Anda di halaman 1dari 9

IBADAH AKHLAK

(PENDIDIKAN AGAMA II)


KONSEP DASAR IBADAH DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

1. DANANG D.P (15322001)


2. M. ARIEF SETIAWAN (15322095)
3. NINDIA APRIYANTI (15322103)

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
Kata pengantar

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas Ridhonya jualah
sehingga penyusun makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan harapan
penulis. Begitu pula salam dan taslim tak lupa penulis haturkan kepada Nabiullah
Muhammad SAW.
Walau hanya berbekal kemampuan yang serba terbatas, namun tidak
menjadikan melemahnya semangat jiwa untuk berusaha dan berkarya. Di dalam
makalah ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, yang semuanya itu telah merupakan bantuan yang sangat
berharga bagi penulis. Untuk itu sepantasnyalah kiranya jika penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setingi-
tinginya kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah
ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya dalam peningkatan mutu
pendidikan dan seluruh minat pembaca.
Semoga segala bantuannya yang telah diberikn buat penulis mendapat imbalan
yang setimpal dari Allah.

Penyusun,
Daftar isi

Kata pengantar
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan dasar hukum ibadah


2.2 Ruang lingkup ibadah
2.3 Prinsip-prinsip ibadah
2.4 Urgensi ibadah

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar pustaka
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ibadah merupakan kewajiban bagi setiap muslim maupun umat beragama
lainnya. Dan dalam kehidupan dinunia kita harus percaya dengan adanya
tuhan. Iman adalah hal yang paling dasar dalam kehidupan makhluk beragama
bisa disebut sebagai pondasi agama bila iman rusak maka runtuhlah agama
secara keseluruhan. Dalam islam iman dibagi menjadi enam, yaitu iman
kepada Allah, Rasul-Nya, Mlaikat-Nya, Kitab-kitabNya, Hari akhir, serta
iman kepada Qadla dan Qadar.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang ibadah. Yang mana
didalamnya memuat tentang Pengertian dan dasar hukum ibadah, Ruang
lingkup ibadah, Prinsip-prinsip ibadah, Urgensi ibadah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian dan dasar hukum ibadah?
2. Ruang lingkup ibadah?
3. Prinsip-prinsip ibadah?
4. Urgensi ibadah?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DASAR HUKUM IBADAH

2.1.1 PENGERTIAN IBADAH

Kata ibadah menurut bahasa berarti taat, tunduk, merendahkan diri


dan menghambakan diri (Basyir, 1984:12). Adapun kata ibadah menurut
istilah berarti penghambaan diri yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai
keridaan Allah dan mengharapkan pahalanya diakhirat (Ash-Shiddiqy, 1954:4).
2.1.2 DASAR HUKUM IBADAH

Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu


keutamaan yang besar kepada makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat
perintah beribadah itu berupa perinagatan agar kita menunaikan kewajiban
kepada yang telah melimpahkan karunianya kepada kita.

Dasar hukum ibadah itu antara lain firman Allah yang berbunyi:

Artinya:

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-


orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (21)Dialah Yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air
[hujan] dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu
bagi Allah [5] padahal kamu mengetahui. (22) [Qs. al-Baqarah/2: 21-22]






Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku. adz-dzariyat-ayat-51-56
2.2 RUANG LINGKUP IBADAH

Ibadah dalam pengertiannya yang umum adalah menjalani kehidupan


untuk memperoleh keridaan Allah dengan menaati syariatnya.

Ruang lingkup ibadah pada dasarnya digolongkan menjadi dua, yaitu:

Ibadah umum, artinya ibadah yang mencakup segala aspek


kehidupan dalam rangka mencari keridaan Allah. Unsurterpenting
agar dalam melaksanakan segala aktivitas kehidupan didunia ini
benar benar bernilai ibadah adalah niat yang ikhlas untuk
memenuhi tuntunan agama dengan menempuh jalan halal dan
menjauhi jalan yang haram.
Ibadah khusus, artinya ibadah yang macam dan cara
pelaksaannya ditentukan dalam syara (ditentukan oleh Allah dan
Nabi Muhammad SAW). Ibadah khusus ini bersifat tetap dan
mutlak, manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan peraturan
dan tuntunan yang ada, tidak boleh mengubah, menambah, dan
mengurangi, seperti tuntunan bersuci (wudhu), salat, puasa
ramadhan, atau ketentuan nisab zakat.

2.3 PRINSIP-PRINSIP IBADAH

2.3.1 YANG BERHAK DISEMBAH ALLAH

Prinsip yang menunjukan bahwa sesuai dengan pembawaan kodrat jiwa


manusia, yang tumbuh dalam jiwa manusia sendiri ialah adanya kerinduan untuk
berhubungan dengan tuhan.

Ayat-ayat Al-quran yang mengajarkan bahwa hanya allah yang berhak


disemba, antara lain:

1. surat al fatihah (1):5 mengajarkan bahwa hanya Allah yang berhak


disembah dan dimintai pertolongan.
2. Surat An Nisa (4):36 menyuruh agar orang menyembah hanya kepada
Allah, jangan ada sesuatupun yang disekutukan kepada Allah, karena
menyekutukan Allah termasuk syirik sebagaimana ditegaskan dalam
surat An Nisa (4):48 bahwa syirik adalah perbuatan dosa besar yang tidak
akan memperoleh ampunan Allah kecuali bertaubat.
3. Surat An Nahl (16):36 menjelaskan bahwa ajakan beribadah itu tidak
hanya ditunjukan kepada Allah, tetapi juga menjadi ajaran para rasul.

2.3.2. IBADAH TANPA PERANTARA


Islam mengembalikan ajaran agama yang murni berasal dari
wahyu. Hubungan manusia dengan tuhan langsung tanpa perantara apa
dan siapapun. Ibadah dapat dilaksanakan dimana pun dan tanpa upacara-
upacara didepan para pejabat agama.
Hubungan Allah dengan manusia amat dekat dan manusia adalah
salah satu makhluk diantara makhluk-makhluk Allah yang lain. Karena itu,
untuk berhubungan kepada Allah manusia tidak memerlukan perantaraan
apa dan siapapun.

2.3.3. IKHLAS MERUPAKAN SENDI IBADAH YANG AKAN DITERIMA

Ikhlas adalah niat hati yang murni hanya untuk memperoleh


keridaan Allah semata-mata. Ibadah disertai dengan hati yang ikhlas
sajalah yang akan diterima sebagai pengabdian kepada Allah, sebab
hakikat ibadah bukan bentuk ibadah bukan bentuk pekerjaan lahirriyah,
tetapi pada hati yang murni.

Al Quran surat Az Zumar (39):11-12 mengajarkan bahwa perintah


menyembah Allah itu diiringi dengan niat yang ikhlas serta penyerahan
diri sepenuhnya kepada Allah.
2.3.4. IBADAH SESUAI DENGAN TUNTUNAN

Disamping ibadah dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah,


ibadah harus dilakukan dengan cara rasul-Nya.

Nabi salat menghadap kiblay, berdiri, rukuk, sujud, membaca,


dikerjakan lima waktu sehari semalam dan sebagainya harus diikuti, tidak
boleh diganti dengan cara lain sesuai dengan selera sendiri.

2.3.5. MEMELIHARA KESEIMBANGAN UNSUR ROHANI DAN JASMANI

Islam memandang manusia sesuai dengan hakikatnya, dan islam


sebagai rohmatan lil alamin, agar manusia memperoleh pedoman yang
menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup didunia dan akhirat,
jasmani dan rohani, baik perorangan maupun kemasyarakatan.

Pelaksanaan ibadah dalam islam tidak boleh sampai mengabaikan


kewajiban yang berhubungan dengan kebutuhan jasmaniah dan duniawi.
Manusia perlu bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti
menggali tambang, bercocok tanam, membuka perusahaan-perusahaan,
berdagang, dan lain sebagainya. Akan tetapi yang harus menjadi
perhatian ialah jangan sampai usaha-usaha keduniaan.

2.4 URGENSI IBADAH

-Dengan bribadah maka kita akan dekat dengan Allah swt.

-Keinginan untuk mendapatkan ridho Allah swt akan mendorong kita


untuk beribadah.

-Ibadah akan menjauhkan kita dari api neraka.

-ibadah akan membuat hati kita menjafi tentram.

-ibadah akan menjadi makanan untuk roh kita.


BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Diciptakannya manusia ialah untuk beribadah pada Allah. Artinya


di dunia ini tujuan kita ialah hanya untuk patuh dan tunduk apapun yang
diperintahkan oleh Allah. Bukan untuk mencari kekayaan atau pun urusan
duniawi. Dalam beribadah manusia tidak boleh sembarangan, maksudnya
ibadah-ibadah tersebut harus dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan
tuntunan yang berada di al-Quran maupun al-Hadits.Manusia pun harus
menghindari perbuatan syirik, karena perbuatan syirik mencerminkan lemahnya
iman. Di dunia manusia musyrik amalnya tidak diterima, najis dan tidak
diperkenankan memakmurkan masjid "Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu
memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka
sendiri kafir. Itulah orang-orang yangsia-siapekerjaannya, dan mereka kekal di
dalam neraka."(QS. At-Taubah/9:17)

3.2 DAFTAR PUSTAKA

Ibadah dan akhlak dalam islam (UII press), Yogyakarta:1998

Anda mungkin juga menyukai