Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
di MI
Disusun oleh :
Fawwaz Hamizan Dhiaurrohman
Muhammad Daffa Wibowo
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang
berjudul PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR. Makalah ini
berisikan tentang informasi pengertian, tujuan dan fungsi. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Strategi Belajar Mengajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
i
Daftar Isi
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
A. Kesimpulan ............................................................................................... 8
B. Saran ......................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada, yujawwidu tajwidan yang
artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Dalam pengertian lain menurut
lughoh, tajwid dapat pula diartikan sebagai: Segala sesuatu yang mendatangkan
kebajikan. Sedangkan pengertian tajwid menurut istilah adalah:
Ilmu yang dengan ilmu tersebut diberikan segala pengertian tentang huruf,
baik hak-hak huruf (haqqul harf) maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah
hak-hak huruf (mustahaqqul harf) dipenuhi yang terdiri atas sifat-sifat huruf,
hukum-hukum mad, dan lain sebagainya. Sebagai contoh tarqiq, tafkhim dan yang
semisalnya.
Ilmu Tajwid menurut istilah adalah “suatu ilmu pengetahuan cara membaca
al-Qur’an dengan baik dan tertib menurut makhrojnya, panjang pendeknya, tebal
tipisnya, berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya, serta titik komanya yang
sudah diajarkan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya.
Jadi Ilmu Tajwid ini sangat penting bagi para pembaca al-Qur’an sebagai
pengantar membaca al-Qur’an yang benar, karena tanpa ilmu tajwid orang
membaca al-Qur’an akan seenaknya sendiri seperti membaca bacaan yang lain
semisal syair. Untuk menghindari kesalahan dalam membaca al-Qur’an maka
dibutuhkan pemahaman ilmu tajwid.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka didapat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian ilmu Tajwid ?
2. Ada berapakah hukum nun sukun ?
3. Apa sejarah Ilmu Tajwid?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Ilmu Tajwid
2. Mengetahui Hukum Nun Sukun
3. Memahami isi sejarah Ilmu Tajwid
2
BAB II
PEMBAHASAN
Beliau menjawab bahwa yang dimaksud dengan kata tartil adalah tajwiidul
huruuf wa ma’rifatil wuquuf yang berarti membaca huruf-hurufnya dengan
bagus (sesuai dengan makhraj dan shifat) dan tahu tempat-tempat waqaf.
3
kepada Rasulullah SAW . Ini kerana Rasulullah SAW sendiri diperintah
untuk membaca al-Quran dengan tajwid dan tartil seperti yang disebut dalam
ayat 4, surah al-Muzammil:
Sayyidina Ali r.a apabila ditanya tentang apakah maksud bacaan al-Quran
secara tartil itu, maka beliau menjawab” adalah membaguskan sebutan atau
pelafalan bacaan pada setiap huruf dan berhenti pada tempat yang betul”.
Walau bagaimanapun, apa yang dikira sebagai penulisan ilmu Tajwid yang
paling awal ialah apabila bermulanya kesedaran perlunya Mushaf Utsmaniah
yang ditulis oleh Sayyidina Utsman itu diletakkan titik-titik kemudiannya
baris-baris bagi setiap huruf dan perkataannya. Gerakan ini telah diketuai oleh
Abu Aswad Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi, apabila pada
masa itu Khalifah umat Islam memikul tugas untuk berbuat demikian ketika
umat Islam mula melakukan-kesalaha dalam bacaan.
Ini karena semasa Utsman menyiapkan Mushaf al-Quran dalam enam atau
tujuh buah itu, beliau telah membiarkannya tanpa titik-titik huruf dan baris-
barisnya kerana memberi keluasan kepada para sahabat dan tabi’in pada masa
4
itu untuk membacanya sebagaimana yang mereka telah ambil dari Rasulullah
s.a.w sesuai dengan Lahjah (dialek) bangsa Arab yang bermacam-macam.
Pada kurun ke-4 Hijrah pula, lahir Ibnu Mujahid Al-Baghdadi dengan
karangannya “Kitabus Sab’ah”, dimana beliau adalah orang yang mula-mula
mengasingkan qiraat kepada tujuh imam bersesuaian dengan tujuh perbedaan
dan Mushaf Utsmaniah yang berjumlah tujuh naskah kesemuanya pada masa
itu karangan ilmu Tajwid yang paling awal, barangkali tulisan Abu Mazahim
Al-Haqani dalam bentuk Qasidah (puisi) ilmu Tajwid pada akhir kurun ke-3
Hijrah adalah yang terulung.
Selepas itu lahirlah para ulama yang tampil memelihara kedua-dua ilmu
ini dengan karangan-karangan mereka dari masa ke masa seperti Abu ‘Amr
Ad-Dani dengan kitabnya At-Taysir, Imam Asy-Syatibi Tahani dengan
kitabnya “Hirzul Amani wa Wajhut Tahani” yang menjadi tonggak kepada
karangan-karangan tokoh-tokoh lain yang sezaman dan yang setelah mereka.
5
Tetapi yang jelas dari karangan-karangan mereka ialah ilmu Tajwid dan ilmu
Qiraat senantiasa bergandengan, ditulis dalam satu kitab tanpa dipisahkan
pembahasannya. Penulisan ini juga diajarkan kepada murid-murid mereka.
Kemudian lahir pula seorang tokoh yang amat penting dalam ilmu Tajwid
dan Qiraat yaitu Imam (ulama) yang lebih terkenal dengan nama Ibnul Jazari
dengan karangan beliau yang masyhur yaitu “An-Nasyr”, “Toyyibatun
Nasyr” dan “Ad-Durratul Mudhiyyah” yang mengatakan ilmu Qiraat adalah
sepuluh sebagai pelengkap bagi apa yang telah dinaytakan Imam Asy-Syatibi
dalam kitabnya “Hirzul Amani” sebagai Qiraat tujuh. Imam Al-Jazari juga
telah mengarang karangan yang berasingan bagi ilmu Tajwid dalam kitabnya
“At-Tamhid” dan puisi beliau yang lebih terkenal dengan nama “Matan Al-
Jazariah”. Imam Al-Jazari telah mewariskan karangan-karangannya yang
begitu banyak berserta bacaannya sekali yang kemudiannya telah menjadi
ikutan dan panduan bagi karangan-karangan ilmu Tajwid dan Qiraat serta
bacaan al-Quran hingga ke hari ini.
6
pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam dua kata yang terpisah.
Idgham dibagi dua yaitu: idgham bi gunnah dan idgham bila gunnah
1. Idgham bi ghunnah: huruf nun mati/tanwin dilebur dengan huruf setelahnya
dan didengungkan dengan cara menahan bacaan selama 2 harakat. Huruf-
huruf idgham bigunnah: ي, ن, و,م
ِّ و= ِّم ْن َو َر
Contoh-contohnya: اء ِّﮬ ْم م= َعا ِّبد َما َع َبدْت ُ ْم ن= ِّم ْن ِّن ْع َمة
ي= َم ْن يَقُ ْو ُل
2. Idgham bila ghunnah: huruf nun mati/tanwin dilebur dengan huruf
setelahnya dan tanpa didengungkan dan tanpa menahan bacaannya. Huruf-
huruf idgham bila ghunnah : ر,ل
Contoh : َل= ِّم ْن لَد ُ ْنك ر= ِّم ْن َر ِّب ِّه ْم
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Tajwid merupakan ilmu yang membahas tata cara mengucapkan
setiap huruf dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-
sifatnya. Oleh karena itu, secara umum tajwid merupakan tata cara membaca al-
Qur`an dengan baik dan benar. Istilah yang dikenal dalam membaca al-Qur`an
dengan baik dan benar dinamakan tartil.
B. Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
http://www.id.islamic-sources.com/article/%EF%BB%BFsejarah-ilmu-tajwid/
Al-Hafizh, Abdul Aziz Abdur Rauf., Lc. “Pedoman Daurah Al-Qur’an – Kajian
Ilmu Tajwid”