MAKALAH
Disampaikan dalam Seminar Kelas
Program Studi Pendidikan Biologi
pada Mata Kuliah Studi Islam 3
Semester III Program Strata Satu (S1)
Tahun Akademik 2016/2017
Oleh:
Kahar Nim. 1584205030
Hasanuddin Nim. 1584205044
DOSEN PEMANDU:
0
I. PENDAHULUAN
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan
oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat
Allah swt yang telah memberikannya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah
swt atau memanfaatkan anugerah Allah SWT. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah
akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt
dan Rasul Nya, salah satu cara untuk mencapai tuntunan tersebut adalah dengan
beribadah.
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya,
karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam islam
ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah
diajarkan oleh Nabi Muhammmad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada
kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Qur’an
dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan nabi atau dengan kata lain disebut
dengan hadits nabi
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya.
Dalam ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan.
Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam makalah ini akan membahas
mengenai ibadah dalam islam beserta hikmahnya.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
II. PEMBAHASAN
A. Arti Ibadah dan Hakikatnya
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa arab yaitu abida-ya`budu-
`abdan-`ibadatan, yang berarti taat, tunduk, patuh,dan merendahkan diri. Kesemua
pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh
dan merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah).
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai
berikut : 1
a. Menurut ulama tauhid dan hadist ibadah yaitu:
“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan
diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya”Selanjutnya mereka mengatakan
bahwa ibadah itu sama dengan tauhid. Ikrimah salah seorang ahli hadits
mengatakan bahwa segala lafadz ibadah dalam Al-Qur’an diartikan dengan
tauhid.
b. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:
“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala
bentuk syari’at (hukum)“Akhlak” dan segala tugas hidup (kewajiban-
kewajiban) yang diwajibkan atas pribadi, baik yang berhubungan dengan diri
sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk kedalam pengertian ibadah
c. Menurut ahli fikih ibadah adalah:
“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah
SWT dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”
Jadi dari pengertian, Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang
disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan,
1
http://fzahra97.blogspot.co.id/2014/12/makalah-ibadah-dalam-islam.html
3
baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah
SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah
ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad
adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-
macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada
Allah SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam
Ibnu Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai
dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin
ataupun yang dhahir (nyata).
Adapun hakekat ibadah yaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita, seperti yang terdapat dalam Surat adz-dzariat
ayat 56, yang menunjukkan bahwa tugas kita sebagai manusia adalah untuk
beribadah kepada allah.
2
Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum (DEPARTEMEN AGAMA) hal 145
4
Artinya : “. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku” [QS adz-zariat ayat 56]
B. Dasar-dasar Ibadah
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb
(cinta), khauf (takut), raja’ (harapan).
Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus
dibarengi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah
berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin:
5
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-
orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.” [QS. Al-Maidah ayat 54]
6
Artinya ;“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera
dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh
harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”
[Al-Anbiya’: 90]
Sebagian Salaf berkata 3“Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta
saja, maka ia adalah zindiq 4, siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja,
maka ia adalah murji’5. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan
khauf, maka ia adalah haruriy 6. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan
hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.”
3
lihat al-‘Ubuudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali
‘Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary (hal. 161-162), Maktabah Darul Ashaalah 1416 H
4
Zindiq adalah orang yang munafik, sesat dan mulhid.
5
Murji’ adalah orang murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagian dari iman,
iman hanya dalam hati.
6
Haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di Harura’, dekat Kufah,
yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar adalah kafir.
7
adalah ibadah yang hasilnya akan di terima di akhirat. Aktifitas yang bermakna
ganda inilah yang disebut amal saleh.
Ibadah terdiri dari ibadah umum atau ibadah ghiruh mahdah dan ibadah khusus
atau ibadah mahdah
8
Jadi, ibadah secara umum ini termasuk fardhu kifayah dan sebagian yang
hukum asalnya mubah. Ibadah umum sangat luas yang mencakupi atau
merangkumi seluruh pekara yang berkaitan kehidupan manusia. Akan tetapi
jika bertemu adanya nash yang mengharamkannya, misalnya ada dalil yang
melarang mengucap dzikir dengan lisan di dalam tandan atau WC, maka ia
haram mengucapkannya selama berada di dalamnya. Selain itu selama dalil
umum yang memayungi keharusan ibadah sunah tersebut dan tidak ada pula
dalil pengharaman bentuk dan cara pelaksanaannya, maka dibenarkan untuk
mengamalkannya.
b. Ibadah Secara Khusus (mahdhah)
Ibadah khusus atau mahdhah adalah ibadah yang apa saja yang telah
ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis
ibadah yang termasuk mahdhah misalnya adalah Thaharah, Shalat, Puasa,
Zakat dan Haji.
Ibadah dalam bentuk ini juga memiliki prinsip seperti ibadah secara umum
tadi dan prinsip ini lebih bersifat mengikat prinsip tersebut terdiri dari empat
yaitu:
1) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan
oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini
selama tidak ada perintah.
2) Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw
3) Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah
wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut
hikmah tasyri, shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya.
keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar
ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
9
4) Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.
Jadi , jenis dari ibadah ini keberadaannya harus berdasarkan
sumber-sumber hukum Islam (Al-Qur’an dan Hadits), bukan berasal atau
ditetapkan oleh akal logika melainnya berasal dari wahyu Allah SWT. Dan
hamba (semua manusia) wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan
Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba,
bukan untuk Allah SWT.
“Ibadah, baik umum maupun khusus merupakan konsekuensi dan implementasi
keimanan terhadap Allah swt. Yang tercantum dalam dua kalimat syahadat,
yaitu “Asyhadu allaa ilaha illallahu, wa asyhadu anna Muhammadar
rasulullah”. 7
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah
yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang
tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
7
Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum (DEPARTEMEN AGAMA) hal 146
8
HR. Muslim (no. 1718 (18)) dan Ahmad (VI/146; 180; 256), dari hadits ‘Aisyah Radhiyallahu
anhuma
10
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa
dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah,
karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari
syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat
Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul,
mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-
adakan.
Syaikhul Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah
kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang
Dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah.”
11
Sebagaimana Allah berfirman:
Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat
syahadat “Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah”.
Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang
kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-
Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan
mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat.
9
9
Lihat al-‘Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid
(hal. 221-222).
12
Artinya : “Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran)
dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya. [Az-Zumar: 2]
D. Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan
diridhai-Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan
10
Lihat Surat Al-Maa-Idah Ayat 3
13
menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang
enggan melaksanakannya dicela.
11
Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum (DEPARTEMEN AGAMA) hal 145
14
memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah. Bahkan kebutuhan ruh manusia
kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan
minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan
ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada
Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan
ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun
seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka kelezatan
dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan
itu sama sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya.
Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah
kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan
dan keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang
menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah
semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan
manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.
12
Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan (hal. 67), oleh Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali
‘Abdul Hamid.
15
saat susah dan mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan
jiwa yang tenang.
16
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah merupakan konsekuensi dari keyakinan kepada Allah yang tercantum
dalam kalimat Syahadat, yaitu “laa ilahaa illalahu” tiada tuhan yang patut di
ibadahi selain Allah). Ini berarti seorang muslim hanya beribadah kepada-Nya.
Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan
penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah. Sesungguhnya ibadah itu
berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut), raja’
(harapan). Kedudukan ibadah di dalam Islam menempati posisi yang paling utama
dan menjadi titik sentral dari seluruh aktifitas muslim. Seluruh kegiatan muslim
pada dasarnya merupakan bentuk ibadah kepada Allah, sehingga apa saja yang
dilakukannya memiliki nilai ganda, Ibadah terdiri dari ibadah umum atau ibadah
ghiruh mahdah dan ibadah khusus atau ibadah mahdah. Ibadah di dalam syari’at
Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya
Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab
utama untuk meraih keridhaan Allah , masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka
B. Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita,
yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik
dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum)
dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
17
DAFTAR PUSTAKA
DEPATEMAN AGAMA RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum, Jakarta, 2001
Pengertian Ibadah Dalam Islam, oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, di
akses pada tanggal 19 oktober 2016, pukul 09:00 ….
https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.html
Pengertian, Tujuan dan Ruang lingkup Ibadah serta kaitannya dengan Syahadat, di
akses pada tanggal 19 oktober 2016, pukul 09:00….
http://alvinstaqof.blogspot.co.id/2013/12/syariah-ibadah-muamalat.html?m=1
Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. pamator, 1999), Cet. Ke-1
18