Disusun Oleh :
KAMPUS B
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam saya sampaikan kehadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Penyayang, karena berkah dan kemurahannya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang
di harapkan. Dengan Tema “KONSEP IBADAH DALAM ISLAM” dengan itu upaya saya
untuk memenuhi tugas, demikian pula makalah ini akan memerlukan revisi berdasarkan kritik
maupun saran dari Dosen Pembimbing.
Untuk itu, saya berharap kritik dan saran yang membangun dari Bapak. Agus
Riswandi. Selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat .
Terima kasih,
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan
segala pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa
dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan
Dzat Allah swt yang telah memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus
mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai
bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang dibimbing
oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan
tuntuan Allah swt dan Rasul Nya.
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya.
Dalam ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan.
Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai bermacam-
macam ibadah beserta hikmah dan tujuannya.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Makalah
4. Fungsi Makalah
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita
dapat mengetahui dan memahami pengertian ibadah beserta jenis-jenis ibadah,
hikmah ibadah dan tujuan ibadah.
BAB II
PEMBAHASAN
i) Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung
mengatur hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara
dan upacara (ritual) telah ditentukan secara terperinci daam Al- Qur’an dan As-
Sunnah yang biasanya berkisar pada masalah Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa,
Haji.
ii) Ibadah dalam arti luas
Yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku, serta perbuatan yang mempunyai 3 Tanda :
Niat yang Ikhlas sebagai Titik Tolaknya
Keridhoan Allah sebagai Titik Tujuannya
Amal Sholeh sebagai Garis Amanah
3. Menurut Muhammad Qutb
Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditujukan kepada Allah, mengambil
petunjuk hanya darinya saja tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan
kemudian mengadakan hubungan yang terus-menerus dengan Allah tentang semua
itu.
Sesungguhnya Sholat, puasa, zakat, haji dan seluruh amal ibadah lainnya pada
dasarnya hanyalah merupakan pintu-pintu ibadah atau stasiun tempat orang berhenti
unuk menambah bensin. Namun jalan itu sendiri seluruhnya merupakan ibadah,
termasuk semua ritus-ritus dan gerak-gerik, serta semua pikiran, perasaan, semua
adalah ibadah tujuannya Allah.
1. Hakikat Ibadah
c. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana firman
Allah swt:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan
itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka akan menyesal.” (QS. Al Baqoroh:165)
Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan
menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah
sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud.
“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah saw
menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang
menciptakan kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Jenis-jenis Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis,
dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. Ibadah Mahdhah,
Artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba
dengan Allah secara langsung. segala jenis peribadatan kepada Allah yang
keseluruhan tatacaranya telah ditetapkan oleh Allah, Manusia tidak berhak
mencipta/merekayasa bentuk ibadah jenis ini. para ulama menetapkan qaidah iaitu
‘Asalnya ibadah itu haram, terlarang’ (kecuali dengan perintah Allah dan petunjuk
Muhammad saw). Ibadah jenis ini diistilahkan oleh para fuqaha dengan perkataan Al
Ibadah atau Al Ubudiyyah. Ibadah jenis ini seperti shalat, puasa, zakat, aqiqah dan
qurban.
Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun
al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau
logika keberadaannya.
b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul
oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah (QS.
4: 64).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa
yang dilarang, maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji
kamu. Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan
praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada,
yang populer disebut bid’ah:
Sabda Nabi saw.:
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum
Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi
perintah Rasul-rasul mereka.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya
berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan,
tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh
mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at,
atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk
Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
(tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai
hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba
dengan makhluk lainnya .
Ibadah Ghoir Mahdah yaitu segala jenis peribadatan kepada Allah dalam
pengertian yang luas seperti kenegaraan, ekonomi, pendidikan, sosial, hubungan luar
negeri, kebudayaan, undang-undang kemasyarakatan, dan teknologi dan sebagainya.
Ibadah jenis ini diistilahkan oleh para fuqaha dengan perkataan 'Al-Muamalah' (iaitu
hubungan antara manusia dengan manusia). Peranan syara' dalam hal ini adalah
memperbaiki sesuatu yang telah diadakan oleh manusia dan manusia dibenarkan
mengada-adakan sesuatu yang selaras dengan hukum-hukum/ peraturan Allah (di
dalam Al Quran dan As Sunnah)
a) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan
Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b) Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal
yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah,
sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c) Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika
sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d) Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Ada juga sesetengah dari ulamak menambahkan ibadah ini kepada beberapa lagi jenis
ibadah.Lain-lain jenis ibadah itu ialah:
Ibadah Badaniah: tubuh badan seperti sembahyang, menolong orang dalam kesusahan dan
lain-lain. Ibadah Maliyah : harta benda seperti zakat, memberi sedekah, derma dan lain-
lain. Ibadah Qalbiyah: hati seperti sangka baik, ikhlas, tidak hasad dengki dan lain-lain.
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah “BB + KA”
(Berbuat Baik + Karena Allah)
Selain itu Ibadah juga terbagi pada Ibadah Fardiyah (perseorangan) dan Ibadah
Jamaiyah (kewajiban secara bersama atau berjamaah).
a. Ibadah Fardiyah yaitu amalan ibadah yang menjadi kewajiban setiap orang, seperti
sholat, zakat, haji dan sebagainya. Ibadah seperti ini dapat dilakukan di mana saja
baik di dalam negara Islam atau di negara kafir.
b. Ibadah jamaiyah yaitu ibadah yang diwajibkan ke atas seluruh umat (sebagai
kewajiban bersama). Sebagai contoh perlaksanaaan hukum hudud, hukum qishas dan
sebagainya.
Sebagian ulama juga mengelompokkan jenis ibadah menjadi tiga peringkat ibadah yang
mencakup aspek kehidupan kita.
1. Ibadah asas
2. Ibadah cabang-cabang
3. Ibadah yang lebih umum
Ibadah asas
Ibadah yang asas merangkum soal-soal akidah dan keyakinan kita kepada ALLAH, para
malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari pembalasan, ketentuan dan ketetapan ALLAH baik
ataupun buruk. Itulah yang kita sebut rukun iman. Termasuk dalam uraian ibadah yang asas
itu ialah rukun Islam yaitu syahadat, shalat lima waktu, puasa, zakat fitrah dan rukun haji
(bagi mereka yang mampu). Kedua bentuk ibadah yang asas itu yaitu rukun iman dan rukun
Islam adalah wajib ain atau fardhu ain bagi setiap muallaf. Berarti sebelum kita dapat
melaksanakan ibadah-ibadah yang lain, kedua perkara itu perlu ada pada diri kita dan telah
dapat kita tanamkan dalam jiwa kita.
Ibadah Cabang
Adapun ibadah yang menjadi cabang-cabang dari ibadah asas tadi yaitu yang bertalian
erat dengan asas meliputi perkara mentajhizkan (menyelenggarakan) jenazah, menegakkan
jihad, membangun gelanggang pendidikan dan pelajaran atau mewujudkan perancangan
ekonomi Islam seperti mewujudkan perusahaan-perusahaan asas yang melayani keperluan
umat Islam. Termasuklah di dalamnya perusahaan yang dapat menghasilkan makanan wajib
seperti gula, tepung, garam, kecap dan perusahaan minuman seperti susu, kopi, teh dan
bentuk-bentuk minuman ringan lainnya. Selain dari itu di dalam bidang tersebut, termasuk
juga penggalakan usaha-usaha pertanian yang akan menghasilkan beberapa makanan asas
bagi umat Islam seperti beras, gandum, ubi dsb. serta perikanan yang dapat menghasilkan
ikan basah atau ikan kering. Kalau kita tilik dari satu sudut, pasti kita akan merasakan bahwa
hal itu merupakan persoalan asas dalam perjuangan kita menegakkan ibadah kepada ALLAH.
Tentulah kita tidak mau darah daging kita berasal dari zat yang bertentangan dengan syariat
ALLAH, yang pasti bisa merusak ibadah asas kita.
Dalam menegakkan bentuk pendidikan dan pelajaran, kita semestinya
menitikberatkan hasil mutlak dari acuan pendidikan kita pada jiwa anak-anak yang dibina
mulai dari peringkat taman kanak-kanak, sekolah menengah sampai universitas. Sehingga
lulusannya nanti dapat menyambung perjuangan menegakkan syariat ALLAH. Selain dari itu
ibadah yang tergolong dalam cabang-cabang itu ialah membangun klinik dan rumah sakit
Islam, soal-soal politik serta pembentukan dan penyusunan sistem organisasi dalam negara
Islam.
Hal-hal yang termasuk dalam jenis ibadah yang kedua ini kita namakan fardhu kifayah.
Kita tentu lebih maklum apa sebenarnya fardhu kifayah itu yaitu fardhu yang menitikberatkan
pada soal kemasyarakatan Islam yang juga merupakan urat saraf dan nadi penghubung antara
sesama Islam.
Hal itu sangat besar artinya untuk seluruh individu Islam karena bila tidak ada satu orang pun
yang mengerjakannya maka seluruh masyarakat itu akan menerima beban dosa dari ALLAH.
Namun seandainya a†a satu pihak melaksanakan tuntutan fardhu tersebut, maka pihak itu
telah melepaskan tanggungan dosa bagi seluruh masyarakat Islam. Karena itulah fardhu
kifayah merupakan urat nadi penghubung antara sesama Islam. Cuma masyarakat Islam tidak
memahami peranan fardhu kifayah tersebut, karena itu hubungan ukhuwah Islamiah tidak
begitu menonjol di zaman sekarang. Seandainya fardhu kifayah itu dapat memberi makna,
sudah pasti kita merasa bersyukur sekiranya ada di kalangan kita yang telah melepaskan
tanggungan dosa umum dan sudah pasti kita akan memberikan dukungan kepadanya. Karena
itu tidak akan ada istilah gagal dalam melaksanakan fardhu kifayah.
Kecil timbangannya tetapi besar maknanya. Itulah yang disebut sunat ain. Tergolong di
dalamnya yaitu shalat sunat rawatib, shalat witir, shalat tahajud, shalat dhuha, puasa syawal,
puasa Senin dan Kamis, bersedekah dan membaca Al Quran. Pelaksanaan ibadah itu
mendatangkan pahala sedangkan jika tidak dilakukan tidak akan mendatangkan dosa. Namun
karena ibadah itu memberikan manfaat maka lebih baik jika dikerjakan.
Ibadah Umum
Dan ibadah ketiga yaitu ibadah yang lebih umum yaitu hal-hal yang merupakan
pelaksanaan mubah saja tetapi bisa menjadi ibadah dan mendatangkan pahala. Amalan seperti
itu dapat menambah bakti kita kepada ALLAH agar setiap perbuatan dalam hidup kita ini
tidak menjadi sia-sia. Tergolong dalam amalan-amalan itu seperti makan, minum, tidur,
berjalan-jalan, berwisata dan sebagainya.
Allah adalah al-Hakim, pemilik hikmah, tidak ada sesuatu yang Dia syariatkan
kecuali ia pasti mengandung hikmah, tidak ada sesuatu dari Allah yang sia-sia dan tidak
berguna karena hal itu bertentangan dengan hikmahNya.
Sekecil apapun dari hikmah Allah dalam sesuatu yang bisa kita ketahui, hal itu
sudah lebih dari cukup untuk mendorong dan memacu kita untuk melakukan sesuatu tersebut
karena pengetahuan tentang kebaikan sesuatu melecut orang untuk melakukannya.
Dalam Musnad Al-Imam Ahmad diterangkan, ketika kaum Tsaqif masuk Islam, mereka
mengajukan satu syarat kepada Rasulullah saw, yaitu supaya dibebaskan dari kewajiban
bersedekah dan jihad. Lalu Nabi saw. bersabda, “Mereka akan melakukan (mengerjakan)
sedekah dan jihad.”
Ketiga: Hidup manusia tidak terbebas dari ujian dan cobaan, kesulitan dan kesempitan
dan dalam semua itu manusia memerlukan pegangan dan pijakan kokoh, jika tidak maka dia
akan terseret dan tidak mampu mengatasinya untuk bisa keluar darinya dengan selamat
seperti yang diharapkan, pijakan dan pegangan kokoh terbaik adalah shalat, dengannya
seseorang menjadi kuat ibarat batu karang yang tidak bergeming di hantam ombak bertubu-
tubi. Firman Allah, (artinya) “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’.” (Al-Baqarah: 45).
Ibnu Katsir berkata, “Adapun firman Allah, ‘Dan shalat’, maka shalat termasuk
penolong terbesar dalam keteguhan dalam suatu perkara.”
Firman Allah (artinya), “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:
153).
Ibnu Katsir berkata, “Allah Taala menjelaskan bahwa sarana terbaik sebagai penolong
dalam memikul musibah adalah kesabaran dan shalat.”
Keempat: Hidup memiliki dua sisi, nikmat atau musibah, kebahagiaan atau kesedihan.
Dua sisi yang menuntut sikap berbeda, syukur atau sabar. Akan tetapi persoalannya tidak
mudah, karena manusia memiliki kecenderungan kufur pada saat meraih nikmat dan berkeluh
kesah pada saat meraih musibah, dan inilah yang terjadi pada manusia secara umum, kecuali
orang-orang yang shalat. Orang yang shalat akan mampu menyeimbangkan sikap pada kedua
keadaan hidup tersebut.
Firman Allah, (artinya), “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi
kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia
amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya.” (Al-Ma’arij: 19-23).
Ibnu Katsir berkata, “Kemudian Allah berfirman, ‘Kecuali orang-orang yang shalat’
yakni manusia dari sisi bahwa dia memiliki sifat-sifat tercela kecuali orang yang dijaga,
diberi taufik dan ditunjukkan oleh Allah kepada kebaikan yang dimudahkan sebab-sebabnya
olehNya dan mereka adalah orang-orang shalat.”
Sebagian dari hikmah yang penulis sebutkan di atas cukup untuk membuktikan bahwa
shalat adalah ibadah mulia lagi agung di mana kita membutuhkannya dan bukan ia yang
membutuhkan kita, dari sini kita mendapatkan ayat-ayat al-Qur`an menetapkan bahwa
perkara shalat ini merupakan salah satu wasiat Allah kepada nabi-nabi dan wasiat nabi-nabi
kepada umatnya.
Allah berfirman tentang Isa putra Maryam: “Dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkahi di mana saja aku berada, dan dia mewasiatkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup.” (Maryam: 31).
Allah berfirman tentang Musa: “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”
(Thaha: 14).
Allah berfirman tentang Ismail: “Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat dan
menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.” (Maryam: 55).
Allah berfirman tentang Ibrahim: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
(Ibrahim: 40).
Allah berfirman tentang Nabi Muhammad: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (Thaha: 132).
Shalat yang khusyuk adalah shalat yang di samping pelaksanaannya benar dan tepat
sejalan dengan aturan syarak, juga setelah shalat segala aktivitas pelakunya senantiasa
berlandaskan dan berorientasi pada nilai-nilai Ilahi. Ini karena ia sadar seluruh perilakunya
akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, seperti dalam firman Allah SWT:
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',. (yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-
Nya”.(QS. Al Baqoroh (2):45-46)
Orang yang shalatnya khusyuk tidak mungkin secara sadar dan sengaja akan
melakukan korupsi dan merampok uang negara (uang rakyat). Tidak mungkin pekerjaannya
memfitnah, mengadu-domba, menghasut, serta memusuhi dan membenci sesama kaum
Muslimin karena ia sadar bahwa mereka adalah sebagai saudara yang sesungguhnya, seperti
dalam firman Allah SWT:
Jika ada Muslim baik sebagai pejabat, karyawan, dan profesional yang mengerjakan
shalat, tetapi tetap secara sadar dan sengaja melakukan berbagai perbuatan tercela, maka
sasaran dan tujuan ibadahnya belum tercapai. Ibadahnya baru sebatas melaksanakan
ketentuan dan kewajiban agama dan belum menyentuh pada fungsi dan peran yang
sesungguhnya dalam kehidupan.
Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk juga aspek “olah
rohani” yang dapat melahirkan ketenangan jiwa, atau “jalinan komunikasi” antara hamba
dengan Tuhannya, secara fisik shalat pun mengandung banyak keajaiban.
Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW sarat akan hikmah dan
bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan benar,
tumaninah serta istiqamah (konsisten dilakukan).
Saat takbir Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar
dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir ini dilakukan ketika
hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.
Beliau pun mengangkat kedua tangannya ketika sujud. Pada saat kita mengangkat
tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada, memberikan aliran darah dari
pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur
keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.
“Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak.” Saat berdiri dari dengan mengangkat
tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur
keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga syaraf keseimbangan
tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.
“Selepas itu, sujudlah dengan tenang.” Bila dilakukan dengan benar dan lama, sujud
dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata,
telinga, leher, dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan
pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.
“Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang.” Cara duduk di antara
dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik serta syaraf keseimbangan tubuh kita.
Selain dapat menjaga kelenturan syaraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan
betis, sampai jari-jari kaki. Masih ada gerakan-gerakan shalat lainnya yang
pasti sssssmemiliki segudang keutamaan, termasuk keutamaan wudhu. Semua ini
memperlihatkan bahwa shalat adalah anugerah terindah dari Allah bagi hamba beriman.
Salah satu tantangan ke depan dalam upaya mereduksi tingginya kesenjangan antara
potensi dan aktualisasi penghimpunan zakat, adalah bagaimana meningkatkan sosialisasi dan
edukasi zakat kepada seluruh komponen masyarakat. Untuk itu, kampanye mengenai hikmah
dan tujuan zakat diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh tentang bagaimana
implikasi zakat pada kehidupan individual, masyarakat bangsa dan negara.
Berdasarkan ayat dan hadits yang terkait zakat, ada beberapa hikmah dan tujuan
disyariatkannya ibadah zakat ini.
Pertama, Zakat, infaq dan sedekah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para
mustahiq, terutama fakir-miskin, termasuk di dalamnya membantu mereka di bidang
pendidikan, kesehatan dan kegiatan ekonomi. ZIS bertujuan pula untuk mengurangi
kesenjangan yang saat ini terjadi (QS. Al-Hasyr [59]: 7). Data menunjukkan adanya
kesenjangan yang semakin meningkat antara kelompok kaya dan kelompok miskin (hasil
riset the New Economics Foundation dan Human Development Report 2006).
Sedangkan Riset Anup Shah (2008) menyatakan bahwa 3 milyar manusia hidup dengan
pendapatan di bawah 2 dolar AS/hari, 1 dari 2 anak hidup dalam kemiskinan, dan GDP 41
negara miskin sama dengan kekayaan 7 orang terkaya di dunia. Sementara riset lain juga
menemukan bahwa daya beli kelompok miskin Indonesia yang semakin menurun yang
ditunjukkan dengan beberapa indikator, di antaranya: upah riil petani turun 0,2%, upah riil
buruh bangunan turun 2%, pembantu rumah tangga turun 0,5% dan tukang potong rambut
turun 2,5% (Beik, 2008).
Kedua, Zakat, infaq dan sedekah terkait dengan etos kerja. Artinya, orang yang bersedia
melaksanakan ZIS pasti memiliki etos kerja yang tinggi (QS Al-Mukminun : 1-4).
Ketiga, Zakat, infaq dan sedekah terkait dengan etika bekerja dan berusaha. Orang yang
selalu berusaha melaksanakan ZIS pasti akan berusaha mencari rezeki yang halal. Karena ZIS
itu tidak akan diterima dari harta yang didapatkan melalui cara yang tidak benar. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima
sedekah yang ada unsur tipu daya". (HR. Muslim). Sosialisasi zakat pada hakikatnya di
samping menggerakkan etos kerja masyarakat, juga meminimalisir kegiatan korupsi yang
sangat merugikan dan merusak.
Keempat, Zakat, infaq dan sedekah terkait dengan aktualisasi potensi dana untuk
membangun dan meningkatkan ksejeahteraan umat, seperti untuk membangun sarana
pendidikan yang unggul tetapi murah, sarana kesehatan, institusi ekonomi, institusi publikasi
dan komunikasi, serta yang lainnya.
Kelima, Zakat, infaq dan sedekah terkait dengan kecerdasan intelektual, emosional,
spiritual dan sosial. Artinya, kesediaan ber-ZIS ini akan mencerdaskan muzakki untuk
mencintai sesamanya, terutama kaum dhuafa (HR Bukhari).
Keenam, Zakat, infaq dan sedekah akan menyebabkan ketenangan, kebahagiaan,
keamanan dan kesejahteraan hidup, lahiriah dan batiniah. Seperti yang dijelaskan
dalam QS At Taubah (9) :103.
Ketujuh, Zakat, infaq dan sedekah terkait dengan upaya menumbuhkembangkan harta
yang dimiliki dengan cara mengusahakan dan memproduktifkannya.
Kedelapan, Zakat, infaq dan sedekah juga akan menyebabkan orang semakin giat
melaksanakan ibadah mahdlah, seperti shalat maupun yang lainnya.
Kesembilan, mencerminkan semangat “sharing economy”. Dalam sebuah penelitian,
Prof Yonchai Benkler (Harvard University) menyatakan bahwa sharing atau semangat
berbagi merupakan modalitas yang paling penting untuk meningkatkan produktivitas
ekonomi. Bahkan Swiercz dan Smith dari Georgia University menyimpulkan bahwa berbagi
atau sharing merupakan solusi terhadap persoalan krisis yang saat ini tengah dihadapi AS.
Karena itu, keberadaan zakat sesungguhnya merupakan hal fundamental dalam memastikan
adanya aliran kekayaan dari kelompok kaya kepada kelompok miskin.
Kesepuluh, Zakat, infaq dan sedekah juga sangat berguna dalam mengatasi berbagai
macam musibah yang terjadi di lingkungan sekitar kita, seperti di Aceh, Yogyakarta, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Sumatera Barat dan musibah-musibah yang terjadi sekarang ini.
Namun demikian, kesepuluh hikmah tersebut tidak mungkin bisa diaplikasikan, kecuali
melalui negara yang bekerja sama dengan lembaga amil zakat yang amanah, transparan dan
bertanggungjawab. Karena itu, satu-satunya ibadah yang secara eksplisit di dalam Alquran
dan Hadis terdapat petugasnya (amil) adalah zakat, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. At-
Taubah: 60. Inilah yang menjadi misi utama Badan Amil Zakat Nasional, yaitu bagaimana
merealisasikan keseluruhan hikmah dan tujuan zakat di atas, demi peningkatan kesejahteraan
masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam berihram, hanya memakai dua helai kain saja tanpa berjahit, disunnahkan kain
yang putih bersih. Hal ini menunjukkan kita semua dihadapan Allah SWT adalah sama, tidak
ada yang berpakaian mewah, semua pakaian yang gemerlap, pangkat dan jabatan harus
ditanggalkan. Yang tertinggal adalah ketaqwaan kita yang menjadi bekal kita dalam
.memenuhi panggilan Allah SWT ini, karena sebaik-baiknya bekal adalah bekal taqwa.
Dalam memenuhi panggilan Allah SWT ini, diharapkan dengan hati yang bersih, seputih
bersih kain ihram itu sendiri, tidak ada kesombongan, karena kesombongan hanyalah milik
Allah SWT semata.
2. Hikmah Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebayak tujuh kali putaran dimulai dan
diakhiri dari Rukun Hajar Aswad, sedangkan ka'bah berada disebelah kiri. Ka'bah adalah
pusat/ kiblat ibadah umat islam. Di Baitullah ini kita menjadi tamu Allah SWT. Thawaf
merupakan sarana pertemuan kita sebagai tamu dengan Sang Khaliq, dengan mengelilingi
ka'bah disertai dengan dzikir dan berdoa dengan khusuk. Ka'bah menjadi pusaran dan
pusat peribadatan kita kehadirat Allah SWT, karena thawaf identik dengan sholat dimana
kita berkomunikasi secara langsung dengan Allah SWT. Putaran thawaf sebanyak 7 kali
merefleksikan rotasi bumi terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran
waktu, siang dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun. Inilah
kebesaran Allah SWT, semua itu bukan terjadi secara kebetulan, tetapi sudah menjadi
Sunatullah. Karena kejadian dimuka bumi ini tidak ada yang kebetulan melainkan sudah
direncanakan Allah SWT. Dan semuanya berjalan sesuai dengan ukurannya masing-
masing.
3. Hikmah Sa'i
Sa'i berarti "usaha", sa'i adalah perjalanan dari Shafa ke Marwah dan sebaliknya
sebanyak 7 kali perjalanan. Ibadah sa'i ini merupakan ajaran dari Siti Hajar ketika
mondar-mandir antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah untuk mencari air karena Nabi
Ismail AS menangis kehausan, padahal jarak antara Shafa dan Marwah sekitar 425 m.
Kisah ini menunjukkan betapa besarnya cinta kasih seorang ibu kepada anaknya, begitu
kuat usaha yang dilakukannya untuk mendapatkan setetes air untuk menghilangkan
dahaga anaknya. Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut adalah usaha yang
dilakukan secara terus-menerus tanpa kenal lelah serta tawakal untuk meraih suatu tujuan,
meskipun pada akhirnya hanyalah Allah SWT yang menentukan hasil dari jerih payah
kita. Kenyataannya yang menemukan sumber mata air di tanah yang kering dan tandus
tersebut adalah putranya sendiri, Nabi Ismail AS, yang dikenal dengan sumur air zam-
zam. Air Zam-zam inilah yang pada akhirnya menghidupi masyarakat sekitar Makkah
selama ribuan tahun dan sumur ini tidak pernah kering sampai saat ini, meskipun berjuta-
juta galon telah diambil untuk keperluan jamaah haji.
4. Hikmah Tahallul
Tahallul merupakan perbuatan untuk melepaskan diri dari larangan-larangan
ihram selama berihram, dilakukan dengan cara bercukur. Bercukur mengandung makna
membersihan diri, membersihkan segala pikiran-pikiran kotor yang tidak bermanfaat.
Bersihkan hati dan pikiran untuk menapaki kehidupan yang lebih baik menuju kepada
keridhaan Allah SWT.
5. Hikmah Wukuf
Wukuf berarti "berhenti", merupakan rukun ibadah haji, tidak ada haji jika tidak
wukuf di arofah. Wukuf di padang Arofah merupakan gambaran kelak kita akan
dikumpulkan Allah SWT di Padang Mahsyar pada Hari Kebangkitan. Pada saat wukuf
ini, kita akan merasa dalam suasana yang tenang, tentram, seluruh jamaah haji dari
berbagai penjuru dunia berkumpul, bermunajad kehadirat Allah SWT, Sang Pencipta.
Semuanya berdzikir, bertafakur, ada yang menangis memohon ampunan, bertobat atas
segala dosa dan kesalahan. Sesungguhnya Adalah sebaik-baiknya Penerima Taubat
Hamba-Nya. Dalam Wukuf ini Allah akan membebaskan dan mengampuni dosa-dosa
orang-orang yang sedang wukuf sebesar apapun dosanya, seperti disebutkan dalam hadits
riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda: "Aku berlindung kepada Allah SWT dari godaan
syetan yang terkutuk. Tiada hari yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba
dari neraka selain Hari Arofah."
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda : Nabi SAW wukuf di Arofah,
di saat matahari hampir terbenam; Beliau berkata; "Wahai Bilal suruhlah umat manusia
mendengarkan saya." Maka Bilal pun berdiri seraya berkata, "Dengarkanlah Rasulullah
SAW," maka mereka mendengarkan, lalu Nabi SAW bersabda; " Wahai umat manusia,
baru saja Jibril a.s. datang kepadaku, maka dia membacakan salam dari Tuhanku, dan dia
mengatakan; "Sungguh Allah SWT mengampuni dosa-dosa orang-orang yang berwukuf
di Arofah, dan orang-orang yang bermalam di Masy'aril Haram (Muzdalifah), dan
menjamin membebaskan mereka dari tuntutan balasan dan dosa-dosa mereka. Maka
Umar bin Khattab berdiri dan bertanya, ”Ya, Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita
saja?” Rasulullah menjawab: "Ini untukmu dan orang-orang sesudahmu hingga hari
kiamat kelak.” Umar r.a. pun lalu berkata, “Kebaikan Allah sungguh banyak dan Dia
Maha Pemurah."
7. Mabit di Mina
Mabit di mina ini dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 10, 11, 12, 13
Dzulhijjah. Selama mabit ini jamaah haji akan melaksanakan melontar jumrah Ula,
Wustha dan Aqobah. Mabit ini merupakan penginggalan ajaran Nabi Ibrahim A.S. ketika
diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putranya Nabi Ismail A.S. Dalam
perjalanan menjalankan perintah Allah inilah Nabi Ibrahim mendapat godaan terus-
menerus dari syaitan agar mengurungkan niatnya untuk menyembelih putra
kesayangannya, tetapi Nabi Ibrahim A.S. tetap istiqomah menjalankan perintah ALLAH
SWT ini dan melempari syaitan-syaitan tersebut dengan batu kerikil (jamrah). Makna
Melontar jamrah adalah perang kita terhadap musuh yang paling nyata bagi manusia yaitu
syaitan, karena syaitan-syaitan tidak pernah lengah untuk menggoda manusia agar
terjerumus kedalam api neraka. Disamping itu selama mabit ini kita disunahkan untuk
selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berdzikir dan berdoa serta
memperbanyak ibadah.
1. Sedekah
Hikmah sedekah:
1. Akan menambah rezeki kita.
2. Dapat memelihara kelangsungan warisannya.
3. Dapat merasakan penderitaan orang lain.
“Bersodaqoh pahalanya sepuluh, member hutang (tanpa bunga) pahalanya delapan
belas, menhubungkan diri dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan silaturrahim
(dengan keluarga) pahalanya dua puluh empat.” {HR. Al Hakim}
Tujuan Sedekah:
1. Membersihkan harta.
2. Berbagi dengan orang yang tidak mampu.
3. Untuk mendapatkan keridhoan Allah swt.
“Apa yang kamu nafkahkan dengan tujuan keridhoan Allah akan diberi pahala
walaupun hanya sesuap makanan kemulut istrimu.” {HR.Al Bukhari}
2. Akhlakul Karimah
Hikmah Akhlakul Karimah:
“Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan
hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-
buru) adalah dari syetan.” {HR Asysyhaab}
3 Muamalah
Hikmah Bermuamalah yang jujur:
“Pedagang yang jujur amanatnya kelak di hari kiamat bersama-sama para nabi,
shiddiqin dan para shuhada.” {HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah}
Tujuan Bermuamalah yang jujur:
1. Untuk mendapatkan ridho Allah.
2. Melatih sikap jujur pada diri kita.
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada
Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti. (Q.S.17:57).
4 Silaturrahim
Hikmah silaturrahim:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. QS. An-Nisa [4] : 1.
Dari Jubair Ibnu Muth'im Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Tidak akan masuk surga seorang pemutus, yaitu pemutus tali
kekerabatan." Muttafaq Alaihi.
Tujuan Silaturrahim:
''Barangsiapa yang ingin dimudahkan rezeki dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia
senantiasa menjaga silaturahim.'' (H. R. Muslim).
5 Dakwah
Hikmah Dakwah:
Tujuan Dakwah:
1. Mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau
musyrik) kepada jalan yang benar agar dapat hidup sejahtera di dunia maupun
di akhirat.
2. Mengajak umat Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah swt.
3. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
4. Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang gawat yang
meminta segera penyelesaian dan pemecahan.
5. Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi sewaktu-
waktu dalam masyarakat.
6. Munakahat
Hikmah Munakahat:
“Dan diantara tanda – tanda kekuasaa-Nya ialah dia menciptkan istri – istri dari jenismu
sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya.” (Ar Rum/30:21)
Tujuan Munakahat:
7. Kebersihan
Hikmah kebersihan:
“Sesungguhnya Allah menyukai dan menyukai kebaikan,bersih dan menyukai kebersihan,
murah hati dan senang kepada kemurahan hati, dermawan dan senang kepada
kedermawanan. Karena itu bersihkanlah halaman rumahmu dan jangan meniru-niru orang-
orang yahudi.” {HR. At Tirmidzi}
Tujuan Kebersihan:
8. Tolong-menolong
Hikmah Tolong-menolong:
“Orang Islam adalah bersaudara, sesama Islam tidak boleh menzaliminya dan
membebani dengan sesuatu yang memberatinya dan siapa yang menunaikan sesuatu hajat
saudaranya, maka Allah akan menunaikan hajatnya, dan siapa yang melepaskan sesuatu
bala orang Islam, Allah akan melepaskan segala bala kesusahannya di akhirat, dan siapa
yang menutup suatu aib orang Islam, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.” (Riwayat
Bukhari)
Tujuan Tolong-menolong:
1. Menjalin kekerabatan.
2. Mengembangkan sikap baik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat
yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan
seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan
semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya
terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi .
Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu
untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah
mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata
ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
DAFTAR KOSAKATA
http://yurishandcraft.blogspot.com/2013/12/makalah-konsep-ibadah-dalam-islam.html