Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IBADAH

Disusun Oleh:

Kelompok V

Fitriani 105461201123

Herdayanti 105461201523

PRODI PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Ibadah” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas oleh Bapak Dr. Mawardi Pewangi, M.Ag, pada mata
kuliah “Al Islam ke Muhammadiyahan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mawardi Pewangi,


M.Ag, selaku dosen pengampu pada mata Al Islam ke Muhammadiyahan yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang telah kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar 30 Desember 2023

Penulis,

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN ..........................................................................................3
A. Hakikat Ibadah .............................................................................................3
B. Ruang Lingkup Ibadah .................................................................................4
C. Fungsi Ibadah ...............................................................................................5
D. Macam-macam Ibadah .................................................................................7
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................9
A. Kesimpulan ..................................................................................................9
B. Saran .............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang individu yang mengakui ke-Islaman, kita semua memahami


bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki tujuan dan maksud yang telah
ditentukan. Kehadiran manusia, yang diciptakan oleh Allah SWT, tidak terjadi
tanpa alasan dan tidak tanpa tujuan. Alam semesta ini diciptakan dengan maksud
tertentu, begitu juga dengan matahari, bumi, bulan, tumbuh-tumbuhan, dan semua
unsur dalam alam semesta ini. Termasuk yang hidup maupun yang mati, baik yang
diam maupun yang bergerak, semuanya memiliki tujuan penciptaan yang terkait.

Dalam konteks penciptaan manusia di bumi, tujuan utamanya adalah untuk


senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Sebagai makhluk yang lemah, kita
menyadari bahwa esensi ibadah memiliki peran sangat penting dalam kehidupan
setiap individu. Setiap bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah memiliki
tujuan khusus dan di dalam pelaksanaannya terdapat hikmah yang luar biasa.

Setiap tindakan ibadah yang dilakukan oleh manusia dijanjikan pahala dan
kebijaksanaan yang sangat istimewa oleh Allah SWT. Makalah ini akan
menguraikan mengenai Ibadah beserta penjelasannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami
angkat yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan ibadah?
2. Bagaimana ruang lingkup ibadah ?
3. Apa fungsi ibadah?
4. Apa saja macam-macam ibadah ?

1
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan-rumusan masalah sebelumnya, tujuan penulisan
makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hakikat ibadah!
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana ruang lingkup ibadah !
3. Untuk mengetahui fungsi ibadah!
4. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam ibadah !

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Ibadah

Dari segi bahasa, istilah "ibadah" memiliki makna ketaatan (al-tha'ah) dan
ketauladan (al-khudlu). Ubudiyah, pada dasarnya, mengacu pada tindakan tunduk
dan merendahkan diri. Kata "ibadah" berasal dari bahasa Arab dan secara etimologi
berarti tunduk, patuh, serta merendahkan diri, yang menurut Yusuf Qarḑawy dapat
diartikan sebagai ketaatan, kepatuhan, dan penghinaan diri di hadapan Yang Maha
Kuasa. Dengan demikian, dalam penggunaan bahasa Arab, "ibadah" lebih khusus
mengacu pada hubungan dengan Allah, sesuai dengan konsep ibadah tersebut.
Hasbi As-Shiddiqi menginterpretasikan ibadah sebagai tunduk, patuh, mengikuti,
dan merendahkan diri, sekaligus memiliki makna doa.

Secara terminology para ahli mendefinisikan arti Ibadah ini, dengan melihat
dari berbagai disiplin ilmunya masing-masing. Oleh karenanya maka rumusan-
rumusan arti ibadah dapat dikemukakan sebagai berikut:

Menurut Ikrimah, seorang ahli hadis, menyatakan bahwa ibadah memiliki


makna yang sama dengan tauhid. Lebih jelasnya, Ikrimah menyatakan bahwa
"setiap kata 'ibadah' dalam Al-Qur'an diartikan sebagai tauhid”. Menurut para ahli
fiqh (fuqaha), ibadah merujuk pada segala bentuk ketaatan yang dilakukan untuk
mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat. Dan Menurut
Ulama Tasawuf mengartikan ibadah dengan membaginya menjadi tiga bentuk.
Pertama, ibadah kepada Allah dilakukan karena sangat mengharap pahala atau
karena takut akan siksaan-Nya. Kedua, ibadah kepada Allah karena dianggap
sebagai perbuatan mulia dan dilakukan oleh jiwa yang mulia. Ketiga, ibadah kepada
Allah karena dianggap bahwa Allah berhak disembah, tanpa memperhatikan apa
yang akan diterima atau diperoleh sebagai balasannya.

3
Yusuf Qardhawi mengemukakan bahwa ibadah merupakan kewajiban dari apa
yang disyariatkan Allah SWT yang disampaikan oleh para rasul-Nya dalam benyuk
perintah dan larangan. Kewajiban itu muncul dari lubuk hati orangyang mencintai
Allah SWT. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan akal
dari makhluk lainnya (Q.S At Tiin). Dengan agama, hidup manusia menjadi
bermakna. Makna agama terletak pada fungsinya sebagai kontrol moral manusia.
Melalui ajaran- ajarannya, agama menyuruh manusia agar selalu dalam keadaan
sadar dan menguasai diri

Berlandaskan pada beberapa definisi yang telah disampaikan oleh beberapa ahli
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ibadah adalah istilah yang melibatkan
segala tindakan yang Allah sukai dan ridai, baik itu dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan, baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun yang tersembunyi.
Tujuan utamanya adalah untuk memuliakan Allah dan berharap mendapatkan
imbalan (pahala) dari-Nya.

B. Ruang Lingkup ibadah

Islam memiliki keistimewaan yang luar biasa karena mengubah setiap aspek
kehidupan manusia menjadi bentuk ibadah apabila dilakukan dengan niat yang
tulus karena Allah, dengan tujuan mencapai keridhaan-Nya, dan mematuhi syarat-
syarat yang ditetapkan. Islam tidak membatasi cakupan ibadah hanya pada aspek-
aspek tertentu; sebaliknya, seluruh dimensi kehidupan manusia dianggap sebagai
arena perbuatan amal dan persiapan lokal bagi para Mukmin sebelum mereka
menghadapi pertanggungjawaban di Hari Pembalasan.

Menurut Ibnu Taimiyah ada 4 ruang lingkup ibadah mencakup semua bentuk
cinta dan kerelaan kepada Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan, lahir
maupun batin termasuk dalam pengertian ini adalah şalat, zakat, haji, benar dalam
pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orangtua, menjalin
silaturrahmi, memenuhi janji, amar maruf nahi munkar, jihad terhadap orang kafir,
berbuat baik pada tetangga, anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil, berdoa, zikir,
baca Al-qur’an, rela menerima ketentuan Allah dan lain sebagainya.

4
Taimiyah berpendapat bahwa ibadah diklasifikasikan dan dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori.

a. Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syari’at seperti: şalat, puasa, zakat dan


Haji.
b. Berhubungan dengan (tambahan dari) kewajiban di atas dalam bentuk ibadah-
ibadah sunnat, seperti: żikir, membaca al-qur‟an, do‟a dan istighfar
c. Semua bentuk hubungan social yang baik serta peme-nuhan hak-hak manusia,
seperti: berbuat baik kepada orangtua, menjalin silaturrahmi, menyantuni anak
yatim, fakir miskin dan ibn sabil.
d. Akhlak insaniyah (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara,
menjalankan amanah dan menepati janji.
e. Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti mencintai Allah dan rasul-
Nya, takut kepada Allah, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya.
f. Kelompok tersebut dapat dikelasifikasikan secara lebih khusus yaitu ibadah
umum dan ibadah khusus; Ibadah umum mempunyai cakupan yang sangat luas,
yaitu meliputi segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan
sulit untuk mengemukakan sistematikanya; Akan tetapi ibadah khusus
ditentukan oleh syara‟ (naş) tentang bentuk dan caranya.

C. Fungsi ibadah

Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk
beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak
hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang
nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan
harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan
karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan
hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah
kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai

5
pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah
dalam Islam, yaitu:

a. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.


Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan
melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak
akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta menyandarkan
segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah ikrar seorang
muslim seperti tertera dalam Al-Quran surat Al-Fatihah ayat 5 yang artinya: “Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.” Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan
terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.
b. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur’an ketika berbicara tentang fungsi
ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.
Dalam ayat ini Al-Qur’an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah
dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu
perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat diharapakan
manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut.
c. Melatih diri untuk berdisiplin

Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau
membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya
kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma’ruf nahi munkar”, maka

6
ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah
SWT.

D. Macam-macam Ibadah Ditinjau dari Berbagai Segi

Macam-macam ibadah ditentukan oleh dasar pembagiannya: Ditinjau dari segi


ruang lingkupnya dapat dibagi kepada dua macam:

a. Ibadah khȃşşah; yaitu ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaanya telah
ditetapkan oleh naş, seperti: şalat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya.
b. Ibadah „ȃmmah; yaitu semua pernyataan dan perbuatan yang baik, dilakukan
dengan niat yang baik, semata-mata karena Allah (ikhlas), seperti: makan,
minum, bekerja, berbuat kebaikan kepada orang lain dan sebagainya.

Dilihat dari segi bentuk dan sifatnya ibadah dibagi kepada 4 (empat) macam:

a. Ibadah yang berupa perkataan atau berupa ucapan lidah, seperti: tasbih, takbir,
tahlil, do‟a, tadarus Al-qur‟an, menya- huti orang yang sedang bersin, azan,
istiqamah dan lain sebagainya.
b. Ibadah yang berupa perbutan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti:
menolong orang yang tenggelam, jatuh, menyelenggarakan pengurusan
janazah, membela diri dari gangguan orang lain, dan sebagainya.
c. Ibadah yang dalam pelaksanaannya berupa menahan diri, seperti: puasa, I‟tikȃf
(menahan diri dari jima‟) dan bermubasyarah (bergaul dengan istri), wuquf di
Arafah, Ihram, menahan diri untuk menggunting rambut dan kuku ketika haji.
d. Ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti: membe- baskan orang yang
berhutang dari hutangnya, memaafkan kesalahan dari orang yang bersalah .

Dilihat dari segi waktunya terdiri dari 11 macam:

a. Muadda‟ yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang telah ditetapkan oleh
syara‟. Seperti melaksanakan shalat 5 waktu yang masih dalam batas waktu
yang ditetapkan, sehingga şalatnya disebut ada‟.
b. Maqḑi, yaitu ibadah yang dikerjakan setelah melampaui batas waktu yang
ditetapkan oleh syara‟; Ibadah ini merupakan pengganti dari ibadah yang

7
tertinggal, baik dengan sengaja atau tidak, seperti tertinggal karena sakit, dalam
perjalanan dan tertidur; Pelaksanaan ibadah ini disebut qaḑa‟.
c. Mu‟ad, yaitu ibadah yang dikerjakan dengan diulangi sekali lagi dalam
waktunya untuk menambah kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat
secara berjama‟ah dalam waktunya setelah melaksanakannya secara munfarid/
sen-dirian pada waktu yang sama.
d. Muțlaq, yaitu ibadah yang sama sekali tidak dikaitkan waktunya oleh syara‟
dengan suatu waktu yang terbatas, seperti membayar kaffȃrat, sebagai
hukuman bagi yang melanggar sumpah.
e. Muwaqqat, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara‟ dengan waktu tertentu dan
terbatas, seperti şalat lima waktu, bahkan termasuk puasa di bulan Ramadhan.
f. Muwassa’, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan kewajiban yang di- tuntut pada waktu itu, seperti şalat
lima waktu. Artinya seseorang diberikan hak mengerjakan şalatnya diawal
waktu, dipertengahan dan diakhirnya, asalkan setelah selesai di-kerjakan
belum berakhir waktunya.
g. Muḑayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sebanyak dan atau sepanjang yang
diparḑukan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan ramaḑan, hanya
dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak boleh dikerjakan puasa yang lain
pada waktu itu.
h. Mu’ayyan, yaitu seperti ibadah tertentu yang dituntut oleh syara‟ seperti
kewajiban atas perintah şalat, sehingga tidak boleh diganti dengan ibadah lain
sebagai alternatif pilihan-nya.
i. Mukhayyar, yaitu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang diperintahkan.
Seperti kebolehan memilih antara beristinja‟ dengan air atau dengan batu; atau
memilih kaffȃrat sumpah dengan memberi makan orang miskin atau dengan
memerdekakan hamba sahaya.
j. Muhaddad, yaitu ibadah yang dibatasi kadarnya oleh syara‟ seperti şalat
fardhu, zakat.
k. Ghairu muhaddad, yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh syara‟,
seperti mengeluarkan harta dijalan Allah, memberi makan orang musafir.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah, dalam konteks Islam, merupakan manifestasi ketaatan dan ketauladan


yang melibatkan tindakan tunduk dan merendahkan diri sebagai bentuk hubungan
antara manusia dengan Sang Pencipta. Istilah "ibadah" berasal dari bahasa Arab,
merujuk pada tindakan yang dilakukan dengan niat ikhlas, patuh, dan mengikuti
perintah Allah SWT.

Fungsi ibadah dalam Islam sangat penting. Selain menjalin hubungan antara
hamba dan Tuhannya, ibadah juga berperan dalam mendidik mental manusia,
mengingatkan akan kewajiban sosialnya, dan melatih diri untuk berdisiplin. Fungsi-
fungsi ini merefleksikan integritas dan kedalamannya sebagai bagian integral dari
kehidupan sehari-hari.

Dalam memahami ibadah, dapat dilihat berbagai macamnya berdasarkan


ruang lingkup, bentuk, sifat, dan waktu. Pembagian ini membantu menggambarkan
keberagaman dalam menjalankan ibadah, baik yang bersifat wajib maupun sunnat,
serta mencakup semua aspek kehidupan dan aktivitas.

B. Saran

Melalui eksplorasi mengenai Ibadah, diharapkan pembaca dapat mendapatkan


pemahaman yang lebih mendalam tentang signifikansi dan urgensi ibadah. Ini
karena Islam menghadirkan suatu keistimewaan yang mengagumkan, yaitu
mengubah setiap aspek kehidupan manusia menjadi bentuk ibadah, asalkan
dilakukan dengan niat yang tulus karena Allah. Oleh karena itu, diharapkan
pembaca dapat membentuk pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana
menjalankan ibadah secara nyata dalam rutinitas kehidupan sehari-hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 2020. Fiqih Ibadah. Yogyakarta:Deepublish Publisher

Abror, Khoirul. 2019. Fiqih Ibadah. Bandar lampung:Phoenix Publisher

Fanani, Sholihin, Mustaqim Fadhil dan Sholihul Huda. 2020. AIK 2 (Ibadah,
Akhlak Dan Muamalah). Surabaya:Pusat Pengkajian Al-Islam
KeMuhammadiyahan) Universitas Muhammadiyah Surabaya

10

Anda mungkin juga menyukai