IBADAH
Disusun Oleh:
Kelompok V
Fitriani 105461201123
Herdayanti 105461201523
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Ibadah” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas oleh Bapak Dr. Mawardi Pewangi, M.Ag, pada mata
kuliah “Al Islam ke Muhammadiyahan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis,
Kelompok V
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tindakan ibadah yang dilakukan oleh manusia dijanjikan pahala dan
kebijaksanaan yang sangat istimewa oleh Allah SWT. Makalah ini akan
menguraikan mengenai Ibadah beserta penjelasannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami
angkat yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan ibadah?
2. Bagaimana ruang lingkup ibadah ?
3. Apa fungsi ibadah?
4. Apa saja macam-macam ibadah ?
1
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan-rumusan masalah sebelumnya, tujuan penulisan
makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hakikat ibadah!
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana ruang lingkup ibadah !
3. Untuk mengetahui fungsi ibadah!
4. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam ibadah !
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Ibadah
Dari segi bahasa, istilah "ibadah" memiliki makna ketaatan (al-tha'ah) dan
ketauladan (al-khudlu). Ubudiyah, pada dasarnya, mengacu pada tindakan tunduk
dan merendahkan diri. Kata "ibadah" berasal dari bahasa Arab dan secara etimologi
berarti tunduk, patuh, serta merendahkan diri, yang menurut Yusuf Qarḑawy dapat
diartikan sebagai ketaatan, kepatuhan, dan penghinaan diri di hadapan Yang Maha
Kuasa. Dengan demikian, dalam penggunaan bahasa Arab, "ibadah" lebih khusus
mengacu pada hubungan dengan Allah, sesuai dengan konsep ibadah tersebut.
Hasbi As-Shiddiqi menginterpretasikan ibadah sebagai tunduk, patuh, mengikuti,
dan merendahkan diri, sekaligus memiliki makna doa.
Secara terminology para ahli mendefinisikan arti Ibadah ini, dengan melihat
dari berbagai disiplin ilmunya masing-masing. Oleh karenanya maka rumusan-
rumusan arti ibadah dapat dikemukakan sebagai berikut:
3
Yusuf Qardhawi mengemukakan bahwa ibadah merupakan kewajiban dari apa
yang disyariatkan Allah SWT yang disampaikan oleh para rasul-Nya dalam benyuk
perintah dan larangan. Kewajiban itu muncul dari lubuk hati orangyang mencintai
Allah SWT. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan akal
dari makhluk lainnya (Q.S At Tiin). Dengan agama, hidup manusia menjadi
bermakna. Makna agama terletak pada fungsinya sebagai kontrol moral manusia.
Melalui ajaran- ajarannya, agama menyuruh manusia agar selalu dalam keadaan
sadar dan menguasai diri
Berlandaskan pada beberapa definisi yang telah disampaikan oleh beberapa ahli
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ibadah adalah istilah yang melibatkan
segala tindakan yang Allah sukai dan ridai, baik itu dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan, baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun yang tersembunyi.
Tujuan utamanya adalah untuk memuliakan Allah dan berharap mendapatkan
imbalan (pahala) dari-Nya.
Islam memiliki keistimewaan yang luar biasa karena mengubah setiap aspek
kehidupan manusia menjadi bentuk ibadah apabila dilakukan dengan niat yang
tulus karena Allah, dengan tujuan mencapai keridhaan-Nya, dan mematuhi syarat-
syarat yang ditetapkan. Islam tidak membatasi cakupan ibadah hanya pada aspek-
aspek tertentu; sebaliknya, seluruh dimensi kehidupan manusia dianggap sebagai
arena perbuatan amal dan persiapan lokal bagi para Mukmin sebelum mereka
menghadapi pertanggungjawaban di Hari Pembalasan.
Menurut Ibnu Taimiyah ada 4 ruang lingkup ibadah mencakup semua bentuk
cinta dan kerelaan kepada Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan, lahir
maupun batin termasuk dalam pengertian ini adalah şalat, zakat, haji, benar dalam
pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orangtua, menjalin
silaturrahmi, memenuhi janji, amar maruf nahi munkar, jihad terhadap orang kafir,
berbuat baik pada tetangga, anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil, berdoa, zikir,
baca Al-qur’an, rela menerima ketentuan Allah dan lain sebagainya.
4
Taimiyah berpendapat bahwa ibadah diklasifikasikan dan dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori.
C. Fungsi ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk
beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak
hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang
nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan
harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan
karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan
hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah
kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai
5
pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah
dalam Islam, yaitu:
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau
membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya
kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma’ruf nahi munkar”, maka
6
ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah
SWT.
a. Ibadah khȃşşah; yaitu ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaanya telah
ditetapkan oleh naş, seperti: şalat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya.
b. Ibadah „ȃmmah; yaitu semua pernyataan dan perbuatan yang baik, dilakukan
dengan niat yang baik, semata-mata karena Allah (ikhlas), seperti: makan,
minum, bekerja, berbuat kebaikan kepada orang lain dan sebagainya.
Dilihat dari segi bentuk dan sifatnya ibadah dibagi kepada 4 (empat) macam:
a. Ibadah yang berupa perkataan atau berupa ucapan lidah, seperti: tasbih, takbir,
tahlil, do‟a, tadarus Al-qur‟an, menya- huti orang yang sedang bersin, azan,
istiqamah dan lain sebagainya.
b. Ibadah yang berupa perbutan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti:
menolong orang yang tenggelam, jatuh, menyelenggarakan pengurusan
janazah, membela diri dari gangguan orang lain, dan sebagainya.
c. Ibadah yang dalam pelaksanaannya berupa menahan diri, seperti: puasa, I‟tikȃf
(menahan diri dari jima‟) dan bermubasyarah (bergaul dengan istri), wuquf di
Arafah, Ihram, menahan diri untuk menggunting rambut dan kuku ketika haji.
d. Ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti: membe- baskan orang yang
berhutang dari hutangnya, memaafkan kesalahan dari orang yang bersalah .
a. Muadda‟ yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang telah ditetapkan oleh
syara‟. Seperti melaksanakan shalat 5 waktu yang masih dalam batas waktu
yang ditetapkan, sehingga şalatnya disebut ada‟.
b. Maqḑi, yaitu ibadah yang dikerjakan setelah melampaui batas waktu yang
ditetapkan oleh syara‟; Ibadah ini merupakan pengganti dari ibadah yang
7
tertinggal, baik dengan sengaja atau tidak, seperti tertinggal karena sakit, dalam
perjalanan dan tertidur; Pelaksanaan ibadah ini disebut qaḑa‟.
c. Mu‟ad, yaitu ibadah yang dikerjakan dengan diulangi sekali lagi dalam
waktunya untuk menambah kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat
secara berjama‟ah dalam waktunya setelah melaksanakannya secara munfarid/
sen-dirian pada waktu yang sama.
d. Muțlaq, yaitu ibadah yang sama sekali tidak dikaitkan waktunya oleh syara‟
dengan suatu waktu yang terbatas, seperti membayar kaffȃrat, sebagai
hukuman bagi yang melanggar sumpah.
e. Muwaqqat, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara‟ dengan waktu tertentu dan
terbatas, seperti şalat lima waktu, bahkan termasuk puasa di bulan Ramadhan.
f. Muwassa’, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan kewajiban yang di- tuntut pada waktu itu, seperti şalat
lima waktu. Artinya seseorang diberikan hak mengerjakan şalatnya diawal
waktu, dipertengahan dan diakhirnya, asalkan setelah selesai di-kerjakan
belum berakhir waktunya.
g. Muḑayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sebanyak dan atau sepanjang yang
diparḑukan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan ramaḑan, hanya
dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak boleh dikerjakan puasa yang lain
pada waktu itu.
h. Mu’ayyan, yaitu seperti ibadah tertentu yang dituntut oleh syara‟ seperti
kewajiban atas perintah şalat, sehingga tidak boleh diganti dengan ibadah lain
sebagai alternatif pilihan-nya.
i. Mukhayyar, yaitu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang diperintahkan.
Seperti kebolehan memilih antara beristinja‟ dengan air atau dengan batu; atau
memilih kaffȃrat sumpah dengan memberi makan orang miskin atau dengan
memerdekakan hamba sahaya.
j. Muhaddad, yaitu ibadah yang dibatasi kadarnya oleh syara‟ seperti şalat
fardhu, zakat.
k. Ghairu muhaddad, yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh syara‟,
seperti mengeluarkan harta dijalan Allah, memberi makan orang musafir.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi ibadah dalam Islam sangat penting. Selain menjalin hubungan antara
hamba dan Tuhannya, ibadah juga berperan dalam mendidik mental manusia,
mengingatkan akan kewajiban sosialnya, dan melatih diri untuk berdisiplin. Fungsi-
fungsi ini merefleksikan integritas dan kedalamannya sebagai bagian integral dari
kehidupan sehari-hari.
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Fanani, Sholihin, Mustaqim Fadhil dan Sholihul Huda. 2020. AIK 2 (Ibadah,
Akhlak Dan Muamalah). Surabaya:Pusat Pengkajian Al-Islam
KeMuhammadiyahan) Universitas Muhammadiyah Surabaya
10