Anda di halaman 1dari 58

RESUME

FIKIH IBADAH

MATERI : RESUME FIQIH IBADAH

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Hamid Pongoliu M.HI

DI SUSUN OLEH:

RAHMAT MOINTI ( 202032001 )

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI GORONTALO

TAHUN 2020
A.IBADAH
1. RUANG DAN LINGKUP FIQIH IBADAH
jadi lingkup fiqih ibadah yaity hablum minallah dan hablum minannas.Ada ibadah
yang sifatnya langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara yang
merupakan bagian dari ritual formal atau hablum minallah dan ada ibadah yang
secara tidak langsung, yakni semua yang berkaitan dengan masalah muamalah,
yang disebut dengan hablum minannas (hubungan antar manusia).
Dalam syariat islam ibadah mempunyai dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan
yang paling dalam kepada Allah SWT. Unsur yang tertinggi adalah ketundukan,
sedangkan kecintaan merupakan implementsi dari ibadah tersebut. Disamping itu
ibadah juga mengandung unsur kehinaan, yaitu kehinaan yang paling rendah di
hadapan Allah SWT. Pada mulanya ibadah merupakan “hubungan” hati dengan
yang dicintai, menuangkan isi hati, kemudian tenggelam dan merasakan keasyikan,
akhirnya sampai kepada puncak kecintaan kepada Allah SWT.
Manusia, bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah
hamba-hamba Allah. Hamba sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah mahluk
yang dimiliki. Kepemilikan Allah atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutklak dan
sempurna, oleh karena itu mahluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan
dan aktivitasnya kecuali dalam hal yang oleh Alah swt.

Telah dianugerahkan untuk dimiliki mahluk-Nya seperti kebebasan memilih


walaupun kebebasan itu tidak mengurangi kepemilikan Allah. Atas dasar
kepemilikan mutak Allah itu, lahir kewajiban menerima semua ketetapan-Nya,
serta menaati seluruh perintah dan larangan-Nya.

2. BENTUK DAN MACAM MACAM IBADAH

badah merupakan setiap perbuatan yang dilakukan dengan hanya mengharap ridha
Allah swt. dan bernilai pahala bagi yang melakukannya. Ibadah dibagi menjadi 2,
yaitu :

1. Ibadah Mahdah, yaitu setiap perbuatan yang telah di syari'atkan dalam Qur'an


maupun Hadits. Seperti Sholat, puasa, zakat dll.
2. Ibadah Ghoiru Mahdah, yaitu setiap perbuatan yang diniatkan untuk mendapat
ridha Allah swt. sehingga bisa bernilai ibadah. Seperti Belajar jika diniatkan
karena Allah maka termasuk ibadah.

3. BEBERAPA KETENTUAN IBADAH

ikhlas dan mutaba'ah:

ikhlas amksudnya lillahi ta'ala bukan karena manusia kita beribadah


mutaba'ah artinya mengikutu tuntunan yang sudah rasul contohkan.

Kitab Safinah An-Najah yang ditulis Syekh Salim Bin Samir Hadlrami ini mengacu
pada mazhab Syafi'i. Di dalamnya dibahas tentang Rukun Islam dan Rukun Iman
(Iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat,
dan takdir yang baik dan buruk dari Allah).

Kitab Safinah memiliki judul lengkap Safinatun Naja Fiima Yajibu `ala Abdi Li
Maulah (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba
kepada Tuhannya). Kitab ini walaupun kecil bentuknya, manfaatnya sangat besar.
Di setiap kampung, kota, dan negara hampir semua orang mempelajari bahkan
menghafalkannya, baik secara individu maupun kolektif.

Di berbagai negara, kitab ini dapat diperoleh dengan mudah di lembaga-lembaga


pendidikan. Karena, baik para santri maupun para ulama gemar mempelajarinya
dengan teliti dan saksama. Kitab ini mencakup pokok-pokok agama secara lengkap,
padu, dan utuh, dimulai bab dasar-dasar syariat kemudian bab bersuci, bab
shalat, bab zakat, bab puasa, dan bab haji.

Dalam bab bersuci (thaharah) tentang berwudu, Syekh Salim menjelaskan, air
yang digunakan untuk berwudu. Menurut pengarang kitab ini, air yang digunakan
untuk berwudu (bersuci) itu ada dua macam, yaitu sedikit (kurang dari dua kullah)
dan banyak (lebih dari dua kullah). Dua kullah bila diukur dengan liter, jumlahnya
sekitar 216 liter dan bila diukur dengan wadah, sedikitnya air itu terbagi dalam
ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm (panjang x tinggi x lebar).

Jumhur ulama sepakat, air yang kurang dari dua kullah, tidak bisa digunakan
untuk bersuci. Dan, air yang kurang dari dua kullah itu bisa menjadi musta'mal
(air suci, namun tidak mensucikan) apabila terciprat air bekas bersuci.

Lebih lanjut, pengarang kitab ini menjelaskan, air yang banyak tidak menjadi najis
kecuali jika berubah rasa, warna, dan baunya. Dan, air yang sedikit menjadi najis
jika air tersebut terkena najis meskipun air tersebut tidak berubah rasa, warna,
dan baunya.

Ini merupakan sebagian dari isi yang dijelaskan dalam kitab Safinah An-Najah
mengenai bersuci. Hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah bersuci ini juga
dijelaskan secara lebih detail oleh penulis. Misalnya, mandi wajib, tayamum,
istinja', dan lain sebagainya. Begitu juga, dengan pembahasan bab lainnya, seperti
shalat, zakat, puasa, dan haji.
4. Filosofi dan hikmah ibadah
Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan untuk
menyembah Allah. Sebab, disembah maupun tidak disembah Allah tetaplah Allah.
Esensi ketuhanan-Nya tidak akan berkurang meskipun seluruh manusia dan yang
ada di jagad raya ini tidak menyembah-Nya. Ibadah merupakan upaya untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Shalat adalah ibadah pertama yang diwajibkan
oleh Allah. Perintah shalat diterima langsung oleh Rasulullah Saw tanpa melalui
perantara. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya sumbangsih shalat terhadap diri
seorang muslim, dari gerakan shalatnya dapat diperoleh manfaat kesehatan
seperti olah raga fisik yang diperlukan untuk kesehatan tubuh dan memeliharanya
dari penyakit.Shalat juga memiliki pengaruh besar dan efektif dalam
penyembuhan manusia dari duka cita dan kegelisahan. Sikap berdiri pada waktu
shalat di hadapan Tuhannya dalam keadaan khusuk, berserah diri pada
pengosongan diri dari kesibukan dan permasalahan hidup dapat menimbulkan
perasaan tenang, damai dalam jiwa manusia serta dapat mengatasi rasa gelisah
dan ketegangan yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan jiwa dan masalah
kehidupan.                                                               

Hikmah ibadah antara lain :


1.   Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa
beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk
syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar
dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2.   Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah
yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT.
Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk
beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul
karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan
sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban
adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari
pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.
3.   Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat
sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini
hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah
baju yang harus selaludipakai dimanapun manusia berada.
4.  Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan
keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari
ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia
merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan.
Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
5.   Tidak kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi
milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi
karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan
dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah
SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari
bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk
keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk
pengorbanan hartauntuk keperluan umat.

B).THAHARAH 1

1).PENGERTIAN THAHARAH DARI HADAS DAN NAJIS :

Di dalam Islam, mensucikan diri dikenal dengan sebutan thaharah yang secara
bahasa berarti bersuci. Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah
membersihkan diri, pakaian, benda-benda lain dari najis dan hadas menggunakan
cara yang sesuai dengan syariat Islam.Kedudukan bersuci di dalam hukum Islam
termasuk amalan yang harus dilaksankan. Sebab, salah satu syarat sah salat
adalah suci dari hadas dan najis.

2).IMPLIKASI NAJIS DAN HADAS DALAM IBADAH:

Hadas adalah kondisi tidak suci yang mengenai pribadi seorang Muslim,
menyebabakan terhalangnya orang tersebut untuk melakukan sholat atau tawaf.
Hadas merupakan perkara maknawi yang ada di dalam jasad dan tidak dapat
dilihat oleh panca indra. Jadi, hadas merujuk pada keadaan diri seseorang.Oleh
sebab itu untuk menghilangkan hadas, diperlukan niat sebagai syaratnya.
Terdapat dua macam hadas, yakni hadas kecil dan hadas besar. Apa
perbedaannya?

Hadas kecil adalah hadas yang dapat disucikan dengan melakukan wudhu atau
tayammum. Contohnya adalah bersentuhan kulit antara laki-laki dengan
perempuan yang bukan muhrim serta mengeluarkan sesuatu dari lubang qubul
maupun lubang dubur berupa kencing, tinja, dan kentut.

Hadas besar yaitu hadas yang bisa disucikan dengan mandi wajib. Contohnya yakni
haid, nifas, dan terjadinya hubungan badan.

Najis menurut bahasa adalah kotor. Sedangkan menurut istilah najis adalah
segala kotoran yang wajib dihindari karena menyebabkan seseorang terhalang
untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Berbeda dengan hadas, najis merupakan
perkara yang bisa dilihat.

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi hidup bersih, bahkan kebersihan
merupakan sebagian dari iman. Dalam Hadits Riwayat Tirmizi, Rasulullah SAW
bersabda:

“Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha
Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia
Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-
tempatmu."

Oleh sebab itu, Islam mengajarkan cara-cara bersuci atau thaharah. Secara
umum thaharah dibagi menjadi dua macam, yaitu bersuci dari hadas dan dari
najis. Sebagian orang menganggap bahwa hadas dan najis merupakan hal yang
serupa, padahal keduanya memiliki perbedaan. Implikasinya, cara menyucikannya
pun berbeda.

Jadi, apa itu hadas dan najis?

Pengertian Hadas

Perbedaan Hadas dan Najis dalam Islam dan Cara Menyucikannya

Hadas adalah kondisi tidak suci yang mengenai pribadi seorang Muslim,
menyebabakan terhalangnya orang tersebut untuk melakukan sholat atau tawaf.
Hadas merupakan perkara maknawi yang ada di dalam jasad dan tidak dapat
dilihat oleh panca indra. Jadi, hadas merujuk pada keadaan diri seseorang.

Oleh sebab itu untuk menghilangkan hadas, diperlukan niat sebagai syaratnya.
Terdapat dua macam hadas, yakni hadas kecil dan hadas besar. Apa
perbedaannya?

Hadas kecil adalah hadas yang dapat disucikan dengan melakukan wudhu atau
tayammum. Contohnya adalah bersentuhan kulit antara laki-laki dengan
perempuan yang bukan muhrim serta mengeluarkan sesuatu dari lubang qubul
maupun lubang dubur berupa kencing, tinja, dan kentut.

Hadas besar yaitu hadas yang bisa disucikan dengan mandi wajib. Contohnya yakni
haid, nifas, dan terjadinya hubungan badan.

Pengertian Najis:
Najis menurut bahasa adalah kotor. Sedangkan menurut istilah najis adalah
segala kotoran yang wajib dihindari karena menyebabkan seseorang terhalang
untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Berbeda dengan hadas, najis merupakan
perkara yang bisa dilihat.

Untuk menghilangkan najis tidak perlu disertai niat selama wujudnya telah hilang.
Najis secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yakni najis mukhaffafah, najis
mughallazhah, dan najis mutawasithah.

Najis Mukhaffafah:

Ini merupakan najis yang ringan. Yang termasuk najis mukhaffafah adalah air
kencing anak laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan dan minum
selain air susu ibu. Cara menyucikan najis ini adalah dengan mengalirkan air hingga
hilang ain-nya (bentuk najisnya).

Najis Mughallazhah:

Mughallazhah artinya najis yang berat. Contoh najis mughallazhah adalah


menyentuh babi dan terkena air liur anjing. Cara menyucikannya adalah dengan
membasuh bekas jilatan tersebut dengan air yang suci sebanyak tujuh kali dan
salah satunya dicampur dengan tanah.

Najis Mutawasithah:

Najis mutawasithah adalah najis sedang, atau pertengahan antara najis yang
ringan dan berat. Yang termasuk najis mutawasithah di antaranya adalah:

-Kotoran manusia.

-Darah haid

-Madzi, yaitu cairan bening yang keluar dari kemaluan yang tidak disertai tekanan
syahwat yang sangat kuat

-Air wadi, yakni air putih, keruh dan kental yang keluar setelah buang air kecil.

-Nanah bercampur darah.

-Darah yang keluar dalam jumlah banyak.

-Arak (minuman keras).

-Kotoran hewan yang haram dimakan.

-Bangkai hewan, kecuali manusia, ikan, dan belalang.


-Muntahan

Jika terkena najis di atas, seseorang harus membersihkannya hingga warna, bau,
dan rasanya hilang, dilanjutkan dengan proses menyiram dengan menggunakan air
yang suci dan menyucikan.

C).THAHARAH 2

1).CARA BERSUCI DARI HADAS:

Hadas menurut cara mensucikan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu hadas besar
dan kecil. Hadas besar adalah hadas yang harus disucikan dengan cara mandi
sedangkan hadas kecil adalah hadas yang dapat disucikan dengan cara berwudu
atau tayamum saja.Tayamum dapat dipilih untuk bersuci dengan catatan apabila
sedang berhalangan memakai air.Contoh hadas besar adalah haid, junub, nifas dan
keluar mani.Mandi untuk membersihkan diri dari hadas dinamakan mandi wajib
atau mandi besar.Mandi wajib atau mandi besar dilakukan dengan cara meratakan
seluruh air ke semua bagian tubuh.Contoh hadas kecil adalah buang air kecil,
besar, atau keluar udara dari dubur.

2).ALAT BERSUCI / HIKMAHNYA:

Hikmah dari thaharah adalah:

~Hikmah pertama yaitu bersuci, karena bersuci salah satu bentuk pengakuan
Islam terhadap fitrah manusia sebagai umat Islam.

~Hikmah kedua selalu menjaga kemuliaan serta wibawa dari umat Islam.

~Hikmah ketiga adalah melindungi diri dan menjaga kesehatan dari berbagai jenis
penyakit. Karena kebersihan merupakan pangkal kesehatan.

~Hikmah keempat dengan menyiapkan diri dalam kondisi yang baik ketika
menghadap Allah SWT. Seorang hamba Allah, setiap umat Islam memang wajib
mensucikan diri baik secara lahir dan batin, jasmani dan rohani.

Pembahasan

Mungkin dari sebagian kita ada yang tidak mengerti arti sesungguhnya dari
thaharah. Thaharah merupakan bagian dari ibadah menurut agama Islam yang
bertujuan untuk menyucikan diri baik secara lahir atau batin.Thaharah sendiri
dibagi menjadi dua yaitu, bersuci dari najis dan bersuci dari hadats. Ada
beberapa tingkatan najis yang dapat diketahui yaitu najis berat (mughalladhah),
najis sedang (mutawassithah), atau najis ringan (mukhaffafah). Sedangkan
hadats, dapat disucikan dengan wudhu dan mandi, dan tayamum jika dalam kondisi
yang tidak memungkinkan terdapatnya air.

3).WUDHU TAYAMUM DAN MANDI:

-wudhu adalah salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan air.

-tayamum adalah salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan pasir atau
debu.

-mandi wajib adalah menyiramkan air keseluruh badan dengan tata cara tertentu
untuk menghilangkan hadats besar.

D).SHALAT

1). PENGERTIAN SHALAT:

Salat merujuk kepada ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam,
praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad
sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Umat muslim diperintahkan untuk
mendirikan salat karena menurut Surah Al-'Ankabut dapat mencegah perbuatan
keji dan mungkar.

2).SEJARAH PERSYARIATAN SHALAT:

Shalat merupakan ibadah terdahulu, yang juga dilakukan oleh nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad, namun, di masa Nabi Muhammad lah semuanya gerak dan doa dalam shalat
terkumpulkan, mulai dari berdiri, ruku’, hingga sujud dan duduk. Fakta sejarah bahwa
shalat sudah dikerjakan oleh nabi-nabi terdahulu dapat kita simak pada tulisan
Almaghfurlah Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam Fiqh Sirah Nabawiyah
(Damaskus: Dar al-Fikr, 1426 H),

‫الة يصل‬--‫روعية الص‬--‫ل مش‬--‫الم قب‬--‫ه الس‬--‫ان علي‬--‫ وك‬, sebelum pensyariatan shalat, Nabi Muhammad juga
sebenarnya sudah rutin melakukan shalat di pagi dan sore hari. Hal tersebut juga
ِ ‫ ِّي َواِإْل ْبك‬-‫ك بِ ْال َع ِش‬
diperkuat dengan Surat Al-Mu’minun ayat 31: ‫ار‬-َ َ ِّ‫ ِد َرب‬-‫“ َو َسبِّحْ بِ َح ْم‬Dan sucikanlah
(shalatlah) dengan memuji Tuhanmu, di waktu sore dan pagi hari”. Perintah shalat 5
waktu kemudian diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra dan
Mi’raj, yang terjadi sekitar 18 bulan sebelum peristiwa hijrah. Peristiwa tersebut
terekam dalam hadits Nabi riwayat Bukhori (No. 342) dan Muslim (No. 163): - ‫أن رسول هللا‬
‫ ففرض اللهعلى أمتي‬... -‫ ثم أخذ بيدي فعرج بي إلى السماء‬.. ‫ فنزل جبريل‬،‫ "فرج عن سقف بيتي وأنا بمكة‬:‫ قال‬- ‫صلى هللا عليه وسلم‬
‫دي‬--‫ول ل‬--‫ هي خمس وهي خمسون ال يبدل الق‬:‫ فراجعته فقال‬... ‫"خمسين صالة‬. “Bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “loteng rumahku terbuka saat aku berada di Makkah,
kemudian Jibril turun … kemudian ia memegang tanganku dan mengangkatku ke langit…
kemudian Allah memfardlukan shalat 50 waktu pada ummatku…maka aku kembali lagi,
dan Dia (Allah) berfirman: “Shalat 5 waktu itulah (pahalanya sama dengan) shalat 50
waktu, tidak akan tergantikan lagi pernyataanku”. Sejak saat itulah shalat 5 waktu
sehari semalam difardlukan bagi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Shalat 5 waktu yang pahalanya sama seperti shalat 50 waktu.

3).MACAM-MACAM SHALAT:

-Shalat Shubuh

Biasanya dimulai sejak pukul 4.00 hingga pukul 5.30. Namun sejatinya, menurut
pendapat ulama Subuh diawali ketika fajar sadik muncul.Sadik adalah cahaya putih
yang melintang di sepanjang ufuk timur, dan berakhir sesaat sebelum matahari terbit
(syuruk). Salat Subuh dilaksanakan dalam 2 rakaat wajib

-Shalat Dzuhur

Biasanya dilaksanakan dari pukul 11.30 hingga tibanyak waktu Ashar. Dzuhur dimulai
ketika matahari telah tergelincir (condong) ke arah barat, dan berakhir ketika masuk
waktu Ashar.

-Shalat Ashar

Biasanya dikerjakan dari pukul 3.00 hingga mendekati waktu Maghrib. Menurut
mazhab Syafi'i, Maliki, dan mazhab Hambali, waktu Asar diawali jika panjang bayang-
bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri.

-Shalat Magrib

Waktu Maghrib umumnya jatuh pada pukul 18.00.Magrib diawali sesaat setelah
matahari terbenam berakhir, dan berakhir setelah syafak selesai dan waktu isya
dimulai.Terbenam matahari di sini berarti seluruh "piringan" matahari telah "masuk"
di bawah horizon (cakrawala).

-Shalat Isya

Salat Isya dimulai setelah berakhirnya waktu Maghrib. Yaitu sekitar pukul 7.00.
Hingga menjelang terbitnya matahari. Salat Isya terdiri dari 4 rakaat.

4).WAKTU-WAKTU SHALAT:

AT-Tirmidzi mengatakan bahwa Muhammad (yaitu Ibnu Isma’il al-Bukhari) berkata,


“Riwayat paling shahih tentang waktu shalat adalah hadits Jabir.” 1. Zhuhur
Waktunya dari tergelincirnya matahari hingga bayangan semua benda sama panjang
dengan aslinya. 2. ‘Ashar Waktunya dari saat bayangan semua benda sama panjang
dengan aslinya hingga terbenamnya matahari. 3. Maghrib Waktunya dari terbenamnya
matahari hingga hilangnya warna kemerah-merahan pada senja. Berdasarkan sabda
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : “Waktu shalat Maghrib selama warna kemerah-
merahan pada senja belum hilang.” [2] 4.‘Isya’ Waktunya dari hilangnya merah senja
hingga pertengahan malam. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu a’alaihi wa sallam:
“Waktu shalat ‘Isya’ hingga pertengahan malam.” 5. Shubuh Waktunya dari terbit
fajar hingga terbit matahari.

5).KAIFIAH SHALAT

Untuk melaksanakan salat 5 waktu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

Tanpa satu dari persyaratan di bawah ini, salat 5 waktu tidak akan sah.

Hukumnya sama dengan salat lainnya, seperti sholat tahajud dan dhuha.

Adapun syarat sholat adalah:

~harus beragama Islam;

~baligh dan berakal sehat;

~bersih dari najis kecil dan besar;

~mengetahui tata cara sholat;

~sudah masuk waktu salat 5 waktu;

~harus selalu menghadap kiblat; dan

~wajib memenuhi peraturan menutup aurat.

~Selain syarat, setiap umat muslim juga ~harus memenuhi rukun shalat.

Rukun shalat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

~Berdiri bagi yang masih mampu

~Mengucapkan niat di dalam hati

~Mengucapkan takbirotul ihram (takbir pertama)

~Membaca surat Al-Fatihah di setiap rakaat

~Rukuk dan tumaninah


~Membaca iktidal setelah rukuk dan tumaninah

~Menjalani sujud dua kali

~Duduk di antara dua sujud

~Duduk tasyahud akhir

~Membaca doa tasyahud akhir

~Membaca salawat Nabi Saw saat ~tasyahud akhir

~Salam pertama

~Harus tertib melakukan rukun shalat secara berurutan

6).HIKMAH DAN FILOSOFI SHALAT:

Dalam gerakkan shalat ada yang disebut takbir, takbir terbagi menjadi 2 macam yaitu
takbiratul ihram dan takbiratul Intiqal. Jika diterjemakan ke dalam bahasa Indonesia
artinya Allah Maha Besar. Mafhumnya adalah bahwa segala sesuatu selain Allah SWT
adalah kecil termasuk kita sendiri. Tidak patut kita menyombongkan diri dengan apa
yang kita sandang dan kita miliki. Karena pada hakikatnya semua yang kita sandang
dan kita miliki sepenuhnya adalah milik Allah SWT. Kita hanya diamanahi dan dititipi
saja. Selayaknya jika kita merasa hanya dititipi tak pantas rasanya bersombong diri
dengan titipan tersebut.

Kita ambil sebuah pelajaran dari seorang yang berprofesi sebagai tukang parkir dan
tempat penitipan barang. Sebanyak dan seberharga apapun ia tidak pernah
menyombongkan diri dengan barang titipannya. Bahkan ketika pemiliknya datang untuk
mengambil kembali barang titipan tersebut, ia tak pernah ada rasa penyesalan
sedikitpun.

Masih banyak hikmah dan nilai filosofi dalam ibadah shalat dan dapat kita jadikan
landasan amal dan aktifitas kita setelah shalat. Termasuk rahasia dibalik gerakkan –
gerakkan secara fisik dalam shalat yang ditinjau dari ilmu kesehatan.

E).SHALAT SUNNAH
1).PERNGERTIAN SHALAT SUNNAH:

Salat sunah atau salat nawafil (jamak: nafilah) adalah salat yang dianjurkan untuk
dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan
dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan
akan tampak hikmah dan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah.

2).MACAM-MACAM SHALAT SUNNAH DAN WAKTU PELAKSANAAN:

a.Sholat sunah rawatib merupakan sholat yang dikerjakan sebelum atau sesudah
sholat fardu.

Sholat sunah rawatib muakkad selalu dikerjakan Rasulullah SAW. Sholat ini
totalnya ada 10 atau 12 rakaat, yaitu 2 rakaat sebelum Subuh, 2 atau 4 rakaat
sebelum Dzuhur, 2 rakaat sesudah Dzuhur, 2 rakaat setelah Maghrib, dan 2
rakaat setelah Isya.

b.Sholat Tahiyatul Masjid

Anjuran melaksanakan sholat sunah tahiyatul masjid juga telah disebutkan oleh
Rasulullah SAW:

"Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia salat dua
rakaat sebelum dia duduk." (HR. Al Bukhari no. 537 & Muslim no. 174).

c.Sholat Dhuha merupakan sholat sunah yang dapat dikerjakan di pagi hari sejak
matahari terbit hingga mendekati pukul 12.00 yang dapat dikerjakan minimal 2
rakaat dan maksimal 12 rakaat.

d.Sholat istikharah merupakan sholat yang dianjurkan untuk dikerjakan apabila


seseorang meminta petunjuk yang sebenar-benarnya pada Allah.

e.Sholat tahajud dapat dilakukan di sepertiga malam. Sholat sunah ini dapat
dikerjakan minimal dua rakaat dan maksimal tidak terhingga.

f.Sholat tarawih merupakan sholat sunnah muakkad, artinya sholat sunah yang
sangat dianjurkan. Sholat tarawih merupakan ibadah yang dapat dilakukan umat
muslim setiap bulan Ramadhan yang pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara
jamaah atau sendiri.

g.Sholat witir merupakan ibadah sunah yang umumnya dikerjakan sebagai penutup
sholat tarawih. Namun sholat witir sebenarnya dianjurkan untuk dilakukan usai
sholat sunah malam seperti sholat tahajud.

3).KAIFIAH SHOLAT SUNNAH:


-Sholat sunnah rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum dan
sesudah sholat wajib (sholat lima waktu). Sholat sunnah ini berfungsi sebagai
penyempurna jika terjadi kekurangan dalam sholat fardhu seseorang. Oleh
karenanya, mengerjakan sholat sunnah rawatib sangat dianjurkan.Melansir dari
NU Online, sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum sholat fardhu disebut
sholat qolbiyah. Sementara itu, sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sesudah
sholat fardhu disebut dengan sholat sunnah qolbiyah.

Seperti yang sudah diketahui, sholat sunnah muakkad sangat dianjurkan untuk
dilaksanakan. Berikut jumlah sholat sunnah rawatib muakkad:

• 2 rakaat sebelum subuh

• 2 atau 4 rakaat sebelum zuhur

• 2 atau 4 rakaat sesudah zuhur

• 2 rakaat sesudah maghrib

• 2 rakaat sesudah isya

Penjelasan mengenai jumlah sholat sunnah rawatib muakkad ini sebagaimana yang
disebutan dalam hadits berikut, artinya:

"Barangsiapa yang sholat 12 rakaat di dalam sehari semalam maka dibangunkan


baginya sebuah rumah di dalam surga." (HR Muslim no 728).

Sholat Sunnah Rawatib Ghoiru Muakkad

Berbeda dengan sholat sunnah rawatib muakkad, sholat sunnah rawatib ghoiru
muakkad tidak begitu ditekankan. Adapun jumlah sholat sunnah ghoiru muakkad
adalah sebagai berikut:

• 2 atau 4 rakaat sebelum ashar (jika dikerjakan 4 rakaat, dikerjakan dengan 2


kali salam)

• 2 rakaat sebelum maghrib

• 2 rakaat sebelum isya

Niat Sholat Sunnah Rawatib Sebelum Subuh

Ushalli sunnatash subhu rok’ataini qobliyatan mustaqabilal qiblati lillahi ta’ala.


Artinya," Aku niat mengerjakan sholat sunnah sebelum subuh 2 rakaat,
menghadap kiblat karena Allah Ta’ala."

Niat Sholat Sunnah Rawatib Sebelum Duhur

Ushalli sunnatadh dhuhri rok’ataini qobliyatun mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala.

Artinya," Aku niat mengerjakan sholat sunnah sesudah zuhur 2 rakaat,


menghadap kiblat karena Allah Ta’ala."

Niat Sholat Sunnah Rawatib Sesudah Maghrib

Ushalli sunnatal maghribi rok’ataini bad’diyatta mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala.

Artinya," Aku niat mengerjakan sholat sunnah sesudah maghrib 2 rakaat,


menghadap kiblat karena Allah Ta’ala."

Niat Sholat Sunnah Rawatib Sesudah Isya

Ushalli sunnatal isyaa’i rok’ataini ba’diyatta mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala

Artinya," Aku niat mengerjakan sholat sunnah sesudah Isya 2 rakaat, menghadap
kiblat karena Allah Ta’ala."

Tata Cara Sholat Rawatib

-Membaca Niat

-Takbiratul Ihram

-Membaca doa iftitah

-Membaca Surat al-Fatihah

-Membaca Surat Pendek (Dianjurkan Surah Al-Kaafirun dan Al-Ikhlas)

-Ruku dengan tumaninah (Allahu akbar)

-Itidal dengan tumaninah,

-Sujud dengan tumaninah

-Duduk di antara dua sujud, dengan tumaninah

-Sujud kedua dengan tumaninah (Allahu akbar)

-Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua

-Membaca surat Al-Fatihah


-Membaca Surat Pendek yang dihapal

-Ruku dengan tumaninah (Allahu akbar)

-Itidal

-Sujud pertama (rakaat kedua)

-Duduk diantara dua sujud

-Sujud kedua (rakaat kedua)

-Tasyahud Akhir

-Salam

4).HIKMAH DAN FILOSOFI SHALAT SUNNAH:

Para ulama jumhur mengatakan, sholat sunah yang kita kerjakan termasuk ibadah
badaniyah yang lebih bagus atau paling afdal dari pada ibadah sunnah lainnya.
Salah satunya disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah dalam
Kitab Tuhfatul Muhtaj Fii Syahril Minhaj jilid 2."Ibadah badaniyah yang paling
afdhal setelah syahadat adalah sholat. Sholat fardhu itu lebih afdhal dari ibadah
fardhu lainnya dan sholat sunnah itu lebih afdhal daripada ibadah sunah lainnya."
kata Ibnu Hajar al-Haitami.

Filosofi sholat Sunnah,Diriwayatkan dari Anas r.a. : Rasulullah bersabda,”orang-


orang dianggap sedang mengerjakan shalat sepanjang mereka menunggu (untuk
mengerjakan shalat).”

Dalam menunggu, kita dapat benar-benar mempersiapkan diri sebaik mungkin


sebisa mungkin hingga kita bisa bertemu dengan waktu sholat dalam kondisi
terbaik kita, sehingga meningkatkan peluang kita untuk dapat sholat dengan lebih
baik dan lebih khusyu’ lagi, sebagai salah satu bukti kesyukuran kita kepada Yang
Maha Pengasih.

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman” [an-Nisa 4 : 103],

Maka jika kita memisalkan perjalanan naik motor kita itu adalah “hidup” kita
sebagai manusia, tujuan perjalanan naik motor kita itu adalah “tujuan hidup” kita
sebagai manusia, dan sholat itu adalah “jodoh, ajal, dan rejeki” kita sebagai
manusia yang telah ditetapkan oleh ALLAH untuk setiap manusia dibumi ini, kita
tidak bisa benar-benar mengetahui kapan TEPATNYA mereka (baca : jodoh, ajal,
dan rejeki) akan datang, meskipun sebagian dari kita mungkin bisa
memperkirakannya. Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah siap bertemu
dengan mereka? Apakah kita akan ikhlas menyambut kedatangan mereka dalam
bentuk apapun mereka datang? apakah mereka akan kita temui dalam keadaan
terbaik kita? Apakah mereka akan berberkah untuk kita dalam usaha kita untuk
memantaskan diri sebelum bertemu dengan Sang Pencipta dialam akhirat? Semua
itu ada dalam pilihan kita, usaha kita masing-masing, dan konsekuensinya adalah
untuk kita masing-masing.

F).ZAKAT 1

1).PENGERTIAN ZAKAT:

Zakat dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang
yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya.
Zakat dari segi bahasa berarti 'bersih', 'suci', 'subur', 'berkat' dan
'berkembang'. Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

2).SEJARAH PERSYARIATAN ZAKAT:

Perintah zakat mulai diberlakukan setelah Nabi hijrah ke Madinah, dan menetap
selama 17 bulan.Di sana turunlah ayat 183-184 surat Al-Baqarah,tepatnya pada
bulan Syakban tahun ke-2H.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al
Baqarah: 183)

“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada
yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib
bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS Al Baqarah: 184)

Ayat inilah yang menjadi dasar disyariatkannya shaum bulan Ramadan. Tak lama
setelah itu, dalam bulan Ramadan tahun itu pula mulai diwajibkan zakat kepada
kaum muslimin. Hal ini berdasarkan pada hadits, “Rasulullah saw memerintahkan
kepada kami untuk mengeluarkan shadaqatul fithr (zakat fitrah) sebelum
perintah zakat (zakat harta). “ (HR Nasa’i)
Demikian juga seperti yang diterangkan oleh Ibnu Umar.

“Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrah
pada bulan Ramadhan atas orang-orang sebesar 1 sha’ kurma, atau 1 sha’ gandum,
wajib atas orang merdeka, hamba sahaya, laki-laki dan perempuan, dari kaum
muslimin.” (HR. Muslim)

Zakat inilah yang kemudian populer dengan sebutan zakat fitrah.

Selanjutnya, ditetapkan pula perintah zakat harta (zakat mal) sebagai penambah
zakat fitrah yang telah diperintahkan sebelumnya. Sebagian ulama berpendapat
bahwa perintah ini juga turun pada tahun kedua hijriah.

Ibnu Katsir menjelaskan hal ini pada tafsir surah Al-An’am ayat 141.

“Dan berikanlah haknya pada hari ketika panennya). Kata , haknya (haqqahu),
sebagian besar ulama tafsir adalah zakat wajib. Demikian pula, hal ini bisa dilihat
pada tafsir Al-Qurthubi tentang ayat 141 dari surah Al-An’am.” (Tafsir Ibnu
Katsir)

3).ZAKAT MAL DAN ZAKAT FITRAH:

Zakat mal adalah ibadah wajib yang harus dilakukan oleh umat muslim
berdasarkan harta yang dipeolehnya dari kegiatan berusaha atau pekerjaan
dengan jumlah besaraan tertentu.Harta yang dimaksud dapat bermacam-macam
bentuknya, seperti rumah, kendaraan, hasil pertanian, hasil ternak, uang emas,
perak, dan lain sebagainya.Harta yang dapat dizakatkan adalah harta yang dimiliki
secara penuh dan bukan merupakan hasil simpan pinjam.

Dengan hal itu, dapat kita simpulkan zakat mal adalah zakat yang dipergunakan
untuk menyucikan harta yang dimiliki oleh seorang muslim.

Zakat fitrah adalah zakat yang dibayarkan oleh umat muslim di akhir bulan
Ramadan atau hari sebelum perayaan hari raya Idulfitri.Zakat fitrah harus
ditunaikan setiap tahun bagi mereka yang telah mampu dan memiliki penghasilan
yang cukup dan dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.

Perbedaan waktu antara zakat mal dan zakat fitrah inilah yang menjadi pembeda
antara kedua zakat tersebut.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda :


"Barangsiapa yang menunaikan zakat fitrah sebelum salat Id maka zakatnya
diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah salat Id maka itu hanya
dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah." (HR. Abu Daud).

Zakat fitrah bertujuan untuk mensucikan diri dan jiwa dan juga merupakan
ibadah yang dapat menyempurnakan puasa di saat bulan Ramadan

4).MACAM-MACAM DAN SYARAT-SYARAT ZAKAT:

Zakat Nafs (jiwa)

disebut juga zakat fitrah. Yaitu zakat yang dikeluarkan karena telah
menyelesaikan puasa ramadhan. Zakat fitrah wajib bagi setiap muslim bagi laki-
laki maupun perempuan, dewasa ataupun kecil, merdeka ataupun budak.

Zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan.
Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada di
daerah bersangkutan.

Zakat ini biasa disebut dengan zakat fitrah atau zakat fitri, karena zakat ini
dihubungkan dengan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul fitri. Zakat fitri
adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai
kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar pada malam hari raya Idul fitri,
sebagai tanda syukur kepada Allah karena telah selesai menunaikan ibadah puasa.

Zakat ini disyari’atkan pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyah, adalah untuk
mensucikan orang yang puasa dari perbuatan dan perkataan kotor dan keji serta
untuk memberi makan orang-orang miskin. Zakat ini merupakan zakat pribadi,
sedangkan zakat mal merupakan pajak pada harta. Oleh karena itu tidak
disyaratkan pada zakat fitrah apa yang disyaratkan pada zakat mal, seperti nisab
dan syarat- syarat zakat lainnya tertentu.

Zakat Maal (harta)

Yaitu zakat dari harta yang dimiliki berupa emas, perak, harta perniagaan, biji-
bijian buah-buahan, zakat binatang ternak. Mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak.
Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

Menurut bahasa, kata “maal” berarti kecenderungan,atau segala sesuatu yang


diinginkan sekali oleh manusia untuk dimiliki dan disimpannya. Sedangkan menurut
syarat, mal adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki atau dikuasai dan dapat
digunakan (dimanfaatkan) sebagaimana lazimnya. Dengan demikian, sesuatu dapat
disebut maal apabila memenuhi dua syarat berikut:
Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai.

Dapat diambil manfaatnya sebagaimana lazimnya.

Contohnya: rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dan lain
sebagainya. Sedangkan sesuatu yang tidak dapat di miliki tetapi manfaatnya
dapat di ambil seperti udara dan sinar matahari tidaklah di sebut mal.

Syarat-syarat wajib Zakat

Zakat diwajibkan atas orang yang telah memenuhi syarat di bawah ini :

Muslim, tidak wajib bagi non muslim

Merdeka

Memiliki harta yang mencapai nishab tidak ada syarat baligh dan sehat jiwa,
artinya bagi anak-anak kecil yang belum baligh dan orang yang gila tetap wajib
dikeluarkan zakatnya.

Adapun syarat nishabnya adalah :

-Hendaklah lebih dari kebutuhan-kebutuhan penting seperti makan, pakaian, dan


tempat tinggal, kendaraan, dan saranan untuk mencari nafkah

-Selama satu tahun ( tahun hijriyah ) permulaannya dihitung sejak memiliki nisab
dan harus cukup selama satu tahun penuh.Untuk zakat tanaman dikeluarkan pada
waktu panen.

Syarat kekayaan Wajib di Zakati:

~Milik Sepenuhnya

Harta dimiliki dan diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan
secara halal seperti; usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-
cara yang sah. Jika dari cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidak
wajib, sebab harta tersebut harus dikembalikan kepada yang berhak atau ahli
warisnya.

~Cukup Haul

Cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari
menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan mashehi.

~Berkembang
Harta terebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau
mempunyai potensi untuk berkembang.

~Cukup Nishab

Harta tersebut telah mencapai jumalah tertentu sesuai dengan ketetapan syara’.
Jika harta tidak sampai nishabnya terbebas dari zakat dan dianjurkan
mengeluarkan infaq serta shadaqah.

~Lebih dari kebutuhan pokok

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan


keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya seperti
belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.

~Bebas dari hutang

Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus
dibayar pada waktu yang sama ( dengan waktu mengeluarkan zakt ), maka harta
tersebut terbebas dari zakat.

Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas
kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.

Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa


harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan
jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai
tingkat pengorbanannya. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

~ZAKAT 2

23).MASHARIB ZAKAT:

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para muallaf, yang dibujuk hatinya,untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah. Dan Allah Lagi Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-
Taubah:60).Ada 8 Golongan Yang Berhak Menerima Zakat, Yaitu

-Fakir : Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
-Miskin : Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup.

-Amil : Mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.

-Mu'allaf : Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.

-Hamba Sahaya : Budak yang ingin memerdekakan dirinya.

-Gharimin : Mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam


mempertahankan jiwa dan izzahnya.

-Fisabilillah : Mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah,
jihad dan sebagainya.

-Ibnus Sabil : Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada
Allah.

5).AMIL ZAKAT:

Hanya muslim saja yang boleh menjadi amil zakat, sedangkan non muslim tidak
dibenarkan menjadi amil. Alasannya karena tugas amil zakat itu merupakan
amanah agama, sehingga hanya mereka yang hatinya sudah tunduk kepada Allah
SWT saja yang dibebankan dan dipercaya untuk menegakkan zakat.

6).PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN ZAKAT

Ketentuan dan Pembagian Zakat Sesuai Syariat Islam

I. Tentang Zakat

Zakat merupakan harta tertentu yang dikeluarkan apabila telah tercapai syarat
yang diatur sesuai aturan agama, zakat hanya bisa dikeluarkan kepada 8 aznaf
penerima zakat. Menurut bahasa "zakat" berarti tumbuh, berkembang, subur
atau bertambah.

Makna tumbuh, berkembang, subur atau bertambah menunjukan bahwa


mengeluarkan zakat sebagai sebab adanya pertumbuhan dan perkembangan harta,
pelaksanaan zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak.

Zakat juga berasal dari kata "Zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan
berkembang. Dinamakan zakat karena, karena didalamnya terkandung harapan
untuk memperoleh keberkahan, membeersihkan jiwa, dan memupuknya dengan
berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq:5).
Makna suci disini menunjukan bahwa zakat merupakan cara untuk mensucikan jiwa
dari kejelekan, kebatilan, dan pensuci dari dosa-dosa. Dalam Al-Qur'an
disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah [9]: 103).

Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yakni zakat fitrah dan zakat maal.
Secara lebih rinci, zakat maal ini memiliki jenis zakat lainnya seperti;

1.Zakat penghasilan

Zakat penghasilan atau yang dikenal juga sebagai zakat zakat profesi adalah
bagian dari zakat maal yang wajib dikeluarkan atas harta yang berasal dari
pendapatan / penghasilan rutin dari pekerjaan yang tidak melanggar syariah (Al
Qur'an Surah Al Baqarah ayat 267, Peraturan Menteri Agama No 52/2014 dan
pendapat Shaikh Yusuf Qardawi). Standar nishab yang digunakan adalah sebesar
Rp5.240.000,- per bulan.

Adapun cara menghitung zakat penghasilan sebagai berikut:

Zakat yang dikeluarkan = Jumlah pendapatan bruto x 2.5%

Contoh:

Penghasilan diterima setiap bulan sebesar Rp6.000.000, maka sudah wajib zakat.
Jadi zakat yang dibayarkan adalah Rp6.000.000 x 2.5% = Rp150.000,-

2.Zakat emas dan perak

Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya adalah zakat yang dikenakan atas
emas, perak dan logam lainnya yang telah mencapai nisab dan haul. Zakat emas
dan perak ditunaikan jika seorang muzaki (orang yang menunaikan zakat) memiliki
emas mencapai nisab senilai 85 gram atau perak dengan mencapai nisab 595 gram.
Tarif zakat yang harus dibayarkan adalah sebesar 2,5% dari emas atau perak
yang dimiliki. Berikut cara menghitung zakat emas/ perak:

2,5% x Jumlah emas/ perak yang tersimpan selama 1 tahun

Contoh:

Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki emas yang tersimpan sebanyak 100 gram,
sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram,
maka emas tersebut senilai Rp62.200.000,-. Zakat emas yang perlu Bapak A
tunaikan sebesar 2,5% x Rp62.200.000,- = Rp1.555.000,-.

3.Zakat perusahaan
Para ulama peserta Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29
Rajab 1404 H), menganalogikan zakat perusahaan kepada zakat perdagangan. Hal
ini dikarenakan, jika dipandang dari aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah
perusahaan intinya berpijak pada kegiatan trading atau perdagangan.

Oleh karena itu, secara umum pola pembayaran dan penghitungan zakat
perusahaan dianggap sama dengan zakat perdagangan begitu pun dengan kadar
nisabnya setara dengan 85 gram emas.

Sebuah perusahaan biasanya memiliki harta yang tidak akan terlepas dari tiga
bentuk: Pertama, harta dalam bentuk barang. baik yang berupa sarana dan
prasarana maupun yang merupakan komoditas perdagangan. Kedua, harta dalam
bentuk uang tunai yang biasanya disimpan di bank-bank. Ketiga, harta dalam
bentuk piutang.

Maka yang dimaksud dengan harta perusahaan yang harus dizakati adalah ketiga
bentuk harta tersebut dikurangi harta dalam bentuk sarana dan prasarana serta
kewajiban mendesak lainnya, seperti utang yang jatuh tempo atau yang harus
dibayar saat itu juga.

Abu Ubaid (wafat tahun 224 H) di dalam Al-Amwaal menyatakan bahwa;

"Apabila engkau telah sampai batas waktu membayar zakat (yaitu usaha engkau
telah berlangsung selama satu tahun, misalnya usaha dimulai pada bulan Zulhijjah
1421 H dan telah sampai pada Zulhijjah 1422 H), perhatikanlah apa yang engkau
miliki, baik berupa uang (kas) ataupun barang yang siap diperdagangkan
(persediaan), kemudian nilailah dengan nilai uang dan hitunglah utang-utang
engkau atas apa yang engkau miliki".

Dari penjelasan di atas, maka dapatlah diketahui bahwa pola perhitungan zakat
perusahaan didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan
kewajiban atas asset lancar, atau seluruh harta (di luar sarana dan prasarana)
ditambah keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu
dikeluarkan 2,5 persen sebagai zakatnya. Sementara pendapat lain menyatakan
bahwa yang wajib dikeluarkan zakatnya itu hanyalah keuntungannya saja.

Cara menghitung zakat perusahaan:

2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)

Contoh:

Perusahaan A memiliki aset usaha senilai Rp2.000.000.000,- dengan hutang


jangka pendek senilai Rp500.000.000,-. Jika harga emas saat ini
Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga
Perusahaan A sudah wajib zakat atas perusahaannya. Zakat perusahaan yang
perlu ditunaikan sebesar 2,5% x (Rp2.000.000.000,- - Rp500.000.000,-) =
Rp37.500.000,-.

4. Zakat perdagangan

Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga, sedangkan
harta niaga adalah harta atau aset yang diperjualbelikan dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan. Dengan demikian maka dalam harta niaga harus ada 2
motivasi: Motivasi untuk berbisnis (diperjualbelikan) dan motivasi mendapatkan
keuntungan.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103).

Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha
dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu
tahun). Jika selisih dari asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab,
maka wajib dibayarkan zakatnya.

Nisab zakat perdagangan senilai 85 gram emas dengan tarif zakat sebesar 2,5%
dan sudah mencapai satu tahun (haul). Berikut cara menghitung zakat
perdagangan:

2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)

Contoh:

Bapak A memiliki aset usaha senilai Rp200.000.000,- dengan hutang jangka


pendek senilai Rp50.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka
nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat atas
dagangnya. Zakat perdagangan yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x
(Rp200.000.000,- - Rp50.000.000,-) = Rp3.750.000,-.

5.Zakat saham

Zakat saham ditetapkan berdasarkan kesepakatan para ulama pada Muktamar


Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29 Rajab 1404 H) bahwa hasil
dari keuntungan investasi saham wajib dikeluarkan zakatnya.
Zakat saham dapat ditunaikan jika hasil keuntungan investasi sudah mencapai
nisab. Nisab zakat saham sama nilainya dengan nisab zakat maal yaitu senilai 85
gram emas dengan tarif zakat 2,5% dan sudah mencapai satu tahun (haul).

Cara menghitung zakat zaham pun sama dengan cara menghitung zakat maal yaitu
menggunakan rumus sebagai berikut:

2,5% x Jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun

Kali ini, BAZNAS memberikan kemudahan kepada investor dalam menunaikan


zakat melalui sahamnya. Saat ini investor tidak perlu merubah saham yang
dimiliki menjadi rupiah untuk menunaikan zakat atas saham yang dimiliki, kini
zakat dapat ditunaikan ke BAZNAS dalam bentuk saham ke rekening dana
investor milik BAZNAS.

Investor perlu mengetahui apakah total asset account nya sudah mencapai nisab
atau belum. Jika sudah, maka investor bisa menghitung berapa jumlah yang akan
dizakati dalam bentuk satuan lot dengan rumus sebagai berikut:

Nominal zakat dalam rupiah: (harga pasar/lembar x 100 lembar)

Simak ulasan contoh perhitungan zakat saham di bawah ini:

Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki total asset account senilai


Rp100.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat
senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat maal yang
perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-.

Cara perhitungan & pemindahbukuan portfolio saham:

Bapak A memiliki saham XXXX sebanyak 100 lot dimana harga pasar/lembar
sebesar Rp645,- (1 lot sama dengan 100 lembar). Nilai zakat Bapak A dalam
saham adalah Rp2.500.000 : (Rp645,- x 100 lembar) = 38,75 lot / pembulatan
menjadi 39 lot. Untuk itu, Bapak A harus memindahkan 39 lot sahamnya sebagai
zakat saham.

6.Zakat reksadana

Zakat reksadana ditetapkan berdasarkan kesepakatan para ulama pada


Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29 Rajab 1404 H)
bahwa hasil dari keuntungan investasi wajib dikeluarkan zakatnya. Zakat
reksadana dapat ditunaikan jika hasil keuntungan investasi sudah mencapai nisab.
Nisab zakat reksadana sama nilainya dengan nisab zakat maal yaitu senilai 85
gram emas dengan tarif zakat 2,5% dan sudah mencapai satu tahun (haul).
Cara menghitung zakat reksadana pun sama dengan cara menghitung zakat maal
yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :

2,5% x Jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun

Untuk mempermudah muzaki dalam menunaikan zakat reksadana, BAZNAS


bekerja sama dengan INVISEE dalam memberikan kemudahan dalam menunaikan
zakat, infaq dan sedekah melalui reksa dana (syariah) di website BAZNAS.
Layanan ini memiliki keunggulan berupa proses pembayaran yang mudah karena
seluruh prosesnya dilakukan online, selain itu adanya potensi pertumbuhan
investasi atas pembayaran zakat, sedekah dan infaq yang dilakukan melalui Reksa
Dana serta nilai minimal pembayaran zakat, sedekah dan infaq dimulai dari Rp
100.000 Rupiah.

Produk reksa dana yang digunakan untuk berzakat sendiripun adalah reksa dana
syariah, yaitu produk reksa dana yang dikelola berdasarkan atau mengacu pada
prinsip-prinsip syariah di pasar modal (POJK No.19/POJK.04/2015).

7.Zakat rikaz

Zakat barang temuan (rikaz) adalah zakat yang wajib dikeluarkan untuk barang
yang ditemukan terpendam di dalam tanah, atau yang biasa disebut dengan harta
karun. Zakat barang temuan tidak mensyaratkan baik haul (lama penyimpanan)
maupun nisab (jumlah minimal untuk terkena kewajiban zakat), sementara kadar
zakatnya adalah sebesar seperlima atau 20% dari jumlah harta yang ditemukan.
Jadi setiap mendapatkan harta temuan berapapun besarnya, wajib dikeluarkan
zakatnya sebesar seperlima dari besar total harta tersebut.

Hadis yang mendasari kewajiban mengeluarkan zakat ini adalah:

Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: " .. dan pada rikaz
(diwajibkan zakatnya) satu perlima. — Hadith Sahih – Riwayat Bukhari

8.Zakat Fitrah

Zakat fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik
lelaki dan perempuan muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan memasuki saat
futur (berbuka puasa) pada Idul Fitri sebagaimana hadist Ibnu Umar ra,
"Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum
atas umat muslim; baik hamba sahaya maupun merdeka, laki-laki maupun
perempuan, kecil maupun besar. Beliau saw memerintahkannya dilaksanakan
sebelum orang-orang keluar untuk shalat.” (HR Bukhari Muslim)
Para ulama sebagaimana Shaikh Yusuf Qardawi telah membolehkan zakat fitrah
ditunaikan dalam bentuk uang yang setara dengan 1 sha' harga makanan yang jika
di konversikan sebesar Rp40.000,-

7).HIKMAH DAN FILOSOFI ZAKAT:

Zakat mempunyai aspek filosofis, yaitu zakat mensucikan jiwa dan sifat kikir,
cara mendidik berinfak dan memberi, berakhlak dengan akhlak Allah, zakat
merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah, zakat mengobati hati dari cinta
dunia, zakat mengembangkan kekayaan bathin, zakat menarik rasa simpati atau
cinta.

G).PUASA WAJIB

1).PENGERTIAN PUASA:

Saum atau puasa bagi orang Islam (bahasa Arab: ‫وم‬--‫ص‬, translit. ṣawm) adalah
menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan
syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Berpuasa (saum)
merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Saum secara bahasa artinya
menahan atau mencegah.

2).SEJARAH PERSYARIATAN PUASA DALAM ISLAM:

Dalam buku Menyambut Ramadhan karya Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc., MA


menyebutkan bahwa Muadz bin Jabal ra berkata ketika Rasulullah saw datang ke
Mekkah makapuasa yang dilakukan oleh beliau adalah puasa Asyuro dan puasa tiga
hari pada setiap bulannya, hingga akhirnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan dan
Allah menurunkan ayatNya:

“Wahai orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah


diwajibkan kepada umat sebelummu agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah : 183),

Saiyid menulis, pada awalnya siapa saja yang ingin berpuasa maka ia boleh
berpuasa, dan siapa saja yang ingin berbuka maka dia boleh berbuka dan cukup
menggantinya dengan memberi makan orang miskin.

"Namun pada akhirnya Allah mewajibkan kepada seluruh yang umat yang sehat
dan tidak dalam perjalanan untuk berpuasa, tidak ada pilihan untuk berbuka, dan
untuk mereka yang sudah lanjut usia tetap diberikan keringanan boleh berbuka
dengan syarat tetap memberikan makan fakir miskin," tulisnya
Dalam buku Menyambut Ramadhan karya Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc., MA
menyebutkan bahwa Muadz bin Jabal ra berkata ketika Rasulullah saw datang ke
Mekkah makapuasa yang dilakukan oleh beliau adalah puasa Asyuro dan puasa tiga
hari pada setiap bulannya, hingga akhirnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan dan
Allah menurunkan ayatNya:

“Wahai orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah


diwajibkan kepada umat sebelummu agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah : 183),

Saiyid menulis, pada awalnya siapa saja yang ingin berpuasa maka ia boleh
berpuasa, dan siapa saja yang ingin berbuka maka dia boleh berbuka dan cukup
menggantinya dengan memberi makan orang miskin.

"Namun pada akhirnya Allah mewajibkan kepada seluruh yang umat yang sehat
dan tidak dalam perjalanan untuk berpuasa, tidak ada pilihan untuk berbuka, dan
untuk mereka yang sudah lanjut usia tetap diberikan keringanan boleh berbuka
dengan syarat tetap memberikan makan fakir miskin," tulisnya.

Saiyid mengungkapkan, Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quran Al-Azhim juga


menjelaskan, bahwa sebenarnya proses pensyariatan puasa Ramadan ini
mempunyai kemiripan dengan proses pensyariatan salat, di mana keduanya melalui
tiga tahapan pensyariatan.

Tahap pertama, awalnya ketika tiba di Madinah, Rasulullah saw dan para sahabat
berpuasa tiga hari pada setiap bulannya, dan beliau juga berpusa di hari Asyuro’,
lalu kemudian turun syariat puasa Ramadan (QS. Al-Baqarah: 183).

Namun di awal-awal puasa Ramadan ini masih sifatnya pilihan, siapa yang dengan
sengaja tanpa alasan tidak mau berpuasa mereka boleh tidak berpuasa, asalkan
menggantinya dengan fidyah, tapi ketika Allah menurunkan ayatNya: “Barangsiapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah
ia berpuasa pada bulan itu”

Tahapan kedua, meski tidak ada alasan lagi untuk tidak berpuasa, walaupun Allah
tetap memberikan keringan. Terutama bagi mereka yang sakit, dalam perjalanan
dan lanjut usia untuk tidak berpuasa dengan cara menggantinya, baik dengan cara
puasa qadha atau dengan fidiah.

Tahap Ketiga, pada awal pensyariatan para sahabat boleh untuk makan dan minum
dan berhubungan suami istri setelah tiba waktu berbuka dengan syarat itu semua
dilakukan sebelum tidur. Jika sudah tertidur maka semua hal tadi tidak boleh
dilakukan walaupun terjaganya sebelum fajar.

3).SYARAT DAN RUKUN PUASA:

Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa Ramadan

Sebelum bulan suci Ramadan datang, Anda perlu untuk kembali memahami
tentang syarat wajib dan sah puasa Ramadan. Ada 6 syarat wajib dan sah puasa
Ramadan, sebagai berikut.

1. Beragama Islam

Syarat wajib dan sah berpuasa Ramadan yang pertama adalah beragama islam.
Diwajibkan untuk umat muslim, maka ibadah puasa hanya dijalankan untuk
penganut agama Islam saja.

2. Berakal Sehat

Syarat wajib dan sah selanjutnya adalah berakal sehat atau tidak gila. Selain
harus beragama Islam, ibadah puasa juga harus dilaksanakan orang berakal. Yang
artinya, ibadah puasa tidak sah apabila dilakukan orang dalam keadaan tidak
sehat atau gila.

3. Baligh

Syarat wajib dan sah ibadah puasa ramadan adalah Baligh. Baligh berarti orang
yang menjalankan ibadah puasa harus sudah cukup umur. Cukup umur disini
artinya, seseorang yang menjalankan puasa sudah mengalami tanda-tanda
pubertas.

4. Mampu

Mampu berarti, orang yang menjalankan ibadah puasa harus sehat jasmani dan
rohani. Tidak sakit dan tidak melakukan perjalanan jauh atau musafir. Apabila
umat muslim tengah sakit atau melakukan perjalanan jauh, maka keduanya
diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Namun, umat muslim diwajibkan mengganti
di lain waktu, sebelum bulan Ramadan kembali datang.

5. Suci dari Haid dan Nifas

Syarat yang satu ini berlaku bagi wanita. Ini menjadi syarat wajib dan sah
berpuasa. Wanita yang sedang haid atau nifas boleh tidak berpuasa, namun wajib
menggantinya di hari setelah bulan Ramadan.
6. Mengetahui Awal Ramadan

Syarat lain dalam berpuasa adalah mengetahui awal bulan Ramadan. Caranya
dengan melihat hilal secara langsung dan melalui saksi yang dapat dipercaya.
Namun, bila tidak dapat dilihat maka bisa menentukan awal bulan suci Ramadan
dengan menghitung bulan Syaban menjadi 30 hari.

Rukun Puasa menjadi salah satu dari lima rukun Islam, dalam menjalankan puasa
juga terdapat rukun puasa Ramadan yang menjadi pedoman umat Islam. Rukun
puasa tersebut meliputi:

1. Niat puasa

Niat dan doa di bulan Ramadan adalah tahapan paling penting selama ibadah puasa
di bulan Ramadan. Ajarkan pada anak bahwa sebelum memulai puasa, terlebih
dahulu kita membaca niat doa puasa yang diucapkan sebelum fajar tiba.

Beberapa hadist menyebutkan bahwa niat bisa diucapkan malam hari sebelum
sahur atau setelah sholat tarawih.

Bila tidak berniat sebelum fajar, maka puasa tidak sah. Agar anak bisa memahmi
dan mengamalkannya.

2. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa

Selain niat dan doa, rukun puasa Ramadan selanjutnya adalah menahan diri dari
hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga waktu berbuka
tiba.

Berdasarkan fiman Allah pada QS. Al Baqarah ayat 187 yang berbunyi:

‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْالخَ ْيطُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْالخَ ْي ِط اَأْل ْس َو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ثُ َّم َأتِ ُّموا الصِّ يَا َم ِإلَى اللَّ ْي ِل‬

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al
Baqarah: 187).

Mama bisa mengajarkan pada anak apa-apa saja yang bisa membatalkan puasa. Ini
bisa diajarkan sejak dini agar ia mengerti dan terbiasa mengamalkan sejak kecil
sampai dewasa nanti.

2. Mengetahui larangan yang membatalkan puasa


Hal utama yang perlu anak ketahui saat berpuasa adalah memahami larangan apa
saja yang tidak boleh dilakukan karena bisa membatalkan puasa. Oleh karena itu,
penting untuk Mama menceritakan padanya tentang larangan selama puasa.

Larangan utama yang membatalkan puasa Ramadan adalah makan, minum, dan
berhubungan intim dimulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari atau
waktu berbuka tiba. Orantua bisa memberi tahu pada anak sejak dini.Tujuannya
adalah agar anak mengerti serta memahami apa-apa saja yang tidak boleh mereka
lakukan selama puasa. Anak-anak juga harus menjaga diri dan menghindari hal
yang bisa membatalkan puasanya.

Meski begitu, Mama juga perlu menjelaskan padanya bahwa tidak ada seorang pun
yang mengetahui apakah seseorang itu berpuasa atau tidak, mereka sendirilah
yang mengetahuinya.

Ini bisa dijadikan pembelajaran kejujuran ia sejak kecil terhadap dirinya dan
melatih ketaqwaannya kepada Allah SWT untuk sungguh-sungguh menjalankan
ibadah puasa.

3. Melatih anak untuk berpuasa sejak dini

Melatih anak puasa di bulan Ramadan bisa dimulai sejak usia mereka memasuki 5
tahun. Mama bisa mulai melatihnya berpuasa setengah hari terlebih dahulu yang
kemudian dilanjutkan puasa penuh satu hari dalam satu bulan.Ketika anak sudah
berusia 7 tahun, maka hukum berpuasa bagi anak menjadi wajib. Jika ditinggalkan
maka anak akan berdosa dan ia akan menanggungnya.Hal penting yang perlu
diingat, jangan memaksanya ya, Ma. Ajarkan dengan perlahan dan sesuaikan
dengan kemampuan serta kondisi anak. Melatih anak sejak usia dini dilakukan agar
nantinya mereka terbiasa melakukan ibadah, serta menjadikannya lebih bertaqwa
kepada Allah SWT sejak dini.Mama dan Papa juga bisa menjadi contoh yang baik
pada mereka dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadan nanti.Karena pada
umumnya, anak akan mengikuti apa yang mereka lihat dari orang dewasa. Jadi
berikan contoh terbaik selama menjalani ibadah puasa nanti ya.

Demikian rukun puasa Ramadan yang dapat Mama ajarkan. Semoga si Kecil sudah
siap dan mau melatih dirinya untuk ikut berpuasa di bulan Ramadan nanti. Selamat
menyambut bulan suci Ramadan untuk seluruh Mama dan keluarga di Indonesia.

4).HAL-HAL YANG DIWAJIBKAN BAGI ORANG PUASA:

~Mempunyai keyakinan Islam atau beragama Islam.

~Telah melalui masa baligh atau telah mencapai umur dewasa.


~Mempunyai akal.

~Sehat jasmani dan rohani.

~Bukan seorang musafir atau sedang melakukan perjalanan jauh.

~Suci dari haid dan nifas.

~Mampu atau kuat melaksanakan ibadah puasa Ramadan.

5).HAL-HAL YANG DISUNNAHKAN BAGI ORANG PUASA:

Berikut beberapa sunnah-sunnah puasa yang perlu kamu lakukan:

1. Makan Sahur

Meskipun sahur tidak wajib dilakukan, akan tetapi ada berkah dibaliknya jika
kamu melaksanakannya. Sebagaimana dianjurkan oleh Rasulullah Saw:

Dari Anas ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Makan sahurlah, karena sahur itu
barakah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Makan sahur tetap disunnahkan walau tidak terlalu banyak, meskipun hanya
segelas air putih saja. Rasulullah Saw bersabda:

Dari Abi Said al-Khudri RA. "Sahur itu barakah maka jangan tinggalkan meski
hanya dengan seteguk air. Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat
kepada orang-orang yang sahur." (HR. Ahmad).

2. Mengakhirkan Sahur

Mengakhiri makan sahur hingga mendekati waktu subuh juga menjadi sunnah
puasa. Dari Abu Zar Al-Ghifari ra. dengan riwayat marfu', "Umatku masih dalam
kebaikan selama mendahulukan buka puasa dan mengakhirkan sahur". (HR.
Ahmad).

Rasulullah Saw telah menegaskan bahwa makan sahur memiliki banyak hikmah,
salah satunya adalah agar puasa kita di siang hari menjadi semakin tahan dan
kuat sehingga fokus menjalankan ibadah yang lain.

Rasulullah Saw bersabda: "Mintalah bantuan dengan menyantap makan sahur agar
kuat puasa di siang hari. Dan mintalah bantuan dengan tidur sejenak siang agar
kuat sholat malam." (HR. Ibnu Majah).

3. Menyegerakan Berbuka Puasa


Disunnahkan dalam berbuka puasa untuk menta'jil atau menyegerakan berbuka
sebelum sholat maghrib. Meski hanya dengan seteguk air atau sebutir kurma.

Dari Sahl bin Saad bahwa Nabi Saw bersabda, "Umatku masih dalam kebaikan
selama mendahulukan berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Memberi Makan Orang yang Berbuka Puasa

Rasulullah Saw bersabda:

"Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang berpuasa, maka dia
mendapat pahala seperti orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi
sedikitpun dari pahalanya." (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban
dan Ibnu Khuzaemah).

5. Membaca Al Qur'an

Amalan sunnah puasa yang lainnya adalah perbanyak membaca Al Qur'an. Jibril
alaihisalam mendatangi Rasulullah Saw pada tiap malam bulan Ramadhan dan
mengajarkannya Al Qur'an. (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Memperbanyak Shadaqah

Memperbanyak shadaqah sangat disunnahkan saat kita berpuasa. Rasulullah Saw


adalah orang yang paling bagus dalam melaksanakan kebajikan. Dan menjadi paling
baik saat bulan Ramadhan ketika Jibril As mendatanginya:

Rasulullah Saw itu orang yang sangat murah dengan sumbangan. Namun saat
beliau paling bermurah adalah di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril."
(HR. Bukhari dan Muslim).

7. Menjaga Tutur Kata dan Anggota Tubuh

Sunnah puasa adalah semua perbuatan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad
Saw. Saat puasa kita juga disunnahkan untuk meninggalkan semua perbuatan dan
perkataan kotor yang akan membawa kepada kefasikan dan kejahatan.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Siapa yang tidak
meninggalkan perkataan kotor dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dia
untuk meninggalkan makan minumnya (puasanya)." (HR. Bukhari, Abu Daud, At
Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah).

8. Meninggalkan Nafsu dan Syahwat


Ada nafsu dan syahwat tertentu yang tidak sampai membatalkan puasa seperti
menikmati wewangian, melihat sesuatu yang menyenangkan dan halal,
mendengarkan dan meraba. Meski pada dasarnya tidak membatalkan puasa selama
dalam koridor syar'i, tetapi disunnahkan untuk meninggalkannya.

6).HAL-HAL YANG MAKRUH BAGI ORANG PUASA:

Makruh yaitu berarti melakukan suatu hal yang dapat mengurangi pahala puasa di
bulan Ramadhan. Maka dari itu, apabila melakukan hal makruh, nilai pahala yang
telah diperoleh akan hilang. Puasa yang telah dijalankan tidak akan membuat
puasa tersebut batal dan tidak mendapat dosa.

7).HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA:

hal yang membatalkan puasa yang dikutip dalam buku "Bekal Ramadhan" oleh
Ahmad Zarkasih, Lc:

1. Makan dan minum

Orang yang sengaja makan dan minum, sebenarnya ia telah membatalkan


puasanya. Karena puasa itu artinya menahan salah satunya makan dan minum.
Namun, berbeda cerita jika makan dan minum dilakukan dalam keadaan lupa.

Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa lupa ketika puasa
lalu dia makan atau minum, maka teruskan saja puasanya. Karena sesungguhnya
Allah telah memberinya makan dan minum." (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Sengaja muntah

Menyengajakan muntah bisa juga membatalkan puasa. Namun muntah itu tidak
membuat puasanya batal, jika ia muntah karena terpaksa atau karena dorongan
dalam diri sebab sakit yang tidak ia sengaja.

Nabi SAW mengatakan: "Orang yang muntah tidak perlu mengqadha tetapi orang
yang sengaja muntah wajib mengqadha". (HR. Abu Daud, Tirmidzy, Ibnu Majah,
Ibnu Hibban dan Al Hakim).

3. Berhubungan badan atau (jima')

Berhubungan badan meskipun tidak menyebabkan keluarnya air mani juga


membatalkan puasa. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 187:
َ‫انُون‬--َ‫اسٌ لَه َُّن ۗ َعلِ َم هَّللا ُ َأنَّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم ت َْخت‬--َ‫م ۚ ه َُّن لِبَاسٌ لَ ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم لِب‬-ْ ‫ث ِإلَ ٰى نِ َساِئ ُك‬ ِّ ‫ُأ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ ال‬
ُ َ‫صيَ ِام ال َّرف‬
‫ َربُوا َحتَّ ٰى‬-‫اش‬ ْ ‫وا َو‬--ُ‫َب هَّللا ُ لَ ُك ْم ۚ َو ُكل‬ َ ‫ا َكت‬--‫وا َم‬--‫رُوه َُّن َوا ْبتَ ُغ‬-‫اش‬ َ -َ‫َأ ْنفُ َس ُك ْم فَت‬
ِ َ‫اآْل نَ ب‬-َ‫ا َع ْن ُك ْم ۖ ف‬--َ‫اب َعلَ ْي ُك ْم َو َعف‬-
‫رُوه َُّن‬-‫اش‬ ِ َ‫ل ۚ َواَل تُب‬- ِ -‫يَا َم ِإلَى اللَّ ْي‬-‫الص‬ ِّ ‫ ِر ۖ ثُ َّم َأتِ ُّموا‬-ْ‫يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْالخَ ْيطُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْالخَ ي ِْط اَأْلس َْو ِد ِمنَ ْالفَج‬
ٰ
ِ َّ‫د هَّللا ِ فَاَل تَ ْق َربُوهَا ۗ َك َذلِكَ يُبَيِّنُ هَّللا ُ آيَاتِ ِه لِلن‬-ُ ‫اج ِد ۗ تِ ْلكَ ُحدُو‬
َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون‬ ِ ‫َوَأ ْنتُ ْم عَا ِكفُونَ فِي ْال َم َس‬
Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian
bagi mereka. Allah

mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan
minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah
kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan
Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa."

4. Sengaja mengeluarkan sperma

Keluarnya air mani atau sperma dengan sengaja dapat membatalkan puasa.
Seperti orang yang berciuman dengan pasangan langsung terangsang dan keluar
air mani bisa membatalkan puasa.

Namun jika keluar sperma karena mimpi basah di siang hari maka puasanya tidak
batal.

5. Memasukkan sesuatu ke rongga mulut

Salah satu hal yang membatalkan puasa adalah memasukkan segala sesuatu ke
rongga mulut, hidung, telinga, dan kemaluan.

6. Keluar darah haid dan nifas

Hal-hal yang membatalkan puasa bagi wanita adalah keluarnya darah haid dan
nifas. Wanita yang sedang puasa ketika siang hari tiba-tiba keluar darah haidnya
maka puasanya batal.

Rasulullah SAW bersabda:

"Dari Abi Said Al-Khudhri ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,


"Bukankah bila wanita mendapat haid dia tidak boleh sholat dan puasa." (HR.
Muttafaq 'alaih).
H).PUASA SUNNAH

1).PENGERTIAN PUASA SUNNAH:

Puasa sunnah menurut ajaran Islam merupakan salah satu bagian ibadah sunnah
yang dilakukan untuk mendapatkan cinta atau kasih sayang Allah SWT. Menurut
ajaran Islam puasa sunnah merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan
untuk dilaksanakan.

2).KEUTAMAAN PUASA SUNNAH:

Puasa sunnah dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah Swt. Puasa sunnah
juga menjadi amalan menyempurna puasa wajib. Berikut macam-macam puasa
sunnah dan keutamaannya dalam Islam. Puasa Arafah merupakan puasa yang
dikerjakan pada hari kesembilan bulan Dzulhijah bagi yang tidak melaksanakan
ibadah haji.

3).HIKMAH PUASA SUNNAH:

Inilah 5 Hikmah dan Manfaat Menjalankan Ibadah Puasa Sunnah dan Ramadan

a.Melatih diri melawan hawa nafsu

b.Mengajarkan untuk hidup sederhana

c.Menjaga kesehatan

d.Melatih diri membiasakan istiqomah beribadah

e.Memperoleh kenikmatan sebagai umat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

37).Macam-macam puasa sunnah:

1. Puasa Arafah

Puasa Arafah merupakan puasa yang dikerjakan pada hari kesembilan bulan
Dzulhijah bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji. Puasa ini bertepatan dengan
pelaksanaan wukuf di Arafah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari, Rasulullah bersabda, “Tiada amal yang soleh yang dilakukan pada hari-
hari lain yang lebih disukai daripada hari-hari di sepuluh hari pertama dalam
bulan Dzulhijah.”

Puasa Arafah memiliki keutamaan dapat menghapuskan dosa selama dua tahun,
yakni satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelah hari berpuasa. Puasa Arafah
bisa membebaskan dari siksa api neraka sebab Allah Swt. memberikan kebebasan
dari siksa api neraka bagi seluruh kaum muslim di hari arafah.
2. Puasa di Sembilan Hari Pertama Bulan Dzulhijah

Bukan cuma di hari kesembilan, Islam mensunahkan puasa pada sembilan hari
pertama bulan Dzulhijah. Keutamaan puasa di bulan Dzulhijah ini sama seperti
kita berpuasa setahun penuh. Rasulullah Saw. bersabda, “Tiada sebarang hari pun
yang lebih disukai Allah dimana seorang hamba beribadat di dalam hari-hari itu
daripada ibadah yang dilakukannya di dalam 10 hari Dzulhijah. Puasa sehari di
dalam hari itu menyamai puasa setahun dan qiyamulail (menghidupkan malam) di
dalam hari itu seumpama qiamulail setahun.”

Hadis lain juga menyebutkan, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. melakukan puasa


sembilan hari di awal bulan Dzulhijjah, di Hari Asyura dan tiga hari di setiap
bulan iaitu hari Isnin yang pertama dan dua hari Khamis yang berikutnya” (HR
Imam Ahmad dan an-Nasa’i).

3. Puasa Tasua

Puasa Tasua adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharam. Puasa
ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang dilakukan pada keesokan harinya yaitu
di tanggal 10 Muharam karena di hari yang sama yaitu tanggal 10 Muharam orang-
orang Yahudi juga melakukan puasa. Puasa di tanggal 9 Muharam dapat
membedakan dengan puasa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.

4. Puasa Asyura

Puasa Asyura menjadi puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Nabi
Muhammad Saw. bersabda, “Seutama-utama puasa setelah Ramadan ialah puasa
di bulan Muharam, dan seutama-utama salat sesudah salat fardu, ialah shalat
malam” (HR. Muslim).

5. Puasa Syawal

Puasa syawal merupakan puasa sunah yang dilaksanakan pada enam hari di bulan
syawal. Puasa syawal dapat dilaksanakan secara berurutan atau terpisah-pisah.
Namun, mengerjakan dengan berurutan lebih utama karena menunjukkan sikap
bersegera dalam melaksanakan kebaikan dan tidak menunda-nunda amal.

Keutamaan puasa enam hari di bulan syawal adalah seperti berpuasa selama satu
tahun seperti dalam riwayat hadis berikut, “Siapa saja yang berpuasa Ramadan,
kemudian diikuti puasa enam hari bulan Syawal, maka itulah puasa satu tahun”
(HR. Ahmad dan Muslim).
6. Puasa Senin-Kamis

Puasa Senin Kamis merupakan puasa sunah yang paling sering dikerjakan oleh
Rasulullah Saw. Sebuah hadis meriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW adalah
orang yang paling banyak berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” Dan ketika
Rasulullah ditanya tentang alasnnya, Beliau bersabda “Sesungguhnya segala amal
perbuatan dipersembahkan pada hari Senin dan Kamis, maka Allah akan
mengampuni dosa setiap orang muslim atau setiap orang mukmin, kecuali dua
orang yang bermusuhan.” Maka Allah pun berfirman ‘Tangguhkan keduanya’” (HR.
Ahmad).

Keutamaan puasa Senin-Kamis dijelaskan dalam riwayat Tirmidzi, “Segala amal


perbuatan manusia pada hari Senin dan Kamis akan diperiksa oleh malaikat,
karena itu aku senang ketika amal perbuatanku diperiksa aku dalam kondisi
berpuasa.” (HR. Tirmidzi).

7. Puasa Daud

Puasa daud adalah puasa sunah yang dilakukan secara selang-seling, yaitu sehari
berpuasa dan sehari berbuka (tidak berpuasa). Dari Abdullah bin Amru
radhialahu ‘anhu, Rasulullah Saw. bersabda,

“Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari, inilah (yang dinamakan)
puasa Daud ‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling afdhal. Lalu aku berkata,
sesungguhnya aku mampu untuk puasa lebih dari itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata: “Tidak ada puasa yang lebih afdhal dari itu” (HR. Bukhari).

Puasa Daud memiliki berbagai keutamaan. Puasa Daud memelihara umat muslim
dari perbuatan maksiat, menumbuhkan akhlak yang luhur, dikaruniai pemikiran
yang positif, serta istiqomah dalam kebaikan.

8. Puasa Syaban

Dari Usamah bin Zaid ra, dia berkata, “Ya Rasulullah, saya tidak pernah
melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu
di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya
antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat
amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat,
sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i)

Keutamaan puasa di bulan Syaban tidak bisa dilepaskan dari keutamaan bulan
Syaban itu sendiri. Beberapa amalan yang bisa dilakukan di bulan syaban adalah
sebagai berikut.
Berpuasa satu hari di bulan Syaban akan membawa keuntungan seperti Allah
mengharamkan tubuhnya dari api neraka, kelak akan menjadi penghuni suurga, dan
menjadi teman bagi nabi Yusuf As.

Berpuasa tiga hari di permulaan, pertengahan, dan akhir bulan Syaban akan
membawa keuntungan mendapatkan pahala 70 nabi dan layaknya beribadah 70
tahun, jika ia meninggal di tahun tersebut, maka ia akan dimasukkan dalam
golongan orang-orang yang mati syahid.

Apabila berpuasa satu bulan penuh di bulan Syaban diberikan kemudahan saat ia
mati seperti terlepas dari kegelapan alam kubur, terbebas dari huru hara
malaikan munkar dan nakir, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat, serta ia
akan dijadikan penghuni surga.

9. Puasa Ayyamul Bidh

Puasa Ayyamul Bidh dilaksanakan pada tiga hari di pertengahan bulan yaitu pada
tanggal 13, 14, dan 15. Keutamaan puasa Ayyamul Bidh dijelaskan dalam HR.
Bukhari, “Kekasihku yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan
padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati yaitu
berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan shalat Dhuha, dan mengerjakan
shalat witir sebelum tidur” (HR. Bukhari).

10. Puasa di Bulan-Bulan Haram (Asyhurul Hurum)

Puasa ini dilakukan di bulan-bulan haram, yaitu bulan Dzulqadah, Dzulhijah,


Muharam, dan Rajab. Puasa bertujuan untuk melepas sesuatu yang haram
(meninggalkan sesuatu perbuatan yang haram) dan mengamalkan kebaikan dalam
bentuk puasa dan ibadah-ibadah lain pada bulan-bulan tersebut. Rasulullah Saw.
bersabda, “Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga
darinya berturut-turut: Dzulqadah, Dzulhijah, Muharam, dan Rajab” (HR. Imam
Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

11. Puasa Bagi Pemuda yang Belum Menikah

Puasa ini merupakan puasa yang dianjurkan bagi pemuda yang belum menikah
sebagai pengingat diri, terutama bagi pemuda yang memiliki syahwat tinggi. Puasa
ini bisa dilakukan kapan saja kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk
berpuasa.
4).SYARAT-SYARAT PUASA SUNNAH:

Jadi bisa diartikan bahwa puasa sunnah adalah puasa yang tidak diwajibkan untuk
dilakukan bagi umat islam, akan tetapi jika puasa tersebut dilakukan, maka akan
mendapatkan pahala dari Allah SWT

Islam,Baligh,Berakal,Mukim (tidak sedang safar),Suci dari haid dan nifas,Mampu


berpuasa.

5).SYARAT-SYARAT PUASA SUNNAH:

Jadi bisa diartikan bahwa puasa sunnah adalah puasa yang tidak diwajibkan untuk
dilakukan bagi umat islam, akan tetapi jika puasa tersebut dilakukan, maka akan
mendapatkan pahala dari Allah SWT.

-Islam

-Baligh

-Berakal

-Mukim (tidak sedang safar)

-Suci dari haid dan nifas

-Mampu berpuasa.

6).HAL-HAL YANG DAPAT MEMBATALKAN PUASA SUNNAH:

-Makan dan minum dengan sengaja

-Bersetubuh atau melakukan hubungan suami-istri di siang hari

-Muntah dengan sengaja

-Merokok dengan sengaja

-Memasukan benda ke dalam lubang tubuh dengan sengaja

-Haid atau nifas

-Gila atau hilang akal


I).HAJI

1).PENGERTIAN HAJI:

Haji adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat Islam, dan
kewajiban wajib bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur
hidup mereka oleh semua orang Muslim dewasa yang secara fisik dan finansial
mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama
ketidakhadiran mereka.

2).SEJARAH PERSYARIATAN HAJI DALAM ISLAM:

Dalam tradisi Islam, ziarah diperkenalkan di masa nabi Ibrahim. Atas perintah
Allah, dia membangun Kakbah yang menjadi tujuan ziarah.Pola haji Islam saat ini
didirikan oleh Muhammad, sekitar tahun 632 M, yang melakukan reformasi
terhadap ziarah pra-Islam orang-orang Arab pagan.

Sejarah Haji mencakup periode yang dimulai sejak zaman nabi Ibrahim melalui
dibentuknya ritus haji Islam oleh nabi Islam Muhammad, hingga haji saat ini
ketika jutaan umat Islam melakukan ziarah mereka setiap tahunnya. Dalam
tradisi Islam, ziarah diperkenalkan di masa nabi Ibrahim. Atas perintah Allah,
dia membangun Kakbah yang menjadi tujuan ziarah. Bagi orang-orang Arab pagan
di Arabia pra-Islam, Kakbah merupakan pusat kiblat mereka. Pola haji Islam saat
ini didirikan oleh Muhammad, sekitar tahun 632 M, yang melakukan reformasi
terhadap ziarah pra-Islam orang-orang Arab pagan. Selama abad pertengahan,
peziarah akan berkumpul di kota-kota besar seperti Basra, Damaskus, dan Kairo
untuk pergi ke Mekkah dalam kelompok maupun karavan yang terdiri dari puluhan
ribu peziarah.

3). RUKUN HAJI

a). Ihram

Ihram adalah nama yang diberikan untuk keadaan khusus, keadaan suci yang
menandai dimulainya ritual haji untuk setiap jamaah. Ihram dimulai dengan
membaca niat dan mengenakan pakaian serba putih untuk melambangkan kesucian,
kebersihan. Untuk laki-laki diharuskan mengenakan dua kain putih yang satunya
dililitkan di pinggang sampai ke bawah lutut dan yang satunya disampirkan di bahu
kiri. Untuk perempuan, bisa menggunakan pakaian biasa yang menutup aurat,
namun wajah dan tangan tidak boleh tertutup.

Ketika ihram ada beberapa larangan seperti tidak boleh memotong kuku, memakai
parfum, mencukur rambut di bagian tubuh manapun, melakukan hubungan seksual,
membunuh hewan, menikah, memakai penutup kepala bagi jamaah laki-laki dan
menutup wajah dan tangan bagi jamaah perempuan.

Tujuan dari rukun ihram ini adalah untuk menunjukkan kesetaraan semua jamaah
haji di hadapan Allah SWT tanpa ada perbedaan antara orang kaya atau orang
miskin, dan lain sebagainya. Mengenakan kain yang tidak dijahit merupakan simbol
untuk menjauhkan manusia dari kesombongan materi. Lewat pakaian
individualitas seseorang bisa terlihat dan perbedaan serta akan terciptanya
penghalang yang memisahkan manusia.

b) Wukuf

Wukuf adalah ritual untuk berdiam diri. Tidak hanya berdiam dan tidak
memikirkan apapun. Namun ketika masa wukuf hendaknya selalu berzikir dan
berdoa di Padang Arafah dari matahari terbenam sampai matahari terbit. Wukuf
akan dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai 10 Dzulhijjah

c)Tawaf dan Sa’i

Tawaf adalah ritual yang dilakukan dengan berjalan mengelilingi ka’bah


berlawanan arah jarum jam. Ketika sudah tiba di Masjidil haram, jamaah harus
melakukan tawaf kedatangan. Selama tawaf jamaah bisa mencium atau menyentuh
Hajar Aswad. Mereka berkeliling seraya mengucapkan doa. Jika jamaah tidak
bisa mencium atau menyentuh Hajar Aswad karena keramaian, jamaah cukup
menunjuk batu dengan tangan mereka.

Selama tawaf, jamaah tidak diperbolehkan untuk makan, namun minum dibolehkan
karena selama tawaf bisa kelelahan atau dehidrasi karena berdesak-desakan
dengan banyak orang. Untuk jamaah laki-laki dianjurkan untuk memutari ka’bah
pada tiga sirkuit awal dengan langkah yang cepat, sisanya bisa berjalan dengan
santai.

Jika tawaf sudah selesai, jamaah langsung melakukan sholat sebanyak dua rakaat
di makam Nabi Ibrahim sebuah tempat di dekat Ka’bah. Namun, karena
banyaknya jamaah haji dari berbagai negara, jamaah bisa melaksanakan sholat
dua rakaat ini di dalam masjid. Biasanya setelah sholat jamaah akan meminum air
dari sumur zamzam yang tersedia di sekitar masjid. Tawaf diikuti dengan sa’i
atau berlari-lari kecil atau berjalan di antara bukit Safa dan Marwah sebanyak
tujuh kali.

d) Tahallul
Setelah melaksanakan Sa’i, para jamaah laki-laki akan mencukur atau merapikan
rambut mereka. Sedangkan untuk jamaah perempuan hanya perlu memotong
rambutnya sedikit. Ritual ini disebut dengan Tahallul. Ketika selesai melakukan
Tahallul, semua larangan dalam haji boleh dilakukan kecuali hubungan suami istri.

Tahallul dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah ketika jamaah sudah melaksanakan


lontar jumrah.Lontar jumrah adalah ritual melemparkan batu kerikil pada jumrah.
Lontar jumrah mengingatkan jamaah haji bahwa iblis akan selalu berusaha
menghalangi orang-orang beriman yang ingin melakukan kebaikan.

4). SYARAT WAJIB, SUNNAH, HARAM HAJI

a. Syarat wajib

1) Beragama Islam

Syarat utama berhaji adalah beragama Islam. Pasalnya, hanya muslim yang boleh
menginjakkan kaki di Tanah Haram. Haji pun merupakan tuntunan agama Islam
saja, bukan menjadi rukun apalagi aturan agama lainnya.

2) Sudah baligh

Orang yang wajib berhaji adalah orang yang sudah baligh ditandai dengan mimpi
basah bagi laki-laki dan menstruasi bagi perempuan.

Jika ada keluarga yang membawa serta anak kecil yang belum baligh atau belum
dewasa, maka hajinya tetap dianggap sah tetapi tidak memenuhi syarat wajib
haji.

3) Berakal sehat

Orang-orang yang hilang ingatan, gila, atau tidak waras tidak diwajibkan untuk
berhaji. Hanya orang-orang yang berakal sehat yang layak memenuhi syarat wajib
haji.

4) Merdeka atau bukan budak

Meskipun pada saat ini sudah tidak ada perbudakan, haji tetap tidak diwajibkan
bagi budak atau hamba sahaya yang beragama Islam sekalipun.

Pada masa lalu, bangsa Arab masih memberlakukan perbudakan sehingga tidak
diwajibkan bagi budak untuk beribadah haji.
5) Mampu secara fisik dan finansial

Poin syarat haji yang paling mendapatkan perhatian serius bagi warga Indonesia
adalah mampu secara fisik dan finansial.

Orang-orang yang sudah jompo sekalipun sebenarnya tidak diwajibkan beribadah


haji, tetapi tidak ada larangan bagi mereka untuk tetap berangkat ke Tanah
Haram di bulan haji meskipun ada uzur usia.

Sementara mereka yang sehat, masih muda, dan punya kemampuan secara
finansial wajib menunaikan ibadah haji. Cara mengukur seseorang mampu secara
finansial adalah dengan melihat apakah dia sudah memenuhi kebutuhan dasarnya
atau belum.

Secara kasat mata, orang-orang yang tidak punya utang, sudah hidup mandiri dan
memiliki perhiasan, rumah serta kendaraan diwajibkan menunaikan ibadah haji.

Sementara orang-orang yang masih memiliki utang tidak diwajibkan menunaikan


ibadah haji karena pada dasarnya belum merdeka dari belenggu utang atau
dengan kata lain, gak memenuhi syarat wajib haji.

6) Punya mahram khusus bagi wanita

Adakalanya orang yang berhaji bukan merupakan pasangan suami istri. Namun,
syarat wajib haji ini ditetapkan oleh pemerintah Arab Saudi bahwa perempuan
yang berhaji atau mengunjungi Tanah Haram wajib didampingi oleh mahramnya.

Mahram berasal dari keluarga inti, seperti adik, kakak, anak, atau orangtua
kandung. Sementara jika sudah tidak ada mahram, bisa ditemani oleh yang
berjenis kelamin sama, misalnya karena pertemanan.

b. Sunnah haji

Sunnah haji maksudnya adalah jenis amalan ibadah yang dapat menambah pahala
bila dikerjakan. Amalan ini sebagai pelengkap pelaksanaan haji. Bila tidak
dikerjakan juag tidak mengapa karena tidak berdosa.

c. Haram haji

Haram haji maksudnya adalah haram mengerjakan ibadah haji. Namun bila semua
syarat dan rukun haji di penuhi, ibadah hajinya dianggap sah dan sudah
menggugurkan kewajiban haji.

Adapun penyebab haramnya antara lain karena menggunakan harta yang haram
atau harta yang bukan haknya tanpa seizin yang punya. Uang haram itu macam-
macam cara mendapatkannya, biasa uang hasil merampok, menipu, mencuri,
mebungakan uang, korupsi, suap, hasil mark-up anggaran, atau menyunat anggaran
hingga hasil haram dari berbagai proyek siluman.

5. Hal hal sunnah dan larangan dalam haji

1) Larangan Khusus bagi Jamaah Laki-Laki

Selama beribadah umrah atau haji, jamaah laki-laki dilarang:

Memakai pakaian yang dijahit, seperti kaos, kemeja, ataupun celana.

Memakai sepatu atau alas kaki yang menutupi mata kaki.

Menutup kepala atau menggunakan topi.

2) Larangan Khusus bagi Jamaah Perempuan

Saat melaksanakan ibadah umrah atau haji, jamaah perempuan dilarang untuk
mengenakan kaos tangan yang menutup telapak tangan dan menutup muka atau
mengenakan cadar.

3) Larangan bagi Jamaah Laki-Laki dan Perempuan

Memakai wangi-wangian kecuali yang dipakai sebelum memakai ihram.

Memotong kuku dan mencukur atau mencabut bulu badan.

Berburu, mengganggu, atau membunuh binatang dengan cara apapun.

Nikah, menikahkan, atau meminang wanita untuk dinikahi.

Bercumbu atau bersetubuh.

Mencaci atau bertengkar mengucap kata-kata kotor.

Memotong pepohonan di tanah haram.

J).UMRAH

1). PENGERTIAN UMRAH DAN SEJARAH

Umrah (bahasa Arab: ‫ )عمرة‬adalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama Islam.
Hampir mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan
beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram.

-Sejarah pensyariatan Umrah dalam islam


Pada tahun 8 H, Rasululloh SAW melakukan Umroh 2 kali yaitu ketika menaklukan
Mekkah serta ketika beliau pulang dari perang Hunain. Ditambah dengan umroh
pada tahun sebelumnya berarti Rasululloh sempat melakukan Umroh 3 kali
sebelum beliau mengerjakan ibadah Haji pada tahun 10 H.

Pada bulan Dzulhijjah 9 H (Maret 631 M) Rasululloh mengutus shahabat Abu


Bakar Ash Shiddiq untuk memimpin Ibadah Haji. Rasululloh sendiri tidak ikut
karena beliau sibuk dalam menghadapi perang Tabuk melawan Pasukan Romawi.

Abu Bakar Ash Siddiq mendapatkan perintah untuk mengumumkan Dekrit yang
baru saja diterima oleh Rasuluuloh SAW. Dekrit tersebut menyatakan bahwa
mulai tahun depan kaum musyrikin dilarang mendekati Masjidil Haram dan
menunaikan ibadah haji karena sesungguhnya mereka bukanlah penganut ajaran
nabi Ibrahim AS.

Dekrit tersebut dikeluarkan Rasululloh berdasarkan firman Allah :

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis


(kotor jiwa) karena itu janganlah mereka mendekati Masjidil Haram setelah
tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak
datang) maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya
jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana”.
(QS At Taubah : 28)

2).SYARAT UMRAH

Beragama Islam.

Sudah baligh.

Berakal sehat.

Merdeka atau bukan budak.

Mampu secara fisik dan finansial.

Punya mahram khusus bagi wanita.

4. Hal hal sunnah dan larangan dalam Umrah

Larangan umroh bagi jamaah laki-laki :

Mengenakan Alas Kaki yang Tertutup Hingga Mata Kaki


Memakai Pakaian Berjahit

Menutupi Kepala

Larangan Umroh Khusus Untuk Jamaah Perempuan

Memakai Sarung Tangan

Menutup Muka atau Wajah

Larangan Untuk Jamaah Umroh Laki-Laki dan Perempuan

Mencukur atau Mencabut Rambut di Badan

Menggunakan Wangi-wangian

Bercumbu dan Berhubungan Suami Istri

Menggunting Kuku

Memburu atau Membunuh Binatang

Merusak Tanaman

Melamar, Menikah atau Menikahkan

K).PENYELENGGARAAN JENAZAH

1). ADAB BERKUNJUNG PADA ORANG SAKIT

Memperhatikan waktu menjenguk

Tidak ada ketentuan untuk menjenguk baik siang atau malam. Namun hendaknya
pilihkah waktu menjenguk yang tidak mengganggu orang yang sakit dan tidak
merepotkan keluarganya.

Jangan sampai kedatangan kita memberatkan keluarga dan menambah beban hati
mereka.

Jika dirawat di rumah sakit, biasanya terdapat waktu kunjungan tertentu yang
disesuaikan dengan waktu istirahat pasien.
Sebaiknya jangan terlalu lama saat menjenguk. Hal ini agar orang yang sakit
dapat menggunakan waktunya untuk beristirahat. Namun jika menjenguk lebih
dari sekali diperbolehkan terutama jika orang yang sakit menyukainya.

Menjenguk dengan membawa kesenangan

Ketika menjenguk orang yang sakit, hendaklah kedatangan kita memberikan


kesenangan dan keringanan hati bagi orang yang sakit. karena itu dianjurkan
untuk menghibur orang yang sakit, membawa sesuatu yang mungkin dia perlukan,
dan menasihati tentang derita yang sedang ia alami.

Seperti disebutkan dalam sebuah hadits:

"Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah
hapuskan berbagai kesalahannya seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-
daunnya." (HR Muslim).

Hadits lainnya yakni:

"Cobaan itu akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada
dirinya, pada anaknya, ataupun pada hartanya, sehingga dia bertemu Allah tanpa
dosa sedikit pun." (HR Tirmidzi).

Berwudhu

Disunahkan bagi orang yang hendak menengok untuk berwudhu. Hal ini
berdasarkan hadits Anas bahwa Nabi Muhammad bersabda:

"Siapa yang berwudhu dan memperbaiki wudhunya lalu mengunjungi orang muslim
dengan berharap mendapatkan pahala Allah, maka ia akan dijauhkan dari Jahanam
sepanjang tujuh puluh kharif."

Menutup Aurat

Wanita boleh menjenguk laki-laki dengan syarat harus mengenakan pakaian


menutup aurat dan aman dari fitnah.

Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Ummu Ad-Darda' yang menjenguk seorang
lelaku bernama Anshar ahli masjid. Hal ini disebutkan oleh Bukhari secara
mu'allaq atau takdir yang Allah tetapkan bergantung dengan peran serta umat
manusia melalui ikhtiar.

Mendoakan orang yang sedang sakit


Saat menjenguk, doakanlah agar diberikan rahmat dan ampunan, pembersihan
dari dosa, dan keselamatan, serta kesehatan.

2. HAL HAL YANG DISYARIATKAN ISLAM BAGI ORANG YANG SAKIT KERAS

Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'atul Aadaab al-
Islamiyah, mengungkapkan, ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan umat
Islam berkaitan dengan proses pengobatan. Pertama, saat akan berobat, seorang
Muslim harus meluruskan niatnya.

''Orang yang sakit berniat untuk menjaga kesehatannya agar ia tetap kuat
melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT,'' tutur Syekh Abdul Azis. Sedangkan
orang yang mengobati harus berniat untuk membantu saudaranya sesama Muslim
dan menolong semampunya. Pengobatan yang dilakukannya semata-mata untuk
mendapatkan pahala dari Allah serta memberi manfaat bagi saudaranya sesuai
dengan perintah agama

Kedua, menurut Syekh Abdul Azis, dalam beberapa hadis dianjurkan agar umat
Islam menggunakan obat-obatan syar'i untuk mengatasi penyakit tertentu. Ada
beberapa obat dan pengibatan yang disebutkan dalam hadis, seperti habbbatus
saudaa (jintan hitam), madu, bekam, daun inai serta ruqyah.

Keutamaan habbbatus saudaa, misalnya, diungkapan dalam sebuah hadis yang


diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda, ''Habbbatus saudaa
adalah obat semua penyakit kecualias-saam (kematian).''

Sedangkan keutamaan dan keistimewaan madu sebagai dijelaskan dalam Alquran


surat an-Nahl ayat 69. Allah SWT berfirman, ''... Di dalamnya (madu) terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia...'' Selain itu, Nabi SAW juga biasa
menggunakan daun inai.

Untuk terapi pengobatan, Rasulullah SAW menganjurkan bekam dan ruqyah.


Rasulullah SAW bersabda, ''Terapi terbaik untuk kalian adalah bekam dan al-
qusthul bahri ( cendana laut.'' (HR Bukhari (5696) dan Muslim (1577). Selain itu,
Rasulullan SAW juga bersabda, ''Barang siapa mengeluarkan darah dengan
berbekam, maka tidak akan memadharatkan jika ia tak berobat dengan
menggunakan obat lain.'' (HR Abu Dawud).

Selain itu, terapi lainnya yang diajarkan Rasulullah SAW adalahruqyah al-
masyuu'ah yakni ruqyah yang sesuai syariat, seperti ruqyah dengan bacaan
Alquran dan lainnya yang tak mengandung kesyirikan. Rasulullah SAW bersabda,
''Tidak mengapa melakukan ruqyah, selama tidak mengandung kesyirikan.'' (HR
Muslim).
''Meruqyah dengan membaca surat al-Fatihah, ayat Kursi, beberapa ayat pada
akhir surat al-Baqarah, surat al-Kaafiruu, al-Mu'awwizaat dan ayat-ayat lainnya.
Dibolehkan juga membaca do'a-do'a yang sahih dari Rasulullah SAW,'' papar
Syekh Abdul Aziz.

Adab berobat yang ketiga, tidak menggunakan obat-obatan yang diharamkan.


Menurut Syekh Abdul Azis, obat-obatan atau pengobatan yang diharamkan,
misalnya, meruqyah dengan lafaz-lafaz yang mengandung kesyirikan.
''Menggunakan ruqyah jenis ini hukumnya haram, bahkan bisa jadi dapat
mengeluarkan pelakunya dari Islam,'' tutur Syekh Abdul Azis.

3. HAL HAL YANG WAJIB DILAKUKAN BAGI ORANG YANG SUDAH


MENINGGAL DUNIA

Apabila seorang Muslim telah dipastikan meninggal dunia, wajib bagi orang yang
berada di dekatnya untuk melakukan beberapa perkara, di antaranya adalah
sebagai berikut:

Dikutip dari buku Sholat Jenazah karya Syekh Abdullah bin Abdurrahman al
Jabarain dengan judul asli 'Sholatul Janazati' :

Seseorang dapat menutup mata mayit.

Rasulullah SAW menutup kedua mata Abu Salamah ketika wafat. Beliau SAW
bersabda: "Sesungguhnya pandangan mata akan mengikuti ruh saat keluar." (HR
Muslim).

Melemaskan seluruh persendian si mayit agar tidak mengeras, serta meletakkan


sesuatu di atas perutnya agar tidak mengembung.

Menutup sekujur jasad si mayit dengan kain. Berdasarkan hadits Aisyah RA, dia
berkata:

"Ketika Rasulullah SAW wafat, jenazah, beliau ditutupi dengan kain yang
bercorak" (Muttafaqun alaihi).

Menyegerakan penyelenggaraan jenazahnya, penyalatan, dan penguburannya.


Berdasarkan sabda Nabi SAW yang berbunyi: "Segerakanlah (penguburan)
jenazah." (Muttafaqun alaihi).

Menguburkan jenazah di kota tempatnya meninggal dunia. Sebab pada saat


peperangan Uhud, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat agar
menguburkan para syuhada yang gugur, di tempatnya masing-masing, tidak perlu
dipindah ke tempat lain.
4. KEUTAMAAN MENGHADIRI, MENYOLATKAN, DAN MENGUBURKAN
JENAZAH

Secara garis besar dalam memuliakan jenazah, Nabi SAW telah memberikan
petunjuk terperinci. Dimulai dari melayat ke rumah keluarga yang ditinggalkan,
menasehati keluarga yang ditinggalkan dengan kesabaran, ikut menshalatkan
jenazah, ikut mengiringi jenazah ke pemakaman dan mendoakannya.

Bukan hanya terhadap kerabat orang yang meninggal saja, tuntunan untuk
menghormati jenazah juga ditujukan bagi orang-orang sekitar, yakni mereka yang
dilewati iring-iringan jenazah. Nabi meminta supaya umat ikut menghormati
jenazah tersebut.

Sabda Nabi, ''Kalau kamu melihat jenazah, maka berdirilah, barangsiapa yang
mengikuti jangan duduk sampai jenazah diletakkan.''

Turut menghadiri pemakaman, serta tetap tinggal hingga orang yang meninggal
dikuburkan, akan bernilai pahala besar. Hal ini dijabarkan oleh Nabi SAW agar
menjadi pedoman umat.

''Barangsiapa menghadiri pemakaman sehingga shalat jenazah dilaksanakan akan


menerima pahala satu qirat, dan barang siapa menghadiri pemakaman dan tetap
tinggal hingga jenazah dimakamkan, ia akan menerima pahala dua qirat.''
(Muttafaq'alaih) Adapun dua qirat yang dimaksudkan Nabi SAW setara dengan
dua gunung besar.

L). PENYELENGGARAAN JENAZAH

1. HUKUM MEMANDIKAN, MENGKAFANI, MENYOLATKAN, DAN


MENGUBURKAN JENAZAH

Hukum mengurus jenazah adalah fardu kifayah bagi umat Islam. Tata cara
mengurus jenazah dari memandikan sampai menguburkan harus dilakukan sesuai
dengan sunnah yang telah ditentukan. Mengurus jenazah adalah wajib bagi
seluruh atau sebagian orang di sekitarnya saat mereka masih hidup.

2. TATA CARA MEMANDIKAN, MENGKAFANI, MENYOLATKAN, DAN


MENGUBURKAN JENAZAH

a. Memandikan Jenazah

Tata cara mengurus jenazah yang pertama adalah memandikan jenazah. Hal ini
sebagai tindakan untuk memuliakan dan membersihkan tubuh orang yang sudah
meninggal dunia. Adapun tata cara memandikan jenzah dalam Islam yang benar
adalah sebagai berikut:

Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi di tempat yang disediakan.


Pastikan orang yang memandikan jenazah memakai sarung tangan.

Setelah itu, ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar
auratnya tidak terlihat. Bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah
ketiaknya, celah jari tangan, dan kaki serta rambutnya.

Langkah berikutnya, bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan
maupun dari belakang terlebih dahulu. Caranya, tekan perutnya perlahan-lahan
agar apa yang ada di dalamnya keluar. Kemudian siram atau basuh seluruh anggota
tubuh jenazah dengan air sabun.

Setelah itu, siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai jenis kelamin
jenazah.

Niat memandikan jenazah laki-laki:

Nawaitul ghusla adaa 'an hadzal mayyiti lillahi ta'aalaa

Artinya : "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (pria)
ini karena Allah Ta'ala."

Niat memandikan jenazah perempuan:

Nawaitul ghusla adaa 'an hadzihil mayyitati lillahi ta'aalaa

Artinya : "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah


(wanita) ini karena Allah Ta'ala."

Setelah membaca niat, miringkan jenazah ke kanan, basuh bagian lambung kirinya
sebelah belakang. Setalah itu, siram dengan air bersih dari kepala hingga ujung
kaki dan siram lagi dengan air kapur barus.

Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat.


Perlakukan jenazah dengan lembut saat membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.

Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak
perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis tersebut.
Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke
belakang. Setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga
tidak membasahi kain kafannya.

Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak mengandung


alkohol sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus.

b. Mengkafani jenazah

Tata cara mengurus jenazah berikutnya yaitu mengafani jenazah. Ada beberapa
perbedaan cara mengafani jenazah laki-laki dan perempuan. Adapun tata cara
mengafani jenazah perempuan adalah sebagai berikut:

Cara Mengafani Jenazah Perempuan :

Langkah pertama, bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah dipotong sesuai
ukuran jenazah. kain sarung tepat pada badan antara pusar dan kedua lututnya.
Setelah itu, persiapkan baju gamis dan kerudung tidak sesuai.

Selanjutnya, sediakan 3-5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan.
Sediakan juga kapas yang sudah diberikan wangi-wangian, yang nantinya
diletakkan pada anggota badan tertentu. Jika kain kafan sudah siap, angkat dan
baringkan jenazah di atas kain kafan.

Tubuh kapas yang sudah diberi wangi-wangian tadi ke tempat anggota seperti
halnya pada jenazah laki-laki. Kemudian, selimutkan kain sarung pada badan
jenazah, antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan baju gamis berikut kain
kerudung. Untuk yang panjang bisa dikepang menjadi 2/3, dan diletakkan di atas
baju gamis di bagian dada.

Terakhir, selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari yang
lapisan atas sampai paling akhir. Setelah itu ikat dengan beberapa utas tali yang
telah disediakan.

Cara Mengafani Jenazah Laki-laki

Pertama, siapkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Kemudian, ditempatkan


secara vertikal tepat di kain bawah kafan yang akan menjadi lapis pertama.
Bentangkan kain kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.

Langkah berikutnya, beri wewangian pada kain kafan lapis pertama. Setelah itu,
bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah.Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua.
Setelah itu, bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong sesuai
ukuran jenazah. Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga dan diletakkan di
tempat di tengah-tengah kain kafan lapis ketiga.

Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri. Kemudian tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan,
kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.

Selanjutnya, tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian
kain dari sisi kanan ke kiri dan Ikat dengan tali pengikat yang telah disediakan.

c. Menyolatkan jenazah

Setelah selesai memandikan dan mengafani jenazah, tata cara mengurus jenazah
berikutnya menyolatkan jenazah. Adapun tata cara menyolatkan jenazah adalah
seperti berikut:

Berniat (di dalam hati).

Berdiri bagi yang mampu.

Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).

Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.

Setelah takbir kedua, membaca shalawat "allahumma sholli ‘ala Muhammad"

Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah sebagai berikut:

Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa


wassi’ madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal
khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron
khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-
hi, wa ad-khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.

Artinya : "Ya Allah, ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya,


selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan
tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia
dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana
Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih
baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih
baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada
istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur
dan Neraka." (HR. Muslim no. 963)
Takbir keempat membaca doa sebagai berikut:

Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu

Artinya : "Ya Allah, jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya
dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia".

Untuk jenazah perempuan, kata –hu diganti –haa.

Salam

d. Menguburkan jenazah

Letakkan mayat miring ke kanan menghadap ke arah kiblat dengan menyandarkan


tubuh sebelah kiri ke dinding kubur supaya tidak terlentang kembali. Selain itu,
para ulama menganjurkan agar setelah dibukakan kain kafan, pipi mayat bisa
ditempelkan langsung ke tanah.

3. HUKUM TAKZIAH, TAHLILAN, DAN PELAKSANAAN SEREMONY ARWAH


HARI KE-3, KE-5, KE-7, KE-20, KE-40 DAN KE-100

Kenduri arwah/tahlilan biasanya dilakukan umat Islam pada hari ke-7 (bahkan ada
yang bersedia melakukannya selama tujuh hari berturut-turut), ke-40, ke-100,
setahun, dua tahun dan hari ke-1000 dari kematian seseorang.

Setelah itu ada juga yang kemudian melakukannya setiap tahun. Sebagian
kalangan ada yang mengatakan bahwa tradisi semacam itu berasal dari ajaran
Hindu.

Mereka juga mengatakan bahwa menjamu dan bersedekah selama tujuh hari
berturut-turut ketika ada orang yang meninggal dunia sebagai sebuah sinkritisme
dari agama Hindu dan Budha. Benarkah demikian?

Tentu saja tuduhan yang demikian itu tidak benar. Sebab, membaca surat Yasin,
berdzikir dan mendoakan orang yang telah meninggal dunia serta bersedekah
yang pahalanya diniatkan untuk si mayit kapan pun boleh dilakukan.

Kalau Anda mau melakukannya pada hari ke-5, ke-7, ke-20, ke-50, ke-1000, tiap
tahun atau bahkan setiap hari sekalipun diperbolehkan. Untuk melaksanakan amal
shalih semacam itu kita diberi kebebasan untuk memilih waktu sesuai dengan
keinginan kita, karena ia hanyalah sebuah ibadah yang bersifat umum yang tidak
terikat waktu pelaksanaannya.

Mungkin Anda bertanya, apakah ada dalil dalam agama ini yang membolehkan
seseorang untuk memilih waktu-waktu tertentu untuk melakukan amal shalih
tertentu, dan itu dilakukan secara berketerusan? Jawabnya, ada. Simaklah
penjelasan berikut ini:

Dalam ash-Shahihain disebutkan sebagai berikut:

‫ ُد‬-ْ‫انَ َعب‬-‫ َو َك‬،‫ا‬-ً‫ َما ِشيًا َو َرا ِكب‬،‫ت‬ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَْأتِي َمس ِْج َد قُبَا ٍء ُك َّل َس ْب‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما ق‬
َ ‫ َكانَ النَّبِ ُّي‬:‫ال‬ ِ ‫ع َِن اب ِْن ُع َم َر َر‬
ُ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما يَ ْف َعلُه‬
ِ ‫هللاِ بْنُ ُع َم َر َر‬

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu
mendatangi Masjid Quba setiap hari Sabtu, baik dengan berjalan kaki maupun
berkendaraan, sedangkan Abdullah bin Umar ra pun selalu melakukannya.” (HR
Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dalam menjelaskan hadits ini, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani berkata:

َ ‫ال الصَّالِ َح ِة َو ْال ُمد‬ ٌُ


َ ِ‫َاو َم ِة َعلَى َذل‬
‫ك‬ ِ ‫ْض اَْأل ْع َم‬
ِ ‫ْض اَْألي َِّام بِبَع‬
ِ ‫ْص بَع‬ ِ ‫از ت َْخ‬
ِ ‫صي‬ ِ َ‫ْث َعلَى ْال ْختِال‬
ِ ‫ف طُ ُرقِ ِه َدالَلَة َعلَى َج َو‬ ُ ‫ْال َح ِدي‬

Artinya: “Hadits ini dengan sekian jalur yang berbeda menunjukkan


diperbolehkannya menentukan sebagian hari-hari tertentu untuk melakukan
sebuah amal shalih dan dilakukan secara terus menerus.” (Fath al-Bari, 3/69).

Pernyataan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani ini menjelaskan kepada kita bahwa
kita diizinkan untuk memilih waktu-waktu tertentu untuk mengamalkan amal
shalih tertentu dan dilakukan secara terus menerus.

Dengan kata lain, Anda boleh menentukan, misalnya membaca surat Yasin setiap
malam Jumat, membaca surat ar-Rahman setiap malam Senin, bersedekah setiap
pagi di hari Jumat, dan seterusnya.

Anda pun boleh mengucapkan doa-doa tertentu pada hari-hari tertentu.


Termasuk di dalamnya Anda boleh membaca surat Yasin dan dzikir tahlil serta
doa pada hari ke-7, ke-40 dan seterusnya dari kematian seseorang. Penentuan
waktu-waktu yang demikian itu sesungguhnya telah tercakup dalam keumuman
makna yang terkandung dalam hadist di atas.

Jika ada kalangan yang mengatakan bahwa penentuan hari-hari yang ada dalam
tradisi 7, 40, 100 dan seterusnya itu berasal dari agama Hindu jelas salah.
Karena dengan hadits di atas kita diperbolehkan untuk menentukan waktu-waktu
tertentu guna mengamalkan amal shalih tertentu dan dilakukan secara terus
menerus, seperti yang dijelaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar di atas.
Demikian pula dengan waktu pelaksanaan tradisi kenduri arwah/tahlilan. Umat
Islam, khususnya di tanah Jawa, biasanya melakukannya pada hari ke-7, ke-40,
ke-100, setahun, dua tahun dan ke-1000 dari kematian seseorang.

Berdasarkan hadits di atas dan penjelasan yang disampaikan oleh al-Hafizh Ibnu
Hajar, maka hal itu diperbolehkan. Yang disebut boleh (mubah) adalah sesuatu
yang jika dikerjakan tidak mendapat pahala dan tidak pula berdosa. Demikian pula
jika ditinggalkan, tidak berpahala dan tidak berdosa.

Artinya, menentukan hari-hari tertentu tidaklah berpahala. Yang mengandung


pahala adalah amaliah yang dikerjakan di dalamnya. Jadi, menentukan hari-hari
tertentu tidaklah memberikan manfaat apa pun bagi si mayit dan tidak pula
memberikan pahala bagi yang melakukannya; namun amaliah di dalamnya berupa
pembacaan surat Yasin, berbagai macam dzikir dan doa dalam tahlilan, itulah yang
akan memberi manfaat bagi si mayit jika pahalanya diniatkan untuknya.

Anda mungkin juga menyukai