DOSEN PENGAMPU:
NUGRAHA HERI ,SE ,M.Si
ANGGOTA:
ADRIEN NUTA WICAKSONO (12160493)
ARINA FARHANAH (12160517)
FARIDA (12160538)
IQBAL BAIHAQI (12160550)
NHUR CESSY ANGGREENI (12160577)
ROSI INDAH PERMATASARI (11160707)
a. LATAR BELAKANG
SDG’s sendiri merupakan sebuah program pembangunan berkelanjutan dimana
didalamnya terdapat sejumlah tujuan dengan beberapa target yang terukur dengan
tenggang waktu tertentu. Sedangkan FINTECH merupakan industri ekonomi yang
terdiri dari perusahaan yang menggunakan teknologi untuk membuat jasa keuangan agar
lebih efisien. Sejalan dengan teknologi yang terus berkembang, FINTECH merupakan
solusi baru untuk mencapai ke-efisiensian dalam melakukan transaksi dalam
perekonomian. Dalam hal ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dilakukan untuk
memajukan perkembangan teknologi dalam suatu negara yang pesat.
b. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan SDGs di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan fintech di Indonesia?
3. Bagaimana hubungan antara SDGs dengan Fintech dalam ekonomi islam?
4. Apa peran Fintech terhadap SDGs di Indonesia dalam ekonomi islam ?
c. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan SDGs dan Fintech di Indonesia.
2. Untuk mengetahui hubungan antara SDGs dan Fintech di Indonesia.
3. Untuk mengetahui peran Fintech terhadap SDGs.
d. MANFAAT
1.
II. LITERATUR REVIEW
a. PEMBAHASAN
1. Perkembangan SDGs di Indonesia
SDGs mulai dikembangkan oleh PBB pada 25 September 2016 pada konferensi
PBB yang menggantikan MDGs yang berakhir pda tahun 2015. SDGs memiliki
17 tujuan yaitu
- Menghapus kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun
- Mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan pangan dan perbaikan gizi, dan
memajukan pertanian berkelanjutan.
- Memastikan hidup yang sehat dan memajukan kesejahteraan bagi semua
orang di semua usia.
- Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif yang adil serta
mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
- Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan
anak perempuan.
- Memastikan ketersediaan dan pegelolaan air dan sanitasi bagi yang
berkelanjutan bagi semua.
- Memastikan akses ke energi yang terjangkau, dapat diandalkan,
berkelanjutan dan modern bagi semua.
- Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,
kesempatan kerja yang penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak bagi
semua.
- Membangun infrastruktur yang tangguh, menggalakkan industrialisasi yang
berkelanjutan dan inklusif mengembangkan inovasi.
- Mengurangi kesenjangan didalam dan antara negara.
- Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan dan
berkelanjutan.
- Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
- Mengambil tindakan mendesak untuk memerangi pertumbuhan iklim dan
dampaknya.
- Melestarikan dan menggunkan samudra, lautan serta sumber daya laut secara
berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan.
- Melindungi, memperbaiki serta mendorong penggunaan ekosistem daratan
yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi
penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati
- Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta
membangun institusi yang efektif, akuntable, dan inklusif diseluruh
tingkatan.
- Memperkuat cara-cara implementasi dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan berkelanjutan.
Ini semua adalah kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada MDG. Ada 5
pondasi dari SDG yaitu (manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan).
Metode yang digunakan dalam SDGs ini mengikut sertakan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan program dari pemerintah ini. Salah satu cara
memastikan tercapainya seluruh tujuan dan target SDGs ialah dengan melibatkan
kelompok-kelompok masyarakat sipil. Pemerintah bertanggung jawab membentuk
kelembagaan panitia bersama atau sekretariat bersama untuk pembangunan
berkelanjutan di Tanah Air. Di Indonesia sendiri, pelaksanaan agenda SDGs dibangun
berdasarkan pengalaman pemerintah melaksanakan agenda MDGs. Di bawah arahan
Presiden Joko Widodo, Indonesia sangat serius dalam upaya mencapai indikator-
indikator SDGs. Hal ini dimulai dengan diintegrasikannya 169 indikator SDGs ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2020-2040.
Perpres tersebut juga menjadi legitimasi dan dasar hukum bagi pelasakanaan agenda
SDGs di Indonesia ke depannya. Pelaksanaan SDGs berarti juga melaksanakan tujuan
pembangunan nasional dan menjaga peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
berkesinambungan. Ia juga menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat,
menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif, serta
terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Bagi Indonesia, SDGs tidak hanya relevan bagi
komitmen global, tapi juga merupakan panduan untuk menjadi negara maju. Hal ini
juga menunjukkan pemerintah mengambil tanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
agenda MDGs di Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri lagi jika teknologi digital di sektor finansial atau Fintech
memberikan kenyamanan bagi pengguna dalam bertransaksi. Dengan demikian,
bisnis ini terus berkembang tanpa henti.
Dilansir dari Kontan.co.id, Senin (28/8/17), Deputi Gubernur Senior BI, Mirza
Adityaswara, mengatakan berdasarkan data Statistika, total nilai transaksi Financial
Technology(Fintech) di Indonesia tahun lalu diperkirakan mencapai US$15,02
miliar (Rp202,77 triliun). Jumlah itu tumbuh 24,6% dari tahun sebelumnya. Pada
2017, total nilai transaksi di pasar Fintech diproyeksikan mencapai US$18,65
miliar (Rp251,775 triliun).
Dengan sekitar 297 juta pelanggan telepon seluler dan 83,6 juta pengguna
internet, saat ini Indonesia menjadi tempat terbaik bagi perkembangan industri e-
commerce.
Apakah start-up fintech dapat menjadi game changer bagi bisnis keuangan di
Indonesia?
Pengusaha lokal Indonesia mulai melihat peluang yang dapat dilakukan melalui
internet di sektor bisnis keuangan. Peluang di bisnis keuangan juga muncul di area
yang belum dapat tersentuh oleh bank atau pun lembaga non-bank karena adanya
peraturan yang membatasi gerak lembaga-lembaga tersebut.
Melalui start-up fintech yang menggunakan internet dan aplikasi teknologi, area
ini bisa digarap oleh pengusaha lokal Indonesia atau investor asing.
Start-up fintech di Indonesia akan booming di tahun 2016 ini. Diperkirakan dari
5 perusahaan fintech yang ada akan berkembang menjadi 30 perusahaan.
Bisnis Fintech akan menjadi bisnis yang besar dalam investasi teknologi sebagai
salah satu tren investasi di tahun 2016. Seperti dikutip Accenture, investasi fintech
di Asia-Pasifik mencapai setidaknya empat kali lipat di tahun 2015 - dari sekitar US
$ 880 juta tahun 2014 ke hampir US $ 3,5 miliar pada 9 bulan pertama tahun 2015.
Dari pertemuan dan perbincangan dengan tim di OJK, terlihat bahwa OJK
sangat positif dalam menanggapi bisnis jenis baru ini dan memahami bahwa belum
peraturan khusus yang mengatur bisnis fintech.
OJK juga bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk
meluncurkan peraturan baru yang mengatur bisnis fintech.
Dalam rangka mempersiapkan peraturan, OJK harus memahami bisnis ini dan
harus menganalisis situasi pasar untuk mencari risiko bisnis ini bagi perekonomian
Indonesia.
Peraturan baru harus bersaing dengan inovasi dan risiko bisnis, sehingga mereka
bisa menyerang keseimbangan antara kepatuhan, bisnis, inovasi dan teknologi.
3. Hubungan Antara SDGs dengan FinTech
Pada sisi lainnya, filantropi Islam berupa zakat dan wakaf juga berperan
penting dalam SDGs. Wakaf berperan tersendiri dalam pertumbuhan karena tak
hanya bisa dimanfaatkan secara sosial, tapi juga komersial produktif. Indonesia
masih harus kerja keras membuat aset wakaf lebih produktif dan efisien. Seluas
1,5 juta meter persegi tanah wakaf yang ada mayoritasnya masih lahan tidur.
Dalam ekonomi Islam pun FinTech memiliki peran terhadap SDG’s .Gubernur
Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai, keuangan syariah memiliki
peran penting untuk mewujudkan agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs). Dengan adanya SDGs ini dipercayai
akan menjadi warisan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan untuk mengantarkan kesejahteraan lebih dalam ke
ekonomi rakyat. Agus menyebutkan, pertumbuhan keuangan syariah meningkat
dari satu triliun dolar AS pada 2009 menjadi dua triliun dolar AS pada 2014.
Data tersebut menunjukkan keuangan syariah ikut memberikan sumbangan
terhadap SDGs meskipun masih terbatas. Meski demikian, ukuran keuangan
syariah di sistem ekonomi masih terbatas, hanya satu persen di pembiayaan
global. Sehingga, butuh strategi untuk mendukung secara global keuangan
syariah di tingkat nasional maupun dunia. Untuk Indonesia, lanjut Agus, upaya
yang sudah dilakukan, yaitu mengembangkan cetak biru untuk keuangan syariah
dan pengembangan ekonomi, termasuk merumuskan lima pilar strategis.
1. Pengembangan produk dan pasar dengan tujuan menciptakan produk
keuangan syariah dan instrumen likuiditas untuk pendalaman pasar
keuangan .
2. Pengembangan SDM dan market empowerment dengan mendorong
pendidikan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja di keuangan
syariah.
3. Memperkuat pengawasan framework.
4. Dukungan pembiayaan infrastruktur untuk sektor riil dan UMKM.
5. Mempromosikan struktur industri yang lebih efisien dengan partisipasi
aktif dalam bagian keuangan syariah global.
http://sejarahjagat.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-lahirnya-sustainable.html
http://mediaindonesia.com/news/read/124290/indonesia-dan-sdgs/2017-09-27
https://www.finansialku.com/perkembangan-fintech-di-indonesia/
http://ekonomi.kompas.com/read/2016/04/23/081500926/Pengaruh.Munculnya.
Start-up.Fintech.pada.Industri.Keuangan.di.Indonesia
http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/16/05/17/o7b4o82-bi-
keuangan-syariah-penting-untuk-sdgs