Anda di halaman 1dari 5

SUKU SASAK

 Suku Sasak

Nama "Sasak" pertama kali disebutkan dalam Prasasti Pujungan, yaitu sebuah prasasti yang ditemukan di Kabupaten
Tabanan, Bali, yang diperkirakan berasal dari abad ke-11. [2]

Asal nama Sasak kemungkinan berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Dalam Kitab Negara Kertagama kata
Sasak disebut menjadi satu dengan Pulau Lombok. Yakni Lombok Sasak Mirah Adhi. Dalam tradisi lisan warga
setempat kata sasak dipercaya berasal dari kata "sa'-saq" yang artinya yang satu. Kemudian Lombok berasal dari
kata Lomboq yang artinya lurus. Maka jika digabung kata Sa' Saq Lomboq artinya sesuatu yang lurus. banyak juga
yang menerjemahkannya sebagai jalan yang lurus.

Lombo Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari kakawin Nagarakretagama ( Desawarnana ), sebuah kitab yang
memuat tentang kekuasaan dan kepemerintahaan kerajaan Majapahit, gubanan Mpu Prapanca. kata "lombok" dalam
bahasa kawi berarti lurus atau jujur, "Mirah" berarti permata, "sasak" berarti kenyataan dan "adi" artinya yang baik
atau yang utama. Maka Lombok Mirah Sasak Adi berarti kejujuran adalah permata kenyataan yang baik.

 Pulau yang Didiami oleh Suku Sasak


Pulau Lombok merupakan wilayah yang didiami suku sasak, mereka telah mendiami pulau Lombok selama berabad-abad.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan para
pendatang dari Jawa. Ada pula yang mengatakan leluhur orang Sasak adalah orang Jawa.

 Bahasa
Etnologi: ilmu tentang unsur atau masalah kebudayaan suku bangsa dan masyarakat penduduk suatu daerah
di seluruh dunia secara komparatif dengan tujuan mendapat pengertian tentang sejarah dan proses evolusi
serta penyebaran kebudayaan umat manusia di muka bumi. Etnolog: Adalah orang yang ahli etnologi.Bahasa
Sasak, terutama aksaranya, sangat dekat dengan aksara Jawa dan Bali, sama-sama menggunakan sistem
aksara Ha Na Ca Ra Ka. Tetapi secara pelafalan, bahasa Sasak lebih dekat dengan Bali. Menurut etnolog
yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, bahasa Sasak merupakan keluarga dari Austronesian Malayu-
Polinesian, campuran Sunda-Sulawesi, dan Bali-Sasak.
SUKU PADANG

Suku dalam Tatanan Budaya Masyarakat Minangkabau merupakan basis dari organisasi sosial, sekaligus tempat
pertarungan kekuasaan yang fundamental. Pengertian awal kata suku dalam Bahasa Minang dapat bermaksud satu
perempat, sehingga jika dikaitkan dengan pendirian suatu nagari di Minangkabau dapat dikatakan sempurna apabila
telah terdiri dari komposisi empat suku yang mendiami kawasan tersebut.

Selain sebagai basis politik, suku juga merupakan basis dari unit-unit ekonomi. Kekayaan ditentukan oleh kepemilikan
tanah keluarga, harta, dan sumber-sumber pemasukan lainnya yang semuanya itu dikenal sebagai harta pusaka.

Harta pusaka merupakan harta milik bersama dari seluruh anggota kaum-keluarga. Harta pusaka tidak dapat
diperjualbelikan dan tidak dapat menjadi milik pribadi. Harta pusaka semacam dana jaminan bersama untuk
melindungi anggota kaum-keluarga dari kemiskinan. Jika ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan atau
tertimpa musibah, maka harta pusaka dapat digadaikan.

Menurut Tambo alam Minangkabau, pada masa awal pembentukan budaya Minangkabau, hanya ada empat suku
induk dari dua kelarasan. Suku-suku tersebut adalah Suku Koto, Suku Piliang, Suku Bodi, dan Suku Caniago.

Sedangkan kelarasan yang dimaksud adalah kelarasan koto piliang dan kelarasan bodi caniago, kelarasan disini
semacam sistem kekuasaan, dan dalam perkembangannya kelarasan koto piliang cenderung kepada sistem aristokrat
sedangkan kelarasan bodi caniago lebih kepada sistem konfederasi.

Suku-suku dalam Minangkabau pada awalnya kemungkinan ditentukan oleh raja Pagaruyung, namun sejak
berakhirnya kerajaan Pagaruyung tidak ada lagi muncul suku-suku baru di Minangkabau.

Sedangkan orang Minang di Negeri Sembilan Malaysia membentuk 13 suku baru yang berbeda dengan suku asalnya
di Minangkabau.

Sekilas Suku-suku utama Minangkabau dikutip covesia.com dari berbagai sumber:

Bodi dari Bhodi (pohon yang dimuliakan orang Budha)

Caniago dari Caniaga (niaga = dagang) ·

Koto dari Katta (benteng)

Piliang dari Pili Hyang (para dewa)

Bodi Caniago adalah kelompok kaum Budha dan saudagar-saudagar (orang-orang niaga) yang memandang manusia
sama derajatnya. Daerah asal diperkirakan dari Tiongkok, Campa dan Siam

Koto Piliang adalah kelompok orang-orang yang menganut agama Hindu dengan cara hidup menurut hirarki yang
bertingkat-tingkat. Daerah asal diperkirakan dari India Selatan

Suku Tanjuang berasal dari Marga Tanjung di Barus, Pesisir Barat Sumatera Utara, Barus sudah ramai penduduk sejak
sebelum masehi

Suku Jambak (suku Campa) berasal dari Asia Tengah, mengembara ke selatan dan memasuki Sumatera lewat muara-
muara sungai besar

Suku Sikumbang, seketurunan dengan Suku Jambak. Kedua suku ini (Jambak dan Sikumbang) sama-sama
mengagungkan Harimau sebagai perlambang (Harimau Campa dan Harimau Kumbang)

Suku Malayu, berasal dari penduduk asli Sumatera yang pernah hidup di kerajaan-kerajaan Malayu Tua seperti Kandis
dan Koto Alang, di kemudian hari penduduk dari Dharmasraya dan bangsa proto Melayu yang tinggal di antara Sungai
Musi dan Sungai Batanghari juga disukukan sebagai Malayu dalam adat Minang. Suku ini sangat memuliakan Bukit
Siguntang Mahameru. Lihat kembali Tambo Alam Surambi Sungai Pagu yang penduduk awalnya bersuku Malayu

Suku Mandahiliang, suku pendatang dari Tapanuli Selatan yang dimasukkan kedalam adat Minangkabau

Suku Pisang, berasal dari penduduk Pisang di Kuala Inderagiri (lihat peta, lokasi di pangkal jalur merah)

Selebihnya adalah Suku-suku pengembangan dari yang telah disebutkan, jadi tidak benar adanya suku awal itu
hanyalah yang empat itu (Koto-Piliang-Bodi-Caniago) karena suku itu sejatinya adalah clan-clan atau bani-bani
layaknya bani-bani yang ada di Jazirah Arab.
SUKU BATAK

Suku ini memiliki rumah adat yang dikenal dengan nama rumah Bolon. Rumah Bolon memiliki bentuk seperti rumah
panggung pada umumnya. Pintu masuk yang rendah pada rumah Bolon memiliki makna untuk tamu yang berkunjung.

Makna filosofisnya yaitu bagi tamu seharusnya menghormati tuan rumah, disamping itu juga harus mematuhi aturan-
aturan yang berlaku. Sampai saat ini belum diketahui asal-usul nenek moyang dari Suku Batak. Meskipun begitu
diperkirakan nenek moyang dari suku ini ada pada zaman logam.

Sebab hingga sekarang artefak Neolitikum yang menjelaskan keberadaan nenek moyang suku batak belum ditemukan.
Suku Batak merupakan kumpulan dari berbagai suku-suku di Sumatera Utara.

Suku Bali

Beberapa suku yang termasuk ke dalam suku ini adalah Mandailing, Toba, Pakpak, Karo, Simalungan dan Angkola.
Setiap bagian suku tersebut memiliki budaya yang berbeda. Seperti pada Mandailing yang cenderung berbahasa
melayu dan sebagian besar sukunya orang Islam.

Nilai-Nilai Budaya Suku Batak

suku batak

Pada dasarnya setiap suku memiliki falsafah hidup yang diayomi setiap masyarakatnya. Falsafah hidup tersebut
berfungsi sebagai nilai yang mengontrol dalam sistem sosial. Begitu pula pada Suku Batak yang juga memiliki nilai-
nilai budaya, diantaranya:

1. Hagabeon

Hagabeon dalam Suku Batak bermakna harapan memiliki anak dan cucu yang baik-baik dan panjang umur. Dengan
umur yang panjang diharapkan dapat menikahkan anak dan mendapatkan keturunan yang baik. Bagi suku ini anak
merupakan simbol keberhasilan dalam pernikahan.

Apalagi anak laki-laki, yang merupakan penerus marganya. Pada adat kuno aturan memiliki anak bagi orang batak
yaitu sebanyak 33. Dimana laki-laki sebanyak 17 anak dan perempuan 16 anak. Namun seiring kemajuan jaman nilai
adat tersebut mulai tergeser dan tergantikan dengan nilai baru.

Saat ini prioritas memiliki anak bukan lagi terpaut pada kuantitas melainkan pada kualitas. Sehingga pendidikan dan
keterampilan merupakan hal utama yang harus dimiliki seorang anak.

2. Hamoraan

Dalam adat Suku Batak nilai budaya hamoraan memiliki makna kehormatan. Aspek kehormatan yang dimaksud yaitu
keseimbangan antara nilai materil dan spiritual. Seseorang dianggap terhormat apabila memiliki kekayaan, sikap baik
hati antar sesama dan nilai spiritual yang tinggi.

Meskipun seseorang memiliki kekayaan yang melimpah dan jabatan yang tinggi, tidak ada artinya jika tidak memiliki
nilai spiritual. Inilah keseimbangan yang dimaksud. Bahwa proporsi antara nilai materil dan spiritual haruslah
seimbang.
Suku Asmat

3. Uhum Dan Ugari

Nilai ini memiliki makna yang sama dengan hukum. Bagi orang Batak hukum atau uhum merupakan suatu hal yang
mutlak ditegakkan. Implementasi nilai-nilai ini diwujudkan melalui sikap keadilan. Nilai keadilan itu sendiri
diwujudkan dari komitmen melakukan kebiasaan (ugari) dan kesetiaan pada janji.

Seorang Suku Batak apabila berkhianat pada suatu kesepakatan adat akan menerima sanksi adat dan dianggap sangat
tercela. Oleh karenanya bagi mereka uhum dan ugari merupakan suatu hal yang amat dipatuhi. Dan orang Batak
dianggap sempurna jika mampu menghormati uhum dan ugari serta dapat menepati janji.

4. Pengayoman

Nilai pengayoman dalam Suku Batak terbilang cukup unik. Mengapa? Karena dengan nilai ini mereka menjadi
terbiasa hidup mandiri dan tidak mudah meminta belas kasihan orang lain. Sebab salah satu prinsip adat mereka yaitu
semua orang merupakan pengayom dan akan saling mengayomi antar sesama.

Prinsip tersebut berasal dari unsur yang dikenal dengan Dalihan Na Tolu. Unsur tersebut sejatinya merupakan unsur
yang secara magis dipercaya saling melindungi. Hubungan tersebut layaknya jaring laba-laba yang saling berkaitan
dengan nilai-nilai adat.

5. Marsisarian

Dalam sistem sosial selalu dibutuhkan nilai yang mengatur untuk menjaga keseimbangan hubungan antar manusia.
Nilai ini memang sangat dibutuhkan. Sebab selalu ada perbedaan dalam sekelompok manusia. Sehingga nilai-nilai dan
aturan ini yang menjadi acuan dalam keberlangsungan kehidupan manusia.

Begitu pula dengan nilai marsisarian yang ada pada Suku Batak. Marsisarian memiliki makna saling menghargai,
mengerti dan saling membantu. Dengan adanya nilai ini seseorang harus menghormati dan menghargai antar sesama.
Lebih baiknya lagi nilai ini dapat mencegah konflik yang terjadi dalam masyarakat.

Suku di Indonesia

6. Kekerabatan

Nilai kekerabatan merupakan nilai budaya yang paling utama pada masyarakat Suku Batak. Nilai ini menjunjung
tinggi prinsip adatnya yaitu Dalihan Na Tolu. Hal ini dapat terlihat hubungan kekerabatan yang baik antar sesama sub-
suku.

Hubungan kekerabatan diwujudkan dengan tutur kata yang baik, pertalian perkawinan, dan martarombo. Martarombo
sendiri berarti bertutur dan mencari-cari saudara. Biasanya hal ini dilakukan pada suku batak yang merantau.
Umumnya mereka mencari-cari hubungan pertalian sesama marganya.

Anda mungkin juga menyukai