Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGANTAR SOSIOLOGI INDUSTRI

“BUDAYA MAKASSAR”

DOSEN PEMBIMBING:

Muh.Rijal S.sos,M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA : AFIQAH ZAHRA MAULIYAH YUSUF

NIM : 220607501020

KELAS : A ( ILMU ADMINISTRASI BISNIS)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022/2022

1
PEMBAHASAN
Sebelum saya masuk kepembahasan tentang suku Makassar saya akan menjelaskan tentang
apa arti kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan diambil dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah
yang artinya adalah hal-hal yang memiliki arti putih dan juga akal berusia yang secara garis
besar budaya ini artinya budi dan akal dari manusia untuk melangsungkan kehidupan. Dan
secara umum budaya memiliki berbagai macam arti tetapi intinya hanya satu yaitu cara hidup
yang dimiliki bersama oleh sebuah kelompok tertutup
Indonesia sendiri andalah Negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara benua
Australia dan benua asia dan terbagi dalam 34 provinsi. Keberagama budaya di Indonesia
disebabkan karena keberagaman suku bangsa yang ada di Indonesia. Keberagaman budaya
tersebut antara lain keberagaman rumah adat, tari tradisional, pakaian adat, alat music, senjata
tradisional, dan upacara adat. Keberagaman budaya tersebut merupakan kekayaan bangsa
Indonesia yang harus dilestarikan.

A. Asal Usul Suku Makassar


Suku Makassar merupakan sebutan terhadap salah satu etnis yang mendiami daerah
Sulawesi selatan tepatnya di daerah kabupaten gowa,takalar,jenepoto,bantaeng dan
beberapa daerah lainnya. Kata Makassar berasal dari kata mangkasarak, yang mana
mangkasarak mengandung arti memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang
(jujur). Dan juga kata mangkasarak merupakan gabungan dari prefiks mang dan kata
dasar kasarak, Suku Makassar sendiri adalah suku nomor dua yang paling banyak
mendami wilayah Sulawesi selatan setelah suku bugis. Selain itu, kata Makassar juga
sering diidentikan dengan nama sebuah kerajaan pada zaman dahulu,yaitu kerajaan
Makassar (gowa).

Suku Makassar adalah salah satu etnis yang ada dibagian selatan Sulawesi sama
dengan suku bugis suku makassar dikenal dengan suku yang ahli berlayar, Maka tak
heran banyak suku makassar yang meratau baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Salah satu bukti pelayaran suku Makassar terdapat diafrika selatan yaitu terdapat pada
daerah yang bernama macassar, banyak masyarakat/orang berpendapat bahwa
kebanyakan penduduk macassar merupakan keturunan campuran antara penduduk asli
disana dan suku Makassar. Hal ini membuktikan bertapa hebatnya suku Makassar
dahulu dalam hal pelayaran karena dapat melintasi lautan dimana pada zaman itu
transportasi laut belum secanggih seperti zaman ini.

Menurut sebuah cerita pada zaman peperangan beberapa orang atau kelompok dalam
suku Makassar melarikan diri ke daerah pegunungan dan pedalaman hutan untuk
mencari tempat perlindungan. Disana mereka membentuk sebuah kelompok-
kelompok kecil yang dikatakan dari situlah kemudian lahir beberapa sub suku
Makassar, beberapa suku tersebut antara lain suku turatea,suku kanjo dan selayar.

Menurut pendapat sebagian orang bahasa Makassar saat ini bukalah bahasa Makassar
yang murni atau asli karena telah banyak terpengaruh dengan bahasa lain seperti

2
bahsa bugis dan melayu. Suku asli Makassar ada di Kabupaten Gowa sehingga
demikian bahasa Makassar yang murni atau yang asli masih bisa ditemukan di daerah
gowa pada bagian selatan tepatnya di kaki gunung lompo battang’ dan daerah
pedalaman lainnya karena terpengaruh bahasa lain.

Beberapa penulis terdahulu sering menyamakan suku makassar dengan suku bugis.
Dalam berbagai hasil penelitian terdahulu begitu banyak yang menuliskan keduanya
dalam satu sebutan, yaitu bugis-makassar. Kemungkinan hal ini terjadi karena kedua
suku ini berasal dari rumpun yang sama yaitu rumpun melayu-deutroyang membuat
kedua suku ini memiliki kebudayaan yang identik. Meski demikian, kedua suku ini
merupakan suku yang berbeda dan memiliki kekhasannya masing-masing misalnya
keduanya memiliki bahasa yang berbeda karena berasal dari sub-kelompok yang
berbeda. Dan pada dasarnya istilah bugis dan Makassar merupakan sebuah istilah
yang diciptakan oleh pasukan belanda pada zaman itu kepada penduduk Sulawesi
selatan. Sebutan bugis-makassar adalah salah satu strategi pasukan belanda pada
zaman itu untuk memecah bela penduduk Sulawesi selatan, khusunya kerajaan
Makassar pada waktu itu.

Orang Makassar memiliki karakter yang terbuka, dan spontan dalam menghadapi
sesuatu persoalan. Selain itu mereka termasuk orang yang mudah bergaul, walau pun
kadang-kadang mengucapkan kata yang cenderung kasar (menurut kelompok suku
lain), tetapi mereka adalah orang-orang yang setia dalam persahabatan.

1. ADAT PERNIKAHAN

Bagi suku Makassar proses pernikahan yang paling baik itu adalah yang melalui
peminangan. Proses penikahan adat Makassar diawali dengan proses yang dikenal
dengan istilah A’jangan-jangan na A’pesa-pesa. A’jangan-jangan sendiri artinya
usaha yang dulakukan pihak keluarga laki-laki untuk mencari informasi tentang gadis
yang berkenan di hati, sedangkan A’pesa-pesa yaitu mencari tahu apakah sang gadis
atau perempuan tersebut belum ada yang punya atau belum terikat dengan seseorang
atau secara garis besar A’jangan-jangan na A’pesa-pesa adalah penjajakan secara
rahasia yang dilakukan pihak keluarga laki-laki kepada calon mempelai perempuan,
yang biasanya diakhiri dengan proses yang dikenal dengan istilah Akbangi Matoang
yakni bermalam selama 3 malam pada masing-masing rumah orang tua dari kedua
mempelai. Tahap ini merupakan tahap awal.

Jika tahap awal sudah didapatkan sebuah keputusan yang telah disepakati oleh
keluarga, maka selanjutkan pihak keluarga laki-laki dalam hal ini kedua orang tua dan
calon mempelai laki-laki akan datang berkunjung kerumah calon mempelai
perempuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan untuk menikahi perempuan
tersebut yang dimana hal ini dikenal dengan istilah A’palante, disini keluarga dari
pihak laki-laki hanya sekedar menyampaian niat dan tujuannya kepada pihak keluarga
perempuan dan jika pihak perempuan sejutu maka akan dilakukan acara lamaran yang
biasa disebut dengan istilah Assuro. Assuro sendiri adalah acara lamaran secara resmi
yang dilakukan pihak keluarga laki-laki kepada sang gadis/perempuan tersebut dan

3
jika lamaran ini diterima oleh pihak perempuan dan keluarga maka akan dilaksanakan
langkah selanjutnya yaitu Annappu’.

Annapu’ artinya membuat kesepakatan antara keluar pihak laki-laki dan pihak
perempuan yang didalamnya dibicarakan secara terbuka tentang segala sesuatu
tentang penikahan bahkan hal-hal yang sangat prinsipal seperti Sunrang(mahar atau
mas kawin), tata cara pelaksanaan maupun waktu pelaksanaan dan juga biasanya akan
dibahas hal yang paling penting dalam sebuah tradisi pernikahan suku Makassar yaitu
uang panai’ uang panai telah menjadi tradisi dalam proses pernikahan budaya
Makassar. Adapun yang dimaksud dengan uang panai’ adalah hadiah (uang) yang
diberikan dari pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai perempuan untuk
memenuhi keperluan pernikahan. Pada tahap inilah biasanya membutuhkan waktu
yang lama karena terjadinya negosiasi antara kedua keluarga. Kegiatan ini baru
dikatakan selesai saat kedua pihak keluarga sepakat dengan keputusan yang dibuat.

Pesta pernikahan biasa dimulai dengan upacar Appasili, dalam proses upacara ini
calon mempelai duduk di atas sebuah kelapa yang diletakkan dalam Loyang besar dan
disampingnya diletakkan jaqjakang (sesaji), dan upacara ini biasanya dilakukakan
pada pagi hari dan dilaksankan didepan pintu masuk rumah yang dilaksankan sehari
sebelum pernikahan yang bertujuan untuk memohon kepadayang kuasa agar
dihindarkan dari marabahaya karena akan memasuki kehidupanbaru. Dan pada malam
harinya akan dilaksanakan A’korontigi (mappacing) dalam bahasa Indonesia artinya
“daun pacar”yang digiling dan ditumbuk halus untuk digunakan memerahi
kuku/tangan calon mempelai. Bagi suku makakassar hal ini diyakini sebagai lambing
kebersihan/kesucian. Pada upacara ini mempelai akan didampingi oleh 2 orang dan
akan diiringi dengan nyanyian dan gendang yaitu barasanji. Dan besoknyaakan di
laksanakana A’nikka atau upacara pernikahan yang biasanya dilakukan di rumah
pihak mempelai perempuan.

2. RUMAH ADAT

Suku Makassar juga memiliki sebuah rumah adat khas Makassar yang biasa disebut
balla(rumah). Selain itu, terdapat istilah balla lompoa (rumah besar). Balla Lompoa
secara harfiah berarti rumah besar atau rumah kebesaran yang dihuni oleh raja, balla
lompoa berada ditengah kota sungguminasa kabubupaten Gowa Provinsi Sulawesi
selatan. Secara umum perumahan suku Makassar ini hampir sama dengan perumahan
suku bugis, yaitu rumah panggung. Rumah panggung yang terdapat dalam suku
makassar juga menjadikan beberapa tiang kayu sebagai penyanggahnya dan jumlah
tiang penyanggahnya sendiri berjumlah puluhan atau disesuaikan dengan
kebutuhannya. Balla lompoa dalam suku Makassar sebagian besar berbentuk
segiempat.

Pada zamannya atap balla lompoa yang berbentuk pelana dan lancip terbuat dari
bahan tradisional seperti nipah, rumbia dan bambo. Akan tetapi, karena bahan tersebut
sudah mulai ditinggalkan jadi hanya sebagian saja masyarakat yang masih
menggunakannya. Atap ini disebut dengan nama timbaksela, dalam pembuatan
timbaksela terdapat simbol yang menunjukkan identitas pemiliknya seperti timbaksela
yang tidak bersusun mengartikan pemiliknya adalah rakyat biasa sedangkan

4
timbaksela yang bersusun tiga atau lebih menunjukkan bahwa identitas pemiliknya
adalah seorang bangsawan.

Seperti rumah panggung pada umumnya balla lompoa juga memiliki tanggaatau biasa
disebut tukak. Tukak ini juga memiliki simbol khusus sama seperti timbaksela (atap)
untuk menunjukan status sosial pemiliknya. Tukak biasanya terbuat dari bambo atau
kayu jika induk tangganya ada dua berarti pemiliknya adalah rakyat biasa dan tiga
untuk seorang bangsawan dan anak tangganya selalu ganjil.
Balla lompoa ini juga memiliki ruangan dengan fungsinya masing- masing seperti
dego-dego(teras rumah), tambing(ruangan kecil yang teletak disamping kalle balla),
kalle balla(rumah induk), dan ballu pallu(dapur).
Balla Lompoa dibangun tahun 1936 sebagai kediaman raja dan juga sebagai pusat
pemerintahan tetapi Setelah pemerintahan Andi Ijo berakhir, maka berakhir pulalah
sistem Kerajaan Gowa di Balla Lompoa. Fungsi Balla Lompoa di Gowa berubah
dari istana kerajaan menjadi museum hingga saat ini.

3. PAKAIAN ADAT
sebagian orang mungkin berpendapat bahwa pakaian adat dari suku Makassar itu
sama atau hampir sama dengan pakaian adat suku bugis. Meski demikian,tentunya
keduannya memilikisedikit perbedaan yang membentuk kekhasannya masing-masing,
seperti dari coraknya, warnanya dan lain sebagainya. Pakaian adat bagi suku
Makassar bukan hanya sebagai pakaian untuk melindungi tubuh dari cuaca tetapi juga
sebagai perlengkapan yang penting dalam beberapa upacara adat seperti upacara
perkawinan dan penjemputan tamu yang dihormati, pakaian adat ini biasaanya
digunakan pada upacara tertentu yang menjadi lambing dalam keaagungan upacara itu
sendiri.

Secara umumnya baju adat suku Makassar dapat dibagi mejadi dua berdasarkan jenis
kelaminnya. Seperti pakaian adat untuk kaum pria suku Makassar biasa disebut baju
bella’dan jas tutu’, sedangkan pakaian adat untuk kaum wanita suku Makassar biasa
disebut baju bodo atau baju labbu. Dan juga salah satu baju adat suku Makassar yaitu
baju bodo dikenal sebagai salah satu busana tertua di dunia dan telah dipakai
masyarakat sejak abad ke sembilan untuk menghadiri upacara-upacara yang penting,
tetapi baru dikenal oleh dunia pada abad ke 18 saat bangsawan eropabanyak yang
menggunakan baju yang terbuat dari serat kapas.

Baju bodo sendiri memang awalnya terbuat dari serat kapas sehingga membuat baju
adat ini menerawang atau tipis dan juga berlengan pendek, tetapi semenjak masuknya
agama islam ke dalam suku Makassar baju ini kemudian di sesuai dengan syariat
islam dengan cara lengannya dibuat panjang dan ditambahkan dalaman berwarna
senada dan juga sarung sutra yang dipake pada tubuh bagian bawah. Baju bodo juga
biasanya berwarna terang seperti jingga, merah, hiaju dan ungu yang bold. Warna
pada baju bodo ini juga punya makna seperti warna merah mudah biasanya akan
dipake oleh perempuan yang masih belia yg biasa disebut warna “lango-lango”,
selanjutnya warna jingga biasanya dipake oleh perempuan yang masih berusia 14-17
tahun yg menjadi penanda perempuan ini baru bertumbuh yang ibaratkan masih
5
ranum, warna jingga dalam bahsa Makassar disebut “rappotiqno”. Kemudian ada
warna merah yang biasanya dipakai wanita berusia17-25 tahun yang biasanya dipakai
wanita yang belum menikah atau sudah menikah tapi belum mempunyai keturunan
yang melambangkan perempuan itu sudah dewasa yang bhasa Makassar merah biasa
disebut “eja”. Dan warna ungu biasany dipake wanita janda pada suku Makassar yang
dahulu ditinggal mati oleh suaminya dalam peperangan, warna ungu dalam bahasa
Makassar yaitu “longkolame”. Terakhir warna hijau biasa dipakai oleh bangsawan
suku Makassar, warna hijau memiliki makna “mongcobulu” yang merupakan
penghormatan kepada keluarga kerajaan.

Walaupun banyak warna dalam bajubodo dan maknanya berbeda-beda untuk


menunjukkan identitas pemakainya tetapi saatb ini pemakaian baju bodo sudah
fleksibel, artinya siapa saja bias memakai baju bodo ini dengan warna apapun tanpa
melihat usia dan status mereka dalam masyarakat suku makasssar. Pemakaian baju
bodo ini juga biasanya dibarengi dengan perhiasan seperti gelang, kalung, cincin
untuk menambah keidahannya.

4. SENJATA TRADISIONAL

Senjata tradisonal khas suku Makassar yang terkenal adalah badik. Badik Makassar
memiliki bentuk khas yaitu memiliki bentuk khas yaitu memiliki bilah yang pipih,
battang (perut) badik berbentuk buncit dan tajam dan juga bagian ujungnya runcing,
badik seperti biasanya lebih dikenal dengan nama badik sari. Badik sari sendiri terdiri
dari bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik), dan banoang( sarung
badik). Terdapat juga badik lompo battang yang merupakan badik asli suku Makassar
yang telah berusia 800 tahun.

Bagi suku Makassar badik tidak hanya menjadi sebuah senjata yang digunakan untuk
melindungi diri dan digunakan dalam peperangan, tetapi badik juga menjadi simbol
harga diri dan kedawasaan laki-laki suku Makassar hal ini juga diperkuat dengan
adanya ungkapan klasik orang Makassar yang berbunyi “teai mangkasarak punna tena
na ambalaki badik” yang artinya bukan orang Makassar kalau tidak meiliki badik dan
juga “teyai bura’ne punna tena ammallaki badik” artinya bukan seorang lelaki jika
tidak memiliki badik.

5. PERALATAN NELAYAN

Suku Makassar terkenal sebagai orang yang berkuasa di lautan. Keahlian suku
Makassar dalam mengarungi lautan telah menjadi identitas bagi suku Makassar.
Bahkan di Negara afrika selatan terdapatdaerah yang bernama macassar, menurut
pendapat sebagian orang, daerah macassar pada Negara afrika selatan masyarakatnya
merupakan keturunan campuran antar penduduk asli disana dan orang Makassar. Hal
ini dapat membuktikan bertapa hebatnya suku Makassar pada zaman dahulu karena

6
dapat mengarungi lautan didunia hingga sampai ke Negara lain meskipun dahulu
transportasi belum secanggih sekarang.

Terkait dengan hal itu, ada beberapa jenis perahu yang digunakan oleh suku Makassar
pada dahulu kalo dan bias dikategorikan sebagai perahu yang sedehana tetapi meski
demikian kecanggihannya begitu mengagumkam. Ada berbagai jenis perahu yang
digunakan masyarakat Makassar terdahulu sebagai penunjang kehidupan antar lain;
a.pinisi/phinisi
perahuini banyak dikenal oleh masyarakat luar, perahu ini adalah perahu dagang yang
ukurannya cukup besar karena dalam menampung muatan sekitara 20-100 ton. Kapal
pinisi ini masih menggunakan layar sebagai pendorong utamanya dan semenjak
beberapa abad yang lalu, kapal inilah yang digunakan orang suku Makassar untuk
mengarungi lautan. Bahkan dalam sejarahnya kapal inilah yang mengangkut pasukan
perang gowa dalam upaya melebarkan kekuasaan kerajaan gowa terdahulu. Tetapi
saat ini perahu pinisi hanya digunakan sebagai transportasi dalam aktivitas
perdagangan antarpulau.
b.lambo’palari
seperti halnya dengan perahu pinisi kapal ini juga termasuk kapal dagang dan tetapi
ukuran perahu ini tidaklah besar karena hanya mampu memuat 10-50 ton. Tapi perahu
ini juga termasuk perahu yang kuat dan tangguh dalam mengarungi lautan. Sesuai
dengan ukurannya perahu ini hanya memiliki satu tiang agungdengan dilengkapi
beberapa lapis layar.
c.jarangka’
perahu ini juga adalah perahu dagang suku Makassar. Akan tetapi, perahu ini
berukuran lebih kecil dari lamno’palari sehingga perahu ini hanya digunakan untuk
pelayaran disekitar laut Sulawesi selatan saja. Meski demikian, jarangka’ini cukup
lincah dan lajunya sangat cepat karena pada zaman dahulu perahu ini sering
digunakan sebagai perahu perang.
d.soppe’
soppe’ adalah jenis perahu yang digunakan untuk berdagang tetapi perahu ini hanya
memuat sekitara 1-10 ton yang hanya digunakan di sekitar pantai Sulawesi selatan
dan perahu ini juga sering digunakan sebagai alat transportasi antar pulau di Sulawesi
selatan.
e.panjala
perahu ini pada umumnya dahulu digunakan oleh nelayan lepas pantai yang artinya
nelayan yang menangkap ikan hingga jauh ke tengah lautan. Perahu ini biasanya
menggunakan layar yang berbentuk segi empat dan dapat menampung 5-10 orang
yang dikemudikan oleh panggawa (pemimpin yang mengemudikan perahu), perahu
ini juga termasuk perahu yang lincah dan tangguh dalam mengarungi lautan

7
KESIMPULAN
Kebudayaan menurut bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang artinya hal-hal yang memiliki
arti putih dan juga akal berusia yang artinya budaya ini adalah budi dan akal dari manusia
untuk melangsungkan kehidupan. Suku Makassar juga dikenal dengan istilah mangkasara
yang artinya orang yang terbuka, suku Makassar adalah suku yang lahir di provinsi Sulawesi
selatan yang dulunya berasal dari kerajaan gowa. Istilah makassar sendiri lahir dari pasukan
belanda yang indin memecah-belah penduduk Sulawesi selatan, suku Makassar dikenal
dengan suku yang ahli berlayar. Penulis terdahulu banyak yang menyamakan suku Makassar
dan suku bugis yang menyebutkan suku Makassar dalam tulisannya sebagai bugis-makassar,
hal ini karena kedua suku ini berasal dari rumpun yang sama yaitu melayu-deutro
.
Suku menganggap proses penikahan yang paling baik itu melalui peminangan.dan proses
yang dilakukan sebelum akad juga cukup panjang tapi memiliki arti yang sangat penting dan
masih dilestarikan hingga saat ini. Suku Makassar juga memiliki sebuah rumah adat khas
Makassar yang biasa disebut balla(rumah). Selain itu, terdapat istilah balla lompoa (rumah
besar). Balla Lompoa secara harfiah berarti rumah besar atau rumah kebesaran yang dihuni
oleh raja, balla lompoa berada ditengah kota sungguminasa kabubupaten Gowa Provinsi
Sulawesi selatan. Secara umum perumahan suku Makassar ini hampir sama dengan
perumahan suku bugis, yaitu rumah panggung.

Pakaian adat bagi suku Makassar bukan hanya sebagai pakaian untuk melindungi tubuh dari
cuaca tetapi juga sebagai perlengkapan yang penting dalam beberapa upacara adat seperti
upacara perkawinan dan penjemputan tamu yang dihormati, pakaian adat ini biasaanya
digunakan pada upacara tertentu yang menjadi lambing dalam keaagungan upacara itu
sendiri. Senjata tradisonal khas suku Makassar yang terkenal adalah badik. Badik Makassar
memiliki bentuk khas yaitu memiliki bentuk khas yaitu memiliki bilah yang pipih, battang
(perut) badik berbentuk buncit dan tajam dan juga bagian ujungnya runcing, dan Bagi suku
Makassar badik tidak hanya menjadi sebuah senjata yang digunakan untuk melindungi diri
dan digunakan dalam peperangan, tetapi badik juga menjadi simbol harga diri dan
kedawasaan laki-laki suku Makassar
.
Keahlian suku Makassar dalam mengarungi lautan telah menjadi identitas bagi suku
Makassar. Hal ini dapat terjadi karena suku Makassar pada zaman dahulu dapat mengarungi
lautan didunia hingga sampai ke Negara lain meskipun dahulu transportasi belum secanggih
sekarang. Terkait dengan hal itu, ada beberapa jenis perahu yang digunakan oleh suku
Makassar pada dahulu kalo dan bias dikategorikan sebagai perahu yang sedehana tetapi
meski demikian kecanggihannya begitu mengagumkam seperti perahu pinisi,
perahu .lambo’palari, perahu jarangka’, perahu soppe’ dan perahu panjala.

SARAN
Setelah menulis makalah ini, saya yang besar dan lahir di Makassar ini sadar bahwa banyak
sekali kebudayaan yang harus di lestarikan oleh saya sebagai generasi muda agar kekayaan
budaya yang ada di suku Makassar ini dikenal oleh penduduk dunia dan bisa terus
terlestarikan hingga generasi selanjutnya. Dan dalam penulisan makalah yang saya buat ini
saya sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak yang perlu diperbaiki oleh
karena itu, saya meminta saran dan memperbaiki penulisan saya dalam makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://repositori.uin-alauddin.ac.id/18012/

http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/149/101

https://ojs.unm.ac.id/tanra/article/view/13013

Faidi, A. (2014). suku makassar penjaga kejayaan imperium. makassar: Arus Timur.

Anda mungkin juga menyukai