Anda di halaman 1dari 12

PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
di MI

Dosen Pengampu: Heri Dermawan

Disusun oleh :
Fawwaz Hamizan Dhiaurrohman
Muhammad Daffa Wibowo

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DARUNNAJAH BOGOR
1441 H/2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang
berjudul PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR. Makalah ini
berisikan tentang informasi pengertian, tujuan dan fungsi. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Strategi Belajar Mengajar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Bogor, 12 Oktober 2019

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. Sejarah Ilmu Tajwid ................................................................................ 3

B. Hukum Nun Sukun ................................................................................... 6

BAB III : PENUTUP .............................................................................................. 8

A. Kesimpulan ............................................................................................... 8

B. Saran ......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada, yujawwidu tajwidan yang
artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Dalam pengertian lain menurut
lughoh, tajwid dapat pula diartikan sebagai: Segala sesuatu yang mendatangkan
kebajikan. Sedangkan pengertian tajwid menurut istilah adalah:

Ilmu yang dengan ilmu tersebut diberikan segala pengertian tentang huruf,
baik hak-hak huruf (haqqul harf) maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah
hak-hak huruf (mustahaqqul harf) dipenuhi yang terdiri atas sifat-sifat huruf,
hukum-hukum mad, dan lain sebagainya. Sebagai contoh tarqiq, tafkhim dan yang
semisalnya.

Ilmu Tajwid menurut istilah adalah “suatu ilmu pengetahuan cara membaca
al-Qur’an dengan baik dan tertib menurut makhrojnya, panjang pendeknya, tebal
tipisnya, berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya, serta titik komanya yang
sudah diajarkan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya.

Jadi Ilmu Tajwid ini sangat penting bagi para pembaca al-Qur’an sebagai
pengantar membaca al-Qur’an yang benar, karena tanpa ilmu tajwid orang
membaca al-Qur’an akan seenaknya sendiri seperti membaca bacaan yang lain
semisal syair. Untuk menghindari kesalahan dalam membaca al-Qur’an maka
dibutuhkan pemahaman ilmu tajwid.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka didapat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian ilmu Tajwid ?
2. Ada berapakah hukum nun sukun ?
3. Apa sejarah Ilmu Tajwid?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Ilmu Tajwid
2. Mengetahui Hukum Nun Sukun
3. Memahami isi sejarah Ilmu Tajwid

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Ilmu Tajwid


Sejarah ilmu Tajwid, Asal Usul dan Akar ilmu Tajwid, Asal Kata Tajwid
yaitu dari kata Bahasa Arab jawwada- yujawwidu- tajwiidan mengikuti
wazan taf’iil yang berarti membuat sesuatu menjadi bagus. Di dalam
beberapa buku tajwid disebutkan bahwa Istilah ini muncul ketika seseorang
bertanya kepada khalifah ke-empat, ‘Ali bin Abi Thalib tentang firman Allah
yang berbunyi:

‫ورتل القرأن ترتيال‬

Beliau menjawab bahwa yang dimaksud dengan kata tartil adalah tajwiidul
huruuf wa ma’rifatil wuquuf yang berarti membaca huruf-hurufnya dengan
bagus (sesuai dengan makhraj dan shifat) dan tahu tempat-tempat waqaf.

Selama ini memang belum ditemukan musnad tentang perkataan beliau


mengenai hal di atas, dan kisah ini hanya terdapat dalam kitab tajwid. Akan
tetapi para ulama’ bersepakat bahwa yang dimaksud dengan tartil adalah
tajwiidul huruuf wa ma’rifatil wuquuf.

Sebagian ulama yang lain medefinisikan tajwid sebagai berikut:


“Tajwid ialah mengucapkan huruf(al-Quran) dengan tertib menurut yang
semestinya, sesuai dengan makhraj serta bunyi asalnya, serta melembutkan
bacaannya sesempurna mungkin tanpa belebihan ataupun dibuat-buat”.

Jika dibincangkan kapan bermulanya ilmu Tajwid, maka kenyataan


menunjukkan bahwa ilmu ini telah bermula sejak dari al-Quran itu diturunkan

3
kepada Rasulullah SAW . Ini kerana Rasulullah SAW sendiri diperintah
untuk membaca al-Quran dengan tajwid dan tartil seperti yang disebut dalam
ayat 4, surah al-Muzammil:

ً ِّ‫…… َو َرتِّ ِّل ْالقُ ْرآَنَ ت َْرت‬


‫يال‬

“…..Bacalah al-Quran itu dengan tartil(perlahan-lahan).” Kemudian baginda


Saw mengajar ayat-ayat tersebut kepada para sahabat dengan bacaan yang
tartil.

Sayyidina Ali r.a apabila ditanya tentang apakah maksud bacaan al-Quran
secara tartil itu, maka beliau menjawab” adalah membaguskan sebutan atau
pelafalan bacaan pada setiap huruf dan berhenti pada tempat yang betul”.

Ini menunjukkan bahwa pembacaan al-Quran bukanlah suatu ilmu hasil


dari Ijtihad (fatwa) para ulama’ yang diolah berdasarkan dalil-dalil dari al-
Quran dan Sunnah, tetapi pembacaan al-Quran adalah suatu yang Taufiqi
(diambil terus) melalui riwayat dari sumbernya yang asal yaitu sebutan dan
bacaan Rasulullah Saw.

Walau bagaimanapun, apa yang dikira sebagai penulisan ilmu Tajwid yang
paling awal ialah apabila bermulanya kesedaran perlunya Mushaf Utsmaniah
yang ditulis oleh Sayyidina Utsman itu diletakkan titik-titik kemudiannya
baris-baris bagi setiap huruf dan perkataannya. Gerakan ini telah diketuai oleh
Abu Aswad Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi, apabila pada
masa itu Khalifah umat Islam memikul tugas untuk berbuat demikian ketika
umat Islam mula melakukan-kesalaha dalam bacaan.

Ini karena semasa Utsman menyiapkan Mushaf al-Quran dalam enam atau
tujuh buah itu, beliau telah membiarkannya tanpa titik-titik huruf dan baris-
barisnya kerana memberi keluasan kepada para sahabat dan tabi’in pada masa

4
itu untuk membacanya sebagaimana yang mereka telah ambil dari Rasulullah
s.a.w sesuai dengan Lahjah (dialek) bangsa Arab yang bermacam-macam.

Tetapi setelah berkembang luasnya agama Islam ke seluruh tanah Arab


serta jatuhnya Roma dan Parsi ke tangan umat Islam pada tahun pertama dan
kedua Hijrah, bahasa Arab mulai bercampur dengan bahasa penduduk-
penduduk yang ditaklukkan umat Islam. Ini telah menyebabkan berlakunya
kesalahan yang banyak dalam penggunaan bahasa Arab dan begitu juga
pembacaan al-Quran.

Maka al-Quran Mushaf Utsmaniah telah diusahakan untuk menghindari


kesalahan-kesalahan dalam membacanya dengan penambahan baris dan titik
pada huruf-hurufnya bagi Karangan ilmu Qiraat yang paling awal sepakat apa
yang diketahui oleh para penyelidik ialah apa yang telah dihimpun oleh Abu
‘Ubaid Al-Qasim Ibnu Salam dalam kitabnya “Al-Qiraat” pada kurun ke-3
Hijrah. Tetapi ada yang mengatakan apa yang telah disusun oleh Abu ‘Umar
Hafs Ad-Duri dalam ilmu Qiraat adalah lebih awal.

Pada kurun ke-4 Hijrah pula, lahir Ibnu Mujahid Al-Baghdadi dengan
karangannya “Kitabus Sab’ah”, dimana beliau adalah orang yang mula-mula
mengasingkan qiraat kepada tujuh imam bersesuaian dengan tujuh perbedaan
dan Mushaf Utsmaniah yang berjumlah tujuh naskah kesemuanya pada masa
itu karangan ilmu Tajwid yang paling awal, barangkali tulisan Abu Mazahim
Al-Haqani dalam bentuk Qasidah (puisi) ilmu Tajwid pada akhir kurun ke-3
Hijrah adalah yang terulung.

Selepas itu lahirlah para ulama yang tampil memelihara kedua-dua ilmu
ini dengan karangan-karangan mereka dari masa ke masa seperti Abu ‘Amr
Ad-Dani dengan kitabnya At-Taysir, Imam Asy-Syatibi Tahani dengan
kitabnya “Hirzul Amani wa Wajhut Tahani” yang menjadi tonggak kepada
karangan-karangan tokoh-tokoh lain yang sezaman dan yang setelah mereka.

5
Tetapi yang jelas dari karangan-karangan mereka ialah ilmu Tajwid dan ilmu
Qiraat senantiasa bergandengan, ditulis dalam satu kitab tanpa dipisahkan
pembahasannya. Penulisan ini juga diajarkan kepada murid-murid mereka.

Kemudian lahir pula seorang tokoh yang amat penting dalam ilmu Tajwid
dan Qiraat yaitu Imam (ulama) yang lebih terkenal dengan nama Ibnul Jazari
dengan karangan beliau yang masyhur yaitu “An-Nasyr”, “Toyyibatun
Nasyr” dan “Ad-Durratul Mudhiyyah” yang mengatakan ilmu Qiraat adalah
sepuluh sebagai pelengkap bagi apa yang telah dinaytakan Imam Asy-Syatibi
dalam kitabnya “Hirzul Amani” sebagai Qiraat tujuh. Imam Al-Jazari juga
telah mengarang karangan yang berasingan bagi ilmu Tajwid dalam kitabnya
“At-Tamhid” dan puisi beliau yang lebih terkenal dengan nama “Matan Al-
Jazariah”. Imam Al-Jazari telah mewariskan karangan-karangannya yang
begitu banyak berserta bacaannya sekali yang kemudiannya telah menjadi
ikutan dan panduan bagi karangan-karangan ilmu Tajwid dan Qiraat serta
bacaan al-Quran hingga ke hari ini.

B. Hukum Nun Sukun dan Tanwin


Hukum Nun sukun Dan Tanwin Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu
dengan huruf hijaiyyah, maka ada 4 hukum bacaan yang terjadi, yakni : izh-har,
idghom, ikhfa’ dan iqlab.
1. Izh-har ‫اظهار‬
Izh-har artinya jelas. Maksudnya huruf nun mati atau tanwin dibaca jelas
sesuai makhroj-nya (tidak didengungkan) apabila bertemu dengan salah satu
huruf izh-har, yakni : ْ،‫ْخ‬،‫ْع‬،‫ ﮬْغ‬،‫ ْء‬،‫ح‬
Contoh-contoh bacaan izh-har:
َ‫أ = َم ْن أ َ َمن‬ ‫ه= ِّم ْن ﮬَاد‬ ‫س ِّم ْيع َع ِّل ْيم‬
َ = ‫ع‬
‫غ= أَجْ ر َغيْر‬ َ ‫خ = َم ْن َخ ِّش‬
‫ي‬ ‫اميَّة‬
ِّ ‫ح = نَار َح‬
2. Idgham ‫ادغام‬
Idgham artinya memasukkan, yakni pengucapan nun mati atau tanwin
masuk/melebur dengan huruf-huruf idgham. Ketentuan ini berlaku ketika

6
pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam dua kata yang terpisah.
Idgham dibagi dua yaitu: idgham bi gunnah dan idgham bila gunnah
1. Idgham bi ghunnah: huruf nun mati/tanwin dilebur dengan huruf setelahnya
dan didengungkan dengan cara menahan bacaan selama 2 harakat. Huruf-
huruf idgham bigunnah: ‫ ي‬,‫ ن‬,‫ و‬,‫م‬
ِّ ‫و= ِّم ْن َو َر‬
Contoh-contohnya: ‫اء ِّﮬ ْم‬ ‫م= َعا ِّبد َما َع َبدْت ُ ْم‬ ‫ن= ِّم ْن ِّن ْع َمة‬
‫ي= َم ْن يَقُ ْو ُل‬
2. Idgham bila ghunnah: huruf nun mati/tanwin dilebur dengan huruf
setelahnya dan tanpa didengungkan dan tanpa menahan bacaannya. Huruf-
huruf idgham bila ghunnah : ‫ر‬,‫ل‬
Contoh : َ‫ل= ِّم ْن لَد ُ ْنك‬ ‫ر= ِّم ْن َر ِّب ِّه ْم‬

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Tajwid merupakan ilmu yang membahas tata cara mengucapkan
setiap huruf dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-
sifatnya. Oleh karena itu, secara umum tajwid merupakan tata cara membaca al-
Qur`an dengan baik dan benar. Istilah yang dikenal dalam membaca al-Qur`an
dengan baik dan benar dinamakan tartil.

Di era modern, mengkaji tajwid secara manual dapat ditemukan dalam


mushaf-mushaf yang dikreasikan dengan warna-warni. Di satu sisi, inovasi
tersebut dapat menjadi sarana memotivasi umat Islam dalam belajar tajwid.
Tetapi, alangkahbijak jika penggunaan al-Qur`an tajwid tersebut dibarengi dengan
pembelajaran secara langsung (musyafahah dan talaqqi) kepada guru yang
mumpuni dalam bidangnya.

B. Saran

Penyusunan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


oleh karenanya makalah ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan melalui
kritikan dan masukan bermanfaat dari para pembaca sekalian. Semoga makalah
yang sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.amin.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://www.id.islamic-sources.com/article/%EF%BB%BFsejarah-ilmu-tajwid/

N.T Taufik M., 2012, Ringkasan Ilmu Tajwid

Al-Hafizh, Abdul Aziz Abdur Rauf., Lc. “Pedoman Daurah Al-Qur’an – Kajian
Ilmu Tajwid”

Anda mungkin juga menyukai