Anda di halaman 1dari 14

KONSEP IBADAH DALAM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Syariah Islamiyah
Dosen Pengampu: Ahmad Rosichin Wasyrof, M.M.Pd

Disusun oleh :

Fawwaz Hamizan Dhiaurrohman


Muhammad Daffa Wibowo
Khairul Yaqin Harahap

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DARUNNAJAH BOGOR
1441 H/202
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang
berjudul SYARIAH ISLAMIYAH. Makalah ini berisikan tentang informasi
pengertian, tujuan dan fungsi. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang Syariah Islamiyah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Bogor, 11 Maret 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang.........................................Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................2

A. Pengertian ibadah dan hakikat ibadah ......................................................2

B. Jenis-jenis ibadah......................................................................................4

BAB III : PENUTUP.............................................................................................10

A. Kesimpulan..............................................................................................10

B. Saran........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
            Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya
tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah
memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di
dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah
Allah swt. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku
yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya.
            Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah
kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah, kita
harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk
dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.
            Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai bermacam-macam
ibadah beserta hikmah dan tujuannya.
2.      Rumusan Masalah
1.     Pengertian ibadah dan hakikat ibadah
2.     Jenis-jenis Ibadah

3.      Tujuan Makalah
1.      Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ibadah dan hakikat ibadah
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ibadah 

4.      Fungsi Makalah
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita
dapat  mengetahui dan memahami pengertian ibadah beserta jenis-jenis ibadah, hikmah
ibadah dan tujuan ibadah.
                                                                       

1
BAB 2
PEMBAHASAN

1.     Pengertian ibadah dan hakikat ibadah


a.        Ibadah menurut bahasa berasal dari abida ya’budu yang berarti : menyembah, mengabdi
dan menghinakan diri.
Sebagaimana dalam firmannya :
“ Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu agar kamu bertakwa “ ( TQS. Al-Baqarah: 21)
b.      Ibadah menurut beberapa ulama :
1)        Menurut  Abu A’la Maududi
Ibadah  berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang hamba harus bersikap sebagaimana
halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh dan taat kepada tuhannya tanpa membantah.
Beliau juga menambahkan pula bahwa ada 3 hal yang harus dimiliki sebagai hamba yang
baik yaitu:
1.           Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai penguasa dan berkewajiban
untuk merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya, menunjang hidupnya, pelindung
dan penjaganya dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada seorang pun selain tuannya yang
layak mendapat kesetiaannya
2.           Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan cermat dan tidak
mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan siapapun yang bernada menentang
kehendaknya tuannya
3.           Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara yang telah
ditentukan oleh tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya

2)        Menurut H. Endang Syaifudin Anshori


Ibadah secara garis besar ada 2 (dua )arti :
a.         Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung
mengatur hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara dan upacara
(ritual) telah ditentukan secara terperinci daam Al- Qur’an dan As- Sunnah yang biasanya
berkisar pada masalah Thoharoh, Sholat,  Zakat, Puasa, Haji.
b.        Ibadah dalam arti luas
Yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku, serta perbuatan yang mempunyai 3 Tanda :
  Niat yang Ikhlas sebagai Titik Tolaknya
2
  Keridhoan Allah sebagai Titik Tujuannya
  Amal Sholeh sebagai Garis Amanah
3)        Menurut Muhammad Qutb
Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditujukan kepada  Allah, mengambil petunjuk
hanya darinya saja tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan kemudian mengadakan
hubungan yang terus-menerus dengan Allah tentang semua itu.
Sesungguhnya Sholat, puasa, zakat, haji dan seluruh amal ibadah lainnya pada dasarnya
hanyalah merupakan pintu-pintu ibadah atau stasiun tempat orang berhenti unuk menambah
bensin. Namun jalan itu sendiri seluruhnya merupakan ibadah, termasuk semua ritus-ritus dan
gerak-gerik, serta semua pikiran, perasaan, semua adalah ibadah tujuannya  Allah.

Jadi,  Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat


singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu  Ibadah  mempunyai nilai yaitu jalan
hidup dan seluruh aspek kehidupan  dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan
perasaan semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di
dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi .
                                                                                                         
Sebagaimana dalam firmannya :
“ Katakanlah ,” Sesungguhnya Sholatku,ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah Tuhan semesta alam.” (TQS. Al-An’am :  162)

Pekerjaan yang kita anggap sebagai kesibukan duniawi, sesungguhnya merupakan ibadah
kepada Allah aslkan dalam mengerjakannya kita menjaga diri pada batas-batas yang telah
ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Bia setelah menjalankan semua ibadah ini seumur hidup
kita menjadi pencerminan ibadah kepada Alah mak ridak ragu lagi shalat kita adalah shalat
yang benar, puasa kita adalah puasa yang benar, haji kita adalah haji yang benar.
      Hakikat Ibadah
a.       Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah pada Ku” (QS.
Az Zariyat: 56)
b.      Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari selbi mereka,
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini
Tuhanmu ?” Mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami
3
lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,”sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al
A’raf:72)
c.       Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana firman
Allah swt:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman
sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal.”
(QS. Al Baqoroh:165)

Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan menjadi
dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah sebagaimana hadits dari
Ibnu Mas’ud.
“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah saw
menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang menciptakan
kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2.     Jenis-jenis Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan
sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. Ibadah Mahdhah,
      Artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan
Allah secara langsung. segala jenis peribadatan kepada Allah yang keseluruhan tatacaranya
telah ditetapkan oleh Allah, Manusia tidak berhak mencipta/merekayasa bentuk ibadah jenis
ini. para ulama menetapkan qaidah iaitu ‘Asalnya ibadah itu haram, terlarang’ (kecuali
dengan perintah Allah dan petunjuk Muhammad saw). Ibadah jenis ini diistilahkan oleh para
fuqaha dengan perkataan Al Ibadah atau Al Ubudiyyah. Ibadah jenis ini seperti shalat, puasa,
zakat, aqiqah dan qurban.
      Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
4
b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh
Allah adalah untuk memberi contoh:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah (QS. 4: 64).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang,
maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).

Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji
kamu. Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek
Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer
disebut bid’ah:
Sabda Nabi saw.:
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah
karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran,
dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya,
semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu
misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
5
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah
Rumusan Ibadah Mahdhah adalah  “KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari’at)
2. Ibadah Ghairu Mahdhah,
      (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai
hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba
dengan makhluk lainnya .
      Ibadah Ghoir Mahdah yaitu segala jenis peribadatan kepada Allah dalam pengertian yang
luas seperti  kenegaraan, ekonomi, pendidikan, sosial, hubungan luar negeri, kebudayaan,
undang-undang kemasyarakatan, dan teknologi dan sebagainya. Ibadah jenis ini diistilahkan
oleh para fuqaha dengan perkataan 'Al-Muamalah' (iaitu hubungan antara manusia dengan
manusia). Peranan syara' dalam hal ini adalah memperbaiki sesuatu yang telah diadakan oleh
manusia dan manusia dibenarkan mengada-adakan sesuatu yang selaras dengan hukum-
hukum/ peraturan Allah (di dalam Al Quran dan As Sunnah) 
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-
Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk
ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak
dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah
mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Ada juga sesetengah dari ulamak menambahkan ibadah ini kepada beberapa lagi jenis
ibadah.Lain-lain jenis ibadah itu ialah:
Ibadah Badaniah: tubuh badan seperti sembahyang, menolong orang dalam kesusahan dan
lain-lain. Ibadah Maliyah : harta benda seperti zakat, memberi sedekah, derma dan lain-
lain. Ibadah Qalbiyah: hati seperti sangka baik, ikhlas, tidak hasad dengki dan lain-lain.
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah “BB + KA”
6
(Berbuat Baik + Karena Allah)
       Selain itu Ibadah juga terbagi pada Ibadah Fardiyah (perseorangan) dan Ibadah Jamaiyah
(kewajiban secara bersama atau berjamaah).

a. Ibadah Fardiyah yaitu amalan ibadah yang menjadi kewajiban setiap orang, seperti sholat,
zakat, haji dan sebagainya. Ibadah seperti ini dapat dilakukan di mana saja baik di dalam
negara Islam atau di negara kafir.

b. Ibadah jamaiyah yaitu ibadah yang diwajibkan ke atas seluruh umat (sebagai kewajiban
bersama). Sebagai contoh perlaksanaaan hukum hudud, hukum qishas dan sebagainya.
      Sebagian ulama juga mengelompokkan jenis ibadah menjadi tiga peringkat ibadah yang
mencakup aspek kehidupan kita.

1. Ibadah asas
2. Ibadah cabang-cabang
3. Ibadah yang lebih umum

Ibadah asas
      Ibadah yang asas merangkum soal-soal akidah dan keyakinan kita kepada ALLAH, para
malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari pembalasan, ketentuan dan ketetapan ALLAH baik
ataupun buruk. Itulah yang kita sebut rukun iman. Termasuk dalam uraian ibadah yang asas
itu ialah rukun Islam yaitu syahadat, shalat lima waktu, puasa, zakat fitrah dan rukun haji
(bagi mereka yang mampu). Kedua bentuk ibadah yang asas itu yaitu rukun iman dan rukun
Islam adalah wajib ain atau fardhu ain bagi setiap muallaf. Berarti sebelum kita dapat
melaksanakan ibadah-ibadah yang lain, kedua perkara itu perlu ada pada diri kita dan telah
dapat kita tanamkan dalam jiwa kita.
Ibadah Cabang
Adapun ibadah yang menjadi cabang-cabang dari ibadah asas tadi yaitu yang bertalian
erat dengan asas meliputi perkara mentajhizkan (menyelenggarakan) jenazah, menegakkan
jihad, membangun gelanggang pendidikan dan pelajaran atau mewujudkan perancangan
ekonomi Islam seperti mewujudkan perusahaan-perusahaan asas yang melayani keperluan
umat Islam. Termasuklah di dalamnya perusahaan yang dapat menghasilkan makanan wajib
seperti gula, tepung, garam, kecap dan perusahaan minuman seperti susu, kopi, teh dan
bentuk-bentuk minuman ringan lainnya. Selain dari itu di dalam bidang tersebut, termasuk

7
juga penggalakan usaha-usaha pertanian yang akan menghasilkan beberapa makanan asas
bagi umat Islam seperti beras, gandum, ubi dsb. serta perikanan yang dapat menghasilkan
ikan basah atau ikan kering. Kalau kita tilik dari satu sudut, pasti kita akan merasakan bahwa
hal itu merupakan persoalan asas dalam perjuangan kita menegakkan ibadah kepada ALLAH.
Tentulah kita tidak mau darah daging kita berasal dari zat yang bertentangan dengan syariat
ALLAH, yang pasti bisa merusak ibadah asas kita.
         Dalam menegakkan bentuk pendidikan dan pelajaran, kita semestinya
menitikberatkan hasil mutlak dari acuan pendidikan kita pada jiwa anak-anak yang dibina
mulai dari peringkat taman kanak-kanak, sekolah menengah sampai universitas. Sehingga
lulusannya nanti dapat menyambung perjuangan menegakkan syariat ALLAH. Selain dari itu
ibadah yang tergolong dalam cabang-cabang itu ialah membangun klinik dan rumah sakit
Islam, soal-soal politik serta pembentukan dan penyusunan sistem organisasi dalam negara
Islam.

      Hal-hal yang termasuk dalam jenis ibadah yang kedua ini kita namakan fardhu kifayah.
Kita tentu lebih maklum apa sebenarnya fardhu kifayah itu yaitu fardhu yang menitikberatkan
pada soal kemasyarakatan Islam yang juga merupakan urat saraf dan nadi penghubung antara
sesama Islam.
Hal itu sangat besar artinya untuk seluruh individu Islam karena bila tidak ada satu orang pun
yang mengerjakannya maka seluruh masyarakat itu akan menerima beban dosa dari ALLAH.
Namun seandainya a†a satu pihak melaksanakan tuntutan fardhu tersebut, maka pihak itu
telah melepaskan tanggungan dosa bagi seluruh masyarakat Islam. Karena itulah fardhu
kifayah merupakan urat nadi penghubung antara sesama Islam. Cuma masyarakat Islam tidak
memahami peranan fardhu kifayah tersebut, karena itu hubungan ukhuwah Islamiah tidak
begitu menonjol di zaman sekarang. Seandainya fardhu kifayah itu dapat memberi makna,
sudah pasti kita merasa bersyukur sekiranya ada di kalangan kita yang telah melepaskan
tanggungan dosa umum dan sudah pasti kita akan memberikan dukungan kepadanya. Karena
itu tidak akan ada istilah gagal dalam melaksanakan fardhu kifayah.
Kecil timbangannya tetapi besar maknanya. Itulah yang disebut sunat ain. Tergolong di
dalamnya yaitu shalat sunat rawatib, shalat witir, shalat tahajud, shalat dhuha, puasa syawal,
puasa Senin dan Kamis, bersedekah dan membaca Al Quran. Pelaksanaan ibadah itu
mendatangkan pahala sedangkan jika tidak dilakukan tidak akan mendatangkan dosa. Namun
karena ibadah itu memberikan manfaat maka lebih baik jika dikerjakan.

8
      Ibadah Umum
      Dan ibadah ketiga yaitu ibadah yang lebih umum yaitu hal-hal yang merupakan
pelaksanaan mubah saja tetapi bisa menjadi ibadah dan mendatangkan pahala. Amalan seperti
itu dapat menambah bakti kita kepada ALLAH agar setiap perbuatan dalam hidup kita ini
tidak menjadi sia-sia. Tergolong dalam amalan-amalan itu seperti makan, minum, tidur,
berjalan-jalan, berwisata dan sebagainya.

9
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat


yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu  Ibadah  mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan
seluruh aspek kehidupan  dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan
semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya
terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi .
Secara garis besar ialah dibagi menjadi dua:
Ibadah murni (mahdhah), adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan
Allah Swt. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana
atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masing-masing individu.
Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang
mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan
Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal.
Ruang lingkup 'ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Hanya merangkumi setiap kegiatan
kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu
maupun dengan masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam selama ia memenuhi syarat-syarat
tertentu.
            Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati
tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Karena
Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya,
bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar menusia
itu mencapai taqwa.
Hikmah dari ibadah adalah kita dapat meningkatkan ketaqwaan tehadap Allah swt dan
hidup berdasarkan apa yan Dia perintahkan.
B. Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu
untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah
mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata
ikhlas untuk mencapai ridha Allah.

10
DAFTAR PUSAKA

http://ariefhikmah.com/dr-yusuf-al-qardhawi/syarat-utama-bagi-orang-yang-masuk-islam/
http://ariefhikmah.com/puasa/esensi-puasa/
http://muhamadzainudin-dzay.blogspot.com/2010/09/kedudukan-tujuan-hikmah-dan-
hukum.html
http://www.eramuslim.com/ramadhan/hikmah-ramadhan/hakikat-ibadah-zakat.htm
http://www.voa-islam.com/teenage/secret-sholat/2009/07/07/166/hikmahhikmah-shalat/
http://www.elitha-eri.net/2008/01/14/rahasia-dan-hikmah-gerakan-shalat/
http://www.kbiharofahmalang.com/materi-168-hikmahhikmah-ibadah-haji.html
http://muntadaquran.net/v2/arsip/tafsir/1200-tujuan-ibadah-haji-2.html
http://id.netlog.com/yennisarinah/blog/blogid=19324
boka asy syafiyyah:2006
http://mta-online.com/v2/2009/05/26/kenapa-enggan/
Almath, Muhammad Faiz, Dr. 1991. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta:
Gema Insani.

11

Anda mungkin juga menyukai