Anda di halaman 1dari 29

POKOK - POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH ( PPKD )

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2018


NO BAB / SUB BAB PENJELASAN
I ARTI SIMBOL PADA A. MAKNA SIMBOL
LAMBANG DAERAH
KAB.LAMPUNG TIMUR Perisai : Keberanian dan Ketangguhan / Kokoh
Bersegi mempertahankan nilai Prinsip / Filosofi, citra,
Lima identitas, dan kehormatan;

Warna Putih : Warna putih diantara garis hitam membentuk batas


pinggir perisai mempunyai makna dua sis
kehidupan, dunia
dan akhirat yang sejajar;

Tulisan : Warna putih dengan warna dasar merah, bermakna


Lampung bahwa masyarakat Lampung Timur selalu beran
Timur membela kebenaran guna tercapainya
kehidupan yang suci;

Payung : Payung Agung warna putih menancap hingga


Agung keatas permukaan laut bermakna bahwa seluruh
kehidupan selalu di payungi. Diayomi dan dilindung
dari segala macam bentuk kezhaliman dan
kebhatilan; berisi 5 (lima), lima sila dari Pancasila
sebagai Dasar Negara Republik Indonesia lima nila
/ Filosofi adat masyarakat Lampung Timur yakni Fii
Pasenggiri, Bejulik Beadek Nemui Nyimah, Nengah
Nyapur dan ;saksi Sambayan, 17 (Tujuh belas)
merupakan tanggal Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia

Kopiah : Merupakan pakaian kebesaran anak-anak raja d


Emas Lampung Timur;
NO BAB / SUB PENJELASAN
2 (Dua) : 2 (Dua) senjata Punduk bersarung warna coklat
Senjata yang berada di belakang kopiah Emas dengan
Punduk posisi bersilang dan gagang punduk berada diatas
merupakan senjata pusaka masyarakat Lampung
Timur yang cinta perdamaian;

Pepadum 2 : Pepadum warna coklat 2 (dua) tatah dengan kak


(Dua) Tatah berbentuk seni kaki hariamau merupakan tempat
duduk Raja untuk musyawarah;

Air : Air biru laut dengan 5 gelombang :


berwarna Air biru laut melambangkan wilayah laut yang luas
Niru Laut dan kaya sebagai sumber kesejahteraan bersama. 5
(lima) gelombang melambangkan lima aliran sunga
besar yang mengaliri wilayah Lampung Timur yakn
Way Sekampung, Way Batanghari, Way
Pegaduangan, Way Curup, dan Way Jepara;

Roda Besi 5 Bermkana bahwa masayarakat Lampung Timur


(lima) gerigi selalu siap membangun daerah dengan ilmu,
Teknologi dan Industri yang tetap dalam koridor
“Koridor Pancasila;

Aksara Berbunyi BUMEI TUAH BEPADAN di tonjolkan


Lampung sebagai
Timur palembang kekayaan budaya Lampung sekaligus
tekad terus dilestarikan dan dikembangkan;

Latin Setangkai padi kuning mas, berjumlah 45 butir,


Setangkai lambang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik
Padi Indonesia;

Setangkai Setangkai lada dengan 9 Tangkai lada merah


Lada matang, masing-masing tangkai dengan 9 butir lada,
serta 27 daun yang terbagi dalam 4 kelompok daun,
melambangkan kelahiran Kabupaten Lampung
Timur Tanggal 27 April 1999;

Tali Delapan : Jumlah 8 merupakan Lambang bukan agustus


Ikat sebagai bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia;

Pita Putih : Seloka BUMEI TUWAH BEPADAN berarti :


Teks Huruf Daerah Lampung Timur merupakan Daerah yang
selalu memberikan kemakmuran bagi masyarakat
apabila segala keputusan diambil melalui cara
musyawarah untuk mufakat. Apabila no. 11, 12 dan
13 digabungkan akan mendapatkan makna bahwa
daerah Lampung Timur merupakan Daerah
Lumbung Pangan sekaligus daerah penghasil lada
hitam yang dikenal dengan istilah Black Papper,
sedangkan ikatannya menunjukan bahwa kehidupan
masyarakat pribumi maupun pendatang hidup dalam
suatu ikatan untuk mencapai kemakmuran dan
perdamaian.
II PROFIL KABUPATEN Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu Kabupaten di
LAMPUNG TIMUR Provinsi Lampung yang mempunyai luas lebih kurang 5.325.03 km2,
terdiri dari 24 Kecamatan dan 264 desa/kelurahan. Pada Tahun 2014
jumlah Penduduk Lampung Timur mencapai 1.105.990 jiwa serta
didukung potensi wilayah yang mimilki prospek untuk dikembangkan
lebih lanjut serta merpakan daerah yang mempunyai daya tarik untuk
Investasi di berbagai sektor dengan didukung oleh infrastruktur yang
memadai dan akses yang tinggi, seperti jalan Lintas Timur Sumatera
yang menghubungkan antara Pilau Jawa dengan Kota-kota di pulau
Sumatera.

Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasrkan Undang-undang


Nomor 12 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Daerah
Tingkat II Way Kanan, Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Timurdan
Kotamadya Daerah Tingkat II Metro, diresmikan pada tanggal 27 Apri
1999, dengan ibu kota di Sukadana.

Pada waktu awal terbentuknya, Kabupaten Lampung Timur terdiri dari


atas 10 Kecamatan definitif, 13 Kecamatan pembantu dan 232 desa.
Selanjutnya dengan ditetapkannya Peraturan PemerintahNomor 46
Tahun 1999, 2 (dua) Kecamatan Pembantu yaitu Kecamatan Pembantu
Marga Tiga dan Sekampung Udik statusnya ditingkatkan menjadi
Kecamatn definitip. Dengan demikian wilayah Kabupaten Lampung
Timur bertambah 2 (dua) Kecamatan menjadi 12 Kecamatan definitif
dan 11 Kecamatan pembantu 232 desa. Dengan ditetapkannya
Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2001 Tentang Pembentukan 11
(sebelas) Kecamatan diwilayah Kabupaten Lampung Timur terdiri dari
24 Kecamatan definitif dan 263 desa. Sebagaimana Kabupaten lain
dindonesia, Kabupaten Lampung Timur pun memilki seloka yaitu
BUMEI TUWAH BEPADAN, yang mendukung arti bahwa daerah
Lampung Timur merupakan daerah yang selalu memberikan
kemakmuran bagi masyarakat apabila segala keputusan diambil melalui
cara musyawarah untuk mufakat. Seloka ini tercantum dalam lambang
daerah Kabupaten Lampung Timur yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah Nomor 01. Tahun 2000 Tentang Lambang Daerah.
2.1. DEMOGRAFI : Dari sisi Geografis Kabupaten Lampung Timur terletak pada posisi :
105015’ BT106020BT dan 4037’LS-5037LS, dengan luas wilayah
kurang lebih 5.325,03 km2 atau sekitar 15% dari total wilayah Provinsi
Lampung dengan batas-batas administratif sebagai berikut :
a. : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rumbia, Seputih
Surabaya dan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah
serta Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.

b. : Sebelah Timur berbatasan dengan laut jawa (wilayah laut


provinsi banten dan DKI Jakarta).

c. : Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung


Bintang, Ketibung. Palas, dan Sidomulyo Kabupaten Lampung
Selatan.

d. : Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan


Metro raya Kota Metro serta Kecamatan Seputih Raman
Kabupaten Lampung Tengah.
2.2 LATAR BELAKANG Lampung Timur Memiliki Corak Utama, corak buadaya dan corak music.
BUDAYA Corak utama yaitu :
a. Bahasa
b. Aksara
Corak Budaya Yaitu :
a. adat Pepadun Siwo Mego
b. adat Keratuan Melinting
c. adat kebandaran limo migo sekampung udik
d. adat Kebandaran sekampung ilir Jabung
Corak Musik Yaitu :
a. Gitar Klasik
b. Talo Balak
c. Tari Melinting
d. Tari Sigeh Punguten

2.3.KERAGAMAN BUDAYA Lampung Timur Merupakan Daerah Transmigrasi yang mana terdapat
beberapa suku daerah hidup dan berakulturasi dengan budaya Lampun
Timur. Di Lampung Timur terdapat budaya jawa, bali,sunda,Sumatra
Selatan, Bugis, Sumatra Utara, Jawa Timur.Keragaman Budaya ini
sedikit banyak mempengaruhi kehidupan tradisional Lampung Terutama
dalam hal Keseniannya, banyak unsur2 jawa bali dan sebagainya dapat
dikolaborasikan dengan Tarian asli Lampung

III 3.1. SEJARAH


3.1.1. SEJARAH SINGKAT Penduduk asli Lampung di Lampung Timur di angkat dari adat kemargaan
BUDAYA “Abung Siwo Mego” dan “Pubian Telu Suku”, yaitu kebuaian atau jurai yang
berasal dari 9 (sebilan) keturunan. Kesembilan jurai (bahasa daerah= jurai
siwo) itu terdiri dari Anak Tuha, Nuban, Nunyai, Unyi, Subing, Kunang,
Selagai, Nyerupa dan Beliuk. Sembilan kebuaian penduduk asli ini, d
lingkungan setempat masing-masing mendiami sejumlah tempat d
Kabupaten Lampung Tengah. Hal itu dengan ditandai adanya
perkampungan masyarakat pribumi, bahasa daerah sehari-hari yang
dipergunakan serta budaya daerah penduduk suku asli yang turun temurun
bermukim di sini.

Dalam Kitab “Kuntara Raja Niti”, yakni kitab (book) adat istiadat orang
Lampung yang hingga kini masih dapat ditemukan dan di baca, baik dalam
bentuk aksara asli Had Lappung maupun yang telah di tulis dalam aksara
latin, walaupun isinya sudah banyak di pengaruhi agama Islam yang masuk
dari Banten, dikatakan sebagai berikut:

Siji turunan Batin tilu suku tuha lagi lewek djak Pagaruyung Menangkabau
pina turun satu putrid kajangan, dikawinkan jama Kun Tunggal, ja ngada Ruh
Tunggal ja ngakon tunggal ja ngadakan umpu sai tungau umpu sai tungau
ngadakan umpu serunting umpu sai runting pendah disekala berak ja budiri
ratu pumanggilan, Ratu pumanggilan (umpu si Runting nganak lima muari ;

1. Sai tuha Indor Gadjah turun abung siwa miga,


2. Si Belunguh turunan peminggir,
3. Si Pa’lang nurunkan pubijan tilu suku,
4. Si Pandan ilang,
Dengan demikian, menurut apa yang diuraikan Kuntara Raja Niti, orang-
orang Lampung (suku Pubian, Abung, Peminggir dan lain-lain) berasa
dari Pagaruyung, keturunan Putri Kayangan dan Kua Tunggal. Lalu
setelah kerabat mereka berdiam di sebuah daerah bernama Skala
Berak, di masa cucunya Umpu Serunting, mereka mendirikan Keratuan
Pemanggilan. Umpu Serunting selanjutnya menurunkan lima orang
anak laki-laki. Mereka terdiri dari Indra Gajah (Inder Gajah), yang
kemudian menurunkan orang Abung, Bulunguh menurunkan orang
Peminggir, Pa’lang menurunkan orang Pubian, Pandan dikatakan
menghilang dan Sangkan dikatakan berada di Suka ham (?). Suka ham,
diyakini nama sebuah tempat bernama Sukadanaham yang sekarang
berada di Kabupaten Tanggamus.

Sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Kuntara Raja Niti, karena orang-


orang Bajau (perompak laut) datang menyerang, akhirnya Keratuan
Pemanggilan menjadi pecah. Sedangkan warganya beralih tempat
meninggalkan Skala Berak menuju ke daerah dataran rendah Lampung
sekarang. Keturunan Indra Gajah/Inder Gajah kemudian menetap di
Ulok Tigou Ngawan di Canguk Gatcak di hulu Way Abung (Kecamatan
Tanjung Raja, Lampung Utara). Di bawah pimpinan Minak Rio
Begeduh, mereka mendirikan Keratuan di Puncak. Diperkirakan, d
masa Minak Begeduh yakni sekitar tahun 1365 armada Majapahit yang
bertolak dari Pulau Jawa sempat singgah di pantai timur, yaitu di daerah
kekuasaan Keratuan Pugung yang berada di Kecamatan Labuhan
Meringgai sekarang. Namun para awak yang merapat di sana tidak
sampai masuk ke daerah pedalaman. Mereka hanya berada di pesisir
pantai.

Semasa kekuasaan putra Minak Rio Begeduh bernama Minak Paduka


Begeduh, daerah Abung di serang lagi oleh perompak laut.
Penyerangan ini mengakibatkan tewasnya Minak Paduka Begeduh. Ha
tersebut menyebabkan keempat anaknya mengadakan pertahanan.
Keempat anak Minak Paduka Begeduh ini, masing-masing bernama
Nunyai (Minak Trio Disou) yang membuat pertahanan di sepanjang Way
Abung dan Way Rarem. Unyi (Minak Ratu di Bumi) membuat
pertahanan di sepanjang Way Seputih. Nuban (wanita) dengan
suaminya membuat pertahanan di sepanjang Way Batanghari dan
Subing membuat pertahanan di sepanjang Way Terusan. Menurut cerita
turun temurun yang di dengar, Subing berhasil menebus kehormatan
ayahnya Minak Paduka Begeduh yang telah wafat dengan membunuh
kepala perompak bernama Raja di Laut.

Syiar ajaran agama Islam diperkirakan mulai masuk ke daerah


Lampung sekitar abad ke 15 masehi. Penyebarannya melalui tiga arah
angin. Pertama, dari barat (Minangkabau), memasuki daratan tinggi
Belalau. Kedua, dari daerah utara (Palembang), memasuki daerah
Komering pada permulaan abad ke 15 masehi atau setidak-tidaknya d
masa Adipati Arya Damar (1443) di Palembang. Ketiga, dari Banten
oleh Fatahillah Sunan Gunung Jati, memasuki daerah Labuhan
Meringgai sekarang, yaitu di Kerajaan Pugung sekitar tahun 1525
sebelum direbutnya Sunda Kelapa (1526). Dari perkawinan Fatahillah
dengan Putri Sinar Alam anak Ratu Pugung, lahirlah Minak Kejala Ratu
yang menjadi cikal bakal Keratuan Darah Putih yang menurunkan
Raden Intan.
Setelah masyarakat adat Pugung memeluk ajaran agama Islam,
selanjutnya berdiri Keratuan Darah Putih sebagai tempat penyebaran
Islam di daerah Lampung yang pertama. Sesudahnya lambat laun
secara berangsur-angsur orang-orang peminggir yang bertempat tinggal
di sana, terutama di pantai selatan mulai memeluk agama Islam. Untuk
membangun syiar Islam serta melakukan dakwah, maka antara Ratu
Darah Putih dan Pangeran Sabakingking atau Maulana Hasanuddin
mengadakan mufakat. Kata sepakat itu terkenal dengan Perjanjian
Dalung Kuripan. Dalam perjanjian ini disebutkan:

“Ratu Darah Putih linggih dateng Lampung. Maka dateng Pangeran


Sabakingking, maka mufakat. Maka wiraos sapa kang tua sapa kang
anom kita iki. Maka pepatutan angadu wong anyata kakak tua kelayan
anom. Maka mati wong Lampung dingin. Maka mati mulih wong Banten
ing buri ngongkon ning ngadu dateng pugung ing djero luang. Maka
nyata anom Ratu Darah Putih. Andika kang tua, kaula kang anom,
andika ing Banten kaula ing Lampung. Maka lami-lami Ratu Darah Putih
iku ing Banten malnya kul Lampung. Anjeneng aken Pangeran
Sabakingking ngadekaken Ratu. Maka jenengipun Susunan
Sabakingking. Maka Ratu Darah Putih angaturaken Sawunggaling.
Maka mulih ing Lampung………” Lebih lanjut Perjanjian Dalung Kuripan
itu mengatakan: Wadon Banten lamun dipaksa dening wong Lampung
dereng sukane, salerane, Lampung kena upat-upat wadon Lampung
lamun dipaksa wong Banten dereng sukane, salarane, atawa saenake
bapakne, Banten kena upat-upat.Lampung ngongkon Banten keduk
susuk, Lampung kena upat-upat. Lamen ana musuh Banten, Banten
pangerowa Lampung tutburi. Lamen ana musuh Lampung, Lampung
manyerowa Banten tutburi. Sawossi janji Lampung ngalah kak
Pejajaran, Dayuh kekuningan, Kandang besi, Kedawung, Kang uba
haruan, Parun kujang. Kang anulis kang panji Pangeran Sabakingking
wasta ratu mas lelom raji sengaji guling, wasta minak bay Taluk kang
den pangan ati ning kebo.Serat tetelu, ing Banten Dalung, Ing Lampung
saksi Dalung Ing Maninting serat kencana. Sebagaimana dijelaskan
dalam perjanjian, setelah masing-masing mengetahui mana yang tua
dan siapa yang muda antara Ratu Darah Putih dengan Maulana
Hasanuddin (Pangeran Sabakingking), di mana Maulana Hasanuddin
lebih tua, maka kedua kakak beradik saling mufakat. Di dalam
perjanjian itu, Pangeran Sabakingking berkedudukan di Banten,
sementara Ratu Darah Putih berkedudukan di Lampung. Diantaranya
disepakati juga bahwa apabila ada wanita Banten yang akan di paksa
dengan orang Lampung karena bukan atas kemauannya, maka
Lampung akan di upat-upat; sebaliknya, bila wanita Lampung yang
diperlakukan demikian, Banten yang akan di upat-upat.

Di dalam Perjanjian Dalung Kuripan ada hal yang bersipat politik.


Disebutkan, jika Banten berhadapan dengan musuhnya, Lampung akan
membantu. Sebaliknya lagi, bila Lampung ada musuh, pihak Banten
akan balik membantu. Dikarenakan musuh Banten waktu itu Pajajaran,
berkat bala bantuan dari Lampung, Pajajaran dapat dikalahkan.
Sebaliknya pula, saat Raden Intan menghadapi kolonial Hindia Belanda,
Lampung dibantu pasukan dari Banten.
Semasa Maulana Hasanuddin (1550-1570), masyarakat Abung belum
ada yang melakukan seba ke Banten. Jika di antara pemuka-pemuka
Abung ada yang telah memeluk ajaran agama Islam, berarti agama
Islam yang dianutnya bukan dari Banten. Seperti Minak Sengaji (orang
Bugis?), suami Bolan yang diperkirakan hidup pada awal abad ke 16
masehi. Meskipun dia sudah beragama Islam namun bukan dari zaman
Banten. Tapi dari zaman Malaka yang menjadi pusat dakwah Islam
dalam abad ke 15 masehi.

Saat Maulana Hasanuddin melanjutkan pemerintahan di Banten yang di


bentuk Sunan Gunung Jati (1530), masyarakat Abung belum ada
melakukan seba ke Banten. Mereka masih tetap mempertahankan adat
istiadat yang masih serba Hindu-Animisme. Hal tersebut sesuai dengan
apa yang dikatakan oleh Broesma, dalam bahasa Belanda: “Toen
Oenyai was overleden onstonden twisten tusschen Bagindo’s klein
kinderen, waarop een in monging van den Sultan van Bantam is
gevold”.

Menurut apa yang di tulis Broesma, setelah Nunyai wafat terjadi


perselisihan pendapat antara anak cucu Minak Paduka Begeduh.
Selisih paham dari keturunannya ternyata berlangsung pelik. Sehingga
atas kejadian itu, salah satu dari mereka setelah perselisihan
memutuskan untuk bergabung mengikuti kekuasaan Banten. Kenyataan
ini, dapat dihubungkan dengan peperangan antara Banten dan
Kesultanan Palembang Darussalam yang terjadi pada tahun 1596. Di
mana dalam pertempuran tersebut, Maulana Muhammad dari Banten
gugur dalam peperangan.Yang berangkat seba ke Banten dar
masyarakat Abung adalah Minak Semelesem, cucu dari Nunyai (Minak
Triou Disou). Ketika melakukan seba, dia memang sudah lanjut usia.
Oleh karenanya, pendirian Pepadun baru dilaksanakan oleh putranya
bernama Minak Paduka, bertempat di ilir Way Kunang, yaitu di Bujang
Penagan. Menurut perkiraan, adat Pepadun Abung terbentuk sekitar
abad ke 17 masehi. Setidak-tidaknya, sebelum berlangsung kekuasaan
Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672). Dengan telah dibentuknya adat
Pepadun, berarti mereka sudah resmi melaksanakan penerimaan
ajaran agama Islam di dalam masyarakat dan meninggalkan adat
istiadat lama yang serba bersipat Hindu-Animisme.

Pada abad ke 18 masehi, adat Pepadun berkembang pula di daerah


Way Kanan, Tulang Bawang dan Way Seputih. Kemudian permulaan
abad ke 19 masehi, adat Pepadun disempurnakan dengan masyarakat
kebuaian inti dan kebuaian-kebuaian tambahan (gabungan). Dari
bentuk-bentuk penyempurnaan itu melahirkan apa yang dinamakan
dengan sebutan Abung Siwou Megou; Abung Siwo Mego (Abung
Sembilan Marga), Megou Pak Tulang Bawang dan Pubian Telu Suku
(Pubian Tiga Suku). Sedangkan yang di sebut dengan masyarakat
menganut adat tidak Pepadun, yaitu pribumi Lampung yang
melaksanakan adat musyawarahnya tanpa menggunakan kursi
Pepadun. Karena mereka sebagian besar banyak berdiam ditepi pantai
maka di sebut adat Pesisir (Peminggir).
Demikian kisah sejumlah kebuaian yang ada di daerah Lampung.
Nunyai (Minak Trio Disou), Unyi (Minak Ratu di Bumi), Nuban dan
Subing (Bettan Subing) adalah anak dari Minak Paduka Begeduh.
Minak Paduka Begeduh adalah putra Minak Rio Begeduh, keturunan
Indra Gajah (Inder Gajah) yang menurunkan orang Abung. Sedangkan
saudaranya Pa’lang menurunkan orang Pubian. Keturunan Inder Gajah
dan Pa’lang inilah, selanjutnya di sebut-sebut sebagai cikal baka
kebuaian penduduk asli Lampung Tengah.

Selain pembagian berdasarkan masyarakat beradat, suku Lampung


dapat pula dibagi berdasarkan logat bahasa yang dipergunakan, yaitu
bahasa Lampung Belalau yang berlogat “A” dan bahasa Lampung
berlogat “O”. Pembagian atas logat ini dikelompokkan menjadi 2 logat,
masing-masing logat “Api” dan logat “Nyou”. Masyarakat berbahasa
Lampung Belalau, yakni logat “A”, terdiri dari bahasa Jelma Daya atau
Sungkai, bahasa Pemanggilan Peminggir, bahasa Melinting Peminggir
dan bahasa Pubian. Sedangkan masyarakat berbahasa Lampung
Abung berlogat “O”, terdiri dari bahasa Abung dan bahasa Tulang
Bawang/Menggala.

Etnik suku Lampung, selain bahasa dan budayanya yang memilik


kekhasan, juga mempunyai aksara tersendiri yang di kenal dengan
nama Had Lappung. Aksara ini, berupa bahasa Lampung yang
dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Bentuk tulisan di daerah Lampung
pada dasarnya berasal dari aksara Pallawa (India Selatan) yang
diperkirakan masuk ke Pulau Sumatera semasa kejayaan Kerajaan
Sriwijaya.

Macam-macam tulisan Had Lappung, fonetik berjenis suku kata yang


merupakan huruf hidup seperti dalam aksara Arab, dengan
menggunakan tanda-tanda fathah di baris atas dan tanda-tanda kasrah
di baris bawah, tapi tidak memakai tanda dammah di baris depan,
melainkan menggunakan tanda di belakang. Masing-masing tanda
mempunyai nama tersendiri. Aksara Lampung, hampir sama bentuknya
dengan aksara Rencong (Aceh). Artinya, Had Lappung dipengaruhi dua
unsur, yakni aksara Pallawa dan huruf Arab.

Adapun bentuk-bentuk Aksara Lampung adalah sebagai berikut:


Tulisan; Ka, Ga, Nga, Pa, Ba, Ma, Ta, Da, Na, Tja, Dja, Ja, A, La, Ra,
Sa, Wa, Ha, Gra. Fathah; Ulan (i), Ulan (e), Bitjek (e), Tekelubang (ng),
Redjendjung (r) Datas (n). Kasrah; Bitan (u), Bitan (o), Tekelungan (w).
Ditulis Belakang; Tekelingai (ai), Keleniah (h), Nengen (tanda huruf
mati), Tanda Koma, Tanda Seru, Tanda Tanja (tanya) dan Tanda Titik.
(berdasarkan ejaan-ejaan yang belum disempurnakan).

Bahasa masyarakat asli Lampung , di lingkungan setempat dituturkan


dalam bahasa percakapan. Berbahasa kelampungan bagi kalangan
penduduk pribumi dipergunakan untuk berkomunikasi antara seorang
individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun sebaliknya.
Dialek bahasa itu banyak dipakai di lingkungan keluarga, kerabat,
tetangga ataupun dalam dan luar kampung yang se-berbahasa daerah.
Penduduk pribumi setempat yang beradat Abung Siwo Mego dan
Pubian Telu Suku, sehari-harinya mempergunakan bahasa Lampung
dengan dialek lisan. Dalam pergaulan hidup di lingkungannya, bahasa
daerah merupakan suatu alat komunikasi, sebagai sistem untuk
menyampaikan suatu hal. Bila dilihat dari cara penuturannya, dialek
bahasa yang digunakan mempunyai sejumlah logat. Dialek dan logat
inilah yang menjadi etos bahasa penduduk asli di keseharian mereka.

Kalau meninjau dari sudut bahasa daerah yang dituturkan, masyarakat


etnik Lampung pada umumnya dapat dibedakan atas 2 (dua) kelompok:
(1) Masyarakat berdialek Api; yaitu penduduk yang mendiami daerah
Way Kanan, Sungkai, Pesisir, Melinting, Pubian, serta (2) Masyarakat
berdialek Nyou; yakni dialek Abung dan Menggala. Sedangkan jika
ditilik dari adatnya, masyarakat etnik Lampung dikelompokkan atas
masyarakat Pepadun (Abung, Menggala, Sungkai, Waykanan dan
Pubian) serta Sebatin (Pesisir). dengan bahasa Lampung berdialek
Abung dan sebagian dialek Pubian.

Di tengah kehidupan sehari-hari di lingkungan penduduk setempat


menunjukkan suatu corak keaslian yang khas dalam hubungan sosia
antar masyarakat Lampung. Mereka memiliki prinsip-prinsip yang d
anggap telah menjadi pijakan di dalam kehidupannya. Prinsip-prinsip
tersebut sebagai pedoman hidup baik baginya sendiri, keluarga, kerabat
maupun kelompok sosial yang secara garis besarnya oleh mereka
disimpulkan ke dalam 5 (lima) prinsip.

Kelima prinsip hidup tersebut, yakni Piil Pesengiri, Sakai Sambaian,


Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, Bejuluk Beadek. Kelima prinsip ini
tuntunan hidup turun temurun yang menjadi panutan bagi masyarakat
pribumi Lampung di dalam kehidupan bermasyarakat. Prinsip-prinsip
itu, bagi penduduk asli Lampung sejogyanya menjadi landasan individu
terhadap individu lainnya, individu dengan kelompok maupun antar
kelompok masyarakat yang ada.

“Piil Pesengiri”, dimaknakan sebagai segala sesuatu yang berhubungan


dengan harga diri, perilaku, menjaga sikap, menegakkan nama baik dan
martabat secara pribadi maupun berkelompok agar senantiasa
dipertahankan keutuhannya. Dalam hal-hal tertentu, seorang individu
suku asli Lampung dapat mempertaruhkan apa saja, termasuk
nyawanya demi untuk mempertahankan piil pesengiri itu. Dengan
memiliki piil pesengirinya, seseorang bisa berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu, walaupun hal tersebut akan merugikan dirinya secara
materi.

“Sakai Samabaian”, mengandung arti yang cukup luas, termasuk


diantaranya tuntunan serta pola hidup untuk dapat saling tolong
menolong antar sesama, bahu membahu serta saling memberikan
sesuatu kepada pihak lain yang memerlukannya. Dalam hal ini,
tuntunan serta pola hidup dimaksud tidak terbatas pada sesuatu yang
bersipat materi belaka, tapi juga dalam arti tuntunan berbentuk moral,
termasuk sumbangan tenaga, pikiran dan lain sebagainya.
“Nemui Nyimah”, berarti hendaknya bermurah hati, ramah tamah
terhadap semua pihak dalam satu klan maupun di luar klan dan juga
terhadap siapa saja yang berhubungan dengan mereka. Jadi, selain
bermurah hati dengan memberikan sesuatu yang ada padanya, pada
pihak lain juga prilaku bersopan santun harus pula dilakukan, termasuk
dalam bertutur sapa terhadap tamu mereka.

“Nengah Nyappur”, yakni tata cara pergaulan masyarakat Lampung


dengan sikap membuka diri dengan masyarakat umum agar
berpengetahuan luas dan ikut berpartisipasi terhadap segala sesuatu
yang sifatnya baik dalam pergaulan dan kegiatan sehingga dapat
membawa kemajuan.

“Bejuluk Beadek”, adalah prinsip yang didasarkan kepada “titei


gemattei”, diwarisi secara turun temurun sejak zaman nenek moyang
dahulu. Tata cara ketentuan pokok yang selalu di pakai diikuti (titei
gemattei), diantaranya pemberian gelar sebagai panggilan terhadapnya.
Bagi seseorang, baik laki-laki maupun wanita, jika sudah menikah di
beri adek (beadek) yang biasanya pemberian adek ini dilakukan pada
saat rangkaian upacara atau waktu pelaksanaan suatu
perkawinan/pernikahan. Dalam kaitan ini, Bejuluk Beadek akan
diberikan setelah seorang individu melaksanakan adat sebagaimana
titei gemattei
3.1.2 SEJARAH WILAYAH Zaman Pemerintahan Belanda
ADMINISTRASI
Wilayah Kabupaten Lampung Timur yang sekarang ini, pada zaman
Pemerintahan Belanda merupakan Onder Afdeling Sukadana yang dikepalai
oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda dan dalam
pelaksanaannya dibantu oleh Seorang Damang bangsa Pribumi/ Indonesia.
Onder Afdeling Sukadana terbagi atas 3 distrik, yaitu :
Onder Distrik Sukadana.
1. Onder Didtrik Labuhan Maringgai.
2. Onder Distrik Gunung Sugih.

Masing-masing Onder Distrik dikepalai oleh Asisten Damang yang


berkedudukan sebagai Pembantu Damang untuk mengkoordinir
psirah.masing-masing Onder Distrik terdiri dari marga-marga, yaitu :
Onder Distrik Sukadana terdiri dari :
1. Marga Sukadana.
2. Marga Tiga.
3. Marga Nuban.
4. Marga Unyai Way Seputih.

Order Distrik Labuhan Maringgai terdiri dari :


1. Marga Melinting.
2. Marga Sekampung Ilir.
3. Marga Sekampung Udik.
4. Marga Subing Labuhan.
Order Distrik Gunung Sugih terdiri dari :
1. Marga Unyi.
2. Marga Subing
3. Marga Anak Tuha.
4. Marga Pubian
Zaman Pemerintahan Jepang ( 1942 – 1945 )

Wilayah Kabupaten Lampung Tengah pada Pemerintahan Jepang


merupakan wilayah Bun Shu Metro, yang terbagi dalam beberapa Bun
Shu, Marga-marga dan Kampung-kampung. Bun Shu dikepali oleh seorang
Bun Shu Cho dan Bun Shu Cho. Marga Dikepalai oleh marga Cho, dan
Kampung dikepali oleh seorang Kepala Kampung.

Zaman Kemerdekaan

Setelah Indonesia Merdeka dan dengan berlakunya Peraturan Peralihan


pasal 2 UUD 1945, maka Bun Shu Metro berubah menjadi Kabupaten
Lampung Tengah yang dikepalai oleh seorang Bupati,. Bupati Pertama
Kabupaten Lampung Tengah adalah Burhanuddin dengan masa jabatan
Tahun 1945 hingga 1948. Itulah sebabnya ditinjau dari perkembangan
organisasi Pemerintahan maka pembagian wilayah Lampung atas
Kabupaten-kabupaten dianggap terjadi pada zaman Pemerintahan Jepang.

Kejadian-kejadian yang perlu dicatat pada tahun 1946 – 1947 jumlah marga
bertambah 2 marga yaitu :

1. Marga Terusan Unyai.


2. Marga Selagai Lingga.

Tambahan marga ini terjadi karena adanya perubahan batas wilayah


atuapun karena terjadinya perpindahan dan perkembangan penduduk.

Di Masa Pemerintahan Negeri (1953 – 1975)

Dengan dibubarkannya Pemerintah marga sebagai gantinya dibentuk


Pemerinthan Negeri yang terdiri dari seorang Kepala Negeri dan dewan
Negeri,Kepala Negeri dipilih oleh Dewan Negeri dan para Kepala Kampung,
pada mas ini di Kabupaten Lampung Tengah terdapat 9 (sembilan) Negeri
yaitu :
1. Negeri Pekalongan dengan Pusat Pemerintaahan di Pekalongan.
2. Negeri Sribawono dengan pusat Pemerintahan di Banar Joyo.
3. Negeri Sekampung dengan pusat Pemerintahan di Sumbergede.
4. Negeri Sukadana dengan pusat Pemerintahan di Sukadana.
5. Negeri Labuhan Maringgai dengan pusat Pemerintahan di
Labuhan Maringgai.
Dalam praktek sistem Pemerintahan Negeri tersebut dirasakan adanya
kurang keserasian dengan Pemerintah Kecamatan dan keadaanya in
menyulitkan Tuhas Pemerintah.oleh seba itu Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Lampung mulai Tahun 1972 mengambil kebijkasanaan secara
bertahap untuk menghapus Pemerintahan Negeri dengan jalan tidak lag
menganngkat Kepala Negeri yang telah habis masajabatnya dan dengan
demikian secara bertahap Pemerintahan Negeri di Lampung Tengah
hapus, sedangkan hak dan kewajiban Pemerintah Negeri beralih kepada
Pemerintahan kecamatan setempat.

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah No. 01 Tahun 2001 dan Keputusan


Bupati Lampung Timur Nomor 13 Tahun 2001 Tentang Pembentukan 11
(sebelas ) Kecamatan di Wilayah Kabupaten Lampung Timur sehingga di
Kecamatan Kabupaten Lampung Timur sekarang berjumlah 23 Kecamatan
definitif dan 232 desa. Dengan Keputusan Bupati 232 definitif can desa
persiapan. Dengan Keputusan Bupati Lampung Timur No. 19 Tahun 2001
dan No. 06 Tahun 2002 maka jumlah desa di Kabupaten Lampung Timur
sebanyak 232 desa definitif dan desa persiapan. Dengan Keputusan Bupat
Lampung Timur Nomor 13 Tahun 2003 Tanggal 10 desember 2003 tentang
perubahan status dan desa menjadi kelurahan ,maka 5 desa dalam
Kecamatan Sukadana berubah menjadi kelurahan yaitu Pasar
Sukadana,Sukadana Ilir , Negara Nabung, Sukadana dan Mataram Marga
ada di Kabupaten Lampung Timur sebanyak 241 yang terdiri dari 227 desa
definitif, 5 kelurahan 9 desa persiapan. Adapun Kecamatan-kecamatan d
Kabupaten Lampung Timur yaitu :

1 Sukadana 13.Batanghari Nuban


2 Labuhan Maringgai 14.Bumi Agung
3 Jabung 15.Bandar Sribhawono
4 Batanghari 16. Mataram Baru
5 Sekampung 17. Melinting
6 Pekalongan 18. Gunung Pelindung
7 Way Jepara 19. Pasir Sakti
8 Purbolinggo 20. Waway Karya
9 Raman Utara 21. Labuhan Ratu
10 Metro Kibang 22. Braja Selebah
11 Marga Tiga 23. Way Bungur
12 Sekampung Udik 24. Marga Sekampung

IV Peraturan Daerah yang a. Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor B. 204/10SK/2018 Tentang
berlaku Pembentukan Kelompok Kerja Lembaga Adat Daerah Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2018.
b. Permenbukpar Nomor KM.12/PW.007/MKP/2004 Tentang Penetapan
Situs Taman Purbakala Pugung Raharjo.
c. Aksara Ketaro Adat Lappung.
V Ringkasan Proses
Penyusunan PPKD
5.1. Tim Penyusun Peraturan Daerah yang berlaku adalah
Pembina
1. Bupati Lampung Timur
2. Wakil Bupati Lampung Timur

PENANGGUNG JAWAB
1. Sekretaris Daerah Lampung Timur
2. Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat
Daerah Kabupaten Lampung Timur

PENGARAH
1. Staf Ahli Bupati Lampung Timur Bidang Pembangunan,
Kesejahteraan Rakyat, dan Sumber Daya Manusia
2. Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Lampung
Timur
3. Kepala Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Lampung Timur
4. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Lampung Timur

TIM SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA


Kordinator : Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Lampung Timur
Anggota :
1. Sofyan Subing ( Tokoh Adat Abung Siwo Mego
).
2. Iskandar Zulkarnain ( rumah informasi budaya
melinting)
3. Batin Tulin ( Tokoh Adat Kebandaran Limo Migo
Sekampung Udik).
4. Suku Ria Kusuma (Tokoh Adata Kebandaran
Sekampung Ilir )
5. H. Rizal Ismail, S.E.,M.M. (Ratu Melinting)
6. Kabid Sosial Budaya (Bappeda Lampung Timur)
7. Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan Destinasi
Wisata (Dinas Pariwisata Kab. Lampung Timur)

TIM DOKUMENTASI
Kordinator : Toni Kurtis,S.Pd
Anggota :
1.Anton Saputra
2.Tri Handayani
3.Faisal Edwar,SE
4.M.Yudisen

TIM PUBLIKASI
Kordinator : Ti Wahyu Handoyo,S.Pd,MPd
Anggota :
1. Dedi Supanji,S.Si
2. Ahmad Holiansyah
3. Wiwit indarti
TIM INPUT DATA
Kordinator : Agus Mushollih,S.Ag
Anggota :
1. Maria, S.Pd
2. Sunarto,S.Pd
3. Sukarman,SE

TIM SEKRETARIAT PPKD


Ketua : Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Lampung Timur
Sekretaris : Kepala Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman
Anggota : Kepala Seksi Sejarah dan tradisi Dinas Pendidkan Dan
Kebudayaan
Kepala Seksi Kesenian Dinas Pendidikan Dan
Kebudayaan

5.2. Proses Pendataan Pendataan dilakukan dengan survey langsung kelapangan menemui tokoh
adat ,masyarakat,seniman,budayawan,dengan cara
wawancara,quisioner,dan membacara referensi dokumen adat budaya
Lampung

5.3.PROSES PENYUSUNAN a. PERMASALAHAN


MASALAH DAN 1. Lokasi pengumpulan data yang jauh
REKOMENDASI 2. Sulitnya mengumpulkan Tokoh adat sebagai Narasumber
3. Tidak terdapat anggaran
4. Transportasi yang kurang memadai

B. REKOMENDASI
1. Mengusulkan Anggaran Ke Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kab. Lampung Timur
2. Bantuan Transportasi Kendaraan Roda 4 ( empat) ke Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan
3. Membuat Peraturan Daerah Tentang Kebudayaan
4. Membuat Literatur Buku Adat dan budaya Lampung Timur
VI LEMBAGA PENDIDIKAN Lampung Timur memiliki lembaga pendidikan tingkat menengah yang
BIDANG KEBUDAYAAN memiliki study tentang Kepariwisataan dan tataboga yaitu SMK 2 Sukadana

VII DATA OBJEK PEMAJUAN


KEBUDAYAAN
1. Manuskrip - Silsilah Keratuan Melinting
- Kitab Kuntara raja niti
2. Tradisi Lisan Tradisi lisan yang masih ada di Kabupaten Lampung Timur dalam
bentuk cerita rakyat seperti:
1 Legenda Ratu Di Pugung
2 Legenda Makam Brajaselebah
3 Legenda Makam Habib Husein
4 Legenda Keratuan Melinting
3. Adat Istiadat Adat istiadat yang masih dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur
adalah:
1. Bumbang Aji.
2. Cangget
3. Mepadun
4. Ngarak Pacar.
5. Mandi tukuk
6. Begawi mejeng
7. Nyubuk majew
8. Sebambangan
9. Kuwaghei
10. Muwaghei
11. Tandang mengan
12. Tajuk
13. Merun
14. Nyuwah damagh
15 Ngarak mengian
16. Turun mandi
17. Bejeneng (adat melinting)

4. Ritus Ritus yang masih hidup dan dilaksanakan di Lampung Timur adalah :
1. Beamal-amal
2. Nigo panas
3. Mitew panas
4. Nyesah Lattai.
5. Ngepakngepuluh panas
6. Nyeghatuspanas
7. Nemui tahun
8. Belangir
9. Cucuk kundu
10. Mendem tebuney
11. Cebuk Caluk
12. Marhaban
5. Pengetahuan 1. Keris
Tradisional
2. Badik
3. Laduk
4. Candung/ Cughik
5. Payan / tombak
6. Bebedil
7. Bubuw
8. Jaring
9. Jalo
10. Suppit
11. Legian
12. Mattek ( alat tenun kain tapis)
13. Klikuk Sapi
14. Lesung dan Alew
15. Pipisan dan anak pisan
6. Teknologi Tradisional Teknologi Tradisional yang masih ada di Lampung Timur seperti:
1. Keris (Senjata Tradisional)
2. Payan (Senjata Tradisional)
3. Sula (Senjata Tradisional)
4. Puluk (pikat Burung mengunakan Getah nangka)
5. Bebedil (Senjata Tradisional)
6. Bubuw
7. Jaring
8. Jalo
9. Suppit
10. Legian
11. Mattek ( alat tenun kain tapis)
12. Kukugh kelapo

7. Seni Kesenian yang hidup dan berkembang di Kabupaten Lampung Timur


seperti :
1. Tari Sigeh Penguten.
2. Tari Melinting
3. Tari Bedana Tayuhan
4. Seni Pincak Kuttaw Lampung
5. Dhikir Bakhu
6. Rudat
7. Ringget
8. Gitar Tunggal
9. Bebandung
10. Ngedio
11. Talo balak
12. Talo lunik
13. Gong
14. Tari mulei bekipas
15. Tari mulei cangget
16. Tari igel
17. Gambus
18. Terbangan
19. Kelittang
8. Bahasa Bahasa Yang di gunakan oleh masyarakat Kabupaten Lampung Timur
adalah:
1. Bahasa Lampung Abung Siwo Migo
2. Bahasa lampung Melinting
3. Aksara Lampung

9. Permainan Rakyat Permainan yang ada di Kabupaten Lampung Timur seperti:


1. Permainan Bekel.
2. Permainan Litungan.
3. Permainan Taplak
4. Permainan Petak Umpet.
5. Bedil Pekhing

10. Olahraga Tradisional Olahraga Tradisional yang ada di Kabupaten Lampung Timur seperti :
1. Pencak Silat
2. Gasing
3. Lompat Tali
4. Nangguy
5. Panco

11. Cagar Budaya Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Lampung Timur antara Lain
adalah :
1. Taman Purbakala Pugung Raharjo.
2. Batu Tapak Jabung.
3. Batu Badak.
4. Makam Kuno (Putak)
5. Gua Kelelawar.
6. Batu Lesung.
7. Batu Klintang.
8. Benteng Benda Wano Jabung.
9. Makam Benteng sari Jabung
10. Rumah Informasi Budaya Sukadana
11. Rumah Informasi Budaya Melinting (Nuwo
Keratuan Melinting)
12. Rumah Informasi Budaya Wana.
13. Bangun Kantor Pos Cabang Sukadana.
14. Penjara zaman belanda
15. Lawang Kuri

VIII PRODUK UNGGULAN


BERUPA
KULINER 1. Seruit
2. Legit
3. Dodol.
4. Sekubal.
5. Engkak
6. Buras
7. Satten kudek (kue babon)
8. Sesam ( ikan permentasi)
9. Srikayo
10. Bubay manghing/selipek puttei
11. Dadar shap
12. Juwadah pipit
13. Gulai tabu jawo / letak letuk
14. Kekaghing ( seluang panggang)
IX KERAJINAN 1. Kain Tapis mato kibau
2. Sulam usus
3. Batik Lampung Timur
4. Injang andak ( songket Lampung)
5. Kain Limar Segebar
6. Kain Sebagei
7. Kain Bekilas
8. Kain Tapis Cucuk Rebung
9. Kain Tapis Cucuk Pinggir
10. Kain Tapis Melinting
11. Kain Tapis Balak
12. Sulam Kerawang
13. Kain Tapis Rajo Tunggal
14. Kain Tapis Tuho
15. Kain Tapis Lawet Andak
16. Kain Tapis Angheng

X WISATA RELIGI 1. Makam Minak Braja Selebah.


2. Makam Habib Husein.
3. Makam Ratu darah Putih.
4. Komplek Islamic center
5. Masjid mataram marga

XI PENGAKUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN HAK – HAK TRADISIONALNYA DALAM


PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN RI.
Dalam perubahan ( amandemen ) kedua UUD 1945 pada pasal 18 B
ayat ( 2 ) ditegaskan ;
“ Negara mengakui dan menghormati kesatuan – kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan RI
yang di atur dalam undang-undang”.
 Mengakui : pernyataan penerimaan dan
pemberian status keabsahan oleh Negara terhadap hak-hak
masyarakat hukum adat.
 Menghormati : mengharuskan Negara untuk
tidak melanggar hak-hak masyarakat hukum adat
 Masyarakat Hukum Adat : suatu kehidupan
bersama (komunitas) yang harus memenuhi 3 syarat :
1. Adanya suatu keteraturan/tata susunan yang
tetap yang mengatur tingkah laku warganya
2. Mempunyai pengurus atau pimpinan
3. Memiliki kekayaan, tempat tinggal, lingkungan
hidup sendiri
 Hak-hak tradisional terdiri dari :
a. Hak kebendaan tradisional
b. Hak hasil karya tradisional
c. Religi dan seni tardisional
d. Tata aturan dan kelembagaan tradisional
Falsafah Pancasila dan Prinsip-prinsip hukum adat (nilai
universal)UUD 1945, kaitannya dengan Hak-hak
Masyarakat Adat :
 Pasal 1 ayat 3  Negara Indonesia adalah Negara Hukum
 Pasal 18 ayat 5  Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya
 Pasal 18 ayat 6  Pemerintah berhak menetapkan perda dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi
 Pasal 18B ayat 1  Negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus/istimewa
 Pasal 18B ayat 2  Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat adat beserta hak-hak tradisionalnya
 Pasal 28C ayat 2  Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat bangsa dan negaranya
 Pasal 32 ayat 1  Negara memajukan kebudayaan nasiona
Indonesia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya
 Pasal 32 ayat 2  Negara menghormati dan memelihara bahasa
daerah sebagai kekayaan budaya nasional
 Pasal 33 ayat 1  Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
 Pasal 33 ayat 3  Lambang Negara ialah garuda pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika
 Pasal 36 A  Negara Indonesia adalah Negara Hukum
XII DATA SUMBER DAYA 1. Bulan April,Mei,Juni,juli Pendataan/survey
MANUSIA KEBUDAYAAAN kelocus kebudayaan untuk berkoordinasi dengan tokoh
DAN LEMBAGA ADAT adat,seniman, budayawan,kepala desa,untuk mendapatkan data
data kebudayaan yang akurat
2. Merancang Tim Penyusunan dan Sekretariat
PPKD
Mengundang Rapat Tim Penyusunan PPKD untuk membahas
tentang pengisian borang objek pemajuan kebudayaan
3. Mengundang rapat untuk membahas tentang
Penetapan Tim PPKD

XIII DATA SARANA DAN a. Aula dinas Pendidikan dan Kebudayaan


PRASARANA b. 2 Unit Komputer dan 2 laptop
KEBUDAYAAN c. 1 unit alat proyektor
d. 1 unit infocus
e. Kamera
f. Foto foto terlampir dalam setiap rapat
Pembahasan PPKD

XIV PERMASALAHAN DAN ( Data terlampir )


REKOMENDASI

XV UPAYA PEMERINTAH 1. Menjaga dan memelihara situs situs bersejarah


DAERAH melibatkan masyarakat
2. Seminar seminar tentang upaya pemajuan
kebudayaan bagi totkoh adat,seniman,budayawan serta pelestari adat
3. Workshop Musik tradisional, Tari kreasi
daerah,seni rupa bagi Siswa/ Siswi
4. Festival budaya,festival music,festival tari bagi
masyarakat umum dan siswa/siswi
5. Melakukan Registrasi pada sanggar sanggar,
paguyuban-paguyuban seni Selampung Timur
6. Memberikan bantuan Hibah kepada sekolah
lain-lain
XVI PERMASALAH UMUM DAN 1. PERMASALAHAN UMUM
REKOMENDASI UMUM
a. Minimnya informasi borang dimasyarakat
b. Sulitnya mengumpulkan tokoh-tokoh adat
dikarenakan waktu yang tidak sinkron
c. Sarana dan prasarana yang tidak memadai
d. Tidak tersedianya anggaran
e. Narasumber kebudayaan asli daerah yang sudah
meninggal

2. REKOMENDASI UMUM

a. Pemerintah lebih proaktif untuk memberikan


dukungan dalam rangka upaya pemajuan kebudayaan baik itu
perlindungan,pengembangan, pemanfaatan,permbinaan
b. Mempersiapkan anggaran untuk kegiatan-
kegiatan pelestarian situs-situs daerah agar terawat karena merupakan
salah satu asset budaya daerah Berkordinasi dengan Pemerintah
Pusat untuk pemajuan kebudayaan
XVII CITRA DAN IDENTITAS KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
1. BUMEI TUWAH BEPADAN Mengandung nilai – nilai ;
 Daerah yang selalu memberikan kemakmuran bagi masyarakat apabila segala
Keputusan yang diambil melalui cara mufakat atau musyawarah.
 Saling silaturahim
 Saling gotong royong
 Salin Simbol Kerukunan Umat beragama
 Saling hormat menghormati

2. ADAT DAN BUDAYA


 Ketuhanan ( adat istiadat tidak lepas dari konsep ketuhanan )
 Tradisi ( Warisan leluhur sebagai petunjuk dari Tuhan YME )
 Agama ( Petunjuk yang diberikan kepada manusia melalui perantara,
memiliki Kitab Suci dan ada umat penganutnya )
 Budaya ( Cipta, rasa, karsa manusia diterima melalui tradisi dan agama )
 Adat Istiadat ( Aturan kehidupan beragama ditegakkan dan dijunjung )
XVIII LAMPIRAN

KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KABUPATEN LAMPUNG TIMUR,

YULIANSYAH,S.H.
Pembina Utama Muda
NIP. 19600705 198401 1 002
BUPATI LAMPUNG TIMUR
PROVINSI LAMPUNG

KEPUTUSAN BUPATI LAMPUNG TIMUR


NOMOR: B/ /02/SK/2018

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM DAN SEKRETARIAT PENYUSUNAN POKOK PIKIRAN


KEBUDAYAAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN ANGGARAN 2018

BUPATI LAMPUNG TIMUR,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 Ayat


(1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Pemajuan Kebudayaan, Pemerintah Daerah perlu
menyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah
Kabupaten dengan melibatkan masyarakat melalui
para ahli yang memiliki kompetensi dan kredibilitas
dalam obyek pemajuan kebudayaan di Kabupaten;
b. bahwa untuk melaksanakan kegiatan yang dimaksud
pada huruf a diatas, perlu dibentuk Tim dan
Sekretariat Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan
Daerah Kabupaten Lampung Timur Tahun Anggaran
2018;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b diatas, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Bupati Lampung
Timur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang


Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Way
Kanan, Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung
Timur, Kotamadya Daerah Tingkat II Metro
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
IndonesiaNomor 3825);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
5 Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang
Undang Nomor 09 Tahun 2015 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 Tentang
Pemajuan Kebudayaan adalah Tata Kelola atau
Pengelolaan terhadap Objek Pemajuan Kebudayaan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
7 Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496); sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5670,
tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor. 45;

8 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang


Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
9 2007 Tentang Pedoman Fasilitas Organisasi
Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton dan
Lembaga Adat dalam Pelestarian dan Pengembangan
Budaya Daerah;
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor
10
25 Tahun 2018 tentang Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah Tahun 2018 (Lembaran Daerah
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2015 Nomor 08)
11 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor
18 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Timur
(Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2016 Nomor 18);
Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor : B.01 / 23
12 / SK / 2018, tanggal 02 Januari 2018, Tentang
Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah pada Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lampung Timur
Tahun Anggaran 2018.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KESATU : Membentuk Tim Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan


Daerah Kabupaten Lampung Timur dengan susunan
keanggotaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Keputusan ini.

KEDUA : Membentuk Sekretariat Penyusunan Pokok Pikiran


Kebudayaan Daerah Kabupaten Lampung Timur dengan
susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Keputusan ini.

KETIGA : Tim Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah


Kabupaten Lampung Barat sebagaimana dimaksud dalam
diktum KESATU memiliki tugas sebagai berikut:
1. menyusun rincian rencana kerja tim penyusun;
2. melakukan identifikasi keadaan faktual obyek pemajuan
kebudayaan, termasuk juga Sumber Daya Manusia,
Lembaga, Pranata Kebudayaan, Sarana dan Prasarana
Kebudayaan melalui serangkaian survey dan forum
terbuka;
3. melakukan konsolidasi data hasil survey dan forum
terbuka;
4. menyusun pokok pikiran kebudayaan daerah sesuai
format Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia;
5. melaporkan hasil pelaksanaan tugas Tim kepada Bupati
Lampung Timur melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
Lampung Timur
.
KEEMPAT : Sekretariat Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah
Kabupaten Lampung Timur sebagaimana dimaksud dalam
diktum KEDUA memiliki tugas membantu kerja Tim
Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten
Lampung Timur dalam bidang administrasi.

KELIMA : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan


ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Lampung Timur Tahun Anggaran 2018.

KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan,


dengan 31 Desember 2018. Apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini maka akan
dilakukan perbaikan semestinya.

Ditetapkan di Sukadana
pada tanggal 2018

BUPATI LAMPUNG TIMUR,

CHUSNUNIA
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN BUPATI LAMPUNG TIMUR
NOMOR : B/ /02/SK/2018
TANGGAL : 2018
TENTANG : TIM PENYUSUNAN POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN
DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN
ANGGARAN 2018

SUSUNAN KEANGGOTAAN
TIM PENYUSUNAN POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN ANGGARAN 2018

Pembina : 1.Bupati Lampung Timur


2.Wakil Bupati Lampung Timur

Penanggung jawab : 1. Sekretaris Daerah Lampung Timur


2. Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraa
Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Lampun
Timur
3. Staf Ahli Bupati Lampung Timur Bidan
Pengarah :
Pembangunan, Kesejahteraan Rakyat, da
Sumber Daya Manusia
4. Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaa
Kabupaten Lampung Timur
5. Kepala Badan Perencanaan Daerah
Kabupaten Lampung Timur
6. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Lampung Timur

II Tim Survey dan


pengumpulan data
a. Kordinator : Kepala Bidang Kebudayaan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
b. anggota
Lampung Timur
1. Sofyan Subing ( Tokoh Adat Abung Siwo
Mego ).
2. Iskandar Zulkarnain ( rumah informasi
budaya melinting)
3. Batin Tulin ( Tokoh Adat Kebandaran
Limo Migo Sekampung Udik).
4. Suku Ria Kusuma (Tokoh Adata
Kebandaran Sekampung Ilir )
5. H. Rizal Ismail, S.E.,M.M. (Ratu Melinting)
6. Kabid Sosial Budaya (Bappeda Lampung
Timur)
7. Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan
Destinasi Wisata (Dinas Pariwisata Kab.
Lampung Timur)
8. Bagian Hukum Setdakab Lampung Timur
III Tim Dokumentasi
a.Koordinator Toni Kurtis,S.Pd
b.Anggota 1. Antoni Saputra
2. Tri Handayani
3. Faisal Edwar,SE
4. M.Yudisen

IV Tim Publikasi
a.Koordinator Tri Wahyu Handoyo,SPd,MPd
b.Anggota 1. Dedi Supanji,S.Si
2. Ahmad Holiansyah
3. Wiwit indarti

V. M. Agus Musholih,S.Ag
Tim Input Data
1. Maria, S.Pd
a. kordinator
2. Sunarto,S.Pd
b. anggota 3. Sukarman,SE

BUPATI LAMPUNG TIMUR,

CHUSNUNIA
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN BUPATI LAMPUNG TIMUR
NOMOR : B/ /02/SK/2018
TANGGAL : 2018
TENTANG : PEMBENTUKAN TIM DAN SEKRETARIAT PENYUSUNAN
POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR TAHUN ANGGARAN 2018

SUSUNAN KEANGGOTAAN SEKRETARIAT


PENYUSUNAN POKOK PIKIRAN KEBUDAYAAN DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN ANGGARAN 2018

1 Ketua : Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan


. Kabupaten Lampung Timur
2 Sekretaris : Kepala Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman
.
3 Anggota : Kepala Seksi Sejarah dan tradisi Dinas Pendidkan Dan
. Kebudayaan
Kepala Seksi Kesenian Dinas Pendidikan Dan
Kebudayaan

BUPATI LAMPUNG TIMUR,

CHUSNUNIA

Anda mungkin juga menyukai