DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
A. ARTI DAN ETOS KERJA ISLAM
Etos kerja adalah totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan,
memandang, meyakini dan memberikan makna tentang suatu pekerjaan yang
mendorong diri untuk bertindak dan meraih amal (hasil) yang optimal. Etos
juga berarti percaya , tekun dan senang pada pekerjaan yang sedang dihadapi
dengan tidak memandang apakah pekerjaan itu sebagai buruh kasar atau
memimpin suatu perusahaan besar.
Semua kegiatan yang dilakukan dan tidak bertentangan dengan syari’ah
dimasukkan kedalam kategori ibadah. Salah satu bentuk ibadah adalah bekerja
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal. Umat islam
sendiri sangat dianjurkan untuk bekerja dan dilarang malas, mengemis dan
menggantungkan hidup pada orang lain. Untuk memperoleh hasil maksimal
dan suasana kerja yang teduh dan damai Allah melalui wahyu-Nya dan contoh
teladan dari para nabi dan utusan-Nya, memberikan pedoman dan aturan-aturan
yang kemudian disebut dengan etos kerja islami.
Toto Tasmara dalam bukunya “Membudayakan Etos Kerja Islami”
menyebutkan ciri-ciri etos kerja muslim, dan semua itu berlandaskan pada
akhlak mulia dalam bukunya yaitu :
1. Menghargai Waktu
Orang yang memiliki etos kerja tidak mau ada waktu yang terbuang sia-
sia. Waktu adalah rahmat Allah yang harus diisi dengan amal saleh (Q.S Al-
Ashri (103) 1-3) yang berarti
1. Demi masa
2. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati
supaya menetapi kesabaran) dan tidak memboroskannya, karena
memboroskan waktu adalah kerugian.
Esensi waktu adalah rasa tanggung jawab yang sangat besar terhadap
pemanfaatan kehidupan ini. Allah mengatakan, maka apabila engkau telah
selesai dari suatu pekerjaan, maka kerjakanlah urusan yang lain dengan
sungguh-sungguh (QS. Al-Insyirah (94): 7), dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa-apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)
(QS. Al-Hasyr (59): 18).
2. Memiliki Moralitas Yang Ikhlas
3. Memiliki Kejujuran
Jujur dalam bahasa Arab disebut shidik yang artinya benar. Kejujuran
adalah bisikan hati yang secara terus menerus mendesak dan membisikkan
nilai moral luhur yang didorong kecintaan pada Ilahi. Kejujuran bukan
datang dari luar dan bukan pula sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah
panggilan dan kesadaran dari dalam diri sendiri. Orang yang jujur pada diri
sendiri berarti memiliki keterbukaan jiwa yang transparan. Tidak ada yang
tersembunyi dari hati nurani, mengaku kelemahan diri sendiri dan
menerima kebenaran atau kelebihan dari orang lain.
4. Memiliki Komitmen
6. Memiliki Kedisiplinan
Pribadi muslim yang memiliki sifat percaya diri, orang tersebut akan
tampil optimis dan menenangkan. Beberapa ciri kepribadian sikap percaya
diri adalah :
a. Berani menyatakan pendapat atau gagasannya sendiri, meskipun
beresiko tinggi.
b. Mampu menguasi emosinya, berpikir dengan tenang dan jernih
meskipun dalam keadaan tertekan.
c. Memiliki kemandirian yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
orang lain yang lebih dominan atau mayoritas.
Harga diri dalam konteks ini adalah bertahan atau tidak melibatkan diri
apalagi menjerumuskan diri kepada hal-hal yang tercela atau tidak
bermakna. Ciri-ciri orang yang memiliki harga diri, diantaranya :
a. Konsisten dengan kebenaran
b. Persesuaian antara perbuatan dengan ucapan
c. Suka mealayani dan mengutamakan kepentingnan bersama
d. Menghormati setiap orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia
e. Bersih hati dan perbuatan dari sifat-sifat tercela (riya, sombong, angkuh,
iri, dengki, dan egoistis)
f. Sederhana dalam berbagai hal.
Seorang pribadi muslim harus memiliki tujuan yang jelas dan seluruh
tindakannya diorientasikan kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
itu. Hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari
esok (QS. Al-Hasyr (59) : 18). Untuk mendapat keberhasilan dan hasil yang
optimal maka orang harus memiliki tujuan yang pasti dan jelas dalam
hidupnya.
Hidup adalah berjuang untuk beramal shaleh. Salah satu harkat dan
martabat manusia baik dimata manusia maupun dalam pandangan Allah
adalah amal shaleh. Manusia yang ingin menjaga dan mempertahankan
harkat dan martabatnya tentu akan siap dan terus berkompetinsi untuk
memperbanyak amal kebaikannya. Berkompetisi dalam kebaikan adalah
perintah Allah (QS. Al-Baqarah (2) : 148) yang harus dilaksanakan.
Perintah berkompetisi mengajak manusia untuk tidak boleh menyerah pada
kelemahan dan kegagalan serta menggiring manusia menjadi orang yang
ulet dan gigih serta optimis dalam berbagai segi kehidupan.
18. Keinginan Untuk Mandiri
Salah satu ciri pribadi muslim yang memiliki etos kerja ialah adanya
suatu dorongan untuk melakukan perantauan. Pengalaman dalam peraturan
akan melatih seseorang untuk mampu mandiri dan menyesuaikan diri
sertapandai menyimak dan menimba budaya orang lain, sehingga akan
membentuk kepribadian seseorang untuk senantiasa berbuat baik, mampu
membaca budaya dan situasi.
Etos kerja pribadi muslim adalah etos yang sangat erat kaitannya dengan
cara pemeliharaan kesehatan dan kesegaran jasmani. Allah menyuruh
manusia untuk memperhatikan apa yang dimakan yaitu: makanan yang
halal dan baik (bergizi tinggi dan memberikan efek kimiawi yang
menguntungkan pada tubuh) (QS. Al-Baqarah (2) : 168)
Diantara ciri dan cara dari kepribadian muslim yang mampunyai etos
kerja adalah bekerja keras, ulet dan pantang menyerah. Keuletan adalah
modal yang sangat berharga dalam menghadapi segala tantangan atau
tekanan. Oleh sebab itu tantangan disadari sebagai bagian dari kehidupan
yang harus dilalui dengan sungguh-sungguh dan tekun, pantang menyerah
dan putus asa (QS. Yusuf (2) : 87) karena putus asa bukan etos kerja pribadi
muslim.
Umat islam seyogiannya memiliki etos kerja seperti yang disebutkan di atas
kartena Islam merupakan agama yang sangat menghargai pekerjaan
seseorang sebagai aplikasi iman dan ibadahnya kepada Allah SWT.
B. KESEJAHTERAAN SOSIAL
Sejahtera berarti; aman sentosa, makmur, selamat, terlepas dari segala
macam gangguan dan kesukaran. Kesejahteraan yaitu; keamanan, keselamatan,
ketentraman, kemakmuran, kesenangan hidup dan sebagainya. Kesejahteraan
sosial berarti keadaan sejahtera masyarakat. Namun arti kesejahteraan sosil dalam
pokok bahasan ini dibatasi kesejahteraan sosial dalam hubungan etos kerja.
Menurut Khurshid Ahmad, negara-negara Islam menderita
keterbelakangan perekonomian yang merata, karena mereka tidak memanfaatkan
atau kurang memanfaatkan sumber-sumber daya manusia dan fisik mereka
sehingga mereka menderita kemiskinan, kemandegan dan keterbelakangan.
Untuk mendapat kesejahteraan sosial yang baik tahapan yang harus diupayakan
adalah:
Dalam sejarah Islam Umar bin Khatab dan Umar bin Abdul Aziz adalah
khalifah yang sangat pedu;i terhadap kesejahteraan masyarakat.