Anda di halaman 1dari 22

Etnologi Suku Sasak (NTB)

Dosen : Hamdi, S. Sos

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1. Sarah Ayundiani (1724090070)


2. Deprily Sisi Soeprijadi (1724090146)
3. Yustika Widhanti (1724090147)

Fakultas Psikologi

Universitas Persada Indonesia YAI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia, sebagai sebuah bangsa, terbentuk dari aneka kultur dan struktur social
yang berbeda-beda. Berbeda dengan Jepang ataupun Korea, Indonesia memiliki kultur yang
tidak homogen. Bahkan, untuk wilayah Papua saja terdapat kurang lebih 132 suku bangsa dan
bahasa yang berlainan. Itu belum lagi sistem sosial dan budaya yang terdapat di pulau-pulau
Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan lainnya.

Indonesia merupakan sebuah ide yang dibentuk oleh para founding fathers guna
mempersatukan wilayah-wilayah nusantara ke dalam ikatan nasional yang lebih besar secara
politik. Tatkala seseorang mempelajari budaya Sekaten di Keraton Yogyakarta, dapat saja
dikatakan bahwa ia tengah mempelajari budaya Indonesia. Atau, dikala seorang peneliti
mempelajari budaya pemeliharaan tanaman hutan pada Suku Kubu di Jambi, ia juga dikatakan
tengah mempelajari budaya Indonesia. Yogyakarta dan Jambi merupakan dua wilayah yang
terikat ke dalam sebuah nasional yang bernama Indonesia.

Begitu juga ketika sesorang mengkaji suku sasak di pulau Lombok, itu juga termasuk
telah mempelajari budaya Indonesia, karena Lombok merupakan salah satu pulau berpenghuni
yang berada dalam lingkaran ribuan gugusan kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penyusun dapat merumuskan beberapa rumusan masalah yang
berkenaan dengan hal tersebut, diantaranya adalah:

 Dimana suku sasak itu berada?


 Bagaimana system soial masyarakat suku sasak?
 Bagaimana kebudayaan suku sasak tumbuh dan berkembang?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan makalah ini, diantaranya adalah:

 Untuk mengetahui tempat keberadaan suku sasak.


 Untuk mengetahui dan memahami suku sasak.
 Untuk mengetahui dan memahami system sosial masyarakat suku sasak.
 Untuk mengetahui dan memahai perkembangan dan pertumbuhan kebudayaan suku
sasak.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang suku
sasak,kebudayaan suku sasak dan juga perkembangan dan pertumbuhan suku sasak serta
kehidupan sehari-hari masayarakat suku sasak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SUKU SASAK (PULAU LOMBOK)

Suku Sasak adalah sukubangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan bahasa
Sasak. Sebagian besar suku Sasak beragama Islam, uniknya pada sebagian kecil masyarakat
suku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya
yakni Islam Wetu Telu, namun hanya berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktik ibadah
seperti itu. Ada pula sedikit warga suku Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang
disebut dengan nama "Sasak Boda".

Kata Sasak berasal dari kata sak sak, artinya satu satu. Kata sak juga dipakai oleh
sebagian suku Dayak di pulau Kalimantan untuk mengatakan satu. Orang Sasak terkenal pintar
membuat kain dengan cara menenun, dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa dan siap
berumah tangga jika sudah pandai menenun. Menenun dalam bahasa orang Sasak adalah Sèsèk.
Kata sèsèk berasal dari kata sesak,sesek atau saksak. Sèsèk dilakukan dengan cara memasukkan
benang satu persatu(sak sak), kemudian benang disesakkan atau dirapatkan hingga sesak dan
padat untuk menjadi bentuk kain dengan cara memukul mukulkan alat tenun. Uniknya suara
yang terdengar ketika memukul mukul alat tenun itupun terdengar seperti suara sak sak dan
hanya dilakukan dua kali saja. Itulah asal kata sasak yang kemudian diambil sebagai nama suku
dipulau Lombok. Orang suku Sasak yang mula mula mendiami pulau Lombok menggunakan
bahasa Sasak sebagai bahasa sehari hari. Bahasa Sasak sangat dekat dengan bahasa suku
Samawa, Bima dan bahkan Sulawesi, terutama Sulawesi Tenggara yang berbahasa Tolaki.

Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok selama berabad-abad, Mereka telah
menghuni wilayahnya sejak 4.000 Sebelum Masehi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari
Jawa. Ada juga yang menyatakan leluhur orang

Pulau Lombok merupakan kampung halaman Suku Sasak, terletak di sebelah timur
Pulau Bali, dipisahkan oleh Selat Lombok. Di sebelah barat Pulau ini berbatasan dengan

3
Selat Atas yang memisahkan pulau ini dengan Pulau Sumbawa. Luas wilayah pulau yang
termasuk ke dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat ini kurang lebih 5435 km 2.

Pulau Lombok secara administratif terdiri dari lima Kabupaten dan Kota yakni
Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur,
Kabupaten Lombok Tengah, dan Kota Mataram. Kurang lebih ada sekitar 3 juta jiwa yang
mendiami pulau lombok, 80% di antaranya adalah Suku Sasak.

Menurut Goris S., “Sasak” secara etimologi, berasal dari kata “sah” yang berarti
“pergi” dan “shaka” yang berarti “leluhur”. Dengan begitu Goris menyimpulkan
bahwa sasak memiliki arti “pergi ke tanah leluhur”. Dari pengertian inilah diduga bahwa
leluhur orang Sasak itu adalah orang Jawa.

Etimologi: (Linguistik); cabang dari ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul serta
perubahan kata dalam bentuk dan makna.

Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang Sasak disebut
sebagai “Jejawan”, merupakan aksara yang berasal dari tanah Jawa, pada
perkembangannya, aksara ini diresepsi dengan baik oleh para pujangga yang telah
melahirkan tradisi kesusasteraan Sasak.

Pendapat lain menyoal etimologi Sasak beranggapan bahwa kata itu berasal dari
kata sak-sak yang dalam bahasa sasak berarti sampan. Pengertian ini dihubungkan dengan
kedatangan nenek moyang orang Sasak dengan menggunakan sampan dari arah barat.
Sumber lain yang sering dihubungkan dengan etimologi Sasak adalah kitab
Nagarakertagama yang memuat catatan kekuasaan Majapahit abad ke-14, ditulis oleh Mpu
Prapanca.

Dalam kitab Nagarakertagama terdapat ungkapan “lombok sasak mirah adi” yang kurang
lebih dapat diartikan sebagai “kejujuran adalah permata yang utama”. Pemaknaan ini
merujuk kepada kata sasak (sa-sak) yang diartikan sebagai satu atau utama; Lombok
(Lomboq) dari bahasa kawi yang dapat diartikan sebagai jujur atau lurus; mirah diartikan
sebagai permata dan adi bermakna baik.

4
B. Sejarah, Pengaruh, dan Kekuasaan

Sejarah Lombok sepertinya tidak dapat dipisahkan dari silih bergantinya kekuasaan dan
peperangan pada masa itu. Baik itu peperangan antar kerajaan di Lombok sendiri, maupun
peperangan yang ditimbulkan oleh perluasan kekuasaan dari wilayah lain.
Konon, pada masa pemerintahan Raja Rakai Pikatan di Medang (Mataram Kuno), telah
banyak pendatang dari Pulau Jawa ke Pulau Lombok. Banyak diantara mereka kemudian
melakukan pernikahan dengan warga setempat sehingga keturunan-keturunan selanjutnya
dikenal sebagai suku sasak.

Selanjutnya, dalam catatan sejarah abad ke-14-15 Masehi, Pulau Lombok ini kemudian
berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit. Bahkan kabarnya Maha Patih
Gajah Mada sendiri yang waktu itu datang ke Pulau Lombok untuk menundukan beberapa
kerajaan yang ada di Pulau itu. Melemahnya pengaruh Majapahit membuka jalan bagi
perkembangan Islam ke daerah Lombok. Islam mungkin sudah sampai di Pulau lombok
jauh sebelumnya, tapi penyebaran yang signifikan muncul karena bantuan para wali beserta
kekuasaan Islam di tanah Jawa dan wilayah Makassar.

Selama kurun waktu abad ke-16-17 Islam bahkan telah berhasil menguasai Kerajaan
Selaparang, salah satu kerajaan yang cukup kuat di Pulau Lombok. Islam kemudian
menyebar di Lombok, meski masih tetap tercampur dengan kebudayaan lokal. Kerajaan
Bali yang selalu berusaha menjadikan wilayah Lombok menjadi kekuasaannya, berhasil
menduduki Lombok Barat sekitar akhir abad ke-I7 Masehi, kemudian melebarkan
kekuasaannya terhadap hampir seluruh wilayah Lombok setelah berhasil menaklukan
Selaprang dan memukul mundur pengaruh Makassar.

Belanda yang saat itu telah menguasai Sumbawa dibukakan jalan oleh bangsawan Sasak
untuk berkuasa di Lombok. Konon Kabarnya para bangsawan sasak meminta campur
tangan dari militer Belanda agar memerangi dinasti Bali di Lombok. Ketika akhirnya
Belanda berhasil mengambil penguasaan Lombok dari Kerajaan Bali, alih-alih
mengembalikan Lombok kepada para bangsawan Sasak, mereka justru menjadi penjajah
baru di wilayah itu. Menurut Kraan (1976) menyebutkan bahwa Belanda telah berhasil
mengambil wilayah yang sebelumnya berada di bawah Kerajaan Bali, dan memberlakukan
pajak yang sangat tinggi pada penduduknya.

5
Antara Jawa-Bali-Lombok memang mempunyai beberapa kesamaan budaya, selain karena
faktor perluasan kekuasaan kerajaan-kerajaan yang silih berganti, kedekatan wilayah yang
memungkinkan penduduknya dengan mudah berpindah dan terjadi akulturasi budayanya.

C. Bahasa Orang Sasak

Bahasa Sasak, terutama yang berkenaan dengan sistem aksaranya, memiliki kedekatan
dengan sistem aksara Jawa-Bali, sama-sama menggunakan aksara Ha-Na-Ca-Ra-Ka.
Kendati demikian, secara pelafalan, bahasa Sasak ternyata lebih memiliki kedekatan
dengan bahasa Bali.

Etnologi: Cabang dari antropologi, yang mempelajari berbagai suku bangsa beserta aspek
kebudayaannya, dan hubungan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Etnis: Suku
bangsa. Etnolog: Adalah orang yang ahli etnologi.

Menurut penelitian para etnolog yang mengumpulkan hampir semua bahasa di dunia,
menggolongkan bahasa Sasak kedalam rumbun bahasa Austronesia Malayu-Polinesian,
Juga ada kesamaan ciri dengan rumpun bahasa Sunda-Sulawesi, dan Bali-Sasak.

Di seluruh Lombok sendiri bahasa sasak dapat dijumpai dalam beberapa dialek, yaitu :

 Dialek Sasak Pejanggi


 Dialek Sasak Selaparang
 Dialek Sasak Bayan
 Dialek Sasak Tanjong
 Dialek Sasak Pujut
 Dialek Sasak Sembalun
 Dialek Sasak Tebango
 Dialek Sasak Pangantap

Bahasa sasak juga mengenal tingkatan bahasa, yaitu : halus dalem, halus biasa, dan halus
kasar (bahasa pasar). Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di
Lombok (sebagian besar berasal dari Kerajaan Karangasem), dibeberapa tempat terutama di
Lombok Barat dan Kotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan
Bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.

6
Bahasa Sasak yang digunakan di Lombok secara dialek dan lingkup kosakatanya
dapat digolongkan kedalam beberapa bahasa sesuai dengan wilayah penuturnya; Mriak-
Mriku (Lombok Selatan), Meno-Menedan Ngeno-Ngene (Lombok Tengah),Ngeto-
Ngete (Lombok Tenggara), danKuto-Kute (Lombok Utara).

D. Struktur dan Sistem Masyarakat Sasak

 Sistem Mata Pencaharian Suku Sasak

Mata pencaharian utama Orang Sasak adalah bercocok tanam di ladang (lendang) atau di sawah
(subak). Ada juga yang menggantungkan hidup pada kegiatan berburu rusa, babi, dan binatang
hutan lain; mencari umbi-umbian, menangkap ikan; mata pencaharian lain adalah membuat barang
anyaman, ukiran logam, kain tenun, barang-barang dari rotan, tanah liat dan sebagainya.

 Sistem & struktur Masyarakat Sasak

Suku Sasak pada masa lalu secara sosial-politik, digolongkan dalam dua tingkatan
sosial utama, yaitu golongan bangsawan yang disebut perwangsadan bangsa Ama atau jajar
karangsebagai golongan masyarakat kebanyakan.

Golongan perwangsa ini terbagi lagi atas dua tingkatan, yaitu bangsawan tingi (perwangsa)
sebagai penguasa dan bangsawan rendahan (triwangsa). Bangsawan penguasa (perwangsa)
umumnya menggunakan gelar datu. Selain itu mereka juga disebut Raden untuk kaum laki-
laki dan Denda untuk perempuan.

Seorang Raden jika menjadi penguasa maka berhak memakai gelar datu. Perubahan
gelar dan pengangkatan seorang bangsawan penguasa itu umumnya dilakukan melalui
serangkaian upacara kerajaan. Bangsawan rendahan (triwangsa) biasanya menggunakan
gelar lalu untuk para lelakinya dan baiq untuk kaum perempuan. Tingkatan terakhir
disebut jajar karang atau masyarakat biasa.Panggilan untuk kaum laki-laki di masyarakat
umum ini adalah loq dan untuk perempuan adalah le.

Golongan bangsawan baik perwangsadan triwangsa disebut sebagai permenak.


Para permenak ini biasanya menguasai sejumlah sumber daya dan juga tanah. Ketika
Kerajaan Bali dinasti Karangasem berkuasa di Pulau Lombok, mereka yang
disebutpermenak kehilangan haknya dan hanya menduduki jabatan pembekel(pejabat
pembantu kerajaan). Masyarakat Sasak sangat menghormati golongan permenak baik
berdasarkan ikatan tradisi dan atau berdasarkan ikatan kerajaan. Di sejumlah desa, seperti

7
wilayah Praya dan Sakra, terdapat hak tanah perdikan (wilayah pemberian kerajaan yang
bebas dari kewajiban pajak).

Setiap penduduk mempunyai kewajiban apati getih, yaitu kewajiban untuk membela
wilayahnya dan ikut serta dalam peperangan. Kepada mereka yang berjasa, Kerajaan akan
memberikan beberapa imbalan, salah satunya adalah dijadikan wilayah perdikan.
Landasan sistem sosial masyarakat dalam kehidupan suku Sasak umumnya mengikuti garis
keturunan dari pihak laki-laki (patrilineal). Akan tetapi, dalam beberapa kasus hubungan
masyarakatnnya terkesan bilateral atau parental (garis keturunan diperhitungkan dari kedua
belah pihak; ayah dan ibu).

Pola kekerabatan yang dalam tradisi suku sasak disebut Wiring Kadang ini mengatur
hak dan kewajiban anggota masyarakatnya. Unsur-unsur kekerabatan ini meliputi Kakek,
Ayah, Paman (saudara laki-laki ayah), Sepupu (anak lelaki saudara lelaki ayah), dan anak-
anak mereka.

Wiring Kadang juga mengatur tanggung jawab mereka terhadap masalah-masalah


keluarga; pernikahan, masalah warisan dan hak-kewajiban mereka. Harta warisan
disebut pustaka dapat berbentuk tanah, rumah, dan juga benda-benda lainnya yang
merupakan peninggalan leluhur. Orang-orang Bali memiliki pola kekerabatan yang hampir
sama disebutpurusa dengan harta waris yang disebut pusaka.

E. Kepercayaan Masayarakat Sasak

Boda adalah nama dari kepercayaan asli Suku Sasak, beberapa menyebutnya Sasak
Boda. Walapun ada kesamaan pelafalan dengan Buddha,Boda tidak memiliki kesamaan dan
hubungan dengan Buddhisme. Orang Sasak yang menganut kepercayaan Boda tidak
mengenal dan mengakui Sidharta Gautama (Sang Buddha) sebagai figur utama.
AgamaBoda orang Sasak ini justru ditandai dengan penyembahan roh-roh leluhur mereka
sendiri dan juga percaya terhadap berbagai.

Kerajaan Majapahit masuk ke Lombok dan membawa serta budayanya. Hindu-Buddha


Majapahit pun kemudian dikenal oleh Suku Sasak. Di akhir abad ke 16 hingga abad ke 17
awal perkembangan agama Islam menyentuh pulau Lombok. Salah satunya karena peran

8
Sunan Giri. Setelah perkembangan Islam, kepercayaan Suku Sasak sebagian berubah dari
Hindu menjadi penganut Islam.

Berdasarkan sistem kepercayaan Suku Sasak pada masa-masa selanjutnya, kemudian


dapat diklasifikasikan tiga kelompok utama; Boda, Wetu Telu, dan Islam (Wetu Lima).
Penganut Boda sebagai komunitas kecil yang berdiam di wilayah pegunungan utara dan di
lembah-lembah pegunungan Lombok bagian selatan. Kelompok Boda ini konon adalah
orang-orang Sasak yang dari segi kesukuan, budaya, dan bahasa menganut kepercayaan
asli. Mereka menyingkir ke daerah pegunungan melepaskan diri dari islamisasi di Lombok.
Sedangkan Agama Wetu telu awalnya memiliki ciri sama dengan Hindu-Bali dan Kejawen.
Di antara unsur-unsur umum, peran leluhur begitu menonjol. Hal itu didasarkan pada
pandangan yang berakar pada kepercayaan tentang kehidupan senantiasa mengalir.

“Masjid Suku Sasak” Gambar oleh Wacana Nusantara

Pada perkembangannya Wetu telujustru lebih dekat dengan Islam. Konon, sekarang
hampir semua desa suku Sasak sudah menganut Agama Islam lima waktu dan
meninggalkan Wetu telu sepenuhnya. Sementara sinkretisme Islam-Wetu telu kini
berkembang terbatas di beberapa bagian utara dan selatan Pulau Lombok. Meliputi Bayan,
dataran tinggi Sembalun, Suranadi di Lombok Timur, Pujut di Lombok Tengah, dan
Tanjung di Lombok Barat.
Istilah Islam-Wetu Telu diberikan karena penganut kepercayaan ini beribadah tiga kali di
bulan puasa, yaitu waktu Magrib, Isya, dan waktu Subuh. Di luar bulan puasa, mereka
hanya satu hari dalam seminggu melakukan ibadah, yaitu pada hari Kamis dan atau Jumat,
meliputi waktu Asar. Untuk urusan ibadah lainnya biasanya dilakukan oleh pemimpin
agama mereka; para kiai dan penghulu. Para penganut Islam-Wetu telumembangun Masjid

9
(tempat ibadah) mereka dengan gaya arsitektur khas Suku Sasak; dari kayu dan bambu,
dengan bagian atapnya terbuat dari jenis alang-alang atau sirap dari bambu.
Dengan denah berbentuk persegi empat dan bagian atap seperti piramid bertumpang yang
disangga dengan tiang-tiang, beberapa ahli menilai arsitektur masjid ini mirip dengan
Arsitektur masjid lama di Ternate dan Tidore.

F. Tata Ruang dan Arsitektur Suku Sasak

Rumah-rumah suku Sasak berbeda dengan arsitektur Bali pada umumnya. Di dataran,
perkampungan suku Sasak cenderung luas dan melintang. Desa-desa Suku Sasak di wilayah
pegunungan tertata rapi mengikuti perencanaan yang pasti.

Di Lombok bagian utara, biasanya perkampungan Suku Sasak terdapat dua baris
rumah tipe bale, dengan sederet lumbung padinya di satu sisi yang lain. Bangunan lain yang
menjadi ciri khas perkampungan orang Sasak adalah rumah besar (bale bele). Di antara
deretan rumah-rumah itu dibangun balai yang bersisi terbuka (beruga) sebagai tempat
pertemuan. Balai terbuka menyediakan panggung untuk kegiatan sehari-hari dalam fungsi
hubungan sosial masyarakat. Balai ini juga digunakan untuk urusan keagamaan misalnya
upacara penghormatan jenazah sebelum dikuburkan. Sementara makam leluhur yang terdiri
dari rumah-rumah kayu dan bambu kecil dibangun di wilayah bagian atas dari
perkampungan.

“Lumbung Padi Suku Sasak”. Gambar oleh Wacana Nusantara

Sedikitnya ada empat jenis dasar lumbung dengan ukuran yang berbeda-beda.
Semua lumbung, kecuali jenis lumbung padi yang berukuran kecil, memiliki panggung
di bawah. Di desa-desa Lombok bagian selatan, panggung yang berada di bagian bawah
lumbung padi berperan sebagai balai. Di Lombok bagian utara, tidak semua desa memiliki

10
lumbung padi. Lumbung padi menjadi ciri khas yang sangat menarik dalam arsitektur suku
Sasak. Bangunan Lumbung itu didirikan pada tiang-tiang dengan cara dan ciri khas yang
mirip bangunan-bangunan Austronesia.

Bangunan ini memiliki atap berbentuk “topi” yang ditutup ilalang. Empat tiang
besar menyangga tiang-tiang melintang di bagian atas tempat kerangka utama dibangun.
Bagian atas penopang kayu kemudian menguatkan rangka-rangka bambunya yang semua
bagiannya ditutupi ilalang. Satu-satunya yang dibiarkan terbuka adalah sebuah lubang
persegi kecil yang terletak tinggi di bagian ujung berfungsi untuk menaruh padi hasil
panen. Untuk mencegah hewan pengerat masuk. Piringan kayu besar yang mereka
sebut jelepreng, disusun di bagian atas puncak tiang dasarnya.

Rumah tradisional Suku Sasak berdenah persegi, tidak berjendela dan hanya
memiliki satu pintu dengan pintu ganda yang telah diukir halus. Di bagian dalam, tidak
terdapat tiang-tiang penyangga atap. Bubungan atapnya curam, terbuat dari jerami yang
memiliki ketebalan kurang lebih 15 centimeter. Atap itu sengaja dibiarkan menganjur ke
bagian dinding dasar yang hampir menutupi bagian dinding. Dinding terdiri dari dua
bagian, bagian tengah yang menyatu dengan atap dibuat dari bambu, bagian bawah dibuat
dari campuran lumpur, dan jerami yang permukaannya telah dipelitur halu

“Rumah Adat Suku Sasak”. Gambar oleh

11
Rumah digunakan terutama untuk tempat tidur dan memasak. Masyarakat Sasak
jarang menghabiskan waktu di dalam rumah sepanjang hari. Di sisi sebelah kiri dibagi
untuk tempat tidur anggota keluarga, juga terdapat rak di langit-langitnya untuk menyimpan
pusaka dan benda berharga. Anak laki-laki tidur di panggung bawah bagian luar; anak
perempuan tidur di atas bagian dalam panggung. Untuk kegiatan memasak, bagian dalam
rumah berisi tungku yang berada di sisi sebelah kanan yang dilengkapi rak-rak untuk
menyimpan dan mengeringkan jagung. Kayu bakar disimpan di belakang rumah, kadang
juga disimpan di bawah panggung.

G. Tradisi dan Seni

Dari sejarahnya yang panjang, Suku Sasak bisa saja diidentifikasikan sebagai
budaya yang banyak mendapat pengaruh dari Jawa dan Bali. Pun sejarah mencatatnya
demikian, kenyataannya kebudayaan Suku Sasak memiliki corak dan ciri budaya yang
khas, asli dan sangat mapan hingga berbeda dengan budaya suku-suku lainnya di
Nusantara.

Kini, Sasak bahkan dikenal bukan hanya sebagai kelompok masyarakat tapi juga
merupakan entitas budaya yang melambangkan kekayaan tradisi Bangsa Indonesia di mata
dunia.

Berikut beberapa seni dan tradisi yang cukup terkenal dari suku Sasak:

 Bau Nyale. Nyale adalah sejenis binatang laut, termasuk jenis cacing (anelida) yang
berkembang biak dengan bertelur. Dalam alam kepercaan Suku Sasak, Nyale bukan sekedar
binatang, beberapa legenda dari Suku ini yang menceritakan tentang putri yang menjelma
menjadiNyale. Lainnya menyatakan bahwa Nyale adalah binatang anugerah, bahkan
keberadaannya dihubungkan dengan kesuburan dan keselamatan. Ritual Bau
Nyale atau menangkap nyale digelar setahun sekali. Biasanya pada tanggal 19 atau 20 pada
bulan ke-10 atau ke-11 menurut perhitungan tahun suku Sasak, kurang lebih berkisar antara
bulan Februari atau Maret.

 Rebo Bontong. Suku Sasak percaya bahwa hari Rebo Bontong merupakan hari puncak
terjadi bencana dan atau penyakit (Bala) sehingga bagi mereka sesuatu yang tabu jika
memulai pekerjaan tepat pada hari Rebo Bontong. Kata Rebo dan juga Bontongkurang lebih

12
artinya “putus” atau “pemutus”. Upacara Rebo Bontong dimaksudkan untuk dapat
menghindari bencana atau penyakit. Upacara ini digelar setahun sekali yaitu pada hari Rabu
di minggu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriah.

 Bebubus Batu. Dari kata “bubus”, yaitu sejenis ramuan obat berbahan dasar beras yang
dicampur berbagai jenis tanaman, dan dari kata batu yang merujuk kepada batu tempat
melaksanakan upacara. Bebubus Batu adalah upacara yang digelar untuk meminta berkah
kepada sang Kuasa. Upacara ini dilaksanakan tiap tahun, dipimpin oleh Penghulu
(pemangku adat) dan Kiai (ahli agama). Masyarakat ramai-ramai mengenakan pakaian adat
serta membawa dulang,sesajen dari hasil bumi.

 Sabuk Beleq Merujuk kepada sebuahpustaka sabuk yang besar (Beleq) bahkan panjangnya
mencapai 25 meter, masyarakat Lombok khususnya mereka yang berada di wilayah Lenek
Daya akan menggelar upacara pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah.

Tradisi pengeluaran Sabuk Bleeq ini mereka awali dengan mengusung Sabuk
Beleq mengelilingi kampung diiringi dengan tetabuhan gendang beleq. Ritual upacara
kemudian dilanjutkan dengan menggelar praja mulud hingga diakhiri dengan memberi
makan berbagai jenis makhluk. Upacara ini dilakukan untuk mempererat ikatan
persaudaraan, persatuan dan gotong royong antar masyarakat, serta cinta kasih di antara
makhluk Tuhan.

 Lomba Memaos. Memaos kurang lebih artinya membaca dan orang yang membaca di
sebut pepaos. Lomba memaos adalah lomba untuk membaca lontar yang menceritakan
hikayat dari leluhur mereka. Tujuan lomba pembacaan cerita ini adalah agar generasi
selanjutnya dapat mengetahui kebudayaan dan sejarah masa lalu. Selain itu, Lomba ini juga
dapat berfungsi sebagai regenerasi nilai-nilai sosia, budaya, dan tradisi pada generasi
penerus. Satu kelompokpepaos biasanya terdiri dari 3-4 orang; pembaca, pejangga, dan
pendukungvokal.

 Tandang Mendet. Tandang Mendetadalah tarian perang Suku Sasak. Konon Tarian ini
telah ada sejak zaman Kerajaan Selaparang. Tarian yang menggambarkan keperkasaan dan
perjuangan ini dimainkan oleh belasan orang dengan berpakaian dan membawa alat-alat
keprajuritan lenggap; kelewang (pedang), tameng, tombak. Tarian diiringi dengan
hentakan gendang beleq serta pembacaan syair-syair perjuangan.

13
 Peresean. Kadang ada yang menulisnya Periseian dan atau Presean adalah seni bela diri
yang dulu digunakan oleh lingkungan kerajaan.Peresean awalnya adalah latihan pedang
dan perisai bagi seorang prajurit. Pada perkembangannya, latihan ini menjadi pertunjukan
rakyat untuk menguji ketangkasan dan “keberanian”.

“Tarung Peresean Tempo Doeloe”.

Senjata yang digunakan adalah sebilah rotan yang dilapisi pecahan kaca. Dan untuk
menangkis serangan, pepadu(pemain) biasanya membawa sebuah perisai (ende) yan terbuat
dari kayu berlapis kulit lembu atau kerbau. Setiap pepadu memakai ikat kepala dan
mengenakan kain panjang. Festival peresean diadakan setiap tahun terutama di Kabupaten
Lombok Timur yang akan diikuti oleh pepadu dari seluruh Pulau Lombok.

 Begasingan. Permainan rakyat yang mempunyai unsur seni dan olahraga, bahkan termasuk
permainan tradisional yang tergolong tua di masyarakat Sasak. Permainan tradisional ini
juga dikenal di beberapa wilayah lain di Indonesia. Hanya saja, Gasing orang sasak ini
berbeda baik bentuk maupun aturan permainannya. Gasing besar, mereka
namai pemantok, digunakan untuk menghantam gasing pengorong ataupelepas yang
ukurannya lebih kecil.
Begasingan berasal dari kata gang yang artinya “lokasi”, dan dari kata sing artinya “suara”.
Permainan tradisional ini tak mengenal umur dan tempat, bisa siapa saja, bisa di mana saja.

 Alat Musik Suku Sasak

14
 Slober. Alat musik tradisional Lombok yang cukup tua, unik, dan bersahaja. Slober
dibuat dari pelepah enau dan ketika dimainkan alat musik ini biasanya didukung dengan
alat musik lainnya seperti gendang, gambus, seruling, dll. Kesenian yang masih dapat
anda saksikan hingga saat ini, sangat asyik jika dimainkan ketika malam bulan purnama.

 Gendang Beleq. Satu dari kesenian Lombok yang mendunia. Gendang Beleqmerupakan
pertunjukan dengan alat perkusi gendang berukuran besar (Beleq) sebagai ensembel
utamanya. Komposisi musiknya dapat dimainkan dengan posisi duduk, berdiri, dan
berjalan untuk mengarak iring-iringan.

Ada dua jenis gendang beleq yang berfungsi sebagai pembawa dinamika yaitu gendang
laki-laki atau gendang mama dan gendang nina atau gendang perempuan).
Sebagai pembawa melodi adalah gendang kodeq atau gendang kecil. Sedangkan sebagai
alat ritmis adalah dua buah reog, 6-8 buah perembak kodeq, sebuah petuk, sebuah gong
besar, sebuah gong penyentak , sebuah gong oncer, dan dua buah lelontek.
Menurut cerita, gendang beleq dahulu dimainkan bila ada pesta-pesta yang diselenggarakan
oleh pihak kerajaan. Bila terjadi perang gendang ini berfungsi sebagai penyemangat prajurit
yang ikut berperang.

15
 Senjata Tradisional Suku Sasak
 Keris

Keris Lombok secara umum berukuran besar dan panjang, yakni antara 58 cm sampai 71
cm. Sedangkan keris Sumbawa berukuran besar dan pendek, yakni antara 34 cm hingga
51 cm. Sementara itu keris Jawa berukuran sedang, antara 49 cm sampai 51 cm.

Walaupun terdapat perbedaan dari segi ukuran, diperkirakan Lombok tidak memiliki
mpu pembuat keris, melainkan sebatas sebagai perajin. Dalam berbagai cerita
dikemukakan, seorang mpu yang membuat keris secara tradisional kadang tidak
merasakan bara api yang ada di tangannya. Bahkan konon pembuatan keris dilakukan
dengan menggunakan tangannya.
 Tulup

Tulup adalah salah satu senjata tradisional berburu Suku Sasak, Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Tulup terbuat dari kayu meranti yang dilubangi, berpeluru potongan-
potongan seperti lidi dari pelepah pohon enau yang berbentuk seperti mata panah
yang disebut ancar. Mata ancar biasanya diolesi racun dari getah pohon tatar.

 Kelewang

16
Klewang adalah pedang khas tentara khusus kerajaan Lombok. Kisaran tahun
penciptaan berkisar rentang 1700 – 1800 Masehi. Sebagaimana diungkap dalam buku
“Keris Lombok” karangan Bapak Ir. Lalu Djelenga. Masyarakat umum di Lombok
lebih sering menyebut Klewang. Julukan yang hampir sama bagi semua jenis pedang.
Pasukan tentara kerap menyandang di bagian tubuh-punggung belakang. Bentuk bilah
besi terhunus dengan lengkungan khas. Ujung mata pedang meruncing pada sisi bilah
bagian yang tajam. Pamor pada pangkal bilah sangat kontras dengan tera motif yang
kian tampil cantik. Terutama pada bagian tengah bilah hingga ujung. Rentang panjang
bilah capai 50 cm.

Warangka terbuat dari kayu hitam. Tidak lazim seperti umumnya bahan warangka
keris khas Lombok, bersanding kayu Berora Pelet. Sedikit memberi kesan tegas dan
garang. Namun masih bernuansa estetis dengan tambahan asesoris, segmen bungkus
lempeng perak dan kuningan. Ukiran motif minimalis hanya terdapat pada bagian
hulu warangka.
 Golok

Pisau besar atau golok ini merupakan salah satu senjata tradisional suku Sasak yang
berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gagang golok terbuat dari tanduk ukir
berbentuk seekor singa utuh dengan kecermatan ukiran yang mengagumkan. Semacam
mendak perak melingkar dintara gagang golok dan bilahnya. Sarung golok terbuat dari
kayu berukir motif tradisional setempat. Sekilas tempak terlihat kemiripan pola ukiran
dengan ukiran tradisional Bali. Bilah golok ditempa dari baja putih tanpa pamor yang
cukup tebal. Golok tradisional Lombok buatan lama yang dibuat khusus untuk kalangan
tertentu (bukan suvernir).

17
 Pakaian Adat Suku Sasak

Pakaian adat Lambung untuk Wanita


Pakaian adat lambung adalah pakaian adat NTB yang digunakan khusus untuk
wanita saat menyambut tamu dan dalam upacara adat mendakin atau nyongkol.
Pakaian ini berupa baju hitam dengan kerah bentuk huruf “V”, tidak berlengan, dan
berhias manik-manik di tepi jahitan. Pakaian yang dibuat dari bahan kain pelung ini
digunakan bersama selendang bercorak ragi genep di bahu kanan atau kiri
pemakainya. Selendang tersebut dibuat dari bahan kain songket khas suku sasak.
Untuk bawahannya, digunakan kain panjang yang dibalut ke pinggang. Kain
tersebut diberi motif bordir kotak atau segitiga di bagian tepinya. Untuk menguatkan
balutan kain, digunakan sebuah sabuk anteng atau ikat pinggang berupa kain yang
ujungnya sengaja dijuntaikan di pinggang kiri. Penggunaan pakaian adat lambung
bagi perempuan umumnya akan dilengkapi dengan beragam aksesoris di antaranya
sepasang gelang tangan dan gelang kaki dari bahan perak, anting-anting berbentuk
bulat yang terbuat dari daun lontar (sowang), dan bunga cempaka atau mawar yang
diselipkan di sanggulan rambut yang bermodel punjung pliset.

Pakaian adat Pegon untuk Pria

Berbeda dengan baju lambung, baju pegon khusus dikenakan oleh para pria.
Baju ini dipercaya merupakan hasil adaptasi kebudayaan Eropa dan Jawa yang
terbawa ke NTB di masa silam. Bentuknya berupa jas hitam sama seperti jas biasa.
Sementara untuk bawahannya, digunakan wiron atau cute yaitu bati bermotif nangka
dari bahan kain pelung hitam. Selain pegon dan wiron, ada beberapa aksesoris lain
yang digunakan untuk melengkapi keindahan pakaian adat NTB untuk para pria Sasak

18
ini. Aksesoris tersebut antara lain ikat kepala bernama capuq yang bentuknya mirip
udeng khas bali, ikat pinggang bernama leang yang berupa kain songket bersulam
benang emas, dan keris yang diselipkan di samping atau di belakang ikat pinggan.
Selain itu, khusus untuk para pemangku adat dikenakan juga selendang umbak
berwarna putih, merah, hitam yang panjangnya sekira 4 meter.

H. Sistem Kekerabatan

Suku sasak yang mendiami gumi Selaparang ini menggunakan bahasa daerah Sasak.
Pada umumnya bahasa daerah Sasak tersebut dibagi dua yaitu bahasa alus dan bahasa jamaq.
Bahasa alus digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua dan dengan golongan
bangsawan sasak sedangkan bahasa jamaq digunakan dalam pergaulan

Sistem kekerabatan suku sasak terdiri dari:

 Keluarga inti : Terdiri dari seorang ayah ,seorang ibu dan seorang anak
 Keluarga luas : Keluarga ini terdiri ayah, ibu, anak, kakak, adik, paman, bibi, menantu,
mertua, kakek, nenek, sepupu.
 Keluarga Besar

Terdiri dari :

1. Ego

2. Inaq dan Amaq (Orang tua dari Ego)

3. Papuq Nina dan Papuq Mama (Orang tua inaq dan amaq atau papuq dari ego)

4.Baloq ( Orang tua dari Papuq Nina dan Papuq Mama, papuq dari inaq dan amaq,dan
merupakan balok dari Ego )
5.Tata ( Orang tua dari Baloq, Papuq dari Papuq Nina dan Papuq Mama, Baloq dari inaq dan
amaq, dan merupakan Tata dari ego )
6. Toker (Orang tua dari Tata, papuq dari Baloq, Baloq dari Papuq Nina dan Papuq Mama,
Tata dari inaq dan amaq, dan merupakan Toker dari ego )
7. Goneng (Orang tua dari Toker, papuq dari Tata, Baloq dari Baloq, Tata dari Papuq Nina
dan Papuq Mama, Toker dari inaq dan amaq, dan merupakan Goneng dari ego )
8. Kleoq (Orang tua dari Goneng, papuq dari Toker, baloq dari Tata, tata dari Baloq, Toker
dari Papuq Nina dan Papuq Mama, Goneng dari inaq dan amaq, dan merupakan Kleoq dari
ego Atau keluarga besar ini disebut keluarga diluar keluaraga inti.

19
Bab III

Penutup

1. Kesimpulan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang (masyarakat) dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sedangkan,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggarayang
terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari
Sumbawa. samudra indonesaia di sebelah utara dan samudra hindia disebelah seletan. Di
daerah lombok secara umum terdapat 3 Macam lapisan sosial masyarakat, yaitu Golongan
Ningrat, Golongan Pruangse, dan Golongan Bulu Ketujur (Masyarakat Biasa).
Etnis Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak merupakan etnis
utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Pemeluk agama islam yang taat, dengan
bahsa sasak sebagai bahasa utama dalam berkomonikasi kehidupan sehari-hari dan bermata
pencaharian sebagai petani.
Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi perkawinan, yang dikenal dengan
sebutan “Merarik” atau “Selarian”. Budaya Presean atau bertarung dengan rotan salah satu
kekayaan budaya gumi (bumi) gogo rancah (lombok). Berupa pertarungan dua lelaki Sasak
bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras (ende).
Petarung disebut pepadu. Acara tarung presean ini juga diadakan untuk menguji
keberanian/nyali lelaki sasak yang wajib jantan dan heroik saat itu. Awalnya merupakan
sebuah bagian dari upacara adat yang menjadi ritual untuk memohon hujan ketika kemarau
panjang.
2. Saran
Keaekaragaman kebudayaan Indonesia harus bisa menjaga kelestarian seni dan
budayanya. Upaya pelestarian tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Namun, perlu
didukung dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Agar seni dan budaya dapat terjaga
kelestariannya.

20
Daftar Pustaka

1. http://halimahnurfebriani.blogspot.co.id/2012/04/sistem-kekerabatan-suku-sasak-
lobok.html?m=1
2. http://www.wacana.co/2010/07/sejarah-dan-tradisi-suku-sasak/
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sasak
4. http://duniapusakagallerykeris.blogspot.co.id/2015/12/senjata-tradisional-nusa-
tenggara-barat.html
5. http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/pakaian-adat-ntb-nusa-tenggara-
barat.html
6. http://lombokgilis.com/budaya-presean-simbol-kejantanan-taruna-sasak
lombok.html

21

Anda mungkin juga menyukai