Anda di halaman 1dari 28

POKOK - POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH ( PPKD )

KOTA BANDAR LAMPUNG


TAHUN 2018
NO BAB / SUB BAB PENJELASAN
I ARTI SIMBOL PADA Makna Simbol
LAMBANG DAERAH Lambang atau logo kota Bandar Lampung itu sendiri terbagi dari bebe
KOTA BANDAR lambang yang setiap masing-masing lambang memiliki arti tersendiri. Be
LAMPUNG ini adalah arti dari lambang-lambang tersebut.
A. Pita yang melingkar bergaris tepi hitam dan berwarna kuning emas Me
makna persatuan, kebesaran dan kejayaan.
B. Perisai bersudut lima. Perisai bersudut lima dengan bagian atas berw
putih, bagian bawah berwarna biru dan berlandaskan warna hitam me
makna Kota Bandar Lampung yang meliputi daratan dan lautan t
berdiri di atas landasan yang teguh dan kokoh dengan masya
berwawasan luas dan berpedoman pada senggiri Lampung yang
mengakar yaitu Pi’il Senggiri, Sakkai Sambayan, Nengah Nyappur, N
Nyimah dan Bejuluk Beadek.
C. Payung Raja Tiga Tingkat secara keseluruhan Payung Raja Tiga Tin
bermakna Kota Bandar Lampung memegang teguh tiga tatanan se
pedoman hidup bermasyarakat yaitu Hukum Agama, Hukum Negara
Hukum Adat, tempat semua masyarakat Kota Bandar Lampung berlind
secara detail simbol ini memiliki makna:
1. Payung warna putih: sebagai simbol kepemimpinan/kepenyimban
kesucian jiwa, ketulusan dan keagungan, ketiganya telah terp
dalam nilai-nilai keadatan suku Lampung;
2. Payung warna kuning: sebagai simbol berjiwa besar, berjiwa s
berjiwa kemasyarakatan;
3. Payung warna merah: sebagai simbol sikap hidup dengan keteg
berperilaku, berpikir dan bertindak dalam mengawal Pi’il Pesen
berpegang teguh pada tradisi dan hukum adat sebagai identitas o
Lampung;
4. Jumlah ruas payung: warna putih 8 buah, warna kuning 17 buah, w
merah 19 buah dan ruas payung agung seluruhnya 45
melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indo
(17-8-1945);
5. Satu bulatan pada puncak payung: bermakna satu cita memba
daerah, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
D. Siger berwarna kuning emas merupakan simbol mahkota
melambangkan kebesaran, kemewahan, keagungan, berbudi pekerti
berbudaya meskipun di tengah kota yang beragam etnis suku dan ag
Siger ditandai pada bagian muka dan belakang yang berlekuk beruji 9 b
Ruji yang paling tengah merupakan paling tinggi, sedangkan yang p
pinggir melengkeng seperti ujung tanduk atau perahu. Lambang Sige
menjadi simbolisasi sifat feminisme, yang bermakna Kota Bandar Lam
menjadi “Ibu” bagi masyarakatnya, yang mengayomi dan memakmu
dengan kesuburan dan berbagai potensi yang berada dalam kendungan
serta ramah terhadap setiap tamu serta para pendatang.
E. Gung/Talo Balak merupakan alat musik tradisional masyarakat Lam
berwarna emas melambangkan kebesaran dan kejayaan, bermakna se
masyarakat yang komunikatif dan informatif di mana senantiasa men
perkembangan zaman namun tetap terkendali oleh norma-norma ag
adat dan budaya bangsa. Gung/Talo Balak terbuat dari logam camp
(kuningan, tembaga dan besi) yang merupakan salah satu bagian dar
musik kulintang/kelintang.
F. Jukung/Jung Perahu khas Lampung dengan orang di atasnya dimaksu
sebagai simbol sarana transportasi untuk melambangkan Kota Ba
Lampung sebagai kota perdagangan dan orang yang melambangkan
sehingga secara keseluruhan bermakna Kota Bandar Lampung se
sebuah kota yang menyediakan perdagangan dan jasa. Jukung/
merupakan alat angkut di perairan (laut dan sungai) untuk mengan
orang atau barang. Dibuat dari kayu lumas yang disambung dengan p
memakai atap dan bercadik dari bambu, untuk menggerakkannya s
dengan pengayuh juga dengan tiang-tiang layar.
G. Tulisan Ragom Gawi merupakan motto daerah yang merupakan semb
kerja yang bermakna bergotong-royong, bekerjasama, bersatu-padu d
menggerakkan roda pembangunan dengan hati yang tulus ikhlas
pantang menyerah dalam bekerja dan pengabdian terhadap masyar
bangsa dan negara. Ragom Gawi merupakan motto daerah se
semboyan kerja. Secara linguistik kultural terdiri dari dua suku kata
Ragom yang berarti kompak, bersatu, bersama-sama dan Gawi be
kerja, melaksanakan tugas pengabdian.
H. Setangkai Padi dan Kapas bermakna sebagai simbol kesejahteraan
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur material dan spi
berdasarkan Pancasila yang mengilhami setiap gairah pembangunan.
dan Kapas yang masing-masing berjumlah 17 (tujuh belas) dan 6 (e
butir melambangkan hari dan tanggal kelahiran Kota Bandar Lampung
6-1682).
II PROFIL 1. Aspek Geografi dan Demografi
KOTA BANDAR Aspek Geografi
LAMPUNG
 Karakteristik Wilayah
Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang memilik
wilayah daratan seluas ±19.722 Ha (197,22 Km2), dengan panjang garis p
sepanjang 27,01 Km, dan perairan kurang lebih seluas ±39,82 km2 yang t
atas Pulau Kubur dan Pulau Pasaran. Secara administratif Kota Bandar Lam
terdiri dari 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan. Berikut adalah data
menunjukkan nama kecamatan dan luas wilayah administrasi di Kota Ba
Lampung:
Tabel Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung
No. Nama Kecamatan Luas Wilayah (Ha)
1 Kedaton 457
2 Sukarame 1.475
3 Tanjung Karang Barat 1.064
4 Panjang 1.415
5 Tanjung Karang Timur 269
6 Tanjung Karang Pusat 405
7 Teluk Betung Selatan 402
8 Teluk Betung Barat 1.102
9 Teluk Betung Utara 425
10 Rajabasa 636
11 Tanjung Senang 1.780
12 Sukabumi 2.821
13 Kemiling 2.505
14 Labuhan Ratu 864
15 Way Halim 535
16 Langkapura 736
17 Enggal 349
18 Kedamaian 875
19 Teluk Betung Timur 1.142
20 Bumi Waras 465
Jumlah 19.722
Sumber: Perda Nomor 12 Tahun 2012
Secara administratif Kota Bandar Lampung berbatasan langsung de
beberapa wilayah Kabupaten yang ada di Provinsi Lampung, antara lain:
a. Kecamatan Natar (Kabupaten Lampung Selatan) di sebelah Utara.
b. Kecamatan Padang Cermin (Kabupaten Pesawaran) dan Kati
(Kabupaten Lampung Selatan) serta Teluk Lampung di sebelah Selatan.
c. Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Padang Cermin (Kabup
Pesawaran) di sebelah Barat.
d. Kecamatan Tanjung Bintang (Kabupaten Lampung Selatan) di seb
Timur.
2. Letak dan Kondisi Geografis
a. Posisi Astronomis
Secara astronomis Kota Bandar Lampung terletak pada 5020’ sampai 5
Lintang Selatan dan 105028’ sampai dengan 105037’ Bujur Timur.
b. Posisi Geostrategis
Kota Bandar Lampung memiliki andil yang sangat vital dalam jalur transpo
darat dan aktivitas distribusi logistik dari Pulau Jawa menuju P
Sumatera maupun sebaliknya, serta memiliki Pelabuhan Panjang u
kegiatan ekspor dan impor, dan Pelabuhan Srengsem yang melayani distr
batubara dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa, sehingga secara langsung
Bandar Lampung berkontribusi dalam mendukung pergerakan eko
nasional.
Kota Bandar Lampung berpotensi untuk menjadi Kota Metropolis. Se
dengan program pada tahun 2015, dimana Kota Bandar Lampung dan
Metro merupakan kawasan yang dipetakan Kementerian Pekerjaan Umum
Perumahan Rakyat (Kemenpupera) berpotensi sebagai Area Metropo
terkhusus yang dalam cetak biru wilayah pengembangan strategis M
Bakauheni-Bandar Lampung – Palembang Tanjung Api-Api. Keunggulan
Metropolis ini adalah menjadi pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan
jasa, industri, pariwisata serta pendidikan. Dengan posisi pe
tersebut, Kota Bandar Lampung harus lebih unggul dan maju dibandin
dengan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Lampung.
Pembangunan jalur Tol Laut akan berperan dalam kemudahan akses jalur
yang menghubungakan Pulau Sumatra, Pulau Jawa, dan pulau-pulau lai
Tol laut bakal memunculkan pusat-pusat pertumbuhan baru se
sebuah multiplier effect termasuk Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lam
sebagai salah satu pusat jaringan pergerakan nasional melengkapinya de
pembangunan Pelabuhan Panjang yang diarahkan sebagai pelabuhan ek
impor dan antar pulau. Kondisi fisik perairan pelabuhan memungk
pengembangan sebagai gerbang internasional.
Pembangunan jalur tol trans Sumatra, jaringan jalan arteri pr
dan jalur kereta api trans Sumatera yang terintegrasi dengan wilayah
Bandar Lampung akan sangat berperan dalam yang menghubungkan P
Sumatera dan Pulau Jawa, dan pulau-pulau lain melalui jalur darat. Jala
Trans Sumatera dibangun di Timur Bandar Lampung ke arah Palembang se
kelanjutan jalur Jawa – Sumatera. Arteri primer sebagai bagian Trans Sum
dilengkapi jalur Lintas Barat dan Lintas Timur ke Provinsi Bengkulu da
Sumatera Selatan. Gagasan pembangunan jalur Kereta Api Trans Sum
hingga Sumatera Utara akan berada pada sisi pantai Timur.
Kota Bandar Lampung memiliki berbagai fasilitas dan tempat yang lengkap
terbagi atas pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat wisata dan p
pendidikan. Aspek strategis lainnya adalah memiliki pantai yang indah
berpotensi sebagai tempat wisata maupun Kota Pesisir yang di
dengan “Bandar Lampung Kota Marina”. Kota Bandar Lampung memiliki
area pesisir sebesar 0,05% yang merupakan “aset” yang harus dioptimalkan
c. Kondisi Kawasan
Secara umum, Kawasan Kota Bandar Lampung merupakan wilayah perko
padat penduduk yang terdiri atas daratan dan perairan (lautan) de
beberapa dataran tinggi dan pegunungan yang terbentang di wilayah
Bandar Lampung. Secara letak posisi Kota Bandar Lampung dikelilingi
beberapa Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung.
d. Topografi
Kondisi topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari da
pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketin
permukaan antara 0 sampai 500 meter, dengan topografi perbukitan hin
pegunungan membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tert
pada Gunung Betung di sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbu
Batu Serampok di sebelah Timur. Kondisi Topografi tiap-tiap wilayah yang
di Kota Bandar Lampung dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Wilayah pantai terdapat di sekitar Teluk Betung dan Panjang dan p
di Bagian Selatan;
b) Wilayah landai/dataran terdapat di sekitar Kedaton dan Sukarame di B
Utara;
c) Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Teluk Betung Bagian Utara;
d) Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat di sekitar Tan
Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, Sukadanaham,
Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di Bagian Timur.
e. Geologi Lingkungan
Peta Geologi Lembar Tanjung Karang (Andimangga dkk, 1993), menunj
kondisi geologi di Kota Bandar Lampung, dimana di dalamnya terlihat
beberapa patahan yang melintasi Kota Bandar Lampung. Patahan-pat
tersebut cenderung merupakan patahan berpotensi aktif, tempat tertimbu
energi kinetis yang setiap saat terlepas yang akan menimbulkan gonca
gempa dan merupakan suatu ancaman terhadap Kota Bandar Lampung. Ko
tanah yang mendominasi merupakan tanah bekas endapan pantai dan su
yang tersebar di sekitar Teluk Lampung dan di sekitar Tanjung Ka
didominasi oleh tanah lapukan hasil kegiatan gunung api muda dari For
Lampung yang umumnya batuan tuffa. Sementara di tengah-tengah
Bandar Lampung muncul bukit bukit mencuat dari tufa dan andesit.
f. Hidrologi
Secara hidrologi Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar yaitu
Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai ters
merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada di wilayah Kota Ba
Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung. Berdasarkan aku
yang dimilikinya, kondisi air tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi d
beberapa bagian berdasarkan porositas dan permaebilitasnya yaitu:
1) Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Ba
Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Bumi Waras, Teluk Betung Selat
dan Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Timur;
2) Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tan
Senang, Kedaton, bagian selatan Kemiling, Bagian Selatan Tanjung Ka
Barat, dan sebagian kecil wilayah Sukabumi;
3) Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di B
Utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tan
Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tan
Karang Timur;
4) Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berad
sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur;
5) Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecam
Panjang, Tanjung Karang Timur, dan Bagian Barat Teluk Betung Selatan
6) Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.
g. Iklim
Menurut Schmidt dan Fergusson (1951), klasifikasi iklim di Kota Ba
Lampung adalah kategori tipe A, sedangkan menurut
agroklimat Oldeman (1978), tergolong Zone D3, yang berarti lembab sepan
tahun. Curah hujan berkisar antara 2.257–2.454 mm/tahun. Jumlah hari h
76-166 hari/tahun. Kelembaban udara berkisar 60-85 persen, dan suhu u
23-37 °C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan arah dominan
Barat (November-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-Agustus),
Selatan (September-Oktober). Berikut adalah data kondisi iklim di Kota Ba
Lampung:
Tabel Kondisi Iklim Kota Bandar Lampung

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Rata-rata
29 30 31 31 31 31 30 30 30
tertinggi
(-84) (-86) (-88) (-88) (-88) (-88) (-86) (-86) (-86)
°C (°F)

Rata-rata
22 21 22 22 21 21 21 21 21
terendah
(-72) (-70) (-72) (-72) (-70) (-70) (-70) (-70) (-70)
°C (°F)

285 319 301 171 128 122 89 64 82

Presipitasi
mm (inci)
11.8
11.22 12.56 6.73 5.04 4.8 3.5 2.52 3.23
5

Sumber:_http://www.weatherbase.com/weather/weather.php3?s=962950
fer=&cityname=Branti-Jawa-Timur-Indonesia&units=
h. Curah dan Hari Hujan
Pada tahun 2014 jumlah curah hujan tertinggi di Kota Bandar Lampung te
pada Bulan Desember, yaitu 250,6 mm, sedangkan yang terendah terjadi
bulan Januari yaitu hanya 3 mm. Berdasarkan data tersebut, dalam k
waktu 5 (lima) tahun terakhir, curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada t
2014, yaitu mencapai 250,6 mm. Tingginya rata-rata curah hujan pada t
2014 berimplikasi pada meningkatnya volume air sungai sehingga pada
tahun 2014 terjadi banjir cukup besar di Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan rerata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan basah di
Bandar Lampung terjadi hampir sepanjang tahun.
i. Temperatur
Kota Bandar Lampung termasuk beriklim tropis basah yang mendapat peng
dari angin musim (Monsoon Asia). Data Badan Metereologi Klimatologi
Geofisika Provinsi Lampung menunjukan temperatur Kota Bandar Lam
dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada kisaran 250C –
dengan suhu rata-rata per tahun 26,30C. Temperatur udara di Kota Ba
Lampung sepanjang tahun relatif stabil dan tidak pernah menunj
perubahan yang ekstrim. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ku
lingkungan masih cukup baik.
j. Kelembaban Udara
Kelembaban udara Kota Bandar Lampung antara tahun 2004–2008 rata
berkisar antara 74–85 persen dengan kelembapan rata-rata 78,4 pe
pertahunnya. Kondisi tersebut menunjukan Kota Bandar Lampung me
kelembaban relatif tinggi. Bulan Oktober hingga Bulan Januari kelemb
udara berada diatas kelembaban rata-rata.
k. HidroOceanografi
Kondisi hidrooceanografi Teluk Lampung yang termasuk dalam wilayah p
Kota Bandar Lampung digambarkan dalam uraian mengenai bathimetri, pa
surut (pasut), arus, gelombang, sedimen dan material dasar laut, dan ku
air.
l. Bathimetri
Kota Bandar Lampung terletak pada pangkal teluk, dan bagian mulut teluk
Selatan-Tenggara) berhadapan langsung dengan Selat Sunda yang merup
perairan penghubung antara Laut Jawa di sebelah Utara dan Samudera H
di Selatan. Dasar laut disisi Timur teluk lebih curam daripada sisi Utara
Barat atau pangkal teluk. Dasar laut terdalam di wilayah Teluk Lampung h
sekitar -27,49 m, dan hanya berlokasi di batas arah Selatan wilayah pesisir
Bandar Lampung.
m. Pasang Surut Laut (Pasut)
Tipe pasang surut di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung adalah camp
dominasi harian ganda (mix semi diurnal) dengan nilai bilangan Form
sekitar 0,45 (PT. TELPP, 1999; PT. Pelindo II, 2001a). Pasut tipe ini berci
dua kali air naik dan dua kali turun dalam satu hari lunar (24 jam 50 m
namun ketinggian muka air pada saat dua kali naik atau dua kali turun ters
tidak sama. Tunggang pasut (tidal range) atau beda tinggi antara muk
tertinggi dan terendah berkisar antara 123–143 cm (Dinas Tata Kota Ba
Lampung, 2001; Pelindo II, 2001a).
n. Arus
Arus di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung terdiri dari arus pasut
current) yang dibangkitkan oleh pasut dan arus non pasut yang utam
dibangkitkan oleh angin (wind drive current). Dominasi yang ada merup
arus pasut dengan kecepatan maksimum berkisar 0,12–
knot sedangkan arus non pasut hanya berkisar 0,04–0,12 knot. Mengacu
hasil kajian yang tercantum dalam Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lam
(1999), iklim di perairan pesisir, terutama Pantai Barat Lampung dipeng
oleh Samudera Hindia yang dicirikan adanya angin muson dan curah h
tinggi, sekitar 2500–3000 mm/tahun (Titik Kalianda, 1991).
o. Gelombang
Pergerakan gelombang dominan yang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Pulau-pulau Kecil Kota Bandar Lampung 39 terjadi adalah dari arah Teng
dan Selatan dengan persentase kejadian berturut-turut sebesar 26,48 pe
dan 31,83 persen. Tinggi gelombang maksimum yang paling dominan ada
50 cm dengan persentase kejadian sebesar 58,59 persen.
p. Sedimen dan Material Dasar Laut
Wilayah pantai Kecamatan Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Selatan,
Kecamatan Panjang bagian Utara merupakan muara dari sungai-sungai u
di Kota Bandar Lampung. Pada wilayah tersebut dominan terjadi perger
sedimen yang berasal dari sungai dan kemudian terendapkan di dasar
bahkan pada muara sungai Way Kuripan telah terbentuk tanah timbul c
luas. Wilayah Kecamatan Panjang Bagian Selatan, pergerakan sedimen
terjadi lebih dominan berasal dari laut berupa pecahan koral dan pasir, ke
pada Muara Sungai Way Galih Panjang lebih didominasi oleh material
berasal dari sungai. Karakteristik sedimen tersebut, mempengaruhi bent
material dasar laut di Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung. Material dasa
di wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Panjang b
Utara, dan Muara Sungai Way Galih Panjang adalah lempung, lanau, pasir
pecahan koral. Sedangkan material dasar laut di wilayah Kecamatan Pan
bagian Selatan kecuali Muara Sungai Way Galih Panjang, adalah pasir, ke
kerakal, bongkah, batuan dasar, dan pecahan koral (PT. TELPP, 1999
Pelindo II, 2000, 2001a, dan 2001b; Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2
Maryam, 2002).
l. Tanah
Kondisi tanah di Kota Bandar Lampung terdiri dari endapan bekas panta
endapan bekas rawa dan sungai terdiri yang meliputi tanah lempung lem
tanah lempung bercampur pasir, semakin ke Barat Daya semakin tebal, se
di sekitar Pelabuhan Panjang dan Tarahan. Dari potongan melintang
dangkal (Sumber Seksi Inventarisasi- Subdit Geologi Teknik – Direktorat
Daerah Pertambangan) terlihat bahwa semakin ke Barat Laut kedala
lapisan pasir semakin mendominasi. Kota Bandar Lampung dan sekita
kedalaman muka air tanah sangat dangkal sekitar 1,5 meter dan ke arah U
semakin dalam dari 5 meter sampai >10 meter (Sub-Direktorat Hidro-Ge
Dit. GTL, 1984). Berdasarkan keterdapatan lapisan pasir, dan muka air t
yang cukup dangkal, maka di daerah–daerah tersebut sangat berpotensi te
peristiwa pelulukan/likuifaksi, seperti di daerah Teluk Betung Selatan,
Utara. Kota Bandar Lampung secara eksisting juga dilewati oleh patahan
sesar aktif.
m. Tutupan Lahan
Tutupan lahan di Kota Bandar Lampung secara eksisting sampai saat ini se
garis besar terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Keg
reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung secara eksisting juga
menambah luas daratan Kota Bandar Lampung, jika pada tahun 2003 luas
Bandar Lampung hanya 19.218 Ha, maka saat ini akibat adanya keg
tersebut luas Kota Bandar Lampung sudah berjumlah 19.722 Ha. Secara u
jumlah lahan terbangun sampai saat ini telah berjumlah ±8.851,07 Ha
sekitar 48,66 persen dari seluruh luas Kota Bandar Lampung, sedangkan l
yang belum terbangun saat ini memiliki luas sekitar ±10.870,9 Ha atau se
55 persen.
RTH yang merupakan hutan meliputi wilayah sekitar Kecamatan Kem
tepatnya di sekitar kaki Gunung Betung Register 19, kawasan Suaka
Tahura WAR Batu Putu seluas 328,40 Ha dan di Kawasan Register 17
Serampok di Kecamatan Panjang seluas 113,580 Ha. Sedangkan kaw
budidaya banyak didominasi oleh lahan permukiman yang tersebar ham
seluruh bagian wilayah kota. Selain itu terlihat juga lahan yang
dimanfaatkan sebagai kawasan industri yang banyak tersebar di wi
Kecamatan Panjang dan Kecamatan Teluk Betung Selatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPPLH Kota Bandar Lam
menunjukkan bahwa Luas areal terluas adalah luas lahan non pertanian. Ha
berarti Kota Bandar Lampung telah menjadi Kota Metropolitan
ditunjukkan dengan luas lahan pertanian yang semakin berkurang dan
lahan non pertanian yang cenderung meningkat.
3. Penggunaan Lahan
a. Kawasan Lindung
Luas kawasan lindung yang ada di Kota Bandar Lampung terbagi ke d
beberapa kawasan yaitu Kawasan hutan lindung seluas ± 11
Ha, Kawasan resapan air seluas ±1.664,36 Ha, Sempadan pantai seluas ±12
Ha, Ruang Terbuka Hijau** seluas ± 149,72 Ha, Kawasan sempadan rel sel
10,93 Ha, dan Kawasan Tahura seluas ± 328,4 Ha.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya merupakan kawasan terbangun yang terdiri dari kaw
industri, pariwisata, pelabuhan, pelayanan umum, pertamban
perdagangan, pemukiman, adapun prosentase pembagian kawasan d
dilihat pada diagram berikut ini:
c. Proporsi penggunaan lahan
Berikut adalah data yang menunjukkan Proporsi penggunaan lahan yang a
Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2015:
Tabel Proporsi Penggunaan lahan Tahun 2011-2015
Tahun Luas Penggunaan Lahan (Hektar)
Pemukiman Perusahaan Industri Jasa Areal Lain

2011 6.335,19 312,76 488,93 441,41 1.150,64


2012 6.640,58 333,92 560,19 498,25 1.136,23
2013 9.771,98 350,66 612,45 793,53 947,24
2014 10.079,40 390,80 652,20 802,10 950,35
2015 11.797,80 409,75 713,96 978,16 848,65
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016
Hal tersebut menunjukkan peningkatan areal untuk perkampungan
pemukiman dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi sebagai dam
alami ketika jumlah penduduk meningkat. Hal yang perlu dibenahi ad
bagaimana mengatur perijinan tata ruang.
Untuk luas areal perusahaan menunjukkan terjadi peningkatan areal l
untuk perusahaan dibandingkan Tahun sebelumnya. Hal ini terjadi se
dampak positif dari munculnya badan usaha baru yang berinvestasi.
Untuk areal industri menunjukkan peningkatan jumlah areal industri d
beberapa tahun terakhir. Hal tersebut sebagai dampak meningkatnya inve
sektor industri di Kota Bandar Lampung.
Untuk luas areal jasa menunjukkan peningkatan luas areal yang digun
untuk sektor jasa. Hal tersebut sebagai akibat tumbuhnya sektor industri ja
Kota Bandar Lampung.
Untuk areal jasa lainnya menunjukkan terjadinya penurunan areal
digunakan untuk areal lainnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan
digunakan untuk penggunaan untuk sektor lainnya yang lebih produktif se
untuk industri pabrik dan perusahaan sektor jasa.
Untuk luas areal lahan tidak digunakan menunjukkan area tanah ko
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena t
kosong yang sebelumnya kurang produktif telah digunakan untuk sektor
lebih produktif seperti sektor industri, jasa, dan pemukiman.
4. Potensi Pengembangan Wilayah
a. Kota yang Prospektif
Kota Bandar Lampung memiliki prospek yang kuat untuk berkembang me
Kota besar dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Potensi
Bandar Lampung yang mendukung antara lain adalah:
1) Lokasi geografis yang sangat strategis;
2) Kedudukan yang dituju dalam kebijaksanaan tingkat nasional dan regio
3) Pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk me
wisatawan;
4) Keanekaragaman suku bangsa (multi ethnic), dan
5) Dukungan wilayah sekitarnya (Hinterland) yang menunjang pertumb
dan perkembangan Kota Bandar Lampung.
Sektor yang tengah difokuskan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung ad
pariwisata, baik dalam rangka menunjang pembangunan pariwisat
Sumatera bagian Selatan maupun mendayagunakan potensi keind
alam Kota Bandar Lampung. Pengembangan obyek wisata pantai dan laut
perbukitan dalam Kota Bandar Lampung menciptakan daya tarik
wisatawan mancanegara maupun nusantara. Kelengkapan yang d
dipersiapkan oleh Kota Bandar Lampung adalah penyediaan prasarana dan
pariwisata seperti perhotelan, restoran, agen perjalanan, perbankan,
infrastruktur pendukung lain.
Berbagai peluang perkembangan yang prospektif juga membawa prasyarat
kehidupan Kota yang diharapkan dapat tercapai. Pertama ad
restrukturisasi trend perkembangan fisik dan kedua adalah penciptaan
yang kondusif bagi perkembangan Kota Bandar Lampung. Selain prasarana
sarana pendukung kegiatan ekonomi; penyiapan kebijaksanaan, peraturan
program pembangunan menuju pemantapan Kota Bandar Lampung d
memanfaatkan peluang ekonomi yang ada; dan perlu disiapkan pula su
daya manusia yang menunjang.
b. Lokasi yang Strategis
Kota Bandar Lampung menempati posisi geografis yang sangat strategis,
dalam konstelasi internasional, nasional, maupun regional. Posisinya terh
Singapura dan Jakarta merupakan potensi bagi pengambilan peran d
kerjasama ekonomi regional IMS-AFTA. Aspek yang menjadikan Kota Ba
Lampung Strategis adalah:
1) Aspek Ekonomi
Kawasan Perdagangan Jasa Pusat Kota
 Merupakan kawasan pusat perdagangan dan jasa;
 Munculnya aktivitas informal yang kecenderungannya cukup signifik
 Aktifitas campuran komersial dengan rumah tinggal (R
permukiman;
 Menjadi kawasan perdagangan (super blok perdagangan dan jasa) J
Kartini – Jl Radin Intan – Jl Ahmad Yani berikut beberapa kawasan
berada di sekitarnya;
 Mengintensifkan promosi peluang investasi dan menjadikan kaw
sarana penunjang kegiatan ekonomi.
2) Aspek SDA dan Teknologi
a) Kawasan Pendidikan Tinggi dan munculnya aktivitas pendidikan ting
sepanjang Jalan ZA Pagar Alam (Kedaton, Gedong Meneng, Rajabasa
sekitarnya (fungsi sosial budaya) dan wilayah Sukarame. Aktivitas ini
mendorong pertumbuhan kegiatan perdagangan pada sekitar jalan ini
cenderung tidak tertata dan terkendali. Selain itu, akibat akt
pendidikan tinggi tersebut, muncul klaster-klaster rumah sewa (
kostan). Aktivitas perekonomian pada kawasan ini menjadi c
dinamis. Perlu adanya upaya penataan dan pengendalian sehingga kaw
ini tumbuh menjadi kawasan pendidikan tinggi yang terpadu.
b) Kawasan Kota Marina
Fokus Kota Bandar Lampung Kota Marina adalah revitalisasi dan pena
kawasan pantai yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosi
dan kelestarian lingkungan hidup dan meningkatkan est
kota. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber
alam dan kegiatan pariwisata sebagai penggerak utama pengemba
wilayah. Menjadikan kawasan yang memiliki nilai ekonomis dan Akt
campuran komersial dengan sarana fasilitas wisata dan pelest
lingkungan hidup.
3) Aspek Lingkungan Hidup
Kawasan Taman Hutan Rakyat (TAHURA) Wan Abdurahman (Reg 19), Kaw
Batu Putu, dan Sukadanaham. Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan lind
Kawasan ini merupakan daerah tangkapan air serta hulu beberapa sungai b
di Kota Bandar Lampung. Menjaga kelestarian air permukaan sebagai alter
utama dalam pemenuhan sumber air baku Kota Bandar Lampung. Wilaya
hanya 30% berada pada administrasi Kota Bandar Lampung (sisanya Kabup
Pesawaran). Tujuan adanya kawasan ini adalah pengembangan wisata
(ekowisata), menjadikan kawasan lindung yang memiliki nilai ekonomis, s
itu Kawasan Batu Putu harus dikendalikan untuk kegiatan budidaya.
4) Aspek Sosial Budaya
Kawasan bersejarah Situs budaya di wilayah Kedamaian merupakan kaw
cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan. Hal ini dimaksudkan u
melindungi kekayaan budaya berupa peninggalan sejarah dari anca
kepunahan yang disebabkan kegiatan alam maupun manusia. Ren
penanganan situs budaya wilayah Kedamaian adalah: Rencana Pemeliha
dan pelestarian situs budaya, Revitalisasi situs budaya, Pengembangan si
kepariwisataan khususnya wisata budaya, Mengembangkan ilmu pengeta
dan Teknologi, dan Menjaga kelestarian keberlanjutan lingkungan hidup.
c. Potensi Alam
Selain memiliki wilayah yang cukup luas, Kota Bandar Lampung juga me
potensi alam yang indah, terutama laut dan perbukitannya. Kekh
morfologinya mulai dari pegunungan, perbukitan, daratan, hingga pantai
terletak di bagian dalam Teluk Lampung, menjadikan Kota Bandar Lam
sangat potensial untuk dikunjungi wisatawan. Citra endogenik “Lau
Gunung” tersebut merupakan potensi keindahan dan daya tarik alam di
Bandar Lampung.
Pantai yang berada di wilayah Kota Bandar Lampung memiliki pemanda
yang mempesona. Pantai ini memiliki keistimewaan tersendiri yaitu terlet
suatu teluk yang nyaman, dengan keindahan panorama laut dan bebe
gugusan pulau kecil di tengah teluk, yang potensial dikembangkan untuk w
rekreasi bahari. Hal ini juga ditunjang oleh letaknya yang tidak jauh dari p
kota. Fisiografi marin tersebut memanjang dari Tarahan, Panjang, Way L
Teluk Betung. Pesawahan, sampai ke arah Lempasing. Keindahan panta
Teluk Lampung ini menjadi modal utama bagi Kota Bandar Lampung u
mengembangkan diri sebagai Kota Pantai (Kota Marina).
Perbukitan yang terletak di Pusat Kota dan bagian kota lainnya, juga merup
potensi alam yang secara khas dimiliki oleh Kota Bandar Lampung. S
berfungsi lindung bagi pelestarian tata air dan konservasi tanah, perbu
dengan tanaman hijaunya akan berfungsi pula sebagai paru-paru
Pemanfaatan yang terbatas dapat diselaraskan dengan pengembangan W
Hutan Raya.
d. Keanekaragaman Suku Bangsa
Salah satu ciri khas Kota Bandar Lampung adalah keanekaragaman
bangsanya. Sejak dimulainya program transmigrasi dari Pulau Jawa ke P
Sumatera khususnya ke Provinsi Lampung, penduduk Pro
Lampung terdiri dari berbagai suku bangsa. Dengan keanekaragaman
bangsa, Provinsi Lampung dikenal sebagai negeri “Ruwa Jurai” (dua u
karena dihuni oleh masyarakat asli dan pendatang. Keanekaragaman
bangsa ini harus dipandang sebagai potensi atau kekuatan untuk memba
Kota Bandar Lampung, dalam arti Kota Bandar Lampung menjadi sem
mudah beradaptasi dan menerima pendatang baru, sehingga juga ter
menerima pengaruh pembangunan wilayahnya.
e. Dukungan Wilayah Belakang (Hinterland)
Kota Bandar Lampung didukung oleh Hinterland yang merupakan wi
penghasil perikanan, perkebunan, dan lokasi berbagai industri. Dengan wi
seluas 35.376,50 Km2, Provinsi Lampung dijuluki wilayah unggulan, s
pertumbuhan industri baru dan pintu gerbang lintas Pulau Jawa-P
Sumatera. Provinsi Lampung tumbuh menjadi wilayah penyangga bagi keg
pertanian dan industri pengolah hasil pertanian.
f. Pusat Pertumbuhan
Sebagai pusat kegiatan Provinsi Lampung, sekitar 12,4 persen pend
Provinsi Lampung berada di Kota Bandar Lampung. Berbagai pelayanan
wilayah yang lebih luas disediakan oleh Kota Bandar Lampung, baik di bi
pemerintahan, niaga, jasa keuangan, pendidikan,
sebagainya. Peran sebagai pusat pertumbuhan ditunjang oleh ren
peningkatan aksesibilitas dari dan ke Kota Bandar Lampung. Kota Ba
Lampung siap berfungsi sebagai transhipment point dari berbagai m
angkutan.
g. Pusat Koleksi dan Distribusi
Perkembangan sektor ekonomi, khususnya pertanian di wilayah Pro
Lampung maupun Sumatera bagian Selatan, mendorong fungsi Kota Ba
Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihas
oleh wilayah belakangnya. Fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi ber
komoditi yang dihasilkan oleh Sumatera Bagian Selatan dilangsungkan
rencana pengembangan jaringan jalan tol dan kereta api, jaringan jalan T
Sumatera, serta pengembangan Pelabuhan Panjang. Kelengkapan fasilitas
tersedia di Kota Bandar Lampung juga mendukungnya sebagai pusat ko
dan distribusi barang dan jasa pada berbagai skala pelayanan.
h. Aksesbilitas yang Semakin Baik
Kota Bandar Lampung sebagai pusat pertumbuhan akan memperoleh peng
yang signifikan dari pergerakan tersebut melalui peningkatan investasi di s
regional, nasional, dan internasional. Kota Bandar Lampung menjadi salah
alternatif pilihan setelah Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Rencana
ketersediaan sarana-prasarana pendukung aksesbilitas seperti jalan, term
pelabuhan menjadi akses pendukung pembangunan perekonomian khusu
di Kota Bandar Lampung.
i. Pengembangan Transhipment Point
Peran Kota Bandar Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi barang
jasa didukung oleh Pelabuhan Panjang yang telah diminati oleh berbagai
untuk dikembangkan sebagai pelabuhan antar Negara, terutama dalam kon
region Sumatera bagian Selatan. Peranan yang dituju oleh pelabuhan ini ad
sebagai pelabuhan ekspor bagi komoditi dan produk yang dihasilkan
Sumatera Bagian Selatan. Pilihan ini mempertimbangkan posisi stra
Pelabuhan Panjang sebagai gerbang lintas dua kawasan ekonomi penting
Sijori (Singapura-Johor-Riau) dan pusat pasar nasional Jakarta dan Jawa
bagian Barat, terutama dalam mengisi kerjasama ekonomi regional IMS-GT
j. Wilayah Rawan Bencana
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung 2009-
dan studi mitigasi bencana Kota Bandar Lampung tahun 2009, wilayah
Bandar Lampung saat ini memiliki beberapa kawasan yang diidentifikasi se
kawasan rawaan bencana, seperti gempa bumi, tanah longsor
banjir. Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana dilakukan u
melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh
maupun secara langsung tidak langsung oleh perbu
manusia. Arahan pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan bencana
dilaksanakan melalui :
1) Pengurangan dampak bencana melalui penentuan lokasi dan jalur eva
dari permukiman penduduk dan pusat kegiatan perkotaan;
2) Penyediaan ruang evakuasi bencana;
3) Pembatasan pengembangan prasarana dan sarana umum di kawasan ra
bencana longsor, dan tsunami;
4) Penerapan bangunan berbasis mitigasi bencana, dan struktur bang
tahan gempa;
5) Menyesuaikan bangunan gedung publik sesuai peraturan keand
bangunan gedung;
6) Membangun tanggul pemecah ombak;
7) Normalisasi dan revitalisasi kawasan sempadan sungai dan pantai;
8) Melakukan upaya adaptasi bencana berdasarkan kearifan lokal;
9) Pelarangan penggerusan dan eksploitasi bukit dan gunung yang rawan.
a) Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor dan Gerakan Tanah
Secara eksisting kawasan rawan tanah longsor di Kota Bandar lam
terdapat di daerah yang kondisi tanahnya sangat miring sampai cura
wilayah bagian Barat yaitu Kawasan Gunung Betung, Gunung Balau
Perbukitan Serampok di bagian Timur. Daerah rawan longsor berad
7 Kecamatan. yaitu di Kecamatan Panjang (2), Bumi Waras (2),
Betung Selatan (1), Teluk Betung Timur (2) , Tanjung Karang Timur
Sukabumi (1) dan Kemiling (2).
b) Daerah Rawan Gelombang Pasang dan Tsunami
Berdasarkan analisis tektonik kawasan rawan bencana Tsunami di Kota Ba
Lampung terletak di bagian Utara Komplek Hunjaman Sunda dan di Barat-U
Gunung Krakatau yang berpotensi menimbulkan gelombang tsunami. Be
adalah sebaran penduduk di kawasan rawan Tsunami:
Tabel Sebaran Penduduk di Kawasan Rawan Tsunami Tahun 2015
Penduduk*
No Kelurahan Luas (Ha) Kepadatan (Jiwa/
(Jiwa)
Kecamatan Teluk Betung Barat dan Kecamatan Teluk Betung Timur
1 Sukamaju 550 4402 8
2 Keteguhan 256 12022 47
3 Kota Karang 80 12025 150
4 Perwata 40 4.759 119
5 Kuripan 84 5.061 60
Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Bumi Waras
6 Pesawahan 63 12.053 191
7 Kangkung 30 13.749 458
8 Bumi Waras 72 15.849 220
9 Sukaraja 79 11.626 147
10 Way Lunik 144 9.408 65
11 Ketapang 339 3.450 10
Kecamatan Panjang
12 Srengsem 556 9.390 17
13 Panjang Selatan 106 13.443 127
14 Panjang Utara 122 14.053 115
15 Karang Maritim 105 10.160 97
Total 2.626 151.450 58
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung dan Hasil Analisa, 2016
Kondisi eksisting menunjukan beberapa kawasan di Teluk Betung Timur
Bumi Waras berbatasan langsung dengan Teluk Lampung dan me
topografi landai, yaitu wilayah Kecamatan Teluk Betung Selatan, Teluk Be
Barat, dan Panjang dimana daerah ini teridentifikasi sebagai kawasan terh
rawan bencana gelombang tsunami. Jumlah penduduk di kawasan ra
tsunami ini diperkirakan berjumlah 184.759 jiwa dengan kepadatan sekit
jiwa/hektar.
c) Daerah Rawan Banjir
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandarlam
menyebutkan lokasi rawan banjir itu antara lain Kelurahan Waylunik Pan
Bakung Telukbetung Barat, Garuntang Bumiwaras, Gunungmas dan Pesaw
di Telukbetung Selatan, Pengajaran Telukbetung Utara, Kaliawi Tanjungka
Pusat. Kemudian, Kelurahan Pasir Gintung Tanjungkarang Pusat, Peneng
Kedaton, Way Halim Kecamatan Way Halim, Way Dadi Sukar
Tanjungseneng Kecamatan Tanjungseneng, Kalibalau Kencana Kedam
Tanjungkarang Kecamatan Enggal, Rajabasa raya Kecamatan Rajabasa, Kem
Permai Kecamatan Kemiling dan Keteguhan Kecamatan Telukbetung Timur
d) Daerah Rawan Gempa Bumi
Kawasan rawan gempa bumi teridentifikasi dan dikelompokan dalam 5
berdasarkan potensi besaran gempa dengan skala VII MMI – IX MMI. Wi
paling rawan berada di Teluk Betung Selatan, Panjang, sebagian Teluk Be
Utara, Teluk Betung Barat, dan Tanjung Karang Pusat. Sedangkan kawasan
relatif aman dengan potensi paling rendah
di Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Kedaton, Kecamatan Sukarame,
dan Kecamatan Tanjung Senang.
e) Daerah Rawan Angin Puting Beliung
Perubahan iklim saat ini berpotensi cukup besar memicu terjadinya a
kencang, yang perlu waspada adalah masyarakat yang tinggal di pesisir pa
Peristiwa angin putting beliung adalah kejadian alam beberapa kawasan di
Bandar Lampung yang dilanda angin putting beliung pada tahun 2
sebanyak 23 bencana dan pada tahun 2014 naik menjadi 29 bencana. Ben
terbanyak terjadi di Kecamatan Bumi Waras (10), Sukabumi (8), Panjan
Teluk Betung Selatan dan Teluk Betung Utara masing-masing (6). Sedan
pada tahun 2015, Kota Bandar Lampung tidak terjadi bencana puting beliun
Aspek Demografi
1. Jumlah Penduduk
Berikut adalah data yang menunjukkan persebaran penduduk Kota Ba
Lampung berdasarkan jenis kelamin Tahun 2011-2018:
Tabel Penduduk Dirinci menurut Jenis Kelamin Tahun 2011-2018
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Tahun
Laki-Laki Perempuan Juml
2011 450802 440572 891 3
2012 456 620 446 265 902 8
2013 475 039 467 000 942 0
2014 493 411 485 876 979 0
2015 601.604 566.092 1.167
2016 603.852 565.434 1.169
2017 604.339 571.058 1.175
2018 604.896 571.780 1.176
Sumber: Disdukcapil Kota Bandar Lampung, 2018
Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung pada Tahun 2018 ad
sebesar 1.176.677 jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk Lak
sebesar 604.896 jiwa, dan penduduk perempuan sebesar 571.780 jiwa.

DEMOGRAFI

II SEJARAH SINGKAT 1. Zaman Pra Kemerdekaan Indonesia


BANDAR LAMPUNG Wilayah Kota Bandar Lampung pada zaman kolonial Hindia Belanda term
wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang dibentuk berdasarkan Staats
1912 Nomor : 462 yang terdiri dari Ibukota Telokbetong sendiri dan da
daerah disekitarnya. Sebelum tahun 1912, Ibukota Telokbetong ini me
juga Tanjungkarang yang terletak sekitar 5 km di sebelah utara
Telokbetong (Encyclopedie Van Nedderland Indie, D.C.STIBBE bagian IV).Ibu
Onder Afdeling Telokbetong adalah Tanjungkarang, sementara
Telokbetong sendiri berkedudukan sebagai Ibukota Keresidenan Lamp
Kedua kota tersebut tidak termasuk ke dalam Marga Verband, melai
berdiri sendiri dan dikepalai oleh seorang Asisten Demang yang tunduk ke
Hoof Van Plaatsleyk Bestuur selaku Kepala Onder Afdeling Telokbetong.
Pada zaman pendudukan Jepang, kota Tanjungkarang-Telokbetong dijadik
(Kota) dibawah pimpinan seorang Sicho (bangsa Jepang) dan dibantu
seorang Fuku Sicho (bangsa Indonesia).
2. Zaman Pasca Kemerdekaan Indonesia
Sejak zaman Kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Tanjungkarang dan
Telokbetong menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Selatan h
diterbitkannnya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yang memisa
kedua kota tersebut dari Kabupaten Lampung Selatan dan mulai diperken
dengan istilah penyebutan Kota Tanjungkarang-Telukbetung.

Pada perkembangannya selanjutnya, status Kota Tanjungkarang dan


Telukbetung terus berubah dan mengalami beberapa kali perluasan h
pada tahun 1965 setelah Keresidenan Lampung dinaikkan statusnya me
Provinsi Lampung (berdasarkan Undang-Undang Nomor : 18 tahun 1965),
Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingk
Tanjungkarang-Telukbetung dan sekaligus menjadi ibukota Provinsi Lampu

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1983, Kotamadya Da


Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya Da
Tingkat II Bandar Lampung (Lembaran Negara tahun 1983 Nomor
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3254). Kemudian berdasarkan Keput
Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun 1998 tentang perubahan tata na
dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat
Indonesia yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Walikota Ba
Lampung nomor 17 tahun 1999 terjadi perubahan penyebutan nama
“Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung” me
“Pemerintah Kota Bandar Lampung” dan tetap dipergunakan hingga saat i

3. Hari Jadi Kota Bandar Lampung


Hari jadi kota Bandar Lampung ditetapkan berdasarkan sumber sejarah
berhasil dikumpulkan, -terdapat catatan bahwa berdasarkan laporan
Residen Banten William Craft kepada Gubernur Jenderal Cornelis
didasarkan pada keterangan Pangeran Aria Dipati Ningrat (Duta Kesulta
yang disampaikan kepadanya tanggal 17 Juni 1682 antara lain beris
“Lampong Telokbetong di tepi laut adalah tempat kedudukan seorang D
Temenggung Nata Negara yang membawahi 3.000 orang” (Deghregistor
dibuat dan dipelihara oleh pimpinan VOC halaman 777 dst.)-, dan
simposium Hari Jadi Kota Tanjungkarang-Telukbetung pada tangga
November 1982 serta Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1983 tangga
Februari 1983 ditetapkan bahwa hari Jadi Kota Bandar Lampung adalah ta
17 Juni 1682.

4. Para Walikota Bandar Lampung


Sampai saat ini, tercatat sudah 10 orang putra terbaik Lampung me
pemimpin di Kota Bandar Lampung, sebagaimana tabel berikut ini :
NO NAMA PERIODE

1. SUMARSONO 1956 – 1957

2. H. ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM 1957 – 1963

3. ALIMUDIN UMAR, SH 1963 – 1969

4. Drs. H.M. THABRANIE DAUD 1969 – 1976

5. Drs. H. FAUZI SALEH 1976 – 1981

6. Drs. ZULKARNAIN SUBING 1981 – 1986

7. Drs. NURDIN MUHAYAT 1986 – 1991

8. Drs. SUHARTO 1996 – 2005

9. Drs. EDDY SUTRISNO, M.Pd. 2005 – 2010

10. Drs. H. HERMAN HN, MM 2010 – Sekarang

Kotamadya Bandar Lampung selain Ibu Kota Dati I Lampung juga merupaka
Kota Kotamadya Dati II Bandar Lampung. Provinsi Lampung dibentuk de
Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 3 Tahun 1964 jo UU No. 14 T
1964.
Sebelum menjadi Provinsi Lampung, Lampung merupakan suatu Keresid
sebagai tindak lanjut statusnya di zama Belanda dahulu dengan seb
Residentie der Lapongohe Districten, sewaktu zaman Hindia Belanda da
Karedidenan Lampung merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Se
Wilayah Kota Bandar Lampung di zaman Hindia Belanda dahulu term
wilayah onder afdeling Telok-Betong yang dibentuk dengan Staatsbalat
Nomor : 462, terdiri dari Ibu Kota Telok-Betong sendiri dan daerah-da
sekitarnya. Sebelum tahun 1912 Inu Kota Telok-Betong ini meliputi juga Ta
Karang yang terletak kura lebih 5 KM sebelah utara Kota Telok-Be
(Encyclopedie Van Nederland Indie, susunan D.C.STIBBE bagian
Ibukota Onder afdeling Telok-Betong adalah Tanjungkarang, sedangkan
Telokbetong adalah Ibukota Karesidenan Lampung, kedua kota tersebut
termasuk dalam Marga Verband, melainkan berdiri sendiri yang dikepalai
seorang Asisten Demang tunduk kepada Hoof Van Plaatsleyk Be
(Kontroling B.B) yaitu Kepala Onder afdeling Telokbe
Biaya sehari-hari untuk pemeliharaan kedua kota tersebut ditanggung
suatu dana yang disebut Plaatsleyk Fonds. Pengololaan keuangan diatur d
Keputusan Residen Lampung tanggal 24 Nopember 1930 Nomor
Dimasa pendudukan Jepang Kota Tanjungkarang-Telokbetong dijadikan Si (
dibawah pimpinan seorang SICHO (Bangsa Jepang) dibantu oleh seorang
SICHO (Bangsa Indonesia).
Sejak Kemerdekaan Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor :22 T
1948, Kota Tanjungkarang dan Kota Telukbetung berstatus Kota Kecil
merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Selatan, wilayah sekita
dipisahkan dari wilayah Onder afdeling Telokbetong-Tanjungk
berdasarkan Undang-undang Darurat No:5 Tahun 1956, kemudian berdas
undang-undang No : 28 Tahun 1959 nama Kota Besar Tanjungka
Telokbetong dirubah menjadi Kotapraja Tanjungkarang-Telukbetung
didalamnya terdapat 2 Kecamatan; yaitu Kecamatan Tanjungkarang
Kecamatan Telukbetung, sisa wilayah Onder afdeling Telukbetung dimasu
dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan.
Kemudian setelah Karesidenan Lampung dinaikkan statusnya menjadi Pro
Lampung berdasarkan Undang-undang Nomor : 18 Tahun 1965 Kota
Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kota Madya Tanjungka
Telukbetung.
Perbatasan Kotamdya Tanjungkarang-Telukbetung ditentukan dalam Und
undang Darurat Nomor :5 Tahun 1956 jo. Undang-undang Nomor : 28 T
1959 didalamnya terdapat 4 Kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Tanjungkarang Barat dengan Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Jalan Bukit Tinggi Bambu Kuning (Kampung Kaliawi).
2. Kecamatan Tanjungkarang Timur dengan Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Kampung Saah Lama.
3. Kecamatan Telukbetung Utara dengan Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Sumur Batu.
4. Kecamatan Telukbetung Selatan dengan Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Jalan Mentaai Telukbetung
Berdasarkan Undang-undang No.5 Tahun 1975 dan Peraturan Pemer
Nomor : 3 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas ilayah Kotamadya D
Tanjungkarang Telukbetung yang mulai berlaku efektif terhitung sejak tang
juli 1982, yaitu sejak diserahkan olleh Bupati Kepada Daerah Tingkat II Lam
Selatan kepada Wali kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Tanjungka
telukbetung diperluas dengan dimasukkannya sebagian Wilayah Kabup
Daerah Tingkat II Kabupaten Lampung Selatan yang meliputi 14 Desa
sebagian wilayah kecamatan Kedaton, 14 Desa Kecamatan Pan
Kemudian bedasarkan Peraturan itu juga Kecamatan-kecamatan dalam Wi
Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung ditata kembali menja
Kecamatan dengan 58 Kelurahan.
Selanjutnya berdasarkan Surat Gubernur/KDH Tingkat I Lampung N
G/185.B.III/HK/1988 tanggal 6 Juni 1988 serta Surat Persetujuan MEND
Nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987 tentang pemekaran Kelurah
Wilayah Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar Lampung terdiri d
Kecamatan dengan 84 Kelurahan. Kemudian berdasarkan Peraturan Da
Kota Bandar Lampung Nomor 04 tahun 2001 tentang pembent
penghapusan dan penggabungan Kecamatan dan Kelurahan dalam Kota Ba
Lampung, maka Kota Bandar Lampung menjadi 13 Kecamatan denga
Kelurahan,selanjutnya pada tanggal 17 September 2012,berdasarkan Pera
Daerah Kota Bandar Lampung No 04 Tahun 2012 Bandar Lampung menja
Kecamatan dengan 126 kelurahan, yaitu:
1. Kecamatan Kedaton dengan Pusat Pemerintahannya berkeduduka
Kampung Baru
2. Kecamatan Tanjungkarang Timur dengan Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Kota Baru
3. Kecamatan Tanjungkarang Barat dengan Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Gedong Air
4. Kecamatan Tanjungkarang Pusat dengan Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Palapa
5. Kecamatan Sukarame dengan Pusat Pemerintahannya berkeduduk
Sukarame
6. Kecamatan Telukbetung Utara dengan Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Kupang Kota
7. Kecamatan Telukbetung Selatan deng Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Sukaraja
8. Kecamatan Telukbetung Barat dengan Pusat Pemerintaha
berkedudukan di Bakung
9. Kecamatan Panjang dengan Pusat Pemerintahannya berkeduduka
Panjang Selatan
10. Kecamatan Kemiling dengan Pusat Pemerintahannya berkeduduka
Sumberejo
11. Kecamatan Rajabasa dengan Pusat Pemerintahannya berkeduduka
Rajabasa
12. Kecamatan Tanjung Seneng dengan Pusat Pemerintahannya berkedud
di Tanjung Seneng
13. Kecamatan Sukabumi dengan Pusat Pemerintahannya berkeduduk
Sukabumi
14. Kecamatan Labuhan Ratu dengan Pusat Pemerintahannya berkeduduk
Labuhan Ratu
15. Kecamatan Way Halim dengan Pusat Pemerintahannya berkedudukan
Way Halim
16. Kecamatan Langkapura dengan Pusat Pemerintahannya berkedudukan
langkapura
17. Kecamatan Enggal dengan Pusat Pemerintahannya berkedudukan di E
18. Kecamatan Kedamaian dengan Pusat Pemerintahannya berkedudukan
Kedamaian
19. Kecamatan Telukbetung Timur dengan Pusat Pemerintahannya
berkedudukan di Telukbetung Timur
20. Kecamatan Bumi Waras dengan Pusat Pemerintahannya berkeduduka
Bumi waras
Kotamadya Tanjungkarang Telukbetung (Bandar Lampung) sebagai Ibu
Provinsi Lampung berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Ting
Tanjungkarang Telukbetung (Bandar Lampung) Nomor : 5 Tahun 1983, ta
26 Januari 1983 telah ditetapkan Hari Jadinya pada tanggal 17 Juni 1
Dalam rangka menetapkan Hari Jadi tersebut telah diadakan penelitian
sebuah Team Penggali Hari Jadi Kotamadya Tanjungkarang Telukbetung
dibentuk dengan Keputusan alikotamadya Kepala Daerah Tingka
Tanjungkarang-Telukbetung tanggal 15 Desember 1981 No
234/BG.II/HK/1981, dari Penilai Sumber Sejarah yang berhasil dikumpu
Team memperoleh data tentang Hari Jadi Kota Tanjungkarang-Telukbe
(Bandar Lampung) sebagai berikut:
1. Tanggal 17 Juni 1682
Pada tanggal 17 Juni 1982 tersebut laporan Resideng Banten William
kepada Gubernur jenderal cornelis yang didasarkan pada ketera
Pangeran Aria Dipati Ningrat (Duta Kesultanan) yang disampaikan kepad
tanggal 17 Juni 1682 antara lain berisikan : “Lampong Telokbetong ditep
adalah tempat kedudukan seorang Dipati Temenggung Nata N
membaahi 3.000 orang” (Daghregistor yang dibuat dan dipelihara
Pimpinan VOC halama 777 dan seterusnya)
2. Tanggal 22 Agustus 1682
Berdasarkan Surat Sultan Haji yang dibawa Pimpinan ekspedisi Gabu
(Kesultanan dan VOC) bernama Everhard Van der Schuur dan pada u
Sultan (Pangeran Nata Negara dan Aria Wangsa Yudha) tertanggal 22 Ag
1682 ditujukan kepada seluruh pengusaha di Lampung tentang perub
politik di Banten, yaitu Sultan Agung Tirtayasa diganti oleh Sultan
kedatangan ekspedisi gabungan tersebut adalah atas nama Sultan yang
(Deghregister hal. 1.037 s/d 1.039 dan 1040 s/d 1042)
3. Tanggal 30 September 1682
Menurut Everhard Van der Schuur kepada Gubernur Jenderal di Ja
tanggal 30 September 1682 menggambarkan bahwa Adipati Wira N
Regent Telokbetong Ibu Kota Lampong, Aria Siger nama pembesar m
Sultan Haji (Abdul Nazar) dan para pedagang lada bersedia mengad
kontrak dagang dengan VOC, kecuali pengusaha-pengusaha atau peda
pedagang dari Batu Andak yang tidak mau menghubungi / mengad
kontrak dagang dengan VOC sebagai musuh dan mereka tidak men
Belanda serta lebih cenderung untuk mengadakan peperangan dar
perdamaian’ mereka telah mengadakan pembakaran (membumihangu
Telokbetong
4. Tanggal 11 Nopember 1682
Berdasarkan laporan Everhard Van der Schuur kepada MAyor Issacde
Martin tentang hasil gabungan berisikan antara lain bahwa pada tangg
Nopember 1682 terjadi pertempuran di laut antara armada raja Ng
dengan penduduk pantai (Malayer dan Berkvolkaran) di Teluk Sabu Men
(Daghregister halaman 1372 dan 1373).
5. Tanggal 8 April 1873
Berdasarkan Staatsblat Nomor : 70/1873 (Besluit Gouvernur General) ta
8 April 1873 Nomor : 15 tentang Pembagian Karesidenan Lampung men
afdeling, antara afdeling Telokbetong dengan Ibukota Telokbetong.
Sebagai tindak lanjut dari hasil kerja team Penggali Hari Jadi
Tanjungkarang-Telukbetung, maka pada tanggal 18 Nopember 1982 diad
Simposium Hari Jadi Kota Tanjungkarang-Telukbetung (Bandarlamp
Adapun dasar-dasar pertimbangan ditetapkan tanggal / Hari Jadi Kota ters
adalah sebagai berikut :
1. Secara otentik tanggal, bulan dan tahun tersebut d
dipertanggungjawabkan.
2. Berdasarkan data-data yang ada dan keterangan-keterangan yang juga d
dipertanggungjawabkan
3. Tanggal dan bulan tersebut merupakan pengakuan dari pihak luar bah
Telukbetung sudah ada pemerintahan yang berkedudukan di Telukbetun
4. Tanggal 17 merupakan angka keramat bagi Bangsa Indonesia sebagai ta
lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari hasil kesimpulan simposium Hari JAdi Kota Kotamadya Tanjungka
Telukbetung dimaksud setelah melalui berbagai pertimbangan sudah d
ditetapkan sebagai Tanggal Hari Jadi Kota Kotamadya Tanjungka
Telukbetung (Bandar Lampung) berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 T
1983 tanggal 26 Februari 1983.
Riwayat Pemerintahan.
Untuk mengetahui Riwayat Pemerintahan secara kronologis diatur
sistematikanya sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 22/1948 Dipisahkan dari Kabupaten Lam
Selatan dengan istilah Kota Tanjungkarang-Telukbetung
2. Peraturan Pemerintah Nomor 39/1950 Tentang Penetapan
Tanjungkarang-Telukbetung menjadi Kota Besar Tanjungkarang-Telukbetun
3. Undang-undang Nomor : 5 Drt Tahun 1956 Tentang Pernyataan
Tanjungkarang-Telukbetung menjadi Kotapraja Tanjungkarang-Telukbetung
4. Undang-undang Nomor : 1/1957 Tentang Pengukuhan Kota Tanjungk
Telukbetung menjadi Kotapraja Tanjungkarang Telukbetung
5. Undang-undang Nomor : 18/1959 Tentang Pernyataan Kota Tanjungka
Teluk-Betung
6. Undang-undang Nomor : 18 /1965 Tentang Perubahan status Kota
menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung
7. Undang-undang Nomor 5/1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor :3/1
Tentang Perubahan Batas Wilayah yang diperluas serta pemekaran Kecam
dari 4 Kecamatan dan 30 Kelurahan/Desa menjadi 9 Kecamatan da
Kelurahan/Desa
8. Peraturan Pemerintah Nomor : 24 Tahun 1983 Tentang Penggantian N
dari Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung me
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung
9. SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor : G/185/B.III/HK/
tanggal 6 Juli 1988 Tentang Pemecahan Kelurahan dari 58 Kelurahan/
menjadi 84 Kelurahan/Desa
10. SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor : 6/185/BH
tanggal 6 Juli 1988, tentang Peubahan Desa menjadi Kelurahan Ten
Pemecahan Kelurahan dari 58 Kelurahan/Desa menjadi 84 Kelurahan/Desa
11. Kepmendagri Nomor 43 Tahun 1998 Tentang perubahan tata naskah
dilingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II SeIndo
yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Walikota Bandar Lam
Nomor 17 Tahun 1999 tentang Perubahan Pertama Keputusan Walikotam
Kepala Daerah Tingkat II Bandar Lampung Nomor 16 Tahun 1999 ten
Pedoman Penyusunan dan Bentuk Tata Naskah Dinas Pemerintah Da
Tingkat II Bandar Lampung, yang salah satu isisnya Perubahan Penyeb
Nama dari “Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lamp
menjadi “Pemerintah Kota Bandar Lampung”.
III RITUAL DAN Berbicara tentang ritme budaya tidak lepas dari ritual dan situs yang di
UPACARA Kota Bandar Lampung sebagai daerah yang penduduknya terdiri
berbagai macam suku dan Agama.
Kota Bandar Lampung memiliki banyak ritual diantaranya:
 Ritual Jelang Puasa (belangiran)
 Ritual Kelahiran dan Kematian
 Memang (Tamung Obat dan baca Matra)
 Niga Nghani
 Mittu Nghani
 Nujuh Nghani
IV RINGKASAN PROSES PENYUSUNAN PPKD
TIM PENYUSUN SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM PENYUSUN
POKOK – POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH
KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018
1. Ketua : Mastita,SE.,MM ( Kepala Bidang Kebudayaan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung)
2. Sekretaris : Endrawati ( Kepala Seksi Promosi Seni dan Budaya Dina
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung )
A. TIM DOKUMENTASI
Koodinator : Astuti Diana ( Kepala Seksi Pembinaan Seni dan Budaya
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung
Anggota :
1. Dra. Hj.Syamsidar ( Kepala Seksi Pelestarian dan
Pengembangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Bandar Lampung )
2. Sri Pulunggeni,SH ( Staf Bidang Kebudayaan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung )
3. Lucy Eka Rahma Lina ( Staf Bidang Kebudayaan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung)
4. Evi Fitriyanti, S.Pd (Staf Bidang Kebudayaan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung )
B. TIM PUBLIKASI
Koordinator : Dra.Hj.Agustinawati,MM ( Kabid Pengembangan
Pemasaran Dinas Pariwisata Kota Bandar Lampung)
Anggota :
1. Kaizan, S.P.,M.Si (Kasi Promosi Dinas Pariwisata Kota Ba
Lampung)
2. Vera Hidayanti, S.E.,M.M (staf Dinas Pariwisata Kota Ba
Lampung
C. TIM SURVEY
Koordinator : H. Nurdin Yahya,S.E (Ketua MPAL Kota Bandar Lampung)
Anggota :
1. M.Ison, S.Sos (Sekretaris MPAL Kota Bandar Lampung)
2. Andi Wijaya (Staf MPAL Kota Bandar Lampung)
D. TIM INPUT DATA
Koodinator : Yenni Leontina,S.STP.,M.M ( Kabid Sosial Bappeda Kota
Bandar Lampung )
Anggota :
1. Haidir,SE ( Kabid Sumber Daya Manusia Bappeda
Kota Bandar Lampung)
V DATA OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN
1.Manuskrip - Tambo ( Silsilah Kebandaran Marga Balak Telukbetung)
- Aksara
- Al Quran Lunik
- Keratun Balau
- Situs Peninggalan Keratun Balau
- Pusaka-pusaka terapang,punduk
- Pakaian Adat tuha-tuha Raja
2.Tradisi Lisan Tradisi lisan yang masih ada di Kota Bandar Lampung seperti:
1. Pepaccekh (Sastra lisan yang menceritakan tentang pemberian adat-ad
2. Warahan
3. Ringget
4. Ngaji Dikhi
5. Pecokh Krakatau
6. Pisa’an
7. Bebandung
8. Segata
9. Adhi-Adhi
3.Adat Istiadat Adat istiadat yang masih dilaksanakan di Kota Bandar Lampung adalah:
1. Gawi Adat/ Nayah
2. Nyambai Bayu
3. Ngakhak Butting
4. Turun Mandi
5. Ngeni Adok
6. Beasakh Asakhan
7. Sebambangan
8. Gawi Cakak Pepadun
9. Bediom (Peresmian Rumah Baru)
10. Cuak Mengan
4.Ritus Ritus yang masih hidup dan dilaksanakan di Bandar Lampung adalah :
1. Memang (Tamung Obat membaca mantra/memang
2. Niga khani
3. Nuju khani
4. Baca Syekh
5.Pengetahuan Pengetahuan Tradisional yang masih ada di Bandar Lampung seperti :
Tradisional 1. Metode Pembuatan Tapis
2. Metode Pembuatan Sulam Usus
3. Metode Pembuatan Tumbung Manuk

6.Teknologi Tradisional 1. Pakaian Perang


2. Kereta kencana Olok Gading
7.Seni Kesenian yang hidup dan berkembang di Kota Bandar Lampung seperti
1. Bedana
2. Sekhai Serumpun
3. Ngigel
4. Cangget (Muli Mekhanai)
5. Tari Sembah (Persembahan kepada tamu)
6. Mupagha

8. Bahasa Bahasa Yang di gunakan oleh masyarakat Kota Bandar Lampung adalah:
1. Bahasa Lampung dengan dialek Nyow dan dialek Api
9. Permainan Rakyat Permainan yang ada di Kota Bandar Lampung seperti :
1. Permainan Enggrang
2. Permainan Lemmaung
3. Permainan Pecchi
4. Permainan Seghok Kuphok
5. Permainan Mecokh tebu di bitogh

10.Olah Raga 1. Picchak Khakot (Pencak Silat)


Tradisinal
11.Cagar Budaya Cagar Budaya yang ada di Kota Bandar Lampung antara Lain adalah :
1. Rumah adat Kebandaran Marga
2. Resevoir PDAM Way Rilau
3. Bunker Jepang
4. Goa Jajar
5. Goa Jepit
6. Sumur Putri
7. Gereja Marturia
8. Gereja Katedral
9. Bendungan Kali Akar
10. Kedatun Keagungan
11. Rumah Sakit Santa Ana

VI PRODUK UNGGULAN BERUPA


KULINER 1. Keripik Pisang
2. Kopi Lampung
3. Sambal Lampung
4. Sulam Usus
5. Kain tapis
6.
VII WISATA RELIGI 1. Masjid Al Furqon
2. Masjid Al Abror
3. Masjid Tua al anwar
4. Masjid Al yaqin
5. Makam Tubagus Makhdum
6. Makam Daeng Muhammad saleh
7. Makam Muhammad Al Atas
8. Vihara Thai Hin Bhio

VIII PENGAKUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN HAK – HAK TRADISINALNYA DALAM PERATU
PERUNDANG – UNDANGAN RI.
Dalam perubahan ( amandemen ) kedua UUD 1945 pada pasal 18 B ay
) ditegaskan ;
“ Negara mengakui dan menghormati kesatuan – kesatuan masya
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan s
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan RI yang d
dalam undang-undang”.
 Mengakui : pernyataan penerimaan dan pemberian status keabs
oleh Negara terhadap hak-hak masyarakat hukum adat.
 Menghormati : mengharuskan Negara untuk tidak melanggar hak
masyarakat hukum adat
 Masyarakat Hukum Adat : suatu kehidupan bersama (komunitas)
harus memenuhi 3 syarat :
1. Adanya suatu keteraturan/tata susunan yang tetap yang men
tingkah laku warganya
2. Mempunyai pengurus atau pimpinan
3. Memiliki kekayaan, tempat tinggal, lingkungan hidup sendiri
 Hak-hak tradisional terdiri dari :
a. Hak kebendaan tradisional
b. Hak hasil karya tradisional
c. Religi dan seni tardisional
d. Tata aturan dan kelembagaan tradisional Falsafah Pancasila
Prinsip-prinsip hukum adat (nilai universal)UUD 1945, kaita
dengan Hak-hak Masyarakat Adat :

 Pasal 1 ayat 3  Negara Indonesia adalah Negara Hukum


 Pasal 18 ayat 5
 Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya
 Pasal 18 ayat 6
 Pemerintah berhak menetapkan perda dan peraturan-peraturan
 Pasal 18B ayat 1 untuk melaksanakan otonomi
 Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah da
 Pasal 18B ayat 2
yang bersifat khusus/istimewa
 Pasal 28C ayat 2  Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
beserta hak-hak tradisionalnya
 Pasal 32 ayat 1  Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan ha
secara kolektif untuk membangun masyarakat bangsa dan negarany
 Pasal 32 ayat 2  Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia dengan menj
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
 Pasal 33 ayat 1
nilai budayanya
 Pasal 33 ayat 3
 Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai keka
budaya nasional
 Pasal 36A  Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
kekeluargaan
 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dik
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran ra
 Lambang Negara ialah garuda pancasila dengan semboyan Bhin
Tunggal Ika

VII CITRA DAN IDENTITAS KOTA BANDAR LAMPUNG


1. TAPIS BERSERI Mengandung nilai – nilai ;
 Tertib
 Aman
 Patuh
 Bersih
 Sehat
 Rapih
 Indah

2. ADAT DAN BUDAYA


 Ketuhanan ( adat istiadat tidak lepas dari konsep ketuhanan )
 Tradisi ( Warisan leluhur sebagai petunjuk dari Tuhan YME )
 Agama ( Petunjuk yang diberikan kepada manusia melalui perantara, me
Kitab Suci dan ada umat penganutnya )
 Budaya ( Cipta, rasa, karsa manusia diterima melalui tradisi dan agama )
 Adat Istiadat ( Aturan kehidupan beragama ditegakkan dan dijunjung )
PROVINSI LAMPUNG
WALIKOTA BANDAR LAMPUNG

KEPUTUSAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG


NOMOR :

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN POKOK-POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH


KOTA BANDAR LAMPUNG

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

Menimbang : a. bahwa keberadaan Tim Penyusun Pokok-Pokok Pikiran


Kebudayaan Daerah Kota Bandar lampung untuk
menampung aspirasi masyarakat sebagai acuan untuk
memajukan Kebudayaan di Wilayah Kota Bandar
lampung;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-


Undang Nomor 05 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan perlu dibentuk Tim Penyusun Pokok
Pikiran Kebudayaan Daerah Kota Bandar Lampung;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Walikota tentang Penetapan Pembentukan
Tim Penyusun Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan
Daerah Kota Bandar Lampung.

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang


Penetapan Undang–Undang Darurat Nomor 4 Tahun
1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1956 Nomor 55), Undang–Undang Darurat Nomor 5
Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 56) dan Undang–Undang Darurat
Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 57), tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II, termasuk Kotapraja
dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan
sebagai Undang–Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821) ;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat
II Tanjungkarang–Telukbetung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3213) ;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 tentang


Perubahan Nama Kotamadya Daerah Tingkat II
Tanjungkarang–Telukbetung menjadi Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandar Lampung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 30, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3254) ;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578) ;

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun


2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran,
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran;

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;

8. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar


Budaya;

9. Undang-undang Nomor 05 Tahun 2017 Tentang


Pemajuan Kebudayaan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang


Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Antar Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

12. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 31


Tahun 2017 tanggal 8 Desember 2017 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2018.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Membentuk Tim Penyusun Pokok-Pokok Pikiran


Kebudayaan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun
Anggaran 2018 dengan susunan keanggotaan sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Tim Penyusun Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah


sebagaimana yang tercantum dalam diktum kesatu
bertugas sebagai berikut :
KEDUA : a. Menyusun rincian rencana kerja dan jadwal kerja Tim
Penyusun.
b. Melakukan identifikasi keadaan faktual objek Pemajuan
Kebudayaan melalui serangkaian survey dan forum
terbuka.
c. Melakukan Konsolidasi data survey dan forum terbuka.
d. Menyusun pokok-pokok pikiran kebudayaan sesuai
format dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
e. Pengajuan penetapan Pokok – Pokok Pikiran Daerah
Kota Bandar Lampung dan persiapan Pokok – Pokok
Pikiran Daerah Provinsi.
KETIGA : Segala Biaya yang timbul sebagaimana akibat
ditetapkannya keputusan ini dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandar Lampung
Tahun 2018

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bandar Lampung


pada tanggal

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

HERMAN HN.

TEMBUSAN :

1. Inspektur Kota Bandar Lampung di Bandar Lampung;


2. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandar Lampung Di Bandar
Lampung;
3. Kepala BAPPEDA Kota Bandar Lampung di Bandar Lampung;
4. Kepala Bagian Hukum dan Organisasi Setda Kota Bandar Lampung di Bandar Lampung;
5. Pertinggal
Lampiran : Keputusan Walikota Bandar Lampung
Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pembentukan Tim Penyusun Pokok-
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah
Kota Bandar Lampung Tahun 2018.

SUSUNAN TIM PENYUSUN POKOK-POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH KOTA


BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018

JABATAN DALAM
NO NAMA JABATAN DALAM DINAS
TIM PENYUSUN

A. TIM PELAKSANA KEGIATAN

1. Hi. Herman HN Walikota Bandar Lampung Pembina


2. Hi. Yusuf Kohar Wakil Walikota Bandar Lampung Pengarah

3. Ir. Daniel Marsudi Kepala Dinas Pendidikan dan


Penanggung
Kebudayaan Kota Bandar
lampung Jawab
4. Mastita, S.E.,M.M Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Ketua
Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Bandar Lampung
5. Endrawati, S.Pd.,MM Kasi Promosi Seni dan Budaya
Sekretaris
Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Bandar
Lampung
B. TIM DOKUMENTASI

1. Astuti Diana,SE.,M.M Kasi Pembinaan Seni dan Budaya Koordinator


Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Bandar
Lampung
2. Dra. Hj. Syamsidar Staf Kebudayaan Dinas Anggota
Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Bandar Lampung
3. Sri Pulunggeni,S.H Staf Kebudayaan Dinas Anggota
Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Bandar Lampung
4. Lucy Eka Rahma Lina Staf Kebudayaan Dinas Anggota
Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Bandar Lampung
5. Evi Fitriyanti,S.Pd Staf Kebudayaan Dinas Anggota
Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Bandar Lampung
c. TIM PUBLIKASI

1. Dra.Hj.Agustinawati,M Kabid Pengembangan Pemasaran Koordinator


M Dinas Pariwisata Kota Bandar
Lampung
2. Kaizan,S.P.,M.Si Kasi Promosi Dinas Pariwisata Anggota
Kota Bandar Lampung
3. Vera Hidayanti,S.E.,MM Staf Dinas Pariwisata Kota Anggota
Bandar Lampung
D. TIM SURVEY

1. H.Nurdin Yahya,SE Ketua MPAL Kota Bandar Koordinator


2. M.Ison,S.Sos Lampung Anggota
Sekretaris MPAL Kota Bandar
3. Andi Wijaya Lampung Anggota
Staf MPAL Kota Bandar Lampung
E. TIM INPUT DATA

1. Yenni Leontina, Kabid Sosial Bappeda Kota Koordinator


S.STP.,M.M Bandar Lampung
2. Haidir,SE Kabid Sumber Daya Manusia Anggota
Bappeda Kota Bandar Lampung
3. Innana Farhani Staf Sosial Bappeda Kota Bandar Anggota
Lampung

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

HERMAN HN
REKOMENDASI

KI MAK GHAM SAPA LAGI, KI MAK GANTA KAPAN LAGI


TAHUN 2018

“Kalau bukan kami siapa lagi, Kalau bukan sekarang kapan lagi”

Ki Mak Gham Sapa Lagi, Ki Mak Ganta Kapan Lagi tentang suatu gerakan masyarakat
yang merupakan kekuatan dan semangat dalam membangun kota Bandar Lampung
menjadi lebih baik. Ki Mak Gham Sapa Lagi, Ki Mak Ganta Kapan Lagi adalah slogan
hidup dan budaya masyarakat kota Bandar Lampung dalam upaya membangun
perkembangan di segala sektor.

Sebagai semangat kebudayaan maka Ki Mak Gham Sapa Lagi, Ki Mak Ganta Kapan Lagi
mengeluarkan segala kemampuan dan kekuatan untuk bekerja keras, hal ini juga

PENUTUP
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT. Pokok –Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah ( PPKD ), Kota Bandar Lampung dapat diselesaikan
dengan tepat waktu , dari struktur PPKD yang kami buat ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kami dari penyusun mohon
sumbang saran dan kritik yang bersifat kontrutif demi
kesempurnaannya, terimakasih.

Bandar Lampung, 2018


Mengetahui; Ketua
Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Bandar Lampung

( Ir. Daniel Marsudi ) ( ARNOWADI,S.Pd )


NIP. NIP.19711231199303 1 004

Anda mungkin juga menyukai