Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang ibadah ini
tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi Penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik,
namun Penulis pun menyadari bahwa kami memiliki adanya keterbatasan kami
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf serta
kritik dan saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan
oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam
pengetahuan kita bersama.

Kendal, 7 September
2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

Judul

Kata Pengantar.........................................................................................................1

Daftar isi...................................................................................................................2

Bab 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah.......................................................................................3

B. Rumusan
Masalah................................................................................................4

C. Tujuan Pembahasan
Masalah...............................................................................4

Bab 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah................................................................................................5

B. Hakikat Ibadah.....................................................................................................7

C. Ruang Lingkup dan Sistematika


ibadah...............................................................8

D. Tujuan dan Hikmah


Ibadah..................................................................................9

E. Hubungan Ibadah dengan


Iman..........................................................................11

F. Macam-macam Ibadah ditinjau dari berbagai


segi..............................................12

Bab 3 PENUTUP

2
A. Kesimpulan........................................................................................................15

B. Saran..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ibadah merupakan unsur mutlak dalam agama. Agama yang intinya adalah
keyakinan tentang adanya zat yang berkuasa di atas alam raya, dan kerinduan
manusia untuk mengagumkan dan berhubungan dengan-Nya, melahirkan berbagai
macam cara pengabdian, pemuIaan dan ibadah. Dalam pelaksanaannya pun
mempunyai cara yang berbeda beda. Misalnya, para penganut kepercayaan
animisme memuIa roh yang dipercaya mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
manusia. Meraka yang beragama dinamisme memuja kekuatan yang terdapat pada
benda-benda tertentu yang dianggap kramat, misalnya benda-benda alam seperti
matahari dan bintang-bintang. Sedangkan kaum paganis memuIa berhala-berhala
sebagai peragaan dari dewa-dewa gaib, dan lain sebagainya.
Sejak dilahirkan di dunia, kita telah membawa beberapa kecenderungan
alami yang tidak berubah. Salah satunya ialah mengabdi kepada Yang Maha
Kuasa sekaligus mengagungkan-Nya. Karena itu, perpindahan dari satu bentuk
‘Ubudiyyah ke bentuk Ubudiyyah yang lain dapat dilihat sebagai tindakan
substitutif belaka. Sebab, kenyataannya hampir tidak seorangpun yang bebas
sepenuhnya dari bentuk ekspresi pengagungan bernilai ibadah dan ketundukan.

3
Jika seseorang tidak melakukan suatu bentuk ibadah tertentu, Ia pasti sedang
melakukan bentuk ibadah yang lain. Oleh karena itu, Allah mengajarkan bahwa
pentingnya diutus para rasul untuk memberi petunjuk tentang siapa yang berhak
disembah dan bagaimana cara melakukan penyembahan kepada-Nya. Allah
berfirman dalam surat An-Nahl ayat 36, yang berbunyi:

‫َو َلَقْد َبَع ْثَنا ِفْي ُك ِّل ُاَّمٍة َّر ُسْو اًل َا اْع ُبُدوا َهّٰللا َو اْج َتِنُبوا الَّطاُغ ْو َۚت‬
‫ِن‬

” Sesungguhnya telah Kami utus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk
mengajarkan), beribadahlah kamu sekaliankepada Allah, dan hindarilah
penyembahan kepada selain Allah “

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian ibadah?


2. Apa hakikat ibadah?
3. Apa ruang lingkup dan sistematika ibadah?
4. Apa tujuan dan hikmah ibadah?
5. Bagaimana hubungan ibadah dengan iman?
6. Apa saja macam-macam ibadah ditinjau dari berbagai segi?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Menjelaskan pengertian ibadah.


2. Menjelaskan hakikat ibadah.
3. Menjelaskan ruang lingkup dan sistematika ibadah.
4. Menjelaskan tujuan dan hikmah ibadah
5. Menjelaskan hubungan ibadah dengan iman.
6. Menyebutkan macam-macam ibadah ditinjau dari berbagai segi.

4
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

A. PENGERTIAN IBADAH

Ibadah berasal dari kata arab ‘ibadah jamaknya lafadz ‘ibadat yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukan dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama
kita kenal dengan istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpin makna
kekurangan, kehinaan dan kerendahan.
Ibadah juga bisa diartikan dengan taat yang artinya patuh, tunduk dengan
setunduk-tunduknya, artinya mengkuti semua perintah Allah Swt dan menjauhi
semua larangan yang dikehendaki oleh Allah Swt. Karena makna asli ibadah
adalah menghamba, dapat pula diartikan sebagai bentuk perbuatan yang
menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Swt. Dalam kitab Al-Hidayah jilid
kesatu dikatakan makna ibadah adalah :

‫العبادة هي التقّ رُ ب الى هلال تعالى بإِ متثاِ ل اوامِر ه واْ جتشناِ ب نوهيِ ه والعماُ ل بما أَذ ن بِ ه الشرُع‬

“ ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan cara melaksanakan
semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai izin
dari pembuat syariat (Al-Hkim, Allah)”.
Konsep ibadah menurut Abdul Wahab adalah konsep tentang seluruh
perbuatan lahiriah maupun batiniah, jasmani dan rohani yang di cintai dan di

5
ridhoi oleh Allah Swt. Ibadah juga diartikan sebagai hubungan manusia dengan
yang diyakini kebesaran dan kekuasaannya. Artinya, jika yang diyakini
kebesarannya adalah Allah, maka menghambakan diri kepada Allah. Dalam surat
Al-Fatihah ayat 5 Allah Swt berfirman :

‫ِاَّياَك َنْعُبُد َو ِاَّياَك َنْسَتِع ْين‬


“Hanya kepada engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah
kami mohon pertolongan.”
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukan atau penghambaan diri
kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk perbuatan
manusia di dunia, yang dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya
kepada Allah Swt. Semua tindakan orang mukmin yang dilandasi dengan niat
yang tulus untuk mencapai ridho Allah Swt dipandang sebagai badah. Sesuai
dengan Firman Allah Swt :

‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬


“ Tidaklah ku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada ku”.
(al-Dza-riyat : 56)

Dengan demikian, segenap tindakan mukmin yang dilakukan sepanjang


hari dan malam tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk tindakan yang dianggap
sepele, seperti senyum kepada orang lain. Atau bahkan tindakan yang dianggap
kotor atau tabu jika dituturkan kepada orang lain, seperti buang hajat, melakukan
hubungan seks, dan lain-lain. Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi saw.
tentang pahala shalat, puasa, dan sedekah. Rasulullah SAW juga bersabda,
“Seseorang muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lain, kemudian buahnya
dimakan burung, orang atau binatang ternak, semua itu menjadi sedekah baginya.”

6
B. HAKIKAT IBADAH

Tujuan di ciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah


kepada-Nya.Allah SWT menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu
kemampuan yang besarkepada makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat
perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban
terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia- Nya. Hakikat ibadah itu antara
lain firman Allah yang berbunyi:

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس اْع ُبُد ْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬

“Wahai para manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu, yang telah


menjadikan kamu dan telah menjadikan orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah (2) ;21).
Adapun hakikat ibadah yaitu :
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.
2. Melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukkan dan
perendahan diri kepada Allah SWT
3.Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meniggalkanlarangan-Nya.
4.Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung
maknamendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun
tanda-tandanya yaitu dengan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
5.Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintaiAllah).

7
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk
dan jenismakhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang-orang yang benar-benar mengerti kehidupan
adalah yang mengisiwaktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik
dengan melaksanakan perintahmaupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itu
tujuan hidupnya akan terwujud.

C. RUANG LINGKUP DAN SISTEMATIKA IBADAH


1. Ruang Lingkup Ibadah
Membicarakan ruang lingkup ibadah, tentunya tidak dapat
melepaskan diri dari pemahaman terhadap pengertian ruang lingkup itu
sendiri. Oleh sebab itu, menurut IbnuTaimiyah (661-726 H/ 1262-1371 M)
yang dikemukakan oleh Ritonga, bahwa ruang lingkup ibadah mencakup
semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah, baik dalam perkataan maupun
batin; termasuk dalam pengertian ini adalah salat, zakat, haji, benar dalam
pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang tua, menjalin
silahturrahmi, memenuhi janji, amar ma’ruf nahi munkar, jihad terhadap
orang kafir, berbuat baik pada
tetangga, anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil, berdo’a, zikir, baca Al-
qur’an, rela menerima ketentuan Allah dan lain sebagainya.
Klasifikasi Ruang lingkup
 Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syari’at, yakni shalat, zakat,
puasa, dan haji.
 Tambahan dari kewajiban-kewajiban dalam bentuk ibadah sunnah,
yakni berdzikir, membaca Al-Qur’an, berdo’a dan istighfar.
 Segala hal yang dalam bentuk hubungan sosial yang baik dan
pemenuhan hak-hak manusia, seperti berbuat baik kepada kedua orang
tua, menyantuni anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil, menjalin
silaturrahmi, dan lain sebagainya.

8
 Akhlak Insaniyah, yakni yang bersifat kemanusiaan. Contoh
menjalankan amanah, menepati janji, benar dalam berbicara, dan lain
sebagainya.
 Akhlak Rabbaniyah (bersifat ketuhanan) yakni mencintai Allah dan
RasulNya, takut kepada Allah, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya.
Dari kelima kelompok diatas, dapat diklasifikasikan lebih khusus, yakni
ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umu ini memiliki cakupan yang
sangat luas, yakni segala bentuk amal kebajikan yang dilakukan dengan niat
ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Sedangkan ibadah
khusus ditentukan oleh syara’ (nas) tentang bentuk dan caranya.
2. Sistematika Ibadah
 Thaharoh
 Shalat
 Penyelenggaraan jenazah
 Zakat
 Puasa
 Haji dan Umrah
 I’tikaf
 Sumpah dan Kaffarah
 Nadzar
 Qurban dan Aqiqah

D. TUJUAN DAN HIKMAH IBADAH

1. Tujuan Ibadah
Ada lima tujuan yang dicapai melalui pelaksanaan ibadah:
1. Memuji Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang mutlak,
seperti ilmu, kekuasaan,dan kehendak-Nya. Artinya, kesempurnaan
sifat-sifat Allah tak terbatas, tak terikat syarat,dan meniscayakan-Nya
tanpa membutuhkan yang lain.

9
2. Menyucikan Allah dari segala cela dan kekurangan, seperti
kemungkinan untuk binasa,terbatas, bodoh, lemah, kikir, semena-
mena, dan sifat-sifat tercela lainnya
3. Bersyukur kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan yang kita
dapatkan berasal dari- Nya, sedangkan segala sesuatu selain kebaikan
hanyalah perantara yang Dia ciptakan.
4. Menyerahkan diri secara tulus kepada Allah dan menaati-Nya secara
mutlak. Mengakui bahwa Dialah yang layak ditaati dan dijadikan
tempat berserah diri. Dialah yang yang berhak memerintah dan
melarang kita, karena Dialah Tuhan kita. Kita semua wajib taatdan
menyerahkan diri kepada-Nya, sebab kita adalah hamba-Nya.
2. Hikmah Ibadah
1.Tidak Syirik.
Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia
telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari
segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2. Memiliki ketakwaan.
Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan
manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah
manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk
beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul
karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan
sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu
kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan
balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan.
Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi
tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika
ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus
selaludipakai dimanapun manusia berada.

10
4. Berjiwa sosial.
Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari
ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia
merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan.
Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak kikir.
Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik
Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi
karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan
dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah
SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia
menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan
untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan
dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.

E. HUBUNGAN IBADAH DEGAN IMAN

Ibadah, yang merupakan ekspresi kehinaan dan kerendahan diri di hadapan


TuhanYang Mahakuasa dan Mahaagung, harus dilandasi oleh keimanan dan
keyakinan yang kukuh kepada-Nya. Sejatinya, ketundukan dan kepatuhan
manusia di hadapan Tuhannya dengan melakukan berbagai bentuk ibadah
merupakan manifestasi iman yang bersifat abstrak kedalam perbuatan yang
konkret, ketundukan dan kepatuhan yang tidak dilandasi keimanan, seperti
ketundukan seseorang kepada pemimpinnya, tidak termasuk ibadah. Begitu pula
kekaguman dan pengabdian seseorang kepada kekasihnya. Jadi, iman yang
bersifat abstrak belum sempurna sebelum direalisasikan dalam bentuk amal nyata,
yakni ibadah. Karena itulah Al-Qur’an selalu menggandengkan kata iman dengan
amal shaleh, karena iman tidak sempurna tanpa amal shaleh. Rasulullah SAW

11
sendiri selalu menegaskan realisasi iman dengan amal shaleh. Misalnya beliau
bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik
akhlaknya.” (HR Bukhari dan Muslim). Ia juga bersabda, “Tidak (sempurna) iman
salah seorang kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim). Dengan demikian, ibadah merupakan
institusi iman. Karena tidak terlihat, keimanan seseorang tak dapat diukur dan
diperkirakan. Namun, kita dapat melihat realitas imannya dari ibadah yang
dilakukannya. Kita sendiri dapat merasakan, saat iman menurun, ibadah kita pun
menurun, begitu pun sebaliknya.

Iman dan ibadah sering pula saling menguatkan dan saling


menyempurnakan. Ketika seseorang memiliki kesempatan yang luas untuk
beribadah, tetapi keimanannya belum kokoh,ia meningkatkan dan memperkukuh
imannya dengan terus-menerus menambah kualitas dan kuantitas ibadahnya.
Sebaliknya, iman yang semakin mantap pasti akan membuahkan ibadah yang
banyak dan berkualitas. Itulah hubungan timbal-balik antara iman dan ibadah.

F. MACAM-MACAM IBADAH DITINJAU DARI BERBAGAI SEGI.

a) Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam:

 Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan


dalam nash(dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa dan
haji.
 Ibadah Ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-
mata karena AllahSWT seperti bekerja, makan, minum dan tidur sebab
semua itu untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani
supaya dapat mengabdi kepada-Nya.

12
b) Ditinjau dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada
dua macam:
 Ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa.
 Ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.

c) Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga:


 Ibadah jasmaniyah dan ruhiyah seperti sholat dan puasa
 Ibadah ruhiyah dan amaliyah seperti zakat.
 Ibadah jasmaniyah, ruhiyah dan amaliyah seperti pergi haji.

d) Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:


 Ibadah yang berupa perkataan/ ucapan, seperti membaca Al-Qur’an,
berdo’a dan berdzikir.
 Ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan
sekaligus (pekerjaan yang ditentukan bentuknya), seperti sholat, zakat,
puasa dan haji.
 Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti
membela diri, menolong orang lain, mengurus jenazah dan jihad.
 Ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa dan i’tikaf
(duduk di masjid)
 Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang
atau membebaskan hutang orang lain.

e) Ditinjau dari segi waktu dan Keadaannya, ibadah dibagi menjadi 10,yaitu:
 Muadda‘ yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang telah
ditetapkan oleh syara’. Contoh melaksanakan shalat lima waktu yang
masih dalam batas waktu yang ditetapkan, sehingga shalatnya disebut
ada’.

13
 Mua’ad yaitu suatu ibadah yang dikerjakan dengan diulangi sekali lagi
dalam waktunya untuk menambah kesempurnaan, contoh melaksanakan
shalat secara berjama’ah dalam waktunya setelah melaksanakannya
secara munfarid atau sendirian pada waktu yang sama.
 Maqdi yakni ibadah yang dikerjakan setelah melampaui batas waktu
yang telah ditetapkan oleh syara’.Ibadah ini merupakan ibadah
pengganti dari ibadah yang tertinggal, baik dengan sengaja maupun
tidak. Seperti karena sakit, tertidur, maupun dalam perjalanan. Ibadah
ini disebut dengan qada’.
 Muwaqqat yakni suatu ibadah yang dikaitkan dengan syara’ dengan
waktu tertentu dan terbatas, seperti shalat 5 waktu, bahkan termasuk
puasa dibulan ramadhan.
 Mutlaq, yaitu ibadah yang sama sekali tidak dikaitkan waktunya oleh
syara’ dengan waktu yang terbatas, seperti membayar kaffarat, sebagai
hukuman bagi yang melanggar sumpah.
 Muwassa’ yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu
itu, seperti shalat lima waktu. Maksudnya seseorang diberikan hak
mengerjakan shalatnya diawal waktu, pertengahan, dan akhir, asalkan
setelah selesai melaksanakannya belum berakhir waktunya.
 Mu’ayyan yaitu seperti ibadah tertentu yang dituntut oleh syara’ seperti
kewajiban atas perintah shalat, sehingga tidak boleh digantikan dengan
ibadah lain sebagai alternatif pilihannya.
 Mudayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sepanjang dan sebanyak yang
di fardhukan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam puasa ramdhan,
hanya dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak dibolehkan
mengerjakan puasa yang lain pada waktu itu.
 Mukhayyar, yaitu suatu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang
diperintahkan. Seperti kebolehan memilih antara beristinja dengan air
atau batu, kemudian atau memilih kaffarat sumpah dengan memberi
makan orang miskin atau memerdekakan hamba sahaya.

14
 Ghairu Muhadda yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh syara’,
seperti mengeluarkan harta dijalan Allah, memberi makan orang
musafir.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah ( jamak:‘ibadat) yang
berarti pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan
kepatuhan.ibadah ialah pengungkapan rasa kekurangan,kehinaan
dan kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian dan
syukur atassegala nikmat.
2. Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini untuk
beribadah kepada-Nya. Allah menetapkan perintah ibadah
sebenarnya merupakan suatu kemampuan yang besar kepada
makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat perintah
beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban
terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.

15
3. Sistematika Ibadah meliputi Thaharoh, Shalat, Penyelenggaraan
jenazah, Zakat, Puasa, Haji dan Umrah, I’tikaf, Sumpah dan
Kaffarah, Nadzar, Qurban dan Aqiqah.
4. Ruang lingkup ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan
kepada Allah, baik dalam perkataan maupun batin; termasuk
dalam pengertian ini adalah salat, zakat, haji, benar dalam
pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang
tua, menjalin silahturrahmi, memenuhi janji, amar ma’ruf nahi
munkar, jihad terhadap orang kafir, berbuat baik pada tetangga,
anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil, berdo’a, zikir, baca Al-
qur’an, rela menerima ketentuan Allah dan lain sebagainya

B. SARAN

Uraian pada beberapa bab diatas sebagaimana telah memberikan


sedikit pemahaman dan pengetahuan kepada kita semua meskipun dalam
setiap penulisan makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan dan memiliki
banyak keterbatasan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan saran yang dapat
membangun untuk lebih baik, karena hasil setiap pemikiran saran dari
banyak pihak akan berkembang sesuai zaman dan realitas yang ada.

16
DAFTAR PUSTAKA

 http://dewyrohmawati.blogspot.com/2016/12/makalah-studi-islam-
hakekat-ibadah.html
 https://www.academia.edu/22717744/
Fiqih_Ibadah_pengertian_dan_hakikat_ibadah
 https://www.academia.edu/38819853/Makalah_Ibadah

17

Anda mungkin juga menyukai