Puji syukur Penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang ibadah ini
tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi Penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik,
namun Penulis pun menyadari bahwa kami memiliki adanya keterbatasan kami
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf serta
kritik dan saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan
oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam
pengetahuan kita bersama.
Kendal, 7 September
2022
Penulis
1
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar.........................................................................................................1
Daftar isi...................................................................................................................2
Bab 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah.......................................................................................3
B. Rumusan
Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan
Masalah...............................................................................4
Bab 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah................................................................................................5
B. Hakikat Ibadah.....................................................................................................7
Bab 3 PENUTUP
2
A. Kesimpulan........................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ibadah merupakan unsur mutlak dalam agama. Agama yang intinya adalah
keyakinan tentang adanya zat yang berkuasa di atas alam raya, dan kerinduan
manusia untuk mengagumkan dan berhubungan dengan-Nya, melahirkan berbagai
macam cara pengabdian, pemuIaan dan ibadah. Dalam pelaksanaannya pun
mempunyai cara yang berbeda beda. Misalnya, para penganut kepercayaan
animisme memuIa roh yang dipercaya mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
manusia. Meraka yang beragama dinamisme memuja kekuatan yang terdapat pada
benda-benda tertentu yang dianggap kramat, misalnya benda-benda alam seperti
matahari dan bintang-bintang. Sedangkan kaum paganis memuIa berhala-berhala
sebagai peragaan dari dewa-dewa gaib, dan lain sebagainya.
Sejak dilahirkan di dunia, kita telah membawa beberapa kecenderungan
alami yang tidak berubah. Salah satunya ialah mengabdi kepada Yang Maha
Kuasa sekaligus mengagungkan-Nya. Karena itu, perpindahan dari satu bentuk
‘Ubudiyyah ke bentuk Ubudiyyah yang lain dapat dilihat sebagai tindakan
substitutif belaka. Sebab, kenyataannya hampir tidak seorangpun yang bebas
sepenuhnya dari bentuk ekspresi pengagungan bernilai ibadah dan ketundukan.
3
Jika seseorang tidak melakukan suatu bentuk ibadah tertentu, Ia pasti sedang
melakukan bentuk ibadah yang lain. Oleh karena itu, Allah mengajarkan bahwa
pentingnya diutus para rasul untuk memberi petunjuk tentang siapa yang berhak
disembah dan bagaimana cara melakukan penyembahan kepada-Nya. Allah
berfirman dalam surat An-Nahl ayat 36, yang berbunyi:
َو َلَقْد َبَع ْثَنا ِفْي ُك ِّل ُاَّمٍة َّر ُسْو اًل َا اْع ُبُدوا َهّٰللا َو اْج َتِنُبوا الَّطاُغ ْو َۚت
ِن
” Sesungguhnya telah Kami utus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk
mengajarkan), beribadahlah kamu sekaliankepada Allah, dan hindarilah
penyembahan kepada selain Allah “
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
4
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. PENGERTIAN IBADAH
Ibadah berasal dari kata arab ‘ibadah jamaknya lafadz ‘ibadat yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukan dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama
kita kenal dengan istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpin makna
kekurangan, kehinaan dan kerendahan.
Ibadah juga bisa diartikan dengan taat yang artinya patuh, tunduk dengan
setunduk-tunduknya, artinya mengkuti semua perintah Allah Swt dan menjauhi
semua larangan yang dikehendaki oleh Allah Swt. Karena makna asli ibadah
adalah menghamba, dapat pula diartikan sebagai bentuk perbuatan yang
menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Swt. Dalam kitab Al-Hidayah jilid
kesatu dikatakan makna ibadah adalah :
العبادة هي التقّ رُ ب الى هلال تعالى بإِ متثاِ ل اوامِر ه واْ جتشناِ ب نوهيِ ه والعماُ ل بما أَذ ن بِ ه الشرُع
“ ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan cara melaksanakan
semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai izin
dari pembuat syariat (Al-Hkim, Allah)”.
Konsep ibadah menurut Abdul Wahab adalah konsep tentang seluruh
perbuatan lahiriah maupun batiniah, jasmani dan rohani yang di cintai dan di
5
ridhoi oleh Allah Swt. Ibadah juga diartikan sebagai hubungan manusia dengan
yang diyakini kebesaran dan kekuasaannya. Artinya, jika yang diyakini
kebesarannya adalah Allah, maka menghambakan diri kepada Allah. Dalam surat
Al-Fatihah ayat 5 Allah Swt berfirman :
6
B. HAKIKAT IBADAH
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس اْع ُبُد ْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن
7
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk
dan jenismakhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang-orang yang benar-benar mengerti kehidupan
adalah yang mengisiwaktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik
dengan melaksanakan perintahmaupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itu
tujuan hidupnya akan terwujud.
8
Akhlak Insaniyah, yakni yang bersifat kemanusiaan. Contoh
menjalankan amanah, menepati janji, benar dalam berbicara, dan lain
sebagainya.
Akhlak Rabbaniyah (bersifat ketuhanan) yakni mencintai Allah dan
RasulNya, takut kepada Allah, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya.
Dari kelima kelompok diatas, dapat diklasifikasikan lebih khusus, yakni
ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umu ini memiliki cakupan yang
sangat luas, yakni segala bentuk amal kebajikan yang dilakukan dengan niat
ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Sedangkan ibadah
khusus ditentukan oleh syara’ (nas) tentang bentuk dan caranya.
2. Sistematika Ibadah
Thaharoh
Shalat
Penyelenggaraan jenazah
Zakat
Puasa
Haji dan Umrah
I’tikaf
Sumpah dan Kaffarah
Nadzar
Qurban dan Aqiqah
1. Tujuan Ibadah
Ada lima tujuan yang dicapai melalui pelaksanaan ibadah:
1. Memuji Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang mutlak,
seperti ilmu, kekuasaan,dan kehendak-Nya. Artinya, kesempurnaan
sifat-sifat Allah tak terbatas, tak terikat syarat,dan meniscayakan-Nya
tanpa membutuhkan yang lain.
9
2. Menyucikan Allah dari segala cela dan kekurangan, seperti
kemungkinan untuk binasa,terbatas, bodoh, lemah, kikir, semena-
mena, dan sifat-sifat tercela lainnya
3. Bersyukur kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan yang kita
dapatkan berasal dari- Nya, sedangkan segala sesuatu selain kebaikan
hanyalah perantara yang Dia ciptakan.
4. Menyerahkan diri secara tulus kepada Allah dan menaati-Nya secara
mutlak. Mengakui bahwa Dialah yang layak ditaati dan dijadikan
tempat berserah diri. Dialah yang yang berhak memerintah dan
melarang kita, karena Dialah Tuhan kita. Kita semua wajib taatdan
menyerahkan diri kepada-Nya, sebab kita adalah hamba-Nya.
2. Hikmah Ibadah
1.Tidak Syirik.
Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia
telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari
segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2. Memiliki ketakwaan.
Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan
manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah
manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk
beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul
karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan
sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu
kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan
balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan.
Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi
tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika
ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus
selaludipakai dimanapun manusia berada.
10
4. Berjiwa sosial.
Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari
ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia
merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan.
Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak kikir.
Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik
Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi
karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan
dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah
SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia
menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan
untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan
dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.
11
sendiri selalu menegaskan realisasi iman dengan amal shaleh. Misalnya beliau
bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik
akhlaknya.” (HR Bukhari dan Muslim). Ia juga bersabda, “Tidak (sempurna) iman
salah seorang kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim). Dengan demikian, ibadah merupakan
institusi iman. Karena tidak terlihat, keimanan seseorang tak dapat diukur dan
diperkirakan. Namun, kita dapat melihat realitas imannya dari ibadah yang
dilakukannya. Kita sendiri dapat merasakan, saat iman menurun, ibadah kita pun
menurun, begitu pun sebaliknya.
a) Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam:
12
b) Ditinjau dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada
dua macam:
Ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa.
Ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.
e) Ditinjau dari segi waktu dan Keadaannya, ibadah dibagi menjadi 10,yaitu:
Muadda‘ yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang telah
ditetapkan oleh syara’. Contoh melaksanakan shalat lima waktu yang
masih dalam batas waktu yang ditetapkan, sehingga shalatnya disebut
ada’.
13
Mua’ad yaitu suatu ibadah yang dikerjakan dengan diulangi sekali lagi
dalam waktunya untuk menambah kesempurnaan, contoh melaksanakan
shalat secara berjama’ah dalam waktunya setelah melaksanakannya
secara munfarid atau sendirian pada waktu yang sama.
Maqdi yakni ibadah yang dikerjakan setelah melampaui batas waktu
yang telah ditetapkan oleh syara’.Ibadah ini merupakan ibadah
pengganti dari ibadah yang tertinggal, baik dengan sengaja maupun
tidak. Seperti karena sakit, tertidur, maupun dalam perjalanan. Ibadah
ini disebut dengan qada’.
Muwaqqat yakni suatu ibadah yang dikaitkan dengan syara’ dengan
waktu tertentu dan terbatas, seperti shalat 5 waktu, bahkan termasuk
puasa dibulan ramadhan.
Mutlaq, yaitu ibadah yang sama sekali tidak dikaitkan waktunya oleh
syara’ dengan waktu yang terbatas, seperti membayar kaffarat, sebagai
hukuman bagi yang melanggar sumpah.
Muwassa’ yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu
itu, seperti shalat lima waktu. Maksudnya seseorang diberikan hak
mengerjakan shalatnya diawal waktu, pertengahan, dan akhir, asalkan
setelah selesai melaksanakannya belum berakhir waktunya.
Mu’ayyan yaitu seperti ibadah tertentu yang dituntut oleh syara’ seperti
kewajiban atas perintah shalat, sehingga tidak boleh digantikan dengan
ibadah lain sebagai alternatif pilihannya.
Mudayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sepanjang dan sebanyak yang
di fardhukan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam puasa ramdhan,
hanya dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak dibolehkan
mengerjakan puasa yang lain pada waktu itu.
Mukhayyar, yaitu suatu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang
diperintahkan. Seperti kebolehan memilih antara beristinja dengan air
atau batu, kemudian atau memilih kaffarat sumpah dengan memberi
makan orang miskin atau memerdekakan hamba sahaya.
14
Ghairu Muhadda yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh syara’,
seperti mengeluarkan harta dijalan Allah, memberi makan orang
musafir.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah ( jamak:‘ibadat) yang
berarti pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan
kepatuhan.ibadah ialah pengungkapan rasa kekurangan,kehinaan
dan kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian dan
syukur atassegala nikmat.
2. Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini untuk
beribadah kepada-Nya. Allah menetapkan perintah ibadah
sebenarnya merupakan suatu kemampuan yang besar kepada
makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat perintah
beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban
terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.
15
3. Sistematika Ibadah meliputi Thaharoh, Shalat, Penyelenggaraan
jenazah, Zakat, Puasa, Haji dan Umrah, I’tikaf, Sumpah dan
Kaffarah, Nadzar, Qurban dan Aqiqah.
4. Ruang lingkup ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan
kepada Allah, baik dalam perkataan maupun batin; termasuk
dalam pengertian ini adalah salat, zakat, haji, benar dalam
pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang
tua, menjalin silahturrahmi, memenuhi janji, amar ma’ruf nahi
munkar, jihad terhadap orang kafir, berbuat baik pada tetangga,
anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil, berdo’a, zikir, baca Al-
qur’an, rela menerima ketentuan Allah dan lain sebagainya
B. SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
http://dewyrohmawati.blogspot.com/2016/12/makalah-studi-islam-
hakekat-ibadah.html
https://www.academia.edu/22717744/
Fiqih_Ibadah_pengertian_dan_hakikat_ibadah
https://www.academia.edu/38819853/Makalah_Ibadah
17