Anda di halaman 1dari 10

BAB 9

ETOS KERJA DAN


KESEJAHTERAAN SOSIAL
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN : BPK. H. E. KOSASIH

DISUSUN OLEH :

Heni Kusniawati ( 023001902014 )


Chika Paradila ( 023001902020)

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
A. ARTI DAN ETOS KERJA ISLAM
Etos kerja adalah totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan,
memandang, meyakini dan memberikan makna tentang suatu pekerjaan yang
mendorong diri untuk bertindak dan meraih amal (hasil) yang optimal. Etos
juga berarti percaya , tekun dan senang pada pekerjaan yang sedang dihadapi
dengan tidak memandang apakah pekerjaan itu sebagai buruh kasar atau
memimpin suatu perusahaan besar.
Semua kegiatan yang dilakukan dan tidak bertentangan dengan syari’ah
dimasukkan kedalam kategori ibadah. Salah satu bentuk ibadah adalah bekerja
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal. Umat islam
sendiri sangat dianjurkan untuk bekerja dan dilarang malas, mengemis dan
menggantungkan hidup pada orang lain. Untuk memperoleh hasil maksimal
dan suasana kerja yang teduh dan damai Allah melalui wahyu-Nya dan contoh
teladan dari para nabi dan utusan-Nya, memberikan pedoman dan aturan-aturan
yang kemudian disebut dengan etos kerja islami.
Toto Tasmara dalam bukunya “Membudayakan Etos Kerja Islami”
menyebutkan ciri-ciri etos kerja muslim, dan semua itu berlandaskan pada
akhlak mulia dalam bukunya yaitu :

1. Menghargai Waktu

Orang yang memiliki etos kerja tidak mau ada waktu yang terbuang sia-
sia. Waktu adalah rahmat Allah yang harus diisi dengan amal saleh (Q.S Al-
Ashri (103) 1-3) yang berarti
1. Demi masa
2. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati
supaya menetapi kesabaran) dan tidak memboroskannya, karena
memboroskan waktu adalah kerugian.
Esensi waktu adalah rasa tanggung jawab yang sangat besar terhadap
pemanfaatan kehidupan ini. Allah mengatakan, maka apabila engkau telah
selesai dari suatu pekerjaan, maka kerjakanlah urusan yang lain dengan
sungguh-sungguh (QS. Al-Insyirah (94): 7), dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa-apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)
(QS. Al-Hasyr (59): 18).
2. Memiliki Moralitas Yang Ikhlas

Orang yang ikhlas adalah orang yang melaksanakan tugasnya secara


profesional, bekerja dengan ilmu, keahlian dan keterampilan serta tanpa
motivasi lain kecuali bahwa pekerjaan itu merupakan amanah yang harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

3. Memiliki Kejujuran

Jujur dalam bahasa Arab disebut shidik yang artinya benar. Kejujuran
adalah bisikan hati yang secara terus menerus mendesak dan membisikkan
nilai moral luhur yang didorong kecintaan pada Ilahi. Kejujuran bukan
datang dari luar dan bukan pula sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah
panggilan dan kesadaran dari dalam diri sendiri. Orang yang jujur pada diri
sendiri berarti memiliki keterbukaan jiwa yang transparan. Tidak ada yang
tersembunyi dari hati nurani, mengaku kelemahan diri sendiri dan
menerima kebenaran atau kelebihan dari orang lain.

4. Memiliki Komitmen

Komitmen adalah keyakinan yang mengikat hati nurani secara kukuh


dan kemudian menggerakkan diri berperilaku sesuai yang diyakini. Orang
yang berkomitmen memungkinkan dirinya berjuang keras menghadapi
berbagai tantangan dan tekanan dan pula tidak mengenal kata menyerah dan
putus asa.

5. Istiqamah, Kuat Pendirian

Istiqamah berarti tetap dan tegar dalam kebenaran meskipun


menghadapi rintangan. Orang yang istiqamah memiliki sikap atas taat azas.

6. Memiliki Kedisiplinan

Disiplin adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang


dan tetap taat, walaupun dalam situasi yang tidak mendukung. Disiplin
merupakan tiang utama etos kerja produktif. Umat islam telah dilatih untuk
disiplin tepat waktu dan tepat kerja melalui ibadahnya (shalat, shaum, zakat,
dan haji).
7. Konsekuen dan berani menghadapi tantangan

Orang yang berani menghadapi tantangan, menganggap hidup adalah


pilihan dan dari setiap pilihan itu merupakan tanggung jawabnya adalah
orang yang konsekuen. Mereka tidak mungkin menyalahkan orang lain atas
apa yang terjadi pada dirinya. Orang yang konsekuen juga memiliki
motivasi yang kuat untuk mencapai suatu tujan, menjaga apa yang telah
menjadi keputusannya, dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.

8. Memiliki Sikap Percaya Diri

Pribadi muslim yang memiliki sifat percaya diri, orang tersebut akan
tampil optimis dan menenangkan. Beberapa ciri kepribadian sikap percaya
diri adalah :
a. Berani menyatakan pendapat atau gagasannya sendiri, meskipun
beresiko tinggi.
b. Mampu menguasi emosinya, berpikir dengan tenang dan jernih
meskipun dalam keadaan tertekan.
c. Memiliki kemandirian yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
orang lain yang lebih dominan atau mayoritas.

9. Mereka Orang Yang Kreatif

Orang yang kreatif selalu mencari alternatif mengenai sesuatu yang


dihadapi dan melakukan kegiatan yang bersifat renungan serta
membiasakan diri untuk mencari jawaban dari pertanyaan, terutama yang
bersifat konseptual. Beberapa ciri-ciri orang kreatif adalah :
a. Kuatnya motivasi untuk berprestasi
b. Komitmen terhadap tugas
c. Inisiatif dan optimisme

10. Bertanggung Jawab

Sikap atau tindakan seseorang dalam menerima sesuatu sebagai amanah


dengan penuh kesadaran dan ingin menunaikannya dengan sebaik-baiknya
disebut tanggung jawab. Amanah adalah titipan yang konsekuensinya
tanggungjawab. Apabila tanggungajawab telah dilakukan artinya kewajiban
telh dilaksanakan sehingga hati dan pikiran menjadi tenang.

11. Bahagia karena melayani


Melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran dan
kepedulian terhadap nilai kemanusiaan. Memberikan pertolongan
merupakan investasi yang dapat dipetik hasilnya baik di dunia maupun di
akhirat. Nabi Muhammad sebagai contoh teladan bagi umat manusia
menyatakan bahwa dirinya hanyalah pelayan dan utusan Allah.

12. Memiliki Harga Diri

Harga diri dalam konteks ini adalah bertahan atau tidak melibatkan diri
apalagi menjerumuskan diri kepada hal-hal yang tercela atau tidak
bermakna. Ciri-ciri orang yang memiliki harga diri, diantaranya :
a. Konsisten dengan kebenaran
b. Persesuaian antara perbuatan dengan ucapan
c. Suka mealayani dan mengutamakan kepentingnan bersama
d. Menghormati setiap orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia
e. Bersih hati dan perbuatan dari sifat-sifat tercela (riya, sombong, angkuh,
iri, dengki, dan egoistis)
f. Sederhana dalam berbagai hal.

13. Memiliki Jiwa Kepemimpinan

Allah mengatakan manusia khalifah di bumi (QS. Al-Baqarah (2) : 30)


yang berarti mengambil peran sebagai pemimpin dalam kehidupan di bumi.
Nabi Muhammad menegaskan setiap kamu adalah pemimpin dan setiap
pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban. Memimpin berarti
mengambil peran untuk memengaruhi dirinya dan memberikan inspirasi
teladan bagi orang lain

14. Berorientasi Ke Masa Depan

Seorang pribadi muslim harus memiliki tujuan yang jelas dan seluruh
tindakannya diorientasikan kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
itu. Hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari
esok (QS. Al-Hasyr (59) : 18). Untuk mendapat keberhasilan dan hasil yang
optimal maka orang harus memiliki tujuan yang pasti dan jelas dalam
hidupnya.

15. Hidup Berhemat Dan Efisien


Berhemat bukan berarti menumpuk kekayaan yang menimbulkan sifat
kikir, tetapi karena adanya semacam kesadaran bahwa waktu tidak
selamanya berjalan seperti yanng diharapan. Jadi orang yang berhemat
adalah orang yang berpandangan jauh kedepan untuk menyikapi suatu
keadaan yang tidak biasa atau tidak terduga. Efisien berarti cara melakukan
sesuatu yang benar, tepat dan akurat tanpa membuang-buang waktu dan
potensi-potensi lain kepada yang seharusnya tidak perlu.

16. Memiliki Jiwa Wiraswasta

Orang yang selalu melihat peluang dan berpikiran analitis biasanya


disebut sebagai orang yang memiliki jiwa wiraswasta. Sifat-sifat orang yang
memiliki jiwa wiraswasta diantaranya :
a. Memiliki niat yang kuat dan tidak ada kata menyerah dala menghadapi
tantangan
b. Percaya diri
c. Terbuka dan mau bekerjasama dalam mengembangkan diri
d. Mempunyai perhatian terhadap segala sesuatu
e. Tidak puas dengan apa yang ada dan selalu mencari terobosan baru
f. Tidak melihat masalah sebagai hambatan melainkan sebagai alat untuk
maju
g. Setiap tindakan atau keputusannya didasarkan pada perhitungan yang
objektif, nalar dan faktual
h. Selalu menjalin komunikasi untuk menambah jaringan kerja dalam
upaya pengembangan usaha
i. Senang pada kompetisi untuk mengetahui kompetensi sebenarnya
j. Tidak takut pada perubahan

17. Memiliki Insting Berkompetisi

Hidup adalah berjuang untuk beramal shaleh. Salah satu harkat dan
martabat manusia baik dimata manusia maupun dalam pandangan Allah
adalah amal shaleh. Manusia yang ingin menjaga dan mempertahankan
harkat dan martabatnya tentu akan siap dan terus berkompetinsi untuk
memperbanyak amal kebaikannya. Berkompetisi dalam kebaikan adalah
perintah Allah (QS. Al-Baqarah (2) : 148) yang harus dilaksanakan.
Perintah berkompetisi mengajak manusia untuk tidak boleh menyerah pada
kelemahan dan kegagalan serta menggiring manusia menjadi orang yang
ulet dan gigih serta optimis dalam berbagai segi kehidupan.
18. Keinginan Untuk Mandiri

Islam merupakan agama yang sangat menghargai kemandirian. Orang


yang mandiri akan merasa risih apabila memperoleh sesuatu secara gratis
dan merasa malu untuk menerima sesuatu, walaupun apa yang diterimanya
itu halal dan keluar dari hati yang ikhlas.

19. Kemauan Belajar dan Menari ilmu

Wahyu Allah yang pertama diterima oleh Muhammad (QS. Al-‘Alaq


(96) : 1-5) sangat erat hubungannya dengan belajar dan menuntut ilmu
pengetahuan. Belajar dan mencari ilmu dalam pandangan islam tidak
dibatasi oleh usia dan tempat. Nabi mengatakan “Tuntutlah ilmu
pengetahuan semenjak dari buaian sampai ke liang lahat, tuntutlah ilmu
sekalipun ke negri Cinta”.

20. Memiliki Semangat Perantauan

Salah satu ciri pribadi muslim yang memiliki etos kerja ialah adanya
suatu dorongan untuk melakukan perantauan. Pengalaman dalam peraturan
akan melatih seseorang untuk mampu mandiri dan menyesuaikan diri
sertapandai menyimak dan menimba budaya orang lain, sehingga akan
membentuk kepribadian seseorang untuk senantiasa berbuat baik, mampu
membaca budaya dan situasi.

21. Memprihatikan Kesehatan dan Gizi

Etos kerja pribadi muslim adalah etos yang sangat erat kaitannya dengan
cara pemeliharaan kesehatan dan kesegaran jasmani. Allah menyuruh
manusia untuk memperhatikan apa yang dimakan yaitu: makanan yang
halal dan baik (bergizi tinggi dan memberikan efek kimiawi yang
menguntungkan pada tubuh) (QS. Al-Baqarah (2) : 168)

22. Tangguh dan Pantang Menyerah

Diantara ciri dan cara dari kepribadian muslim yang mampunyai etos
kerja adalah bekerja keras, ulet dan pantang menyerah. Keuletan adalah
modal yang sangat berharga dalam menghadapi segala tantangan atau
tekanan. Oleh sebab itu tantangan disadari sebagai bagian dari kehidupan
yang harus dilalui dengan sungguh-sungguh dan tekun, pantang menyerah
dan putus asa (QS. Yusuf (2) : 87) karena putus asa bukan etos kerja pribadi
muslim.

23. Berorientasi pada Produktivitas


Seorang muslim seharusnya menghayati makna firman Allah (QS. Bani
Israil (17) : 27) dengan sangat tegas melarang sikap mubazir. Pribadi
muslim adalah manusia yang memperhatikan produktivitas (QS. Al-Kahfi
(18) : 7). Dirinya akan merasa hampa, tidak berarti dan menyesali apabila
kehidupannya tanpa makna dan tidak produktif.

24. Memperkaya Jaringan Silaturahmi


Pribadi yang memiliki etos kerja akan menjadikan silaturahmi sebagai salah
satu roh pengembangan dirinya, karena silaturahmi bukan saja memiliki
nilai ibadah tetapi dapat memperlancar gerak kehidupan.

25. Memiliki Semangat Perubahan

Pribadi yang memiliki etos kerja sangat menyadari bahwa manusia


adalah makhluk Allah yang memiliki kebebasan untuk memilih. Allah
sebagai pencipta manusia sangat demokratis “Sesungguhnya ia tidak
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Al-Ra’d (13) :
11)

Srijanti dkk, dalam buku Etika Membangun Masyarakat Islam Modern


menjelaskan etos kerja Islam itu adalah :

1. Bekerja sampai tuntas


2. Bekerja dengan ikhlas
3. Bekerja dengan jujur
4. Bekerja menggunakan teknologi
5. Bekerja dengan kelompok
6. Bekerja keras
7. Bekerja sebagai bentuk pelayanan.

Umat islam seyogiannya memiliki etos kerja seperti yang disebutkan di atas
kartena Islam merupakan agama yang sangat menghargai pekerjaan
seseorang sebagai aplikasi iman dan ibadahnya kepada Allah SWT.

B. KESEJAHTERAAN SOSIAL
Sejahtera berarti; aman sentosa, makmur, selamat, terlepas dari segala
macam gangguan dan kesukaran. Kesejahteraan yaitu; keamanan, keselamatan,
ketentraman, kemakmuran, kesenangan hidup dan sebagainya. Kesejahteraan
sosial berarti keadaan sejahtera masyarakat. Namun arti kesejahteraan sosil dalam
pokok bahasan ini dibatasi kesejahteraan sosial dalam hubungan etos kerja.
Menurut Khurshid Ahmad, negara-negara Islam menderita
keterbelakangan perekonomian yang merata, karena mereka tidak memanfaatkan
atau kurang memanfaatkan sumber-sumber daya manusia dan fisik mereka
sehingga mereka menderita kemiskinan, kemandegan dan keterbelakangan.

Untuk mendapat kesejahteraan sosial yang baik tahapan yang harus diupayakan
adalah:

1. Setiap pribadi yang ada di masyarakat harus berusaha memiliki ilmu


pengetahuan dan keterampilan.
2. Bantuan dari keluarga terdekat berupa zakat, infak, sedekah dan
pemberian-pemberian lainnya.
3. Bantuan dari masyarakat kepada anggota-anggota masyarakat yang
membutuhkan baik berupa keuangan, keterampilan maupun saran,
pendapat, wawasan dan lapangan pekerjaan.
4. Tanggung jawab pemerintah untuk menyejahterakan rakyatnya.

Dalam sejarah Islam Umar bin Khatab dan Umar bin Abdul Aziz adalah
khalifah yang sangat pedu;i terhadap kesejahteraan masyarakat.

C. ZAKAT DAN KEPEDULIAN SOSIAL


Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam. Perintah
menunaikan zakat dalam Al-Qur’an sering diletakan pada ayat yang sama dengan
pemerintah mendirikan shalat. Ibadah zakat adalah kewajiban yang bersifat sosial
yang dilakukan terhadap masyarakat. Ibadah ini tidak kurang pentingnya dari
ibadah shalat, puasa dan haji. Menurut M. Quraish Shihab menunaikan zakat
bukan semata-mata atas dasar kemurahan hati, tetapi kalo terpaksa “Dengan
tekanan penguasa” pada masa yang lalu (terutama pada masa kejayaan umat
islam), sistem zakat telah dijalankan dengan baik dan dapat memperkecil jurang
pemisah antara yang kaya dan yang miskin. Tetapi sekarang, kesadaran sosial
umat (di indonesia) kurang mendalam, perhatian umat lebih tertuju kepada ibadah
shalat, puasa, haji dari pada ibadah yang erat hubungannya dengan kehidupan
sosial seperti zakat dan lain-lain.

Diantara manfaat ibadah zakat adalah :

1. Mengurangi/mengikis sifat-sifat kikir didalam jiwa serta melatih


memiliki sifat-sifat dermawan dan mengantar seseorang mensyukuri
nikmat Allah.
2. Menciptakan ketenangan dan ketentraman, bukan hanya kepada
penerima tetapi juga kepada pemberi zakat.
3. Mengembangkan harta benda.

D. PENGELOLAAN DAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT


Pengelolaan dan pendistribusian zakat harus berorientasi untuk
memajukan kesejahteraan sosial. Zakat bila telah terkumpul pada lembaga
tertentu seperti amil zakat atau rumah zakat dapat diberikan dengan jumlah yang
cukup, tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi para mustahiq yang membutuhkan
tetapi juga dapat digunakan untuk menopang terciptanya kesejahteraan sosial
yang baik, seperti biaya pendidikan dan biaya untuk mendapat keterampilan serta
sebagai modal usaha bagi orang-orang yang memiliki keterampilan tetapi tidak
memiliki modal. Zakat dapat pula digunakan untuk kegiatan yang bersifat bisnis
dan untuk menciptakan lapangan pekerjaan selama kegiatan itu tetap bertujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan sosial, terutama masyarakat
yang tingkat kesejahteraannya rendah.

Anda mungkin juga menyukai