Anda di halaman 1dari 89

MAKALAH AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK 2)

“IBADAH MAGHDAH & GHAIRU MAHDHAH”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua kehidupan hamba Allah yang dilaksanakan dengan niat mengharap keridhaan
Allah SWT itu bernilai ibadah. Beribadah itu hanya diri sendiri dan Allah yang tahu apakah
ikhlas atau karena riya? Ibadah sendiri secara umum dapat dipahami sebagai wujud
penghambaan diri seorang makhluk kepada Sang Khaliq.
Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk
menggugurkan kewajiban, dan tidak lebih dari itu. Misalnya, saat ini banyak umat islam yang
tidak berjamaah ke masjid kecuali shalat jum’at. Bahkan ada pula yang tidak shalat kecuali
pada hari raya. Islamnya hanya ada di kartu identitas. Dan ada pula yang beribadah,
mendekatkan diri kepada Allah hanya pada saat ibadah ritual saja, setelah itu dia jauh dari
ridlo Allah.
Sepintas yang ada di benak kita tentang ibadah adalah hanya suatu bentuk hubungan
manusia dengan sang khalik. Padahal tidak demikian, bentuk dari ibadah itu ada 2 ada yang
hubungannya langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara yang merupakan
bagian dari ritual formal atau hablum minallah  dan ada yang ibadah secara tidak langsung,
yakni semua yang berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut dengan hablum
minannas, hubungan antar manusia. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
pembagian ibadah itu, yang mencakup ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah serta ruang
lingkup, hakikat, dan hikmah ibadah.

B.  Rumusan Masalah


1.    Apa yang dimaksud dengan Ibadah, Ibadah Mahdah dan Ghairu Mahdah ?
2.    Sebutkan ruang lingkup ibadah ?
3.    Apa hakikat dan hikmah ibadah ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa berarti: taat, tunduk, hina dan pengabdian. Berangkat dari arti
ibadah secara bahasa, Ibnu Taymiyah mengartikan ibadah sebagai pundak ketaatan dan
ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cita (al-hubb). Ketaatan tanpa unsur cinta maka
tidak bisa diartikan sebagai ibadah dalam arti yang sebenarnya.

Muhammadiyah mengartikan ibadah sebagai taqarrub (mendekatkan diri kepada


Allah) dengan menaati perintah-Nya, menjauhi larangannya, dan mengamalkan yang
diizinkannya.

Ibadah adalah pendekatan diri kepada Allah dengan jalan mengerjakan perintah dan
meninggalkan larangan dan beramal sesuai yang diizinkan syariat,

Macam macam ibadah:

- Ibadah menurut Muhammadiyah ada yang umum dan ada yang khusus

- Ibadah yang umum adalah segala amal yang diizinkan dan diridhai Allah. Area ibadah
kategori pertama ini adalah masalah masalah mu’amalah duniawiah.

- Ibadah yang khusus adalah apa yang telah ditetapkan oleh Allah perinciannya dan tata cara
yang tertentu.

- Bahasa lain dari ibadah khusus dan ibadah umum adalah; Ibadah Mahdah dan Ghairo
Mahdah.
B. Ibadah Mahdhah

Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan
Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk
mahdhah adalah:

a)        Wudhu,
b)        Tayammum
c)        Mandi hadats
d)       Shalat
e)        Shiyam (puasa)
f)         Haji
g)        Umrah

Ibadah Mahdhah ini memiliki 4 prinsip, yaitu:

1. Keberadaannya harus dengan dalil perintah, baik dari Al-qur’an maupun Al-sunnah.

2. Tata caranya harus berpola pada contoh Rasulullah SAW.

3. Bersifat suprarasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’.

4. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan.

C. Ibadah Ghairu Mahdah

Seluruh perilaku seorang hamba yang diorientasikan untuk meraih ridha Allah (ibadah).


Dalam hal ini tidak ada aturan baku dari Rasulullah. Atau dengan kata lain definisi dari
Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. Misalnya
ialah sedekah,  belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.

Ibadah Ghairu Mahdah juga memiliki 4 prinsip, yaitu:

1. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang

2. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk
ini tidak dikenal istilah bid’ah

3. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik buruknya atau untung ruginya, manfaat atau
mudharatnya dapat ditentukan oleh akal atau logika

4. Azasnya manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

D. Ruang Lingkup Ibadah

Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah
apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridhaan-Nya serta
dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak membatasi ruang
lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Seluruh kehidupan manusia adalah medan
amal dan persediaan bekal bagi para mukmin sebelum mereka kembali bertemu Allah di hari
pembalasan nanti. Islam mempunyai keistimewaan dengan menjadikan seluruh kegiatan
manusia sebagai ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi untuk
mencapai keridaan Nya serta dikerjakan menurut cara cara yang disyariatkan oleh Nya.

Islam tidak menganggap ibadah ibadah tertentu saja sebagai amal saleh akan tetapi
meliputi segala kegiatan yang mengandung kebaikan yang diniatkan karena Allah SWT.
Mencakup setiap kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang
bersangkut dengan individu maupun dengan masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam selagi
mana ia memenuhi syarat syarat tertentu. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut
dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut Islam ketika ia
memenuhi syarat syarat tertentu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah ialah taat, tunduk, hina dan pengabdian. Berangkat dari arti ibadah secara
bahasa, Ibnu Taymiyah mengartikan ibadah sebagai pundak ketaatan dan ketundukan yang di
dalamnya terdapat unsur cita (al-hubb). Ketaatan tanpa unsur cinta maka tidak bisa diartikan
sebagai ibadah dalam arti yang sebenarnya.

Ibadah Mahdhah ialah ibadah apa saja yang telah ditetapkan oleh Allah SWT akan
tingkat, tata cara dan perinciannya.

Contoh contoh Ibadah Mahdhah yaitu:

a)        Wudhu,
b)        Tayammum
c)        Mandi hadats
d)       Shalat
e)        Shiyam (puasa)
f)         Haji
g)        Umrah

Ibadah Ghairo Mahdoh ialah seluruh perilaku hamba yang diorientasikan untuk
meraih ridha Allah SWT.

Contoh contoh Ibadah Ghairo Mahdhah adalah

a) sedekah

b) belajar
c) dzikir

d) dakwah

e) tolong menolong dan lain sebagainya.

Ruang lingkup ibadah yaitu Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan
manusia sebagai ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai
keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak
membatasi ruang lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja.

IBADAH MALIYAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ibadah harta (ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti
pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikenal dengan
Amal Jariyah. Harta yang dititipkan kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal kepada
Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah
kepada-Nya. Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang
bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan.
Dan kewajiban syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara menggunakan harta
tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT. Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah
tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan
dalam bentuk ibadah harta. Investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun
yang bersangkutan sudah meninggal dunia adalah harta yang disumbangkan untuk amal
jariah. Ibadah maliah atau ibadah dengan harta termasuk bagian penting dalam syari’at
Islam. Dalam rukun Islam pun nampak bahwa rukun yang lima itu terdiri dari ruknul
qalbi, ruknul badani dan ruknul mali.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Urgensi dalam ibadah Maliyah?
2. Bagaimana hikmah dari ibadah maliyah ?
3. Bagaimana makna Spritual Ibadah Maliah Bagi Kehidupan Sosial ?

C. TUJUAN
1. Agar pembaca mengetahui maksud dari urgensi dalam ibadah maliyah
2. Agar pembaca mengetahui hikmah dari ibadah maliyah
3. Agar pembaca mengetahui makna spiritual dari ibadah maliah

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IBADAH MALIYAH

Ibadah maliyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan dengan sarana
harta benda atau ibadah yang diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau terkait
dengan harta yaitu menggunakan harta yang allah karuniakan untuk apa-apa yang allah
cintai dan ridhoi seperti zakat, infaq, shadaqah dll.

Ibadah harta (ibadah maliyah)merupakan investasi amal yang tidak akan


berhentipahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikenal
dengan amaljariyah. Harta yang dititipkan kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal
kepada allahswt. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk lebih ban]]yak
beribadah kepada-nya. Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta
yang bermanfaat dan akanmembuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang
bersangkutan. Dan kewajiban bersyukuratas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara
menggunakan harta tersebut sebagai saranai badah kepada allah swt. Pelaksanaan tugas
ibadah kepada allah tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga
harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Ibadah dengan harta termasuk bagian
penting dalam syari’at islam.
Hanya ada dua hukum dalam ibadah maliyah ini, yaitu wajib dan sunah. Menurut para
ulama, wajib adalah:

‫َمايُثَابُ َعلَى ِف ْعلِ ِه َويُ َعاقَبُ َعلَى تَرْ ِك ِه‬


“sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan disanksi jika meninggalkannya”

Sedangkan sunah adalah:

‫َمايُثَابُ َعلَى فِ ْعلِ ِه َو الَ يُ َعاقَبُ َعلَى تَرْ ِك ِه‬


“sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan tidak disanksi jika meninggalkannya”

Letak perbedaan kedua hukum tersebut adalah adanya  reward (pahala) dan punishment


(adzab). mengamalkan yang wajib mendapat reward dan meninggalkannya
mendapat punishment. Mengamalkan yang sunah memperoleh reward tetapi
meninggalkannya tidak diberi punishment.

B. MACAM-MACAM IBADAH MALIYAH

Ibadah Maliyah terdiri atas :

1. Zakat

Zakat menurut istilah bahasa artinya tumbuh, berkat atau kebaikan. Menurut istilah
(ahli fiqih) artinya kadar harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok-
kelompok tertentu dengan berbagai syarat.

Zakat adalah salah satu rukun islam yang lima. Hukumnya fardhu ‘ain (wajib) atas tiap-
tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua
hijriyah.

Kata zakat merupakan isim mashdar dari kata zakā yang berarti berkah, tumbuh, bersih


dan baik. Sedangkan menurut istilah para ulama, zakat adalah:

ٍ ‫ضهَا فِى َأوْ قَا‬


‫ت‬ ٍ ْ‫ص بِ َوضْ ٍع َم ْخصُو‬
ِ ‫ص َوبَ ْع‬ ٍ ْ‫ال َم ْخصُو‬ ٍ ْ‫ِإ ْعطَا ُء ج ُْز ٍء َم ْخصُو‬
ٍ ‫ص ِم ْن َم‬
‫ص ٍة لِ ُم ْست َِحقِّ ِه‬
َ ْ‫َم ْخصُو‬

“memberikan sebagian yang khusus, dari harta yang khusus, dengan ketentuan yang
khusus, dan sebagiannya disalurkan pada waktu yang khusus, untuk yang berhak
menerimanya”.

Sebagaimana definisi tersebut, ada 5 unsur utama dalam zakat, yaitu:

1. sebagian harta, tidak seluruhnya.


2. harta yang dizakati adalah harta yang khusus (telah ditentukan), misalnya harta
perdagangan (tijarah).
3. ada ketentuan yang khusus dalam standar ukuran misalnya zakat perdagangan
adalah 2,5 % dari modal.
4. sebagian didistribusikan pada waktu tertentu seperti halnya zakat fitrah dan zakat
emas sebagai simpanan.
5. zakat hanya untuk mustahik yang sudah ditentukan (q.s. At-taubah [9]: 60)

2. Infaq

Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu, habis, mengeluarkan isi,
menghabiskan miliknya, atau belanja.

Menurut istilah, infaq adalah:

‫ت‬ َ َ‫ت َو ْال ُمب‬


ِ ‫احا‬ ِ ‫ب فِ ْي الطَّا َعا‬
ِ ِّ‫ال الطَّي‬
ِ ‫ِإ ْخ َرا ُج ْال َم‬
“mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang dibolehkan”

Perbedaan antara infaq dengan zakat terletak pada standar ukuran, waktu dan mustahik.
Jika zakat sudah tertentu sebagaimana lima unsur utama zakat, maka infaq tidak
ditentukan standar ukuran, waktu penunaian, dan mustahiknya tidak terpaku
sebagaimana dalam q.s. At-taubah (9) ayat 60.

3.  Shadaqah

Ibadah harta pada umumnya disebut shadaqah. shadaqah yang wajib dan ditentukan
standar pelaksanaannya disebut zakat. shadaqah yang wajib tapi tidak ditentukan
standar pelaksanaannya disebut infaq. adapun shadaqah yang sunah disebut dengan kata
shadaqah itu sendiri.

Shadaqah berasal dari kata ash-shidqu yang berarti benar, jujur. falsafahnya, shadaqah


merupakan bukti bahwa seseorang memiliki keyakinan (aqidah) yang benar, jalan hidup
(syariah) yang benar dan perilaku (akhlak) yang benar. selain itu, shadaqah merupakan
manifestasi kejujuran seseorang dalam kepemilikan harta.

Menurut istilah, shadaqah adalah:

ِ ُّ‫َما تُ ْعطَى َعلَى َوجْ ِه التَّقَر‬


‫ب ِإلَى هللاِ تَ َعالَى‬
“sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada allah ta’ala”.

Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang, emas, perak, perdagangan,
hewan ternak dll. maka shadaqah tidak demikian. Shadaqah boleh dengan barang-
barang bisa juga dengan tenaga, fikiran dan lainnya. bahkan, wajah sumringah dan
senyuman pun bisa bernilai shadaqah. Seluruh kebaikan itu shadaqah Rasulullah saw.
Bersabda,

ٌ‫ص َدقَة‬ ٍ ‫ُكلُّ َم ْعر ُْو‬


َ ‫ف‬
“setiap kebaikan itu bernilai shadaqah” (h.r. Bukhari)

Wajah sumringah itu shadaqah

Dalam hadits yang lain, rasulullah bersabda :

ٍ ‫اك ِب َوجْ ٍه طَ ْل‬


‫ق‬ َ ‫ف َش ْيًئا َولَ ْو اَ ْن تَ ْلقَى َأ َخ‬
ِ ‫الَتَحْ قِ َر َّن ِم َن ْال َم ْعر ُْو‬
“janganlah kamu menyepelekan kebaikan sedikitpun walaupun kamu bertemu
saudaramu dengan wajah sumringah” (h.r. Muslim).

Senyum itu shadaqah

ٌ‫ص َدقَة‬ َ ‫ك فِى َوجْ ِه َأ ِخي‬


َ َ‫ْك ل‬
َ ‫ك‬ َ ‫تَبَ ُّس ُم‬
“senyumanmu terhadap wajah saudaramu bernilai shadaqah untukmu” (h.r. Ibnu
hibban).

4. Fidyah

Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan (pengganti) nya,
baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti kewajiban manusia
mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi ibadah yang ditinggalkannya. fidyah
shaum wajib dilakukan oleh seseorang yang tak sanggup karena kepayahan dalam
melakukan shaum fardhu khususnya di bulan ramadhan, sebagai salah satu bentuk
rukhsah (dispensasi) yang diberikan allah kepada mereka. Karena allah swt tidak
membebani hamba-hamba-nya melainkan sesuai dengan kemampuannya.

Selain itu juga allah tidak pernah menjadikan syari’at yang diturunkan-nya menyulitkan
hamba-hamba-nya. landasan normatif yang dititahkan allah swt mengenai hal ini adalah
firman-nya dalam al qur’an dan wajib bagi orang-orang yang berat melakukan shaum
(jika mereka tidak shaum) memberi fidyah, yaitu dengan memberi makan satu orang
miskin. (q.s. Al baqarah(2) :184).

Hukum fidyah, sebagaimana firman allah swt.di atas adalah wajib, apabila :

a. Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.


b. Orang sakit permanen yang kesembuhannya sangat sulit.
c. Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang bersangkutan boleh
memilih antara qadha shaum atau fidyah).
d. Jumlah fidyah adalah sejumlah makanan yang dikonsumnsi yang bersangkut pada
bulan ramadhan. Setiap hari tidak puasa diganti dengan fidyah makan sehari untuk
seorang miskin.

5. Kifarat

Kifarat sumpah (bersumpah palsu), salah satu caranya adalah dengan memberi makan
sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa diberikan kepada keluarga sendiri
atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang hamba sahaya.
Dalam hadits riwayat muslim, juga diterangkan bahwa kifarat nadzar yang tidak dapat
dilakukan sama dengan kifarat sumpah.
Kifarat shaum (sebagai akibat melakukan pelanggaran shaum, melakukan jima’ atau
persetubuhan pada siang hari bulan ramadhan bagi mereka yang wajib melakukan
shaum ramadhan), selain bisa dengan memerdekakan hamba sahaya, bisa juga dengan
melakukan shaum selama dua bulan berturut-turut, tertapi juga bisa dengan memberi
makan kepada enam puluh orang fakir miskin.

Kifarat zhihar (mengharamkan istri dengan mempersamakannya dengan ibu sendiri),


adalah dengan memberikan makan enam puluh orang miskin, selain itu bisa juga
dengan memerdekakan hamba sahaya atau melakukan shaum selama dua bulan 
berturut-turut. Pelaksanaan atau pemenuhan kifarat zhihar diwajibkan kepada suami
sebelum kembali (melakukan senggama) lagi kepada istrinya.

Kifarat membunuh (tak sengaja) adalah dengan memerdekakan hamba sahaya atau
diganti dengan puasa enam puluh hari bertutur-turut atau dengan memberi makan enam
puluh fakir miskin ditambah dengan kewajiban membayar diyat, semacam uang duka
kepada keluarga yang terbunuh.pemberian diyat (pembayaran sejumlah harta kepada
keluarga korban) ditetapkan sesuai dengan kesepakatan, karena sesuatu tindakan
menghilangkan nyawa sesesorang dengan tidak sengaja, juga sebagai tebusan bila ada
maaf dari pihak keluarga terbunuh.untuk pembayaran diyat, tidak terikat dengan
ketentuan mesti konsumtif, mungkin saja bersifat produktif dan monumental.

6. Kurban/udhiyyah

Udhiyyah adalah menyembelih binatang tertentu pada hari raya qurban (idul adha) atau
hari tasyriq (11,12 dan 13 dzulhijjah )dengan niat taqarub atau qurban (mendekatkan
diri) kepada allah swt. Udhiyyah (qurban) sebenarnya sudah menjadi syari’at para nabi
dan rasul allah.setiap nabi melakukan ibadah qurban. putra nabi adam as (qabil dan
habil) juga pernah melakukan ibadah qurban.

Yang diabadikan secara khusus adalah qurban yang menjadi syari’at allah swt yang
dibawa nabi ibarahim as.kemudian syari’at itu dilestarikan menjadi syari’at nabi
muhammad saw.atas legitimasi dan perintah allah swt yang diabadikan-nya dalam al
qur’an surat al kautsar, (108) :2.

Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :
a. Waktu pelaksanaan qurban/udhiyyah pada hari raya adha/qurban (10 dzulhijjah)
setelah shalat sunnat idul adha dan hari tasyriq (11,12 dan 13 dzulhijjah).
b. Binatang qurban ialah unta, sapi atau kerbau, kambing, biri-biri atau domba.
Binatang-binatang tersebut hendaknya :
1) tidak cacat (cacat mata, sakit, pincang, kurus dan tak berdaya, rusak/pecah
sebelah tanduknya atau telinganya).
2) bulu binatang (kambing) lebih disukai yang berwarna putih mulus atau bulu
mulutnya, bulu kakinya dan bulu di sekitar matanya berwarna hitam.
3) sudah berumur satu tahun. Bila kesulitan mendapatkan binatang berumur satu
tahun boleh kambing jadza’ah (berumur sekitar 9-11 bulan, tetapi gemuk,
sehat tanpa cacat).
4) dilakukan sendiri setelah usai melaksanakan shalat sunat idul adha.
5) satu ekor kambing berlaku untuk satu orang atau satu keluarga.
6) satu ekor unta atau sapi atau kerbau berlaku bagi 7 orang.

7. Aqiqah

Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba )yang disembelih dalam rangka
menyambut anak yang baru dilahirkan. aqiqah dilaksanakan pada saat bayi berumur 7
hari, sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli kepalanya) dan disyi’arkan
namanya. apabila pada hari ke-7 tidak bisa dilaksanakan aqiqah, boleh diundurkan
sampai hari ke-14 atau hari ke-21. pelaksanaan aqiqah setelah waktu tersebut menjadi
ihtilaf para ulama. Ada yang berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan tetapi
ada pendapat lain yang menyatakan tidak usah dilaksanakan, lebih baik berkurban saja
pada tanggal 10 dzulhijjah atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).

8. Al-hadyu

Al-hadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak (domba) sebagai pengganti


pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan atau sebagai denda karena melanggar hal-hal
yang terlarang mengerjakannya dalam prosesi ibadah umrah atau haji atau bagi mereka
yang memiliki kemampuan melakukannya atau bagi mereka yang melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap larangan-larangan tertentu dalam ibadah haji.

Al-hadyu juga bisa mencakup segala bentuk penyembelihan binatang yang dilakukan di
tanah haram, baik sebagai pemenuhan dam, maupun karena hal-hal lainnya seperti
nadzar atau qurban.bagi mereka yang melakukan haji tamattu (mendahulukan umrah
sebelum haji) atau haji qiran (melaksanakan haji dan umrah secara bersama-sama)
wajib melakukan alhadyu. Kalau tidak melakukan alhadyu, maka wajib berpuasa 10
hari, yang pelaksanaan puasanya 3 hari di tanah suci dan 7 hari di luar tanah suci.

9. Dam

Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sanksi terhadap pelanggaran atau
karena  meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam rangka pelaksanaan ibadah
haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah daripada haji (haji tamattu) atau
karena melakukan haji dan umrah secara bersamaan (haji qiran). Dam juga diidentikkan
dengan alhadyu, sekalipun tidak selalu sama.

Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan dalam hal lain dam bisa
lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan untuk membuat sesuatu yang
rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi lengkap.dam dilakukan sebagai
salah satu bentuk ketaatan kepada allah swt.sekaligus juga sebagai salah satu bentuk
penghapusan atau kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah atau umrah.

C. URGENSI IBADAH MALIYAH


Ibadah maliah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1. Membersihkan harta dari kotoran

Artinya :

“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658]dan mensucikan[659]mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Qs. At Taubah 103)
Karena pada dasarnya harta yang kita miliki adalah sebagiannya hak orang fakir
miskin.Untuk itu, kita harus membersihkan harta itu dari kotoran1

2. Merupakan Sarana Bagi Hamba Untuk Taqarrub Kepada Allah


3. Merupakan Sarana Penghapus Dosa
4. Harta yang tidak dikeluarkan zakatnya disebut harta yang kotor
5. Tidak mengeluarkan dianggap sebagai merampas hak orang lain dan mendapatkan dosa
besar

Tercantum dalam Qs. Al Baqarah : 40 dan 43 dan dalam Qs. Maryam : 30-31

1[ ] Hak orang kafir


[658]. Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada
harta benda

[659]. Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan
harta benda mereka.
2
[44]. Yang dimaksud ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: Tunduklah kepada perintah-perintah
Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.
[41]. Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan Nabi Ya'qub; sekarang terkenal dengan
bangsa Yahudi.

[42]. Janji Bani Israil kepada Tuhan ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada Rasul-Rasul-nya di antaranya Nabi Muhammad s.a.w.
sebagaimana yang tersebut di dalamTaurat.
6. Dengan ibadah maliyah berarti telah menjalankan salah satu rukun islam

Yaitu, rukun islam mengenai zakat. Dimana yang mengantar seorang hamba kepada
kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.

Dalam Al-Qur'anil karim, zakat dan shalat banyak sekali dijadikan dalam satu ayat.
Jadi artinya digandengkan. Ini menunjukkan bahwa urgensi zakat sama dengan urgensi
shalat. Abu Bakar Shiddiq yang biasanya kebijakan-kebijakannya selalu lunak, pada
saat ada kasus sejumlah umat Islam yang rajin shalat tetapi tidak mau membayar zakat,
kontan beliau melakukan sebuah sikap yang sangat keras dengan sumpah, "Demi Allah.
Saksikan oleh kalian, demi Allah, saya akan berperang dengan orang-orang yang sudah
rajin shalat, tetapi tidak mau 3membayar zakat." Mungkin karena kebijakan ini dan
sikap Abu Bakar yang begitu tegas, mereka segera membayar zakat.
Perintah itu ditujukan kepada para penguasa Muslim untuk turut campur, supaya
memerintahkan kepada umat Islam yang wajib zakat mengeluarkan zakat. Allah SWT.
berfirman dalam sebuah hadits qudsi. "Anfiq, unfiq." (Infakkan hartamu ! Keluarkan
zakatmu ! Allah yang akan menggantinya.)

3 Diambil dari Ash Shideiqy,H,Z.Kuliyah Ibadah. PT Pustaka Rizki


putra.Semarang. 2000
Barangsiapa yang membuka keran rezeki untuk kepentingan agama dan kemanusiaan.
Allah akan membuka keran rezeki yang lebih besar, kontan di dunia sekarang. Nabi
SAW. menyatakan, tidak akan berkurang harta karena sedekah dan zakat, dijamin tidak
akan ada orang menjadi sengsara gara-gara infak dan zakat, tidak akan ada orang
menjadi menderita gara-gara infak dan zakat. Barangsiapa yang memberikan infak atau
zakat atau sedekah kepada orang yang memerlukannya, berarti dia lelah
menghutangkan sesuatu kepada Allah. Allah yang bertanggung jawab untuk
membayarnya.

D. Hikmah Ibadah Maliyah


1. Pembersih Harta
Bagi si kaya, sesuai dengan fungsinya, sebagai pembersih harta, selain juga pembersih
hati tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi dengan berzakat, harta itu menjadi
bersih dari hak-hak orang lain yang dititipkan oleh Allah kepada orang kaya.
2. Pembersih Hati
Membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan serta penyakit-penyakit hati
lainnya. Jadi zakat memiliki satu kekuatan transformatif dalam menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati muzakki.
3. Membantu Kaum Dhuafa
Memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan sosial.

4. Menumbuhkan Akhlak Mulia


Dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus,
menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki.
Selain itu, zakat juga bisa dijadikan sebagai neraca, guna menimbang kekuatan iman
seorang mukmin serta tingkat kecintaannya yang tulus kepada Rabbul ‘izzati. Sebagai
tabiatnya, jiwa manusia senantiasa dihiasi oleh rasa cinta kepada harta,
5. Berfungsi Sebagai Sosial Ekonomi
Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada orang miskin
sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya.
6. Mewujudkan Tatanan Masyarakat yang Sejahtera 
Dikatakan sejahtera dimana hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun,
damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi aman, nyaman, tentram
lahir dan batin. Serta mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam
masyarakat akibat kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.
7. Dapat Menyucikan Diri dari Dosa
Memurnikan jiwa (tazkiyatun nafs), menumbuhkan akhlak mulia, murah hati, peka
terhadap rasa kemanusiaan, dan mengikis sifat bakhil atau kikir serta serakah. Dengan
begitu, suasana ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan
kewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi hati.
8. Menunjang Perwujudan Sistem Kemasyarakatan Islam
Yang berdiri atas prinsip-prinsip: umatan wahidah (umat yang bersatu), musâwah (umat
yang memiliki persamaan derajat dan kewajiban), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan
Islam), dan takâful ijtima’i (sama-sama bertanggung jawab).

E. MAKNA SPRITUAL IBADAH MALIAH BAGI KEHIDUPAN SOSIAL


Harta yang dititipkan Allah kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal beribadah
kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk lebih banyak
beribadah kepada-Nya.

Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan
akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan. Kewajiban
syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut
sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.
Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah fisik
saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Investasi amal yang tidak
akan berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia adalah
harta yang disumbangkan untuk amal jariah. Ibadah maliah atau ibadah dengan harta
termasuk bagian penting dalam syari’at Islam. Ibadah maliyah, seperti zakat, dan lai-lain
termasuk ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan sosial kemasyarakatan.

Ibadah maliyah memiliki  fungsi sosial, dengan memberikan zakat  atau infaq dan lainnya
kepada fakir miskin bisa menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari
ketidak adilan sosial. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya)
kepada yang tidak memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan
orang kaya, karena kalau telah 45
terjadi keterpaduan diantara keduanya, akan mengikis
segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat kesenjangan dan
ketidakadilan sosial.6

Zakat merupakan salah satu sendi di antara sendi-sendi Islam lainnya. Ia (zakat)
merupakan ibadah fardiyah yang berimplikasi luas dalam kehidupan sosial (jama’iyah),
ekonomi (iqtishadiyah), politik (siyasiyat), budaya (tsaqafah), pendidikan (tarbiyah) dan
aspek kehidupan lainnya.

Zakat merefleksikan nilai spiritual dan nilai charity (kedermawanan) atau filantropi dalam


Islam. Sejumlah ayat bertebaran dalam berbagai surat  dalam al Qur’an dan hadits Nabi
ditemukan anjuran tentang pentingnya filantropi terhadap sesama manusia, di antara QS.
30:39; QS. 9: 103; QS. 18:18.  dalam al Qur’an surat at Taubah [9]: 103,

QS. ArRuum:39;

4 Diambil dari Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung. Sinar Baru Algensindo

6 Diambil dari Qardawi, Yusuf. 1997. Hukum Zakat. Jakarta. Litera Antar Nusa.
QS. At Taubah: 103;

QS. Al Kahfi:18.

dalam al Qur’an surat at Taubah [9]: 103, misalnya secara tegas dikatakan bahwa:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui “.

Ayat tersebut mengandung spirit filantropi dalam Islam. Dua nilai penting yang
terkandung dalam spirit ayat filantropi di atas adalah bahwa zakat dan selalu mengandung
dimensi ganda. Dimensi kesalehan individual tercermin dalam tazkiyat an nufus dalam
zakat(penyucian dan pembersihan diri dan harta) pada satu sisi, dan refleksi kesalehan
sosial pada sisi lain seperti empati dan solidaritas pada sisi yang lain.

Zakat sebagai media tazkiyat an nufus dalam konteks di atas diungkapkan dalam dua


istilah yaitu membersihkan dan menyucikan. Membersihkan dalam konteks ayat tersebut
mengandung makna bahwa zakat itu membersihkan muzakki (orang yang mengeluarkan
zakat) dari sifat kikir dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda. Sungguhpun
cinta terhadap harta merupakan tabiat manusia yang bersifat inborn sebagaimana
digambarkan dalam
QS. Ali Imran [3]:14.

Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allahlah tempat kembali yang baik (surga).

Sedangkan istilah menyucikan dalam ayat di atas mengandung makna bahwa zakat
memiliki satu kekuatan transformatif dalam menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati
muzakki dan harta  benda yang mereka kembangkan menjadi suci lantaran terbayar-
bayarnya hak-hak orang lain yang melekat di dalamnya.

Nilai filantropi zakat lainnya adalah kepedulian dan keadilan sosial kepada sesama
manusia, terutama kepada mereka (asnaf) yang menjadi sasaran (target group) filantropi
dalam Islam, yaitu orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan.

Filantropisme zakat dalam dinamika dan perkembangannya secara historis memainkan


peran ganda, sebagai instrumen pelaksanaan kewajiban ritual yang berorientasi pada
kepentingan-kepentingan individual yang bersifat vertikal (hablun min Allah) dalam
rangkatazkiyat an nufus sebagaimana dikatakan di atas pada satu sisi, juga sebagai
instrumen ekonomi transformatif, yaitu dalam memberdayakan ekonomi dan pemecahan
permasalahan kemiskinan umat pada satu sisi yang lain.
7[186]. Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta,
lembu, kambing dan biri-biri.
MAKALAH
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
“IBADAH SHOLAT DAN MACAM – MACAM SHOLAT”
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan umat islam masyarakat meyakini dan mengetahui bahwa shalat
merupakan perintah yang harus di lakukan atau di anjurkan oleh ummat islam itu sendiri.
Didalam pelaksanaan sholat ada beberapa hal yang harus di lakukan seseorang yang hendak
melaksanakan sholat seperti harus berwudhu’, suci tempatnya karena kedua hal tersebut
merupakan salah satu dari syarat shalat sehingga ketika seseorang melakukan shalat dan
keduanya ditinggalkan maka hal tersebut dapat membatalkan shalat seseorang karena ketika
salah syarat shahnya shalat di tinggalkan maka secara langsung shalatnya itu tidak di terima
oleh Tuhan, baik itu shalat yang wajib ataupun shalat sunnah.
Shalat merupakan salah satu bentuk interaksi langsung antara manusia dengan tuhannya,
maka dari itu ketika kita melakukan atau melaksanakan shalat kita di anjurkan untuk khusyuk
dalam shalat yang dia lakukan supaya shalat tersebut bisa di terima oleh Allah Subhanahu
Wata’ala, selain dari itu shalat memiliki berbagai macam keistimewaan.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas tentang :
1. Apa itu Sholat Fardhu ?
2. Apa saja Sholat Fardhu itu ?
3. Apa itu Sholat Sunnah ?
4. Apa saja Sholat Sunnah itu?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk dapat memenuhi tugas mata
kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan yang dibina oleh Ibu Dosen Najah sehingga dengan
penulisan makalah ini kami dapat lebih tahu tentang shalat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat :
Sholat berasal dari bahasa arab yang artinya “Do’a”. Sedangkan menurut isltilah
sholat adalah ibadah yang dimulai dengan bacaan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan
mengucap salam dengan syarat dan ketentuan tertentu. Segala perkataan dan perbuatan yang
termasuk rukun sholat mempunyai arti dan makna tertentu yang bertujuan untuk
mendekatkan hamba dengan Penciptannya.

B. Tujuan Sholat
Sholat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktifitas kehidupan manusia. Karena
sholat adalah amalan yang pertama kali akan dihisap di akhirat kelak. Oleh karena itu sholat
merupakan ibadah yang mengatur segala aktifitas baik itu diperintahkan maupun dilarang
Tuhan. Aktifitas manusia berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan penciptannya yang
disebut habluminallah sedangkan aktifitas yang berhubungan dengan manusia disebut
habluminannas.Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal kebaikan
dan menyembah kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah dan salah satunnya
adalah sholat. Kita hidup didunia ini hanya sementara dan dari kehidupan di dunia inilah
penentu kehidupan kita selanjutnya yaitu kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan kekal
selamannya. Amalan perbuatan kita yang akan menentukan kita akan masuk surga ataupun
neraka yang menjadi tujuan hidup manusia sesungguhnya. Al Quran Surah Al Baqarah ayat
45.

َ‫يرةٌ ِإالَّ َعلَى ْالخَا ِش ِعين‬


َ ِ‫صالَ ِة وَِإنَّهَا لَ َكب‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬ ْ ُ‫َوا ْست َِعين‬
َّ ‫وا بِال‬

Artinya :
”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. (QS. Al
Baqoroh : 45).

Ibarat orang mengatakan bahwa hidup didunia adalah permainan. Di dunia kita diuji
dengan waktu dan keadaan. Segalannya sudah diatur didalam Al-Qur’an bahwa manusia bisa
memilih untuk bersujud menyembahNya atau menjadi kafir. Jika di dunia ini kita lolos dari
ujian baik itu kemudahan atau kesulitan kita tetap menjaga iman dan taqwa kita, kita dapat
memenangkan surga, Begitu pula sebaliknya.
Segala amalan yang mengarahkan kita ke surga memang tidak mudah, terjal bak
mawar berduri. Kita akan banyak diuji didunia ini seperti mampukan kita menahan diri dari
perbuatan maksiat, mampukah kita mengorbankan harta kita untuk berjuang di jalan Allah,
mampukah kita menahan diri dari lisan yang kotor, menggunjing, menghasut dan memfitnah,
mampukah kita solat dan berpuasa dalam keadaan sulit sekalipun.

C. Macam – macam Sholat


1. Shalat Fardhu
Shalat Fardhu adalah shalat dengan status hukum fardhu, yakni wajib
dilaksanakan. Shalat fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan
yakni :

a. Fardhu 'Ain, yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk


dalam shalat ini adalah shalat lima waktu dan shalat Jumat untuk pria.

b. Fardhu Kifayah, yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun


akan gugur dan menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim
yang lain. Yang termasuk dalam kategori ini adalah shalat jenazah.

Shalat lima waktu adalah shalat fardhu (shalat wajib) yang dilaksanakan
lima kali sehari. Hukum shalat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh
setiap Muslim atau muslimah yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali
berhalangan karena sebab tertentu.
َ ‫س َوا ْل ُج ْم َعةُ ِإلَى ا ْل ُج ْم َع ِة َكفَّا َرةٌ لِ َما بَ ْينَ ُهنَّ َما لَ ْم تُ ْغ‬
‫ش‬ ُ ‫صلَواتُ ا ْل َخ ْم‬ َّ ‫سلَّ َم قَا َل ال‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫عَنْ َأبِي ُه َر ْي َرةَ َأنَّ َر‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬
ْ ‫ضانَ ُم َكفِّ َراتٌ َما بَ ْينَ ُهنَّ ِإ َذا‬
)‫اجتَنَ َب ا ْل َكبَاِئ َر‬ َ ‫ضانُ ِإلَى َر َم‬ َ ‫ ( َو َر َم‬:‫ و في رواية‬.‫ا ْل َكبَاِئ ُر‬

Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, "Shalat
lima waktu dan shalat Jum'at ke shalat Jum'at berikutnya menjadi pelebur dosa di
antara shalat-shalat itu selama tidak melakukan dosa besar. Puasa Ramadhan hingga
Ramadhan berikutnya menjadi pelebur dosa antara keduanya apabila meninggalkan
dosa besar." {Muslim 1/144}

َّ ‫سلَّ َم يَقُو ُل بَيْنَ ال َّر ُج ِل َوبَيْنَ الش ِّْر ِك َوا ْل ُك ْف ِر ت َْر َك ال‬
‫صاَل ِة‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ َ ‫عَنْ َجابِ ٍر قَا َل‬.
ُ ‫س ِمعْتُ َر‬

Dari Jabir RA, ia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
'Antara seorang {muslim} dengan syirik dan kafir adalah meninggalkan shalat.'
{Muslim 1/62}

Shalat lima waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah
menurunkan perintah shalat ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Kelima shalat lima waktu
tersebut adalah:

‫ا لَ ْم‬€€‫ ِه َم‬€ِ‫س َو َكانَ ِظ ُّل ال َّر ُج ِل َكطُول‬ َّ ‫ظ ْه ِر ِإ َذا َزالَتْ ال‬


ُ ‫ش ْم‬ ُّ ‫سلَّ َم قَا َل َو ْقتُ ال‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو َأنَّ َر‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬
‫ف‬ ِ €‫ص‬ ْ ِ‫ا ِء ِإلَى ن‬€‫ش‬َ ‫اَل ِة ا ْل ِع‬€‫ص‬ َ ُ‫ق َو َو ْقت‬ُ َ‫ف‬€‫الش‬
َّ ‫ب َما لَ ْم يَ ِغ ْب‬ َ ُ‫س َو َو ْقت‬
ِ ‫صاَل ِة ا ْل َم ْغ ِر‬ ُ ‫ش ْم‬َّ ‫َصفَ َّر ال‬
ْ ‫ص ِر َما لَ ْم ت‬ْ ‫ص ُر َو َو ْقتُ ا ْل َع‬
ْ ‫ض ْر ا ْل َع‬ ُ ‫يَ ْح‬
‫ ُع‬€ ُ‫ا تَ ْطل‬€€‫صاَل ِة فَِإنَّ َه‬ ِ ‫س فََأ ْم‬
َّ ‫سكْ عَنْ ال‬ َّ ‫س فَِإ َذا طَلَ َعتْ ال‬
ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫وع ا ْلفَ ْج ِر َما لَ ْم تَ ْطلُ ْع ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ِ ُ‫ح ِمنْ طُل‬
ِ ‫الص ْب‬ َ ‫اللَّ ْي ِل اَأْل ْو‬
َ ُ‫س ِط َو َو ْقت‬
ُّ ‫صاَل ِة‬
‫ش ْيطَا ٍن‬
َ ‫بَيْنَ قَ ْرنَ ْي‬

Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash RA, bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda, "Waktu Zhuhur adalah apabila matahari telah condong sedikit ke Barat
hingga bayangan seseorang menyamai panjangnya, selama waktu Ashar belum tiba.
Waktu Ashar adalah selama matahari belum menguning, waktu Maghrib adalah
selama mega merah belum menghilang, waktu Isya adalah hingga separuh malam
yang tengah, dan waktu Shubuh adalah sejak terbit fajar sampai sebelum matahari
terbit. Maka jika matahari telah terbit, janganlah kamu lakukan shalat, karena
matahari terbit di antara dua tanduk syetan. {Muslim 2/105}
1) Subuh, terdiri dari 2 raka'at. Waktu Shubuh diawali dari terbirnya
fajar, yakni cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh
berakhir ketika terbitnya Matahari.

َ ‫ ٌد‬€‫و ُل لَنْ يَلِ َج النَّا َر َأ َح‬€€ُ‫لَّ َم يَق‬€‫س‬


‫ َل‬€‫لَّى قَ ْب‬€‫ص‬ َ ‫ ِه َو‬€‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬
ُ ‫س ِمعْتُ َر‬ َ ‫عَنْ َأبِي بَ ْك ِر ْب ِن ُع َما َرةَ ْب ِن ُرَؤ ْيبَةَ عَنْ َأبِي ِه قَا َل‬
ُ ‫لَّى هَّللا‬€‫ص‬
َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ €‫س‬ ُ ‫ َذا ِمنْ َر‬€‫ ِمعْتَ َه‬€‫س‬ َ َ‫ص َر ِة آ ْنت‬ ْ َ‫ص َر فَقَا َل لَهُ َر ُج ٌل ِمنْ َأه ِْل ا ْلب‬
ْ ‫س َوقَ ْب َل ُغ ُروبِ َها يَ ْعنِي ا ْلفَ ْج َر َوا ْل َع‬
ِ ‫ش ْم‬ ِ ُ‫طُل‬
َّ ‫وع ال‬
َ َ‫س ِم َع ْتهُ ُأ ُذن‬
‫اي َو َوعَاهُ قَ ْلبِي‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ِل هَّللا‬ َ ‫ش َه ُد َأنِّي‬
ُ ‫س ِم ْعتُهُ ِمنْ َر‬ ْ ‫سلَّ َم قَا َل نَ َع ْم قَا َل ال َّر ُج ُل َوَأنَا َأ‬
َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
Dari Abu Bakar bin 'Umarah bin Ru'aibah, dari ayahnya, dia berkata,
"Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak akan masuk neraka orang
yang melakukan shalat sebelum matahari terbit dan sebelum terbenamnya
{yakni, shalat Subuh dan Ashar}.' Kemudian dia ditanya oleh seorang laki-laki
dari Bashrah, "Apakah kamu mendengar hadits ini dari Rasulullah SAW.?"
Dia menjawab, "Ya". Laki-laki itu berkata, "Saya bersaksi bahwa saya telah
mendengarnya dari Rasulullah SAW dengan dua telinga saya dan dengan
sepenuh hati saya." {Muslim 2/114}

2) Zuhur, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Zhuhur diawali jika Matahari


telah tergelincir (condong) ke arah barat hingga bayangan seseorang
menyamai panjangnya, dan berakhir ketika masuk waktu Ashar.

3) Asar, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Ashar adalah selama matahari


belum menguning. Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya Matahari.

4) Magrib, terdiri dari 3 raka'at. Waktu Maghrib adalah selama mega


merah belum menghilang yang diawali dengan terbenamnya Matahari, dan
berakhir dengan masuknya waktu Isya.

5) Isya, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Isya adalah hingga separuh malam
yang tengah yang diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit
barat, dan berakhir hingga terbitnya fajar keesokan harinya.
Khusus pada hari Jumat, Muslim laki-laki wajib melaksanakan Shalat
Jumat di masjid secara berjamaah (bersama-sama) sebagai pengganti Shalat
Zhuhur. Shalat Jumat tidak wajib dilakukan oleh perempuan, atau bagi mereka
yang sedang dalam perjalanan (musafir).

2. Sholat Sunah
Sholat yang dianjurkan jika dikerjakan mendapat pahala jika
ditinggalkan tidak berdosa. Contoh Sholat Sunah yang biasanya dilakukan
setiap hari yaitu Sholat Dhuha, Sholat Tahajud dan Sholat sunah yang lainnya.
Shalat sunah disebut juga salat an-nawâfil atau at-tatawwu’. Yang
dimaksud dengan an-nawâfil ialah semua perbuatan yang tidak termasuk
dalam fardhu. Disebut an-nawâfil karena amalan-amalan tersebut
menjadi tambahan atas amalan-amalan shalat fardhu.

Menurut Mazhab Hanafi, shalat an-nawâfil terbagi atas 2 macam,


yaitu :
1) Shalat masnûnah ialah shalat-shalat sunah yang selalu
dikerjakan Rasulullah, jarang ditinggalkan, sehingga disebut juga
dengan shalat mu’akkad (dipentingkan)
2) Shalat mandûdah adalah shalat-shalat sunah yang kadang
dikerjakan oleh Rasulullah, kadang-kadang juga tidak dikerjakan,
sehingga disebut dengan shalat ghairu mu’akkad (kurang
dipentingkan).

Shalat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni :


1) Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan
penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari
raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.
2) Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa
penekanan yang kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang
sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat
khusuf yang hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
Menurut Pelaksanaan Shalat sunah ada yang dilakukan secara
sendiri-sendiri (munfarid) diantaranya:
1) Shalat Wudhu
2) Shalat Tahiyyatul Masjid
3) Shalat Taubat
4) Shalat Dhuha
5) Shalat Tahajjud
6) Shalat Rawatib
7) Shalat Istikhoroh
8) Shalat Muthlaq
9) Shalat Safar

Sedangkan yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain:


1) Salat Tarowih
2) Shalat Dua Hari Raya
3) Shalat Gerhana
4) Shalat Istisqo’
5) Shalat Witir

a. Shalat Rawatib
Shalat Rawatib adalah shalat sunah yang dikerjakan menyertai shalat
fardu. Shalat sunah ini terbagi dalam shalat mu’akkad dan ghairu mu’akkad.
Adapun yang termasuk dalam shalat-Shalat Sunah Rawatib adalah sebagai
berikut :

‫ ْج َدتَ ْي ِن‬€‫س‬
َ ‫ب‬ ِ ‫ ِر‬€‫ َد ا ْل َم ْغ‬€‫ ْج َدتَ ْي ِن َوبَ ْع‬€‫س‬
َ ‫س ْج َدتَ ْي ِن َوبَ ْع َدهَا‬ ُّ ‫سلَّ َم قَ ْب َل ال‬
َ ‫ظ ْه ِر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ِل هَّللا‬ُ ‫صلَّيْتُ َم َع َر‬ َ ‫عَنْ ا ْب ِن ُع َم َر َقا َل‬
‫ل َم فِي‬€‫س‬ َّ ‫هَّللا‬
َ ‫ ِه َو‬€‫لى ُ َعلَ ْي‬€‫ص‬ َّ َ ‫ َع النَّبِ ِّي‬€‫ليْتُ َم‬€‫ص‬ َّ َ ُ ْ
َ ‫ة ف‬€‫ب َوال ِعشَا ُء َوال ُج ُم َع‬ْ ْ ْ ‫ََأ‬
ُ ‫س ْج َدتَ ْي ِن ف َّما ال َمغ ِر‬ ْ َ ‫َوبَ ْع َد ا ْل ِعشَا ِء‬
َ ‫س ْج َدتَ ْي ِن َوبَ ْع َد ال ُج ُم َع ِة‬
‫َب ْيتِ ِه‬

Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, "Saya pernah shalat sunah
bersama Rasulullah SAW dua rakaat sebelum shalat Zhuhur, dua rakaat
sesudah shalat Zhuhur, dua rakaat setelah shalat Maghrib, dua rakaat
setelah shalat Isya' dan dua rakaat setelah shalat Jum'at. Adapun shalat
sunah setelah shalat Maghrib, Isya' dan Jum'at tersebut saya lakukan
bersama Nabi SAW di rumah beliau." {Muslim 2/162}

1) Mu’akkad
a) Dua rakaat sebelum sholat subuh
b) Dua rakaat sebelum sholat zuhur
c) Dua rakaat sesudah sholat zuhur
d) Dua rakaat sesudah sholat maghrib
e) Dua rakaat sesudah sholat isya

2) Ghairu Mu’akkad
a) Empat rakaat sebelum dan sesudah zuhur
b) Empat rakaat sebelum asar
c) Empat rakaat sebelum maghrib

Masing-masing berdasarkan rincian hadist-hadist berikut:


 Dari Ummu Habibah: “Nabi SAW bersabda: Barangsiapa
mengerjakan empat rakaat sebelum Zuhur dan empat rakaat
sesudahnya maka Allah mengharamkan baginya dari api neraka.” (H.R.
Tirmizi).
 “Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
Allah memberi rahmat kepada orang yang mengerjakan shalat empat
rakaat sebelum shalat Asar” (H.R. Tarmizi).
 Hadist Nabi Muhammad SAW: “Dari Abdullah bin Mughafal,
Nabi SAW bersabda: Shalatlah kamu sebelum Maghrib, shalatlah kamu
sebelum Maghrib. Kemudian Nabi mengatakan yang ketiga kalinya
bagi yang menghendakinya.” (H.R. Bukhari).

a. Sholat Dhuha
Shalat Dhuha (Arab: ‫حى‬¢¢¢‫الة الض‬¢¢¢‫ )ص‬adalah shalat sunah yang dilakukan
seorang muslim ketika waktu duha. Waktu duha adalah waktu ketika matahari mulai
naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga
waktu zuhur. Jumlah rakaat shalat duha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat.
Dan dilakukan dalam satuan 2 rakaat sekali salam.
Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika
matahari sedang naik. Kira-kira, ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak
terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah raka'at shalat
dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka'at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka'at sekali
salam.

ِ ‫سو ُل هَّللا‬ َ ‫ط َوِإنِّي ُأَل‬


ُ ‫سبِّ ُح َها َوِإنْ َكانَ َر‬ ُّ َ‫الض َحى ق‬ُّ َ‫س ْب َحة‬ُ ‫صلِّي‬ َ ُ‫سلَّ َم ي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫شةَ َأنَّ َها قَالَتْ َما َرَأيْتُ َر‬ َ ‫عَنْ عَاِئ‬
‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬ ُ َّ‫شيَةَ َأنْ يَ ْع َم َل بِ ِه الن‬
َ ‫اس فَيُ ْف َر‬ ْ ‫سلَّ َم لَيَ َد ُع ا ْل َع َم َل َو ُه َو يُ ِح ُّب َأنْ يَ ْع َم َل بِ ِه َخ‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ

Dari Aisyah RA. dia berkata, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah
SAW melakukan shalat sunah Dhuha, namun aku selalu melakukannya. Jika
Rasulullah SAw meninggalkan suatu amalan padahal beliau senang
melakukannya, itu adalah karena khawatir amalan tersebut dilakukan oleh
orang banyak lalu diwajibkan atas mereka." {Muslim 2/156}

Manfaat atau faedah Shalat Dhuha yang dapat diperoleh dan dirasakan
oleh orang yang melaksanakan Shalat Dhuha adalah dapat melapangkan dada
dalam segala hal terutama dalam hal rizki, sebab banyak orang yang terlibat
dalam hal ini.
Dr. Ebrahim Kazim, seorang dokter, peneliti, serta direktur dari Trinidad
Islamic Academy-menyatakan bahwa gerakan teratur dari shalat menguatkan otot
berserta tendonnya, sendi serta berefek luar biasa terhadap sistem kardiovaskular.
Terlebih lagi shalat dhuha tidak hanya berguna untuk mempersiapkan diri
menghadapi hari dengan rangkaian gerakan teraturnya, tetapi juga menangkal stress
yang mungkin timbul dalam kegiatan sehari-hari, sesuai dengan keterangan dr.
Ebrahim Kazim tentang shalat, "Ada ketegangan yang lenyap karena tubuh secara
fisiologis mengelurakan zat-zat seperti enkefalin dan endorfin. Zat ini sejenis morfin,
termasuk opiat. Efek keduanya juga tidak berbeda dengan opiate lainnya. Bedanya,
zat ini alami, diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat dan terkontrol.
Hadis Rasulullah terkait shalat Dhuha antara lain :
 "Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya
istana disurga." (H.R. Tirmiji dan Abu Majah).
 "Siapapun yang melaksanakan shalat duha dengan langgeng, akan diampuni
dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan." (H.R

Tirmidzi)Dari Ummu Hani bahwa rasulullah   shalat dhuha 8 rakaat dan


bersalam tiap dua rakaat. (HR Abu Daud)

 Dari Zaid bin Arqam berkata, "Nabi   keluar ke penduduk Quba dan
mereka sedang shalat dhuha." Ia bersabda, "Shalat awwabin (duha‘) berakhir
hingga panas menyengat (tengah hari)." (HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi).
 Rasulullah bersabda di dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai
anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat
duha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore
harinya.” (HR Hakim & Thabrani)
 "Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat shalatnya setelah
shalat shubuh karena melakukan iktikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat
shalat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-
dosanya akan diampuni meskipun banyaknya melebihi buih di lautan." (HR
Abu Daud)

 Dari Abi Zar dari nabi  , dia bersabda, Setiap pagi ada kewajiban untuk
bersedekah untuk tiap-tiap persendian (ruas). Tiap-tiap tasbih adalah
sedekah, riap-tiap tahlil adalah sedekah, tiap-tiap takbir adalah sedekah, dan
menganjurkan kebaikan serta mencegah kemungkaran itu sedekah. Cukuplah
menggantikan semua itu dengan dua raka'at shalat dhuha.” (HR Muslim)

Pada dasarnya doa setelah shalat duha dapat menggunakan doa apapun.
Bahkan pernah tercatat nabi beristighfar seusai shalat duha dan dilanjutkan dengan
doa lain. Doa yang biasa dilakukan selepas shalat duha adalah :

‫ اَللهُ َّم اِ ْن‬. َ‫ َمتُك‬¢‫ص‬


ْ ‫ َمةَ ِع‬¢‫ص‬ْ ‫ َو ْال ِع‬،‫ك‬
َ ُ‫ ْد َرت‬¢ُ‫ ْد َرةَ ق‬¢ُ‫ َو ْالق‬،‫ك‬
َ ¢ُ‫ َّوةَ قُ َّوت‬¢ُ‫ َو ْالق‬،َ‫ َو ْال َج َما َل َج َمالُك‬، َ‫ َو ْالبَهَا َء بَهَاءُك‬،َ‫ض َحا ُءك‬
ُ ‫اَللهُ َّم اِ َّن الضُّ َحآ َء‬
‫دًا‬¢ْ‫انَ بَ ِعي‬¢‫انَ َح َرامًا فَطَهِّرْ هُ َواِ ْن َك‬¢‫رْ هُ َواِ ْن َك‬¢‫ض فََأ ْخ ِرجْ هُ َواِ ْن َكانَ ُم َع َّسرًا فَيَ ِّس‬ ِ ْ‫َكانَ ِر ْزقَى فِى ال َّس َمآ ِء فََأ ْن ِز ْلهُ َواِ ْن َكانَ فِى ْاالَر‬
َ ِ‫ك َوقُ ْد َرت‬
َ‫ك آتِنِ ْى َمآاَتَيْتَ ِعبَادَكَ الصَّالِ ِح ْين‬ َ ِ‫ك َوقُ َّوت‬
َ ِ‫ك َو َج َمال‬
َ ‫ك َوبَهَا ِء‬
َ ‫ُحا ِء‬ ِّ ‫فَقَ ِّر ْبهُ بِ َح‬
َ ‫قض‬
Dalam tulisan latin: "Allahumma innad dhuha-a dhuha-uka, wal baha-a
baha-uka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka,
wal 'ismata 'ismatuka. Allahumma in kana rizqi fis sama-i fa-anzilhu, wa in kana
fil ardhi fa akhrijhu, wa in kana mu’assaron fa yassirhu, wa in kana haroman
fathohhirhu, wa in kana ba’idan faqorribhu, bihaqqi dhuha-ika, wa baha-ika,
wa jamalika, wa quwwatika, wa qudrotika, aatini ma atayta 'ibadakas sholihin".

Artinya:
"Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktu dhuha-Mu, dan
keagungan itu adalah keagungan-Mu, dan keindahan itu adalah keindahan-Mu,
dan kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, dan perlindungan itu adalah
perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit, maka
turunkanlah, jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika masih sukar,
maka mudahkanlah, jika (ternyata) haram, maka sucikanlah, jika masih jauh,
maka dekatkanlah, Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan
kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan
kepada hamba-hambaMU yang sholeh".

 Dalam Fatwa Mufti Markaz Al Fatawa – Asy Syabkah Al Islamiyah,


Dr ‘Abdullah Al Faqih, Fatwa no. 53488, 1 Sya’ban 1425, diterangkan : do’a
Dhuha seperti ini (“Allahumma innadhuha dhuha-uka, wal bahaa baha-uka,
wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal
‘ismata ‘ismatuka dst) tidak ditemukan dalam berbagai kitab yang
menyandarkan doa ini sebagai hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Do'a seperti itu ditulis oleh Asy Syarwani dalam Syarh Al Minhaj dan
Ad Dimyathi dalam I’anatuth Tholibiin, namun doa ini tidak dikatakan sebagai
hadis.

b. Shalat Tahajud
Shalat tahajud adalah shalat sunnat yang dikerjakan di malam hari atau
sepertiga malam setelah terjaga dari tidur. Shalat tahajjud termasuk shalat sunnat
mu'akad (shalat yang dikuatkan oleh syara'). Shalat tahajud dikerjakan sedikitnya dua
rakaat dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas.Shalat tahajjud dapat dilakukan
kapanpun pada malam hari. Namun waktu paling utama untuk melakukannya adalah
pada sepertiga akhir malam (pukul 1 dinihari sampai masuk waktu fajar. Walaupun
begitu, shalat tahajjud dapat dilaksanakan sejak setelah selesai shalat isya sampai
pukul 10 malam (sepertiga malam pertama) dan pada pukul 10 malam sampai 1
dinihari (sepertiga malam kedua).
Shalat tahajud merupakan kehormatan bagi seorang muslim, sebab
mendatangkan kesehatan, menghapus dosa-dosa yang dilakukan siang hari,
menghindarkannya dari kesepian dialam kubur, mengharumkan bau tubuh,
menjaminkan baginya kebutuhan hidup, dan juga menjadi hiasan surga. Selain itu,
shalat tahajjud juga dipercaya memiliki keistimewaan lain, di mana bagi orang yang
mendirikan shalat tahajjud diberikan manfaat, yaitu keselamatan dan kesenangan
di dunia dan akhirat, antara lain wajahnya akan memancarkan cahaya keimanan, akan
dipelihara oleh Allah dirinya dari segala macam marabahaya, setiap perkataannya
mengandung arti dan dituruti oleh orang lain, akan mendapatkan perhatian dan
kecintaan dari orang-orang yang mengenalinya, dibangkitkan dari kuburnya dengan
wajah yang bercahaya, diberi kitab amalnya ditangan kanannya, dimudahkan
hisabnya, berjalan di atas shirat bagaikan kilat.

Ketika menerangkan shalat tahajjud, Nabi Muhammad SAW bersabda, Shalat


tahajud adalah sarana (meraih) keridhaan Tuhan, kecintaan para malaikat, sunah
para nabi, cahaya pengetahuan, pokok keimanan, istirahat untuk tubuh, kebencian
para setan, senjata untuk (melawan) musuh, (sarana) terkabulnya doa, (sarana)
diterimanya amal, keberkatan bagi rezeki, pemberi syafaat di antara yang
melaksanakannya dan di antara malaikat maut, cahaya di kuburan (pelaksananya),
ranjang dari bawah sisi (pelaksananya), menjadi jawaban bagi Munkar dan Nakir,
teman dan penjenguk di kubur (pelaksananya) hingga hari kiamat, ketika pada hari
kiamat shalat tahajud itu akan menjadi pelindung di atas (pelaksananya), mahkota di
kepalanya, busana bagi tubuhnya, cahaya yang menyebar didepannya, penghalang di
antaranya dan neraka, hujah (dalil) bagi mukmin dihadapan Allah SWT, pemberat
bagi timbangan, izin untuk melewati Shirathal-Mustaqim, kunci surga
Shalat Tahajud  adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu malam,
dimulai selepas isya sampai menjelang subuh. Jumlah rakaat pada shalat ini tidak
terbatas, mulai dari 2 rakaat, 4, dan seterusnya.
Pembagian Keutamaan Waktu Shalat Tahajud
1) Sepertiga malam, kira-kira mulai dari jam 19.00 samapai jam 22.00
2) Sepertiga kedua, kira-kira mulai dari jam 22.00 sampai dengan jam
01.00
3) Sepertiga ketiga, kira-kira dari jam 01.00 sampai dengan masuknya
waktu   subuh

Rukun Shalat Tahajud


Shalat tahajud memiliki 13 rukun yang wajib diikuti, karena rukun ini
adalah shalat sahnya shalat. Berikut rukun shalat tahajud:
1) Niat
2) Berdiri (bagi yang mampu)
3) Takbiratul ihram
4) Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat
5) Rukuk
6) tuma’ninah
7) Iktidal setelah rukuk dan tuma'ninah
8) Sujud dua kali dengan tuma'ninah
9) Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah
10) Duduk dan membaca tasyahud akhir
11) Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir
12) Membaca salam
13) Tertib

Selayaknya setelah sholat kita akan memohon ampun dan ridho dari Allah
SWT dengan memanjatkan dzikir doa.

Dzikir setelah Tahajud.

‫ي ْالقَيُّو َم َوَأتُوبُ ِإلَ ْي ِه‬


َّ ‫َأ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ الَّ ِذي اَل ِإلَهَ ِإاَّل ه َُو ْال َح‬

Astaghfirullôhal ‘azhîm alladzî lâ ilâha illâ huwal hayyul qoyyûm wa atûbu ilaih.

Artinya:
Saya memohon kepada Allah yang maha agung, yang tiada tuhan selain Dia
Yang Hidup dan Berdiri dan saya bertobat kepada-Nya.

Adapun doa yang biasanya dibaca setelah sholat tahajud adalah sebagai berikut.

‫ا‬¢¢‫ت َو َم‬ُ ْ‫ا اَ َّخر‬¢‫ت َو َم‬ ُ ‫ َّد ْم‬¢َ‫ا ْغفِرْ لِ ْي َماق‬¢¢َ‫ت ف‬


ُ ‫ ا َك ْم‬¢‫ك َح‬
َ ¢‫ت َواِلَ ْي‬ُ ‫ ْم‬¢‫اص‬ َ َ‫كَ خ‬¢¢ِ‫ْت َوب‬ ُ ‫ك اَنَب‬ ُ ‫ َو َّك ْل‬¢َ‫ك ت‬
َ ¢‫ت َواِلَ ْي‬ َ ¢‫ت َو َعلَ ْي‬ ُ ‫ك اَ َم ْن‬ ُ ‫ك اَ ْسلَ ْم‬
َ ِ‫ت َوب‬ َ َ‫اَللهُ َّم ل‬
ِ‫ َوالَ َحوْ َل َوالَ قُ َّوةَ اِالَّ بِاهلل‬. َ‫ اَ ْنتَ ْال ُمقَ ِّد ُم َواَ ْنتَ ْال ُمَؤ ِّخ ُر الَاِلَهَ اِالَّ اَ ْنت‬.‫ت َو َما اَ ْنتَ اَ ْعلَ ُم بِ ِه ِمنِّ ْي‬ ُ ‫ت َو َما اَ ْعلَ ْن‬ُ ْ‫اَ ْس َرر‬

Allaahumma Laka Aslamtu, Wa Bika Aamantu, Wa ‘Alaika Tawakkaltu, Wa Ilaika


Anabtu, Wa Bika Khaashamtu, Wa Ilaika Haakamtu, Faghfirlii Maa Qaddamtu, Wa
Maa Akh-Khartu, Wa Maa Asrartu, Wa Maa A’lantu, Wa Maa Anta A’lamu
Bihiminnii. Antal Muqaddimu, Wa Antal Mu’akhkhiru, Laa Ilaaha Illaa Anta, Wa
Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah.
Artinya:
Ya Allah! Hanya kepada.Mu lah aku berserah diri, hanya kepada.Mu lah aku
beriman, hanya kepada.Mu lah aku bertawakkal hanya kepada.Mu lah aku
kembali, hanya dehgan.Mu lah kuhadapi musuhku, dan hanya kepada.Mu lah
aku berhukum. Oleh Sebab itu ampunilah segala dosaku, yang sudah kulakukan
dan yang (mungkin) akan kulakukan, yang kurahasiakan dan yang kulakukan
secara terang-terangan, dan dosa-dosa lainnya yang Engkau lebih
mengetahuinya daripada aku. Engkaulah Yang Maha Terdahulu dan Engkaulah
Yang Maha Terakhir. Tiada Tuhan selain Engkau, dan Tiada daya upaya serta
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Atau.
"ALLAHUMMA LAKAL HAMDU ANTA NUURUSSAMAAWAATI WAL ARDHI WA
MAN FIIHINNA. WALAKAL HAMDU ANTA QOYYIMUSSAMAAWAATI WAL
ARDHI WA MAN FIHINNA. WALAKAL HAMDU ANTA ROBBUSSAMAAWAATI
WAL ARDHI WA MAN FIIHINNA WALAKAL HAMDU ANTA
MULKUSSAMAAWAATI WAL ARDHI WA MAN FIIHINNA WALAKAL HAMDU
ANTA MULIKUSSAMAAWAATI WAL ARDHI WALAKAL HAMDU, ANTAL HAQQU
WA WA'DUKAL HAQQU, WA QOULUKAL HAQQU, WA LIQOO UKAL HAQQU.
WALJANNATU HAQQUN WANNAARU HAQQUN WANNABIYYUUNA HAQQUN,
WA MUHAMMADUN HAQQUN, WASSAA'ATU HAQQUN. ALLAHUMMA LAKA
ASLAMTU. WA 'ALAIKA TAWAKKALTU. WABIKA AAMANTU. WA ILAIKA
AANABTU. WABIKA KHOOSHOMTU. WA ILAIKA HAAKAMTU. FAGHFIRLIIY
MAA QODDAMTU WA MAA AKHKHORTU. WA MAA ASRORTU WA MAA A'
LANTU. ANTAL MUQODDIMU WA ANTAL MU AKHKHIRU. LAA ILAA HA ILLAA
ANTA ANTA ILAAHII LAA ILAAHA ILLAA ANTA WA LAA HAULA WA LAA
QUWWATA ILLA BILLAAHI".

Yang artinya:
Ya Allah, bagimu segala puji. Engkau-lah (Allah) penegak langit dan bumi dan alam
semesta serta segala isinya. Bagimulah segala puji, Engkau (Allah) Raja penguasa
langit dan bumi. Bagimu-lah (Allah) segala puji, pemancar cahaya langit dan bumi.
Bagimu-lah (Allah) segala puji, Engkau-lah (Allah) yang hak dan janjimu adalah
benar dan perjumpaanmu itu adalah hak dan firmanmu adlh benar, dan surga adlh hak
dan Neraka adlh hak dan Nabi – Nabi itu hak benar dan Nabi Muhammad Saw adalah
benar, dan saat hari Kiamat itu benar. Ya Allah kepadamulah kami berserah diri
(bertawakal) kepada Engkau jualah kami kembali dan kepadamulah kami rindu dan
kpd engkaulah kami berhukum. Ampunilah kami atas kesalahan yang sudah kami
lakukan dan yang sebelumnya baik yang kami sembunyikan maupun yang kami
nyatakan. Engkaulah Tuhan yang terdahulu dan Tuhan yang terakhir, Tiada Tuhan
melainkan Engkau Allah Rabbul Alamin. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan
Allah.

c. Shalat Sunnat Wudhu’


Shalat sunat wudhu’ atau yang disebut juga dengan shalat syukrul wudhu
adalah shalat yang dikerjakan setelah berwudhu’.Tata cara pelaksanaannya adalah :

1)      Sehabis berwudhu kita disunahkan membaca doa :

‫لَّ َم‬€‫س‬ َ ‫ ِه َو‬€‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬€‫ص‬ َ ِ ‫و َل هَّللا‬€‫س‬ ُ ‫َأد َْر ْكتُ َر‬€َ‫ ٍّي ف‬€‫ش‬ ِ ‫عَنْ ُع ْقبَةَ ْب ِن عَا ِم ٍر قَا َل َكانَتْ َعلَ ْينَا ِرعَايَةُ اِإْل بِ ِل فَ َجا َءتْ نَ ْوبَتِي فَ َر َّو ْحتُ َها بِ َع‬
‫ ِه‬€ِ‫ا بِقَ ْلب‬€€‫ ٌل َعلَ ْي ِه َم‬€ِ‫لِّي َر ْك َعتَ ْي ِن ُم ْقب‬€‫ص‬ َ ُ‫و ُم فَي‬€ُ‫و َءهُ ثُ َّم يَق‬€‫ض‬ ُ ‫نُ ُو‬€‫س‬ ِ ‫ُأ فَيُ ْح‬€‫ض‬ ْ ‫اس فََأد َْر ْكتُ ِمنْ قَ ْولِ ِه َما ِمنْ ُم‬
َّ ‫لِ ٍم يَت ََو‬€‫س‬ َ َّ‫ِّث الن‬ ُ ‫قَاِئ ًما يُ َحد‬
َ َ َ َ َ َ ‫َأ‬
‫ ْد‬€‫ا َل ِإنِّي ق‬€€‫ ُر ق‬€‫ِإذا ُع َم‬€‫ي يَقُو ُل التِي ق ْبلَ َها ْج َو ُد فنَظ ْرتُ ف‬ َ َّ َ َ َ ‫َأ‬ ْ َ َ ُ ْ
َّ ‫َو َو ْج ِه ِه ِإاَّل َو َجبَتْ لَهُ ال َجنَّة قا َل فقُلتُ َما ْج َو َد َه ِذ ِه فِإذا قاِئ ٌل بَيْنَ يَ َد‬
‫هَّللا‬ ‫د‬ €‫ب‬ ‫ع‬ ‫ًا‬
ِ ُ ْ َ َّ َ ُ َّ‫ُ َ ن‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫َأ‬ ‫و‬ ‫هَّللا‬ ‫اَّل‬ ‫ه‬ € َ ‫ل‬
‫َ ُ نْ ِإ َ ِإ‬ ‫اَل‬ ‫َأ‬ ‫د‬‫ه‬ € ‫ش‬
ْ ‫َأ‬ ‫ل‬ ُ
ُ َ َّ َ ‫و‬€‫ض‬
‫و‬€ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫م‬ُ ‫ث‬ ‫ء‬ ُ ‫سبِ ُغ ا ْل َو‬ْ ُ‫ضُأ فَيُ ْبلِ ُغ َأ ْو فَي‬
َّ ‫َرَأ ْيتُ َك ِجْئتَ آ ِنفًا قَا َل َما ِم ْن ُك ْم ِمنْ َأ َح ٍد يَتَ َو‬
‫اب ا ْل َجنَّ ِة الثَّ َمانِيَةُ يَد ُْخ ُل ِمنْ َأيِّ َها شَا َء‬ُ ‫سولُهُ ِإاَّل فُتِ َحتْ لَهُ َأ ْب َو‬
ُ ‫َو َر‬
Dari Uqbah bin Amir RA, dia berkata, "Kami pernah ditugaskan
menggembala unta dan tiba giliran saya, maka di suatu senja unta-unta
tersebut saya giring menuju kandang. Tiba-tiba saya mendapatkan Rasulullah
SAW sedang berbicara dengan sekumpulan orang sambil berdiri. Diantara
sabda beliau yang dapat saya ingat adalah, 'Bila seorang muslim berwudhu
lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian melakukan shalat dua rakaat
dengan hati dan wajah yang khusyu', maka ia akan masuk surga." Uqbah
berkata, "Aku berkata, 'Alangkah bagusnya ini.' Tiba-tiba ada seorang di dekat
saya berkata, "Yang sebelumnya lebih bagus." Setelah saya melihatnya,
ternyata orang yang berkata tersebut adalah Umar RA. Dia berkata, "Saya
memperhatikanmu saat kamu baru tiba." Lalu berkata, "Barang siapa di antara
kalian berwudhu lalu menyempurnakannya kemudian mengucapkan,
"Asyhadu alla ilaaha lllallahu wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa
rasuuluh" (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya) pasti akan dibukakan
baginya delapan pintu surga yang dapat dimasuki dari mana saja ia
kehendaki." {Muslim 1/144}

2)      Selesai membaca doa tersebut,lalu melaksanakan shalat sunah wudhu 2


rakaat.
3) Shalat ini dikerjakan 2 rakaat sebagaimana shalat yang lain dengan
ikhlas sampai salam.

b. Shalat Tahiyyatul Masjid


Shalat Tahiyyatul Masjid adalah shalat yang dilakukan sebagai penghormatan
terhadap masjid, dilakukan oleh orang yang masuk ke dalam mesjid sebelum ia
duduk.dikerjakan dua raka’at. Cara pengerjaannya sama dengan sholat sunat yang
lainnya.

c. Shalat Taubat
Shalat Taubat adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim jika ingin
bertaubat terhadap kesalahan yang pernah ia lakukan. Shalat taubat dilaksanakan dua
raka'at dengan waktu yang bebas kecuali pada waktu yang diharamkan untuk
melakukan shalat.

d. Shalat Istikhoroh
Shalat istikhoroh adalah shalat sunnah yang dikerjakan untuk memohon
kepada Allah agar memberikan pilihan yang lebih baik dari dua perkara (pilihan) atau
lebih untuk menghapus keraguan hati dalam memilih, agar tidak menyesal dilain hari
nanti.
Waktu mengerjakannya adalah setiap saat ada kepentingan asalkan tidak
waktu yang dilarang untuk mengerjakan shalat sunnah, baik siang maupun malam
hari.Namun utamanya jika dikerjakan dimalam hari sebagaimana shalat tahajud, pada
sepertiga malam yang terakhir.

e. Shalat Muthlaq
Shalat Muthlak adalah shalat yang dikerjakan sewaktu-waktu, kecuali pada
yang dilarang untuk mengerjakan shalat sunnat, misalnya sesudah shalat subuh dan
shalat ashar.
Waktu-waktu yang dilarang dalam mengerjakan shalat mutlak:
1) Disaat matahari akan terbit sampai naik sepenggalah (setinggi
tombak).
2) Disaat matahari berada ditengah-tengah persis sampai tergelincir
kebarat (lingsir).
3) Disaat matahari akan terbenam sampai terbenam secara sempurna (tiba
waktu maghrib).
4) Setelah shalat ashar sampai matahari terbenam.
5) Setelah shalat subuh sampai matahari naik sepenggalah (setinggi
tombak).

f. Shalat Safar
Apabila seseorang hendak berpergian, sebelum meninggalkan rumah, ia
dianjurkan mengerjakan solat safar dua rakaat; demikian pula sesudah tiba di rumah
kembali.
Caranya sama dengan mengerjakan solat subuh, hanya niatnya berlainan, yaitu
berniat solat safar sunnat karena Allah SWT. Selesai solat berdoalah agar perjalanan
diridhai, dimudahkan dan diselamatkan Allah SWT. dalam perjalanan, baik pribadi,
tugas maupun keluarga yang ditinggalkan.

ْ €‫ي فَقُ ْلتُ لِ ُع‬


‫ا ُل‬€€َ‫ا ب‬€€‫ر َوةَ َم‬€ ُّ ‫ا َل‬€€َ‫ض ِر ق‬
ُّ ‫ ِر‬€‫الز ْه‬ َ ْ‫سفَ ِر َوُأتِ َّمت‬
َ ‫صاَل ةُ ا ْل َح‬ َ ْ‫ضتْ َر ْك َعتَ ْي ِن فَُأقِ َّرت‬
َّ ‫صاَل ةُ ال‬ َ ‫صاَل ةَ َأ َّو َل َما فُ ِر‬ َّ ‫شةَ َأنَّ ال‬ َ ‫عَنْ عَاِئ‬
ُ‫سفَ ِر قَا َل ِإنَّ َها تََأ َّولَتْ َك َما تََأ َّو َل ُع ْث َمان‬ َّ ‫شةَ تُتِ ُّم ِفي ال‬
َ ‫عَاِئ‬

Dari Aisyah RA, bahwasanya shalat pertama kali difardhukan adalah dua
rakaat, lalu ditetapkanlah shalat safar {bepergian, dengan dua rakaat} dan
disempurnakan bilangan rakaat shalat orang yang tidak bepergian (empat rakaat). Az-
Zuhri berkata, "Saya bertanya kepada Urwah, 'Bagaimana dengan Aisyah yang
menyempurnakan bilangan rakaat dalam shalat safar (empat rakaat)?" Urwah
menjawab, "Aisyah menakwilkan penafsiran seperti Utsman."' (Muslim 3/385)

Sedangkan yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain:


a.Shalat Tarowih
Shalat tarowih adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada malam bulan
ramadhan.Waktu shalat tarowih ialah sesudah shalat isya’ sampai terbit fajar (masuk waktu
subuh).

b. Shalat Dua Hari Raya


Sholat hari raya adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada kedua hari raya, yaitu: hari
raya Fitri (tgl. 1 Syawal) dan hari raya Adlha (kurban tgl. 10 Dzul Hijjah).
Cara mengerjakannya :
1.      Waktu shalat hari raya fitri itu, pada tanggal 1 syawal mulai terbit matahari sampai
matahari tergelincir (datang waktu dhuhur).
2.      Dan shalat hari raya kurban, pada tanggal 10 djul hijjah (bulan haji) mulai terbir matahari
sampai matahari tergelincir (tiba waktu dhuhur).

c.Shalat Dua Gerhana


Shalat dua gerhana adalah shalat yang dikerjakan karena ada gerhana bulan dan
matahari.
Cara mengerjakannya :
Cara mengerjakan shalat dua gerhana itu boleh dikerjakan secara sendirian, tetapi utamanya
dikerjakan secara berjama’ah.

d.Shalat Istisqo’
Shalat istisqo’adalah shalat sunnat yang dikerjakan, karena ada keperluan untuk
mohon hujan.

e.Shalat Witir
Shalat witir adalah shalat yang dikerjakan dengan bilangan ganjil. Misalnya : satu
raka’at tiga, lima dan seterusnya.Waktunya setelah shalat shalat isya’ sampai terbit fajar (tiba
waktu subuh).
َّ ‫سلَّ َم فَا ْنتَ َهى ِو ْت ُرهُ ِإلَى ال‬
‫س َح ِر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫شةَ قَالَتْ ِمنْ ُك ِّل اللَّ ْي ِل قَ ْد َأ ْوتَ َر َر‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ َ ‫عَنْ عَاِئ‬
Dari Aisyah RA, dia berkata, "Setiap malam Rasulullah SAW melakukan shalat witir,
di awal atau di tengah atau di akhir malam, maka beliau selesai melakukannya pada waktu
sebelum shalat Subuh." {Muslim 2/168}
Rasulullah s.a.w bersabda :“Ij’aluu akhirosholaatikum bil laili witron.”
Artinya :“Jadikanlah akhir shalatmu pada waktu malam dengan witir.”
(HR.Bukhori dan Muslim yang bersumber dari Ibnu ‘Umar r.a.). 4
MAKALAH AL-ISLAM
IBADAH PUASA DAN HIKMAHNYA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Puasa
Puasa adalah menahan diri dari segala apa saja yang membatalkan, semenjak terbit fajar
sampai terbenam matahari. Berikut akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan
puasa yaitu; syarat puasa wajib, syarat syah puasa, rukun puasa, dan membatalkan puasa.
1. Syarat wajib puasa
Syarat wajib puasa ada tiga, yaitu :
a. Berakal
b. Baligh/dewasa, biasanya umur 15 tahun atau ada tanda lain. Anak-anak tidak wajib
berpuasa.
Sabda Rasulullah SAW :

Artinya :
“Tiga orang terlepas dari hukum :
(a) Orang yang sedang tidur hingga ia bangun, (b) orang gila sampai ia sembuh, (c) anak-
anak hingga ia baligh/dewasa”. (Riwayat Abu Dawud dan Nasai).

c. Kuat secara fisik untuk berpuasa. Orang yang sudah tua renta atau sakit, tidak wajib
berpuasa dan sebagai gantinya membayar fidyah. Firman Allah dalam ssurat Al-Baqarah
184 :

Artinya :
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin”.

2. Syarat sah puasa


Syarat sah puasa ada 4 yaitu :
a. Islam, yakni orang yang sudah mengikrarka syahadat sebagai pemeluk islam.
b. Mumayiz, yakni dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik.
c. Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan).Wanita haid maupun
nifas tidak sah berpuasa, tetapi keduanya wajib mengqada atau mengganti puasanya yang
tertinggal pada hari lain.

Sabda Rasulullah SAW :


Artinya :

“Dari Aisyah. Ia berkata “Kami disuruh oleh Rasulullah saw mengqada puasa, dan tidak
disuruh mengqada shalat”
d. Dilakukan dalam waktu yang dibolehkan berpuasa. Dilarang berpuasa pada dua hari raya
Iedul Fitri dan Iedul Adha, dan hari-hari Tasriq, yaitu tanggal 11-12-13 Dzulhijah.

Sabda Rasulullah SAW :

Artinya :

“Dari Anas, “ Nabi saw telah melarang berpuasa lima hari dalam satu tahun, yaitu pada hari
raya Idul Fitri dan hari raya haji, serta tiga hari tasriq”.

3. Rukun Puasa
Rukun atau fardhu puasa ada dua, yaitu :
a. Niat
1) Untuk puasa wajib di bulan Ramadhan, niatnya pada malam dimana besoknya kita akan
berpuasa.

Sabda Rasulullah SAW :


Artinya :
“Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit, maka tidak
puasa baginya.
2) Untuk puasa sunat, boleh berniat pada siang hari sebelum zawal atau matahari
condong ke barat.
Sabda Rasulullah SAW :

Artinya :
“ Dari Aisyah. Ia berkata “pada suatu hari Rasulullah SAW dating (ke rumah saya). Beliau
bertanya, adakah makanan padamu? Saya menjawab, ‘tidak ada apa-apa’. Beliau lalu berkata
‘kalau begitu baiklah, searang saya berpuasa’. Kemudaian pada hari lain beliau dating pula.
Lalu saya berkata ‘ya Rasulullah, kita telah diberi hadiah kue Haisyun’. Beliau berkata:
‘Mana kue itu? Sebenarnya saya dari pagi puasa’. Lalu beliau makan kue itu.

4. Hal-hal yang membatalkan puasa :


Terdapat enam hal yang membatalkan puasa, yaitu :
a. Makan dan minum
Makan dan minum yang membatalkan ialah apabila dilakukan dengan sengaja. Jika lupa,
maka tidak batal puasanya.
Sabda Rasulullah SAW :
Artinya :
“Barang siapa lupa, sedangkan ia dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum,
maka hendaklah puasanya disempurnakan, karena sesungguhnya Allah-lah yang memberinya
makan dan minum”.
b. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali ke dalam. Bila tidak disengaja,
tentu tidak saja membatalkan.
Sabda Rasulullah SAW :

Artinya :
“Dari Abu Hurairah. Rasulullah saw telah berkata, ‘barang siapa terpaksa muntah, tidaklah
wajib mengqada puasanya; dan barang siapa yang mengusaakan muntah, maka hendaklah ia
mengqada puasanya”.
c. Bersetubuh
Pada bulan puasa bersetubuh dihalalkan pada malam hari. Bila dilakukan siang hari pada
bulan Ramadhan, puasanya batal dan harus membayar kaffarat. Kaffarat ada tiga yaitu (a)
memerdekakan hamba atau bila tidak sanggup (b) puasa dua bulan berturut-turut (c)
bersedekah dengan makanan yang mengenyangkan kepada enam puluh fakir miskin, tiap
orang ¾ liter.
Larangan bersetubuh di siang hari, sesuai dengan firman Allah SWT :

Artinya :
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu”
d. Keluar darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan).

e. Gila

f. Keluar mania tau sperma karena bersentuhan dengan wanita atau lainnya. Namun bila
keluar mani karena bermimpi tidak membatalkan puasa.

B. Jenis-jenis Puasa
Secara umum puasa dibagi empat yaitu (1) puasa fardhu atau puasa wajib, (2) puasa
tathawwu atau puasa sunnat, (3) puasa makruh, dan (4) puasa haram.
Termasuk dalam puasa wajib adalah (a) puasa Ramadhan, (b) puasa kaffarat, dan (c) puasa
nazar. Selanjutnya, termasuk ke dalam puasa sunnat antara lain adalah (a) puasa enam hari
pada bulan syawal, (b) puasa pada tanggal 9 Dulhijah, (c) puasa hari asyura tanggal 10
Muharram, (d) puasa pada sebagian bulan sya’ban, (e puasa tujuh har setiap bulan qomariah,
(f) puasa selang-seling seperti nabi Daud, an (g) puasa Senin Kamis. Termasuk dalam puasa
makruh antara lain (a) puasa pada hari jumat saja atau sabtu saja, (b) satu hari atau dua hari
sebelum Ramadhan, dan (c) puasa pada separuh terakhir bulan sya’ban, yang tidak ada sebab
yang mengharuskan seperti puasa nazar atau mengqada. Terakhirr, termasuk dalam puasa
haram adalah (a) puasa pada kedua hari raya, (b) puasa pada hari tasyrik yaitu tiga hari
sesudah hari raya Idul Adha, dan (c) puasa sunnat yang dilakukan oleh wanita tanpa izin
suami.

Berikut akan diuraikan jenis-jenis puasa tersebut satu persatu.


1. Puasa Ramadhan
a. Dalil Puasa Ramadhan
Berpuasa di bulan ramadahan hukumnya wajib bagi setiap muslim yang memenuhi syarat
tertentu. Para ulama sepakat bahwa puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi seorang muslim
yang berakal, baligh, sehat dan menetap, dan bagi wanita suci dari had dan nifas. Dalil
mengenai hokum berpuasa adalah surat Al-Baqarah ayat 183 dan 185:
Al-Baqarah : 183
Al-Baqarah : 185

Artinya :
“Yakni pada bulan Ramadhan, yaitu saat diturunkan Al-Quran yang menjadi petunjuk bag
manusia dan menjelaskan dari pedoman serta pemisah antara yang haq dan yang bathil. Maka
barang siapa yang berada di tempat pada bulan itu, hendaklah ia berpuasa”.
b. Keinginan berbuka, wajib membayar fidyah.
Berdasarkan firman Allah dan sabda Rasulullah saw, terdapat beberapa pihak yang diberi
keringanan untuk berbuka (tidak berpuasa) dan sebagai gantinya wajib membayar fiidyah
yaitu memberi makan seorang miskin untuk setiap hari ia tidak berpuasa. Meraka adalah
1) Orang yang telah tua renta baik laki-laki maupun perempuan
2) Orang sakit yang telah tidak ada harapan akan sembuh
3) Orang-orang yang mempunyai pekerjaan berat yang tidak mendapatkan lapangan
pekerjaan lain. (Sayyid Sabiq, 1978: 177-179)
c. Keringanan berbuka, wajib mengqada.
Selain orang yang berbuka sebagai gantinya membayar fidyah, ada pula orang yang boleh
berbuka tetapi sebagai gantinya wajib mengqadha atau mengganti dengan puasa pada hari
lain. Mereka adalah :
1) Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
2) Musafir, atau orang yang sedang dalam peralanan jauh lebih kurang 80,64 km.
3) Orang yang kehausan dan kelaparan yang sangat dan dengan keadaan itu dikhawatirkan
akan dapat mencelakakannya. (Sayyid Sabiq 1978: 180-183)
2. Puasa Kaffarat
Puasa kaffarat adalah puasa yang diwajibkan buat seseorang karena melakukan pelanggaran
tertentu terhadap ketentuan agama. Dapat juga dikatakan puasa denda. Contohnya adalah
orang yang batal puasa Ramadhan karena bersetubu di siang hari. Maka salah satu kaffarat
yang dapat dipilih adalah berpuasa selama dua bulan berturut-turut.
Sabda Rasulullah SAW :

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, ketika kami duduk-duduk
bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datanglah seseorang sambil
berkata: “Wahai, Rasulullah, celaka !” Beliau menjawab,”Ada apa denganmu?” Dia
berkata,”Aku berhubungan dengan istriku, padahal aku sedang berpuasa.” (Dalam
riwayat lain berbunyi : aku berhubungan dengan istriku di bulan Ramadhan). Maka
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Apakah kamu mempunyai budak
untuk dimerdekakan?” Dia menjawab,”Tidak!” Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata lagi,”Mampukah kamu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Dia
menjawab,”Ttidak.” Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi :
“Mampukah kamu memberi makan enam puluh orang miskin?” Dia
menjawab,”Tidak.” Lalu Rasulullah diam sebentar. Dalam keadaan seperti ini, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi satu ‘irq berisi kurma –Al irq adalah alat takaran-
(maka) Beliau berkata: “Mana orang yang bertanya tadi?” Dia menjawab,”Saya
orangnya.” Beliau berkata lagi: “Ambillah ini dan bersedekahlah dengannya!”
Kemudian orang tersebut berkata: “Apakah kepada orang yang lebih fakir dariku,
wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada di dua ujung kota Madinah satu keluarga yang
lebih fakir dari keluargaku”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa
sampai tampak gigi taringnya, kemudian (Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata:
“Berilah makan keluargamu!”

3. Puasa Nazar

Yaitu puasa yang dijanjikan seseorang jika yang diinginkannya tercapai atau terkabul.
Ia wajib berpuasa sesuai dengan yang dijanjikan. Sebagai contoh adalah seseorang yang
berjanji, bila lulus sarjana akan berpuasa setiap senin kamis, wajib baginya berpuasa
setelah keinginannya tercapai atau terkabul.

A. Puasa Sunnah
1. Puasa enam hari dalam bulan syawal

Dari Abu Ayyub Al-Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

ِ ‫ال َكانَ َك‬


‫صيَ ِام ال َّد ْه ِر‬ ٍ ‫ش َّو‬ ِ ُ‫ضانَ ثُ َّم َأ ْتبَ َعه‬
َ ْ‫ستًّا ِمن‬ َ ‫صا َم َر َم‬
َ ْ‫َمن‬

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan puasa enam hari di


bulan Syawwal, maka dia seolah-olah berpuasa selama setahun.” (HR. Muslim no.
204)

2. Puasa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah

Bagi orang yang sedang wukuf, puasa ini tidak disunnahkan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫صيَا ُم يَوْ ِم عَا ُشو َرا َء َأحْ تَ ِسبُ َعلَى هَّللا ِ َأ ْن‬
ِ ‫صيَا ُم يَوْ ِم ع ََرفَةَ َأحْ تَ ِسبُ َعلَى هَّللا ِ َأ ْن يُ َكفِّ َر ال َّسنَةَ الَّتِي قَ ْبلَهُ َوال َّسنَةَ الَّتِي بَ ْع َدهُ َو‬ ِ
ُ‫يُ َكفِّ َر ال َّسنَةَ الَّتِي قَ ْبلَه‬
“Puasa satu hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan
menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari
‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan
(dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR. Muslim, no 1162, dari Abu Qatadah).

3. Puasa hari Asyura tanggal 10 Muharram

Rasululloh bersabda:

ُ‫صيَا ُم يَ ْو ِم َعا ُشو َرا َء َأحْ تَ ِسبُ َعلَى هَّللا ِ َأ ْن يُ َكفِّ َر ال َّسنَةَ الَّتِي قَ ْبلَه‬
ِ

Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang
lalu.

Imam an-Nawawi berkata: “Keutamaannya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau


boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar”

4. Puasa pada sebagian besar bulan Sya’ban

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

‫ول‬
َ ¢‫ْت َر ُس‬ ُ ‫ فَ َما َرَأي‬. ‫ول الَ يَصُو ُم‬ َ ُ‫ َويُ ْف ِط ُر َحتَّى نَق‬، ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – يَصُو ُم َحتَّى نَقُو َل الَ يُ ْف ِط ُر‬
ِ ‫ َو َما َرَأ ْيتُهُ َأ ْكثَ َر‬، َ‫ضان‬
َ‫صيَا ًما ِم ْنهُ فِى َش ْعبَان‬ َ ‫صيَا َم َشه ٍْر ِإالَّ َر َم‬ِ ‫هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – ا ْستَ ْك َم َل‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa
beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak
berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku
pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di
bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

5. Puasa tiga hari (13, 14, 15) setiap bulan Qomariah

Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,

َ ‫ث َع ْش َرةَ َوَأرْ بَ َع َع ْش َرةَ َو َخ ْم‬


َ‫س َع ْش َرة‬ ُ َ‫ص ْمتَ ِمنَ ال َّشه ِْر ثَالَثَةَ َأي ٍَّام ف‬
َ َ‫ص ْم ثَال‬ ُ ‫يَا َأبَا َذرٍّ ِإ َذا‬
“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada
tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no.
2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan).

6. Puasa selang-seling seperti Nabi Daud

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengatakan padanya,

ِ ¢‫فَ اللَّ ْي‬¢‫ص‬


‫و ُم‬¢¢ُ‫ل َويَق‬¢ ِّ ‫صالَةُ دَا ُو َد – َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم – َوَأ َحبُّ ال‬
ِ ِ ‫صيَ ِام ِإلَى هَّللا‬
ْ ِ‫ َو َكانَ يَنَا ُم ن‬، ‫صيَا ُم دَا ُو َد‬ َّ ‫َأ َحبُّ ال‬
َ ِ ‫صالَ ِة ِإلَى هَّللا‬
‫ َويَصُو ُم يَوْ ًما َويُ ْف ِط ُر يَوْ ًما‬، ُ‫ثُلُثَهُ َويَنَا ُم ُس ُد َسه‬

“Sebaik-baik shalat di sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan
sebaik-baik puasa di sisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dahulu tidur di
pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya dan tidur lagi di
seperenamnya. Adapun puasa Daud yaitu puasa sehari dan tidak berpuasa di hari
berikutnya.” (HR. Bukhari no. 1131).

7. Puasa hari Senin dan hari Kamis

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

ِ ‫اال ْثنَي ِْن َو ْال َخ ِم‬


.‫يس‬ ِ ‫ َكانَ يَتَ َحرَّى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ِإ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ِ ‫صيَا َم‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari
Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739)

B. Hikmah puasa

Berpuasa tidak semata-mata berkaitan dengan menahan lapar dan dahaga, melainkan ada
banyak hikmahnya baik yang berhubungan dengan diri pribadi orang yang berpuasa,
lingkungan keluarga, maupun masyarakat secara luas. Berikut akan diuraikan satu-satu

1. Manfaat pribadi
a. Puasa meningkatkan iman dan taqwa
Larangan utama dalam berpuasa adalah makan, minum, dan melakukan hubungan
suami istri pada siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Faktor
apakah yang menyebabkan seseorang dapat mematuhi larangan tersebut jika bukan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah? Itu tidak lain karena kita beriman dan
bertaqwa kepada Allah yang selalu dapat mengetahui apa saja yang kita lakukan
sampai pada niat didalam hati sekalipun.

b. Puasa meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama

Dalam pengalaman kita masing-masing didalam bulan puasa, penghayatan dan


pengalaman agama kita meningkat. Disamping itu ibadah wajib dan sunnah pun
dilakukan dengan semangat. Semua itu merupakan bentuk pendidikan dan latihan
yang terasa sangat mengesankan.

c. Puasa meningkatkan kesehatan mental

Diantara penyebab gangguan mental yang utama adalah perasaan berdosa (guilty
feeling) dan rasa dendam. Dengan berpuasa seseorang yang memiliki rasa salah dan
dendam pelan-pelan akan merasakan ketentraman. Ia meyakini bila puasanya itu
benar-benar ikhlas maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni

2. Manfaat bagi keluarga

Puasa dapat meningkatkan keakraban dalam keluarga. Saat kumpul bersama keluarga
perhatikan betapa indahnya suasana menjelang berbuka. Keadaan ini jarang terjadi pada
bulan-bulan ini. Suasananya seperti ini jarang sekali untuk kita jumpai pada selain
bulan puasa.

3. Manfaat bagi masyarakat


a. Memupuk rasa santun pada fakir miskin

Puasa dapat memupuk rasa santun pada fakir miskin karena seseorang
yang berpuasa dapat menghayati penderitaan yang dirasakan oleh si miskin. Orang
yang tidak puasa itu tidak akan tergugah hatinya melihat penderitaan si miskin.

b. Meningkatkan silahturahmi dengan anggota masyarakat

Kita sering menyaksikan silahturahmi dalam puasa sering dilakukan acara buka
puasa bersama dan biasanya dilengkapi dengan ceramah agama. Hal ini
meningkatkan keimanan pada Allah

IBADAH HAJI DAN HAJI MABRUR

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI DAN MAKNA HAJI


Haji adalah rukun (tiang agama) islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat
dan puasa, menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum
muslimin sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan
melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di arab saudi pada suatu waktu yang
dikenal sebagai musim haji (ulan Dzulhijah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang
biasa dilaksanakn sewaktu – waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 dzulhijjah ketika umat islam
bermalam di mina, wukuf (berdiam diri) di padang arafah pada tanggal 9 dzulhijjah, dan
berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10
dzulhijjah, masyarakat indonesia biasa menyebut juga hari raya idul adha sebagai hari
raya haji kerena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.
Ulama fiqih mendefinisikan haji dengan:
“menyengaja mendatangi Ka’bah untuk menunaikan amalan-amalan tertentu,
atau mengunjungi temoat tertentu pada waktu tertentu untuk melakukan amalan-amalan
tertentu”.
Jadi pengertian haji adalah menyengaja mengunjungi Baitullah untuk beribadah
kepada Allah dengan syarat atau rukun tertentu, serta pada waktu tertentu pula. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan selama berhaji meliputi amalan-amalan yang dikelompokkan
dan rukun, wajib dan sunnah haji.
Syarat ibadah haji ada yang bersifat umum da nada yang bersifat khusus, syarat
umum meliputi islam, dewasa, berakal sehat, merdeka, dan istita’ah (mampu
melaksanakannya).
Kata haji berasal dari bahasa Arab, al-hajji-al-hijju(dengan fathah dan kasrah
pada hurup ha’). Secara etimologis, kata “haji” mengandung banyak arti, antara lain;
menyengaja melakukan sesuatu (al-qoshdu), mendatangi/menghadiri (al-qudum), menuju
kemuliaan (syirbu a syajjah), mengunjungi sesuatu untuk mengagungkannya (ziaratu al-
sya’I ta’dzimahu), dan sengaja ke Mekkah untuk beribadah (al-qoshdu al-makkah li
nusuk). Sedangkan secara terminologis (syara’), haji menurut Ali Shariati (2002:18)
adalah nama khusus untuk perbuatan-perbuatan khusus yang dimulai dengan ihram, terus
thawaf, sa’I, wukuf di arafah dan lainnya, yang perbuatan itu dilakukan di temoat khusus
dan dalam waktu khusus pula. Adapun mayoritas ulama berpendapat bahwa haji adalah
sengaja berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) dengan niat beribadah kepadah Allah SWT.,
dengan melakukan amalan-amalan tertentu (manasikul hajji), seperti wukuf, thawaf, sa’I,
dan lainnya dalam waktu yang ditentukan menurut syariat islam.
Dari definisi di atas, ada tiga hal yang mesti ada jika ingin disebut haji:
1. Niat ibadah (mencari ridha Allah)
2. Tempat yang dituju Baitullah (Ka’bah) yang ada di kota Mekkah
3. Waktu tertentu, yaitu tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Dengan demikian, orang yang bernagkat ke Mekkah tidak serta-merta disebut haji
jika niatnya ingin jalan-jalan (tour), berdagang, atau bekerja. Hal ini pernah dikatakan
oleh Rasulullah SAW., melalui sabdanya, “akan datang suatu masa yag dialami manusia
yaitu; orang kaya dari umatku melaksanakan haji (niatnya) karena wisata, orang
kalangan menengah (niatnya) karena berdagang, orang kalangan ahli pengetahuan
(niatnya) karena meminta-minta.”
Tidak bisa juga disebut haji meskipun niatnya ingin ibadah kepadah Allah, tempat
yang dikunjungi Baitullah, sementara waktunya di luar musim haji.Yang disebut terakhir
ini adalah umrah.Bedanya haji dan umrah adalah jika umrah bisa dilakukan kapan saja,
sementara haji hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu.

B. MACAM-MACAM HAJI
1. Tamattu
Mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah
terlebih dahulu dibulan-bulan haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian
ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, di tahun yang sama. Tamattu’ dapat juga
berarti melaksanakan ibadah didalan bulan-bulan serta didalam tahun yang sama ,
tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
2. Ifrad
Berarti menyendiri.Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad, bila seseorang bermaksud
menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah, dalam hal
ini, yang didahulukan adalah ibadah haji.Artinya, ketika mengenakan pakaian uhram
di Miqat nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibdah haji dahulu.Apabila ibadah
haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk
melaksanakan umrah.

3. Qiran
Mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan.Yang
dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk
melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian
ihram sejak Miqat Makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai
selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama, menurut abu hanifah,
melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa’i.

C. DASAR HUKUM HAJI DAN UMRAH


Para ulama fiqih sepakat bahwa ibadah haji adalah wajib hukumnya bagi setiap
muslim yang mempunyai kemampuan biaya, fisik dan waktu, sesuai dengan nash Al-
Qur’an:
ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِياًل‬ ِ َّ‫َوهَّلِل ِ َعلَى الن‬

Artinya : “Dan Allah mewajibkan atas manusia haji ke Baitullah bagi orang yang mampu
mengerjakannya”. (QS.3: 97).
Firman Allah:
ِ ‫َوَأتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هَّلِل‬

Artinya : “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah”. (QS.2: 196).
Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyeru ibadah haji tersebut ke seluruh penjuru dunia,
sehingga berdatanganlah orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang jauh dengan
berjalan kaki atau berkendaraan, sesua dengan firman Allah:
ٍ ¢¢¢¢¢¢¢¢¢‫لِّ فَجٍّ َع ِمي‬¢¢¢¢¢¢¢¢¢‫ْأتِينَ ِم ْن ُك‬¢¢¢¢¢¢¢¢¢َ‫ا ِم ٍر ي‬¢¢¢¢¢¢¢¢¢‫ض‬
‫ق‬ َ ِّ‫ل‬¢¢¢¢¢¢¢¢¢‫ ااًل َو َعلَ ٰى ُك‬¢¢¢¢¢¢¢¢¢‫ْأتُوكَ ِر َج‬¢¢¢¢¢¢¢¢¢َ‫ال َحجِّ ي‬¢¢¢¢¢¢¢¢¢
ْ ِ َّ‫َوَأ ِّذ ْن فِي الن‬
ِ‫اس ب‬

Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka
datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, yang datang
dari segenap penjuru yang jauh”. (QS.22: 27)

Kewajiban haji hanya sekali seumur hidup, sedangkan haji berikutnya hukumya sunah.
Sabda Rasulullah SAW.
ٌ ‫ فَ َما زَ ا َد فَهُ َو تَطَ ُّو‬,ٌ‫اَ ْل َحجُّ َم َّرة‬
‫ع‬
Artinya: “Haji itu wajibnya hanya satu kali, dan selebihnya adalah sunnah” (HR.
Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah).

Apabila sudah memiliki bekal yang cukup untuk berangkat haji, segera berangkat
menunaikannya karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Sabda nabi.
ِ ‫يضةَ – فَِإ َّن َأ َح َد ُك ْم الَ يَ ْد ِري َما يَع‬
ُ‫ْرضُ لَه‬ َ ‫ ْالفَ ِر‬: ‫تَ َع َّجلُوا ِإلَى ْال َح ِّج – يَ ْعنِي‬
Artinya : “Bersegeralah kamu menunaikan ibadah haji, yakni menunaikan kewajiban,
maka sesungguhnya kamu tidak mengetahui sesuatu yang akan datang (yang akan
terjadi)”. (HR. Ahmad).

Lebih dari itu, bagi orang yang sudah mampu tapi enggan berangkat menunaikan ibadah
haji, maka baginya mati Yahudi atau Nasrani, sabda nabi.

Artinya : “Barang siapa yang telah memiliki bekal dan kendaraan (sudah mampu), dan ia
belum haji ke Baitullah maka tidak ada yang menghalangi baginya mati Yahudi atau
Nasrani”. (HR. Tirmidzi).

D. KEUTAMAAN HAJI
Keutamaan haji meliputi:
Haji yang mabrur merupakan amal yang paling utama karena dipenuhi dengan
kebajikan yang ditandai dengan lemah lembut dalan ucapan dan suka menyumbang
makanan.(Hadits yang diterima dari Abu Hurairah).Ciri haji yang mabrub ditandai
dengan sifat dan keadaan setelah haji lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Haji merupakan jihad bagi laki-laki yang tua, lemah dan wanita (HR Nasai,
Buchori, dan Muslim).
Haji akan menghapus dosa seperti pada saat dilahirkan (HR Buchori-Muslim),
haji akan menghapus dosa yang terjadi sebelumnya (HR Muslim)
Haji dan umrah akan melepaskan kemiskinan dan kesalahan, seperti kipas angin
menerbangkan kotoran-kotoran besi, emas dan perak. Dan ganjaran haji mabrur adalah
surge (HR Nasai).
Orang-orang yang mengerjakan haji dan umrah merupakan duta-duta Allah
sehingga jika mereka memohon kepada-Nya pasti akan dikabulkannya, dan jika mereka
minta ampun, pasti akan diampuni-Nya. (HR Ibnu Majah)
Pahala haji adalah surga (HR Buchori-Muslim). Jika kita meninggal saat
mengerjakan haji dan umrah, maka dijamin oleh Allah akan masuk surga, namun jika
kembali akan diberkahi-Nya oleh oleh dan pahala (HR Sanad Hasan oleh Ibnu Jureij)
Keutamaan mengeluarkan biaya haji sama dengan mengeluarkan untuk perang di
jalan Allah. Satu dirham menjadi 700 kali lipat (HR Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Thabrani,
dan Baihaqi)
Ibadah haji dapat dilakukan oleh orang yang sudah meninggal oleh orang yang
telah melaksanakan haji untuk sendirinya (HR Muslim dan HR Ibnu Majjah), sedangkan
pahala bagi anak kecil diberikan kepada orang tuanya, namun anak tersebut belum wajib
haji. (HR Muslim).

E. AMALAN-AMALAN HAJI
Ulama fiqih menetapkan bahwa amalan yang harus dikerjakan sesorang dalam
ibadah haji ada sebelas macam, sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang
diriwayatkan oleh penyusun Kitab As Sittah (Kitab hadits yang enam)
Beberapa amalan yang harus dikerjakan pada saat haji terdiri rukun haji dan wajib
haji.
Rukun haji terdiri atas:
1. Ihram (niat haji)
2. Wukuf
3. Tawaf haji
4. Tahalul haji
5. Sa’i
6. Mencukur Rambut di Kepala (tahallul)
7. Tertib
Wajib haji terdiri atas:
1. Ihram dari miqat
2. Meninggalkan larangan ihram
3. BeMulrdiam di padang arafah hingga terbenam matahari
4. Bermalam di Muzdalifah
5. Melempar jumrah Aqobah
6. Mencukur rambut (tahallul)
7. Bermalam di Mina
8. Melempar ketiga jumrah (Ula, Wustha dan Aqabah)
9. Thawaf wada
Sunnah haji terdiri atas:
1. Membaca talbiyah
2. Mandi junub ketika hendak ihram
3. Melakukan haji Ifrad, yakni mendahulukan haji kemudian baru umrah
4. Membaca dzikir ketika melakukan tawaf
5. Masuk ke Baitullah
6. Sholat 2 rokaat sesudah tawaf

F. PENGERTIAN MIQAT
Miqat adalah batas untuk beribadah haji yang meliputi batas waktu dan batas
tempat.Miqat terbagi 2 yaitu batas waktu disebut miqat zamani dan batas tempat yang
disebut miqat makani.
Miqat zamani adalah batas waktu syahnya melaksanakan ibadah haji sesuai
dengan firman Allah

ٌ ‫ْال َحجُّ َأ ْشهُ ٌر َم ْعلُو َم‬


‫ات‬
Artinya : “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi” (QS.2: 197)

Waktu yang dihormati Allah adalah bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab
sesuai dengan firman Allah.
ٌ‫صاص‬ ُ ‫ال َّش ْه ُر ْال َح َرا ُم بِال َّشه ِْر ْال َح َر ِام َو ْال ُح ُر َم‬
َ ِ‫ات ق‬
Artinya : “Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati
berlaku hukum qishash”. (QS.2: 194).

Firman Allah:
‫ت هَّللا ِ فَهُ َو خَ ْي ٌر لَهُ ِع ْن َد َربِّ ِه‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
ِ ‫ك َو َم ْن يُ َعظِّ ْم ُح ُر َما‬
Artinya : “Demikianlah (perintah Allah). Barangsiapa yang menggungkan apa-apa yang
terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhan-Nya”. (QS.22:
30).

‫ت ۚ فَ َم ْن تَ َعج ََّل فِي يَوْ َمي ِْن فَاَل ِإ ْث َم َعلَ ْي ِه َو َم ْن تََأ َّخ َر فَاَل ِإ ْث َم َعلَ ْي ِه‬
ٍ ‫َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ فِي َأي ٍَّام َم ْعدُودَا‬
Artinya : “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang
terbilang (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah). Barangsiapa yang ingin cepat berangkat
(dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya.Dan barang siapa yang ingin
menangguhkan (keberangkatan dari dua hari itu), maka tiada dosa baginya”. (QS.2:
203).

Miqat zamani
Miqat zamani haji adalah bulan Syawal, Dzulkaidah dan Dzulhijah

Miqat makani
Miqat makani adalah batass tempat untuk memulai ihram guna menuju ke
Mekkah dalam melaksanakan ibadah haji atau umrah yakni tempat-tempat tertentu yang
telah ditentukan oleh Rasulullah SAW, miqat tersebut adalah:
1. Bir ali (Zulhulaifah) dari arah Madinah (HR Buchori-Muslim), 450 km sebelah utara
kota Mekkah
2. Al Juhfa dari arah Syria (HR Buchori-Muslim), 187 km sebelah barat laut Mekkah
3. Qarmul Manazil dari arah Nejed (HR Buchori-Muslim), 94 km sebelah timur Mekah
4. Yalamlam dari arah Yaman (HR Buchori-Muslim), 54 km sebelah selatan Mekkah
5. Mekkah dari Mekkah sendiri (HR Buchori-Muslim)
6. Dzata Iraqin dari arah Iraq (HR Abu Daud-Nasai), 94 km sebelah timur laut Mekkah
Di miqat makani inilah rukun haji dimulai.

G. VISUALISASI IBADAH HAJI


Ibadah haji dibagi menjadi 3 jenis:
1. Haji Tamattu. Jamaah melakukan ibadah umrah dulu, lalu beristirahat menunggu
waktu untuk melaksanakan ibadah haji
2. Haji Qiran. Ibadah haji dan umrah dilaksanakan sekaligus
3. Haji Ifrad. Jamaah melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu, baru kemudian
melaksanakan ibadah umrah.
Haji ifrad dan qiran lebih mudah dilaksanakan oleh orang-orang yang tiba di
Mekkah pada waktu yang dekat dengan tanggal 8 Zulhijah, sehingga tidak terlampau
lama mengenakan pakaian ihram yang terikat dengan sangat banyak larangan
Namun, bagi jamaah haji asal Indonesia pada umumnya harus tiba di Mekkah jauh
hari sebelum waktu berhaji, karena persoalan pengangkutan.Dalam kondisi seperti ini haji
tamattu lebih cepat, dengan membayar dam (denda) seekor kambing.

Garis Besar Urutan Pelaksanaan Ibadah Haji


Haji Tamattu Haji Qiran Haji Ifrad
Dari miqat: niat
Dari miqat: niat Dari miqat: niat
melaksanakan ibadah
melaksanakan melaksanakan ibadah
haji dan umrah
ibadah umrah haji
bersamaan
Pelaksanaan
ibadah umrah
Niat
melaksanakan
ibadah haji
Dari miqat: niat
Membayar Dam Membayar Dam melaksanakan ibadah
umrah

H. JADWAL KEGIATAN PELAKSANAAN IBADAH HAJI

Tanggal Jenis Kegiatan


8 Zulhijah Jamaah bersiap untuk berangkat ke Arafah (dapat naik bis atau berjalan kaki)
Setelah matahari terbit memasuki Arafah untuk melakukan wukuf, sholat
dzuhur dan asar dijama’ dan jamaah bebas membaca Qur’an dll sampai waktu
9 Zulhijah maghrib
Setelah maghrib berangkat menuju Muzdalifah, melaksanakan sholat maghrib
dan Isya’ dijama’ dan memungut 7 kerikil.
Selepas shalat subuh menuju Mina untuk melempar jumrah Aqobah dengn 7
10 Zulhijah
kerikil
Setelah waktu dzuhur melempar 3 jumrah, Ula, Wustha, Aqobah masing-
11 Zulhijah
masing dengan 7 kerikil
Setelah waktu dzuhur melempar 3 jumrah, Ula, Wustha, Aqobah masing-
12 Zulhijah
masing dengan 7 kerikil (bagi yang memilih nafar awal sudah selesai)
Setelah waktu dzuhur melempar 3 jumrah, Ula, Wustha, Aqobah masing-
13 Zulhijah masing dengan 7 kerikil (bagi yang memilih nafar tsani)
Jamaah melakukan thawaf ifadhah, sa’I dan tahalul
I. PELAKSANAAN HAJI
Ritual Ibadah Di Mina
Sewaktu anda berada di mina, hendaklah anda menunaikan shalat tepat pada
waktunya, shalat dzuhur, Ashar dan isya di Qashar menjadi dua rakaat tanpa melakukan
jamak, shalat Witir dan sunnah Qabliyah subuh terus dilaksanakan demi mengikuti
Rasulullah Saw. Melempar jumrah dilakukan sesuai dengan jadwal-jadwal pelaksanaanya
yang telah di tentukan oleh pemandu kepada anda.

Bergerak Menuju Area Jamarat


1. Ailah dari jamarah Sugra dengan melemparkan tujuh batu kerikil.
2. Bergeraklah ke arah samping, menghadaplah ke kiblat dan berdoa kepada Allah Swt.
3. Bergeraklah ke arah Jamarat Wusta dan lemparlah sebanyak tujuh kerikil.
4. Bergeraklah ke arah samping, menghadaplah ke kiblat dan berdoa kepada Allah Swt.
5. Kemudian bergeraklah kearah Aqobah (Kubra) dan lemparlah sebanyak tujuh kerikil.

Thawaf Ifadah
1. Thawaf ifadah adalah salah satu rukun haji dan semua jamaah haji wajib
melakukannya.
2. Perempuan haid harus menunggu hingga bersuci (mandi wajib) kemudian baru
melakukan thawaf ifadah, seseorang tidak boleh kembali kenegaranya sebelum
melakukan thawaf ini.
3. Thawaf akan sempurnya jika dilakukan sebanyak tujuh putaran.
4. Shalat dua rakaan di makam ibrahim (jika memungkinkan) atau di tempat lain
didalam Masjidil Haram.
5. Minumlah Air Zam-Zam.

Sa’i Untuk Haji


1. Laksanakanlah Sa’i.
2. Mulailah dari Shafa dan Akhiri di Marwah.
3. Sempurnakan Sebanyak tujuh kali, dengan menghitung antara shafa dan marwah satu
kali.
4. Sekarang anda telah menyempurnakan ibadah haji.

Ziarah Madinah
1. Niat anda haruslah untuk menziarahi masjid nabawi dan bukan untuk menziarahi
kuburan Rasulullah SAW.
2. Didalam hadist yang diriwayatkan oleh abu hurairah ra, ia berkata “Rasulullah Saw
bersabda: “shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu shalat di masjid-masjid lainnya
kecuali masjidil haram”
3. Diriwayatkan dari abbad bin tamim dari pamanya abdullah bin zaid ashim,
bahwasanya Rasulullah SAW, bersabda: “sesungguhnya ibrahim telah menyucikan
makkah dan mendoakan penduduknya, dan saya telah menyucikan madinah
sebagaimana ibrahim menyucikan makkah. Dan saya mendoakan Mudnya dan
Sha’nya sebagaimana ibrahim mendoakannya untuk penduduk makkah”.

Kembali Ke Tanah Air


1. Jangan berbelanja terlalu berlebihan atau melakukan hal-hal lain yang berhubungan
dengan kepulangan setelah menyempurnakan thawaf wada’.
2. Rasulullah Saw berwasiat agar menjadikan thawaf wada’ (perpisahan) sebagai
pekerjaan terakhir yang dilakukan oleh jamaah haji sebelum meninggalkan Makkah.
3. Kecuali jika anda terlambat karena sebab tertentu hingga tiba waktu shalat fardu,
disaat itu anda boleh menunaikan shalat didalam masjidil haram meskipun ada
melakukannya setelah menyelesaikan thawaf Wada’
4. Setelah ini, anda tidak perlu melakukan thawaf kembali.
5. Semoga selamat kembali ketanah air dan semoga menjadi haji yang mabrur (Insya
Allah).

J. HAJI MABRUR
1. Apabila seseorang berangkat semata-mata karena Allah Swt
2. Apabila seseorang berangkat bukan karena ada kepentingan dan tidak hasil dari
hutang atau tidak menjual harta bendanya sehingga habis tak tersisa.
3. Apabila kepulangannya dari ibabah haji tidak lagi melakukan maksiat-maksiat yang
pernah dilakukan sebelum berhaji.
4. Apabila kepulangannya dari ibadah haji, dia tidak mengharapkan panggilan-panggilan
(pak haji/ bu haji) karena ibadah ini antara tuhan dan hambanya ( Hanya allah yang
memberikan Tittle terbaik kepada para hamba-Nya).
5. Apabila kepulangan dari ibadah haji tidak lagi melakukan dan berbuat maksiat serta
berkata-kata kotor dan hal-hal yang tidak bermanfaat yang mana pernah dia lakukan
sebelum berhaji.
6. Apabila kepulangannya dari ibadah haji di sering beribadah ke masjid serta
melaksanakan sholat 5 waktu dan sunnahnya , yang mana dia jarang , bahkan tidak
melakukan sebelum berangkat ibadah haji.

K. MEWAKILKAN SESEORANG UNTUK BERHAJI


Tidak boleh bagi seseorang berhaji untuk orang lain kecuali setelah ia berhaji
untuk dirinya sendiri. Rasulullah bersabda: Berhajilah untuk dirimu sendiri, kemudian
engkau berhaji untuknya.

L. HAJI BAGI ANAK-ANAK YANG BELUM BALIGH


Tidaklah wajib bagi anak-anak untuk berhaji kecuali ia telah baligh. Namun jika
ia telah berhaji maka hajinya sah sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Abbas ra
bahwa Rasulullah r berjumpa dengan seorang berkendaraan dikawasan Ar-Rauha beliau
bersabda: Siapakah kalian? Mereka menjawab: Kami orang-orang muslim, mereka balik
bertanya: Siapa anda? Beliau menjawab: Saya Rasul Allah. Lalu ada seorang anak gadis
yang masih kecil bertanya: Apakh ini yang disebut haji? Beliau menjawab: Ya dan
bagimu pahala (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan An Nasa dishahihkan oleh At
Tirmidzi).
Berikut penjelasan salah satu anggota Amirul Hajj sekaligus Sekretaris Komisi
Fatwa MUI Dr. Asrorun Ni’am pada Media Center Haji, Rabu (30/8):
Dari sisi bahasa, al mabrur adalah isim maf’ul dari akar kata al birru. Al birru itu
artinya kebaikan atau  kebajikan. Dengan demikian, al hajjul mabruru artinya haji yang
diberikan kebaikan dan kebajikan.
Dari sisi istilah, haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah, kemudian
berdampak pada kebaikan diri, serta bermanfaat bagi orang lain. Oleh karenanya, al hajjul
mabrur sebagai impian dari orang yang melaksanakan jamaah haji itu melalui
tahapan.Mabrur tidak datang tiba-tiba.Tetapi harus diusahakan, mulai dari sebelum, saat,
dan setelah pelaksanaan ibadah haji.
Terkait dengan persiapan, ketika kita ingin mencapai haji mabrur, tentu kita harus
melakukan aktivitas yang mendukung pencapaian haji mabrur. Persiapan itu antara lain:
1. Memahami ajaran agama Islam dengan baik, termasuk juga manasik hajinya. Karena
amalan ibadah yang tidak disertai dengan ilmu, maka ia dapat sia-sia.
2. Harus dipastikan rejekinya halal. Jangan sampai berangkat ibadah haji menggunakan
uang hasil curian. Ini tidak diterima. Tidak boleh menggunakan uang curian untuk
kepentingan ibadah.
3. Meningkatkan amal ibadah. Kita harus menyiapkan diri dengan meningkatkan dan
menyempurnakan amal ibadah.
Pada saat pelaksanaan ibadah haji, kita memastikan terlaksananya syarat, rukun,
wajib haji.Sunnah-sunnah haji juga harus dipahami.Termasuk, hal yang terlarang, untuk
dijauhi.Pelaksanaan amal perbuatan yang sah secara syar’i, belum tentu diterima.Sesuatu
itu sah atau tidak, dapat diukur dengan ketentuan fiqh haji.Persoalan apakah diterima atau
tidak, itu otoritas Allah SWT.Nah, haji mabrur terkait denggan keterterimaan ibadah kita
oleh Allah.
Kemabruran dapat dilihat dari aktivitas seseorang setelah melaksanakan ibadah
haji. Setidaknya indikator
1. Meningkatnya pelaksanaan ibadah secara personal. Yang semula ibadahnya bolong,
tidak lagi. Yang biasanya menggunjing, tidak menggunjing. Hubungan kita kepada
Allah menjadi lebih intim.
2. Meningkatnya kualitas hubungan sosial atau horizontal. Salah satu yang dilarang
ibadah haji adalah rafats, fusuq, jidal. Haji mabrur, begitu setelah selesai menunaikan
ibadah haji, ia memiliki kemampuan untuk menjauhi yang dilarang dalam haji.
Sehingga, akan terwujud, kohesi sosial. Kemudian, hubungan sosial akan menjadi
positif.
3. Melahirkan empati terhadap orang lain. Memiliki solidaritas sosial. Ada hadis yang
menjelaskan beberapa perkara berikut:
a. Afsyussalam, artinya sebarkan kedamaian. Setiap bertemu orang lain, berilah
salam, maka niscaya akan menebarkan kedamaian. Tetapi yang lebih substantif
adalah kehadiran kita menjadi faktor pendamai di tengah masyarakat. Fi ayyi
ardhin tatho’ anta mas’uulun ‘an islaamiha (dimana bumi dipijak, engkau
bertanggungjawab atas kedamaian diatasnya)
b. Ath’imuth-tha’aam, artinya berikanlah makan orang yang membutuhkan makan.
Artinya, kita harus memiliki solidaritas sosial.
c. Washilul arham, artinya sambung tali kekerabatan. Terminologi sambung itu
artinya pernah terputus. Kalau sudah akrab, itu bukan silaturahmi, melainkan
merawat kekerabatan. Kata sambung kasih sayang itu kepada yang memutus
persahabatan dengan kita. Tidak mahal, tetapi butuh kelegaan hati
d. Berikutnya adalah hubungan kita secara personal vertical kepada Allah. Washallu
bil laili wannasu niyaam. Shalat malam disaat semua orang sedang terlelap tidur.
Itu adalah cerminan dari hubungan yang sangat privat kita dengan Allah. Tidak
ada riya, kita bermuhasabah, kita mengadu kepada Allah.
Jika itu semua bisa dilakukan, tadkhulul jannata bis saalam. Maka engkau akan
terhantarkan masuk surga dengan damai.
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa haji mabrur bukan sesuatu yang
given, tetapi selalu diusahakan tanpa henti.Tidak hanya saat pelaksanaan ibadah haji,
tetapi dari persiapan, saat, dan pasca-haji. Pelaksanaan ibadah akan sangat berpengaruh
pada absah atau tidak absah haji. Kalau diterima atau tidaknya, itu urusan Allah.

PENYELENGARAAN JENAZAH

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Agama Islam sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, untuk semua
manusia telah diwajibkan bagi mereka saling hormat antar sesamanya, walaupun mereka
berbeda etnis atau agama. Sikap saling hormat menghormati itu bukan hanya ketika manusia
itu hidup, bahkan saat manusia itu pun meninggal. Rasullullah SAW, telah menunjukkan
kepada kita bagaiman rasa hormatnya ketika mayat seorang yahudi berlalu dihadaannya, dan
bagaimana beliau menyatakan rasa duka yang dalam ketika mendengar rasa Najasyi (seorang
raja yang beragama Kristen di Habasyah) meninggal dunia. Akan tetapi, lain halnya
kewajiban kaum muslimin terhadap saudara-saudaranya yang sesama muslim yang
meninggal dunia. Mereka yang masih hidup mempunyai kewajiban terhadap hak-hak yang
dimiliki oleh seseorang muslim yang meninggal. Bilamana kewajiban ini ditinggalkan tak
seorang pun dari mereka memberikan hak-hak orang yang meninggal, maka semua orang
muslim ditempat itu menanggung dosa. Kecuali, jika ada sebagian atau seseorang yang
melaksanakan hak-hak orang yang meninggal, maka gugurlah dosa bagi semua. Oleh karena
itu, penulis ingin mempelajari mengenai hal tersebut dengan cara menulis sebuah makalah
berjudul “Penyelenggaraan Jenazah”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka terdapat beberapa rumusan masalah
yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan penyelenggaraan jenazah?


2. Mengapa penyelenggaraan jenazah itu wajib?
3. Apa saja tata cara penyelenggaraan jenazah?

C. TUJUAN
Berdasarkan beberapa rumusan masalah di atas dapat diambil tujuan penulisan makalah ini
adalah:

1. Untuk mengetahui maksud dari penyelenggaraan jenazah


2. Supaya memahami bahwa penyelenggaraan jenazah itu wajib
3. Agar mengerti tata cara penyelenggaraan jenazah
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Jenazah

Jenazah (Mayat atau Jasad) adalah orang yang telah meninggal dunia. Setelah proses
pengurusan jenazah, termasuk di dalamnya memandikan, mengkafani, dan
menyolatkannya, atau proses lainnya berdasar ajaran agama masing-masing, biasanya
mayat dikuburkan atau dikremasi (dibakar). Proses pengurusan jenazah ini biasanya
dilakukan oleh keluarga jenazah dengan dukungan pemuka agama.

2. Kewajiban Terhadap Jenazah


Ada 4 kewajiban terhadap jenazah orang yang sudah meninggal:
1) Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang
mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama
adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di
tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini
terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

َ َ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قا َ َل فِى ْال ُمحْ ِر ِم الَّ ِذى َوق‬
‫لم‬¢¢‫ ومس‬1208 ‫ار‬¢¢‫ ْد ٍر(رواه البخ‬¢ ‫ا ٍء َو ِس‬¢¢‫ اِ ْغ ِسلُوْ هُ بِ َم‬:ُ‫ص ْته‬ َ ِ‫اَ َّن َرسُوْ ُل هللا‬
1206

Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda mengenai orang yang melakukan ihram, yang
dicampakkan oleh untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan bidara.” (H.R. al-
Bukhari: 1208, dan Muslim: 1206) Waqashathu: unta itu mencampakkannya lalu
menginjak lehernya.

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu
diperhatikan yaitu:

a. Orang yang utama memandikan jenazah


 Untuk mayat laki-lak
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang
yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan
istrinya.

 Untuk mayat perempuan

Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya,


neneknya,keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

 Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan

Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan


sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

b. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah


 Muslim, berakal, dan baligh
 Berniat memandikan jenazah
 Jujur dan sholeh
 Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan
memandikannya sebagaimana yang diaajarkan sunnah serta mampu menutupi
aib si mayat.
c. Mayat yang wajib untuk dimandikan
 Mayat seorang muslim dan bukan kafir
 Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal
tidak dimandikan
 Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
 Bukan mayat yang mati syahid
d. Tatacara memandikan jenazah

Hal-hal yang perlu dipersiapkan

 Sediakan tempat mandi.


 Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan
 Sebuah spon penggosok
 Alat pengerus untuk mengerus dan menghaluskan kapur barus
 Shampoo
 Sidrin (daun bidara)
 Kapur barus
 Masker penutup hidung bagi petugas
 Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan
 Air bersih
 Pengusir bau busuk dan minyak wangi daun sidrin(bidara)
e. Cara memandikan
 Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
 Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
 Air bersih
 Sediakan air sabun.
 Sediakan air kapur barus.
 Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
 Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya,
celah jari tangan dan kaki dan rambutnya.
 Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-
lahan.
 Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
 Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat :

Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :

‫ت هللِ تَ َعالَى‬ ْ ‫ْت ْال ُغ ْس َل لِهَ َذ‬


ِ ِّ‫اال َمي‬ ُ ‫ن ََوي‬

Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :

‫ْت ْال ُغ ْس َل لِهَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬


ُ ‫نَ َوي‬

 Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
 Siram sebelah kanan 3 kali.
 Siram sebelah kiri 3 kali.
 Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah
belakang.
 Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
 Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
 Setelah itu siram dengan air kapur barus.
 Setelah itu jenazahnya diwudukkan .

Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :

‫ت هللِ تَ َعالَى‬ ْ ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِهَ َذ‬


ِ ِّ‫اال َمي‬ ُ ‫ن ََوي‬

“aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t”

‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِهَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬


ُ ‫نَ َوي‬

“aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t”

Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai
dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya.
Jenazah lelaki hendaklah dimandikan oleh lelaki dan mayat wanita hendaklah
dimandikan oleh perempuan. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan
baik, dilap menggunakan lap pada seluruh badan mayat.

f. Faedah Tata Cara Memandikan Jenazah


 Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah dibasuh
sebanyak tujuh kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat keluar kotoran itu)
dengan kapas, kemudian mencuci kembali anggota yang terkena najis itu, lalu si
mayit diwudhukan kembali. Sedangkan jika setelah dikafani masih keluar juga,
tidaklah perlu diulangi memandikannya, sebab hal itu akan sangat merepotkan.
 Apabila si mayat meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram dalam
rangka menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan dengan air
ditambah perasaan daun bidara seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun tidak
perlu dibubuhi wewangian dan tidak perlu ditutup kepalanya (bagi jenazah pria).
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam mengenai seseorang
yang wafat dalam keadaan berihram pada saat menunaikan haji.
 Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun
hendaklah dimakamkan bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka.
Demikian pula mereka tidak perlu dishalatkan.
 Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan, jenazahnya
hendaklah dimandikan, dishalatkan dan diberi nama baginya. Adapun sebelum itu
ia hanyalah sekerat daging yang boleh dikuburkan di mana saja tanpa harus
dimandikan dan dishalatkan.
 Apabila terdapat halangan untuk memamdikan jenazah, misalnya tidak ada air
atau kondisi jenazah yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka cukuplah
ditayamumkan saja. Yaitu salah seorang di antara hadirin menepuk tanah dengan
kedua tangannya lalu mengusapkannya pada wajah dan kedua punggung telapak
tangan si mayit.
 Hendaklah petugas yang memandikan jenazah menutup apa saja yang tidak baik
untuk disaksikan pada jasad si mayit, misalnya kegelapan yang tampak pada
wajah si mayit, atau cacat yang terdapat pada tubuh si mayit dll.

2) Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu


yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah
muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan
sebagai berikut:

‫ها جر نا سع ر سو ل ا هلل صلى ا هلل عليه و سلم كلتمس و جه ا هلل فو قع ا جرنا على هللا فمنا من ما ت لم يأ كل من ا‬
,‫ر جت ر جال ه‬¢¢‫ ا ذا غطينا بها ر أ سه خ‬,‫جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو م ا حد فلم نجد ما لكفنه ا ال بر د ة‬
‫ل على ر‬¢¢‫ه و ا ن نجع‬¢¢‫لم ا ن نغطي ر أ س‬¢¢‫ه و س‬¢¢‫و ا ذا غطينا بها ر جليه حر ج ر أ سه فأ مر نا ا لنبي صلى ا هلل علي‬
)‫جليه من ا ال ذ خر (رواه ا لبخا ر ى‬

Artinya: “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah
SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada
yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab
bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali
selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya
tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi
kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R Bukhari)

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:

 Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi
seluruh tubuh mayat.
 Kain kafan hendaknya berwarna putih.
 Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
 Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
 Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:

Untuk mayat laki-laki

 Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas
serta setiap lapisan diberi kapur barus.
 Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain
kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
 Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
 Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara
yang lembut.
 Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau
lima ikatan.
 Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu,
rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup
auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

Untuk mayat perempuan

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:

 Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.


 Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
 Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
 Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
 Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:

 Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian


dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain
dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau
dengan kapur barus.
 Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
 Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
 Pakaikan sarung.
 Pakaikan baju kurung.
 Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
 Pakaikan kerudung.
 Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung
kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
 Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

3) Menshalatkan Jenazah

Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu kifayah.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Shalatilah orang yang
meninggal dunia diantara kamu”

Orang paling utana untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:

a. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah.
b. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
c. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.
d. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.
e. Keluarga terdekat.
f. Kaum muslimim seluruhnya.

Fardhu kifayah adalah kewajiban yang dituntut dari umat Islam secara bersama-
sama (kolektif), bukan perseorangan. Artinya, kewajiban itu gugur jika sudah
dilaksanakan oleh sekelompok kaum muslimin, sedangkan yang lain tidak berdoa.
Namun jika tidak ada yang melaksanakannya, maka seluruh kaum muslimin terkena
dosa.

Sholat jenazah hukumnya fardhu kifayah, sebagaimana telah disepakati para ulama.
Bagaimana tata cara sholat jenazah, bacaan, doa dan keutamaannya? Berikut ini
pembahasannya.

Menurut kitab Tanwiul qulub apabila jenazahnya laki-laki, maka ketika di sholatkan
posisi kepala berada di selatan. Sedang jika jenazahnya perempuan posisi kepala
disebelah utara.

Untuk jenazah laki-laki imam berdiri tepat kearah kepala jenazah sedangkan jika jenazah
perempuan imam berdiri mengarah ke pinggang jenazah. Jadi kalau jenazah perempuan
kepalanya ada disebelah kanan imam.

a. Niat Sholat Jenazah

Seperti sholat-sholat lainnya, sholat Jenazah juga diawali dengan membaca niat
sholat jenazah dalam hati atau dengan suara lirih.

Untuk bacaan niat sholat Jenazah berbeda antara jenazah laki-laki dan perempuan.
Simak ulasan bacaan niat sholat jenazah berikut ini.

Bacaan niat sholat jenazah laki-laki

Bacaan niat sholat jenazah perempuan


a) Syarat Sholat Jenazah

Syarat sholat Jenazah adalah:

1. Orang yang melakukan sholat Jenazah harus Muslim.


2. Dalam keadaan suci dari hadast kecil maupun hadast besar.
3. Menutup aurat seperti layaknya melaksanakan sholat lainnya.
4. Menghadap kiblat.
5. Jenazah yang disholati adalah muslim atau beragama islam.
6. Jenazah yang akan disholati sudah dalam keadaan bersih atau sudah
dimandikan.

Sedangkan membungkus jenazah dengan kain kafan tidak termasuk dalam syarat
sholat jenazah. Untuk itu boleh melakukan sholat jenazah kepada jenazah yang
sudah dimandikan walau belum dikafani.

b) Rukun Sholat Jenazah

Sholat jenazah memiliki rukun-rukun yang jika tidak dipenuhi, maka sholatnya
batal dan tidak dianggap oleh syariat.

Rukun sholat Jenazah ada 7, yaitu:

1. Niat
2. Takbir dengan empat takbiran
3. Berdiri bagi yang kuasa
4. Membaca Al-Fatihah
5. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad setelah takbir kedua
6. Doa terhadap jenazah setelah takbir ketiga
7. Salam

c) Tata cara sholat jenazah

1) Berdiri tegak Membaca Niat kemudian Takbiratul Ikhram dilanjutkan membaca


Al Fatihah

Seperti sholat -sholat lainnya, setiap akan memulai sholat maka diawali dengan
berdiri tegak dan membaca niat sholat jenazah sesuai dengan jenazahnya.

Setelah melafadzkan niat dalam hati atau dengan suara lirih, kemudian takbiratul
ihram yang didalam digerakkan niat diatas.

Tangan disedekapkan di atas pusar, kemudian membaca Al-Fatihah, tanpa


menambahi dengan surat-surat lain. Semua didalam takbir pertama termasuk niat
yang diucapkan didepan tadi.

2) Takbir Kedua Kemudian Membaca Sholawat

Membaca takbir kedua dengan mengangkat tangan setinggi telinga atau sejajar
bahu.Kemudian tangan kembali disedekapkan di atas pusar.

Kemudian membaca shalawat kepada Nabi Muhammad. Boleh membaca


sholawat nabi yang pendek dan boleh juga yan panjang sebagaimana shalawat
nabi yang umum berikut.

Bacaan Sholawat Nabi


Arti Bacaan Sholawat Nabi

“Ya Allah, anugerahkan shalawat kepda Nabi Muhammad dan keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada Nabi
Ibrahim.Berikanlah keberkahan kpada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi kepada keluarga Nabi
Ibrahim dan keluarganya. Di dalam alam inilah Engaku Tuhan yang Maha
Terpuji dan Maha Mulya.”

3) Takbir Ketiga Kemudian Membaca Doa Untuk Jenazah

Mendoakan kepada jenazah, dengan membaca doa sholat jenazah sebagai berikut.

Doa Sholat Jenazah

Arti Bacaan Doa Sholat Jenazah


“Ya Allah, ampunilah din, belas kasihanilah dia, hapuskanlah dan ampinulah dosa-
dosanya, mulyakan tempatnya (ialah surga) dan luaskanlah kuburannya. Basuhkanlah
kesalahan-kesalahannya sampai bersih sebagaimana bersihnya kain putih dari
kotoran.”

“Gantikanlah rumah lebih baik daripada rumahnya yang dulu, keluarganya lebih baik
daripada keluarganya yang dulit; dan masukkanlah ia ke dalam surge dan jauhkanlah
ia dari siksa kubur dan siksa api neraka.”

Apabila jenazahnya perempuan cukup mengganti lafadz “hu” menjadi “ha“, seperti
contoh berikut.

“Allaahummagh firlahu war hamhu wa’aafihu wa’fu ‘anhu wa akrim nuzulahu”


diganti menjadi berikut.

“Allaahummagh firlaha war hamha wa’aafiha wa’fu ‘anha wa akrim nuzulaha“

4) Takbir Keempat Kemudian Berdoa Untuk Jenazah Lagi

Setelah takbir keempat, kemudian membaca Doa sholat jenazah lagi sebagai berikut.

ُ‫اللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا َأجْ َرهُ َوالَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ َو ا ْغفِرْ لَنَا َولَه‬

Artinya :

“Ya Allah, janganlah engkau menutup-nutupi pahala mayit ini kepada kami dan
janganlah diberikan fitnah kepada kami setelah kami meninggalkan mayit tersebut,
ampunilah kami dan ampunilah dia.”

Jika jenazahnya perempuan, maka “hu” diganti “ha” menjadi:

‫اللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا َأجْ َرهَا َوالَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهَا َو ا ْغفِرْ لَنَا َولَهَا‬

“Allahumma laa tahrrimna aj-raha walaa taftinnaa ba’daha wagh firlanaa walaha”

Dalam takbir ke empat ini apabila jenazahnya belum baligh diganti doa sebagai
berikut.
Doa Jenazah Anak-Anak yang Belum Baligh

Arti Doa Jenazah Anak-Anak yang Belum Baligh

“Ya Allah, jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala yang didahulukan, simpanan
bagi kedua orang tuanya dan pemberi syafaat yang dikabulkan doanya. Ya Allah,
dengan musibah ini, beratkanlah timbangan perbuatan mereka dan berilah pahala
yang agung.”

“Anak ini kumpulkan dengan orang-orang yang shalih dan jadikanlah dia dipelihara
oleh Nabi Ibrahim. Peliharalah dia dengan rahmatMu dari siksaan Neraka Jahim.
Berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (di Surga)
yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia). Ya Allah, ampunilah pendahulu-
pendahulu kami, anak-anak kami, dan orang-orang yang mendahului kami dalam
keimanan.”

5) Mengucapkan Salam

Setelah selesai membaca doa sholat jenazah pada takbir keempat, kemudian
dilanjutkan dengan mengucapkan salam sambil menoleh kekanan dan kekiri.

Bacaan Salam
Arti Bacaan Salam Arab

“Salam sejahtera untuk semua, rahmat Allah dan Barokah Allah juga untuk kamu
semua.”

6) Doa Selesai Sholat Jenazah

Sebelum berdoa sebaiknya imam memimpin untuk memberikan kepada jenazah,


membaca Al-Fatihah (kemudian berdoa dan makmum meng-Amiinkan doa imam
tersebut).

Doa Setelah Sholat Jenazah


Arti Doa Setelah Sholat Jenazah

“Ya Allah, curahkanlah rahmat atas junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada
keluarga Nabi Muhammad. Oh Allah, dengan berkahnya surat Al Fatihah,
bebaskanlah dosa kami dan dosa mayat ini dari siksaan api neraka (3 kali).”

“Ya Allah, curahkanlah rahmat dan berilah ampunan kepada mayat ini. Dan
jadikanlah tempat kuburnya taman nyaman dari surga dan janganlah Engkau
menjadikan kuburnya itu lubang jurang neraka. Semoga Allah memberi rahmat
kepada semulia-mulia makhluk-Nya yaitu junjungan kami Nabi Muhammad dan
keluarganya serta sahabat-sahabatnya sekalian. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh
alam.”

d) Keutamaan

Sholat jenazah memiliki keutamaan yang sangat besar. Pahalanya adalah satu qirath,
yakni sebesar Gunung Uhud. Jika mengiringi jenazah, menshalatkan dan
mengantarkan hingga pemakamannya, pahalanya adalah dua qirath.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ال َأصْ َغ ُرهُ َما ِم ْث ُل ُأ ُح ٍد‬


َ َ‫ قِي َل َو َما ْالقِي َراطَا ِن ق‬.‫ان‬
ِ َ‫صلَّى َعلَى َجنَازَ ٍة َولَ ْم يَ ْتبَ ْعهَا فَلَهُ قِي َراطٌ فَِإ ْن تَبِ َعهَا فَلَهُ قِي َراط‬
َ ‫َم ْن‬

“Barangsiapa menshalatkan jenazah dan tidak mengiringinya (ke pemakaman), ia akan


memperoleh pahala sebesar satu qirath. Jika dia juga mengiringinya (hingga
pemakamannya), ia akan memperoleh dua qirath.” Ditanyakan, “Apa itu dua qirath?”
Beliau menjawab, “Yang terkecil di antaranya semisal Gunung Uhud.” (HR. Muslim)

Mengetahui keutamaan yang luar biasa ini, Ibnu Umar sangat menyesal pernah terlewat
tidak mensholati beberapa orang dalam hidupnya.

Selain keutamaan untuk yang sholat, sholat jenazah juga memiliki keutamaan besar bagi
si mayit yang disholatkan. Terutama jika jamaah yang mensholatkan jumlahnya banyak,
40 orang atau lebih. Sebagaimana sabda Rasulullah:

‫وت فَيَقُو ُم َعلَى َجنَا َزتِ ِه َأرْ بَعُونَ َر ُجالً الَ يُ ْش ِر ُكونَ بِاهَّلل ِ َش ْيًئا ِإالَّ َشفَّ َعهُ ُم هَّللا ُ فِي ِه‬
ُ ‫َما ِم ْن َرج ٍُل ُم ْسلِ ٍم يَ ُم‬
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lantas dishalatkan oleh 40 orang yang tidak
berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan syafa’at
(doa) mereka untuknya.” (HR. Muslim)

Bahkan kalaupun jamaahnya kurang dari 40 orang namun bisa dibagi menjadi tiga shaf
(misal 30 orang, tiap shaf 10 orang), si mayit juga akan mendapatkan keutamaan
tersebut.

َ ‫وف ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمينَ ِإالَّ َأوْ َج‬


‫ب‬ ُ ُ‫ُصلِّى َعلَ ْي ِه ثَالَثَة‬
ٍ ُ‫صف‬ ُ ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يَ ُم‬
َ ‫وت فَي‬

“Tidaklah seorang muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum muslimin melainkan
doa mereka akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud; hasan).

4) Menguburkan Jenazah

Kewajiban yang keempat yaitu menguburkan jenazah secepatnya. Proses


menguburkan jenazah untuk umat muslim tidak asal dimasukkan ke lubang dan ditimbun
tanah begitu saja.

Ada beberapa aturan pe;aksanaan penguburan jenazah yang sudah ditetapkan dalam
ajaran Islam. Ada perlakuan khusus yang harus dilakukan dan juga ada doa-doa yang
harus diucapkan.

Allah berfirman dalam Al Quran surah Al-Isra ayat 70

‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آ َد َم‬

Artinya:

“Dan sungguh telah Kami muliakan anak keturunan Adam.” (QS. Al-Isra ayat 70)

a. Langkah-Langkah Menguburkan Jenazah Sesuai Syariat Islam


 Jenazah dikuburkan didalam sebuah lubang yang dalamnya sekitar tingginya orang
dewasa berdiri dan dengan lebar seukuran satu dzira lebih satu jengkal.
 Ketika menaruh jenazah ke lubang kubur wajib memiringkan tubuh jenazah ke
sebelah kanan dan menghadapkannya ke arah kiblat.
 Melepas tali ikatannya dimulai dari kepala setelah jenzah diletakkan dalam lubang
kubur.
 Menutup lubang kubur dan memberikan batu nisan sebagai tanda biar mudah
dikenali jenazah yang dikuburkan.

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas


pundak dari keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa.


Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan
atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.

Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan
binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non
muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
 Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
 Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk
huruf U memanjang).
o Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
o Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

o Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang


lahat dari
 arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak
memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
o Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan:
“BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma
Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika
menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam.

 Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam
posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan
kedua kaki
o Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab
tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang
telah dijelaskan.
o Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
o Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
o Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam
liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke
atas jenazah tersebut.
o Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk
makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
o Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki
air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah
ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil”
II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
o Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab
pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah
selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan
kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-
sendiri). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.

b. Larangan Terhadap Kubur

Dilarang mendirikan bangunan di atas kubur dan tidak boleh kubur disemen. Ini pendapat
dalam madzhab Syafi’i namun banyak diselisihi oleh kaum muslimin di negeri kita
karena kubur yang ada saat ini dipasang kijing, marmer dan atap.

Padahal terdapat hadits, dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi bangunan di
atas kubur.” (HR. Muslim no. 970). Sudah dibahas oleh Rumaysho.Com: Memasang
Kijing, Marmer dan Atap di Atas Kubur.

c. Terhadap Keluarga Mayit

Boleh menangisi mayit asal tidak dengan niyahah (meratap atau meraung-raung dengan
suara teriak atau keras), diharapkan keluarga sabar dan ridho.

Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat diambil beberapa
hikmah, antara lain:

o Memperoleh pahala yang besar.


o Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
o Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa
atas musibah yang dideritanya.
o Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
o Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

Tata Cara Mengurus Bayi yang Meninggal

Bayi yang lahir kemudian langsung meninggal dunia biasanya kelahirannya sebelum 6 bulan
kandungan. Bayi 6 bulan jelas sudah bernyawa akan tetapi kesempuraan didalam dirinya ada
kekurangan, sehingga ada yang meninggal dan juga ada yang hidup.

Untuk mengurus kematian bayi seperti ini ada ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan,
sebab tidak lamanya bayi maninggal di urus dengan tata kewajiban muslim kepada jenazah.

Ketentuan-ketentuan untuk mengurus Bayi yang meninggal

 Apabila bayi sudah lahir dan bayi sempat menjerit sebentar kemudian meninggal,
hukumnya seperti anak yang meninggal. Perlu dimandikan, dikafani, dishalati dan
dikubur.
 Bayi yang lahir tanpa ada jeritan dan langsung mati, sementara bentuk tubuhnya sudah
sempurna, kita hanya berkewajiban memandikan, mengkafani dan mengubur.
 Bayi yang lahir tanpa ada jeritan dan langsung mati dan belum sempurna bentuk
tubuhnya hanya berkewajiban mengubur saja.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia sebagai makhluk yang
mulia disisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelenggaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya kewajiban ini dibebankan kepada
seluruh mukallaf ditempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban seluruh mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu adalah :

1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari cara pengurusan jenazah, antara lain:

1. Memperoleh pahala yang besar


2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama muslim
3. Meringanka beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan bela sungkawa atas
musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

Sebagai bukri bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut
aturan Allah SWT dan RasulNya.

B. SARAN

Dengan adanya makalah pembahasan tentang penyelenggaraan jenazah ini, penulis berharap
kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk
menyambut kematian itu. Selain itu, penulis juga berharap agar pembahsan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua.

Anda mungkin juga menyukai