Anda di halaman 1dari 11

Kewirausahaan

SIKAP DAN PERILAKU POSITIF,


PRODUKTIF DAN KONTRIBUTIF
MASYITHA PUTRI FEBRIANI
21080114120012
Sikap adalah cara memandang sesuatu secara mental, sedangkan
perilaku adalah buah dari cara pandang tersebut. Sikap yang baik adalah
sikap yang mengandung unsur epos. Namun, hal itu belum cukup jika
sikap tidak diiringi perilaku maka tidak akan memberikan kontribusi berarti
pada lingkungan di sekitar kita. Oleh karena itu, sebuah sikap harus
dibuktikan dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pimpin pekerti, ada 3 jenis sikap dan perilaku secara konsisten
yang harus mampu ditampilkan. Kemampuan inilah yang akan membantu
meraih sukses dunia dan kemuliaan hidup. Ketiga sikap dan perilaku
tersebut adalah :
Sikap dan Perilaku Positif
Sikap dan perilaku positif tampak pada seseorang yang selalu
memandang segala sesuatu dari segi positif sehingga dapat selalu
menampilkan perilaku yang positif. Ibarat melihat gelas setengah penuh,
seseorang tersebut mampu mengambil hikmah dari semua peristiwa dan
tidak memberi kesempatan pikiran dan perasaan negatif menyelimutinya.
Sikap dan Perilaku Produktif
Sikap dan perilaku produktif adalah cara pandang dan perilaku kita untuk
memanfaatkan seluruh aset diri dan terus menciptakan hasil karya yang
dapat menambah epos bagi diri sendiri dan lingkungan. Orang seperti itu
selalu berpikir apa pun yang ada didepannya akan dijadikan peluang
untuk menambah epos. Dia akan gunakan waktu nya secara efisien dan
efektif. Dia tidak akan membiarkan hari-harinya diisi dengan hal yang tidak
bermanfaat.
Sikap dan Perilaku Kontributif
Sikap dan perilaku kontributif adalah cara pandang dan perilaku kita untuk
memanfaatkan segala sesuatu yang kita miliki dan terus membantu,
mendukung serta memberikan kontribusi pada orang lain dan
lingkungannya. Orang seperti itu, tidak pernah berhenti mencari cara
untuk dapat berkontribusi. Bila ia memiliki 4-TA (cinta, kata, tahta, dan
harta), 4-TA itu akan dia gunakan untuk berkontribusi bagi kemaslahatan
dirinya dan juga orang lain. Dia juga mengajak sahabat dan relasinya
melakukan hal yang sama, menebar 4-TA dalam setiap waktu dan
kesempatan.
Kebencian tidak bisa dilawan dengan kebencian.
Kebencian hanya bisa ditaklukan oleh cinta. Ini
hukum yang abadi. Atasi kemarahan dengan
ketenangan, atasi kejahatan dengan kebaikan. Atasi
mereka yang kikir dengan memberi, atasi pendusta
dengan kebenaran.
Dhammapada.
Seorang pemimpin pasti akan memilih seseorang yang mampu
diandalkan untuk membantu menjalankan pekerjaannya. Tidak akan dipilih
orang yang mudah menyerah, mudah mengeluh, takut pada perubahan
atau orang yang hanya bisa memahami masalah tanpa ada usaha
mencari jalan keluar. Tentunya, akan dipilih orang-orang yang memiliki
banyak epos, bersikap positif, dan berperilaku positif.
Lawan Tamak Dengan Sahaja
1. Meringankan diri dengan menjauhi keborosan

Belilah barang-barang yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan sebab


keinginan manusia tidak terbatas, yang terbatas adalah kebutuhan
manusia. Jangan pula menggunakan harta yang ada untuk hal-hal yang
justru mendatangkan kerugian seperti narkoba, minuman keras, melacur
atau hal-hal merusak lainnya.
2. Sanggup mulai dari bawah

Ketika mengalami kerugian dalam suatu usaha, sanggup memulai kembali


semua usahanya demi memperoleh kesempatan dalam menopang
hidupnya dan meraih keberhasilannya kembali.

3. Tidak semaunya sendiri

Sebagai makhluk sosial kita harus sangat menyadari bahwa apapun yang
kita lakukan pasti memberikan dampak bagi orang lain. Bila kita gunakan
kertas sembarangan, dampaknya adalah penebangan hutan semakin
meningkat karena bahan bakunya berasal dari kayu yang tumbuh di
hutan. Begitu pula, bila Anda menunda-nunda hutang, boleh jadi akan
membuat orang lain mengalami kesulitan likuiditas yang bisa
membangkrutkan usahanya.
4. Jauhi amarah diri dan orang lain

Umar bin Khattab, sahabat Nabi Muhammad, pernah mengatakan :


Sesungguhnya orang yang kuat bukanlah orang yang mampu
mengangkat banyak beban. Orang yang kuat adalah orang yang mampu
menahan marah pada saat seharusnya dia mampu marah.

Marah justru akan menimbulkan kebencian dan memunculkan


permusuhan. Kemarahan telah menimbulkan bencana. Permusuhan dan
peperangan di Ambon, Poso, Aceh dan sebagainya, berawal dari amarah
yang terus dikobarkan, bagaikan bara api yang terus disiram minyak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai