Anda di halaman 1dari 28

ASPEK IBADAH

Dosen Pengampu : Sabilil Muttaqin, Ph. D.


makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam

Disusun oleh:

Rahmah Aprillia Herdien 11200162000053

SEMESTER 1

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “ ASPEK IBADAH ”
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal mungkin, dan saya
mengucapkan terimah kasih kepada bapak Sabilil Muttaqin, Ph. D. yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari dosen Pengampu mata kuliah STUDI ISLAM dan rekan-
rekan yang sekiranya dapat memperbaiki kesalahan atau kekurangan makalah ini
selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Aspek Ibadah dalam
islam dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita, Aamiin.

Jakarta, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………….………………………...…..i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN...……………………………………………………......1

A. Latar Belakang...……………………………………………..…..1

BAB II PEMBAHASAN ..………………………………………..……......2

A. Pengertian dan Fungsi Ibadah...……………………………..….2

B. Macam – macam Ibadah..……………….……………………....6

C. Hubungan Ibadah Mahdhah dan Latihan Spiritual ………....17

D. Hikmah Ibadah Mahdhah bagi Pembinaan Akhlak Mulia…..19

BAB III PENUTUP ……………..…………………………….……...…..24

A. Kesimpulan ..………………………………………..………......24

DAFTAR PUSTAKA ………..…………………………………………...25

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah merupakan bentuk penyembahan manusia terhadap Allah SWT. Dari
ibadah dapat dilihat seberapa bersyukurnya seriap hamba, manusia tidak dapat
dipisahkan dengan penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa manusia
yang lain maksudnya adalah manusia adalah makhluk sosial. Sering kali dan
banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar
menjalankan rutinitas hal-hal yang dianggap kewajiban, seperti sholat dan
puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian
kepada Tauhid terlebih dahulu. Karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa
memahami konsep ibadah dengan sebenar-benarnya. Dalam syarah Al-Wajibat
dijelaskan bahwa “ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan
dan kepatuhan.”(Tannbihaat Mukhtasharah, hal 28)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Ibadah adalah suatu
istilah yang mencangkup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya,
baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun
yang nampak (lahir).

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi Ibadah

1. Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu ‘abida – ya’budu
– ‘abdan – ‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh, dan merendahkan diri.
Seorang yang tunduk, patuh, dan merendahkan diri dihadapan yang disembah
disebut ‘abid’ (yang beribadah)1.
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah
sebagai berikut:
a. Menurut ulama tauhid dan hadis, ibadah yaitu :
“mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri
dan menundukkan jiwa kepada-Nya”
Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama dengan tauhid.
Ikrimah salah seorang ahli hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah
dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid.
b. Menurut ahli di bidang akhlak, ibadah yaitu :
“mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala
syari’at (hukum)”
“Akhlak” dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang diwajibkan
atas pribadi, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun
masyarakat, termasuk kedalam pengertian ibadah, seperti Nabi SAW
bersabda yang artinya:
“Memandang ibu bapak karena cinta kita kepadanya adalah ibadah”
(HR Al-Suyuthi).

1
A Rahman Ritonga Zainuddin. FIQIH IBADAH, (Jakarta:Gaya Media Pratama,1997). Hal 1

2
Nabi SAW juga bersabda: “Ibadah itu sepuluh bagian, Sembilan bagian dari
padanya terletak dalam mencari harta yang halal.” (HR Al-Suyuthi)2.
c. Menurut ahli fikih
“segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah
SWT dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”
Dari semua pengertian diatas dapat ditarik bahwa “Ibadah adalah semua yang
mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik
berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan pahala-
Nya.”
Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat
dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut
dengan muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami
maknanya (ghair ma’qulat al-ma’na), seperti shalat, baik yang berhubungan
dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan
dengan lidah seperti dzikir, dan hati seperti niat.3
Penggunaan kata ibadah dalam arti taat dan sebagainya, tersebut dalam Al-
Qur’an:

َ َٰ ‫شي‬
َ ‫طنَ ۖ إِنَّ ۥهُ لَ ُكم‬
‫عدُو ُّمبِين‬ َّ ‫أَلَم أَع َهد إِلَي ُكم َٰيَبَنِى َءادَ َم أَن َّّل ت َعبُدُوا ٱل‬
Artinya: “Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam
supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi kamu”. (QS. Yasin: 60)
Dalam Tafsir Al-misbah dijelaskan bahwa ayat diatas menggunakan bentuk
tunggal untuk menunjuk kepada Allah SWT, yakni, pada kata a‟had dan
i‟buduni. Hal itu mengisyaratkan bahwa penyembahan tidak diperkenankan
kecuali kepada-Nya semata-mata, tidak kepada siapapun selain-Nya. Dengan

2
Ibid, hal 2
3
Ibid, hal 2-4

3
demikian, makna taat kepada Allah jelas terlihat dan manusia diperintah
untuk menyembah hanya kepada Allah SWT.4

2. Fungsi Ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk
beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia
tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal
perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh.
Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata,
yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak
hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan
Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia.
Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua
aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian
dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan
melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang
muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT.
Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-
Fatihah ayat 5

ْ َ‫إِيَّاكَُ نَ ْعبدُ َوإِيَّاكَُ ن‬


ُ‫ستَعِين‬
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.”

4
M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur‟an, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hal 177

4
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap
manusia, harta benda dan hawa nafsu.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan
kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan
memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara
tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan
pribadi dan masyarakat. Contohnya:
Ketika Al-Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya:
ُ‫َُّللاُأ َ ْك َبر‬
ِ َّ ‫ُۗولَ ِذكْر‬ َ ِ‫ُوأَق ِِمُالص َََّلةَُُۖ ِإنَّ ُالص َََّلةَُت َ ْنه َٰىُع َِنُا ْلفَحْ شَاء‬
َ ُ‫ُوا ْلم ْنك َِر‬ َ ‫ب‬ِ ‫ُُۗاتْلُ َماُأوحِ َيُ ِإلَ ْيكَ ُمِ نَ ُا ْل ِكتَا‬
ْ َ ‫َّللاُيَ ْعلَمُ َماُت‬
َُ‫صنَعون‬ َّ ‫َو‬
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah
dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu
perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat
diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan
tersebut.
Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan
fungsinya:
َُ‫خُذُْ ِم ْنُ أ َ ْم َو ا ل ِ ِه مُْ صَ دَ ق َ ةُ ت ط َ ه ِ ر ه مُْ َو ت َز ك ِ ي ِه مُْ ب ِ ه َ اُ َو صَ لُِ ع َ ل َ ي ْ ِه مُُُْۖ إ ِ نَُّ صَ ََل ت َ ك‬
َّ ‫س َ ك َنُ ل َ ه مُْ ُُۗ َو‬
ُ‫َّللاُ س َ ِم يعُ ع َ ل ِيم‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

5
Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran
dan kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah
sifat buruk yang anti kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakat
zakat juga akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan
memperkembangkan harta benda mereka. Orang yang mengeluarkan zakat
hatinya akan tentram karena ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak
ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi
juga membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah
tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa
kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji
dan munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR.
Thabrani)
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan
sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan
aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita
menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan
maupun perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama manusia,
menumpuk harta dan tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau
melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat
dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.

B. Macam – macam Ibadah

1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang tidak memiliki perubahan apapun dari
apa yang telah digariskan, baik berupa penambahan atau pengurangan.
Penambahan atau pengurangan dalam ibadah mahdhah merupakan bid‟ah
(mengada-ada), sesuatu yang terlarang. Ibadah ini ditetapkan oleh dalil-dalil

6
yang kuat (qath’i ah-dilalah). Ibadah mahdhah adalah ibadah dalam arti
khusus, segala pengabdian manusia (hamba) kepada Allah secara langsung
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, seperti
shalat dan puasa.
Ibadah mahdhah juga disebut dengan muamalah ma‟a al-khaliq (ibadah
dalam arti hubungan hamba dengan Allah) atau ibadah ghairu ma‟qulati al-
ma‟na (ibadah yang tidak dapat dipahami maknanya). Ibadah dalam arti
khusus (ibadah mahdhah) adalah termasuk bidang kajian fiqih al-nabawi ,
yang meliputi: (1) bersuci/berwudhu; (2) shalat, termasuk doa, zikir, dan
tilawatil Al Qur‟an; (3) puasa (termasuk ibadah badaniyyah atau ibadah
dzatiyyah; (4) zakat (termasuk ibadah maliyyah); (5) haji (termasuk ibadah
ijtimaiyyah); (6) pengurusan jenazah (termasuk ibadah badaniyyah); (7)
penyembelihan hewan; (8) sumpah dan nazar; (9) makanan dan minuman
(termasuk ibadah maliyyah).5
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah
ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya.6
➢ Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:7
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-
Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika 2 Ibadah & Akhlak keberadaannya. Haram
kita melakukan ibadah ini selama tidak ada perintah.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh
َّ ‫ع بِإِذ ِن‬
ِ‫ٱّلل‬ َ ُ‫سول إِ َّّل ِلي‬
َ ‫طا‬ َ ‫َو َما أَر‬
ُ ‫سلنَا مِ ن َّر‬
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah…(QS. An-nisa ayat 64)
َ ‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َه َٰى ُكم‬
‫عنهُ فَٱنت َ ُهوا‬ َّ ‫َو َما َءات َ َٰى ُك ُم‬
ُ ‫ٱلر‬

5
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal 9-10
6
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), hal 1
7
Ibid, hal 1-2

7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa
yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. Al-Hasry ayat 7).
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk
ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah
wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang
disebuthikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah
lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak.
Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d.ُAzasnyaُ“taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang telah ditetapkan Allah
akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya.
➢ Bentuk-bentuk ibadah mahdhah antara lain:
a) Berwudhu
Wudhu merupakan salah satu menghilangkan hadast dalam rangka sahnya
shalat. Cara wudhu yang benar adalah sebagaimana dicontohkan Rasulullah
SAW yang diungkapkan dalam hadist-hadistnya, baik hadist qauli
(perkataan) maupun hadis fi‟li (perbuatan). Secara berurutan cara wudhu
adalah sebagai berikut: niat, membaca basmallah, mencuci tangan,
menggosok gigi, berkumur dan menghirup air, mencuci muka, mencuci kedua
tangan hingga sikut, mengusap kepala, mengusap telinga, mencuci kaki, dan
membaca doa setelah berwudhu.8
b) Shalat
Secara etimologis (lughah), “shalat” doa. Adapun menurut terminologis,
shalat merupakan suatu bentuk ibadah mahdhah, yang terdiri dari gerak

8
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal 33-41

8
(hai‟ah) dan ucapan (qauliyyah), yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam. Sebagai ibadah shalat merupakan suatu bentuk kepatuhan
hamba kepada Allah yang dilakukan untuk memperoleh rida-Nya, dan
diharapkan pahalanya kelak di akhirat. Shalat merupakan tata cara mengingat
Allah secara khusus, di samping akan menghindarkan pelakunya dari
berbagai perbuatan tercela dan shalat juga bisa menjadikan kehidupan ini
tenteram. Shalat merupakan ibadah yang diwajibkan sebagai manifestasi
keimanan seseorang, bahkan sebagai indikator orang yang taqwa dan
merupakan syarat diterimanya iman seseorang. Shalat yang wajib dilakukan
oleh setiap muslim adalah lima kali dalam sehari semalam. Shalat juga
merupakan wasiat Nabi yang terakhir kepada umatnya. Dan ibadah yang
diwajibkan kepada manusia agar ia selalu mengingat Allah dimanapun dan
dalam keadaan apapun.9
c) Puasa
Istilah puasa secara etimologis berarti: menahan diri, maksudnya diam dalam
segala bentuknya termasuk tidak berbicara. Secara terminologis sebagaiman
diungkapkan dalam Subul As Salam bahwa puasa adalah menahan diri dari
makan, minum, dan melakukan hubungan suami istri, dan lain-lainnya,
sepanjang hari menurut ketentuan syarat, disertai dengan menahan diri dari
perkataan yang sia-sia, perkataan jorok, dan lainnya, baik yang diharamkan
maupun dimakruhkan, pada waktu yang telah ditetapkan dengan syarat-syarat
yang telah ditetapkan pula.
Dalam kaitannya dengan istilah ramadhan yang berasal dari kata ramadh
artinya: panas terik, membakar. Maka yang dimaksud dengan berpuasa di
bulan Ramadhan, berarti selama sebulan itu para pelakunya berusaha
membakar dosa-dosanya, sehingga jika tiba idul fitri ia akan keluar sebagai
seorang anak yang baru lahir dari rahim ibunya, dalam keadaan suci tanpa
dosa. Bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah. Allah telah mewajibkan
kalian berpuasa di siang hari dan disunahkan begadang di malam hari untuk

9
Ibid, hal 53-53

9
melakukan Qiamulail atas dasar keimanan dan penuh keikhlasan, ia akan
keluar dari dosa-dosanya seperti ia dilahirkan ibunya suci tanpa dosa.
d) Zakat
Zakat secara etimologis (lughat), zakat dari kata “zaka” berarti: suci, bersih,
tumbuh, dan berkah. Digunakannya kata zaka dengan arti “mensucikan”, atau
“membersihkan”, karena zakat mengandung hikmah membersihkan atau
mensucikan jiwa dan harta orang yang berzakat. Sedangkan zakat menurut
Syaukani dalam Hassan Saleh zakat adalah pemberian sebagai harta yang
sudah mencapai nisab kepada orang fakir dan lain-lainnya, tanpa ada
halangan syarat yang melarang kita melakukannya.
Tujuan ditetapkannya ketentuan zakat kepada manusia adalah agar harta
kekayaan itu tidak hanya beredar dikalangan orang-orang kaya saja. Adapun
hikmah pengeluaran zakat untuk membersihkan dan mensucikan diri.10
e) Haji
Haji berarti berkunjung atau ziarah. Yang dimaksudkan ialah berkunjung atau
ziarah ke tanah suci (Baitullah dan sekitarnya) dalam rangka melaksankan
rukun islam yang kelima. Ibadah haji dilaksanakan hanya pada bulan
Dzulhijjah, yaitu dari tanggal 8 s/d 13. Tempat melaksanakan ibadah haji
adalah di Masjidilharam, Makkah. Tawaf dan sai dilakukan di Masjidilharam,
wukuf di Arafah, dan jumrah di Mina. Ibadah haji dilakukan untuk memenuhi
kewajiban yang diperintahkan Allah. Beribadah haji itu merupakan
kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi yang mampu melaksanakan
perjalanan menuju Baitullah.11
f) Pengurusan Jenazah
Jika kita sendiri menyaksikan atau mendengar seseorang meninggal, maka
sikap yang paling dahulu diungkapkan adalah ucapan “Inna lillah wa inna
ilaihi raji‟un” (Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan kita pun akan
kembali kepada Allah).

10
Ibid, hal 156-158
11
Ibid, hal 202-203

10
Selanjutnya jika kita menyaksikan mata atau mulut orang yang meninggal itu
terbuka, hendaklah segera ditutup, demikian pula tubuhnya terbuka harus
segera ditutupi kain. Kita juga diperintahkan untuk menutupi atau
merahasiakan cacat tubuh serta aib orang yang telah meninggal dunia, dan
dilarang berburuk sangka terhadapnya. Sedangkan kewajiban kita umat
muslim terhadap jenazah antara lain: kewajiban memandikan jenazah,
mengkafani jenazah, mensholati jenazah, dan menguburkan jenazah.12
g) Penyembelihan Hewan Qurban
Kurban atau “udlhiyah” jamak dari “dlahiyah” adalah penyembelihan hewan
di pagi hari. dimaksudkan ialah mendekatkan diri atau beribadah kepada
Allah dengan cara menyembelih hewan tertentu pada Hari Raya Haji dan tiga
hari tasyriq berikutnya, yaitu 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, sesuai dengan
ketentuan syara‟.
Melalui ibadah kurban (pemotongan hewan), diharapkan seluruh umat islam,
bahkan seluruh umat manusia, kaya maupun miskin bergembira di hari raya
Idul Adha menikmati daging kurban seraya memuji Allah. Hewan yang dapat
dijadikan hewan qurban, haruslah hewan yang mempunyai ciri atau sifat
sebagaimanan diungkapkan oleh Rasulullah.13
h) Sumpah dan Nazar
Sumpah dalam bahasa Arab disebut: aiman atau qasm atau half, dan ila
adalah pernyataan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
perbuatan yang dikuatkan dengan kata-kata ketergantungan kepada sesuatu
yang sesuai dengan ketentuan syarak. Kata-kata sumpah yang sesuai dengan
ketentuan syarak dalam bahasa Indonesia adalah: “Demi Allah”, atau dalam
bahasa Arab: “Wa‟llah”, “Billah”, dan “Ta‟llah”.
Ulama sepakat bahwa sumpah yang dibenarkan atau sesuai dengan ketentuan
syari‟at islam adalah sumpah yang kalimat sumpahnya menggunakan atau
menyebut nama atau sifat-sifat Allah. Seperti: “Demi Allah”, “Demi iradat

12
Ibid, hal 230-240
13
Ibid, hal 250-256

11
Allah”, atau “Demi yang diriku dalam kekuasann-Nya”, dan bertujuan untuk
kebaikan, bukan penipuan.
Sedangkan nazar berarti: mengingat, atau mewajibkan diri. Maksudnya,
seseorang mewajibkan dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu perbuatan dalam rangka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah,
dengan ucapan yang sesuai dengan ketentuan syarak. Contohnya: “Saya
bernazar untuk membelikan kendaraan beroda empat, jika lamaran kerja anak
saya di perusahaan agrobisnis diterima.” Atau: “Saya bernazar memperistri
engkau, jika lamaran kerja saya sebagai guru di sekolah ini diterima.”14
i) Makanan dan Minuman
Makanan yang dibolehkan adalah makanan yang halal dan baik.
Firman Allah:

َ َٰ ‫شي‬
َ ‫ط ِن ۚ إِنَّ ۥهُ لَ ُكم‬
‫عدُو ُّمبِين‬ َّ ‫ت ٱل‬ َ ‫ض َح َٰلَ ًل‬
ُ ‫طيِبًا َو َّل تَتَّبِعُوا ُخ‬
ِ ‫ط َٰ َو‬ ُ َّ‫َٰيَأَيُّ َها ٱلن‬
ِ ‫اس ُكلُوا مِ َّما فِى ٱْلَر‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan. Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”.( QR. Al-Baqarah Ayat 168)
Dan firman Allah yang lain:

َ ‫علَي ِه ُم ٱل َخ َٰبَئ‬
‫ِث‬ َّ ‫َويُحِ ُّل لَ ُه ُم ٱل‬
ِ َ‫ط ِي َٰب‬
َ ‫ت َويُ َح ِر ُم‬
Artinya: “Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”.15
j) Doa
Doa berarti permohonan. Untuk tercapainya sesuatu yang diinginkan, kita
harus berdoa disamping berikhtiar. Allah mencintai orang yang berdoa. Doa
merupakan bentuk ibadah yang khas. Doa hanya kepada Allah secara
langsung tanpa perantara. Doa merupakan bagian dari kehidupan orang-orang
yang beriman. Al quran maupun hadis sangat menganjurkan kita berdoa.

14
Ibid, hal 241-247
15
Ibid, hal 262

12
Doa yang paling baik adalah doa yang dilakukan dalam rangka memenuhi
seruan serta terbinanya iman kepada Allah, sebagaimana telah diungkapkan
dalam QS. Al Baqarah (2): 186, dilakukan dengan kerendahan hati, sungguh-
sungguh, dan penuh harap.16
k)ُMembacaُAlُQur‟an
Al Qur‟an adalah kalam Allah yang bersifat mu‟jizat yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril dengan lafal dan
maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir, membacanya
merupakan ibadah, dimulai dengan surah al fatihah dan diakhiri dengan surat
an-nas.17
Bagi orang yang beriman, kecintaanya kepada Al Qur‟an akan bertambah.
Sebagai bukti cintanya, dia akan semakin bersemangat membacanya setiap
waktu, mempelajari isi kandungan dan memahaminya. Selanjutnya, akan
mengamalkan Al Qur‟an dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam
hubungannya dengan Allah SWT ataupun dengan lingkungan sekitarnya.18

2. Ibadah Ghairu Mahdhah


Ibadah dalam arti umum (muamalah) yang termasuk bidang kajian Fiqih
Ijtihadi adalah ibadah dalam arti:
a) Muamalah (habl min al-nas)
b) Sistem sosial kemasyarakatan (muamalah ma‟a al makhluq) atau sebuah
istilah yang mencakup segala hal yang disukai oleh Allah.
Dengan kata lain, muamalah atau ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah
dalam bentuk sikap, ucapan, dan tindakan seseorang yang dilakukan atas
dasar: (1) niat yang ikhlas; (2) dalam rangka mencapai “mardhatillah” rida
Allah; dan (3) dalam bentuk amal saleh, yang pelaksanaannya diserahkan
kepada pelakunya sesuai dengan situasi dan kondisi.

16
Ibid, hal 137-138
17
M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulum Al Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), hal 13
18
Fahmi Amrullah, Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula,(Jakarta: Artha Rivera, 2008), hal 66

13
Muamalah adalah segala hal yang menyangkut segala urusan duniawi (umur
al-dunyawiyyah) dengan segala bentuk kemaslahatannya (ma‟qulati al-
ma‟na), seperti: sistem keluarga (perkawinan dan warisan), sisttem
perekonomian, sistem hukum (perdata dan pidana), sistem politik
pemerintahan.19
Muamalah tidak dapat dilepaskan dari ibadah, karena keduanya harus
terintegrasi dalam kehidupan muslim secara serasi dan seimbang. Aspek habl
min Allah dan aspek habl min al-nas sama-sama mengarah kepada upaya
pencapaian kehidupan yang sejahtera lahir dan batin, baik di dunia maupun
di akhirat.20
Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh
Allah. Misalnya ibadah ghairu mahdhah ialah belajar, dakwah, tolong-
menolong, salam, dan lain sebagainya.21
Ibadah ghairu mahdhah ini tidak menyangkut hubungan antara manusia
dengan Allah, melainkan hubungan antara manusia dengan manusia atau
dengan alam sekitar yang memiliki nilai ibadah. Ibadah ini berupa aktifitas
manusia baik perkataan, perbuatan, tindakan, dan halal yang didasari dengan
niat karena Allah SWT.
➢ Bentuk-bentuk ibadah ghairu mahdhah antara lain:
a) Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif atau tinjauan mutu ialah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia di sekeliling siswa, belajar dalam pengertian ini

19
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal 10-11
20
Ibid, hal 292
21
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), hal 2

14
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk
memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.22
b) Mengucapkan Salam
Disunahkan untuk memulai mengucapkan salam. Dan menjawabnya lebih
ditekankan dibanding memulainya. Sunah bagi orang yang berjalan memberi
salam pada yang duduk, orang yang naik kendaraan memberi salam pada
yang berjalan kaki dan yang duduk. Dilarang keras memulai salam kepada
orang kafir. Jika mereka yang mengawali, maka cukup dibalas dengan
mengucapkan, “Wa‟alaika.” Menjawab salam kepada orang muslim, boleh
hanya dengan mengucapkan, “Wa‟alaikumussalam”. Dan jawaban lengkap
lebih baik. Dan jika ada seorang muslim mengucapkan “Salamun,” kepada
Muslim yang lain, maka dia tidak perlu menjawab, karena yang demikian
bukanlah salam islam. Diharamkan mengucap salam kepada orang-orang
yang berbuat maksiat atau orang yang sedang bermain catur atau dadu, orang
yang minum minuman keras dan/atau bermain judi. Tetapi jika mereka
mengucapkan salam, maka boleh dijawab.23
c) Bersikap lemah lembut dan sopan santun
Dalam pergaulan hidup sehari-hari sangat diperlukan sikap lemah lembut dan
sopan santun. Hal ini perlu dilakukan tanpa memandang (membedakan) suku
bangsa, ras, keturunan, agama, golongan, kedudukan, tingkat sosial, maupun
tingkat pendidikan. Pada dasarnya setiap orang senang diperlakukan dengan
lemah lembut dan sopan santun. Hal itu merupakan kebutuhan tiap manusia.
Setiap agama juga sebenarnya mengajarkan sikap sopan santun serta kasih
sayang terhadap sesama manusia dan makhluk Tuhan.
d) Saling menolong dalam kebaikan
Saling menolong tanpa memandang (membedakan) ras, suku, bangsa, agama,
keturunan, status sosial dan pendidikan merupakan kewajiban manusia dalam

22
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hal 66-68
23
Syaikh Abdul Qadir Jailani, Fiqih Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001), hal 174

15
hidupnya. Berbahagialah mereka yang dalam hidupnya bisa hidup rukun,
saling menolong, dan bermanfaat bagi sekitarnya.24
e) Infaq
Secara bahasa infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan
sesuatu untuk kepentingan sesuatu. Sementara menurut istilah syariat, infaq
berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan agama islam. Jika zakat ada
nisabnya, maka infaq dan sedekah terbebas dari nisab. Infaq bisa dilakukan
oleh siapapun, baik yang berpenghasilan rendah maupun berpenghasilan
sempit.25
➢ Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4 antara lain:26
a) Keberadaanya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.
Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh
melakukan ibadah ini.
b) Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul.
Karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid‟ah” atau jika
ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan Rasul bid‟ah, maka
bid‟ahnya disebut bid‟ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah
disebut bid‟ah dhalalah.
c) Bersifat rasional
Ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut
logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh
dilaksanakan.
d)ُ Azasnyaُ “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh
dilakukan.

24
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal 40
25
Muhammad Sanusi, The Power of Sedekah, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), hal 12
26
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), hal 2-3

16
C. Hubungan Ibadah dan Latihan Spiritual
Di dalam kamus bahasa Inggris, “spirit” mempunyai arti roh, jiwa, dan
semangat.27 Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam
mencapai tujuan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan bagian esensial
dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.28
Menurut Murray dan Zentner sebagaimana dikutip oleh Sri Purwaningsih
dalam buku yang berjudul Hati Nurani Adi Personal dalam Al-qur’an
mendefinisikan bahwa spiritualitas adalah: “a quality that goes beyond
religious affiliation, that strives for inspirations, reverence, awe, meaning
and purpose, even in those who do not believe in any god. The spiriual
dimension tries to be in harmony with the universe, and strives for answer
about the infinite, and comes into focus when the person faces emotional
stress, phisical illness or death”.29 Jadi, Murray dan Zentner mengusulkan
bahwa spiritualitas harus ditempatkan dalam konteks keseluruhan alam
semesta dan keterkaitan isi dunia ini. Spiritualitas melampui afiliasi terhadap
agama tertentu. Spiritualitas merupakan suatu kualitas yang juga dapat
dicapai bahkan oleh mereka yang tidak percaya pada Tuhan. Pada prinsipnya,
dimensi spiritual manusia selalu berusaha melakukan penyelarasan dengan
alam semesta dan menjawab pertanyaan tentang yang tak terbatas. Di
samping itu, spiritualitas juga mencakup kemampuan memusatkan diri
kepada satu pemahaman totalitas semesta ketika berhadapan dengan stress
emosional, penyakit fisik, dan kematian.
Pendidikan akhlak sangat penting dalam pendidikan manusia. Karena
pendidikan akhlak itu sendiri adalah keimanan seseorang atau kekuatan jiwa.
Kalau manusia tidak memiliki akhlak maka manusia tidak akan bisa
menjalankan kehidupan ini dengan baik. Akhlak merupakan cerminan dalam
jiwa seseorang, akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan

27
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 1975, hal.
546.
28
Sri Purwaningsih, Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an (Pengembangan Psikologi Sufistik),
PUSLIT IAIN WALISONGO Semarang, 2010, hal. 59.
29
Ibid, hal 59

17
seseorang. Dan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari. Inilah
yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakan :
“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”.( Hadits
Riwayat Ahmad )
Ibadah adalah tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Dengan cara
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi laranganNya. Sedangkan tujuannya
adalah mendekatkan diri kepada Allah, agar dengan demikian manusia
senantiasa diingatkan kepada hal-hal yang baik lagi suci. Sehingga akhirnya
rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam yang akan membawa kepada
budi pekerti yang baik dan luhur.
Contohnya adalah Sholat, sholat itu erat kaitannya dengan pendidikan akhlak.
Karena didalam sholat kita di didik untuk melatih moral kita agar berbuat
kebaikan sesama manusia dan juga sholat dapat mencegah orang dari
perbuatan jahat dan tidak baik.
Seperti ayat Al-Qur’an dibawah ini :
QS. Al-Ankabut ayat 45 :

‫انُاللصلوةُتنهىُعنُالفحشاءُوالمنكر‬
“ Sholat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik”.
Dalam hadits qudsi disebut :

‫ُانمااُتقبلُالصَلُةُممنُتواُضعُبهاُلعظمتىُولمُيستطلُعلىُخلقىُوُلمُيبتُمعصراُعلىُمعصيتى‬
‫وُقطعُالنهارُفىُدُكرىُورُحمُالمسكينُواُبنُالسبيلُوُاالُرُملةُورُحمُالمصبا‬.

Yaitu : Tuhan akan menerima sholat orang yang merendah diri tidak
sombong, tidak menentang tetapi selalu ingat kepada Allah dan suka
menolong orang-orang yang dalam kesusahan seperti fakir miskin, orang
yang dalam perjalanan, janda dan orang yang kena bencana. Jadinya salah
satu tujuan sholat adalah menjauhi manusia dari perbuatan-perbuatan jahat
dan mendorong untuk membuat perbuatan yang baik.

18
D. Hikmah Ibadah Mahdhad dalam Pembinaan Akhlak Mulia
Menurut Fachrudin HS. Dalam ensiklopedi Al-Qur'an mengartikan hikmat
sebagai pengetahuan yang dalam, mengerti hal-hal yang di balik kenyataan.
Juga hikmat berarti kebijaksanaan, pandai meletakkan sesuatu pada tempatnya,
sehingga segalanya dapat berjalan lancar dan berhasil. Ahli hikmat biasa juga
dinamakan ahli pikir atau ahli filsafat.30 Hikmah juga berarti mengetahui
keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan, sempurna, bijaksana dan suatu
yang tergantung padanya akibat sesuatu yang terpuji.31

1. Hikmah melaksanakan Sholat


Allah membuat perintah kepada manusia justru untuk memberikan jalan
kemudahan kepada manusia agar selamat di dunia maupun di akhirat.
Demikian pula perintah Allah swt tentang salat, banyak sekali hikmah dan
manfaatnya, terutama bagi keselamatan dan kesejahteraan manusia, di
antaranya yaitu sebagai berikut:
• Melalui salat, Allah akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan
mungkar. (keterangan selanjutnya lihat QS Al Ankabut: 45, QS Ali
Imran: 134-136, QS Al Maidah: 90: 90-91, QS An Nur: 21, 22, dan QS
Asy Syura: 36-38).
• Melalui salat, Allah akan memberikan rahmat, petunjuk, dan
keberuntungan.Surah An Nur Ayat 56
• Melalui salat, Allah swt. memberikan rida-Nya dan Allah memberikan
kesudahan yang baik. Hal itu dijelaskan Allah pada Surah Ar Ra’du
Ayat 22.
• Melalui salat, Allah meng- hilangkan rasa khawatir dan sedih pada
hamba-Nya. Hal itu dijelas- kan Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 277
• Melalui salat, Allah akan memberi ampunan, rezeki, dan ketinggian
derajat. Hal itu dijelaskan pada Surah Al Anfal Ayat 3-4.

30
Fachruddin, Ensiklopedi Al-Qur'an, Cet 1, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992), hlm. 440- 441.
31
Abdul Azy Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm.
550.

19
• Melalui salat, Allah mencegah manusia daw keluh kesah dan kikir. Hal
itu dijelaskan pad:- Surah A1 Ma’arij Ayat 19-23.
• Selain menjalankan perintah agama dan mengobati kerin- duan jiwa
pada Sang Pencipta, salat juga punya efek samping menyehatkan jiwa
dan jasmani.

2. Hikmah Puasa
• Tazkiyah an-nafs (pembersihan jiwa), dengan mematuhi perintah-
perintah-Nya, menjahui segala larangan-Nya, dan melatih diri untuk
menyempurnakan ibadah kepada Allah semata, meskipun itu dilakukan
dengan dengan menahan diri dari hal-hal yang menyenangkan dan
membebaskan diri dari hal-hal yang lekat sebagai kebiasaan.
• menyehatkan badan, Dapat menahan hawa nafsu(syahwat) Puasa
berpengaruh menahan nafsu syahwat dan mengangkat tinggi-tinggi
nalurinya, khususnya jika terus menerus melakukan puasa dengan
mengharap pahala Allah Swt. Karena itu, Rasulullah Saw.
memerintahkan puasa kepada pemuda yang belum mampu menikah.
• puasa juga mempunyai hikmah ijtima'iyah (hikmah sosial), Puasa ini
dengan memaksa orang untuk lapar, sekalipun mereka bisa kenyang
memiliki sejenis persamaan umum yang dipaksakan, menanamkan
dalam diri orang-orang yang mampu agar berempati terhadap derita
orang-orang fakir miskin.
• puasa dapat mempersiapkan orang menuju derajat takwa dan naik ke
kedudukan orang-orang mutaqin. Ibnul Qayim berkata, "Puasa memiliki
pengaruh yang menakjubkan dalam memelihara fisik, memelihara
kekuatan batin, dan mencegah bercampuraduknya berbagai bahan
makanan yang merusak kesehatan. Puasa memelihara kesehatan hati dan
anggota badan, serta mengembalikan lagi hal-hal yang telah dirampas
oleh tangan-tangan nafsu syahwat.

20
3. Hikmah Zakat
• Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan
mereka yang miskin.
• Pilar amal jama’i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan
da’i yang berjuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan kalimat
Allah SWT.
• Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
• Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
• Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
• Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
• Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi
ummat.

4. Hikmah haji
• Kepatuhan dan penyerahan kepada Allah semata.
Hikmah utama dari ibadah haji adalah sebagai bentuk Kepatuhan dan
penyerahan diri kepada Allah. Ketika Allah memanggil kita, maka kita
bergegas memenuhi panggilan tersebut walaupun harus menempuh
perjalanan jauh dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit,
meluangkan waktu yang sangat berharga dan meninggalkan keluarga
dan harta benda.
• Meningkatkan kedisiplinan.
Selama di tanah suci, jamaah haji dibiasakan untuk disiplin
melaksanakan semua ritual haji dan sholat secara berjamaah di awal
waktu dengan bersemangat. Kebiasaan disiplin tersebut diharapkan
dapat melekat dalam kehidupan selanjutnya. Hasan al-Bashari berkata:
Bersegerah, bersegeralah, sesungguhnya itulah napasmu, jika telah
dihisab niscaya ia akan terputus darimu amal ibadahmu yang dengannya
kamu mendekatkan diri kepada Allah swt, semoga Allah swt
memberikan rahmat-Nya kepada seseorang yang merenungkan dirinya
dan menangisi dosanya, kemudian ia membaca firman Allah swt:

21
“karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari
siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti” (QS. Maryam:
84),
Apakah ada obat mujarab untuk mengobati penyakit malas dalam
melaksanakan rutinitas keta’atan? kematian, ingatlah kita semua akan
berangkat meninggalkan dunia ini menuju suatu negeri yang akan
dibalas padanya orang-orang yang berbuat baik dan yang berbuat jahat,
apabila kita menginginkan untuk terus merasakan berkah hajimu, maka
ingatkanlah dirimu dengan kematian, karena sesungguhnya ia pada saat
itu akan segera untuk melaksanakan amal shalih dan giat dalam
beribadah kepada Allah swt. Ibnu Umar ra berkata: [Apabila engkau
berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi, dan apabila
engkau berada di pagi hari maka janganlah engkau menunggu hingga
sore, ambilah kesempatan sehatmu untuk saat sakitmu, dan ambilah
kesempatan hidupmu untuk saat matimu.
• Senantiasa Mengingat Kematian
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata: [Kematian ini menahan
penduduk dunia dari kenikmatan dunia dan perhiasaannya yang mereka
nikmati, sehingga tatkala mereka dalam keadaan seperti itu kematian
datang menjemputnya, maka celaka dan merugilah orang yang tidak
takut mati dan tidak mengingatnya di saat senang sehingga dapat
memberikan kebaikan yang akan didapatinya setelah ia meninggalkan
dunia dan para penghuninya].
• Senantiasa memperbanyak berdo’a kepada Allah swt,
agar Dia selalu menetapkan kita dalam keta’atan, meluruskan langkah
dan senantiasa menjalani jalur agama-Nya yang benar. Rasulullah saw
memperbanyak do’a kepada Allah swt agar menetapkannya di atas
agama-Nya, Kebanyakan doa beliau adalah “Wahai Dzat Yang
membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku berada diatas agama-Mu”
• Motivasi peningkatan diri.

22
Ibadah haji akan menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri.
Seseorang yang bergelimang dosa, sering putus asa dengan dosa-
dosanya sehingga sering merasa sudah terlanjur dengan dosanya.
Dengan jaminan Allah bahwa Haji akan menghapus dosa, seolah-olah
kita disegarkan kembali, sehingga akan termotivasi untuk menjaga diri
agar tidak membuat dosa lagi.
• Menumbuhkan jiwa sabar
Kondisi yang dihadapi selama pelaksanaan ibadah haji akan
menumbuhkan jiwa sabar. Dalam kondisi hampir 4 juta manusia
berkumpul pada satu saat dan satu tempat maka fasilitas yang ada
menjadi sangat terbatas. Setiap aktivitas membutuhkan kesabaran yang
tinggi, mulai dari antri makan, ke toilet, dll.
Setelah berhaji kita harus sabar dalam keta’atan ketika meneruskan
perjalanan hidup dan bersabar pula dalam meninggalkan maksiat,
karena sesungguhnya bersabar dalam melaksanakan ibadah dan
meninggalkan maksiat merupakan tingkatan sabar yang tertinggi.
Sesungguhnya kesudahan bagi orang-orang yang bersabar adalah surga:
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya,
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami
berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta
menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang
mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang
mereka masuk kedalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang
saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil mengucapkan):”Salamun ‘alaikum bima shabartum”.Maka
alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-Ra’ad:22-24)

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan
diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik
terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah
dan mengharapkan pahala-Nya.
2. Fungsi ibadah :
a) Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Mewujudkan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui
“muqorobah” dan “khudlu”.
b) Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya.
c) Melatih diri untuk berdisiplin adalah suatu kenyataan bahwa segala
bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin.
3. Ibadah dibagi menjadi 2 yaitu mahdhah dan ghoiru mahdhah.
ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu
hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT
yang bersifat ritual (peribadatan).Seperti Sholat, puasa, haji,dll.
Sedangkan ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku
manusia yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua
aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan
dengan ikhlas untuk mendapat ridho Allah swt.Seperti I’tikaf, Aqiqah,
Infaq,dll.
4. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam
mencapai tujuan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan bagian
esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
5. Hikmah berarti mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu
pengetahuan.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. A Rahman Ritonga Zainuddin. 1997. FIQIH IBADAH. Jakarta:Gaya Media


Pratama.
2. M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati.
3. Hasan Saleh. 2008. Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer. Jakarta:
Rajawali Press.
4. Sahriansyah. 2014. Ibadah dan Akhlak. Banjarmasin: IAIN Antasari Press.
5. Fahmi Amrullah. 2008 Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula. Jakarta: Artha
Rivera.
6. Muhibbin Syah. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
7. Syaikh Abdul Qadir Jailani. 2001. Fiqih Tasawuf. Bandung: Pustaka
Hidayah.
8. Heri Jauhari Muchtar. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
9. Muhammad Sanusi. 2009. The Power of Sedekah. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani.
10. John M. Echols dan Hassan Shadily. 1975. Kamus Inggris- Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia.
11. Sri Purwaningsih. 2010. Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an
(Pengembangan Psikologi Sufistik). PUSLIT IAIN WALISONGO
Semarang.
12. Fachruddin. 1992. Ensiklopedi Al-Qur'an. Cet 1. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
13. Abdul Azy Dahlan. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta : PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve.

25

Anda mungkin juga menyukai