SDGs adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs. Masa berlakunya
2015–2030 yang disepakati oleh lebih dari 190 negara berisikan 17 goals dan 169 sasaran
pembangunan
Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi semua
perubahan yang terjadi pasca 2015-MDGs. Terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia
sejak tahun 2000 mengenai isu deflation sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perubahan
iklim semakin krusial, perlindungan sosial, food and energy security, dan pembangunan yang
lebih berpihak pada kaum miskin
Memperkuat perangkat-perangkat implementasi
(means of implementation) dan merevitalisasi
kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
Tujuan ke 17 memiliki 19 Indikator disertai dengan
target.
Dalam mencapai target yang ambisius
pada agenda 2015 - 2030 membutuhkan
revitalisasi dan perbaikan kerjasama global
yang memobilisasi semua sumber daya yang
tersedia mulai dari pemerintah, masyarakat
sipil, sektor swasta, sistem PBB dan lainnya.
Untuk memenuhi target tersebut dilakukan
dengan meningkatkan dukungan untuk
mengembangkan negara-negara, khususnya
negara terbelakang, negara berkembang
daratan dan negara berkembang pulau kecil
yang merupakan dasar untuk kemajuan adil
“Menguatkan mobilisasi sumber daya domestik, termasuk melalui bantuan internasional
kepada negara-negara berkembang, untuk meningkatkan kapasitas domestik dalam hal
pajak dan pengumpulan pendapatan lainnya.”
2
“Memobilisasi tambahan sumber daya finansial untuk
negara berkembang dari berbagai sumber.”
3
Sumber: World Bank
berkembang, Indonesia berada
pada sepuluh peringkat teratas
negara penerima remitansi pada
“Membantu negara berkembang dalam mencapai pengelolaan hutang
jangkapanjang yang berkelanjutan melalui kebijakan yang terkoordinir
yang ditujukan untuk membantu perkembangan pendanaan hutang,
penghapusan hutang dan restrukturisasi hutang, sebaimana layaknya,
dan mengatasi hutang dari negara miskin berutang banyak untuk
mengurangi beban hutang.”
Rasio pembayaran ULN terhadap
ekspor Indonesia dari tahun 2011 Proporsi pembayaran utang dan bunga (DEBT
hingga 2014 cenderung mengalami SERVICE) terhadap ekspor barang dan jasa
peningkatan. Peningkatan tersebut
terjadi karena nilai ekspor Indonesia
yang terus mengalami penurunan dan
kewajiban pembayaran ULN yang
semakin meningkat. Namun pada tahun
2015 terjadi penurunan rasio
pembayaran utang dan bunga terhadap
ekspor menjadi 20,53 persen. Hal
4
tersebut disebabkan karena
menurunnya jumlah pembayaran utang Debt Service Ratio Indonesia, 2011-2015
dan bunga Indonesia pada tahun 2015
dibandingkan tahun sebelumnya.
“Mengadopsi dan mengimplementasikan regim
yang mendukung investasi bagi negara kurang
berkembang.”
5
“Memperbanyak kerjasama Utara-Selatan, Selatan-Selatan, dan segitiga
regional dan internasional mengenai akses terhadap sains, teknologi dan
inovasi dan memperbanyak berbagi pengetahuan mengenai syarat yang
disepakati bersama, termasuk melalui koordinasi yang lebih baik diantara
mekanisme yang sudah ada, khususnya pada level PBB, dan melalui
mekanisme fasilitasi teknologi global.”
Jumlah Langganan
kesepakatan BROADBAND
kerjasama dan internet tetap
program-program menurut tingkat
di bidang sains kecepatannya
dan/atau
teknologi antar
negara menurut
tipe
6
kerjasamanya.
“Mendukung perkembangan, transfer, diseminasi
dan difusi teknologi ramah lingkungan kepada
negara-negara berkembang dengan syarat
lunak, termasuk syarat konsesi dan preferensial,
sebagaimana yang telah disepakati bersama.”
7
global. Oleh karena itu, indikator global perlu
dikembangkan.
“Secara penuh mengoperasionalisasi bank teknologi dan sains,
mekanisme pengembangan kapasitas teknologi dan inovasi untuk negara
kurang berkembang pada tahun 2017 dan memperbanyak penggunaan
teknologi yang memungkinkan, terutama teknologi informasi dan
komunikasi.”
Proporsi individu
yang
menggunakan
internet
8
“Meningkatkan dukungan internasional
untuk mengimplementasikan
pengembangan kapasitas yang efektif dan
mengena di negara-negara berkembang
untuk mendukung rencana nasional untuk
menimplementasikan semua tujuan
pembangunan berkelanjutan, termasuk
melalui Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan
kerjasama segitiga.”
9
negara-negara berkembang.
“Mendorong system perdagangan multilateral yang universal, berdasarkan
aturan, non-diskriminatif dan setara dibawah WTO, termasuk melalui konklusi
negosiasi dibawah Agenda Pembangunan Doha.”
1
Indikator global ini diproksikan dengan indikator nasional yaitu, rata-rata
tarif terbobot di negara mitra Free Trade Agreement (FTA). Rata-rata tarif
terbobot di Negara mitra FTA adalah indikator yang menyediakan nilai
custom duties levied oleh negara mitra FTA. Tarif perdagangan secara rata-
rata dengan negara mitra FTA (Australia, India, Jepang, Korea Selatan,
Selandia Baru dan Tiongkok) dihitung berdasarkan seluruh komoditas yang
diperdagangkan dan dibobot dengan sumbangan ekspor suatu komoditas
terhadap ekspor total Indonesia kepada negara-negara tersebut.
“Secara signifikan meningkatkan ekspor dari negara-negara berkembang,
dengan pandangan untuk menggandakan porsi ekspor global negara-
negara kurang berkembang pada tahun 2020.”
Bagian negara-negara
berkembang dan kurang
Ekspor produk non-migas
berkembang pada ekspor
global
Indikator ini sangat
mencerminkan tujuan dalam
target, yaitu meningkatkan
ekspor dari negara berkembang
dan meningkatkan dua kali lipat
proporsi negara kurang
1
berkembang dalam ekspor
global. Indikator global ini
diproksikan dengan indikator
nasional, yakni ekspor produk
non migas
“Menyadari implementasi yang tepat waktu dari akses
terhadap pasar bebas-bea dan bebas-quota untuk
seterusnya, bagi negara-negara kurang berkembang,
konsisten dengan keputusan WTO, termasuk dengan
memastikan bahwa aturan asal (rules of origin) yang
preferensial yang diterapkan bagi import dari negara kurang
berkembang bersifat transparan dan sederhana, dan
berkontribusi untuk memfasilitasi akses pasar.”
1
8
“Menghargai ruang kebijakan dan
kepemimpinan masing-masing negara untuk
membuat dan mengimplementasikan kebijakan
untuk pengentasan kemiskinan dan
pembangunan berkelanjutan Kemitraan multi-
pihak.”
1
8
• Memperluas kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan, dilengkapi dengan kemitraan multi-pihak yang
dapat memobilisasi dan membagi pengetahuan, keahlian,
teknologi, dan sumber daya finansial, untuk mendukung
Target pencapaian Tujuan di semua negara, terutama negara
berkembang.
1
Kerangka yang termasuk dalam indikator ini mengukur kualitas
dan efektivitas hubungan antara mitra pembangunan. Semakin
baik hubungan antara semua mitra yang relevan, kemitraan
Penjelasa global akan semakin baik dalam mendukung pembangunan
8
n berkelanjutan.
• Mendorong dan mendukung kemitraan publik, publik-swasta, dan masyarakat sipil yang efektif,
yang dibangun dari pengalaman dan strategi dalam bermitra.
Target
• Jumlah komitmen untuk kemitraan publik-swasta dan masyarakat sipil (dalam US dollars).
Indikator
1
• (1) Jumlah proyek yang ditawarkan untuk dilaksanakan dengan skema Kerja sama Pemerintah
dan Badan Usaha (KPBU)
• (2) Jumlah alokasi pemerintah untuk penyiapan proyek Kerja sama Pemerintah dan Badan
Penjelasa Usaha (KPBU), transaksi proyek KPBU dan dukungan pemerintah
• (3) Jumlah alokasi dana APBN untuk penyiapan, transaksi, dan dukungan Pemerintah bagi
n
8
proyek KPS.
“Pada tahun 2020, meningkatkan dukungan terhadap pengembangan kapasitas ke negara-negara berkembang, termasuk
negara kurang berkembang dan negara berkembang kepulauan kecil, untuk secara signifikan meningkatkan
ketersediaan data yang bermutu tinggi, tepat waktu dan dapat diandalkan, diagregat menurut pendapatan, gender, usia,
suku, etnis, status migrasi, disabilitas, lokasi geografis dan karakteristik lainnya yang relevan dalam konteks nasional.”
1
Nilai dolar atas semua sumber yang
tersedia untuk penguatan kapasitas
statistik di negara-negara berkembang.