Anda di halaman 1dari 29

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

IBADAH DAN SOLUSINYA

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah

Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing:

Ustadz Mubarok, S.Hum, Lc, M.Pd

Disusun oleh:

Agniya Nafisa (201.371.019)

Ummu Khadijah (201.371.043)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MADANI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022/ 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Ta’ala atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kapita
Selekta Pendidikan Agama Islam Dalam Ibadah Dan Solusinya”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Agama
Islam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu pada mata kuliah
ini, Ustadz Mubarok, S.Hum, Lc, M.Pd yang telah membantu dan membimbing penulis
dalam mempelajari materi tersebut. Begitu juga ucapan terima kasih kepada orang
tua yang telah membantu baik moral maupun materi, dan juga teman-teman yang
telah menyemangati dan mendukung penulis dalam menyusun makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi
bahasa, penyusunan, dan penulisan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun agar dapat menjadi evaluasi untuk ke depannya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis terlebih bagi para pembaca.

Yogyakarta, 6 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1


B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 1
C. TUJUAN ........................................................................................................................ 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

A. Rukun Islam ........................................................................................................... 3


B. Makna ibadah secara bahasa dan istilah ................................................... 12
C. Syarat diterimanya ibadah .............................................................................. 13
D. Ibadah wajib ........................................................................................................ 14
E. Ibadah yang berkaitan dengan muamalah ............................................... 15
F. Ibadah sunnah ..................................................................................................... 18
G. Penyebab manusia malas beribadah........................................................... 18
H. Pembatal-pembatal dalam ibadah ............................................................... 21
BAB III .................................................................................................................................. 24

PENUTUP .............................................................................................................................. 24

SIMPULAN...................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan pesatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi di dunia yang serba modern ini, tentu akan mempengaruhi kehidupan
di masyarakat. Kebutuhan masyarakat yang ingin hidup serba modern dan selalu
mengikuti trend perkembangan zaman menimbulkan berbagai problem dalam
masalah baik dari sisi mu’amalah maupun ibadah pada khususnya. Dalam
makalah ini kami menyoroti beberapa kasus yang perlu dibahas sehingga mampu
memecahkan problem yang ada.

Sebelum membahas tentang problematika yang terjadi dalam ibadah serta


solusinya, kami menjelaskan beberapa hal, yaitu: rukun islam, ibadah wajib dan
sunnah dalam agama islam, serta ibadah yang berkaitan dengan muamalah.

Adapun permasalahan yang kami soroti dalam makalah ini antara lain
tentang hukum penggunaan obat pengatur siklus haid, penggunaan mukena
potongan, dan penggunaan eskalator dalam melaksanakan ibadah sa’i. Adapaun
alasan utama kami membahas masalah tersebut tidak lain untuk mencari solusi
dari masalah yang banyak terjadi dan dilakukan oleh kalangan masyarakat
awam, sehingga dengan adanya pembahasan dari uraian masalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua umat dalam rangka upaya menjadi masyarakat
islami yang hakiki.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan rukun islam?

1
2. Apa makna ibadah secara bahasa dan istilah?

3. Apa saja syarat diterimanya ibadah?

4. Apa saja ibadah yang wajib?

5. Apa saja ibadah yang berkaitan dengan muamalah?

6. Apa saja ibadah yang sunnah?

7. Apa saja yang menyebabkan manusia malas beribadah?

8. Apa saja pembatal dalam ibadah?

C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah adalah:

1. Untuk mengetahui rukun islam

2. Untuk mengetahui makna ibadah secara bahasa dan istilah

3. Untuk mengetahui syarat diterimanya ibadah

4. Untuk mengetahui ibadah wajib

5. Untuk mengetahui ibadah yang berkaitan dengan muamalah

6. Untuk mengetahui ibadah sunnah

7. Untuk mengetahui menyebabkan manusia malas beribadah

8. Untuk mengetahui pembatal-pembatal dalam ibadah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rukun Islam

Rukun islam adalah pokok-pokok ajaran yang wajib dilaksanakan oleh umat
Islam dengan syarat serta waktu yang telah ditentukan dalam hukum
syara’.Terdapat hadist yang menjelaskan tentang rukun islam yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari. Berikut lafal hadits tentang rukun Islam dan artinya.
Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun atas lima: Bersaksi bahwasanya tidak
ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, haji, dan puasa ramadhan.” [HR. al-Bukhari]
Rukun islam ada 5, yaitu dua kalimat syahadat, menegakkan shalat,
melaksanakan puasa, menunaikan zakat, dan berhaji apabila mampu. Berikut
penjelasan selengkapnya:

1) Dua kalimat syahadat


Syahadat bersal dari bahasa Arab dengan akar kata “syahida-
yashadu-syhadatan dengan arti “kesaksian, bersaksi”. Syhadat yakni
kenyataan yang disertai penetapan dan toleransi lalu Tuhan Adalah Allah
dan Muhammad. Ialah utusan Allah. Penetapan ini perlu diikuti dengan
toleransi atas segala petunjuk Allah dan Rasulnya sehingg merupakan
penuntun hidup.
Pengertian syahadat menurut etimologi maupun terminologi
menerapkan bahwa ketika mengatakan dan membenarkan syahadat
muslim perlu mempunyai tiga kelakuan yaitu memberi kesaksian, lisan,
serta melihat, dan keterangan itu berlandaskan akidah.
Sedangkan menurut istilah syahadat ialah ungkapan, janji, dan
sumpah umat yang beriman kepada Allah dan Rasul nya, dengan:

3
1. Membenarkan diri dalam hati
2. Diakui dengan lisan
3. Meyakinkan dengan perbuatan

Syahadat mempunyai sebagian kandungan penetahuan yakni:


1. Penetapan ialah sebuah ungkapan yang bersepakat dengan
keyakinan. Seorang muslim yang pernah berjanji berarti ia
mempunyai kewajiban untuk meluruskan dan mengusahakan apa
yang pernah dinyatakan-Nya.
2. Sumpah ialah sebuah ungkapan keharuaan atau mendapat
kesempatan apapun setelah ungkapan tersebut.
3. Janji adalah suatu ungkapan untuk melakukan apapun bertara
dengan yang pernah dipertanyakan.
4. Persaksian adalah sebuah kejadian menyaksikan, atau merupakan
saksi berdasarkan apa yang dinyatakan (sumpah, janji, baik, dan
ikrar).

2) Mendirikan shalat
Shalat secara bahasa berarti doa. Sedangkan menurut istilah syara’
sholat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu,
yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Sholat
wajib juga disebut juga dengan sholat fardlu atau shalat maktubah yang
berarti sholat yang harus dikerjakan orang Islam yang telah memenuhi
syarat.
➢ Rukun Sholat
• Niat
• Berdiri jika mampu
• Takbiratul Ikhram
• Membaca surat al-fatihah
• Ruku` dan tuma`ninah
• I`tidal dan tuma`ninah
• Sujud dan tuma`ninah

4
• Duduk diantara dua sujud dan tuma`ninah
• Duduk tasyahud akhir
• Membaca tasyahud akhir
• Membaca shalawat kepada Nabi
• Membaca salam pertama
• Tertib

➢ Rukun sholat tersebut dibagi menjadi dua, yaitu:


1) Rukun qauli, yaitu rukun yang berupa ucapan (contoh: Takbiratul
ikhram, membaca surat al-fatihah, membaca tasyahud akhir,
membaca salam)
2) Rukun fi`li, yaitu rukun yang berupa gerakan (contoh: sujud,
ruku`, I`tidal dll).

➢ Syarat Syah Sholat


1) Suci badan dari hadats besar dan kecil
2) Allah tidak menerima sholat seseorang diantara kamu yang
berhadats sehingga dia berwudhu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
3) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
4) Menutup aurat. Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut,
sedang aurat perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali
kedua telapak tangan dan wajah.
5) Telah masuk waktu sholat
6) Menghadap kiblat

➢ Syarat Wajib Sholat


• Islam
• Baligh. Batasan baligh dalam Islam adalah :
- Bagi laki-laki telah keluar sperma atau mimpi basah
- Bagi perempuan telah keluar darah haid
• Berakal, tidak gila atau mabuk.
• Suci dari haid dan nifas bagi perempuan.

5
• Telah sampai dakwah kepadanya
• Terjaga, tidak sedang tidur.

➢ Yang Membatalkan Sholat


a) Berbicara dengan sengaja
b) Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut)
c) Berhadats
d) Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja
e) Terbuka auratnya
f) Merubah niat
g) Membelakangi kiblat, kecuali sedang diatas kendaraan.
h) Makan dan minum
i) Tertawa
j) Murtad

3) Menunaikan puasa
Menurut bahasa, pengertian puasa ialah menahan diri. Sedangkan
menurut syara’ pengertian puasa yaitu menahan diri dari segala sesuatu
yang dapat membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya
matahari.

Pengertian puasa secara etimologi, as-shaum yang artinya ialah


menahan. Arti shaum sendiri menurut istilah syariat adalah menahan diri
pada siang hari dari beberapa hal yang dapat membatalkan puasa.

Dapat diartikan bahwa puasa ialah menahan diri dari syahwat perut
dan syahwat kemaluan, serta segala bentuk benda konkret yang masuk
ke dalam rongga di tubuh contohnya seperti obat dan sejenisnya. Selain
itu berpuasa juga harus dilandasi dengan niat dan ketentuan-ketentuan
yang sudah Allah tetapkan.

6
Syarat untuk melaksanakan ibadah puasa yaitu beragama islam,
berakal, dan tidak sedang dalam haid dan nifas. Tak lupa disertai dengan
niat atau kehendak dari hati untuk melakukan perbuatan secara pasti
tanpa ada rasa bimbang.

➢ Rukun dan Syarat Puasa;


Puasa terdiri dari dua rukun. Dari dua rukun inilah hakikat puasa
terwujud. Dua rukun tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan
firman Allah “maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa
yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga
jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam,
yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang)
malam.”
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 187.

2) Niat
Dasar diwajibkannya niat adalah firman Allah dalam surat Al-
Bayyinah ayat 5.
Artinya: “padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya
menyembah Allah Dengan mengikhlaskan Ibadat kepadaNya, lagi
tetap teguh di atas tauhid; dan supaya mereka mendirikan
sembahyang serta memberi zakat. dan Yang demikian itulah agama
Yang benar.”

➢ Hal-Hal yang Membatalkan Puasa;


1) Memasukkan sesuatu benda ke dalam rongga badan.
2) Muntah dengan sengaja
3) Mengeluarkan mani
4) Melakukan wati’ (bersetubuh) pada faraj dan dubur dengan
sengaja dan

7
5) Mengetahui haramnya

4) Menunaikan zakat
Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya menyucikan. Zakat
adalah bentuk sedekah kepada umat islam. Zakat diperlakukan dalam
islam sebagai kewajiban atau seperti pajak. Meskipun zakat diwajibkan
bagi umat islam, tidak semua orang bisa berzakat. Ada beberapa syarat
untuk berzakat, misalnya memiliki harta yang cukup atau tidak
kekurangan.

Dalam pandangan Islam, memberikan hartanya kepada orang lain


yang membutuhkan bisa mensucikan jiwa mereka dan juga sebagai
pengingat bahwa harta itu bukanlah milik mereka, namun milik Allah yang
dititipkan kepada mereka. Umat Islam percaya bahwa semakin banyak
memberi maka Allah akan memberikan nya berkali-kali lipat di akhirat.

➢ Hukum Zakat
Di dalam Al-Quran, amalan tentang zakat disebutkan beberapa kali.
Seperti dalam surat Al-Araf ayat 156, orang-orang yang akan diberi
kebahagiaan di akhirat adalah orang yang menunaikan zakat, ayat
tersebut berbunyi,
“Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat.
Sungguh, kami kembali (bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman,
“Siksa-Ku akan Aku timpa kan kepada siapa yang Aku kehendaki dan
rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-
Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.”

➢ Jenis-Jenis Zakat;
1) Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang harus dibayarkan bagi
seorang muslim yang sudah mampu untuk menunaikannya dan

8
berkecukupan. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan satu
kali dalam setahun. Waktu membayar zakat fitrah umumnya
dilakukan pada bulan ramadhan, biasanya menunaikan zakat fitrah
dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri. Selain itu, yang
membedakan zakat fitrah dengan zakat yang lainnya adalah, zakat
fitrah diharuskan untuk ditunaikan sebelum melaksanakan sholat
Idul Fitri.

2) Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat harta. Sesuatu dapat disebut dengan
harta apabila memenuhi syarat-syarat tertentu seperti dapat
dimiliki, disimpan atau dikuasai, dapat diambil manfaatnya sesuai
dengan harta tersebut. Contoh dari harta misalnya rumah, mobil,
tanah, hewan ternak, emas dan perak.

➢ Syarat Zakat;
Seperti yang sudah dijelaskan berdasarkan pengertian zakat, maka
untuk melakukan zakat harus mengikuti beberapa syarat. Berikut
adalah syarat wajib untuk menunaikan zakat:
1) Islam
2) Merdeka
3) Mukallaf atau akil baligh atau sudah dewasa
4) Tidak punya hutang
5) Memiliki harta yang cukup
6) Harta milik sendiri

➢ Rukun-Rukun Zakat;
1) Niat
Ketika menunaikan zakat, hendaknya niat untuk berzakat. Hal ini
untuk mengingatkan kita bahwa kita berzakat semata-mata hanya
untuk Allah.

9
➢ Harta yang dizakatkan
Berikut adalah harta-harta yang wajib dizakatkan dalam zakat mal:
a. Emas dan Perak adalah logam mulia. Islam menggangap logam mulia
seperti emas dan perak sebagai harta yang dapat berkembang. Cek,
deposito, saham atau surat berharga lainnya termasuk dalam kategori
emas dan perak yang bisa dizakatkan. Rumah, tanah, kendaraan, juga
termasuk kategori emas dan perak yang bisa dizakatkan.
b. Binatang Ternak yang wajib untuk dizakatkan adalah hewan-hewan
ternak yang besar seperti sapi, kambing, kerbau, unta, ayam.
c. Hasil Pertanian yang wajib dizakatkan adalah hasil tumbuh-tumbuhan
yang memiliki nilai ekonomis. Hasil pertanian yang bisa dizakatkan
adalah adalah umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan
lain-lain.
d. Harta Perniagaan adalah semua yang digunakan dalam jual-beli.
Contoh dari harta perniagaan adalah alat-alat, perhiasan, pakaian.
Perniagaan atau perdagangan yang dilakukan bisa melalui perorangan
atau perusahaan besar.
e. kekayaan Laut dan hasil pertambangan adalah benda-benda yang
berasal dari dalam perut bumi dan bisa juga dizakatkan karena
memiliki nilai ekonomis. Hasil-hasil dari perut bumi itu meliputi minyak
bumi, tembaga, timah, batubara. Kekayaan laut yang bisa dizakatkan
yaitu mutiara, dan ambar.
f. Rikaz adalah harta yang sudah terpendam lama sejak zaman dahulu.
Salah satu contoh rikaz atau harta terpendam adalah harta karun.
Harta rikaz yang ditemukan tentunya tidak boleh ada pemiliknya maka
baru boleh dizakatkan.

Untuk zakat fitrah bisa berupa uang, beras, kurma atau gandum dengan
berat 2.5 kg.

10
5) Menunaikan haji

Haji menurut bahasa adalah berkunjung ketempat yang agung,


sedangkan menurut istilah adalah berziarah ke tempat tertentu pada
waktu-waktu tertentu untuk melakukan amalan-amalan tertentu dengan
niat ibadah. Definisi berziarah ketempat tertentu, yaitu berkunjung ke
Baitullah (Ka'bah), Padang Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Haji dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan waktu
pelaksanaannya. Ada yang datang terlebih dahulu, ada yang datang
berdekatan di bulan Zulhijjah.

➢ Hukum Haji
Setelah mengenali pengertian haji, kamu juga harus mengetahui
hukumnya dalam Islam. Pergi haji hukumnya wajib bagi setiap orang
Muslim dewasa yang telah memenuhi syarat.
Syarat yang dimaksud adalah mampu secara fisik, ilmu, dan
mampu secara ekonomi untuk mengadakan perjalanan ke Baitullah,
Arab Saudi, minimal satu kali dalam seumur hidup.
Kewajiban melaksanakan haji bagi yang mampu ini didasarkan
pada firman Allah pada Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 97 sebagai
berikut:
"Dan kewajiban manusia (kepada Allah) bagi yang sudah mampu
melaksanakan ibadah haji, adalah segera dengan segera
menunaikannya."

➢ Waktu Pelaksanaan Haji


Sebagai umat Islam perlu mengenali waktu pelaksaan ibadah haji.
Untuk melaksanakan ibadah haji, bisa dilakukan setiap satu tahun
sekali. Pelaksanaan ibadah haji waktunya terbatas, yaitu pada saat
waktu awal bulan Syawal sampai Hari Raya Iduladha di bulan
Dzulhijjah.

11
➢ Rukun Haji
Rukun haji merupakan sebagian amalan (perbuatan) yang tidak
boleh ditinggalkan oleh seseorang pada saat ia sedang melaksanakan
ibadah haji, dan apabilah rukun haji tersebut ada yang tidak
dekerjakan, maka hajinya tidak sah. Syekh Abdullah Abdurrahman
Bafadhal al-Hadlrami berkata:
"Rukun-rukun haji ada lima, yaitu niat ihram, wuquf di Arafah, tawaf,
sa’i dan memotong rambut. Dan rukun-rukun umrah ada empat yaitu
ihram, tawaf, sa’i dan memotong rambut." (Syeh Abdullah
Abdurrahman Bafadhol al-Hadlrami, Busyra al-Karim Bi Syarhi Masa-il
at-Ta’lim Ala al-Muqaddimah al-Hadlrasmiyah, Dar al-Fikr, juz 2, hal.
55)
Kelima rukun ini harus dilakukan seluruhnya guna memenuhi
keabsahan ibadah haji yang dilakukan. Jika tidak bisa melaksanakan
seluruh rukun haji ini dikarenakan satu dan lain hal, nilai ibadah haji
akan berkurang.

➢ Kewajiban Haji
Kewajiban ibadah haji ada lima. Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari
berkata:
"Kewajiban-kewajiban haji yaitu ihram dari miqat, menginap di
Muzdalifah dan Mina, tawaf wada’ dan melempar batu." (Syekh
Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari, Qurrah al-Aini, al-Haramain, hal. 210)

B. Makna ibadah secara bahasa dan istilah

Ibadah (‫ )العبادة‬secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta


tunduk. Sedangkan menurut istilah syar’I (terminologi), ibadah mempunyai banyak
pengerian atau definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi diantara lain
adalah:

12
1) Ibadah adalah taat kepada Allah ta’ala dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya.
2) Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah azza wa jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang
paling tinggi.
3) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai oleh Allah azza wa jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
dzahir (nampak) maupun yang bathin (sembunyi). Yang ketiga ini adalah
pengertian ibadah atau definisi yang paling lengkap.

Dan dari pengertian ibadah yang paling lengkap dan yang sering dipakai
oleh para ulama adalah yang ketiga. Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan,
dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta),
tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah
qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid
dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan
hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah
(fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan
dengan amalan hati, lisan dan badan.

C. Syarat diterimanya ibadah

Syarat-syarat diterimanya ibadah ada dua yaitu ikhlas dan sesuai dengan
petunjuk Rasulullah. Dalil yang menunjukkan akan hal ini adalah firman Allah
Ta’ala dalam Q.S Al-Kahfi ayat 110:
Artinya: “Katakanlah: ”Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: ”Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. (QS, Al-Kahfi:110)

13
➢ Ikhlas
Yaitu mengerjakan amal ibadah murni hanya kepada Allah Ta’ala saja
bukan kepada yang lain. Orang yang ikhlas tidak pernah suka dipuji oleh
manusia dan tidak akan pernah berharap apa yang ada ditangan manusia.
Amalan yang tidak ikhlas tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana
firman Allah dalam surat Bayyinah ayat 5:
Artinya: ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan keta’atan pada-Nya dalam (menjalankan)agama dengan
lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang
demikian itulah agama yang lurus.”

➢ Mutaba’ah
Yaitu amalan ibadah tersebut hendaklah sesuai dengan apa yang
diajarkan Rasulullah. Sesuai dengan sabda Rasulullah dalam Riwayat Muslim
yang artinya:”Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada asalnya
dari agama kita maka amalan itutertolak”.(HR.Muslim)
Siapa yang beribadah menyelisihi petunjuk Rasulullah, maka ibadahnya
akan melenceng dari kebenaran, seperti pendapat Ibnu Taimiyyah:
Barangsiapa yang menjauhi dalil maka ia telah sesat jalan, dan tidak ada dalil
kecuali dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah (dalam kitab Miftah Dar
As Sa’adah).

D. Ibadah wajib

Pengertian ibadah merupakan bentuk manifestasi penghambaan manusia


kepada Allah Sang Pencipta. Ibadah bukan hanya kegiatan atau ritual yang
dilakukan tanpa makna. Ibadah juga termasuk bentuk rasa syukur manusia
kepada Allah atas semua kebaikan dan berkah yang telah diberikan. Seperti
dalam Surat An Nahl ayat 18, Allah berfirman, “Dan, jika kamu menghitung-

14
hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya (karena
banyaknya). Sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Penyayang.”
Pengertian ibadah juga berarti bentuk membangun komunikasi antara
manusia dan Sang Penciptanya. Dengan beribadah, semua makhluk ciptaan Allah
dapat mendekatkan diri, berkomunikasi, dan kembali kepada-Nya saat sedang
menghadapi ujian atau cobaan. Sebab, hanya Allah dengan segala kekuatannya
yang mampu membimbing setiap hambanya menuju jalan kebaikan.
Ibadah yang diwajibkan artinya, ibadah yang jika dikerjakan mendapat
pahala tidak dikerjakan berdosa, seperti salat lima waktu, puasa pada bulan
Ramadan.

E. Ibadah yang berkaitan dengan muamalah

Muamalah adalah suatu perkara atau urusan yang mengatur hubungan


antar sesama manusia. Baik secara individu maupun berkelompok. Asal katanya
adalah amala, ya'malu dengan wazan fa'alu, ya'filu yang artinya saling bertindak,
berbuat, dan mengamalkan, dikutip dari Buku Ajar Fiqih Muamalah Kontemporer
karya Taufiqur Rahman.
Pengertian muamalah menurut fiqh Islam adalah kegiatan tukar menukar
barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya.
Seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, pinja meminjam, urusan
bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Tujuan muamalah adalah untuk menciptakan suatu kehidupan
bermasyarakat yang tenteram, damai, makmur, dan sejahtera. Pasalnya,
manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dan membutuhkan
bantuan orang lain. Allah secara tegas berfirman dalam surat Al Ma'idah ayat 2:

ِ ‫َىَاْل ِْْثَوالْع ْدو‬ ِ ِ‫واَعلَىَال‬


َ‫ان‬ َ ُ َ ِْ ‫واَعل‬ َ ُ‫َۖوََلَتَ َع َاون‬
َ َ‫َوالتَّ ْق َو ٰى‬
َ ‫ْبر‬ َ ُ‫َوتَ ََع َاون‬

15
Artinya: "... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan..."

Berdasarkan ayat di atas, tolong menolong yang diperintahkan oleh Allah


adalah tolong menolong dalam kebaikan. Salah satunya dalam memenuhi
kebutuhan hidup sesama. Sebab itu, manusia diperintahkan Allah untuk menggali
semua sumber ekonomi yang ada di bumi dengan saling bermuamalah.
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, muamalah adalah
urusan tukar menukar sesuatu dalam fiqh Islam. Sebab itu terbagi dalam
beberapa jenisnya yang perlu diketahui.

1) Muamalah jual beli


Menurut syariat agama, muamalah jual beli adalah kesepakatan tukar
menukar benda untuk memiliki benda tersebut selamanya. Jual beli yang
dibenarkan sesuai dengan firman Allah surat Al Baqarah ayat 275 adalah
sebagai berikut,
ِ ‫َِبَ ََّّنُمَ قَالُواَ إِ ََّّنَاَالْب يع‬ َ ِ‫سََۚ ٰذَل‬ ِ َّ ُ‫وم َالَّ ِذيَيَتَ َخبَّطُه‬ ِ
ِ‫َمثْ ُل ر‬
ََۗ‫َالرََب‬ ُ َْ ْ ِ‫ك‬ ‫َالش ْيطَا ُنَم َنَال َْم ِر‬ ُ ‫ومو َنَ إََِّلَ َك َماَيَ ُق‬
ُ ‫ََلَيَ ُق‬ ِ‫ََيْ ُكلُو َن ر‬
َ ‫َالرََب‬ َ ‫الَّذ‬
َ ‫ين‬

ُ َ‫ابَالنَّا ِر‬
َ‫َۖه ْم‬ ُ ‫َص َح‬ َ ِ‫ادَ فَأُوٰلَئ‬
ْ ‫كَ أ‬ َ ‫َع‬
َ ‫َۖوَم ْن‬ ََِّ ‫َوأ َْم ُرهَُ إِ ََل‬
َ َ‫َاَّلل‬ َ ‫َف‬
َ ‫اَسل‬
َ ‫َم‬
ِ ‫َمن‬
َ ُ‫َربِرهَ فَانْ تَ َه ٰىَفَلَه‬
ِ ِ ُ‫َالرَبَۚ َفَمنَجاءه‬
َ َ َ ْ َ َِ‫َو َح َّرَم ر‬
َ ْ ٌ‫َم ْوعظَة‬ َّ َّ‫َحل‬
َ ‫َاَّللَُالْبَ ْي َع‬ َ ‫َوأ‬

‫فِ َيهاَ َخالِ ُدو َن‬

Artinya: "Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang
demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba.
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa
yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya."
Rukun jual beli ada tiga yakni, ada penjual dan pembeli, ada uang dan
barang yang diperjualbelikan, dan terakhir ada ijab qobul. Rasulullah pernah

16
bersabda mengenai muamalah jual beli, "Sesungguhnya jual beli itu hanya
sah jika suka sama suka."
(HR. Ibnu Hibban).

2) Muamalah utang piutang


Utang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada
seseorang dengan catatan akan dikembalikan pada waktu kemudian. Dengan
cara tidak mengubah keadaannya.
Contoh muamalahnya adalah utang Rp 100 ribu di kemudian hari harus
melunasinya sebesar Rp 100 ribu pula. Menurut agama Islam, memberi utang
kepada seseorang dianggap sebagai tindakan menolong yang sangat
dianjurkan.
Rukun utang-piutang ada tiga di antaranya adalah yang berpiutang dan
yang berutang, harta atau barang, dan lafadz kesepakatan.

3) Muamalah sewa menyewa


Menurut fiqh Islam, sewa menyewa disebut dengan ijārah. Maknanya
adalah imbalan yang harus diterima oleh seseorang atas jasa yang
diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan pikiran, tempat
tinggal, atau hewan.
Dasar hukum muamalah ijarah atau sewa menyewa tertuang dalam
surat Al Baqarah ayat 233,
ِ ‫ََبلْمعر‬ ِ
َ‫وف‬ َ ‫اَسلَّ ْمتُ ْم‬
ُ ْ َ ِ ‫َماَآتَ ْي تُ ْم‬ َ َ‫َعل َْي َُك ْمَإِذ‬
َ ‫اح‬ ُ ‫َوإِ ْنَأ ََر ْد ُُْتَأَ ْنَتَ ْس ََْتضعُواَأ َْوََل َد ُك ْمَفَ ََل‬
َ َ‫َجن‬
Artinya: "..Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang
patut..."

Rukun muamalah sewa menyewa adalah orang yang menyewakan,


orang yang menyewa, barang yang disewa, dan sigat (bebicara langsung dan
melalui orang yang terpercaya untuk mewakili).

17
F. Ibadah sunnah

Ibadah sunnah adalah ibadah yang tidak diwajibkan, jika dikerjakan


mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan tidak berdosa. Ibadah-ibadah sunnah
fungsinya menyempurnakan kekurangan yang ada pada ibadah-ibadah wajib.
Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari berkata, “Orang muslim yang paling
utama adalah orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah yang telah
ditinggalkan (manusia), maka bersabarlah wahai para pencinta sunnah
(Rasulullah), karena sesungguhnya kalian adalah orang yang paling sedikit
jumlahnya (di kalangan manusia).”
Berikut ini adalah amalan sunnah harian yang selalu dikerjakan Nabi
Muhammad: Sholat Thajud, membaca Al Quran, sholat berjamaah di masjid,
solat Dhuha, senantiasa bersedekah, senantiasa menjaga wudhu, dan amalan
Istigfar setiap saat.

G. Penyebab manusia malas beribadah

1) Bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat.


Penyebab utama seseorang malas dalam beribadah adalah karena
orang tersebut bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat.
Terkhusus dosa kecil yang sering diremehkan dan dilupakan kebanyakan
manusia. Padahal salah satu sebab lesu, malas, dan meremehkan ibadah
dan ketaatan. Orang yang terus menerus hidup dalam kebiasaan seperti ini
bakan mendapatkan murka dari Allah.
Salah satu bentuk murka Allah tersebut adalah dengan
dilenyapkannya manisnya iman dan Allah tidak akan mengkaruniakan
kepadanya kelezatan dalam ketaatan.Inilah murka Allah yang akan
menimpa orang yang bergelimang perbuatan dosa dan maksiaat.
Selanjutnya orang tersebut tidak mampu untuk mengerjakan ketaatan dan
ibadah, padahal sebenarnya semua itu menjadi jalan untuk mendapatkan

18
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah ta'ala berfirman dalam surat Asy-
Syura:30:
Yang artinya: "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri." (QS, Asy-Syura:30)
Oleh sebab itu, sudah seharusnya sebagai kaum muslim kita
menjauhi perbuatan maksiat dan dosa-dosa kecil sering dianggap remeh.

2) Tidak pernah paham tentang urgensi ibadah.


Penyebab orang malas untuk beribadah yang kedua adalah karena
mereka meluakan urgensi ibadah. Di antara bentuk kelalaian seseorang
karena ia lupa bahwa ia adalah seorang makhluk yang lemah. Padahal
sebenarnya hanya Allah-lah yang membuat ia menjadi kuat dan bisa
mengerjakan ibadah.
Sebagai seorang muslim, dia seharusnya mengetahui serta
memahami bahwa beribadah kepada Allah menjadi inti untuk mendapatkan
bantuan dan pertolongan dari Allah ta'ala. Allah Ta’ala berfirman dalam QS,
Al-Ankbut:69
َ‫اه ُد ْوا َوالَّ ِذيْ َن‬ ِ َّٰ ‫ي لَم َع‬
َ ‫َّه َْم فِ ْي نَا َج‬ ِ
ُ ‫اللَ َوا ََّن ُسبُ لَنَاَ لَنَ ْهديَن‬ ِِ
َ َ ََْ ‫ال ُْم ْحسن‬

Artinya: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaannya)


kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik." (QS, Al-Ankbut:69)

3) Melupakan Kematian
Melupakan kematian adalah salah satu penyebab seseorang malas
melakukan ibadah. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk memperbanyak
mengingat kematian agar lebih rajin dalam beribadah.
Allah berfirman dalam QS. Ali Imran:185:
ۤ ِ
َ ‫ِح فَ َم ْنَ َال ِْق ٰي َم َِة يَ ْوََم اُ ُج ْوَرُك َْم تُ َوفَّ ْو َن َواِ ََّّنَا ال َْم ْو‬
َ‫ت ذَا ِٕى َق َةُ نَ ْفسَ ُكل‬ ََ ‫ا ْْلَٰيوَةُ َوَما َفَا َز فَ َق َْد ا ْْلَنَّةَ َواُ ْد ِخ ََل النَّا َِر َع ِنَ ُز ْحز‬

‫اعُ اََِّّل الدنْ يََا‬


َ َ‫الْغُُرْوَِر َمت‬

19
Artinya : "Tiap-tiap berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu." (QS. Ali Imran:185).
Kematian menjadi salah satu obat bagi orang yang panjang angan-
angan, orang yang keras hatinya dan mereka yang banyak dosa. Oleh sebab
itu Rasulullah Shallallahu Alain wassalam Bersabda "perbanyaklah
mengingat penghancur kenikmatan"

4) Tidak tahu besarnya pahala suatu ibadah


Penyebab lainnya seseorang malas melakukan ibadah adalah karena
mereka tidak mengetahui besarnya pahala yang akan diperoleh karena
suatu ibadah. Ketidaktahuan inilah yang membuat orang tersebut malas
dalam beribadah. Sebaliknya, apabila ia mengetahui pahala besar di balik
ibadah yang dilakukan maka ia akan semakin rajin dalam beribadah.

5) Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah


Alasan terakhir seseorang malas melakukan ibadah adalah karena ia
berlebih-lebihan dalam melakukan suatu mubah. Yaitu dalam hal makanan,
minuman, pakaian, dan kendaraan serta yang lainnya.
Hal yang demikian ini membuatnya malas untuk melakukan ibadah
dan lebih berkeinginan untuk istirahat dan tidur. Berlebih-lebihan dalam
melakukan sesuatu yang mubah seperti makanan dan minuman bisa
menjadi salah satu penyebab kerasnya hati. Dengan hati yang keras
tersebut membuat manusia menjadi tidak ingat kepada sang penciptanya.
Ibnu Al Qoyyim Rohimahullah berkata "banyak mengkonsumsi
makanan adalah sebuah penyakit yang akan menimbulkan keburukan,
banyak makan dapat menjerumuskan anggota badan untuk melakukan
maksiat, dan berat untuk melakukan ketatan. Maka cermatilah keburukan
ini"

20
H. Pembatal-pembatal dalam ibadah

Mazhab Salaf ash-Shalih dalam pembatal-pembatal amal, mereka telah


menetapkan bahwa pembatalan yang bersifat hakiki (maksudnya pembatalan
sesuatu yang bersifat keseluruhan), adalah pembatalan iman oleh kufur, syirik,
riddah(murtad), dan nifak. Dan bahwa pembatalan yang bersifat nisbi tidak
menghapuskan iman secara keseluruhan, seperti batalnya sebagian ibadah dengan
sebab maksiat, atau kurangnya pahala dengan sebab yang lain.
Pembatal-pembatal Amal Ibadah yang Paling Pokok Adalah:
1) Kufur, SyiRik, Murtad, dan Nifak
Allah ‫ ﷻ‬Berfirman :
۟ ِ‫اخرة‬ ۟
‫بَٱلنَّا َِر‬
ُ ‫َص َٰح‬ َ ِ‫َوأُوٰلَئ‬
ْ ‫كَ أ‬
ِ ْ ‫َِفَٱلدنْياَو‬
َ َ َ‫ٱلء‬ َ َ ْ ‫َحبِط‬
ِ ‫َتَ أَ ْع َٰمل ُُه ْم‬ َ ‫ك‬َ ِ‫َو ُه َوَ َكافِ ٌرَ فَأُوٰلَئ‬
َ‫ت‬ ْ ‫نَدينِ ِهۦَفَ يَ ُم‬ ِ ِ
ِ َ‫َمن ُكمَع‬
ْ ‫َ َوَمنَيَ ْرتَ َد ْد‬
َ‫ُه ْمَفِ َيهاَ َٰخلِ ُدون‬

"Barangsiapa yang murtad di antara kalian dari agamanya, laluu mati


dalam keadaan kafir, maka mereka itu sia-sia semua amal mereka di dunia
dan akhirat, dan mereka itu adalah para penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya."(Al-Baqarah:217).

Allah ‫ ﷻ‬Berfirman :
ِ ْ ‫ُكَولَتَ ُكونَ َّن َِمن‬ َ ِ‫ين َِم ْنَقَ ْبل‬
َ ‫كَلَئِ ْنَأَ ْش َرْك‬ ِ ِ ‫ولَ َق ْدَأ‬
َ ‫َاْلَاس ِر‬
َ‫ين‬ َ َ َ ‫َع َمل‬
َ ‫َن‬
َّ ‫تَلَيَ ْحبَط‬ َ ‫َوإِ ََلَالَّذ‬
َ‫ك‬ َ ‫ُوح َيَإِل َْي‬ َ
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan juga nabi-nabi
yang sebelummu, ' jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan
terhapus lah amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi". (Az-Zumar:65).

Allah ‫ ﷻ‬Berfirman :
ِ ْ ‫َاْل ِخرةِ َِمن‬ ِ َ‫ومنَي ْك ُفرَ ِِب ِْْلمي‬
ِ َ ‫انَفَ َق ْد‬
َ ‫َاْلَاس ِر‬
َ‫ين‬ َ َ ْ ‫َو ُه َو َِِف‬
َ ُ‫َحبطََعَ َملُه‬ ْ َ ْ ََ
"Barangsiapa yang kafir sedudah beriman, maka terhapuslah
amalnya, dan dia di akhirat termasuk dari orang-orang yang merugi."(Al-
Ma'idah:5)

21
Dalil-dali yang shahih menegaskan bahwa orang kafir jika masuk
Islam, maka amal shalih yang pernah dilakukannya di masa sebelum Islam
akan beguna untuknya. Adapun orang yang mati berpegang teguh pada
kekufurannya, maka amalnya tidak akan berguna baginya, bahkan
dihapuskan disebabkan kekufurannya itu, tetapi ia akan diberikan balasan
atas amal shalihnya menurut syara' di dunia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


ََِِّ ‫اَع ِمل َِِب‬ ِ ِ ‫ىَِب‬
ِ َ‫َوأ ََّماَالْ َكافِرَفَ يطْعم َِِب‬.ِ‫ْلخرة‬ ِ ‫َإِ َّنَهللاَّلََيظْلِم‬
‫اَلل‬ َ َ َ ‫َم‬ َ ‫سنَات‬
َ َُ ُ ُ َ َ ْ‫اَِفَا‬َِ ‫اَوُُْي َز‬ ِ َ‫َيُ ْعطَىَ ِِب‬،ً‫سنَة‬
َ َ‫اَِفَالدنْ ي‬ َ ‫اَح‬
َ ً‫َم ْؤمن‬
ُُ َ َ
ِ ‫َُي َز‬ ِ ِ
‫ىَِبَا‬ ُْ ٌ‫سنَة‬ َ ُ‫ضىَإِ ََلَاْْلخ َرةَ ََلَْيَ ُك ْنَلَه‬
َ ‫َح‬ َ ْ‫َح ََّّتَإِذَاَأَف‬،‫ا‬
َ َ‫ِفَالدنْ ي‬.ِ

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menzhalimi satu kebaikan


pun dari seorang mukmin, diberi dengannya di dunia dan dibalas
dengannya di akhirat. Adapun orang kafir diberi makan dengan kebaikan
yang dilakukannya karena Allah di dunia sehingga jika tiba akhirat,
kebaikannya tersebut tidak akan dibalas.”

2) Riya'
Allah ‫ ﷻ‬Berfirman :
ِ ِِ ‫َهمَعَن‬ ِ ِ ‫فَويلَلِلْم‬
٧(َ‫)َوميَْنَ عُو َنَال َْماعُو َن‬
َ ٦(ََ‫َه ْمَيُ َراءُو َن‬ َ ‫)َالَّذ‬٥(َ‫اهو َن‬
ُ ‫ين‬ ُ ‫َس‬
َ ‫َصالِت ْم‬ َ ‫)َالَّذ‬٤(َ‫ّي‬
َ ْ ْ ُ ‫ين‬ َ ‫صل‬
َ ُ ٌ َْ

"Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai


terhadap shalatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberikan)
bantuan." (Al-Ma'un:4-7).

3) Menyebut-Nyebut Serta Menyakiti ( Perasaan Penerima Infak) Setelah


Memberi
Allah ‫ ﷻ‬Berfirman :
‫للَ َوالْيَ ْوِمَ ْاْل ِخ َِر‬
َِّ ‫َّاسَ وَّلَ ي ْؤِمنَ ِِب‬ ِ ِ ِ
ُ ُ َ ِ ‫ص َدقَات ُك ْمَ ِِبل َْم ِّن َ َو ْاْلَذَ ٰىَ َكالَّذيَ يُنْف ُقَ َمالَهَُ ِرََئءََ الن‬
ِ َ ُ‫َََيَ أَي هاَ الَّ ِذينَآمن‬
َ َ‫واَّلَ تُ ْبطلُوا‬ َ َ َ َ
ِ ِ ِ
َ ‫اللُ ََّلَيََ ْهديَالْ َق ْو َمَالْ َكاف ِر‬
َ‫ين‬ َّ ‫َو‬
َ َ‫سبُوا‬ ٰ ‫َصلْ ًداَ ََّلَيَ ْق ِد ُرو َنَعَل‬
َ ‫َىَ َش ْيءَِمََّاَ َك‬ َ ُ‫َوابِ ٌلَفَ َََتَكه‬
َ ُ‫َصابَه‬ ٌ ‫َص ْف َوانَعَلَيْ ِهَتُ َر‬
َ ‫ابَفَأ‬ َ ‫فَ َمثَلُهَُ َك َمثَ ِل‬

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan


(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
22
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
(Al-Baqrah:264).

4) Meninggalkan Shalat Ashar Kerena Malas Hingga Waktunya Habis


Imam Bukhari telah meriwayatkan, no. 553, dari Buraiah bin Hushaib
Al-Aslamy radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
‫َحبِطََعَ َملُه‬
َ ‫َفَ َق ْد‬،َ‫ص ِر‬
ْ َ‫َص َالةََالْع‬
َ ‫َم ْنَتَ َر َك‬

"Siapa yang meninggalkan shalat Ashar, maka amalnya akan gugur."

Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya, no.


26946, dari Abu Darda radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ُحبِطََعَ َملُهَُ(وصححهَالشيخَاْللباينَرمحهَهللاَِفَ"صحيحَالَتغي‬
‫ب‬ َ ‫ص ِر َُمتَ َع ِّم ًد‬
ْ ‫َفَ َق ْدَأ‬،َُ‫َح ََّّتَتَ ُفوتَه‬،َ‫ا‬ ْ ‫َص َالةََال َْع‬
َ ‫َ َم ْنَتَ َر َك‬

‫ب‬
َ ‫والَتهي‬

"Siapa yang meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja hingga habis


waktunya, maka amalnya akan gugur." (Dinyatakan shahih oleh Al-Albany
rahimahullah dalam Shahih Targhib dan Tarhib)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, "Berakhirnya


waktu Ashar (tanpa kita melakukan shalat Ashar pada waktu itu) lebih besar
dari ketinggalan perkara lainnya, sesungguhnya dia adalah Ash-Shalat Al-
Wushto yang mendapatkan peringatan khusus untuk kita pelihara. Inilah
yang diwajibkan kepada orang sebelum kita, namun mereka menyia-
nyiakannya." (Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, 22/54).

23
BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

• Rukun islam ada 5, yaitu dua kalimat syahadat, menegakkan shalat, melaksanakan
puasa, menunaikan zakat, dan berhaji apabila mampu.
• Ibadah yang diwajibkan artinya, ibadah yang jika dikerjakan mendapat pahala tidak
dikerjakan berdosa, seperti salat lima waktu, puasa pada bulan ramadan. Dan ibadah
sunnah adalah ibadah yang tidak diwajibkan, jika dikerjakan mendapat pahala dan
jika tidak dikerjakan tidak berdosa.
• Muamalah adalah suatu perkara atau urusan yang mengatur hubungan antar
sesama manusia. Pengertian muamalah menurut fiqh Islam adalah kegiatan tukar
menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang
ditempuhnya.
• Hukum penggunaan obat penunda haid untuk ibadah adalah mubah, dan makruh
apabila hanya ingin menyempurnakan puasa ramadlan, karena dianggap malas
mengqadla di luar ramadlan, dan haram apabila itu dapat membawa madlarat bagi
dirinya.
• Cara menutup aurat bagi kaum wanita pada saat shalat adalah dengan tertutupnya
seluruh anggota tubuh selain wajah dan telapak tangan dari segala arah selain
bawah telapak kaki. Sehingga terlihatnya dagu, leher, pergelangan tangan atau
lengan, saat shalat memakai mukena potongan dapat membatalkan shalat. Kecuali
jika ia tergolong orang awam.
• Tindakan pemerintah Arab Saudi dapat dibenarkan, karena bertujuan untuk member
kemudahan kepada jamah yang tidak mampu berjalan kaki. Dengan demikian,
kebijakan pemerintah Saudi adalah kebijakan yang sesuai dengan prinsip maslahah
bagi rakyatnya. Dan Hukum pelaksanaan sa’i dengan eskalator tanpa berjalan kaki
terjadi khilaf. Menurut imam Abu Hanifah, hal tersebut tidak diperbolehkan, jika
dilakukan, maka sa’i harus diulangi. Jika tidak lagi memungkinkan untuk
mengulanginya, maka wajib membanyar dam. Sedang menurut Imam Mujahid,
diperbolehkan kalau memang dlarurat. Dan menurut kalangan Syafi’iyah mutlak
diperbolehkan, namun termasuk hal yang menyalahi keutamaan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adi, C. (2022, Februari 13). 7 amalan sunnah harian yang selalu dilakukan nabi
Muhammad, apa saja? Portal Jogja.com. Dipetik Maret 14, 2023, dari
https://portaljogja.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-253723347/7-amalan-
sunnah-harian-yang-selalu-dilakukan-nabi-muhammad-saw-apa-saja
Ahmad. (2021). Pengertian Zakat: Hukum, Jenis, Syarat, Rukun dan Hikmah Berzakat.
Dipetik Maret 14, 2023, dari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-
zakat/
Arofta. (2021, Januari 18). Pengertian ibadah menurut bahasa arab dan istilah syar'i.
Pengertian ibadah menurut bahasa arab dan istilah syar'i.
Harbani, R. I. (2021, Oktober 25). Muamalah adalah perkara sesama manusia. Apa saja
jenisnya? Dipetik Maret 14, 2023, dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5781301/muamalah-adalah-perkara-sesama-manusia-apa-saja-jenisnya
Iskandar. (2012). Pembatal-pembatal amal. Pembatal-pembatal amal.
Lima penyebab utama seorang malas melakukan ibadah. (2020, Mei 19). Lima
penyebab utama seorang malas melakukan ibadah.
Nuraini. (2023, Februari 22). Rukun Islam. Dipetik Maret 14, 2023, dari
https://kabar24.bisnis.com/read/20230222/79/1630736/rukun-islam-
pengertian-hadits-makna-dan-urutannya
Prabandari, A. I. (2022, Februari 17). Pengertian Ibadah dan Tujuannya dalam Islam,
Perlu Diketahui. Dipetik Maret 14, 2023, dari
https://www.merdeka.com/jateng/pengertian-ibadah-dan-tujuannya-dalam-
islam-perlu-diketahui-kln.html
Shalat wajib: Pengertian, Rukun, Syarat Sah, Syarat Wajib dan Yang Membatalkan
Shalat. (2022, Desember 6). Dipetik Maret 14, 2023, dari https://an-
nur.ac.id/shalat-wajib-pengertian-rukun-syarat-sah-syarat-wajib-dan-yang-
membatalkan-shalat/
Syarat diterimanya ibadah. (2023, Februari 4). Syarat diterimanya ibadah.

25
Wiktionary ibadah wajib. (2011, Desember 29). Dipetik Maret 14, 2023, dari Wiktionary:
https://id.wiktionary.org/wiki/ibadah_wajib
Yuda, A. (2021, April 20). Pengertian Haji, Hukum, Waktu Pelaksanaan, Rukun, Serta
Kewajiban yang Perlu Diketahui. Dipetik Maret 14, 2023, dari
https://www.bola.com/ragam/read/4535774/pengertian-haji-hukum-waktu-
pelaksanaan-rukun-serta-kewajiban-yang-perlu-diketahui

26

Anda mungkin juga menyukai