Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini teknologi informasi dan komunikasi mengalami kemajuan
yang sangat pesat sehingga berdampak pada aktivitas-aktivitas manusia yang
semakin dipermudah (Prastiti, et al. 2015). Adiyanti dalam Pratama dan
Saputra (2019) menjelaskan bahwa perbankan melakukan inovasi dengan
mengemukakan alat pembayaran baru yaitu uang elektronik sebagai salah satu
perkembangan ilmu dan teknologi untuk menunjang kebutuhan masyarakat.

Rifqy (2018) menyebutkan bahwa perkembangan pada sistem


pembayaran bukan semata-mata di sebabkan BI (Bank Indonesia). tetapi
karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memegang
kendali untuk memakai alat pembayaran elektronik tersebut di pasaran.
Dalam segmen mikro, uang elektronik adalah salah satu alternatif pembayaran
misalnya pembayaran listrik, pembelian pulsa, membeli tiket dan di beberapa
merchant pun sudah menggunkan pembayaran menggunkaan uang
elektronik. Uang elektronik adalah teknologi yang dapat menawarkan
kecepatan dan kemudahan bagi penggunanya dalam bertransaksi.

Dari banyak praktik, uang elektronik sangat efisien dalam


penggunaannya. Meskipun demikian masih banyak masyarakat Indonesia
yang belum menggunakan fasilitas ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih
banyaknya pengguna uang cash untuk membayar barang atau jasa. Padahal
sasaran utama dari Bank Indonesia dalam menerbitkan uang elektronik adalah
untuk meminimalkan perputaran uang tunai di kalangan masyarakat dalam
transaksi sehari-hari sehingga inflasi dapat dikontrol dengan baik. (Rifqy,
2018)
Selain itu, Bank Indonesia dapat menghemat biaya operasional untuk
memproduksi uang, baik uang kertas maupun uang logam yang mudah rusak.
Karena umur penggunaan kartu lebih lama daripada umur penggunaan uang

1
kertas yang mudah robek, basah, dan rusak.sistem pembayaran non-tunai
sebenarnya sudah lama digunakan yaitu melalui penggunaan kartu kredit.
Bagi masyarakat menengah ke atas mungkin sudah terbiasa melakukan
pembayaran dengan kartu kredit, tapi tidak untuk kalangan menengah ke
bawah. Bagi masyarakat menengah ke bawah sangat sulit untuk mendapatkan
kepercayan bank dalam hal kepemilikan kartu kredit. (Tim Inisiatif Bank
Indonesia, 2018)
Masyarakat sekarang bersifat konsumtif dan lebih memilih sesuatu
yang efisien untuk melakukan segala kegiatan konsumsi, sehingga masyarakat
lebih memilih berbelanja di supermarket atau minimarket yang bisa
bertransaksi dengan menggunakan electronic money (e-money). Penggunaan
e-money ini dapat dilakukan di pusat pembelanjaan seperti Indomaret dan
sebagainya, dengan nominal tranksaksi yang terbatas. (Tim Inisiatif Bank
Indonesia, 2018)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Apa manfaat penggunaan e-money?
2. Apa resiko dari penggunaan e-money?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan e-money?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan e-money.
2. Untuk mengetahui resiko dari penggunaan e-money.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari e-money.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Digital Payment

Awal terciptanya uang di gunakan untuk alat pembayaran yang memiliki


bentuk tertentu, seperti bentuk logam dan kertas. Namun dengan
perkembangan teknologi yang cukup pesat muncul lah inovasi baru dalam
kegiatan transaksi pembayaran yang di lakukan secara elektronik guna
memaksimalkan pembayaran non tunai (less cash), sehingga nantinya akan
terciptanya less society.

Perkembangan inovasi yang di ciptakan oleh perbankan ke arah


terciptanya uang yang tidak berbentuk secara kongkrit (intangible money).
Hal ini terjadi akibat perkembangan teknologi dan informasi yang dapat
meningkatkan dalam efisiensi dalam pembayaran serta mengurangi biaya dan
waktu yang di perlukan dibanding bertansaksi secara tunai atau menggunakan
cek.

Sejak tahun 1990-an hingga kini terdapat kecenderungan masyarakat


untuk menggunakan “uang eloktronik” (electronic money atau e-money),
seperti internet banking, debit cards, dan automatic teller machine (ATM)
cards. Evolusi uang tidak berhenti di sini. “Uang elektronis” juga muncul
dalam bentuk smart cards, yaitu penggunaan chips pada sebuah kartu.
Penggunaan smart cards sangat praktis, yaitu dengan “mengisi” chips dengan
sejumlah uang tertentu yang dikehendaki, dan selanjutnya menggunakannya
untuk melakukan transaksi.

Seiring dengan perkembangan fintech dan memberikan nilai tambah pada


nasabah membuat pergeseran pada sistem pembayaran bank. Bank dalam
melakukan kegiatan usaha atau memberikan layanan kepada nasabah, telah

3
berevolusi dari model konvensional face to face dan didasarkan pada paper
document ke model layanan dengan model non face to face dan digital.

Perkembangan sistem pembayaran yang berbasis elektronik telah


memberikan dampak munculnya inovasi-inovasi baru dalam sistem
pembayaran yang diharapkan dapat memberikan kemudahan, fleksibilitas,
efisiensi dan kesederhanaan dalam melakukan transaksi. Oleh karena itu,
Bank Indonesia mengadaptasi suatu alat pembayaran yang dapat
mengakomodasi aspek-aspek tersebut, yang dikenal dengan uang elektronik.

Penggunaan uang elektronik dalam bidang pembayaran mikro


dianggap paling cocok. Kemunculan uang elektronik merupakan jawaban atas
kebutuhan terhadap instrumen pembayaran mikro yang diharapkan mampu
melakukan proses pembayaran secara cepat dengan biaya yang relatif murah,
karena pada umumnya nilai uang yang disimpan instrumen ini ditempatkan
pada suatu tempat tertentu yang mampu diakses secara cepat secara off-line,
aman dan murah.

Selain itu, penggunaan e-money sebagai alternatif alat pembayaran


non tunai di beberapa negara menunjukkan adanya potensi yang cukup besar
untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penggunaan uang tunai, khususnya
untuk pembayaran-pembayaran yang bersifat mikro sampai dengan ritel dan
memudahkan pelacakan kembali atas suatu transaksi untuk memperoleh
akurasinya.

Perkembangan uang elektronik sebagai alternatif alat pembayaran non


tunai tidak hanya dalam bentuk kartu namun juga dalam bentuk lainnya
tersimpan dalam smartphone. Penerbitnya berkembang, tidak hanya bank
tetapi juga lembaga selain bank (LSB), seperti perusahaan keuangan,
perusahaan telekomunikasi, atau perusahaan transportasi publik.

Beberapa produk uang elektronik diterbitkan bank, antara lain kartu


Flazz dari Bank BCA, kartu e-money dari Bank Mandiri, kartu Brizzi dari

4
Bank BRI, kartu TapCash dari Bank BNI, kartu Jak Card dari Bank DKI
Jakarta, Mega Cash dari Bank Mega, Nobu E-Money dari Bank National
Nobu.

Selain itu, penggunaan uang elektronik dapat dilakukan melalui


ponsel, mengingat penetrasi ponsel pada seluruh lapisan masyarakat. Layanan
uang elektronik melalui ponsel dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi,
caranya menggunakan nomor ponsel sebagai nomor rekening. Contoh
beberapa produk uang elektronik ditawarkan perusahaan telekomunikasi,
diantaranya layanan-layanan T-Cash Tap dari Telkomsel, XL Tunaiku dari
XL Axiata, Flexy Cash dan iVas Card 3 Mintarsih. Perlindungan Konsumen
Pemegang Uang Elektronik (E-Money) Dihubungkan Dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen’

Karakteristik Uang Elektronik 136 dari Telkom, Dompetku Ooredoo


dari Indosat. Akan tetapi ada juga yang ditawarkan oleh bank, misalnya
diantaranya layanan rekening ponsel dari Bank CIMB Niaga, layanan Mandiri
E-Cash dari Bank Mandiri. Penyelenggaraan kegiatan uang elektronik yang
dilakukan oleh bank maupun LSB berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic Money)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5001; untuk selanjutnya disebut
PBI No. 11/12/PBI/2009), yang kemudian diubah dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Uang Elektronik (Electronic Money)
(Lembaran Negara Republik 5 Indonesia Tahun 2014 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5524; untuk selanjutnya disebut
PBI No. 16/8/PBI/2014).

Menurut ketentuan ini, uang elektronik pada hakikatnya sebagai


pengganti uang tunai, penerbitannya atas dasar nilai uang yang disetor yang
saldonya tersimpan pada suatu media server atau chip. Uang elektronik
tersebut dapat digunakan sebagai alat pembayaran pada merchant-merchant

5
retail tertentu yang mengadakan kerjasama dengan penerbit uang elektronik.
Penggunaan uang elektronik tersebut pun sangat mudah dan praktis,
pemegang uang elektronik cukup menempelkan kartu uang elektronik yang
bersangkutan pada reader saat melakukan transaksi pembayaran. Dengan kata
lain uang elektronik merupakan instrumen pembayaran tanpa uang fisik
(cashless money) bagi transaksi keuangan yang bernilai kecil. Fungsi uang
elektronik tidak jauh berbeda dengan fungsi uang tunai. Oleh karena itu, perlu
dianalisis karakteristik uang elektronik sebagai alat pembayaran non tunai dan
status uang elektronik dalam produk perbankan.

2.2 Perkembangan e-Money Di Indonesia

Pada era di mulainya digital payment di perkenalkanya payment cards,


seperti kartu kredit dan kartu debit yang digunakan untuk kegiatan transaksi,
kartu kredit dan juga kartu debit di anggap sebagai media pembayaran yang
canggih dan praktis kala itu. Namun dengan pesatnya perkembangan
teknologi informasi semua itu berubah setelah dikenalkanya dengan m-
banking dan juga e-banking dengan kepraktisanya. Masyarakat mulai lebih
memilih menggunakan m-banking dan e-banking untuk bertransaksi
khususnya untuk belanja online melalui aplikasi e-commerce.

Lalu pada saat ini payment card berevolusi menjadi e-money atau
yang biasa dikenal dengan uang elektronik. Uang elektronik berbasis chip
biasanya diterbitkan dalam bentuj kartu yang dikeluarkan oleh bank seperti E-
money, Tapcash, Brizzi, Flass, dan sebagainya. Sedangkan e-wallet server
base seperti T-cash, paypro, DOKU, Gopay.

Menurut merdeka.com melalui Studi The Next Cashless Society,


menjelaskan bahwa konsumen di indonesia tidak hanya menggunakan satu
jenis dompet digital, karena menurut hasil penelitian penggunanya hanya
sebanyak 21 persen, sedangkan yang 28 persen menggunakan dua jenis dan
yang terbanyak ada 47 persen menggunakan tiga jenis atau lebih, dan dompet
digital yang paling digunakan adalah OVO dan Gopay.

6
Penelitian juga mengungkapkan pola kebiasaan masyarakat dalam
menggunakan kartu non tunai, terungkap e-money, dan Flazz merupakan
kartu yang paling sering digunakan dalam bertransaksi. Di mana sebanyak 47
persen hanya memiliki satu kartu, 30 persen memiliki dua kartu dan 23 persen
memiliki tiga atau lebih kartu non tunai.

Penggunaan non tunai ini dimanfaatkan masyarakat, untuk melakukan


berbagai transaksi keuangan seperti berbelanja online, membayar tagihan
listrik, membayar makanan di restoran, membayar penggunaan alat
transportasi, menonton bioskop dan berbagai layanan perbankan digital.

2.3 Kelebihan Penggunaan E-money

Alasan kuat penggunaan e-money adalah kemudahannya saat


digunakan dalam berbagai jenis transaksi seperti naik transportasi umum,
membayar tol, bahkan untuk belanja di mini market atau bayar tagihan
restoran.

Selain itu e-money juga menawarkan banyak manfaat lain seperti berikut:

1) Mudah dibawa dan praktis

Dengan e-money, pengguna tidak perlu membawa banyak uang dalam


bentuk tunai ke mana-mana. Pengguna dapat berbelanja mulai dari nominal
kecil hingga jutaan rupiah tanpa harus repot-repot membawa dan menghitung
menggunakan e-money. Penggunaannya juga praktis, cukup menempelkan
kartu e-money atau menggunakan scan barcode, dan transaksi pembayaran
pun selesai

2) Mencegah peredaran uang palsu

Keberadaan e-money terus mendorong munculnya cashless society.


Pada masyarakat non-tunai, peredaran uang palsu dapat ditekan bahkan

7
dihilangkan karena transaksi uang tunai semakin berkurang. Selain lebih
akurat, transaksi juga menjadi lebih aman.

3) Mencegah kejahatan

Manfaat lain yang banyak diperlukan masyarakat adalah minimnya


tindak kejahatan yang dapat dilakukan menggunakan e-money. Bahkan
membawa uang dalam jumlah besar sekalipun tidak akan terlihat jika
bertransaksi menggunakan e-money. Selain itu, e-money dalam bentuk digital
biasanya juga dilengkapi dengan pin sebelum melakukan sebuah transaksi.

4) Tanpa kembalian

Transaksi menggunakan e-money dilakukan dengan sangat efektif dan


akurat bahkan tidak akan kelebihan satu rupiah sekalipun. Jadi pengguna tidak
perlu lagi direpotkan oleh uang kembalian, apalagi jika kembaliannya
berbentuk recehan.

5) Memperoleh diskon spesial

Kelebihan yang juga banyak disukai pengguna e-money adalah


banyaknya diskon atau potongan harga yang bisa diperoleh dalam kurun
waktu tertentu. Selain potongan harga, pengguna biasanya juga akan
mendapatkan cashback jika sedang ada event atau promo menarik lainnya.

6) Mudah dalam menambah saldo

Jika kehabisan uang tunai, kita harus pergi ke bank atau mengantre di
ATM untuk mengambil uang. Dengan e-money pengguna akan ditawarkan
kemudahan karena pengguna dapat mengisi ulang atau top up e-money secara

8
online melalui uang yang sudah ada dalam rekening tanpa harus repot-repot
mengantre di bank atau ATM terlebih dahulu.

7) Hemat waktu

Dengan menggunakan e-money pengguna juga dapat menghemat


lebih banyak waktu. Seperti sudah disebutkan di atas, pengguna tidak perlu
antre di ATM atau bank hanya untuk mengambil uang tunai atau menunggu
kembalian.
2.4 Kekurangan Penggunaan E-money

Meskipun e-Money berfungsi mendorong efisiensi transaksi


pembayaran, namun jenis pembayaran ini juga memiliki kekurangan yang
perlu Anda pertimbangkan. Salah satunya adalah apabila Anda memiliki e-
Money dari bank A, maka Anda hanya dapat mengisi ulang saldo e-Money
Anda di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Bank A tersebut.

Kekurangan E-Money yang perlu di pertimbangkan adalah:

1) Hanya Dapat Digunakan dengan Mesin Spesifik

Kekurangan utama pada e-money adalah Anda hanya bisa


menggunakannya pada mesin yang mampu membaca e money secara spesifik
saja. Kartu seperti ini tidak bisa Anda gunakan untuk belanja online,
menggunakan mesin debit yang umumnya tersedia di kasir, atau bahkan
ATM.

2) Tidak Bisa Diisi Terlalu Banyak

Walaupun penggunaannya terkenal ringkas, namun kekurangan


lainnya dari e-money ini adalah Anda tidak bisa mengisinya terlalu banyak.
Kenapa? Karena e-money tidak memerlukan PIN atau verifikasi dalam hal

9
apapun. Jika nanti kartu tersebut hilang, maka uang Anda di dalamnya juga
akan ikut hilang.

3) Pengisian Ulang Cukup Repot

Saat Anda ingin mengisi ulang e money Anda, maka cara yang
diterapkan tiap bank pun berbeda-beda. Namun, umumnya bisa diisi pada
bank dengan cara memasukkan kartu debit Anda, lalu Anda tinggal
menempelkan kartu e money Anda pada tempat yang sudah disediakan.

Sama seperti saat Anda mengisinya di kasir minimarket atau kasir


supermarket, Anda bisa menggunakan gadget yang sudah tersedia layanan
NFC. Karena, sama seperti cara pengisian lainnya, Anda harus menempelkan
kartu e money Anda agar nilai uang di dalamnya bisa terus diperbarui.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketika masyarakat memilih menggunakan bertransaksi menggunakan
uang non tunai (e-money) di barengi dengan menyimpan uangnya di bank
yang bersangkutan, maka akan berakibat pada berkurangnya tingkat suku
bunga di pasar uang.
Menggunakan uang elektronik adalah bentuk dukungan kepada
program pemerintah untuk mewujudkan less cash sosiety yang mempunyai
banyak manfaat. Tapi di beberapa tempat terutama di tempat pedesaan masih
minim di gunakanya e-money karena dukungan fasilitas yang kurang
memadai dan pemahaman masyarakat desa yang masih belum begitu mengerti
cara menggunakan e-money, bahkan beberapa masyarakat masih ragu dengan
keamanan menggunakan e-money.

10
DAFTAR PUSTAKA

Parastiti, D. E., Mukhlis, I., & Haryono, A. (2015). Analisis Penggunaan Uang
Elektronik Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Jurnal Ekonomi Dan Studi Pembangunan., 7(1), 75–82.

Pratama, A. B., & Suputra, I. D. G. D. (2019). Pengaruh Persepsi Manfaat,


Persepsi Kemudahan Penggunaan, dan Tingkat Kepercayaan Pada Minat
Menggunakan Uang Elektronik. Jurnal Akuntansi, 927–953.

Rifqy, Tazkiyyaturrohmah,.(2018). Eksistensi Uang Elektronik Sebagai Alat


Transaksi Keuangan Modern. Jurnal Eksistensi Uang Elektronik Sebagai
Alat Transaksi. 21-39

Tim Inisiatif Bank Indonesia, (2018). Upaya Meningkatkan Penggunaan Alat


Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Melalui Pengembangan E-
Money. 38.

11
Indonesia, Bank, (2014). Surat Edaran Penyelenggaraan Uang Elektronik
(Electronic Money). https://www.bi.go.id/elicensing/helps/SE_161114-
Emoney.pdf

Santia, Tira , (2020). Menengok Pembayaran Digital Di Indonesia.


https://www.merdeka.com/uang/menengok-perkembangan-pembayaran-
digital-di-indonesia.html

Funcrev, (2021). Lebih Aman, E-money yang Kian Diminati Masyarakat.


https://yoursay.suara.com/lifestyle/2021/08/14/150000/lebih-aman-
berikut-7-keunggulan-e-money-yang-kian-diminati-masyarakat

Ismail, Ismail,. (2021). Ekonomi Dan Keuangan. https://accurate.id/ekonomi-


keuangan/e-money-adalah

12

Anda mungkin juga menyukai