FIKIH IBADAH
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Hamid Pongoliu M.HI
DI SUSUN OLEH:
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2020
A.IBADAH
1. RUANG DAN LINGKUP FIQIH IBADAH
jadi lingkup fiqih ibadah yaity hablum minallah dan hablum minannas.Ada ibadah
yang sifatnya langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara yang
merupakan bagian dari ritual formal atau hablum minallah dan ada ibadah yang
secara tidak langsung, yakni semua yang berkaitan dengan masalah muamalah,
yang disebut dengan hablum minannas (hubungan antar manusia).
Dalam syariat islam ibadah mempunyai dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan
yang paling dalam kepada Allah SWT. Unsur yang tertinggi adalah ketundukan,
sedangkan kecintaan merupakan implementsi dari ibadah tersebut. Disamping itu
ibadah juga mengandung unsur kehinaan, yaitu kehinaan yang paling rendah di
hadapan Allah SWT. Pada mulanya ibadah merupakan “hubungan” hati dengan
yang dicintai, menuangkan isi hati, kemudian tenggelam dan merasakan keasyikan,
akhirnya sampai kepada puncak kecintaan kepada Allah SWT.
Manusia, bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah
hamba-hamba Allah. Hamba sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah mahluk
yang dimiliki. Kepemilikan Allah atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutklak dan
sempurna, oleh karena itu mahluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan
dan aktivitasnya kecuali dalam hal yang oleh Alah swt.
badah merupakan setiap perbuatan yang dilakukan dengan hanya mengharap ridha
Allah swt. dan bernilai pahala bagi yang melakukannya. Ibadah dibagi menjadi 2,
yaitu :
Kitab Safinah An-Najah yang ditulis Syekh Salim Bin Samir Hadlrami ini mengacu
pada mazhab Syafi'i. Di dalamnya dibahas tentang Rukun Islam dan Rukun Iman
(Iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat,
dan takdir yang baik dan buruk dari Allah).
Kitab Safinah memiliki judul lengkap Safinatun Naja Fiima Yajibu `ala Abdi Li
Maulah (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba
kepada Tuhannya). Kitab ini walaupun kecil bentuknya, manfaatnya sangat besar.
Di setiap kampung, kota, dan negara hampir semua orang mempelajari bahkan
menghafalkannya, baik secara individu maupun kolektif.
Dalam bab bersuci (thaharah) tentang berwudu, Syekh Salim menjelaskan, air
yang digunakan untuk berwudu. Menurut pengarang kitab ini, air yang digunakan
untuk berwudu (bersuci) itu ada dua macam, yaitu sedikit (kurang dari dua kullah)
dan banyak (lebih dari dua kullah). Dua kullah bila diukur dengan liter, jumlahnya
sekitar 216 liter dan bila diukur dengan wadah, sedikitnya air itu terbagi dalam
ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm (panjang x tinggi x lebar).
Jumhur ulama sepakat, air yang kurang dari dua kullah, tidak bisa digunakan
untuk bersuci. Dan, air yang kurang dari dua kullah itu bisa menjadi musta'mal
(air suci, namun tidak mensucikan) apabila terciprat air bekas bersuci.
Lebih lanjut, pengarang kitab ini menjelaskan, air yang banyak tidak menjadi najis
kecuali jika berubah rasa, warna, dan baunya. Dan, air yang sedikit menjadi najis
jika air tersebut terkena najis meskipun air tersebut tidak berubah rasa, warna,
dan baunya.
Ini merupakan sebagian dari isi yang dijelaskan dalam kitab Safinah An-Najah
mengenai bersuci. Hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah bersuci ini juga
dijelaskan secara lebih detail oleh penulis. Misalnya, mandi wajib, tayamum,
istinja', dan lain sebagainya. Begitu juga, dengan pembahasan bab lainnya, seperti
shalat, zakat, puasa, dan haji.
4. Filosofi dan hikmah ibadah
Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan untuk
menyembah Allah. Sebab, disembah maupun tidak disembah Allah tetaplah Allah.
Esensi ketuhanan-Nya tidak akan berkurang meskipun seluruh manusia dan yang
ada di jagad raya ini tidak menyembah-Nya. Ibadah merupakan upaya untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Shalat adalah ibadah pertama yang diwajibkan
oleh Allah. Perintah shalat diterima langsung oleh Rasulullah Saw tanpa melalui
perantara. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya sumbangsih shalat terhadap diri
seorang muslim, dari gerakan shalatnya dapat diperoleh manfaat kesehatan
seperti olah raga fisik yang diperlukan untuk kesehatan tubuh dan memeliharanya
dari penyakit.Shalat juga memiliki pengaruh besar dan efektif dalam
penyembuhan manusia dari duka cita dan kegelisahan. Sikap berdiri pada waktu
shalat di hadapan Tuhannya dalam keadaan khusuk, berserah diri pada
pengosongan diri dari kesibukan dan permasalahan hidup dapat menimbulkan
perasaan tenang, damai dalam jiwa manusia serta dapat mengatasi rasa gelisah
dan ketegangan yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan jiwa dan masalah
kehidupan.
B).THAHARAH 1
Di dalam Islam, mensucikan diri dikenal dengan sebutan thaharah yang secara
bahasa berarti bersuci. Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah
membersihkan diri, pakaian, benda-benda lain dari najis dan hadas menggunakan
cara yang sesuai dengan syariat Islam.Kedudukan bersuci di dalam hukum Islam
termasuk amalan yang harus dilaksankan. Sebab, salah satu syarat sah salat
adalah suci dari hadas dan najis.
Hadas adalah kondisi tidak suci yang mengenai pribadi seorang Muslim,
menyebabakan terhalangnya orang tersebut untuk melakukan sholat atau tawaf.
Hadas merupakan perkara maknawi yang ada di dalam jasad dan tidak dapat
dilihat oleh panca indra. Jadi, hadas merujuk pada keadaan diri seseorang.Oleh
sebab itu untuk menghilangkan hadas, diperlukan niat sebagai syaratnya.
Terdapat dua macam hadas, yakni hadas kecil dan hadas besar. Apa
perbedaannya?
Hadas kecil adalah hadas yang dapat disucikan dengan melakukan wudhu atau
tayammum. Contohnya adalah bersentuhan kulit antara laki-laki dengan
perempuan yang bukan muhrim serta mengeluarkan sesuatu dari lubang qubul
maupun lubang dubur berupa kencing, tinja, dan kentut.
Hadas besar yaitu hadas yang bisa disucikan dengan mandi wajib. Contohnya yakni
haid, nifas, dan terjadinya hubungan badan.
Najis menurut bahasa adalah kotor. Sedangkan menurut istilah najis adalah
segala kotoran yang wajib dihindari karena menyebabkan seseorang terhalang
untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Berbeda dengan hadas, najis merupakan
perkara yang bisa dilihat.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi hidup bersih, bahkan kebersihan
merupakan sebagian dari iman. Dalam Hadits Riwayat Tirmizi, Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha
Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia
Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-
tempatmu."
Oleh sebab itu, Islam mengajarkan cara-cara bersuci atau thaharah. Secara
umum thaharah dibagi menjadi dua macam, yaitu bersuci dari hadas dan dari
najis. Sebagian orang menganggap bahwa hadas dan najis merupakan hal yang
serupa, padahal keduanya memiliki perbedaan. Implikasinya, cara menyucikannya
pun berbeda.
Pengertian Hadas
Hadas adalah kondisi tidak suci yang mengenai pribadi seorang Muslim,
menyebabakan terhalangnya orang tersebut untuk melakukan sholat atau tawaf.
Hadas merupakan perkara maknawi yang ada di dalam jasad dan tidak dapat
dilihat oleh panca indra. Jadi, hadas merujuk pada keadaan diri seseorang.
Oleh sebab itu untuk menghilangkan hadas, diperlukan niat sebagai syaratnya.
Terdapat dua macam hadas, yakni hadas kecil dan hadas besar. Apa
perbedaannya?
Hadas kecil adalah hadas yang dapat disucikan dengan melakukan wudhu atau
tayammum. Contohnya adalah bersentuhan kulit antara laki-laki dengan
perempuan yang bukan muhrim serta mengeluarkan sesuatu dari lubang qubul
maupun lubang dubur berupa kencing, tinja, dan kentut.
Hadas besar yaitu hadas yang bisa disucikan dengan mandi wajib. Contohnya yakni
haid, nifas, dan terjadinya hubungan badan.
Pengertian Najis:
Najis menurut bahasa adalah kotor. Sedangkan menurut istilah najis adalah
segala kotoran yang wajib dihindari karena menyebabkan seseorang terhalang
untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Berbeda dengan hadas, najis merupakan
perkara yang bisa dilihat.
Untuk menghilangkan najis tidak perlu disertai niat selama wujudnya telah hilang.
Najis secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yakni najis mukhaffafah, najis
mughallazhah, dan najis mutawasithah.
Najis Mukhaffafah:
Ini merupakan najis yang ringan. Yang termasuk najis mukhaffafah adalah air
kencing anak laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan dan minum
selain air susu ibu. Cara menyucikan najis ini adalah dengan mengalirkan air hingga
hilang ain-nya (bentuk najisnya).
Najis Mughallazhah:
Najis Mutawasithah:
Najis mutawasithah adalah najis sedang, atau pertengahan antara najis yang
ringan dan berat. Yang termasuk najis mutawasithah di antaranya adalah:
-Kotoran manusia.
-Darah haid
-Madzi, yaitu cairan bening yang keluar dari kemaluan yang tidak disertai tekanan
syahwat yang sangat kuat
-Air wadi, yakni air putih, keruh dan kental yang keluar setelah buang air kecil.
Jika terkena najis di atas, seseorang harus membersihkannya hingga warna, bau,
dan rasanya hilang, dilanjutkan dengan proses menyiram dengan menggunakan air
yang suci dan menyucikan.
C).THAHARAH 2
Hadas menurut cara mensucikan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu hadas besar
dan kecil. Hadas besar adalah hadas yang harus disucikan dengan cara mandi
sedangkan hadas kecil adalah hadas yang dapat disucikan dengan cara berwudu
atau tayamum saja.Tayamum dapat dipilih untuk bersuci dengan catatan apabila
sedang berhalangan memakai air.Contoh hadas besar adalah haid, junub, nifas dan
keluar mani.Mandi untuk membersihkan diri dari hadas dinamakan mandi wajib
atau mandi besar.Mandi wajib atau mandi besar dilakukan dengan cara meratakan
seluruh air ke semua bagian tubuh.Contoh hadas kecil adalah buang air kecil,
besar, atau keluar udara dari dubur.
2).ALAT BERSUCI / HIKMAHNYA:
~Hikmah pertama yaitu bersuci, karena bersuci salah satu bentuk pengakuan
Islam terhadap fitrah manusia sebagai umat Islam.
~Hikmah kedua selalu menjaga kemuliaan serta wibawa dari umat Islam.
~Hikmah ketiga adalah melindungi diri dan menjaga kesehatan dari berbagai jenis
penyakit. Karena kebersihan merupakan pangkal kesehatan.
~Hikmah keempat dengan menyiapkan diri dalam kondisi yang baik ketika
menghadap Allah SWT. Seorang hamba Allah, setiap umat Islam memang wajib
mensucikan diri baik secara lahir dan batin, jasmani dan rohani.
Pembahasan
Mungkin dari sebagian kita ada yang tidak mengerti arti sesungguhnya dari
thaharah. Thaharah merupakan bagian dari ibadah menurut agama Islam yang
bertujuan untuk menyucikan diri baik secara lahir atau batin.Thaharah sendiri
dibagi menjadi dua yaitu, bersuci dari najis dan bersuci dari hadats. Ada
beberapa tingkatan najis yang dapat diketahui yaitu najis berat (mughalladhah),
najis sedang (mutawassithah), atau najis ringan (mukhaffafah). Sedangkan
hadats, dapat disucikan dengan wudhu dan mandi, dan tayamum jika dalam kondisi
yang tidak memungkinkan terdapatnya air.
-wudhu adalah salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan air.
-tayamum adalah salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan pasir atau
debu.
-mandi wajib adalah menyiramkan air keseluruh badan dengan tata cara tertentu
untuk menghilangkan hadats besar.
D).SHALAT
Salat merujuk kepada ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam,
praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad
sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Umat muslim diperintahkan untuk
mendirikan salat karena menurut Surah Al-'Ankabut dapat mencegah perbuatan
keji dan mungkar.
Shalat merupakan ibadah terdahulu, yang juga dilakukan oleh nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad, namun, di masa Nabi Muhammad lah semuanya gerak dan doa dalam shalat
terkumpulkan, mulai dari berdiri, ruku’, hingga sujud dan duduk. Fakta sejarah bahwa
shalat sudah dikerjakan oleh nabi-nabi terdahulu dapat kita simak pada tulisan
Almaghfurlah Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam Fiqh Sirah Nabawiyah
(Damaskus: Dar al-Fikr, 1426 H),
الة يصل--روعية الص--ل مش--الم قب--ه الس--ان علي-- وك, sebelum pensyariatan shalat, Nabi Muhammad juga
sebenarnya sudah rutin melakukan shalat di pagi dan sore hari. Hal tersebut juga
ِ ِّي َواِإْل ْبك-ك بِ ْال َع ِش
diperkuat dengan Surat Al-Mu’minun ayat 31: ار-َ َ ِّ ِد َرب-“ َو َسبِّحْ بِ َح ْمDan sucikanlah
(shalatlah) dengan memuji Tuhanmu, di waktu sore dan pagi hari”. Perintah shalat 5
waktu kemudian diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra dan
Mi’raj, yang terjadi sekitar 18 bulan sebelum peristiwa hijrah. Peristiwa tersebut
terekam dalam hadits Nabi riwayat Bukhori (No. 342) dan Muslim (No. 163): - أن رسول هللا
ففرض اللهعلى أمتي... - ثم أخذ بيدي فعرج بي إلى السماء.. فنزل جبريل، "فرج عن سقف بيتي وأنا بمكة: قال- صلى هللا عليه وسلم
دي--ول ل-- هي خمس وهي خمسون ال يبدل الق: فراجعته فقال... "خمسين صالة. “Bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “loteng rumahku terbuka saat aku berada di Makkah,
kemudian Jibril turun … kemudian ia memegang tanganku dan mengangkatku ke langit…
kemudian Allah memfardlukan shalat 50 waktu pada ummatku…maka aku kembali lagi,
dan Dia (Allah) berfirman: “Shalat 5 waktu itulah (pahalanya sama dengan) shalat 50
waktu, tidak akan tergantikan lagi pernyataanku”. Sejak saat itulah shalat 5 waktu
sehari semalam difardlukan bagi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Shalat 5 waktu yang pahalanya sama seperti shalat 50 waktu.
3).MACAM-MACAM SHALAT:
-Shalat Shubuh
Biasanya dimulai sejak pukul 4.00 hingga pukul 5.30. Namun sejatinya, menurut
pendapat ulama Subuh diawali ketika fajar sadik muncul.Sadik adalah cahaya putih
yang melintang di sepanjang ufuk timur, dan berakhir sesaat sebelum matahari terbit
(syuruk). Salat Subuh dilaksanakan dalam 2 rakaat wajib
-Shalat Dzuhur
Biasanya dilaksanakan dari pukul 11.30 hingga tibanyak waktu Ashar. Dzuhur dimulai
ketika matahari telah tergelincir (condong) ke arah barat, dan berakhir ketika masuk
waktu Ashar.
-Shalat Ashar
Biasanya dikerjakan dari pukul 3.00 hingga mendekati waktu Maghrib. Menurut
mazhab Syafi'i, Maliki, dan mazhab Hambali, waktu Asar diawali jika panjang bayang-
bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri.
-Shalat Magrib
Waktu Maghrib umumnya jatuh pada pukul 18.00.Magrib diawali sesaat setelah
matahari terbenam berakhir, dan berakhir setelah syafak selesai dan waktu isya
dimulai.Terbenam matahari di sini berarti seluruh "piringan" matahari telah "masuk"
di bawah horizon (cakrawala).
-Shalat Isya
Salat Isya dimulai setelah berakhirnya waktu Maghrib. Yaitu sekitar pukul 7.00.
Hingga menjelang terbitnya matahari. Salat Isya terdiri dari 4 rakaat.
4).WAKTU-WAKTU SHALAT:
5).KAIFIAH SHALAT
Untuk melaksanakan salat 5 waktu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Tanpa satu dari persyaratan di bawah ini, salat 5 waktu tidak akan sah.
Hukumnya sama dengan salat lainnya, seperti sholat tahajud dan dhuha.
~Selain syarat, setiap umat muslim juga ~harus memenuhi rukun shalat.
~Salam pertama
Dalam gerakkan shalat ada yang disebut takbir, takbir terbagi menjadi 2 macam yaitu
takbiratul ihram dan takbiratul Intiqal. Jika diterjemakan ke dalam bahasa Indonesia
artinya Allah Maha Besar. Mafhumnya adalah bahwa segala sesuatu selain Allah SWT
adalah kecil termasuk kita sendiri. Tidak patut kita menyombongkan diri dengan apa
yang kita sandang dan kita miliki. Karena pada hakikatnya semua yang kita sandang
dan kita miliki sepenuhnya adalah milik Allah SWT. Kita hanya diamanahi dan dititipi
saja. Selayaknya jika kita merasa hanya dititipi tak pantas rasanya bersombong diri
dengan titipan tersebut.
Kita ambil sebuah pelajaran dari seorang yang berprofesi sebagai tukang parkir dan
tempat penitipan barang. Sebanyak dan seberharga apapun ia tidak pernah
menyombongkan diri dengan barang titipannya. Bahkan ketika pemiliknya datang untuk
mengambil kembali barang titipan tersebut, ia tak pernah ada rasa penyesalan
sedikitpun.
Masih banyak hikmah dan nilai filosofi dalam ibadah shalat dan dapat kita jadikan
landasan amal dan aktifitas kita setelah shalat. Termasuk rahasia dibalik gerakkan –
gerakkan secara fisik dalam shalat yang ditinjau dari ilmu kesehatan.
E).SHALAT SUNNAH
1).PERNGERTIAN SHALAT SUNNAH:
Salat sunah atau salat nawafil (jamak: nafilah) adalah salat yang dianjurkan untuk
dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan
dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan
akan tampak hikmah dan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah.
a.Sholat sunah rawatib merupakan sholat yang dikerjakan sebelum atau sesudah
sholat fardu.
Sholat sunah rawatib muakkad selalu dikerjakan Rasulullah SAW. Sholat ini
totalnya ada 10 atau 12 rakaat, yaitu 2 rakaat sebelum Subuh, 2 atau 4 rakaat
sebelum Dzuhur, 2 rakaat sesudah Dzuhur, 2 rakaat setelah Maghrib, dan 2
rakaat setelah Isya.
Anjuran melaksanakan sholat sunah tahiyatul masjid juga telah disebutkan oleh
Rasulullah SAW:
"Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia salat dua
rakaat sebelum dia duduk." (HR. Al Bukhari no. 537 & Muslim no. 174).
c.Sholat Dhuha merupakan sholat sunah yang dapat dikerjakan di pagi hari sejak
matahari terbit hingga mendekati pukul 12.00 yang dapat dikerjakan minimal 2
rakaat dan maksimal 12 rakaat.
e.Sholat tahajud dapat dilakukan di sepertiga malam. Sholat sunah ini dapat
dikerjakan minimal dua rakaat dan maksimal tidak terhingga.
f.Sholat tarawih merupakan sholat sunnah muakkad, artinya sholat sunah yang
sangat dianjurkan. Sholat tarawih merupakan ibadah yang dapat dilakukan umat
muslim setiap bulan Ramadhan yang pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara
jamaah atau sendiri.
g.Sholat witir merupakan ibadah sunah yang umumnya dikerjakan sebagai penutup
sholat tarawih. Namun sholat witir sebenarnya dianjurkan untuk dilakukan usai
sholat sunah malam seperti sholat tahajud.
Seperti yang sudah diketahui, sholat sunnah muakkad sangat dianjurkan untuk
dilaksanakan. Berikut jumlah sholat sunnah rawatib muakkad:
Penjelasan mengenai jumlah sholat sunnah rawatib muakkad ini sebagaimana yang
disebutan dalam hadits berikut, artinya:
Berbeda dengan sholat sunnah rawatib muakkad, sholat sunnah rawatib ghoiru
muakkad tidak begitu ditekankan. Adapun jumlah sholat sunnah ghoiru muakkad
adalah sebagai berikut:
Artinya," Aku niat mengerjakan sholat sunnah sesudah Isya 2 rakaat, menghadap
kiblat karena Allah Ta’ala."
-Membaca Niat
-Takbiratul Ihram
-Itidal
-Tasyahud Akhir
-Salam
Para ulama jumhur mengatakan, sholat sunah yang kita kerjakan termasuk ibadah
badaniyah yang lebih bagus atau paling afdal dari pada ibadah sunnah lainnya.
Salah satunya disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah dalam
Kitab Tuhfatul Muhtaj Fii Syahril Minhaj jilid 2."Ibadah badaniyah yang paling
afdhal setelah syahadat adalah sholat. Sholat fardhu itu lebih afdhal dari ibadah
fardhu lainnya dan sholat sunnah itu lebih afdhal daripada ibadah sunah lainnya."
kata Ibnu Hajar al-Haitami.
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman” [an-Nisa 4 : 103],
Maka jika kita memisalkan perjalanan naik motor kita itu adalah “hidup” kita
sebagai manusia, tujuan perjalanan naik motor kita itu adalah “tujuan hidup” kita
sebagai manusia, dan sholat itu adalah “jodoh, ajal, dan rejeki” kita sebagai
manusia yang telah ditetapkan oleh ALLAH untuk setiap manusia dibumi ini, kita
tidak bisa benar-benar mengetahui kapan TEPATNYA mereka (baca : jodoh, ajal,
dan rejeki) akan datang, meskipun sebagian dari kita mungkin bisa
memperkirakannya. Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah siap bertemu
dengan mereka? Apakah kita akan ikhlas menyambut kedatangan mereka dalam
bentuk apapun mereka datang? apakah mereka akan kita temui dalam keadaan
terbaik kita? Apakah mereka akan berberkah untuk kita dalam usaha kita untuk
memantaskan diri sebelum bertemu dengan Sang Pencipta dialam akhirat? Semua
itu ada dalam pilihan kita, usaha kita masing-masing, dan konsekuensinya adalah
untuk kita masing-masing.
F).ZAKAT 1
1).PENGERTIAN ZAKAT:
Zakat dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang
yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya.
Zakat dari segi bahasa berarti 'bersih', 'suci', 'subur', 'berkat' dan
'berkembang'. Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Perintah zakat mulai diberlakukan setelah Nabi hijrah ke Madinah, dan menetap
selama 17 bulan.Di sana turunlah ayat 183-184 surat Al-Baqarah,tepatnya pada
bulan Syakban tahun ke-2H.
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada
yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib
bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS Al Baqarah: 184)
Ayat inilah yang menjadi dasar disyariatkannya shaum bulan Ramadan. Tak lama
setelah itu, dalam bulan Ramadan tahun itu pula mulai diwajibkan zakat kepada
kaum muslimin. Hal ini berdasarkan pada hadits, “Rasulullah saw memerintahkan
kepada kami untuk mengeluarkan shadaqatul fithr (zakat fitrah) sebelum
perintah zakat (zakat harta). “ (HR Nasa’i)
Demikian juga seperti yang diterangkan oleh Ibnu Umar.
“Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrah
pada bulan Ramadhan atas orang-orang sebesar 1 sha’ kurma, atau 1 sha’ gandum,
wajib atas orang merdeka, hamba sahaya, laki-laki dan perempuan, dari kaum
muslimin.” (HR. Muslim)
Selanjutnya, ditetapkan pula perintah zakat harta (zakat mal) sebagai penambah
zakat fitrah yang telah diperintahkan sebelumnya. Sebagian ulama berpendapat
bahwa perintah ini juga turun pada tahun kedua hijriah.
Ibnu Katsir menjelaskan hal ini pada tafsir surah Al-An’am ayat 141.
“Dan berikanlah haknya pada hari ketika panennya). Kata , haknya (haqqahu),
sebagian besar ulama tafsir adalah zakat wajib. Demikian pula, hal ini bisa dilihat
pada tafsir Al-Qurthubi tentang ayat 141 dari surah Al-An’am.” (Tafsir Ibnu
Katsir)
Zakat mal adalah ibadah wajib yang harus dilakukan oleh umat muslim
berdasarkan harta yang dipeolehnya dari kegiatan berusaha atau pekerjaan
dengan jumlah besaraan tertentu.Harta yang dimaksud dapat bermacam-macam
bentuknya, seperti rumah, kendaraan, hasil pertanian, hasil ternak, uang emas,
perak, dan lain sebagainya.Harta yang dapat dizakatkan adalah harta yang dimiliki
secara penuh dan bukan merupakan hasil simpan pinjam.
Dengan hal itu, dapat kita simpulkan zakat mal adalah zakat yang dipergunakan
untuk menyucikan harta yang dimiliki oleh seorang muslim.
Zakat fitrah adalah zakat yang dibayarkan oleh umat muslim di akhir bulan
Ramadan atau hari sebelum perayaan hari raya Idulfitri.Zakat fitrah harus
ditunaikan setiap tahun bagi mereka yang telah mampu dan memiliki penghasilan
yang cukup dan dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.
Perbedaan waktu antara zakat mal dan zakat fitrah inilah yang menjadi pembeda
antara kedua zakat tersebut.
Zakat fitrah bertujuan untuk mensucikan diri dan jiwa dan juga merupakan
ibadah yang dapat menyempurnakan puasa di saat bulan Ramadan
disebut juga zakat fitrah. Yaitu zakat yang dikeluarkan karena telah
menyelesaikan puasa ramadhan. Zakat fitrah wajib bagi setiap muslim bagi laki-
laki maupun perempuan, dewasa ataupun kecil, merdeka ataupun budak.
Zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan.
Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada di
daerah bersangkutan.
Zakat ini biasa disebut dengan zakat fitrah atau zakat fitri, karena zakat ini
dihubungkan dengan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul fitri. Zakat fitri
adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai
kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar pada malam hari raya Idul fitri,
sebagai tanda syukur kepada Allah karena telah selesai menunaikan ibadah puasa.
Zakat ini disyari’atkan pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyah, adalah untuk
mensucikan orang yang puasa dari perbuatan dan perkataan kotor dan keji serta
untuk memberi makan orang-orang miskin. Zakat ini merupakan zakat pribadi,
sedangkan zakat mal merupakan pajak pada harta. Oleh karena itu tidak
disyaratkan pada zakat fitrah apa yang disyaratkan pada zakat mal, seperti nisab
dan syarat- syarat zakat lainnya tertentu.
Yaitu zakat dari harta yang dimiliki berupa emas, perak, harta perniagaan, biji-
bijian buah-buahan, zakat binatang ternak. Mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak.
Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Contohnya: rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dan lain
sebagainya. Sedangkan sesuatu yang tidak dapat di miliki tetapi manfaatnya
dapat di ambil seperti udara dan sinar matahari tidaklah di sebut mal.
Zakat diwajibkan atas orang yang telah memenuhi syarat di bawah ini :
Merdeka
Memiliki harta yang mencapai nishab tidak ada syarat baligh dan sehat jiwa,
artinya bagi anak-anak kecil yang belum baligh dan orang yang gila tetap wajib
dikeluarkan zakatnya.
-Selama satu tahun ( tahun hijriyah ) permulaannya dihitung sejak memiliki nisab
dan harus cukup selama satu tahun penuh.Untuk zakat tanaman dikeluarkan pada
waktu panen.
~Milik Sepenuhnya
Harta dimiliki dan diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan
secara halal seperti; usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-
cara yang sah. Jika dari cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidak
wajib, sebab harta tersebut harus dikembalikan kepada yang berhak atau ahli
warisnya.
~Cukup Haul
Cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari
menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan mashehi.
~Berkembang
Harta terebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau
mempunyai potensi untuk berkembang.
~Cukup Nishab
Harta tersebut telah mencapai jumalah tertentu sesuai dengan ketetapan syara’.
Jika harta tidak sampai nishabnya terbebas dari zakat dan dianjurkan
mengeluarkan infaq serta shadaqah.
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus
dibayar pada waktu yang sama ( dengan waktu mengeluarkan zakt ), maka harta
tersebut terbebas dari zakat.
Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas
kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
~ZAKAT 2
23).MASHARIB ZAKAT:
-Fakir : Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
-Miskin : Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup.
-Mu'allaf : Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
-Fisabilillah : Mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah,
jihad dan sebagainya.
-Ibnus Sabil : Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada
Allah.
5).AMIL ZAKAT:
Hanya muslim saja yang boleh menjadi amil zakat, sedangkan non muslim tidak
dibenarkan menjadi amil. Alasannya karena tugas amil zakat itu merupakan
amanah agama, sehingga hanya mereka yang hatinya sudah tunduk kepada Allah
SWT saja yang dibebankan dan dipercaya untuk menegakkan zakat.
I. Tentang Zakat
Zakat merupakan harta tertentu yang dikeluarkan apabila telah tercapai syarat
yang diatur sesuai aturan agama, zakat hanya bisa dikeluarkan kepada 8 aznaf
penerima zakat. Menurut bahasa "zakat" berarti tumbuh, berkembang, subur
atau bertambah.
Zakat juga berasal dari kata "Zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan
berkembang. Dinamakan zakat karena, karena didalamnya terkandung harapan
untuk memperoleh keberkahan, membeersihkan jiwa, dan memupuknya dengan
berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq:5).
Makna suci disini menunjukan bahwa zakat merupakan cara untuk mensucikan jiwa
dari kejelekan, kebatilan, dan pensuci dari dosa-dosa. Dalam Al-Qur'an
disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah [9]: 103).
Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yakni zakat fitrah dan zakat maal.
Secara lebih rinci, zakat maal ini memiliki jenis zakat lainnya seperti;
1.Zakat penghasilan
Zakat penghasilan atau yang dikenal juga sebagai zakat zakat profesi adalah
bagian dari zakat maal yang wajib dikeluarkan atas harta yang berasal dari
pendapatan / penghasilan rutin dari pekerjaan yang tidak melanggar syariah (Al
Qur'an Surah Al Baqarah ayat 267, Peraturan Menteri Agama No 52/2014 dan
pendapat Shaikh Yusuf Qardawi). Standar nishab yang digunakan adalah sebesar
Rp5.240.000,- per bulan.
Contoh:
Penghasilan diterima setiap bulan sebesar Rp6.000.000, maka sudah wajib zakat.
Jadi zakat yang dibayarkan adalah Rp6.000.000 x 2.5% = Rp150.000,-
Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya adalah zakat yang dikenakan atas
emas, perak dan logam lainnya yang telah mencapai nisab dan haul. Zakat emas
dan perak ditunaikan jika seorang muzaki (orang yang menunaikan zakat) memiliki
emas mencapai nisab senilai 85 gram atau perak dengan mencapai nisab 595 gram.
Tarif zakat yang harus dibayarkan adalah sebesar 2,5% dari emas atau perak
yang dimiliki. Berikut cara menghitung zakat emas/ perak:
Contoh:
Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki emas yang tersimpan sebanyak 100 gram,
sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram,
maka emas tersebut senilai Rp62.200.000,-. Zakat emas yang perlu Bapak A
tunaikan sebesar 2,5% x Rp62.200.000,- = Rp1.555.000,-.
3.Zakat perusahaan
Para ulama peserta Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29
Rajab 1404 H), menganalogikan zakat perusahaan kepada zakat perdagangan. Hal
ini dikarenakan, jika dipandang dari aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah
perusahaan intinya berpijak pada kegiatan trading atau perdagangan.
Oleh karena itu, secara umum pola pembayaran dan penghitungan zakat
perusahaan dianggap sama dengan zakat perdagangan begitu pun dengan kadar
nisabnya setara dengan 85 gram emas.
Sebuah perusahaan biasanya memiliki harta yang tidak akan terlepas dari tiga
bentuk: Pertama, harta dalam bentuk barang. baik yang berupa sarana dan
prasarana maupun yang merupakan komoditas perdagangan. Kedua, harta dalam
bentuk uang tunai yang biasanya disimpan di bank-bank. Ketiga, harta dalam
bentuk piutang.
Maka yang dimaksud dengan harta perusahaan yang harus dizakati adalah ketiga
bentuk harta tersebut dikurangi harta dalam bentuk sarana dan prasarana serta
kewajiban mendesak lainnya, seperti utang yang jatuh tempo atau yang harus
dibayar saat itu juga.
"Apabila engkau telah sampai batas waktu membayar zakat (yaitu usaha engkau
telah berlangsung selama satu tahun, misalnya usaha dimulai pada bulan Zulhijjah
1421 H dan telah sampai pada Zulhijjah 1422 H), perhatikanlah apa yang engkau
miliki, baik berupa uang (kas) ataupun barang yang siap diperdagangkan
(persediaan), kemudian nilailah dengan nilai uang dan hitunglah utang-utang
engkau atas apa yang engkau miliki".
Dari penjelasan di atas, maka dapatlah diketahui bahwa pola perhitungan zakat
perusahaan didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan
kewajiban atas asset lancar, atau seluruh harta (di luar sarana dan prasarana)
ditambah keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu
dikeluarkan 2,5 persen sebagai zakatnya. Sementara pendapat lain menyatakan
bahwa yang wajib dikeluarkan zakatnya itu hanyalah keuntungannya saja.
Contoh:
4. Zakat perdagangan
Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga, sedangkan
harta niaga adalah harta atau aset yang diperjualbelikan dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan. Dengan demikian maka dalam harta niaga harus ada 2
motivasi: Motivasi untuk berbisnis (diperjualbelikan) dan motivasi mendapatkan
keuntungan.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103).
Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha
dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu
tahun). Jika selisih dari asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab,
maka wajib dibayarkan zakatnya.
Nisab zakat perdagangan senilai 85 gram emas dengan tarif zakat sebesar 2,5%
dan sudah mencapai satu tahun (haul). Berikut cara menghitung zakat
perdagangan:
Contoh:
5.Zakat saham
Cara menghitung zakat zaham pun sama dengan cara menghitung zakat maal yaitu
menggunakan rumus sebagai berikut:
Investor perlu mengetahui apakah total asset account nya sudah mencapai nisab
atau belum. Jika sudah, maka investor bisa menghitung berapa jumlah yang akan
dizakati dalam bentuk satuan lot dengan rumus sebagai berikut:
Bapak A memiliki saham XXXX sebanyak 100 lot dimana harga pasar/lembar
sebesar Rp645,- (1 lot sama dengan 100 lembar). Nilai zakat Bapak A dalam
saham adalah Rp2.500.000 : (Rp645,- x 100 lembar) = 38,75 lot / pembulatan
menjadi 39 lot. Untuk itu, Bapak A harus memindahkan 39 lot sahamnya sebagai
zakat saham.
6.Zakat reksadana
Produk reksa dana yang digunakan untuk berzakat sendiripun adalah reksa dana
syariah, yaitu produk reksa dana yang dikelola berdasarkan atau mengacu pada
prinsip-prinsip syariah di pasar modal (POJK No.19/POJK.04/2015).
7.Zakat rikaz
Zakat barang temuan (rikaz) adalah zakat yang wajib dikeluarkan untuk barang
yang ditemukan terpendam di dalam tanah, atau yang biasa disebut dengan harta
karun. Zakat barang temuan tidak mensyaratkan baik haul (lama penyimpanan)
maupun nisab (jumlah minimal untuk terkena kewajiban zakat), sementara kadar
zakatnya adalah sebesar seperlima atau 20% dari jumlah harta yang ditemukan.
Jadi setiap mendapatkan harta temuan berapapun besarnya, wajib dikeluarkan
zakatnya sebesar seperlima dari besar total harta tersebut.
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: " .. dan pada rikaz
(diwajibkan zakatnya) satu perlima. — Hadith Sahih – Riwayat Bukhari
8.Zakat Fitrah
Zakat fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik
lelaki dan perempuan muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan memasuki saat
futur (berbuka puasa) pada Idul Fitri sebagaimana hadist Ibnu Umar ra,
"Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum
atas umat muslim; baik hamba sahaya maupun merdeka, laki-laki maupun
perempuan, kecil maupun besar. Beliau saw memerintahkannya dilaksanakan
sebelum orang-orang keluar untuk shalat.” (HR Bukhari Muslim)
Para ulama sebagaimana Shaikh Yusuf Qardawi telah membolehkan zakat fitrah
ditunaikan dalam bentuk uang yang setara dengan 1 sha' harga makanan yang jika
di konversikan sebesar Rp40.000,-
Zakat mempunyai aspek filosofis, yaitu zakat mensucikan jiwa dan sifat kikir,
cara mendidik berinfak dan memberi, berakhlak dengan akhlak Allah, zakat
merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah, zakat mengobati hati dari cinta
dunia, zakat mengembangkan kekayaan bathin, zakat menarik rasa simpati atau
cinta.
G).PUASA WAJIB
1).PENGERTIAN PUASA:
Saum atau puasa bagi orang Islam (bahasa Arab: وم--ص, translit. ṣawm) adalah
menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan
syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Berpuasa (saum)
merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Saum secara bahasa artinya
menahan atau mencegah.
Saiyid menulis, pada awalnya siapa saja yang ingin berpuasa maka ia boleh
berpuasa, dan siapa saja yang ingin berbuka maka dia boleh berbuka dan cukup
menggantinya dengan memberi makan orang miskin.
"Namun pada akhirnya Allah mewajibkan kepada seluruh yang umat yang sehat
dan tidak dalam perjalanan untuk berpuasa, tidak ada pilihan untuk berbuka, dan
untuk mereka yang sudah lanjut usia tetap diberikan keringanan boleh berbuka
dengan syarat tetap memberikan makan fakir miskin," tulisnya
Dalam buku Menyambut Ramadhan karya Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc., MA
menyebutkan bahwa Muadz bin Jabal ra berkata ketika Rasulullah saw datang ke
Mekkah makapuasa yang dilakukan oleh beliau adalah puasa Asyuro dan puasa tiga
hari pada setiap bulannya, hingga akhirnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan dan
Allah menurunkan ayatNya:
Saiyid menulis, pada awalnya siapa saja yang ingin berpuasa maka ia boleh
berpuasa, dan siapa saja yang ingin berbuka maka dia boleh berbuka dan cukup
menggantinya dengan memberi makan orang miskin.
"Namun pada akhirnya Allah mewajibkan kepada seluruh yang umat yang sehat
dan tidak dalam perjalanan untuk berpuasa, tidak ada pilihan untuk berbuka, dan
untuk mereka yang sudah lanjut usia tetap diberikan keringanan boleh berbuka
dengan syarat tetap memberikan makan fakir miskin," tulisnya.
Tahap pertama, awalnya ketika tiba di Madinah, Rasulullah saw dan para sahabat
berpuasa tiga hari pada setiap bulannya, dan beliau juga berpusa di hari Asyuro’,
lalu kemudian turun syariat puasa Ramadan (QS. Al-Baqarah: 183).
Namun di awal-awal puasa Ramadan ini masih sifatnya pilihan, siapa yang dengan
sengaja tanpa alasan tidak mau berpuasa mereka boleh tidak berpuasa, asalkan
menggantinya dengan fidyah, tapi ketika Allah menurunkan ayatNya: “Barangsiapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah
ia berpuasa pada bulan itu”
Tahapan kedua, meski tidak ada alasan lagi untuk tidak berpuasa, walaupun Allah
tetap memberikan keringan. Terutama bagi mereka yang sakit, dalam perjalanan
dan lanjut usia untuk tidak berpuasa dengan cara menggantinya, baik dengan cara
puasa qadha atau dengan fidiah.
Tahap Ketiga, pada awal pensyariatan para sahabat boleh untuk makan dan minum
dan berhubungan suami istri setelah tiba waktu berbuka dengan syarat itu semua
dilakukan sebelum tidur. Jika sudah tertidur maka semua hal tadi tidak boleh
dilakukan walaupun terjaganya sebelum fajar.
Sebelum bulan suci Ramadan datang, Anda perlu untuk kembali memahami
tentang syarat wajib dan sah puasa Ramadan. Ada 6 syarat wajib dan sah puasa
Ramadan, sebagai berikut.
1. Beragama Islam
Syarat wajib dan sah berpuasa Ramadan yang pertama adalah beragama islam.
Diwajibkan untuk umat muslim, maka ibadah puasa hanya dijalankan untuk
penganut agama Islam saja.
2. Berakal Sehat
Syarat wajib dan sah selanjutnya adalah berakal sehat atau tidak gila. Selain
harus beragama Islam, ibadah puasa juga harus dilaksanakan orang berakal. Yang
artinya, ibadah puasa tidak sah apabila dilakukan orang dalam keadaan tidak
sehat atau gila.
3. Baligh
Syarat wajib dan sah ibadah puasa ramadan adalah Baligh. Baligh berarti orang
yang menjalankan ibadah puasa harus sudah cukup umur. Cukup umur disini
artinya, seseorang yang menjalankan puasa sudah mengalami tanda-tanda
pubertas.
4. Mampu
Mampu berarti, orang yang menjalankan ibadah puasa harus sehat jasmani dan
rohani. Tidak sakit dan tidak melakukan perjalanan jauh atau musafir. Apabila
umat muslim tengah sakit atau melakukan perjalanan jauh, maka keduanya
diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Namun, umat muslim diwajibkan mengganti
di lain waktu, sebelum bulan Ramadan kembali datang.
Syarat yang satu ini berlaku bagi wanita. Ini menjadi syarat wajib dan sah
berpuasa. Wanita yang sedang haid atau nifas boleh tidak berpuasa, namun wajib
menggantinya di hari setelah bulan Ramadan.
6. Mengetahui Awal Ramadan
Syarat lain dalam berpuasa adalah mengetahui awal bulan Ramadan. Caranya
dengan melihat hilal secara langsung dan melalui saksi yang dapat dipercaya.
Namun, bila tidak dapat dilihat maka bisa menentukan awal bulan suci Ramadan
dengan menghitung bulan Syaban menjadi 30 hari.
Rukun Puasa menjadi salah satu dari lima rukun Islam, dalam menjalankan puasa
juga terdapat rukun puasa Ramadan yang menjadi pedoman umat Islam. Rukun
puasa tersebut meliputi:
1. Niat puasa
Niat dan doa di bulan Ramadan adalah tahapan paling penting selama ibadah puasa
di bulan Ramadan. Ajarkan pada anak bahwa sebelum memulai puasa, terlebih
dahulu kita membaca niat doa puasa yang diucapkan sebelum fajar tiba.
Beberapa hadist menyebutkan bahwa niat bisa diucapkan malam hari sebelum
sahur atau setelah sholat tarawih.
Bila tidak berniat sebelum fajar, maka puasa tidak sah. Agar anak bisa memahmi
dan mengamalkannya.
Selain niat dan doa, rukun puasa Ramadan selanjutnya adalah menahan diri dari
hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga waktu berbuka
tiba.
Berdasarkan fiman Allah pada QS. Al Baqarah ayat 187 yang berbunyi:
َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْالخَ ْيطُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْالخَ ْي ِط اَأْل ْس َو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ثُ َّم َأتِ ُّموا الصِّ يَا َم ِإلَى اللَّ ْي ِل
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al
Baqarah: 187).
Mama bisa mengajarkan pada anak apa-apa saja yang bisa membatalkan puasa. Ini
bisa diajarkan sejak dini agar ia mengerti dan terbiasa mengamalkan sejak kecil
sampai dewasa nanti.
Larangan utama yang membatalkan puasa Ramadan adalah makan, minum, dan
berhubungan intim dimulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari atau
waktu berbuka tiba. Orantua bisa memberi tahu pada anak sejak dini.Tujuannya
adalah agar anak mengerti serta memahami apa-apa saja yang tidak boleh mereka
lakukan selama puasa. Anak-anak juga harus menjaga diri dan menghindari hal
yang bisa membatalkan puasanya.
Meski begitu, Mama juga perlu menjelaskan padanya bahwa tidak ada seorang pun
yang mengetahui apakah seseorang itu berpuasa atau tidak, mereka sendirilah
yang mengetahuinya.
Ini bisa dijadikan pembelajaran kejujuran ia sejak kecil terhadap dirinya dan
melatih ketaqwaannya kepada Allah SWT untuk sungguh-sungguh menjalankan
ibadah puasa.
Melatih anak puasa di bulan Ramadan bisa dimulai sejak usia mereka memasuki 5
tahun. Mama bisa mulai melatihnya berpuasa setengah hari terlebih dahulu yang
kemudian dilanjutkan puasa penuh satu hari dalam satu bulan.Ketika anak sudah
berusia 7 tahun, maka hukum berpuasa bagi anak menjadi wajib. Jika ditinggalkan
maka anak akan berdosa dan ia akan menanggungnya.Hal penting yang perlu
diingat, jangan memaksanya ya, Ma. Ajarkan dengan perlahan dan sesuaikan
dengan kemampuan serta kondisi anak. Melatih anak sejak usia dini dilakukan agar
nantinya mereka terbiasa melakukan ibadah, serta menjadikannya lebih bertaqwa
kepada Allah SWT sejak dini.Mama dan Papa juga bisa menjadi contoh yang baik
pada mereka dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadan nanti.Karena pada
umumnya, anak akan mengikuti apa yang mereka lihat dari orang dewasa. Jadi
berikan contoh terbaik selama menjalani ibadah puasa nanti ya.
Demikian rukun puasa Ramadan yang dapat Mama ajarkan. Semoga si Kecil sudah
siap dan mau melatih dirinya untuk ikut berpuasa di bulan Ramadan nanti. Selamat
menyambut bulan suci Ramadan untuk seluruh Mama dan keluarga di Indonesia.
1. Makan Sahur
Meskipun sahur tidak wajib dilakukan, akan tetapi ada berkah dibaliknya jika
kamu melaksanakannya. Sebagaimana dianjurkan oleh Rasulullah Saw:
Dari Anas ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Makan sahurlah, karena sahur itu
barakah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Makan sahur tetap disunnahkan walau tidak terlalu banyak, meskipun hanya
segelas air putih saja. Rasulullah Saw bersabda:
Dari Abi Said al-Khudri RA. "Sahur itu barakah maka jangan tinggalkan meski
hanya dengan seteguk air. Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat
kepada orang-orang yang sahur." (HR. Ahmad).
2. Mengakhirkan Sahur
Mengakhiri makan sahur hingga mendekati waktu subuh juga menjadi sunnah
puasa. Dari Abu Zar Al-Ghifari ra. dengan riwayat marfu', "Umatku masih dalam
kebaikan selama mendahulukan buka puasa dan mengakhirkan sahur". (HR.
Ahmad).
Rasulullah Saw telah menegaskan bahwa makan sahur memiliki banyak hikmah,
salah satunya adalah agar puasa kita di siang hari menjadi semakin tahan dan
kuat sehingga fokus menjalankan ibadah yang lain.
Rasulullah Saw bersabda: "Mintalah bantuan dengan menyantap makan sahur agar
kuat puasa di siang hari. Dan mintalah bantuan dengan tidur sejenak siang agar
kuat sholat malam." (HR. Ibnu Majah).
Dari Sahl bin Saad bahwa Nabi Saw bersabda, "Umatku masih dalam kebaikan
selama mendahulukan berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim).
"Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang berpuasa, maka dia
mendapat pahala seperti orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi
sedikitpun dari pahalanya." (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban
dan Ibnu Khuzaemah).
5. Membaca Al Qur'an
Amalan sunnah puasa yang lainnya adalah perbanyak membaca Al Qur'an. Jibril
alaihisalam mendatangi Rasulullah Saw pada tiap malam bulan Ramadhan dan
mengajarkannya Al Qur'an. (HR. Bukhari dan Muslim).
6. Memperbanyak Shadaqah
Rasulullah Saw itu orang yang sangat murah dengan sumbangan. Namun saat
beliau paling bermurah adalah di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Sunnah puasa adalah semua perbuatan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad
Saw. Saat puasa kita juga disunnahkan untuk meninggalkan semua perbuatan dan
perkataan kotor yang akan membawa kepada kefasikan dan kejahatan.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Siapa yang tidak
meninggalkan perkataan kotor dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dia
untuk meninggalkan makan minumnya (puasanya)." (HR. Bukhari, Abu Daud, At
Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah).
Makruh yaitu berarti melakukan suatu hal yang dapat mengurangi pahala puasa di
bulan Ramadhan. Maka dari itu, apabila melakukan hal makruh, nilai pahala yang
telah diperoleh akan hilang. Puasa yang telah dijalankan tidak akan membuat
puasa tersebut batal dan tidak mendapat dosa.
hal yang membatalkan puasa yang dikutip dalam buku "Bekal Ramadhan" oleh
Ahmad Zarkasih, Lc:
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa lupa ketika puasa
lalu dia makan atau minum, maka teruskan saja puasanya. Karena sesungguhnya
Allah telah memberinya makan dan minum." (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Sengaja muntah
Menyengajakan muntah bisa juga membatalkan puasa. Namun muntah itu tidak
membuat puasanya batal, jika ia muntah karena terpaksa atau karena dorongan
dalam diri sebab sakit yang tidak ia sengaja.
Nabi SAW mengatakan: "Orang yang muntah tidak perlu mengqadha tetapi orang
yang sengaja muntah wajib mengqadha". (HR. Abu Daud, Tirmidzy, Ibnu Majah,
Ibnu Hibban dan Al Hakim).
mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan
minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah
kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan
Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa."
Keluarnya air mani atau sperma dengan sengaja dapat membatalkan puasa.
Seperti orang yang berciuman dengan pasangan langsung terangsang dan keluar
air mani bisa membatalkan puasa.
Namun jika keluar sperma karena mimpi basah di siang hari maka puasanya tidak
batal.
Salah satu hal yang membatalkan puasa adalah memasukkan segala sesuatu ke
rongga mulut, hidung, telinga, dan kemaluan.
Hal-hal yang membatalkan puasa bagi wanita adalah keluarnya darah haid dan
nifas. Wanita yang sedang puasa ketika siang hari tiba-tiba keluar darah haidnya
maka puasanya batal.
Puasa sunnah menurut ajaran Islam merupakan salah satu bagian ibadah sunnah
yang dilakukan untuk mendapatkan cinta atau kasih sayang Allah SWT. Menurut
ajaran Islam puasa sunnah merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan
untuk dilaksanakan.
Puasa sunnah dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah Swt. Puasa sunnah
juga menjadi amalan menyempurna puasa wajib. Berikut macam-macam puasa
sunnah dan keutamaannya dalam Islam. Puasa Arafah merupakan puasa yang
dikerjakan pada hari kesembilan bulan Dzulhijah bagi yang tidak melaksanakan
ibadah haji.
Inilah 5 Hikmah dan Manfaat Menjalankan Ibadah Puasa Sunnah dan Ramadan
c.Menjaga kesehatan
1. Puasa Arafah
Puasa Arafah merupakan puasa yang dikerjakan pada hari kesembilan bulan
Dzulhijah bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji. Puasa ini bertepatan dengan
pelaksanaan wukuf di Arafah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari, Rasulullah bersabda, “Tiada amal yang soleh yang dilakukan pada hari-
hari lain yang lebih disukai daripada hari-hari di sepuluh hari pertama dalam
bulan Dzulhijah.”
Puasa Arafah memiliki keutamaan dapat menghapuskan dosa selama dua tahun,
yakni satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelah hari berpuasa. Puasa Arafah
bisa membebaskan dari siksa api neraka sebab Allah Swt. memberikan kebebasan
dari siksa api neraka bagi seluruh kaum muslim di hari arafah.
2. Puasa di Sembilan Hari Pertama Bulan Dzulhijah
Bukan cuma di hari kesembilan, Islam mensunahkan puasa pada sembilan hari
pertama bulan Dzulhijah. Keutamaan puasa di bulan Dzulhijah ini sama seperti
kita berpuasa setahun penuh. Rasulullah Saw. bersabda, “Tiada sebarang hari pun
yang lebih disukai Allah dimana seorang hamba beribadat di dalam hari-hari itu
daripada ibadah yang dilakukannya di dalam 10 hari Dzulhijah. Puasa sehari di
dalam hari itu menyamai puasa setahun dan qiyamulail (menghidupkan malam) di
dalam hari itu seumpama qiamulail setahun.”
3. Puasa Tasua
Puasa Tasua adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharam. Puasa
ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang dilakukan pada keesokan harinya yaitu
di tanggal 10 Muharam karena di hari yang sama yaitu tanggal 10 Muharam orang-
orang Yahudi juga melakukan puasa. Puasa di tanggal 9 Muharam dapat
membedakan dengan puasa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.
4. Puasa Asyura
Puasa Asyura menjadi puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Nabi
Muhammad Saw. bersabda, “Seutama-utama puasa setelah Ramadan ialah puasa
di bulan Muharam, dan seutama-utama salat sesudah salat fardu, ialah shalat
malam” (HR. Muslim).
5. Puasa Syawal
Puasa syawal merupakan puasa sunah yang dilaksanakan pada enam hari di bulan
syawal. Puasa syawal dapat dilaksanakan secara berurutan atau terpisah-pisah.
Namun, mengerjakan dengan berurutan lebih utama karena menunjukkan sikap
bersegera dalam melaksanakan kebaikan dan tidak menunda-nunda amal.
Keutamaan puasa enam hari di bulan syawal adalah seperti berpuasa selama satu
tahun seperti dalam riwayat hadis berikut, “Siapa saja yang berpuasa Ramadan,
kemudian diikuti puasa enam hari bulan Syawal, maka itulah puasa satu tahun”
(HR. Ahmad dan Muslim).
6. Puasa Senin-Kamis
Puasa Senin Kamis merupakan puasa sunah yang paling sering dikerjakan oleh
Rasulullah Saw. Sebuah hadis meriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW adalah
orang yang paling banyak berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” Dan ketika
Rasulullah ditanya tentang alasnnya, Beliau bersabda “Sesungguhnya segala amal
perbuatan dipersembahkan pada hari Senin dan Kamis, maka Allah akan
mengampuni dosa setiap orang muslim atau setiap orang mukmin, kecuali dua
orang yang bermusuhan.” Maka Allah pun berfirman ‘Tangguhkan keduanya’” (HR.
Ahmad).
7. Puasa Daud
Puasa daud adalah puasa sunah yang dilakukan secara selang-seling, yaitu sehari
berpuasa dan sehari berbuka (tidak berpuasa). Dari Abdullah bin Amru
radhialahu ‘anhu, Rasulullah Saw. bersabda,
“Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari, inilah (yang dinamakan)
puasa Daud ‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling afdhal. Lalu aku berkata,
sesungguhnya aku mampu untuk puasa lebih dari itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata: “Tidak ada puasa yang lebih afdhal dari itu” (HR. Bukhari).
Puasa Daud memiliki berbagai keutamaan. Puasa Daud memelihara umat muslim
dari perbuatan maksiat, menumbuhkan akhlak yang luhur, dikaruniai pemikiran
yang positif, serta istiqomah dalam kebaikan.
8. Puasa Syaban
Dari Usamah bin Zaid ra, dia berkata, “Ya Rasulullah, saya tidak pernah
melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu
di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya
antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat
amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat,
sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i)
Keutamaan puasa di bulan Syaban tidak bisa dilepaskan dari keutamaan bulan
Syaban itu sendiri. Beberapa amalan yang bisa dilakukan di bulan syaban adalah
sebagai berikut.
Berpuasa satu hari di bulan Syaban akan membawa keuntungan seperti Allah
mengharamkan tubuhnya dari api neraka, kelak akan menjadi penghuni suurga, dan
menjadi teman bagi nabi Yusuf As.
Berpuasa tiga hari di permulaan, pertengahan, dan akhir bulan Syaban akan
membawa keuntungan mendapatkan pahala 70 nabi dan layaknya beribadah 70
tahun, jika ia meninggal di tahun tersebut, maka ia akan dimasukkan dalam
golongan orang-orang yang mati syahid.
Apabila berpuasa satu bulan penuh di bulan Syaban diberikan kemudahan saat ia
mati seperti terlepas dari kegelapan alam kubur, terbebas dari huru hara
malaikan munkar dan nakir, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat, serta ia
akan dijadikan penghuni surga.
Puasa Ayyamul Bidh dilaksanakan pada tiga hari di pertengahan bulan yaitu pada
tanggal 13, 14, dan 15. Keutamaan puasa Ayyamul Bidh dijelaskan dalam HR.
Bukhari, “Kekasihku yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan
padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati yaitu
berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan shalat Dhuha, dan mengerjakan
shalat witir sebelum tidur” (HR. Bukhari).
Puasa ini merupakan puasa yang dianjurkan bagi pemuda yang belum menikah
sebagai pengingat diri, terutama bagi pemuda yang memiliki syahwat tinggi. Puasa
ini bisa dilakukan kapan saja kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk
berpuasa.
4).SYARAT-SYARAT PUASA SUNNAH:
Jadi bisa diartikan bahwa puasa sunnah adalah puasa yang tidak diwajibkan untuk
dilakukan bagi umat islam, akan tetapi jika puasa tersebut dilakukan, maka akan
mendapatkan pahala dari Allah SWT
Jadi bisa diartikan bahwa puasa sunnah adalah puasa yang tidak diwajibkan untuk
dilakukan bagi umat islam, akan tetapi jika puasa tersebut dilakukan, maka akan
mendapatkan pahala dari Allah SWT.
-Islam
-Baligh
-Berakal
-Mampu berpuasa.
1).PENGERTIAN HAJI:
Haji adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat Islam, dan
kewajiban wajib bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur
hidup mereka oleh semua orang Muslim dewasa yang secara fisik dan finansial
mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama
ketidakhadiran mereka.
Dalam tradisi Islam, ziarah diperkenalkan di masa nabi Ibrahim. Atas perintah
Allah, dia membangun Kakbah yang menjadi tujuan ziarah.Pola haji Islam saat ini
didirikan oleh Muhammad, sekitar tahun 632 M, yang melakukan reformasi
terhadap ziarah pra-Islam orang-orang Arab pagan.
Sejarah Haji mencakup periode yang dimulai sejak zaman nabi Ibrahim melalui
dibentuknya ritus haji Islam oleh nabi Islam Muhammad, hingga haji saat ini
ketika jutaan umat Islam melakukan ziarah mereka setiap tahunnya. Dalam
tradisi Islam, ziarah diperkenalkan di masa nabi Ibrahim. Atas perintah Allah,
dia membangun Kakbah yang menjadi tujuan ziarah. Bagi orang-orang Arab pagan
di Arabia pra-Islam, Kakbah merupakan pusat kiblat mereka. Pola haji Islam saat
ini didirikan oleh Muhammad, sekitar tahun 632 M, yang melakukan reformasi
terhadap ziarah pra-Islam orang-orang Arab pagan. Selama abad pertengahan,
peziarah akan berkumpul di kota-kota besar seperti Basra, Damaskus, dan Kairo
untuk pergi ke Mekkah dalam kelompok maupun karavan yang terdiri dari puluhan
ribu peziarah.
a). Ihram
Ihram adalah nama yang diberikan untuk keadaan khusus, keadaan suci yang
menandai dimulainya ritual haji untuk setiap jamaah. Ihram dimulai dengan
membaca niat dan mengenakan pakaian serba putih untuk melambangkan kesucian,
kebersihan. Untuk laki-laki diharuskan mengenakan dua kain putih yang satunya
dililitkan di pinggang sampai ke bawah lutut dan yang satunya disampirkan di bahu
kiri. Untuk perempuan, bisa menggunakan pakaian biasa yang menutup aurat,
namun wajah dan tangan tidak boleh tertutup.
Ketika ihram ada beberapa larangan seperti tidak boleh memotong kuku, memakai
parfum, mencukur rambut di bagian tubuh manapun, melakukan hubungan seksual,
membunuh hewan, menikah, memakai penutup kepala bagi jamaah laki-laki dan
menutup wajah dan tangan bagi jamaah perempuan.
Tujuan dari rukun ihram ini adalah untuk menunjukkan kesetaraan semua jamaah
haji di hadapan Allah SWT tanpa ada perbedaan antara orang kaya atau orang
miskin, dan lain sebagainya. Mengenakan kain yang tidak dijahit merupakan simbol
untuk menjauhkan manusia dari kesombongan materi. Lewat pakaian
individualitas seseorang bisa terlihat dan perbedaan serta akan terciptanya
penghalang yang memisahkan manusia.
b) Wukuf
Wukuf adalah ritual untuk berdiam diri. Tidak hanya berdiam dan tidak
memikirkan apapun. Namun ketika masa wukuf hendaknya selalu berzikir dan
berdoa di Padang Arafah dari matahari terbenam sampai matahari terbit. Wukuf
akan dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai 10 Dzulhijjah
Selama tawaf, jamaah tidak diperbolehkan untuk makan, namun minum dibolehkan
karena selama tawaf bisa kelelahan atau dehidrasi karena berdesak-desakan
dengan banyak orang. Untuk jamaah laki-laki dianjurkan untuk memutari ka’bah
pada tiga sirkuit awal dengan langkah yang cepat, sisanya bisa berjalan dengan
santai.
Jika tawaf sudah selesai, jamaah langsung melakukan sholat sebanyak dua rakaat
di makam Nabi Ibrahim sebuah tempat di dekat Ka’bah. Namun, karena
banyaknya jamaah haji dari berbagai negara, jamaah bisa melaksanakan sholat
dua rakaat ini di dalam masjid. Biasanya setelah sholat jamaah akan meminum air
dari sumur zamzam yang tersedia di sekitar masjid. Tawaf diikuti dengan sa’i
atau berlari-lari kecil atau berjalan di antara bukit Safa dan Marwah sebanyak
tujuh kali.
d) Tahallul
Setelah melaksanakan Sa’i, para jamaah laki-laki akan mencukur atau merapikan
rambut mereka. Sedangkan untuk jamaah perempuan hanya perlu memotong
rambutnya sedikit. Ritual ini disebut dengan Tahallul. Ketika selesai melakukan
Tahallul, semua larangan dalam haji boleh dilakukan kecuali hubungan suami istri.
a. Syarat wajib
1) Beragama Islam
Syarat utama berhaji adalah beragama Islam. Pasalnya, hanya muslim yang boleh
menginjakkan kaki di Tanah Haram. Haji pun merupakan tuntunan agama Islam
saja, bukan menjadi rukun apalagi aturan agama lainnya.
2) Sudah baligh
Orang yang wajib berhaji adalah orang yang sudah baligh ditandai dengan mimpi
basah bagi laki-laki dan menstruasi bagi perempuan.
Jika ada keluarga yang membawa serta anak kecil yang belum baligh atau belum
dewasa, maka hajinya tetap dianggap sah tetapi tidak memenuhi syarat wajib
haji.
3) Berakal sehat
Orang-orang yang hilang ingatan, gila, atau tidak waras tidak diwajibkan untuk
berhaji. Hanya orang-orang yang berakal sehat yang layak memenuhi syarat wajib
haji.
Meskipun pada saat ini sudah tidak ada perbudakan, haji tetap tidak diwajibkan
bagi budak atau hamba sahaya yang beragama Islam sekalipun.
Pada masa lalu, bangsa Arab masih memberlakukan perbudakan sehingga tidak
diwajibkan bagi budak untuk beribadah haji.
5) Mampu secara fisik dan finansial
Poin syarat haji yang paling mendapatkan perhatian serius bagi warga Indonesia
adalah mampu secara fisik dan finansial.
Sementara mereka yang sehat, masih muda, dan punya kemampuan secara
finansial wajib menunaikan ibadah haji. Cara mengukur seseorang mampu secara
finansial adalah dengan melihat apakah dia sudah memenuhi kebutuhan dasarnya
atau belum.
Secara kasat mata, orang-orang yang tidak punya utang, sudah hidup mandiri dan
memiliki perhiasan, rumah serta kendaraan diwajibkan menunaikan ibadah haji.
Adakalanya orang yang berhaji bukan merupakan pasangan suami istri. Namun,
syarat wajib haji ini ditetapkan oleh pemerintah Arab Saudi bahwa perempuan
yang berhaji atau mengunjungi Tanah Haram wajib didampingi oleh mahramnya.
Mahram berasal dari keluarga inti, seperti adik, kakak, anak, atau orangtua
kandung. Sementara jika sudah tidak ada mahram, bisa ditemani oleh yang
berjenis kelamin sama, misalnya karena pertemanan.
b. Sunnah haji
Sunnah haji maksudnya adalah jenis amalan ibadah yang dapat menambah pahala
bila dikerjakan. Amalan ini sebagai pelengkap pelaksanaan haji. Bila tidak
dikerjakan juag tidak mengapa karena tidak berdosa.
c. Haram haji
Haram haji maksudnya adalah haram mengerjakan ibadah haji. Namun bila semua
syarat dan rukun haji di penuhi, ibadah hajinya dianggap sah dan sudah
menggugurkan kewajiban haji.
Adapun penyebab haramnya antara lain karena menggunakan harta yang haram
atau harta yang bukan haknya tanpa seizin yang punya. Uang haram itu macam-
macam cara mendapatkannya, biasa uang hasil merampok, menipu, mencuri,
mebungakan uang, korupsi, suap, hasil mark-up anggaran, atau menyunat anggaran
hingga hasil haram dari berbagai proyek siluman.
Saat melaksanakan ibadah umrah atau haji, jamaah perempuan dilarang untuk
mengenakan kaos tangan yang menutup telapak tangan dan menutup muka atau
mengenakan cadar.
J).UMRAH
Umrah (bahasa Arab: )عمرةadalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama Islam.
Hampir mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan
beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram.
Abu Bakar Ash Siddiq mendapatkan perintah untuk mengumumkan Dekrit yang
baru saja diterima oleh Rasuluuloh SAW. Dekrit tersebut menyatakan bahwa
mulai tahun depan kaum musyrikin dilarang mendekati Masjidil Haram dan
menunaikan ibadah haji karena sesungguhnya mereka bukanlah penganut ajaran
nabi Ibrahim AS.
2).SYARAT UMRAH
Beragama Islam.
Sudah baligh.
Berakal sehat.
Menutupi Kepala
Menggunakan Wangi-wangian
Menggunting Kuku
Merusak Tanaman
K).PENYELENGGARAAN JENAZAH
Tidak ada ketentuan untuk menjenguk baik siang atau malam. Namun hendaknya
pilihkah waktu menjenguk yang tidak mengganggu orang yang sakit dan tidak
merepotkan keluarganya.
Jangan sampai kedatangan kita memberatkan keluarga dan menambah beban hati
mereka.
Jika dirawat di rumah sakit, biasanya terdapat waktu kunjungan tertentu yang
disesuaikan dengan waktu istirahat pasien.
Sebaiknya jangan terlalu lama saat menjenguk. Hal ini agar orang yang sakit
dapat menggunakan waktunya untuk beristirahat. Namun jika menjenguk lebih
dari sekali diperbolehkan terutama jika orang yang sakit menyukainya.
"Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah
hapuskan berbagai kesalahannya seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-
daunnya." (HR Muslim).
"Cobaan itu akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada
dirinya, pada anaknya, ataupun pada hartanya, sehingga dia bertemu Allah tanpa
dosa sedikit pun." (HR Tirmidzi).
Berwudhu
Disunahkan bagi orang yang hendak menengok untuk berwudhu. Hal ini
berdasarkan hadits Anas bahwa Nabi Muhammad bersabda:
"Siapa yang berwudhu dan memperbaiki wudhunya lalu mengunjungi orang muslim
dengan berharap mendapatkan pahala Allah, maka ia akan dijauhkan dari Jahanam
sepanjang tujuh puluh kharif."
Menutup Aurat
Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Ummu Ad-Darda' yang menjenguk seorang
lelaku bernama Anshar ahli masjid. Hal ini disebutkan oleh Bukhari secara
mu'allaq atau takdir yang Allah tetapkan bergantung dengan peran serta umat
manusia melalui ikhtiar.
2. HAL HAL YANG DISYARIATKAN ISLAM BAGI ORANG YANG SAKIT KERAS
Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'atul Aadaab al-
Islamiyah, mengungkapkan, ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan umat
Islam berkaitan dengan proses pengobatan. Pertama, saat akan berobat, seorang
Muslim harus meluruskan niatnya.
''Orang yang sakit berniat untuk menjaga kesehatannya agar ia tetap kuat
melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT,'' tutur Syekh Abdul Azis. Sedangkan
orang yang mengobati harus berniat untuk membantu saudaranya sesama Muslim
dan menolong semampunya. Pengobatan yang dilakukannya semata-mata untuk
mendapatkan pahala dari Allah serta memberi manfaat bagi saudaranya sesuai
dengan perintah agama
Kedua, menurut Syekh Abdul Azis, dalam beberapa hadis dianjurkan agar umat
Islam menggunakan obat-obatan syar'i untuk mengatasi penyakit tertentu. Ada
beberapa obat dan pengibatan yang disebutkan dalam hadis, seperti habbbatus
saudaa (jintan hitam), madu, bekam, daun inai serta ruqyah.
Selain itu, terapi lainnya yang diajarkan Rasulullah SAW adalahruqyah al-
masyuu'ah yakni ruqyah yang sesuai syariat, seperti ruqyah dengan bacaan
Alquran dan lainnya yang tak mengandung kesyirikan. Rasulullah SAW bersabda,
''Tidak mengapa melakukan ruqyah, selama tidak mengandung kesyirikan.'' (HR
Muslim).
''Meruqyah dengan membaca surat al-Fatihah, ayat Kursi, beberapa ayat pada
akhir surat al-Baqarah, surat al-Kaafiruu, al-Mu'awwizaat dan ayat-ayat lainnya.
Dibolehkan juga membaca do'a-do'a yang sahih dari Rasulullah SAW,'' papar
Syekh Abdul Aziz.
Apabila seorang Muslim telah dipastikan meninggal dunia, wajib bagi orang yang
berada di dekatnya untuk melakukan beberapa perkara, di antaranya adalah
sebagai berikut:
Dikutip dari buku Sholat Jenazah karya Syekh Abdullah bin Abdurrahman al
Jabarain dengan judul asli 'Sholatul Janazati' :
Rasulullah SAW menutup kedua mata Abu Salamah ketika wafat. Beliau SAW
bersabda: "Sesungguhnya pandangan mata akan mengikuti ruh saat keluar." (HR
Muslim).
Menutup sekujur jasad si mayit dengan kain. Berdasarkan hadits Aisyah RA, dia
berkata:
"Ketika Rasulullah SAW wafat, jenazah, beliau ditutupi dengan kain yang
bercorak" (Muttafaqun alaihi).
Secara garis besar dalam memuliakan jenazah, Nabi SAW telah memberikan
petunjuk terperinci. Dimulai dari melayat ke rumah keluarga yang ditinggalkan,
menasehati keluarga yang ditinggalkan dengan kesabaran, ikut menshalatkan
jenazah, ikut mengiringi jenazah ke pemakaman dan mendoakannya.
Bukan hanya terhadap kerabat orang yang meninggal saja, tuntunan untuk
menghormati jenazah juga ditujukan bagi orang-orang sekitar, yakni mereka yang
dilewati iring-iringan jenazah. Nabi meminta supaya umat ikut menghormati
jenazah tersebut.
Sabda Nabi, ''Kalau kamu melihat jenazah, maka berdirilah, barangsiapa yang
mengikuti jangan duduk sampai jenazah diletakkan.''
Turut menghadiri pemakaman, serta tetap tinggal hingga orang yang meninggal
dikuburkan, akan bernilai pahala besar. Hal ini dijabarkan oleh Nabi SAW agar
menjadi pedoman umat.
Hukum mengurus jenazah adalah fardu kifayah bagi umat Islam. Tata cara
mengurus jenazah dari memandikan sampai menguburkan harus dilakukan sesuai
dengan sunnah yang telah ditentukan. Mengurus jenazah adalah wajib bagi
seluruh atau sebagian orang di sekitarnya saat mereka masih hidup.
a. Memandikan Jenazah
Tata cara mengurus jenazah yang pertama adalah memandikan jenazah. Hal ini
sebagai tindakan untuk memuliakan dan membersihkan tubuh orang yang sudah
meninggal dunia. Adapun tata cara memandikan jenzah dalam Islam yang benar
adalah sebagai berikut:
Setelah itu, ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar
auratnya tidak terlihat. Bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah
ketiaknya, celah jari tangan, dan kaki serta rambutnya.
Langkah berikutnya, bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan
maupun dari belakang terlebih dahulu. Caranya, tekan perutnya perlahan-lahan
agar apa yang ada di dalamnya keluar. Kemudian siram atau basuh seluruh anggota
tubuh jenazah dengan air sabun.
Setelah itu, siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai jenis kelamin
jenazah.
Artinya : "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (pria)
ini karena Allah Ta'ala."
Setelah membaca niat, miringkan jenazah ke kanan, basuh bagian lambung kirinya
sebelah belakang. Setalah itu, siram dengan air bersih dari kepala hingga ujung
kaki dan siram lagi dengan air kapur barus.
Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak
perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis tersebut.
Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke
belakang. Setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga
tidak membasahi kain kafannya.
b. Mengkafani jenazah
Tata cara mengurus jenazah berikutnya yaitu mengafani jenazah. Ada beberapa
perbedaan cara mengafani jenazah laki-laki dan perempuan. Adapun tata cara
mengafani jenazah perempuan adalah sebagai berikut:
Langkah pertama, bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah dipotong sesuai
ukuran jenazah. kain sarung tepat pada badan antara pusar dan kedua lututnya.
Setelah itu, persiapkan baju gamis dan kerudung tidak sesuai.
Selanjutnya, sediakan 3-5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan.
Sediakan juga kapas yang sudah diberikan wangi-wangian, yang nantinya
diletakkan pada anggota badan tertentu. Jika kain kafan sudah siap, angkat dan
baringkan jenazah di atas kain kafan.
Tubuh kapas yang sudah diberi wangi-wangian tadi ke tempat anggota seperti
halnya pada jenazah laki-laki. Kemudian, selimutkan kain sarung pada badan
jenazah, antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan baju gamis berikut kain
kerudung. Untuk yang panjang bisa dikepang menjadi 2/3, dan diletakkan di atas
baju gamis di bagian dada.
Terakhir, selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari yang
lapisan atas sampai paling akhir. Setelah itu ikat dengan beberapa utas tali yang
telah disediakan.
Langkah berikutnya, beri wewangian pada kain kafan lapis pertama. Setelah itu,
bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah.Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua.
Setelah itu, bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong sesuai
ukuran jenazah. Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga dan diletakkan di
tempat di tengah-tengah kain kafan lapis ketiga.
Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri. Kemudian tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan,
kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.
Selanjutnya, tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian
kain dari sisi kanan ke kiri dan Ikat dengan tali pengikat yang telah disediakan.
c. Menyolatkan jenazah
Setelah selesai memandikan dan mengafani jenazah, tata cara mengurus jenazah
berikutnya menyolatkan jenazah. Adapun tata cara menyolatkan jenazah adalah
seperti berikut:
Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu
Artinya : "Ya Allah, jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya
dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia".
Salam
d. Menguburkan jenazah
Kenduri arwah/tahlilan biasanya dilakukan umat Islam pada hari ke-7 (bahkan ada
yang bersedia melakukannya selama tujuh hari berturut-turut), ke-40, ke-100,
setahun, dua tahun dan hari ke-1000 dari kematian seseorang.
Setelah itu ada juga yang kemudian melakukannya setiap tahun. Sebagian
kalangan ada yang mengatakan bahwa tradisi semacam itu berasal dari ajaran
Hindu.
Mereka juga mengatakan bahwa menjamu dan bersedekah selama tujuh hari
berturut-turut ketika ada orang yang meninggal dunia sebagai sebuah sinkritisme
dari agama Hindu dan Budha. Benarkah demikian?
Tentu saja tuduhan yang demikian itu tidak benar. Sebab, membaca surat Yasin,
berdzikir dan mendoakan orang yang telah meninggal dunia serta bersedekah
yang pahalanya diniatkan untuk si mayit kapan pun boleh dilakukan.
Kalau Anda mau melakukannya pada hari ke-5, ke-7, ke-20, ke-50, ke-1000, tiap
tahun atau bahkan setiap hari sekalipun diperbolehkan. Untuk melaksanakan amal
shalih semacam itu kita diberi kebebasan untuk memilih waktu sesuai dengan
keinginan kita, karena ia hanyalah sebuah ibadah yang bersifat umum yang tidak
terikat waktu pelaksanaannya.
Mungkin Anda bertanya, apakah ada dalil dalam agama ini yang membolehkan
seseorang untuk memilih waktu-waktu tertentu untuk melakukan amal shalih
tertentu, dan itu dilakukan secara berketerusan? Jawabnya, ada. Simaklah
penjelasan berikut ini:
ُد-ْانَ َعب- َو َك،ا-ً َما ِشيًا َو َرا ِكب،تٍ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَْأتِي َمس ِْج َد قُبَا ٍء ُك َّل َس ْب َ َض َي هللاُ َع ْنهُ َما ق
َ َكانَ النَّبِ ُّي:ال ِ ع َِن اب ِْن ُع َم َر َر
ُض َي هللاُ َع ْنهُ َما يَ ْف َعلُه
ِ هللاِ بْنُ ُع َم َر َر
Artinya: “Dari Ibnu Umar ra berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu
mendatangi Masjid Quba setiap hari Sabtu, baik dengan berjalan kaki maupun
berkendaraan, sedangkan Abdullah bin Umar ra pun selalu melakukannya.” (HR
Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Pernyataan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani ini menjelaskan kepada kita bahwa
kita diizinkan untuk memilih waktu-waktu tertentu untuk mengamalkan amal
shalih tertentu dan dilakukan secara terus menerus.
Dengan kata lain, Anda boleh menentukan, misalnya membaca surat Yasin setiap
malam Jumat, membaca surat ar-Rahman setiap malam Senin, bersedekah setiap
pagi di hari Jumat, dan seterusnya.
Jika ada kalangan yang mengatakan bahwa penentuan hari-hari yang ada dalam
tradisi 7, 40, 100 dan seterusnya itu berasal dari agama Hindu jelas salah.
Karena dengan hadits di atas kita diperbolehkan untuk menentukan waktu-waktu
tertentu guna mengamalkan amal shalih tertentu dan dilakukan secara terus
menerus, seperti yang dijelaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar di atas.
Demikian pula dengan waktu pelaksanaan tradisi kenduri arwah/tahlilan. Umat
Islam, khususnya di tanah Jawa, biasanya melakukannya pada hari ke-7, ke-40,
ke-100, setahun, dua tahun dan ke-1000 dari kematian seseorang.
Berdasarkan hadits di atas dan penjelasan yang disampaikan oleh al-Hafizh Ibnu
Hajar, maka hal itu diperbolehkan. Yang disebut boleh (mubah) adalah sesuatu
yang jika dikerjakan tidak mendapat pahala dan tidak pula berdosa. Demikian pula
jika ditinggalkan, tidak berpahala dan tidak berdosa.