Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HIKMAH IBADAH DALAM ISLAM

AGIAH LOGO UNAND DRA!!!

DISUSUN

KELOMPOK 11

ALMUIZZA KHALIQ 1710923029

ROJA RESQULLAH 1710922074

YENDRA SYAFDA 1710921003

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan


kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Yang berjudul IBADAH DALAM
ISLAM

Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman teman yang sudah memberi
kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Padang, November 2017

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah
swt yang telah memberikannya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah
swt atau memanfaatkan anugerah Allah SWT. Hidup yang dibimbing oleh syariah
akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt
dan Rasul Nya, salah satu cara untuk mencapai tuntunan tersebut adalah dengan
beribadah.

Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya,


karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam islam
ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah
diajarkan oleh Nabi Muhammmad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada
kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Quran dan
segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan nabi atau dengan kata lain disebut
dengan hadits nabi

Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syariat Nya.
Dalam ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan.
Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam makalah ini akan membahas
mengenai ibadah dalam islam beserta hikmahnya.

1.2 .Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengertian ibadah dan hakikatnya?

2. Apa saja dasar dasar ibadah dan fungsi dari ibadah?

3. Apa saja ruang lingkup ibadah dan apa syarat diterimanya ibadah?

4. Apa hikmah dari beribadah?


5. Apa saja keutamaan dari ibadah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pengertian ibadah dan hakikatnya?

2. Untuk mengetahui dasar dasar ibadah dan fungsi dari ibadah?

3. Untuk mengetahui ruang lingkup ibadah dan apa syarat diterimanya ibadah?

4. Untuk mengetahui hikmah dari beribadah?

5. Untuk mengetahui keutamaan dari ibadah?


BAB II

ISI

2.1 Pengertian dan Hakikat Ibadah

2.1.1 Pengertian Ibadah

Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa arab yaitu abida-ya`budu-
`abdan-`ibadatan, yang berarti taat, tunduk, patuh,dan merendahkan diri.
Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang
tunduk, patuh dan merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut abid (yang
beribadah).

Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah


sebagai berikut :

a. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu:

Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri


dan menundukkan jiwa kepada-NyaSelanjutnya mereka mengatakan bahwa
ibadah itu sama dengan tauhid. Ikrimah salah seorang ahli hadits mengatakan
bahwa segala lafadz ibadah dalam Al-Quran diartikan dengan tauhid.

b. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:

Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala


bentuk syariat (hukum)Akhlak dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban)
yang diwajibkan atas pribadi, baik yang berhubungan dengan diri sendiri,
keluarga maupun masyarakat, termasuk kedalam pengertian ibadah

c. Menurut ahli fikih ibadah adalah:

Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah


SWT dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.

Jadi dari pengertian, Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan
yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan,
baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT
dan mengharapkan pahala-Nya.

Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat
dipahami maknanya (maqulat al-mana) seperti hukum yang menyangkut dengan
muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami maknanya (ghair
maqulat al-mana), seperti shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan
seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti dzikir, dan
hati seperti niat.

2.1.2 Hakikat Ibadah

Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada
Allah SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam
Ibnu Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan
diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin
ataupun yang dhahir (nyata).

Adapun hakekat ibadah yaitu:

1. Ibadah adalah tujuan hidup kita, seperti yang terdapat dalam surat adz-
dzariat ayat 56, yang menunjukkan bahwa tugas kita sebagai manusia
adalah untuk beribadah kepada allah.

2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.

3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan


meninggalkan larangan-Nya.

4. Hakikat ibadah sebagai cinta.

5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu
yang dicintai Allah).

6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala


bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

2.2 dasar-dasar ibadah dan fungsi ibadah

2.2.1 dasar-dasar ibadah

Ibadah harus dibangun atas tiga dasar. Pertama, cinta kepada Allah dan Rasul-
Nya dengan mendahulukan kehendak, perintah, dan menjauhi larangan-Nya.
Rasulullah saw. Bersabda,

Ada tiga hal yang apabila terdapat dalam seseorang niscaya ia akan
mendapatkan manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
daripada yang lain; bahwa ia tidak mencintai seseorang melainkan semata
karena Allah; dan bahwa ia membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya, sebagaimana ia membenci untuk dilemparkan ke dalam
neraka. (HR Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik)

2.2.2 fungsi ibadah

Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.

1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia
akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan
Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan
kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta menyandarkan segala
kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah ikrar seorang
muslim seperti tertera dalam Al-Quran surat Al-Fatihah ayat 5Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari
penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu

2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah
anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima
dan memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika
berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap
kehidupan pribadi dan masyarakat.

3. Melatih diri untuk berdisiplin

Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita


untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam
pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku,
sujud dan aturan-aturan lainnya,

2.3 Ruang Lingkup dan Syarat diterimanya Ibadah

2.3.1 Ruang Lingkup Ibadah


a. Ibadah Secara Umum (ghairu mahdhah)

Ibadah umum atau ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan
oleh Allah, misalnya; belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain
sebagainya.

Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada empat yaitu:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.


Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh
melakukan ibadah ini.

b. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya


dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bidah, atau jika ada yang
menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bidah, maka
bidahnya disebut bidah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah
disebut bidah dhalalah.

c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,


manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.
Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat,
maka tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh


dilakukan.

Jadi, ibadah secara umum ini termasuk fardhu kifayah dan sebagian yang
hukum asalnya mubah. Ibadah umum sangat luas yang mencakupi atau
merangkumi seluruh pekara yang berkaitan kehidupan manusia. Akan tetapi
jika bertemu adanya nash yang mengharamkannya, misalnya ada dalil yang
melarang mengucap dzikir dengan lisan di dalam tandan atau WC, maka ia
haram mengucapkannya selama berada di dalamnya. Selain itu selama dalil
umum yang memayungi keharusan ibadah sunah tersebut dan tidak ada pula
dalil pengharaman bentuk dan cara pelaksanaannya, maka dibenarkan untuk
mengamalkannya.

b. Ibadah Secara Khusus (mahdhah)

Ibadah khusus atau mahdhah adalah ibadah yang apa saja yang telah
ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis
ibadah yang termasuk mahdhah misalnya adalah Thaharah, Shalat, Puasa, Zakat
dan Haji.

Ibadah dalam bentuk ini juga memiliki prinsip seperti ibadah secara umum
tadi dan prinsip ini lebih bersifat mengikat prinsip tersebut terdiri dari empat
yaitu:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran


maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan
oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini
selama tidak ada perintah.

b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu,
akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah
tasyri, shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya.
keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar
ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.

Jadi , jenis dari ibadah ini keberadaannya harus berdasarkan sumber-sumber


hukum Islam (Al-Quran dan Hadits), bukan berasal atau ditetapkan oleh akal
logika melainnya berasal dari wahyu Allah SWT. Dan hamba (semua manusia)
wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata
untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah SWT.

2.3.2 Syarat diterimanya Ibadah

a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil

b. Ittiba, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

c. Meninggalkan riya, artinya beribadah bukan karena malu kepada manusia


dan supaya dilihat oleh orang lain.
d. Bermuraqabah, artinya yakin bahwa Allah itu melihat dan selalu ada
disamping kita sehingga kita bersikap sopan kepada-Ny

2.4 Hikmah Ibadah

Secara bahasa, hikmah berarti kebijaksanaan, atau arti yang dalam. Hikmah
juga berarti mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan. Ahli
tasawuf mengartikan hikmah sebagai pengetahuan tentang rahasia Allah dalam
menciptakan sesuatu.

Para ahli berpendapat bahwa intisari filsafat ada dalam Al Quran tetapi Al
Quran bukanlah buku filsafat. Maka, tidak salah bila dikatakan bahwa hikmah
adalah rahasia tersembunyi dari si pembuat syariat (Allah), yang bisa ditangkap oleh
manusia melalui ilham yang dianugerahkan Allah ke dalam jiwa manusia ketika yang
bersangkutan bersih dari gangguan-gangguan hawa nafsu, sementara filsafat adalah
rahasia syariat yang ditemukan oleh manusia melalui upaya penalaran akalnya.
Jadi, hikmah yang ditemukan oleh manusia itu bisa disebut sebagai filsafat syariat,
atau Filsafat Hukum Islam

2.4.1 Hikmah dan Pelaksanaan Shalat

Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat
adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah
berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya
serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-
Nyaatau mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah
dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.

Shalat di nilai sah dan semprna apabila shalat tersebut di laksanakan dengan
memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun dan hal-hal yang disunnahkan serta
terlepas dari hal-hal yang membatalkanya

2.4.1.1 Syarat-syarat Shalat

Syarat-syarat Shalat adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita
melaksanakan shalat. Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Syarat wajib Shalat adalah syarat yang wajib di penuhi dan tidak bisa
di nego-nego lagi. Seperti Islam, berakal dan tamziz atau baligh. suci
dari haid dan nifas serta telah mendengar ajakan dakwah islam.

b. Syarat sah shalat itu ada 8 yaitu:

1. Suci dari dua hadas

2. Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat
shalat.

3. Menutup aurot

4. Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa rukbah( antara pusar


sampai lutut), sedangkan aurot perempuan adalah
jamii badaniha illa wajha wa kaffaien (semua anggota
tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan).

5. Menghadap kiblat

6. Mengerti kefarduan Shalat

7. Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu shalat


sebagaisuatu sunnah.

8. Menjauhi hal-hal yang membatalkan Shalat.[2]

2.4.1.2 Rukun Shalat

Shalat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan


dan ketentuannya, sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat
shalat tersebut tidak mungkin tercapai dan shalat itu pun dianggap tidak sah
menurut syara`.

1. Niat.

2. Takbiratul Ihram.

3. Berdiri Pada Saat Mengerjakan Shalat Fardhu

4. Membaca al-Fatihah.

5. Ruku.

6. Sujud dua kali setiap raka'at

7. Duduk antara dua sujud

8. Membaca tasyahud akhir


9. Duduk pada tasyahud akhir

10. Shalawat kepada Nabi SAW setelah tasyahud akhir.

11. Duduk diwaktu membaca shalawat.

12. Memberi salam

13. Tertib.

2.4.1.3 Macam-macam Pelaksanaan Shalat

a. Macam-macam shalat

Dilihat hukum melaksanakanya, pada garis besarnya shalat di bagi


menjadi dua, yaitu shalat fardu dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardu
juga di bagi menjadi dua, yaitu fardu ain dan fardu kifayah. Demikian pula
shalat sunah, juga di bagi menjadi dua, yaitu sunnah muakkad dan ghoiru
muakkad

1. Shalat fardu

Shalat fardu adalah shalat yang hukumnya wajib, dan apabila di


kerjakan mendapatkan pahala, kalau di tinggal mendaptkan dosa.
Contohnya: shalat lima wakktu, shalat jenazah dan shalat nadzar. Shalat
fardu ada 2 yaitu:

- Fardu Ain adalah shalat yang wajib di lakukan setiap manusia.


shalat ini di laksanakan sehari semalam dalam lima waktu
(isya, subuh, dhuhur, asar, magrib) dan juga shalat Jumat.

- Fardu kifayah adalah shalat yang di wajibkan pada


sekelompok muslim, dan apabila salah satu dari mereka sudah
ada yang mengerjakan maka gugurlah kewajiban dari
kelompok tersebut. Contoh: shalat jenazah.

Shalat fardu karena nadzar adalah shalat yang di wajibkan kepada


orang-orang yang berjanji kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur
kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah di terimanya. Contoh :
Ahmad akan melasanakan ujian, dia bilang kepada dirinya dan teman-
temanya, nanti ketika saya sukses mengerjakan ujian dan lulus saya akan
melakukan shalat 50 rokaat ketika pengumuman dia lulus maka Ahmad
wajib melaksanakan Shalat nadzaR
2. Shalat Sunnah

Shalat Sunnah adalah shalat yang apabila di kerjakan


mendapatkan pahala dan apabila tidak di kerjakan tidak
mendapatkan dosa. Shalat sunah di sebut juga dengan Shalat tatawu,
nawafil, manduh, dan mandzubat, yaitu shalat yang di anjurkan untuk di
kerjakan. Shalat sunnah juga di bagi 2 yaitu:

- Sunnah Muakkad adalah shalat sunah yang sealalu dikerjakan


atau jarang sekali tidak dikerjakan oleh Rosulluloh SAW dan
pelaksanaannya sangat dianjurkan dan di tekankan separti
solat witir, solat hari raya dan lain-lain

- Sunnah ghaeru muakkadah adalah solat sunah yang tidak


selalu dikerjakan oleh Rosulluloh SAW,dan juga tidak di tekan
kan untuk di kerjakan solat

2.4.1.4 Hikmah-Hikmah Shalat

Yang termasuk hikmah shalat yaitu:

1. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh dan mengingatNya,


sperti surat At-thaha ayat 14

2. Mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar seperti surat al-
angkabut ayat 45

3. Mendekatkan diri kepada Alloh seperti surat al-Alaq ayat 19

4. Penyerahan diri manusia kepada Alloh secara tulusn ikhlas sperti


surat al-Bayyinah ayat 5

5. Meningkatkan disiplin, sabar, dan khusuk sperti surat al-Mukminum


ayat 1-3

6. Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa raga seperti surat asy-Syams


ayat 9-10

7. Meningkatkan sifat toleransi terhadap sesama manusia sperti surat


al-Isra ayat 110.

2.4.2 Hikmah dan pelaksanaan puasa

2.4.2.1 Pengertian Puasa

Puasa atau As Shoum adalah salah satu Rukun Islam yang mulai
disyariatkan pada tahun ke II Hijriah.
Pengertian Puasa secara Terminologi berasal dari bahasa arab As
Shoum yang bermakna ( )yang berarti Menahan.Dan Secara
Terminologi, Puasa Adalah menahandari sesuatu yang membatalkan
puasa dengan niat yang khusus pada seluruh siang harinya orang yang
melakukan puasa yang ber akal suci, dan suci dari haidl dan nifas).

Sedangkan menurut istilah fiqih lain, adalah menahan diri dari


segala perbuatan yang membatalkan, seperti makan, minum dan
senggama, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan niat
dan persyaratan tertentu. Dasar dari puasa adalah surat albaqarah
ayat 183.

2.4.2.2 Hikmah Puasa

Hikmah dari puasa yaitu:

1. Melatih Disiplin Waktu

2. Keseimbangan dalam Hidup

3. Mempererat Silaturahmi

4. Lebih Perduli Pada Sesama

5. Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan

6. Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah

7. Berhati-hati Dalam Berbuat

8. Berlatih Lebih Tabah

9. Melatih Hidup Sederhana

2.4.3 Hikmah dan pelaksanaan zakat

2.4.3.1 pengertian zakat

Zakat menurut bahasa artinya suci dan subur.


Sedangkan menurut istilah syarazakat ialah
mengeluarkan dari sebagian harta benda atas
perintah Allah,sebagai shadaqah wajib kepada
mereka yang telah ditentukan oleh hukum Islam.
Zakat itu ada dua macam yaitu zakat mal dan
zakat fithrah. Harta benda yang wajib
dikeluarkan zakatnya yaitu :
a. Emas,perak dan mata uang
b. Harta perniagaan
c. Binatang ternak seperti unta,lembu
(kerbau ),kambing dan biri-biri
d. Buah-buahan dan biji- bijian yang dapat
dijadikan makanan pokok
e. Barang tambang dan barang temuan

2.4.3.2 Hikmah zakat


Hikmah zakat ialah:
1. Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan
membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir
dan bakhil
2. Zakat mengandung arti rasa persamaan
yang memikirkan nasib manusia dalam
suasana persaudaraan
3. Zakat dapat menjaga timbulnya rasa
dengki,irihati, dan menghilangkan jurang
pemisah antara si miskin dan si kaya

2.4.4 Hikmah dan pelaksanaan ibdaha haji

2.4.4.1 pengertian ibadah haji

haji secara estimologi (bahasa) berarti kunjungan, ziarah dan


juga perjalanan (Al Qasdu), sedangkan Haji menurut syara berarti
Perjalanan menuju Baitul Haram dengan amal-amal yang khusus,
tempat-tempat tertentu yang dimaksud dalam definisi diatas adalah
selain Kabah dan Masa (tempat sai), juga Padang Arafah (tempat
wukuf), Muzdalifah (tempat mabit), dan Mina (tempat melontar
jumroh) yang merupakan tempat-tempat penting dalam Ibadah Haji.

2.4..4.2 hikmah ibadah haji

Hikmah ibadah haji adalah:


1. Membersihkan dosa.

2. Meningkatkan keimanan dan meneguhkan keimanan.

3. Belajar akan Sejarah dan Meneladaninya.

2.5 Keutamaan Ibadah

Ibadah di dalam syariat Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan
diridhai-Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan
menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang
enggan melaksanakannya dicela. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Dan Rabb-mu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan


bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku
akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. [Al-Mumin: 60]

Di antara keutamaan ibadah adalah

a. ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke


derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.

b. manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan


sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabiat adalah
lemah, fakir (butuh) kepada Allah

c. Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan


seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah
kepada Allah semata

d. ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan


dan meninggalkan kemunkaran.

e. seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan


dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan,
harap dan rasa cemas kepada mereka

f. bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan


Allah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai
oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan
maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan
pahala-Nya

b. Fungsi ibadah adalah mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya,


mendidik mental, dan menjadikan diri disiplin.

c. Ruang lingkup ibadah terdiri atas ibadah mahdah dan ghairu mahdah.

d. Hikmah ibadah adalah menjadikan manusia yang disiplin dan bertanggungjawab.

e. Keutamaan ibadah adalah untuk mensucikan jiwa dan meningkatkan derajat


manusia dihadapan tuhannya.

3.2 Saran

Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita,
yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Quran dan Hadits baik
dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum)
dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2.
Syihab, M. Quraisy, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda
Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Cet. Ke-1.
Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syariah, (Surabaya: PT. pamator, 1999), Cet. Ke-1
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-1.
Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2.
Zakiyah Daradjat, ILMU FIQIH, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-1, Hal.
5.

Anda mungkin juga menyukai