Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata Lampung berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti

berasal dari ketinggian dan seperti diketahui bahwa kaki gunung Pesagi

dan dataran tinggi Sekala brak, Lampung Barat yang menjadi tempat asal

mula suku Lampung atau Ulun Lampung adalah puncak tertinggi di tanah

Lampung. Karena kebutuhan untuk memenuhi hidup yang sudah tidak

terpenuhi lagi di dataran tinggi Sekala Brak, maka kelompok demi

kelompok meninggalkan Sakala Berak menurun ke lembah dengan

mengikuti aliran sungai. Kelompok atau kaum tersebut kemudian

membentuk buwai.

Etnis Lampung yang biasa disebut Lampung-Ulun (Ulun Lampung,

Orang Lampung) secara tradisional geografis adalah suku yang

menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera

Selatan bagian selatan dan tengah. Orang Lampung yang dimaksud

adalah penduduk asli yang sudah mendiami daerah Provinsi Lampung

jauh sebelum kedatangan kaum transmigran dan berbagai pendatang dari

suku bangsa lain. Jumlah populasi mereka sekarang sangat sedikit

dibandingkan dengan jumlah penduduk pendatang yang kebanyakan

berasal dari Jawa. Karena jumlah penduduk yang berasal dari Jawa jauh

1
lebih banyak maka pengaruh kebudayaan Jawa pada pergaulan antar

suku bangsa di Lampung masa sekarang cukup besar.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk membantu masyarakat umum

memperoleh pengetahuan umum dan memahami tentang sejarah atau

asal usul Suku Lampung dan tradisi berupa upacara adat yang ada di

Lampung dan tata cara kehidupan, serta nilai-nilai yang dapat kita ambil

dari tradisi suku Lampung.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Suku Lampung

Asal-usul ulun Lampung (orang Lampung) erat kaitannya dengan

istilah Lampung sendiri. Pada abad ke VII orang di negeri Cina sudah

membicarakan suatu wilayah didaerah Selatan (Namphang) dimana

terdapat kerajaan yang disebut Tolang Pohwang, To berarti orang dan

Lang Pohwang adalah Lampung. nama Tolang, Po’hwang berarti “orang

Lampung” atau “utusan dari Lampung” yang datang dari negeri Cina

sampai abad ke 7.Terdapat bukti kuat bahwa Lampung merupakan bagian

dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Jambi dan menguasai sebagian

wilayah Asia Tenggara termasuk Lampung dan berjaya hingga abad ke-11.

Orang Lampung mengenal dua kelompok adat yang besar, yaitu

kelompok Adat Pepaduan dan kelompok Adat Peminggir atau Pubiyan.

3
Selain itu juga dikenal kelompok masyarakat beradat Semende

(Semendo), Adat Ranau, Adat Belalau, Adat Pegagan, dan Adat Ogan.

Kelompok Adat pepaduan umumnya mendiami wilayah Lampung bagian

timur dan tengah, dicirikan oleh sistem adat kebangsawanan mereka yang

cukup kompleks yang disebut Kepunyimbangan. Kelompok Adat

Peminggir umumnya mendiami wilayah bagian barat, dicirikan oleh sistem

pelapisan sosialnya yang dua tingkat, adat ini disebut juga Sebatin atau

Seibatin.

Orang Lampung Pepadun terbagi lagi menjadi empat kelompok,

yaitu Abung Siwo Megou (Abung Sembilan Marga), Megou Pak

Tulangbawang, Buay Lima, dan Pubian Telu Suku (Pubian Tiga Suku).

Setiap kelompok masih terbagi lagi atas sejumlah klen besar yang

berdiam di wilayah tertentu, yang disebut buay atau kebuayan. Orang

Lampung Peminggir terbagi atas lima kelompok, yaitu Peminggir Melinting

Rajabasa, Peminggir Teluk, Peminggir Skala Brak (di daerah Liwa),

Peminggir Semangka, termasuk ke dalamnya kelompok orang Komering

(yang berdiam di daerah Ranau, Komering, dan Kayu Agung, di Sumatera

Selatan).

2.2 Bahasa Suku Lampung

4
Bahasa Lampung terbagi ke dalam dialek Abung yang dipakai oleh

kelompok masyarakat beradat Pepadun dan dialek Pubiyan yang dipakai

oleh kelompok masyarakat beradat Peminggir. Van Royen membagi

bahasa Lampung menjadi kelompok dialek nyo dan dialek api. Menurut

para ahli Indonesia sendiri, bahasa Lampung yang disebut behasou

Lampung atau umung Lampung atau cewo Lampung, masih dapat dibagi

menjadi dua dialek, yaitu dialek Lampung Belalau dan dialek Lampung

Abung, yang masing-masing dibedakan atas dasar pengucapan a dan o.

Dialek Lampung Belalau (dialek a) terbagi atas beberapa subdialek, yaitu

Jelma Doya (Sungkai), Pemanggilan Peminggir, Melinting Peminggir, dan

Pubian. Dialek Lampung Abung (dialek o) terbagi atas dua subdialek, yaitu

Abung dan Tulangbawang. Orang Lampung mempunyai aksara sendiri

yang disebut surat Lampung atau huruf Lampung (hampir sama dengan

tulisan kuno orang Rejang, Serawai, dan Pasemah). Abjad yang dipakai

nampaknya mengacu kepada huruf Dewa Nagari asal dari bahasa

Sanskerta.

2.3 Mata Pencaharian Suku Lampung

5
Mata pencaharian awal suku ini adalah berladang tebang bakar

dan berpindah-pindah serta meramu hasil hutan. Akibat pengaruh suku

lain yang datang ke daerah Lampung suku ini mulai mengembangkan

sistem pertanian irigasi di sawah-sawah, beternak kerbau, sapi, kambing,

unggas dan lain-lain. Pada abad ke-18 mereka mulai bertanam tanaman

keras, seperti kopi, karet, cengkeh serta rempah-rempah seperti lada dan

pala. Pekerjaan berburu binatang liar serta mengumpulkan hasil hutan

masih dilakukan oleh sebagian penduduknya. Pada masa kini untuk

mengusahakan kebun kebun lada, kopi, cengkeh dan lainnya mereka

mengupah buruh-buruh transmigran. Sebagian di antara mereka memilih

pekerjaan sebagai pegawai pemerintah atau swasta di kota-kota.

BAB 3

6
3.1 Tradisi Suku Lampung

3.1.1 Upacara Pernikahan

Dalam hal perkawinan ada 2 jenis Status Perkawinan, yaitu:

a. Djujor

Djujor adalah proses dimana Muli yang diambil oleh Mekhanai

untuk menjadi istrinya, maka sang Mekhanai dan Keluarganya harus

menyerahkan atau membayar Uang Adat kepada ahli si Muli berdasarkan

permintaan dari ahli Keluarga si Muli. Sedangkan permintaaan si Muli

kepada sang Mekhanai disebut Kiluan juga harus dibayar atau dipenuhi

oleh sang Mekhanai Kiluan yang menjadi hak si Muli.

b. Semanda Raja Raja

Pada Semanda Raja Raja awalnya sang pria setelah pernikahan

harus tinggal terlebih dahulu di tempat si wanita dengan tidak ditentukan

masanya, artinya si suami boleh menunggu istrinya di rumah mertuanya

sampai mati atau boleh juga untuk beberapa bulan atau beberapa tahun

saja. Tetapi bisa juga bila keduanya sepakat dan menginginkan tinggal di

tempat lain yang menurut perkiraan mereka akan mendapat kehidupan

yang lebih baik maka keluarga kedua belah pihak tidak boleh

menahannya.

3.1.2 Pakaian Adat Lampung

7
Pakaian Adat Lampung Pepadun. Pakaian Adat Lampung Saibatin.

3.1.3 Upacara Adat Yang Bersifat Sakral

Upacara jenis ini lebih berhubungan dengan kepercayaan, alur

transendental dan aura mistis. Upacara dan Ritual jenis ini diantaranya:

Upacara Ngebabali

Upacara jenis ini dilaksanakan saat membuka huma atau

perladangan baru disaat membersihkan lahan untuk ditanami atau pada

saat mendirikan rumah dan kediaman yang baru atau juga untuk

membersihkan tempat angker yang mempunyai aura gaib jahat.

Upacara Ngambabekha

8
Upacara ini dilaksanakan saat hendak Ngusi Pulan (membuka

hutan) untuk dijadikan Pemekonan (Perkampungan) dan perkebunan,

karena diyakini Pulan Tuha [hutan rimba] memiliki penunggunya sendiri.

Upacara ini dilakukan dimaksudkan untuk mengadakan perdamaian dan

ungkapan selamat datang agar tidak saling mengganggu.

Upacara Ngumbai Lawok

Upacara ini adalah ungkapan syukur masyarakat pesisir atas hasil

laut dan juga untuk memohon keselamatan kepada sang pencipta agar

diberikan keselamatan saat melaut, dalam ritual ini dikorbankan kepala

kerbau sebagai simbol pengorbanan dan ungkapan terimakasih kepada

laut yang telah memberikan hasil lautnya kepada nelayan.

3.2 Tata Cara Kehidupan Suku Lampung

Sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa

keluarga yang mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan.

Kelompok kekerabatan umumnya dapat dibedakan atas beberapa

macam, yaitu:

9
1) Keluarga Ambilineal Kecil

Kelompok ini beranggotakan 25-30 orang. Mereka hidup dalam

jangka waktu tertentu, saling mengenal, dan memahami hubungan

kekerabatan mereka. Keluarga ini menghidupkan rasa kepribadian karena

menguasai sejumlah harta produktif yang dapat dinikmati oleh

keluarganya, seperti tanah, sawah, ternak.

2) Keluarga Ambilineal Besar

Anggotanya terdiri atas beberapa generasi yang turun-menurun

dengan jumlah warganya mencapai ratusan. Anggota kelompok tidak

saling mengenal secara mendalam. Mereka berkumpul pada saat upacara

keagamaan.

3) Klen (Clan) Kecil

Merupakan suatu kelompok kekerabatan dimana satu dengan yang

lainnya terikat melalui garis-garis keturunan laki-laki atau perempuan saja.

Mereka saling mengenal dan tinggal bersama dalam satu lingkungan.

4) Klen (Clan) Besar

Merupakan suatu kelompok kekerabatan terdiri dari semua

keturunan seorang nenek moyang baik laki-laki maupun perempuan.

Keanggotaannya ditarik melalui garis keturunan ibu atau ayah. Jumlahnya

10
mencapai ribuan orang. Mereka tidak saling mengenal, umumnya

disatukan dan terikat oleh tanda-tanda lahiriah yang dimiliki oleh klen itu.

5) Fratri

Merupakan kelompok kekerabatan yang patrilineal atau matrilineal.

Sifatnya lokal dan merupakan gabungan dari kelompok klen besar

maupun kecil.

6) Paroh Masyarakat (Moeity)

Adalah kelompok kekerabatan gabungan klen seperti fratri tetapi

merupakan separuh dari suatu masyarakat.

11
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kata Lampung berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti

berasal dari ketinggian dan seperti diketahui bahwa kaki gunung Pesagi

dan dataran tinggi Sekala brak, Lampung Barat yang menjadi tempat asal

mula suku Lampung atau Ulun Lampung adalah puncak tertinggi di tanah

Lampung. Orang Lampung mengenal dua kelompok adat yang besar,

yaitu kelompok Adat Pepaduan dan kelompok Adat Peminggir atau

Pubiyan. Selain itu juga dikenal kelompok masyarakat beradat Semende

(Semendo), Adat Ranau, Adat Belalau, Adat Pegagan, dan Adat Ogan.

Bahasa Lampung terbagi ke dalam dialek Abung yang dipakai oleh

kelompok masyarakat beradat Pepadun dan dialek Pubiyan yang dipakai

oleh kelompok masyarakat beradat Peminggir.Bahasa Lampung pun

dapat dibagi menjadi dua dialek, yaitu dialek Lampung Belalau dan dialek

Lampung Abung, yang masing-masing dibedakan atas dasar pengucapan

a dan o. Mata pencaharian suku ini adalah berladang tebang bakar,

mengembangkan sistem pertanian irigasi di sawah-sawah, beternak

kerbau, sapi, kambing, unggas dan lain-lain, bertanam tanaman keras,

seperti kopi, karet, cengkeh serta rempah-rempah seperti lada dan pala.

Ada dua jenis status perkawinan yaitu Djuor dan Semanda Raja-

Raja. Suku Lampung pun masih percaya dengan tradisi suku yang bersifat

12
sacral yang beraura mistis seperti Upacara Ngebabali, Upacara

Ngambabekha, Upacara Ngumbai Lawok. Serta terdapat beberapa

kelompok kekerabatan yaitu Keluarga Ambilineal Kcil, Keluarga Ambilineal

Besar, Klen Kecil, Klen Besar, Fratri dan Paroh Masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1088/suku-lampung diunduh

pada tanggal 2 November 2015 pukul 08:30.

http://suku-dunia.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-suku-lampung diunduh

pada tanggal 2 November 2015 pukul 08:30.

http://pipitmargareta.blogspot.co.id/2014/01/makalah-mengenai-

kebudayaan-lampung diunduh pada tanggal 2 November 2015 pukul

10:20.

http://tugas-makalahmu.blogspot.co.id/2015/02/upacara-tradisional-di-

lampung.html diunduh pada tanggal 2 November 2015 pukul 12:45.

14

Anda mungkin juga menyukai