DISUSUN
KELOMPOK 11
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
KATA PENGANTAR
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman teman yang sudah memberi
kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah
swt yang telah memberikannya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah
swt atau memanfaatkan anugerah Allah SWT. Hidup yang dibimbing oleh syariah
akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt
dan Rasul Nya, salah satu cara untuk mencapai tuntunan tersebut adalah dengan
beribadah.
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syariat Nya.
Dalam ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan.
Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam makalah ini akan membahas
mengenai ibadah dalam islam beserta hikmahnya.
3. Apa saja ruang lingkup ibadah dan apa syarat diterimanya ibadah?
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ibadah dan apa syarat diterimanya ibadah?
ISI
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa arab yaitu abida-ya`budu-
`abdan-`ibadatan, yang berarti taat, tunduk, patuh,dan merendahkan diri.
Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang
tunduk, patuh dan merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut abid (yang
beribadah).
Jadi dari pengertian, Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan
yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan,
baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT
dan mengharapkan pahala-Nya.
Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat
dipahami maknanya (maqulat al-mana) seperti hukum yang menyangkut dengan
muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami maknanya (ghair
maqulat al-mana), seperti shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan
seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti dzikir, dan
hati seperti niat.
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada
Allah SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam
Ibnu Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan
diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin
ataupun yang dhahir (nyata).
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita, seperti yang terdapat dalam surat adz-
dzariat ayat 56, yang menunjukkan bahwa tugas kita sebagai manusia
adalah untuk beribadah kepada allah.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu
yang dicintai Allah).
Ibadah harus dibangun atas tiga dasar. Pertama, cinta kepada Allah dan Rasul-
Nya dengan mendahulukan kehendak, perintah, dan menjauhi larangan-Nya.
Rasulullah saw. Bersabda,
Ada tiga hal yang apabila terdapat dalam seseorang niscaya ia akan
mendapatkan manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
daripada yang lain; bahwa ia tidak mencintai seseorang melainkan semata
karena Allah; dan bahwa ia membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya, sebagaimana ia membenci untuk dilemparkan ke dalam
neraka. (HR Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik)
Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia
akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan
Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan
kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta menyandarkan segala
kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah ikrar seorang
muslim seperti tertera dalam Al-Quran surat Al-Fatihah ayat 5Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari
penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah
anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima
dan memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika
berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap
kehidupan pribadi dan masyarakat.
Ibadah umum atau ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan
oleh Allah, misalnya; belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain
sebagainya.
Jadi, ibadah secara umum ini termasuk fardhu kifayah dan sebagian yang
hukum asalnya mubah. Ibadah umum sangat luas yang mencakupi atau
merangkumi seluruh pekara yang berkaitan kehidupan manusia. Akan tetapi
jika bertemu adanya nash yang mengharamkannya, misalnya ada dalil yang
melarang mengucap dzikir dengan lisan di dalam tandan atau WC, maka ia
haram mengucapkannya selama berada di dalamnya. Selain itu selama dalil
umum yang memayungi keharusan ibadah sunah tersebut dan tidak ada pula
dalil pengharaman bentuk dan cara pelaksanaannya, maka dibenarkan untuk
mengamalkannya.
Ibadah khusus atau mahdhah adalah ibadah yang apa saja yang telah
ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis
ibadah yang termasuk mahdhah misalnya adalah Thaharah, Shalat, Puasa, Zakat
dan Haji.
Ibadah dalam bentuk ini juga memiliki prinsip seperti ibadah secara umum
tadi dan prinsip ini lebih bersifat mengikat prinsip tersebut terdiri dari empat
yaitu:
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu,
akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah
tasyri, shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya.
keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar
ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.
a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil
Secara bahasa, hikmah berarti kebijaksanaan, atau arti yang dalam. Hikmah
juga berarti mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan. Ahli
tasawuf mengartikan hikmah sebagai pengetahuan tentang rahasia Allah dalam
menciptakan sesuatu.
Para ahli berpendapat bahwa intisari filsafat ada dalam Al Quran tetapi Al
Quran bukanlah buku filsafat. Maka, tidak salah bila dikatakan bahwa hikmah
adalah rahasia tersembunyi dari si pembuat syariat (Allah), yang bisa ditangkap oleh
manusia melalui ilham yang dianugerahkan Allah ke dalam jiwa manusia ketika yang
bersangkutan bersih dari gangguan-gangguan hawa nafsu, sementara filsafat adalah
rahasia syariat yang ditemukan oleh manusia melalui upaya penalaran akalnya.
Jadi, hikmah yang ditemukan oleh manusia itu bisa disebut sebagai filsafat syariat,
atau Filsafat Hukum Islam
Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat
adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah
berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya
serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-
Nyaatau mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah
dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.
Shalat di nilai sah dan semprna apabila shalat tersebut di laksanakan dengan
memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun dan hal-hal yang disunnahkan serta
terlepas dari hal-hal yang membatalkanya
Syarat-syarat Shalat adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita
melaksanakan shalat. Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Syarat wajib Shalat adalah syarat yang wajib di penuhi dan tidak bisa
di nego-nego lagi. Seperti Islam, berakal dan tamziz atau baligh. suci
dari haid dan nifas serta telah mendengar ajakan dakwah islam.
2. Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat
shalat.
3. Menutup aurot
5. Menghadap kiblat
1. Niat.
2. Takbiratul Ihram.
4. Membaca al-Fatihah.
5. Ruku.
13. Tertib.
a. Macam-macam shalat
1. Shalat fardu
2. Mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar seperti surat al-
angkabut ayat 45
Puasa atau As Shoum adalah salah satu Rukun Islam yang mulai
disyariatkan pada tahun ke II Hijriah.
Pengertian Puasa secara Terminologi berasal dari bahasa arab As
Shoum yang bermakna ( )yang berarti Menahan.Dan Secara
Terminologi, Puasa Adalah menahandari sesuatu yang membatalkan
puasa dengan niat yang khusus pada seluruh siang harinya orang yang
melakukan puasa yang ber akal suci, dan suci dari haidl dan nifas).
3. Mempererat Silaturahmi
Ibadah di dalam syariat Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan
diridhai-Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan
menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang
enggan melaksanakannya dicela. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai
oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan
maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan
pahala-Nya
c. Ruang lingkup ibadah terdiri atas ibadah mahdah dan ghairu mahdah.
3.2 Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita,
yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Quran dan Hadits baik
dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum)
dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2.
Syihab, M. Quraisy, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda
Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Cet. Ke-1.
Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syariah, (Surabaya: PT. pamator, 1999), Cet. Ke-1
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-1.
Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2.
Zakiyah Daradjat, ILMU FIQIH, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-1, Hal.
5.