Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL SUKU SASAK

GAMMA ANGGARA ADY PRATAMA

204141614111011

RIFANDRO HIMAWAN

204140214111066

D4 DESAIN GRAFIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................................ I

DAFTAR ISI....................................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................2

1.1 Suku Sasak .................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................3

2.1 Sejarah Suku Sasak .................................................................................................................3

2.2 Letak Geografis.......................................................................................................................4

2.3 Budaya ....................................................................................................................................5

2.4 Pakaian Adat ...........................................................................................................................9

2.5 Kain Tenun ..........................................................................................................................12

2.6 Ornamen ...............................................................................................................................13

2.7 Senjata Tradisional ...............................................................................................................14

2.8 Rumah Adat ..........................................................................................................................15

2.9 Aksara ...................................................................................................................................18

BAB III PENUTUP .......................................................................................................................20

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................................20

3.2 Saran ........................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................21

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Suku Sasak

(Gambar 1.1 Suku Sasak)

Suku Sasak merupakan suku yang bertempat tinggal di pulau Lombok. Pulau ini terletak
di sebelah timur Pulau Bali, dipisahkan oleh Selat Lombok. Di sebelah timur, pulau ini berbatasan
dengan Selat Atas yang memisahkan pulau ini dengan Pulau Sumbawa. Luas wilayah pulau yang
termasuk ke dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat ini kurang lebih 5435 km2. Pulau Lombok
secara administratif terdiri dari lima Kabupaten dan Kota yakni Kabupaten Lombok Barat,
Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kota
Mataram. Beberapa penghuni pulau Lombok bagian selatan ingin membentuk kabupaten baru
yaitu Kabupaten Lombok Selatan yang terdiri daerah-daerah bagian selatan pulau Lombok, tetapi
belum mendapat persetujuan dari pemerintah. Kurang lebih terdapat sekitar 3 juta jiwa yang
mendiami pulau lombok, 80% di antaranya adalah Suku Sasak.

Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok selama berabad-abad sebelum Masehi. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli
Lombok dengan para pendatang dari Jawa. Ada juga yang menyatakan leluhur orang sasak adalah
orang Jawa. Tetapi ada juga yang menyatakan suku sasak berasal dari percampuran dengan
pendatang dari Bali karena banyaknya penganut agama hindu di Pulau Lombok, terlihat dari
banyaknya pura di pulau Lombok. Selain itu orang-orang Sasak juga sering menyebut penganut

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Suku Sasak

Kata Sasak berasal dari kata “sak sak” yang artinya “satu satu”. Kaum wanita dari etnis
Sasak dikenal pandai menenun. Mereka telah diajari keahlian menenun sejak usia dini, yaitu
sekitar 9 atau 10 tahun. Perempuan yang pandai menenun akan dikategorikan sebagai wanita
dewasa dan sudah siap menikah. Kegiatan menenun ini disebut sebagai Sèsèk. Kata sèsèk ini
berasal dari kata “sesak” atau “sesek”. Menenun khas suku Sasak dilakukan dengan cara
memasukkan benang satu-persatu yang disebut dengan sak sak. Lalu benang tersebut dirapatkan
hingga sesak dan padat.

Penyebutan nama Sasak pertama kali tercatat dalam Prasasti Pujungan yang ditemukan di
Tabanan, Bali. Prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke-11. Sementara itu, dalam Kitab
Negara Kertagama, kata Sasak menjadi satu dengan Pulau Lombok, yaitu Lombok Sasak Mirah
Adhi.

Pulau Lombok sejatinya adalah kampung halaman dari Suku Sasak. Ini karena penduduk
Sasak sudah menghuni pulau ini selama berabad-abad, yaitu sejak 4.000 sebelum Masehi. Secara
etimologi, banyak anggapan bahwa nama Sasak berasal dari kata "sak-sak" yang artinya satu atau
utama. Hal ini berhubungan dengan kitab Nagarakertagama oleh Mpu Prapanca yang berisi catatan
kekuasaan Majapahit di abad ke-14. Di dalam kitab tersebut, terdapat ungkapan "Lombok Sasak
Mirah Adi" yang diartikan sebagai "kejujuran adalah permata yang utama". Itu sebabnya, banyak
yang meyakini bahwa leluhur dari Suku Sasak adalah orang-orang Jawa.

3
2.2 Letak Geografis

(Gambar 2.1 Letak Geografis Pulau Lombok)

Lombok merupakan salah satu tujuan wisata terdekat dengan Bali, sehingga dikenal
pelancong dari penjuru dunia. Lombok terkenal dengan pantainya yang indah, bahkan lebih indah
dari Bali. Banyak wisatawan asing yang menjadikan Lombok satu paket dengan liburannya ke
Bali. Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang
terpisahkan oleh Laut Jawa di sebelah Utara dan Samudera Hindia di sebelah selatan. Secara
geografis Lombok terletak antara 115o - 119o Bujur Timur dan 8o -9o Lintang Selatan. (Badan
Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat, 2015).
Pulau yang mendapat julukan Pulau Seribu Masjid ini terbagi menjadi 2 wilayah propinsi,
yaitu Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Menurut data resmi
indonesiadata.co.id yang ditulis oleh M Nasharuddin Latief, Propinsi Nusa Tenggara memiliki
total wilayah seluas 67,290.42 km2 dengan masing-masing luas Propinsi Nusa Tenggara Barat
18,572.32 km2 dan Propinsi Nusa Tenggara Timur 48,718.1 km2. Banyak terdapat suku-suku yang
mendiami kepulauan Nusa Tenggara ini, seperti Suku Sasak, Suku Mbojo (Bima), Dompu,
Samawa (Sambawa), Jawa dan Hindu (Bali Lombok) . Akan tetapi paling banyak didominasi oleh
Suku Sasak. Makalah yang kita bahas ini adalah tentang budaya Suku Sasak. Sebagian besar
penduduk Suku Sasak bermata pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian mereka adalah padi
sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan sorgum. Selain bertani,
masyarakat Sasak juga berternak sapi, kerbau dan unggas.

4
2.3 Budaya

a. Tradisi Kawin Lari (Merarik)

Gambar 2.2 Tradisi kawin lari (merarik)

Salah satu adat istiadat yang sampai sekarang ini masih dipegang teguh oleh masyarakat
Sasak adalah kawin lari. Dalam Suku Sasak pernikahan dengan cara kawin lari ini disebut dengan
merari’. Menurut Muhammad Harfin Zuhdi yang dikutip oleh Bustami Saladin dalam tesisnya
“Tradisi Merari’ Suku Sasak di Lombok dalam Perspektif Hukum Islam”, secara etimologis kata
merari’ diambil dari kata “lari”. Merari’ang berarti melai’ang atau dalam bahasa Indonesia disebut
melarikan. Dan oleh sebab itu merari’ dalam istilah Bahasa Indonesia disebut dengan istilah kawin
lari. Secara terminologis, merari’ mengandungdua arti. Pertama, lari atau melarikan. Ini adalah arti
yang sebenarnya.Kedua, keseluruhan pelaksanaan perkawinan menurut adat Sasak.
Sebelum upacara perkawinan dilaksanakan, biasanya masyarakat Suku Sasak menyiapkan
bahan-bahan khusus. Bahan-bahan ini nantinya diserahkan calon mempelai pria kepada calon
mempelai wanita sebagai sanjikrama (hadiah kawin lari). Bahan-bahan tersebut antara lain koin
tembaga cina kuno (biasanya diganti dengan uang rupiah karena semakin sulit didapatkan), uang
tunai, kerbau atau sapi, kain putih, tombak bambu, dan beras benang.

5
b. Peresan

Gambar 2.3 Peresean


Suku Bangsa Sasak memiliki banyak nilai-nilai budaya bangsa yang masih dipertahankan
hingga saat ini. Salah satu budayanya yang merupakan peninggalan nenek moyang Suku Sasak
adalah tradisi peresean. Budaya Peresean ini merupakan sebuah pertarungan, dimana pemainnya
saling pukul dengan menggunakan sebuah tongkat dari rotan sebagai alat pemukul dan sebuah
perisai sebagai pelindung yang oleh masyarakat Sasak biasa disebut ende.
Tradisi peresean berawal saat Pulau Lombok masih berbentuk kerajaan. Peresean menjadi
salah satu cara untuk memilih prajurit disana. Calon prajurit akan diadu ketangkasannya terlebih
dahulu atau melakukan upacara adat dari luapan emosi para prajurit kerajaan setelah mengalahkan
lawan di medan perang
Ada beberapa versi mengenai asal usul tradisi peresean. Versi pertama, menyatakan bahwa
konon peresean berasal dari legenda Ratu Mandalika yang bunuh diri karena melihat dua orang
saling berkelahi hingga mati untuk memperebutkan cintanya. Sedangkan versi yang lainnya lagi
menyatakan bahwa peresean timbul dari pelampiasan emosional para raja Sasak ketika akan dan
atau telah selesai menghadapi peperangan melawan musuh-musuhnya. Peresean juga digunakan
sebagai ajang untuk memupuk rasa keberanian dan ketangguhan seseorang dalam menghadapi
sebuah pertarungan. Darah yang menetes ke bumi dalam pertarungan peresean diyakini oleh
masyarakat Suku Sasak sebagai simbol turunya hujan, sehingga semakin banyak darah yang
menetes karena sabetan rotan, maka semakin lebat pula hujan yang akan turun.Namun seiring
dengan perkembangan zaman, peresean telah berkembang menjadi suatu atraksi budaya sebagai
ajang promosi untuk memikat para wisatawan, baik lokal maupun

6
mancanegara. Selain itu, juga untuk memeriahkan dalam peringatan hari-hari besar
nasional atau daerah.

c. Strata

Gambar 2.4 Pembagian Strata pada Masyarakat Sasak Lombok


Seperti halnya adat istiadat Bali yang mengelompokkan masyarakatnya dengan sistem
kasta/tingkatan sosial, Suku Sasak juga masih pempertahankan adat istiadatnya dengan
pengelompokan lapisan sosial masyarakat. Pengelompokkan lapisan sosial masyarakatnya didasari
dengan tingkat kebangsawannya dan statusnya dalam hal menikah atau belum. Menurut Candra
Karismawan umum di Lombok terdapat 3 Macam lapisan sosial masyarakat, yaitu : Golongan
Ningrat. Sebutan keningratan ini merupakan nama depan dari seseorang dari golongan ini. Nama
depan keningratan ini adalah “lalu” untuk orang-orang ningrat pria yang belum menikah.
Sedangkan apabila merka telah menikah maka nama keningratannya adalah “mamiq”. Untuk wanita
ningrat nama depannya adalah “lale”, bagi mereka yang belum menikah, sedangkan yang telah
menikah disebut “mamiq lale”. Yang kedua adalah golongan Pruangse. Kriteria khusus yang
dimiliki oleh golongan ini adalah sebutan “bape”, untuk kaum laki-laki pruangse yang telah
menikah. Sedangkan untuk kaum pruangse yang belum menikah tak memiliki sebutan lain kecuali
nama kecil mereka. Golongan yang ketiga adalah Bulu Ketujur. Golongan ini adalah masyarakat
biasa yang konon dahulu adalah hulubalang sang raja yang pernah berkuasa di Lombok. Kriteria
khusus golongan ini adalah sebutan “amaq” bagi kaum laki-laki yang telah menikah, sedangkan
perempuan adalah “inaq”.

7
Selain itu Candra Kharismawan juga mengungkapkan, sistem kekerabatan di Lombok
Selatan pada umumnya adalah berdasarkan prinsip Bilateral yaitu menghitung hubungan
kekerabatan melalui pria dan wanita. Kelompok terkecil adalah keluarga batih yang terdiri dari
Ayah, Ibu, dan Anak. Ada beberapa istilah yang sering digunakan pada masyarakat Lombok
Selatan :
1. Inaq adalah panggilan ego kepada ibu.
2. Amaq adalah panggilan ego kepada bapak.
3. Ari adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau adik laki-laki.
4. Kakak adalah panggilan ego kepada saudara sulung laki-laki ataupun perempuan.
5. Oaq adalah panggilan ego kepada kakak perempuan atau laki-laki dari ibu dan ayah.
6. Saiq adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau laki-laki dari ayah atau ibu
7. Tuaq adalah panggilan ego kepada adik laki-laki dari ayah atau ibi.
8. Pisak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ibu.
9. Pusak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ayah.

d. Budaya Tindakan
Dalam adat perkawinan daerah, terdapat tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam prosesi
perkawinan. Tahapan-tahapan ini biasanya dilaksanakan dengan syarat-syarat tertentu sesuai
dengan adat istiadat masing-masing daerah. Bustami Saladin (2013) dalam penelitiannya
mengenai “Tradisi Merarik Suku Sasak di Lombok dalam Perspektif Hukum Islam”
mengemukakan bahwa dalam proses adat merarik terdapat enam tahapan yang dilakukan
masyarakat Lombok. Adapun tahapan-tahapan tersebut pertama midang. Tradisi ini sebenarnya
bukanlah asli dari adat Sasak, biasanya dilakukan oleh pemuda yang sedang pacaran. Midang
adalah salah satu cara untuk pertemuan dan berbicara langsung dengan pacar, tujuannya untuk
mempererat tali silaturahmi. Tahap kedua adalah memaling (mencuri). Tradisi ini adalah proses
membawa lari seorang gadis tanpa sepengetahuan orangtuanya dengan tujuan untuk segera
dinikahi, ini adalah inti dari adat kawin lari karena kawin lari didalam masyarakat Lombok lebih
populer dengan sebutan memaling. Tahap selanjutnya adalah nyebo’, beselabar, besejeti, dan
kreme gubuq. Tahap berikutnya adalah bekawin (akad nikah). Bekawin bukan hanya sebagai adat
tapi merupakan bagian dari syarî’ah. Sah atau tidaknya proses bekawin ini tidak ditentukan oleh

8
adat atau tradisi, tetapi sudah diatur dalam syarî’ah mengenai rukun dan syaratnya. Tahap
selanjutnya adalah bekuade dan begawe bajang. Bekuade dan begawe bajang hampir sama dengan
acara resepsi, hanya saja bekuade/bagawe bajang ini hanya dihadiri oleh para pemuda yang
merupakan teman dan sahabat si pengantin lelaki yang berasal dari kampung yang sama.
Selanjutnya adalah tahap selametan. Berikutnya adalah sorong serah dan nyongkolan. Inti dari
kedua tradisi ini adalah acara perkenalan antar dua keluarga besar yaitu keluarga dari pengantin
lelaki dan keluarga dari pengantin perempuan.

2.4 Pakaian Adat

Gambar 2.5 Pakaian Adat Lumbung Gambar 2.6 Pakaian Adat Pegon
Pakaian adat Suku Sasak yang utama adalah Pakaian Lambung untuk perempuan dan Pakaian
adat Pria disebut dengan Pakaian Pegon. Pakaian ini biasanya digunakan pada waktu menyambut
kedatangan tamu dan saat tengah mengikuti upacara adat terutama dalam prosesi pernikahan adat
sasak.

9
Pakaian Lambung
1. Pakaian adat Sasak bagi perempuan disebut Lambung yaitu Baju (tangkong) hitam tanpa
lengan dengan kerah berbentuk huruf V dan sedikit hiasan di bagian giigir baju dan sedikit
hiasan di bagian gigir baju. Pakain adat lambug ini dibuat menggunakan bahan kain pelung.
Penggunaan lambung memiliki makna sebagai lambang keagungan seorang wanita.
2. Selendang (lempot) yang menjuntai di bahu kanan bermotif ragi genep yang merupakan jenis
motif kain tenun khas suku Sasak Lombok. Pemakaian selendang atau lempot memiliki
makna sebagai lambang kasih sayang kepada sesama yang harus dimiliki setiap masyarakat
Suku Sasak. Kereng, sebagai lambang kesuburan tubuh dan kesopanan sikap kepada sesama.
3. Pangkak dipakai di kepala yaitu mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan mawar yang
diselipkan di sela konde/sanggul. Seiring perkembangan zaman pangkak jarang digunakan
karena wanita suku Sasak beralih mengenakan Jilbab sebagai lambang menjaga aurat atau
kesucian bagi kaum Wanita.
4. Tongkak yang dipasang di bagian pinggang yaitu sabuk panjang dari kain tenun yang
dililitkan pada pinggang dengan bagian ujung rumbai berada di sebelah kiri. Pemakaian
tongkak memiliki makna sebagai lambang ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
pengabdian kepada Orang Tua, Suami bagi wanita yang telah menikah, dan kepada
masyarakat.
5. Kereng sebagai bawahan yaitu kain panjang atau kain tenun Songket khas Lombok yang
dililitkan sampai lutut atau mata kaki dengan bordiran di tepi kain bermotif kotak-kotak atau
segitiga. Penggunaannya sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.

Sebagai tambahan aksesoris, ditambahkan sepasang gelang tangan dan gelang kaki berbahan
perak, sowang atau anting-anting berbentuk bulat terbuat dari daun lontar. Rambut diikat rapi dan
sebagai aksen diselipkan bunga cempaka dan mawar, atau bisa juga disanggul dengan model punjung
pliset. Aksesoris, sebagai lambang kecantikan seorang wanita dan lambang sosial, semakin banyak
dan mahal aksesoris yang dipakai maka wanita tersebut berasal dari sosial yang tinggi.

10
Pakaian Pegon

1. Cappuq atau Sapuk, merupakan mahkota yang ditaruh di atas kepala. Mahkota digunakan
sebagai lambang penghormatan pada Tuhan Yang Maha Esa. penggunannya juga
dimaksudkan untuk menjaga pemikiran pemakaianya dari hal-hal kotor dan tidak baik
2. Pegon merupakan baju yang mendapat pengaruh adat Jawa dan mengadopsi model jas Eropa.
Untuk memudahkan pemakai, biasanya ada celah terbuka di bagian belakang Pegon.
Penggunaan pegon ini bermakna sebagai lambang keagungan seorang pria dan kesopanan
sikap kepada sesame.
3. Leang atau Dodot, yaitu kain songket yang berfungsi untuk menyelipkan keris. Kain ini
digunakan dengan cara melilitkannya di pinggang sebagai lambang semangat dalam
berkarya, pengabdian kepada Orang Tua dan masyarakat.
4. Kain songket yang digunakan beragam motifnya, ada Subahnale, Keker, dan Bintang Empet
5. Kain dalam dengan wiron, yaitu jenis kain yang digunakna sebagai penutup tubuh bagian
bawah yang dililitkan dari pinggang hingga sebatas mata kaki dengan ujung tengah lurus
menjuntai ke bawah. Dalam penggunaan kain wiron tidak diperkenankan untuk memakai
kain polos berwarna putih atau merah, melainkan kain bermotif khas Lombok. Penggunaan
kain wiro sebagai lambang kerendahan hati dan sikap tawadhu’ yang harus dimiliki setiap
masyarakat Suku Sasak

Untuk perlengkapan pendukung ada keris dan selendang Umbak. yaitu sapuk yang khusus
diperuntukkan bagi para pemangku adat atau pengayom masyarakat. Pembuatannya dilakukan
dengan ritual khususu dalam keluarga sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya berwarna merah
dan hitam dengan panjang berkisar empat meter yang dihiasi dengan kepeng bolong. Dalam
ataurannya penggunaan keris sebagai lambang adat bagian mukanya harus menghadap kedepan
sebagai lambang kesatria, jika terbalik maka bermakna berperang atau siaga. Selendang Umbak,
sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan bagi pemakainya.

11
2.5 Kain Tenun

Gambar 2.7 Kain Tenun


Kain tenun Sasak terdiri , yaitu Tenun Ikat dan Songket. Yang membedakan dari keduanya
adalah ragam warna, motif, dan kegunaannya. Tenun Ikat mempunyai warna cerah dan bermotif
garis horizontal dan vertikal. Masyarakat Sasak menggunakan kain tenun ikat untuk keperluan
sehari-hari seperti sarung, selimut, dan kain untuk menggendong bayi. Kain Songket Sasak
digunakan untuk upacara adat dan acara-acara penting lainnya. Karenanya, jenis kain ini mempunyai
warna yang lebih beragam, dibuat oleh benang berwarna emas dan perak. Motifnya rata-rata adalah
aneka bunga dan pucuk tanaman, serta pola garis dengan bentuk tertentu.
Ragam motif kain tenun Sasak dipengaruhi agama yang dianut suku ini. Sebelum masuknya Islam,
motif kain tenun didominasi motif tumpal/pucuk rebung mirip deretan gunung sebagai perwujudan
Dewi Sri sebagai dewi kemakmuran dan motif hewan seperti burung. Motif tumbuh-tumbuhan,
seperti sulur, pucuk rebung, pohon hayat, dan bunga bersusun delapan seperti bintang mendominasi
setelah masuknya agama Islam. Sementara itu, motif geometris hanya ada pada kain pelekat. Para
wanita perajin suku Sasak masih mempertahankan peralatan serba tradisional, mulai alat memintal
benang hingga penenunan. Kain tenun Sasak Lombok punya tekstur tebal, tidak mudah kusut, dan
tak mudah luntur. Hal itu dihasilkan dari teknik pembuatan kain yang dilakukan para perempuan
Sasak. Kualitas tenun pun sangat baik dengan kerapatan benang yang padat. Karena itu, pengerjaan
sehelai kain berukuran 60 x 200 cm memakan 2-4 minggu, bergantung pada kerumitan motif.
Belakangan di Lombok juga dijual kain buatan luar suku Sasak yang dibuat mirip namun hanya

12
dibuat dalam waktu tiga hari saja. Walau harganya jauh lebih murah, tentu tidak dapat menandingi
kain tenun asli Sasak yang memiliki susunan benang yang ditenun sangat rapat agar kain awet.
Pembuatan kain tenun Sasak masih menggunakan cara tradisional dan tanpa bantuan mesin.
Karenanya, dibutuhkan waktu kurang lebih 2 minggu sampai 1,5 bulan untuk membuat selembar
kain tenun. Lama pengerjaan tergantung dari tingkat kerumitan motifnya. Semakin rumit, semakin
lama pengerjaannya. Tahap pertama pembuatan kain tenun Sasak adalah memintal benang dari
kapas. Benang yang sudah terbentuk kemudian digulung. Selanjutnya dimulai proses menenun,
dengan memasukkan benang satu persatu menjadi selembar kain yang padat. Proses berikutnya
adalah membentuk motif dari benang nilon. Selain proses pembuatannya yang tradisional, semua
bahan pembuatan serat kain serta pewarnaannya masih menggunakan bahan-bahan alami.
Benangnya dibuat dari kapas yang dipintal. Proses pewarnaan juga menggunakan perwarna alami
seperti kunyit, getah pohon, daun sirih, daun pandan, dan kulit buah manggis untuk mendapat warna
ungu yang cantik.

2.6 Ragam Hias dan Ornamen

Gambar 2.8 Cukli


Cukli dalam bahasa Sasak merupakan karya seni yang sangat identik dengan pekerjaan
ukiran. Cukli sendiri merupakan corak khas kerajinan kayu di Pulau Lombok. Dalam membuat cukli
dibutuhkan seni yang tinggi, apalagi cukli yang dibuat disesuaikan dengan model furniture. Ukiran
cukli khas Lombok lebih dekat ke ornamen dengan dibubuhkan pada permukaan kayu. Proses
pembuatan cukli sangat rumit karena membutuhkan keahlian dan kejelian dalam membentuk pola
sehingga tidak heran apabila harga cukli khas Lombok terbilang mahal. Namun, harga tersebut
sesuai dengan nilai seni dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya. Bahan cukli khas Lombok

13
terbuat dari kulit kerang yang dibentuk menjadi bentuk persegi sama sisi, persegi panjang, segitiga,
trapesium, ketupat, dan bujur-sangkar. Jadi cukli khas Lombok merupakan ornamen yang dibuat
dari bahan kulit kerang kemudian dibentuk menjadi bentuk persegi sama sisi, persegi panjang,
segitiga, trapesium, ketupat, dan bujur-sangkar. Selanjutnya dibubuhkan ke ukiran kayu furniture
seperti panel, kusen, meja, lemari, bingkai, kursi, dan lain sebagainya. Kerajinan tangan Cukli ini
dibuat oleh warga lokal dalam berbagai bentuk, seperti kursi, lemari, piring, topeng, gelas, asbak,
gantungan kunci dan lainnya. Proses pembuatannya dimulai dari pemotongan kayu lalu disusun
sesuai bentuk yang diinginkan. Setelah bentuk kayunya ditentukan, selanjutnya dibuat ukiran di
sisi-sisinya membentuk pola yang bisa ditempelkan potongan kulit kerang Cukli. Kulit kerang Cukli
direkatkan dengan lem kayu dan dipukul-pukul menggunakan palu kecil agar menempel. Setelah
itu masuk ke proses finishing berupa pemolesan, penghalusan, dan penyemiran agar semakin
mengkilap.

2.7 Senjata Tradisional

Gambar 2.9 Tulup

Tulup pada umumnya senjata tradisi Indonesia bagian pedalaman, namun nenek moyang
Suku Sasak yang mendiami pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, juga mengenal tulup sebagai
alat berburu binatang di hutan yang kemudian sering digunakan untuk mencari nafkah untuk
keluarga dan terutama para pria di Suku Sasak, dimana tulup diartikan sebagai sumpit. Alat ini di
gunakan untuk berburu babi dan kera yang banyak berkeliaran di hutan-hutan Lombok. Begitu
juga tulup dianggap senjata yang sakral atau mistis. Hal ini didasarkan bahwa berburu adalah mata
pencarian mereka sedangkan tulup adalah alat mencari rezeki, untuk itu tulup perlu dihargai dan
dihormati. Persakralan terhadap tulup mereka ekspresikannya dengan memberi doa atau jampi-
jampi pada tulup mereka. Selain untuk penghormatan dan permohonan kepada yang kuasa, doa

14
dan jampi-jampi di tunjukan agar tulup dapat menghasilkan banyak binatang buruan. Maka dari
itu tidak heran jika oleh beberapa pemburu, tulup beserta ancar (puluru tulup) dan terontong
(tempat penyimpanan ancar) selalu di gantung diatas tembok rumah mereka (Wiramaja et al .,
1993).

Bahan atau komponen yang digunakan pada pembuatan tulup Sasak :


1. Kayu meranti untuk membuat gagang tulup
2. Pelepah pohon enau (pinang atau aren) untuk membuat batang dan mata ancar ( peluru
tulup)
3. Getah pohon tatar untuk membuat racun
4. Bambu untuk membuat terontong (tempat menyimpan ancar)
Bahan yang diatas akan diolah pembuatannya menjadi tulup dengan alat seperti:
1. Kapak untuk memotong kayu
2. Pusut (seperti bor) untuk membuat lubang
3. Meja atau pangot (pisau) untuk menghaluskan
Cara menggunakannya pun sama dengan tulup biasa yang ada pada daerah nusantara lainya.

2.8 Rumah Adat

Gambar 2.10 Rumah adat Bale


Bale ini adalah rumah adat NTB yang berasal dari suku Sasak. Rumah adat ini terletak di desa
Sade, Lombok Tengah. Sampai sekarang desa Sade masih memegang teguh tradisi dan kelestarian
rumah adat ini sehingga rumah adat ini masih terjaga hingga saat ini. Suku Sasak mempunyai
kepercayaan bahwa untuk membangun rumah ini ada aturan-aturan khusus seperti aturan kapan

15
waktu yang tepat untuk mendirikan rumah ini, jika aturan tersebut mereka abaikan, diyakini bahwa
akan ada nasib buruk ketika menempati rumah tersebut.

Macam-macam Rumah adat bale

a. Bale Jajar

b. Bale Lumbung

c. Bale Berugaq

Pada umumnya fungsi dari rumah loka samawa sama dengan rumah adat maupun rumah
biasa yaitu sebagai tempat tinggal, perlindungan dan binatang buas maupun yang lainnya. Namun
rumah loka samawa memiliki keyakinan lain. Rumah ini memiliki posisi penting dalam kehidupan
manusia, tidak hanya sebagai tempat secara individu dan keluarga secara jasmani, tetapi juga dalam
pemenuhan kebutuhan jiwa atau spiritual. Orang Sasak masih melestarikan rumah loka samawa
hingga sampai saat ini dan sangat percaya akan mitologi maupun nilai-nilai estetik yang ada pada
rumah adat Suku Sasak.

Gambar 2.11 Rumah adat Loka Samawa

16
Berdasarkan nilai estetika dan kearifan Suku Sasak mengenal beberapa jenis bangunan adat
yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja namun selain menjadi tempat tinggal juga
menjadi tempat ritual adat dan ritual keagamaan. Rumah adat suku Sasak terbuat dari jerami dan
berdinding anyaman bambu (bedek). Bahan pembuat rumah adat suku Sasak diantaranya kayu
penyanggga, bambu, bedek untuk dinding, jerami dan alang-alang untuk atap, kotoran kerbau atau
kuda sebagai bahan campuran pengeras lantai, getah pohon kayu banten dan bajur, abu jerami
sebagai bahan pengeras lantai. Waktu pembangunan, biasanya berpedoman pada papan warige dari
primbon. Tidak semua masyarakat Suku Sasak mampu menentukan hari baik untuk membangun
rumah adat. Biasanya mereka bertanya kepada pimpinan atau kemuka adat disana. Situs resmi wisata
Pulau Lombok menyatakan bahwa orang Sasak meyakini waktu yang baik memulai membangun
rumah adalah bulan ketiga dan kedua belas dalam penanggalan Sasak, yakni Rabiul Awal dan
Dzulhijjah. Pantangan yang dihindari untuk membangun rumah adalah pada Muharram dan
Ramadhan. Menurut kepercayaan Suku Sasak, rumah yang dibangun pada bulan itu cenderung
mengundang malapetaka, seperti penyakit, kebakaran, sulit rezeki dan lain-lain. Orang Sasak tidak
akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dulu
ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu. Bangunan
rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari berbagai macam diantaranya Bale Tani, Bale
Jajar, Barugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonder, Bale Beleq Bencingah dan Bale Tajuk. Nama
bangunan disesuaikan dengan fungsi masing-masing.

17
2.9 Aksara

Gambar 2.12 Aksara Sasak

Aksara Sasak atau dikenal sebagai Aksara Jejawaan Sasak adalah salah satu aksara tradisional
Indonesia yang berkembang di Pulau Lombok. Aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Sasak.
Aksara Sasak merupakan turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara aksara Kawi dan
berkerabat dekat dengan aksara Bali dan aksara Jawa.

Bahasa Sasak merupakan bahasa ibu yang dituturkan oleh suku Sasak yang menjadi etnis
mayoritas di pulau Lombok, Indonesia. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Bali dan bahasa
Sumbawa yang dituturkan di pulau-pulau sekitar Lombok. Ketiganya merupakan bagian
dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Sasak tidak memiliki status resmi; di Indonesia bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan oleh penutur bahasa Sasak dalam konteks formal
dan tertulis. Beberapa dialek bahasa Sasak memiliki tingkat kesalingpahaman yang rendah. Bahasa
Sasak mempunyai sistem tingkatan bahasa, mirip dengan bahasa Jawa dan Bali. Setiap tingkatannya
memiliki kosakata berbeda; penggunaannya ditentukan oleh status sosial relatif penutur terhadap
lawan bicaranya. Meski kini jarang ditemui dalam ragam tulisan, teks-teks tradisional bahasa Sasak
yang ditulis dengan medium lontar terkadang dibacakan pada acara-acara adat tertentu. Sistem
aksara bahasa Sasak hampir mirip dengan aksara Bali.

18
Selain Bahasa Indonesia, bahasa sehari-hari yang digunakan Suku Sasak adalah Bahasa Sasak.
Bahasa Sasak ini juga dipakai oleh masyarakat Pulau Lombok, propinsi Nusa Tenggara Barat.
Bahasa Lombok adalah salah satu keragaman bahasa Indonesia yang memiliki dialek dan aksen yang
unik dan mepopuler di suku Lombok. Bahasa ini mempunyai gradasi sebagaimana Bahasa Bali dan
Bahasa Jawa. Bahasa Sasak mirip dan serumpun dengan Bahasa Bali. Bahasa Lombok berartikan
lurus namun pemikiran atau pemahaman orang lain yang pernah mendengar percakapan sesama
orang Lombok, terkadang mengartikan bahwa perkataannya kasar, jelek dan lainnya. Bagi orang
Lombok, Bahasa Lombok bukanlah bahasa yang aneh dan jadul, menurut mereka Bahasa Lombok
itu baik, sopan, halus dan mempunyai arti mendalam.

Beberapa kosa kata bahasa Sasak misalnya adalah:

1. Tiang = saya
2. Balé = rumah
3. Kodeq = kecil
4. Tampi aseh = terima kasih
5. Papuk nine = nenek
Bahasa Sasak biasanya dibagi menjadi lima dialek menurut:
1. Kuto-Kute (Utara),
2. Ngeto-Ngete (Timur laut)
3. Meno-Mene (Tengah)
4. Ngeno-Ngene (Timur tengah, Barat tengah)
Meriaq-Mriku (selatan tengah)

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau NusaTenggara
yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur
dari Sumbawa. Samudra Indonesia di sebelah utara dan Samudra Hindia disebelah selatan.
Etnis Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak
merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Mayoritas penduduknya
memeluk agama Islam. Sehingga seluruh tatanan kehidupan mulai dari adat istiadat, tradisi
dan lainnya berpegang pada ajaran Islam, namun walau begitu terkadang juga masih
bercampur dengan kepercayaan lokal Suku Sasak.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya kita dapat lebih gencar lagi dalam pembuatan karya
ilmiah atau penelitian tentang kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, karena hal
tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak upaya untuk melestarikan budaya yang ada
Nusantara. Jangan sampai budaya yang kita miliki diakui oleh pihak lainnya dengan alasan
akibat kelalaian dan sikap ketidakpedulian kita terhadap budaya sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Abd. Syakur. 2002. Islam dan Kebudayaan Sasak. Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga

Bustami Saladin. 2013. Tradisi Merarik Suku Sasak di Lombok dalam Perspektif Hukum Islam.
Surabaya : UIN Sunan Ampel Surabaya

Depdikbud. 1977. Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Bara. Jakarta : Balai Pustaka

Erni Budiwanti. 2000. Islam Sasak: Wetu Telu versus Wetu Lima. Yogyakarta : LKIS

Lalu Wiramaja et al., 1993. Senjata Tradisional di Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

M. Junus Melatoa. 1995. Ensiklopedi Suku Bangsa Sasak di Indonesia. Jakarta: Depdikbud
CV.Eka Putera

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1978. Adat Istiadat Daerah Nusa
Tenggara Barat. Jakarta : Balai Pustaka

Anggun Zamzani. 2009. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Lombok Abad XVI-XVIII
(Sebuah Kajian Sejarah Lokal dan Pembelajaran dalam IPS Sejarah). Malang : Skripsi,
Jurusan Sejarah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Malang.

Sumber dari internet :


Letak Geografis daerah Nusa Tenggara Barat : Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara
Barat, tersedia online di http://ntb.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/113

2013. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin : Badan Pusat Statistik
Provinsi Nusa Tenggara Barat, tersedia online di http://ntb.bps.go.id/linkTabelStatis/
view/id/67

Candra Karismawan. 2012. Sistem Mata Pencaharian Suku Sasak : Universitas Negeri Jakarta,
tersedia online di: http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/bab-v-sistem-mata-
pencahariansistem.html

21
Ahmad Salehudin. Merarik Upacara Pernikahan Khas Sasak, Nusa Tenggara Barat, tersedia
online di http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2227/merarikupacara-pernikahan-
khas- sasak-nusa-tenggara-barat

http://indonesiadata.co.id/main/index.php/nusa-tenggara-barat

Pakaian Adat Suku Sasak Nusa Tenggara Barat, tersedia online


dihttp://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1106/pakaian-adat-suku-sasak-nusa-
tenggara- barat

2013. Keunikan Rumah Adat Dusun Sade Lombok, tersedia


online dihttp://www.wisatadilombok.com/2013/06/keunikan-rumah-adat-
dusun-sade-lombok.html

https://rimbakita.com/suku-sasak/

https://id.wikipedia.org/wiki/Sukusask

22
23

Anda mungkin juga menyukai