Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IBADAH MAHDHAH DAN


IBADAH GHAIRU MAHDHAH

Dosen Pengampu :
Drs.Najmuddin Rasul, M.Pd

Disusun oleh :

Novitri Cindyka Maharani


2210112070

UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, dan terus dapat menimba ilmu di Universitas Andalas.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari,
agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap
perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
Terima kasih, wassalamu’ alaikum.

Padang, 27 November 2022

Novitri Cindyka Maharani

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..........................................................................................................i

Daftar Isi ....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A.Latar Belakangan Masalah.....................................................................................1


B.Rumusan Masalah .................................................................................................2
C.Tujuan Penulisan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A.Pengertian Ibadah...................................................................................................3
B.Hakikat Ibadah .......................................................................................................4
C.Pembagian Ibadah..................................................................................................6
D.Fungsi dan Tujuan Ibadah......................................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................11

A.Kesimpulan ............................................................................................................11
B.Daftar Pustaka .......................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian umat manusia percaya bahwa ibadah hanyalah melakukan ritual
yang dipandang sebagai kewajiban, seperti puasa dan salat. Sayangnya, kita
gagal mengingat bahwa ibadah tidak bisa dipisahkan dari larangan-larangan
pertama Tauhid. Mengapa? Semuanya saling berhubungan karena kita tidak
bisa sampai pada monoteisme tanpa memahami sepenuhnya ide ibadah.

Ibadah diakui secara luas dalam karya-karya hukum Islam dan memiliki
sejarah panjang dalam studi Islam. Termasuk dalam kitab-kitab fikih ini,
pembahasannya diawali dengan topik ibadah. Semua entitas kehendak dan
emosional, termasuk manusia, melayani Allah. Hamba, yang dikenal dengan
istilah “abd” dalam bahasa Al-Qur’an, adalah sesuatu yang dimiliki dan
dikuasai. Allah memiliki kepemilikan yang lengkap dan tidak diragukan lagi
atas hamba-hamba-Nya. Akibatnya, makhluk tidak dapat terlibat dalam
kehidupan dan aktivitas sendiri. Menerima semua arahan-Nya sebagai
kewajiban yang lahir dari kepemilikan itu.

Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an di atas, menyembah Allah


berarti setia kepada-Nya. Oleh karena itu, melayani orang lain dalam seluruh
aktivitas hidupnya untuk memuliakan Allah adalah alasan mereka dijadikan
untuk disembah. Jelas bahwa ibadah sangat penting bagi keberadaan manusia
di tempat ini. Tentu saja, seorang Muslim yang taat berkeinginan untuk
melakukan ibadah yang diperintahkan oleh Allah, namun pada kenyataannya,
banyak Muslim yang melakukan ibadah yang tidak benar. Kelompok terakhir
ini mungkin belum memahami hakikat ibadah itu sendiri, tujuannya, atau
perannya. Melihat fakta ini, belajar lebih banyak tentang ibadah dari sudut
pandang Al-Qur'an sangat menarik.
B. Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah
pada permasalahan ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu ibadah?
2. Bagaimana hakikat ibadah?
3. Bagaimana pembagian ibadah?
4. Apa saja fungsi ibadah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas agama Islam
dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penyusun dan pembaca tentang Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah beserta
cakupannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah
Dalam istilah linguistik, pemujaan diartikan sebagai penyerahan diri
atau kerendahan hati. Sebaliknya, ibadah adalah tindakan penyerahan yang
dilakukan dan dilakukan sesuai dengan perintah Allah SWT, merendahkan diri
di hadapan-Nya dengan cinta yang besar, dan meliputi semua yang membuat
Allah senang, baik itu berbentuk kata-kata atau kata-kata atau perbuatan. yang
bersifat dhahir atau pemikiran.
Ibadah adalah pengabdian kepada Allah SWT. Secara harfiah, ibadah
adalah pengabdian. Ibadah adalah tindakan menunjukkan ketaqwaan kepada
Allah SWT dalam bahasa Indonesia, yang dilandasi ketaatan untuk mengikuti
perintah-Nya dan menahan diri dari melanggar larangan-Nya. Istilah fiqh
menggambarkan ibadah sebagai jenis pelayanan diri kepada Allah SWT. rajin
mengikuti semua petunjuk dan nasihat-Nya, dan menahan diri dari melakukan
apa pun yang Dia larang. Ingatlah bahwa hanya Allah yang bertanggung
jawab atas semua tindakan Anda, baik secara lisan maupun tulisan.
Pada dasarnya ibadah dapat di bagi dalam tiga kategori utama antara
lain:
1. Ibadah hati (qalbiah) adalah ketika seseorang telah memiliki rasa
takut, rasa cinta (mahabbah), mengharap (raja’), senang (raghbah),
ikhlas, tawakkal.
2. Ibadah lisan & hati (lisaniyah wa qalbiyah) adalah dalam bentuk
dzikir, tasbih, tahlil, tahmid, takbir, syukur, berdoa, membaca ayat
Al-qur’an.
3. Ibadah perbuatan fisik dan hati (badaniyah wa qalbiyah) adalah
yang dilaksanakan dalam bentuk sholat, zakat, haji, berjihad,
berpuasa.
Kata ibadah berasal dari bahasa Arab. Asal katanya "abada", yaitu
"merendahkan diri serta tunduk", dalam arti penghambaan diri ('abid) kepada
Allah SWT. Penulis syarah Al-Wajibat menjelaskan, “Ibadah secara bahasa
berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.

Ibadah menurut ulama' tuhid adalah mengesakan Allah SWT dengan


sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa setunduk-
tunduknya kepada Allah SWT.12 Pengertian ini didasarkan pada firman-Nya :

Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu


mempersekutukanNya dengan sesuatu pun”. (QS. an-Nisa': 36)

Tentang ibadah, khususnya yang dilakukan sebagai sarana


mendekatkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang
disembah

B. Hakikat Ibadah

Jin dan manusia tidak diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi
sesuatu yang sia-sia dan sia-sia. Selain itu, Allah SWT tidak menciptakan
mereka untuk makan, minum, hiburan, atau tertawa; melainkan, Dia
menciptakan mereka untuk satu tujuan mulia: untuk menyembah Allah
SWT, mempersatukan, mengagungkan, dan menjunjung-Nya melalui
kepatuhan terhadap semua perintah-Nya dan menahan diri dari semua
larangan-Nya, berhenti pada batas-batas-Nya (dengan mematuhi larangan-
Nya). , dan meninggalkan ibadah selain-Nya.

Hakikat ibadah adalah untuk meningkatkan kesadaran diri seseorang


akan statusnya sebagai makhluk Allah SWT yang mengabdi kepada-Nya.
Ketaatan beribadah memiliki efek menguntungkan bagi kehidupan
seseorang karena pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang
melakukannya secara konsisten mengingat Allah SWT, yang membawa
ketenangan jiwa semakin banyak mereka mengingat-Nya.

Pertama-tama harus menyucikan jiwanya untuk mendekati Yang


Mahakudus. Berdoa adalah salah satu cara untuk menyucikan jiwa. Jiwa
seseorang lebih murni dan membawanya lebih dekat kepada Tuhan
semakin taat dia beribadah.

Tujuan utama kehidupan manusia adalah untuk memuliakan Tuhan,


dan tujuan ini hanya dapat berkembang ketika dua talenta yang
membentuk kepribadian seseorang sebagai salah satu makhluk Tuhan
diberikan arahan dan bimbingan yang sangat baik melalui pendidikan di
sepanjang jalan yang disetujui oleh tuhannya.

Tanda bahwa seseorang benar-benar tekun dalam beribadah ada tiga


macam, yaitu:

a. Hatinya digunakan untuk berfikir;


b. Lidahnya dipergunakan untuk berdzikir;
c. Badannya dipergunakan untuk beramal

C. Pembagian Ibadah

Para ulama menjelaskan bahwa secara garis besar, ibadah dapat dibagi
dalam dua kelompok besar, yakni ibadah mahdhah dan ibadah Ghairu
mahdhah.

1. Ibadah Mahdhah

Ibadah Mahdah adalah penghambaan yang murni hanya hubungan


hamba dengan Allah. Ibadah mahdhah atau disebut juga ibadah unik
adalah ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah baik kekhususannya,
tingkatannya, dan tata caranya tertentu. Sering disebut dengan ibadah
mahdhah, ibadah ini merupakan representasi dari rukun lima ajaran Islam,
yang meliputi: shalat, puasa, zakat, dan haji. Ibadah mahdhah yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah ibadah shalat.
Ibadah Mahdhah memiliki tiga ciri sebagai berikut:

a) Pertama, sejak lahirnya syarat-syaratnya, ibadah mahdhah sudah


memasukkan sedekah dan ucapan sebagai salah satu bentuk ibadah.
Penyembahan Mahdhah juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang
mengungkapkan bahwa dilarang memanggil selain Allah Ta'ala
karena faktor-faktor seperti musyrik.
b) Kedua, ibadah mahdhah merupakan amalan batiniah yang
menghasilkan manfaat bagi pelakunya di akhirat.
c) Ketiga, akal atau akal manusia biasa tidak dapat mengungkap
ibadah mahdhah; hanya wahyu yang diberikan kepada Rasul Allah
yang dapat melakukannya.

Shalat yang terdiri dari amalan-amalan shalat yang telah diatur sejak
awal merupakan contoh ibadah mahdhah. Dan orang-orang yang
mendirikan shalat tentu mengharapkan manfaat dari Allah SWT. Dan
langsung saja penjelasan Nabi Muhammad SAW tentang wahyu yang
diwahyukan dapat memberitahu kita tentang amalan shalat ini. bukan hasil
dari imajinasi dan cita-cita seseorang.

2. Ibadah Ghairu Mahdhah

Semua bentuk ibadah, yang dikenal sebagai ghairu mahdhah,


diridhoi oleh Allah. Seperti belajar, bermeditasi, mengulurkan tangan
kepada orang lain, berbakti kepada orang tua, dll atau segala sesuatu yang
dicintai dan diridhoi Allah, baik itu berupa perkataan atau perbuatan,
pikiran atau perasaan, atau keduanya. Oleh karena itu, ibadah Ghairu
Mahdhah, juga dikenal sebagai ibadah umum, mencakup semua aspek
kehidupan, termasuk kehidupan sosial, politik, budaya, seni, dan
pendidikan.
Semua perbuatan yang dibolehkan oleh Allah tetapi tidak jelas
hukum dan spesifikasinya, merupakan ibadah Ghairu Mahdhah. Itu bisa
dilakukan sebagai ibadah selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarangnya,
menurut prinsip: Keberadaannya didasarkan pada kurangnya bukti dari
yang melarang.

Tata kelolanya tidak perlu mencontoh Nabi sehingga persoalan


baru (bid'ah) dalam ibadah ghairu mahdhah diperbolehkan. cirinya secara
logika, jenis ibadah ini baik atau buruk, atau pro dan kontra, keuntungan
atau kerugiannya, dapat diputuskan dengan akal atau logika.

Ibadah Ghairu mahdhah dalah ibadah yang tidak murni ibadah


artinya ibadah yang tidak di khususkan untuk menyembah Allah, namun
untuk di dirikan ibadah selain kepada Allah. Sehingga ibadah ghairu
mahdhah memiliki ciri sebagai berikut:

a) Pertama, ibadah Ghairu Mahdhah pada mulanya bukanlah


ibadah; Namun, setelah dipikirkan dan dilakukan dengan
niat baik, pelaku mengubah status ibadah tersebut.
b) Kedua, tujuan dari perbuatan ini murni duniawi dan tidak
ada hubungannya dengan mendapatkan pahala dari Allah.
c) Ketiga, jenis kegiatan amal dapat diamati dan diketahui
tanpa rasul Allah menerima wahyu apapun.

Ilustrasi langsung dari ibadah Ghairu Mahdhah ini adalah bahwa


seseorang yang makan biasanya melakukannya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, tetapi jika ia makan dengan tujuan untuk beribadah
atau berdoa, maka makan itu bisa dianggap sebagai ibadah. Makan Tanpa
wahyu dari Rasul Allah, umat manusia telah secara aktif terlibat dalam
pekerjaan ini sejak awal waktu.

Dalam Ibadah ini berlaku kaidah ushul fiqih :


Artinya: “Pada dasarnyasegala sesuatu itu hukumnya diperbolehkan
sepanjang tidak ada dalil yang menunjukkan keharamannyasegala sesuatu
itu hukumnya diperbolehkan sepanjang tidak ada dalil yang menunjukkan
keharamannya

D. Fungsi dan Tujuan Ibadah

Ketika menganalisis teks-teks tentang ibadah dari perspektif urgensi,


ditemukan bahwa tujuan ibadah adalah untuk memperkuat dan memajukan
prinsip-prinsip moral monoteisme. Atau dalam berbagai terbitan, disarankan
agar seorang hamba melayani dengan jiwa dan raga. Ibadah itu seperti taman;
semakin banyak ibadah ditaburkan di atasnya, semakin berbuah orang
tersebut, dan semakin mekar nilai-nilai tauhid. Namun, individu jarang
melakukan ibadah, yang memberikan kesempatan individu untuk bertindak
bertentangan dengan keyakinan monoteistik.

Karena Keesaan Allah dalam hakikat dan sifat-sifat-Nya merupakan


rukun Islam yang pertama dan masalah tauhid, shalat sebagai sarana tauhid
merupakan persoalan yang sangat kritis. Ibadah ini sangat penting sehingga
setiap orang akan mengerti bahwa itu untuk mereka.

Keberadaan manusia memiliki tujuan. Tujuan ibadah dalam kaitannya


dengan peran dan status manusia sebagai “abdull-h” (hamba Allah). Tuhan
memiliki empat jenis hamba: (a) hamba menurut hukum, atau budak; (b)
hamba-hamba ciptaan, atau manusia dan semua makhluk ciptaan Tuhan
lainnya; dan (c) hamba-hamba yang bertakwa kepada Allah, atau orang
beriman yang taat yang menjunjung tinggi aturan Allah.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi khusus


manusia melengkapi hakikat peristiwa. Peran ini bisa disebut sebagai fungsi
ubudiyah karena menyangkut pelaksanaan tugas-tugas keagamaan.
Kekhususan Fungsi Hal ini menunjukkan bahwa tujuan utama manusia di
bumi adalah untuk memuliakan Allah SWT.
Manusia yang tidak menyembah-Nya karena itu bertindak di luar
peran mereka. 30 Pada kenyataannya, menurut Al-Qur'an, baik manusia
maupun jin diciptakan murni untuk tujuan beribadah kepada Allah (swt).

Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab


oleh Allah menjadi Khalifah dan Hamba Allah di muka bumi.

a) Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi


vertical dengan sang khalik.

b) Meningkatkan derajat Manusia dimata Allah SWT.


BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Selaku penulis artikel menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, akan tetapi selaku manusia biasa tetap berharap dapat menjadi bahan
diskusi dan renungan bersama dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan kita,
maka berdasarkan dari berbagai penjelasan di atas dapat kami simpulkan sebagai
berikut:

1. Ibadah adalah menyembah atau menghamba , secara istilah (Tertimologi)


ialah penghambaan seorang manusia kepada Allah untuk dapat
mendekatkan diri kepadanya sebagai bentuk realisasi dari pelaksanaan
tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah SWT. Manusia
mempunyai kewajiban sebagai mahkluk ciptaan Allah adalah
melaksankan ibadah secara total
2. Hakikat ibadah adalah untuk meningkatkan kesadaran diri seseorang
akan statusnya sebagai makhluk Allah SWT yang mengabdi kepada-Nya.
Ketaatan beribadah memiliki efek menguntungkan bagi kehidupan
seseorang karena pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang
melakukannya secara konsisten mengingat Allah SWT, yang membawa
ketenangan jiwa semakin banyak mereka mengingat-Nya.
3. Para ulama menjelaskan bahwa secara garis besar, ibadah dapat dibagi
dalam dua kelompok besar, yakni ibadah mahdhah dan ibadah Ghairu
mahdhah. Ibadah Mahdah adalah penghambaan yang murni hanya
hubungan hamba dengan Allah. Semua perbuatan yang dibolehkan oleh
Allah tetapi tidak jelas hukum dan spesifikasinya, merupakan ibadah
Ghairu Mahdhah
4. Keberadaan manusia memiliki tujuan. Tujuan ibadah dalam kaitannya
dengan peran dan status manusia sebagai “abdull-h” (hamba Allah).
Tuhan memiliki empat jenis hamba: (a) hamba menurut hukum, atau
budak; (b) hamba-hamba ciptaan, atau manusia dan semua makhluk
ciptaan Tuhan lainnya; dan (c) hamba-hamba yang bertakwa kepada
Allah, atau orang beriman yang taat yang menjunjung tinggi aturan
Allah. Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab
oleh Allah menjadi Khalifah dan Hamba Allah di muka bumi.

a) Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi


vertical dengan sang khalik.

b) Meningkatkan derajat Manusia dimata Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA

Kallang, A. (2018). Konteks Ibadah Menurut Al-Quran. Al-Din:


Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan, 4(2)

Fajrin, M. F., & Arsyam, M. (2021). Ibadah Sebagai Aspek Ritual


Ummat Islam.

SYAIFUDIN, M. (2018). PENGARUH PROGRAM STANDAR


KECAKAPAN UBUDIYAH DAN AKHLAKUL
KARIMAH (SKUA) TERHADAP KETAATAN
IBADAH SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3
BLITAR TAHUN AJARAN 2017/2018.

MUDAWAMMAH, N. (2019). STRATEGI GURU DALAM


MEMPERKUAT KUALITAS IBADAH MAHDHAH
SISWA DI MI MARGOMULYO KECAMATAN
WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK.

Anda mungkin juga menyukai