslah bersih dari kotoran
kesyirikan. jika sedikit saja kesyirikan bercampur dengan ibadah maka
ibadah itu akan rusak. Ibadah dilakukan tanpa perantara, baik berupa
manusia, binatang, benda, maupun tumbuhan. “hendaklah orang-orang yang
ingin berjumpa dengan tuhannya mengerjakan amal yang shaleh dan tidak
mempersekutukan-Nya dalam beribadah kepadanya”. (QS. Al- Kahfi: 110)
3. Perlunya menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dan panutan dalam
beribadah. “Sesungguhnya telah ada pada ( diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagi kalian.” (QS. Al- Ahzab: 110). Nabi juga bersabda:
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada contohnya
dari kami, maka amalanya bertolak”. (HR. Muslim).
4. Ada batasan kadar dan waktu ibadah yang tidak boleh dilampaui.
Sebagaimana firman Allah SWT. “Sesungguhnya shalatitu adalah
kewajiban yang telah ditentukan waktunya.” ( QS. An-Nissa: 103)
5. Perlunya melaksanakan ibadah yang dilandasi oleh rasa cinta, ketaatan, dan
takut kepada Allah. “Orang-Orang yang mereka seru itu, mencari jalan
masing-masing mnuju tuhannya, kemudian mereka melihat siapakah
diantara mreka yang lebih dekat kepada Allah SWT, dan mengharapkan
rahmat-Nya dan takut azab-Nya.” ( QS. Al- Israa‟: 57)
6. Dari sejak dia berakal sampai dia meninggal dunia. “Tidak ada kewajiban
beribadah bagi manusia. Dan janganlah sekali-kali seorang manusia
meninggal dunia melainkan dalam keadaan memeluk agama islam.” (QS.
Ali- Imran: 103).9

9
Zulkifli, Fikih dan Prinsip Ibadah dalam Islam, Jurnal Fikih dan Ibadah
dalam Islam.

9
BAB III

PPENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah secara bahasa berarti patuh (Al-Tha’ah), dan tunduk (Al-Khudhu),


sedangkan menurut terminologis ialah sebutan yang mencangkup seluruh apa
yang dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT, baik berupa ucapan maupun
perbuatan. Ibadah merupakan suatu bentuk pengabdian kepada Allah SWT
yang dilandasi dengan keikhlasan. Dalam islam, ibadah memiliki arti yang
sangat luas.

Ruang lingkup yang terdapat pada ilmu fiqih adalah semua hukum yang
berbentuk amaliah untuk diamalkan oleh setiap mukallaf (orang yang dibani
atau diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran syariat islam dengan tanda-
tanda seperti sudah baligh, berakal sehat, kesadaran, dan sudah masuk islam,
dll). Namun demikian, ada dua bentuk ibadah, yaitu ibadah yang langsung
berhubungan dengan Allah tanpa perantara yang merupakan bagian dari ritual
formal atau hablum minallah dan ada ibadah yang tidak langsung, yakni semua
yang berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut dengan hablum
minannas (hubungan antar manusia). Secara umum, bentuk-bentuk ibadah
kepada Allah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah madhah dan ibadah gairu
madhah.

Dasar hukum ibadah islam dalam ilmu fiqih ibadah adalah Al-Qur'an dan
As-Sunnah Al-Maqbulah. As-Sunnah Al-Maqbulah artinya sunnah yang dapat
diterima. Dalam studi hadis sunnah al-Maqbulah dibagi menjadi dua bagian,
Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Menurut buku Ahmad Thib Raya dan Siti
Musdiah Mulia dalam menyelami seluk beluk ibadah dalam islam, secara garis
besar ada dua jenis ibadah, yaitu: ibadah khasanah dan ibadah „ammah.

10
Adapun prinsip dalam melaksanakan ibadah sebagai berikut, yaitu ibadah
itu taqfiyah, ibadah yang tulus kepada Allah, perlunya ibadah yang dilandasi
dengan rasa cinta, dll.

B. Saran

Demikian penjabaran dari makalah ini dan kami sadari masih banyak
kelemahan dan kekurangan dari makalah ini. Agar makalah ini menjadi lebih
bermanfaat kami menyarankan agar teman-teman semua untuk dapat
berpartisipasi aktif sehingga kelemahan dan kekurangan yang dimaksud dapat
diperbaiki bersama. Semoga makalah ini mampu membantu pembelajaran
dalam mata kuliah Fiqih Ibadah. Untuk selanjutnya di harapkan kami dapat
memperbaiki serta membuat makalah lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 2020. Fiqih Ibadah. Sleman: CV Budi Utami.


Aizid, Rizem. 2018. Fiqih Keluarga Lengkap. Yogyakarta: Laksana.
Al Haddar, Gamar. 2017. Konsep Ibadah dalam Islam. Bondowoso: Kaafah
Learning Center.
Al Nahlawi, Abdurrahman. 1996. Pendidikan islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Ritonaga, Rahman dan Zainuddin. 1997. Fiqih Ibadah. Jakarta: Gaya Media
Pratama.

Sahriansyah. 2014. Ibadah dan Akhlak. Banjarmasin: IAIN Antasari Press.


Saleh, Hasan. 2008. Kajian Fiqih Nabawi dan Kontemporer. Jakarta: Karisma
Putra Utama Ofset.
Sholahuddin, Muhammad dan Siti Sulaikho. 2021. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah.
Jombang: LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah.
Zulkifli, Fikih dan Prinsip Ibadah dalam Islam, Jurnal Fikih dan Ibadah dalam
Islam, Vol. 02.

12

Anda mungkin juga menyukai