Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN I


“KONSEP IBADAH”

KELOMPOK 1

Disusun Oleh :
Ghinfa Firqah Najiyah (C2221201011)
Ilyas Maulana Pramuja (C2221201016)
Dias Galih Dwipangestu (C2221201019)

S1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul " Konsep Ibadah ". Tak lupa, kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dalam pembelajaran
mata kuliah al-islam dan kemuhammadiyahan I , juga kepada semua teman-
teman yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Harapan kami semoga penyusunan makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua serta menjadi tambahan informasi mengenai " Konsep Ibadah ". Kami
menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif guna
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini, apabila ada kata-kata yang
kurang berkenandan banyak terdapat kekurangan, saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Semoga bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan
segala pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa
dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa
akan Dzat Allah swt yang telah memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus
mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat
sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang
dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai
dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya.
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at
Nya. Dalam ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita
lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah,
dan makruh.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai bermacam-
macam ibadah beserta hikmah dan tujuannya.

Ibadah menurut bahasa berasal dari abida ya’budu yang berarti : menyembah,
mengabdi dan menghinakan diri.
Sebagaimana dalam firmannya :
“ Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu agar kamu bertakwa “ ( QS. Al-Baqarah: 21)
Ibadah menurut beberapa ulama :
a. Menurut Abu A’la Maududi
Ibadah berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang hamba harus bersikap
sebagaimana halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh dan taat kepada
tuhannya tanpa membantah. Beliau juga menambahkan pula bahwa ada 3 hal yang
harus dimiliki sebagai hamba yang baik yaitu:
1. Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai penguasa dan
berkewajiban untuk merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya, menunjang
hidupnya, pelindung dan penjaganya dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada
seorang pun selain tuannya yang layak mendapat kesetiaannya.
2. Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan cermat
dan tidak mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan siapapun yang
bernada menentang kehendaknya tuannya.
3. Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara yang telah
ditentukan oleh tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya.
b. Menurut H. Endang Syaifudin Anshori
Ibadah secara garis besar ada 2 (dua) arti :
1. Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung
mengatur hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara
dan upacara (ritual) telah ditentukan secara terperinci daam Al- Qur’an dan As-
Sunnah yang biasanya berkisar pada masalah Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa,
Haji.
2. Ibadah dalam arti luas yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku, serta perbuatan
yang mempunyai 3 Tanda :
a. Niat yang Ikhlas sebagai Titik Tolaknya.
b. Keridhoan Allah sebagai Titik Tujuannya.
c. Amal Sholeh sebagai Garis Amanah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Ibadah
Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam:
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan
melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim
tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah
ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5 :

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari
penghambaanterhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu”.

2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya.


Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah
anggota masyarakat yang mempunyai hak dan Kewajiban untuk menerima dan
memberi nasihat. Oleh karenaitu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang
fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat. Contohnya: Ketika Al Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan
fungsinya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji danmungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannyadari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah


mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah
suatu perbuatan merugikandiri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat
diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan
tersebut. Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat,Al-Qur'an juga menjelaskan
fungsinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan danmensucikan mereka dan Mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik
bagi diri pelakunya tetapi juga membawa dapak sosial yang baik bagi
masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk ibadah,
kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam
hal ini Nabi SAW bersabda :

“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani).

3.Melatih diri untuk berdisiplin


Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengajn jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau
membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk
harta dan tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan
“amar ma'ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa
menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.

B. Hikmah Ibadah
1. Tidak syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk
senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus
meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat
yang dimiliki Nya adalah lebih bedar dari segala yang ada, sehingga tidak
ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2. Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang di landasi cinta timbul karena
ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan
keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya.
Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasatakut timbul karena manusia
menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai
kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban
ada kalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan
balasandari pelanggaran karena tidak menajalankan kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat
sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan
ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang di lakukan berkualitas. Ibadah
ibarat sebuah baju yang harusselalu dipakai dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, artinya ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih
peka dengan keadaan lingkungan sekitarnya, karena dia mendapat
pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika
melalukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan
oleh orang-orang yang kekurangan.Sehingga mendorong hamba tersebut
lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak kikir, harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya
tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk keselamatan
umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begitu besar terhadap
keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda
dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dalam menafkahi
hartanya di jalan Allah SWT. Ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan
haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluannya semata-mata.

sebagai bekal di akhirat yang di wujudkan dalan bentuk pengorbanan harta untuk
keperluan umat.

C. Makna Spiritual Ibadah


Makna spiritual ibadah difokuskan pada 4 (empat) ibadah, yaitu ibadah
shalat, ibadah puasa, ibadah maaliyah (harta), dan ibadah haji. Pertama, nilai-nilai
spiritual ibadah shalat mendekatkan dan mengingatkan manusia kepada
Tuhannya; (2) shalat dapat mendidik untuk senantiasa menjaga kesucian fitrah; (3)
mendidik untuk berlaku jujur; (4) mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan
mungkar; (5) membina rasa persatuan dan persaudaraan antara sesama umat
Islam; dan (6) shalat sebagai penebus dosa. Kedua, nilai-nilai spiritual ibadah
puasa: membersihkan jiwa, menumbuhkan kesabaran, sikap syukur dan ikhlas,
melatih kepedulian atau empati, dan menyehatkan jasmani dan rohani. Ketiga,
nilai-nilai spiritual ibadah maaliyah dalam kehidupan manusia merupakan
merefleksikan nilai spiritual dan nilai charity (kedermawanan) yang memiliki
fungsi ganda, yaitu tazkiyat an nufus (penyucian dan pembersihan diri dan harta)
dan refleksi kesalehan sosial. Keempat, nilai-nilai spiritual ibadah haji, antara lain:
ibadah haji sebagai manifestasi ketundukan manusia kepada Allah SWT, sebagai
ta‟zhim syi‟ar Allah SWT, sebagai tadabbur, dan ibadah haji sebagai rihlah
muqaddasah (perjalanan suci).

D. Makna Spiritual Dalam Kehidupan Sosial


Makna Spiritual Ibadah bagi Kehidupan Sosial Manusia Pengertian ibadah
dalam kehidupan masyarakat ialah pengabdian kepada Allah dalam bentuk shalat,
puasa, zakat, haji dzikir dan membaca Al-Quran. Ini karena kehidupan tidak
hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut melainkan untuk hal-hal yang
menyeluruh, mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia seperti
berdagang, bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan itu sendiri. Maknanya manusia
harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist ke dalam
kehidupan sosial.

BAB III
PENUTUP
.

A. Kesimpulan
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat) yang berarti pengabdian,
penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan.ibadah ialah pengungkapan rasa
kekurangan,kehinaan dan kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian
dan syukur atassegala nikmat.Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini
untuk beribadah kepada-Nya. Allahmenetapkan perintah ibadah sebenarnya
merupakan suatu kemampuan yang besar kepadamakhluknya, karena apabila
direnungkan, hakikat perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita
menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia
Nya.Macam-macam ibadah pada dasarnya digolongkan menjadi dua, yaitu:Ibadah
Umum, artinya ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan dalam rangka
mencari keridhoan Allah. Unsur terpenting agar dalam melaksanakan segala
aktivitas kehidupan di dunia ini agar benar-benar bernilai ibadah adalah “niat”
yang ikhlas untuk memenuhi tuntutan agama dengan menempuh jalan yang halal
dan menjauhi jalan yangharam. Ibadah Khusus, artinya ibadah yang macam dan
cara pelaksanaannya ditentukan dalam syara’ (ditentukan oleh Allah dan Nabi
Muhammad SAW). Ibadah khusus ini bersifat tetap dan mutlak, manusia tinggal
melaksanakan sesuai dengan peraturan dan tuntutan yang ada, tidak boleh
mengubah, menambah, dan mengurangi, seperti tuntutan bersuci (wudhu), salat,
puasa ramadhan, ketentuan nisab zakat. Makna Spiritual Ibadah Pengertian ibadah
dalam kehidupan masyarakat ialah pengabdian kepada Allah dalam bentuk shalat,
puasa, zakat, haji dzikir dan membaca Al-Quran. Ini karena kehidupan tidak
hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut melainkan untuk hal-hal yang
menyeluruh, mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia seperti
berdagang, bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan itu sendiri. Maknanya manusia
harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist ke dalam
kehidupan sosial.

B.Saran
Uraian pada beberapa bab diatas sebagaimana telah memberikan sedikit
pemahaman dan pengetahuan kepada kita semua meskipun tiada kesempurnaan,
karena memang penulisan initidak terlepas dari kekurangan. Akhirnya upaya dan
kegiatan yang tak mengenal lelah untuk lebih mengkaji tentang perbaikan
penulisan makalah Konsep Ibadah, Mudah-mudahan Allah swt melimpahkan daya
dan kekuatan kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai