PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki beraneka ragam budaya, salah satunya Suku Makassar.
Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami
pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkassara'
berarti Mereka yang Bersifat Terbuka. Etnis Makassar ini adalah etnis yang
berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan
jaya di laut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa,
mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan
armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan
Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT,
NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara.
Pada dasarnya masyarakat masyarakat asli makassar ada pada kabupaten
gowa dimana dahulu kala gowa adalah sebua kerajaan besar yang mencakup
banyak kekuasaan bahkan kekuasaanya mencapai afrika selatan dan brunai
darusalam itu adalah masa kejayaan kerajaan gowa pada masa pemerintahan
sutltan hasanuddin yang sering di gelar ayam jantan dari timur, namun pada
masa perlawanan melawan penjajah kerajaan gowa mengalami kekalahan
perang melawan belanda dan kerajaan bone pada masa itu sehingga hal itu
membuat banyak kekacauan dan kerugian besar bagi masyarakat gowa.
Sejak saat itulah banyak orang orang makassar yang mayoritas berbahasa
asli makassar yang berpindah ke daerah pegunungan selain untuk membuat
strategi perang juga melakukan perang secara gerilya di hutan hutan gunung
lompo battang, banyak sekali orang makassar membentuk kelompok-
kelompok kecil dan membuat latihan perang mereka, kepergian mereka dari
kerajaan gowa bukanlah tanpa alasan, karna pada masa pemerintahan anak
sultan hasanuddin saat itu orang gowa harus menerima sebuah perjanjian yang
amat merugikan masyarakat gowa maka dari itulah banyak orang gowa yang
pergi meninggalkan ibukota kerajaan dan beralih memasuki hutan gunung
1
lompobattang dan sejak saat itulah mereka mulai menetap di sana dan pada
masa kemerdekaan mereka mulai membangun pedesaan pedesaan yang
mereka huni sampai sekarang.
Bahasa asli makassar sebenarnya masih terjaga baik di daerah gowa
bagian selatan tepatnya di kaki gunung lompobattang dimana di desa desa ini
keaslian bahasa masih terjamin karena belum tercampuri oleh perkembangan
bahasa moderen maupun teknologi.
Di banyak tempat di kabupaten gowa ini memang mayoritas orang
makassar dan berbahasa makassar namun juga sudah banyak sekali bahasa
makassar yang asli yang di hilangkan bahkan sudah banyak bahasa makassar
yang tercampur dengan bahasa bugis, konjo dan lain lain padahal bahasa asli
orang makassar adalah bahasa makassar (lontara,) bukan konjo ataupun yang
lainya.
Di zaman sekarang ini sudah sangat susah menemukan orang yang
berbahasa makassar secara original atau asli, Namun kita masih bisa
menemukan bahasa alsli makassar di daerah itu seperti di (lembang bune,
lembayya, cikoro, datara, tanete, dan seputaran malakaji. Berikut adalah daftar
kabupaten di sulawesi selatan yang memakai bahasa makassar dalam
keseharian :
1. Gowa
2. Takalar
3. Jeneponto
4. Bantaeng
5. Bulukumba
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem teknologi yang berkembang di Kota Makassar?
2. Bagaimana sistem religi yang ada di Kota Makassar?
3. Bagaimana sistem organisasi kemasyarakatan yang ada di Kota
Makassar?
4. Bagaimana sistem pencaharian hidup masyarakat Makassar?
2
5. Bagaimana sistem pendidikan yang ada di Kota Makassar?
6. Apa saja kesenian yang ada di Kota Makassar?
7. Apa saja peninggalan Suku Makassar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sistem teknologi yang berkembang di Kota
Makassar;
2. Untuk mengetahui sistem religi yang ada di Kota Makassar;
3. Untuk mengetahui sistem organisasi kemasyarakatan di Kota
Makassar;
4. Untuk mengetahui bagaimana sistem pencaharian hidup masyarakat
Makassar;
5. Untuk mengetahui perkembangan pedidikan yang ada di kota
Makassar;
6. Untuk mengetahui berbagai kesenian yang ada di kota Makassar;
7. Untuk mengetahui jenis peninggalan Suku Makassar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar,
yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan
untuk pengangkutan barang antarpulau. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang
menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang
dan juga mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu
mengharungi tujuh samudera besar di dunia.
2.1.2 Badik
Badik atau badek adalah pisau dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh
masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda. Seperti
keris, bentuknya asimetris dan bilahnya kerap kali dihiasi dengan pamor. Namun
demikian, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki ganja (penyangga
bilah).
Badik ini merupakan senjata khas tradisonal Makassar, Bugis dan Mandar yang
berada dikepulauan Sulawesi. Ukurannya yang pendek dan mudah dibawa
kemana mana.Maka biasanya senjata adat yang bernama Badik ini dahulu sering
4
dipakai oleh kalangan petani untuk melindungi dirinya dari binatang melata dan
atau membunuh hewan hutan yang mengganggu tanamannya. Selain itu karena
orang bugis gemar merantau maka penyematan badik dipinggangnya membuat dia
merasa terlindungi. Badik memiliki bentuk dan sebutan yang berbeda-beda
tergantung dari daerah mana ia berasal.
Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan
masalampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya
melaluikoleksi trdisional menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis
senjatatajam, baik untuk penggunan sehari hari maupun untuk perlengkapan
upacaraadat
5
baku benang kapas. Dari sinilah mulai tercipta berbagai jenis corak kain saung
dan pakaian tradisional.
Di daerah Tana Toraja sekarang ini masih hidup sebuah kepercayaan purba
yang bernama Aluk Todolo yang lazim juga di sebut Alukta. Kepercayaan ini
merupakan kepercayaan asli masyarakat Toraja walaupun sekarang ini mayoritas
penduduknya telah beragama terutama agama Kristen Protestan dan agama
Kristen Katholik. Inti ajaran Alukta menyatakan bahwa manusia harus
menyembah kapada 3 oknum yaitu:
6
3. Tomembali Puang/todolo sebagai pengawas yang memperlihatkan gerak-
gerik serta berkat kepada manusia keturunannya.
Menyimak hal di atas khususnya point ke-3, maka jelaslah bahwa menurut
kepercayaan mereka, manusia yang masih hidup tidak akan terlepas dari
pengawasan arwah leluhurnya yang disebut Tomembali Puang/Todolo. Dengan
kata lain arwah-arwah seseorang yang telah meninggal tidak akan melupakan
keturunannya begitu saja akan tetapi tetap memperhatikannya. Hal itu berarti
antara orang yang telah meninggal dengan orang yang masih hidup tetap ada
hubungan. Mereka juga meyakini bahwa apabila mereka tidak memberikan
berkat, nenek moyang juga bisa murka yang kemudian mendatangkan banjir,
penyakit atau gagal panen. Oleh karena itu keselarasan dan keharmonisan harus
tetap dijaga. Maka untuk itu sebelum di lepas ke alam arwah, keluarga
mengadakan serangkaian upacara sakral dengan harapan dapat diterima disana
nantinya (alam puya) dan tidak mendatangkan bencana. Selain itu pada waktu-
waktu tertentu dilaksanakan upacara untuk memperingati mereka yang biasa
dilaksanakan setelah panen yang berhasil atau suatu kondisi yang baik sebagai
ucapan syukur sebagai berkat dari leluhur mereka. Adapun fungsi hewan kurban
pada upacara Rambu Solo bagi orang Toraja yaitu;
Akan menentukan kedudukan arwah orang yang telah meninggal, karena diyakini
bahwa seseorang yang datang ke dunia dan pada saat meninggalnya apabila dia
tidak membawa bekal dari dunia, arwahnya tidak akan diterima Puang Matua
(Tuhan)
7
seperti tergambar dalam Sure La Galigo, sejak awal telah memiliki suatu
kepercayaan kepada suatu Dewa (Tuhan) yang tunggal, yang disebut dengan
beberapa nama : PatotoE (Dia yang menentukan Nasib), Dewata SeuwaE (Dewa
yang tunggal), dan Turie Arana (kehendak yang tertinggi).
Istilah Dewata SeuwaE itu dalam aksara lontaraq, dibaca dengan berbagai
macam ucapan, misalnya : Dewata, Dewangta, dan Dewatangna yang mana
mencerminkan sifat dan esensi Tuhan dalam pandangan teologi orang Bugis
Makassar. Dewatangna berarti yang tidak punya wujud, Dewatangna atau
Debatang berarti yang tidak bertubuh atau yang tidak mempunyai wujud. De
artinya tidak, sedangkan watang (batang) berarti tubuh atau wujud. Naiyya
Dewata SeuwaE Tekkeinnang, artinya Adapun Tuhan Yang Maha Esa itu tidak
beribu dan tidak berayah. Sedang dalam Lontarak Sangkuru Patau Mulajaji
sering juga digunakan istilah Puang SeuwaE To PalanroE, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa, Sang Pencipta. Istilah lain, Puang MappancajiE. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Konsep Dewata SeuwaE merupakan nama Tuhan
yang dikenal etnik Bugis Makassar.
8
Kalompoang atau Gaukang bagi orang Makassar berarti kebesaran. Yang
dimaksudkan ialah benda-benda yang dianggap sakti, keramat dan memiliki nilai
magis. Benda-benda tersebut adalah milik raja yang berkuasa atau yang
memerintah dalam negeri. Benda-benda tersebut berwujud tombak, keris, badik,
perisai, payung, patung dari emas dan perak, kalung, piring, jala ikan, gulungan
rambut, dan lain sebagainya.
Kira-kira 90% dari penduduk sulawesi selatan adalah pemeluk agama islam,
sedangkan hanya 10% memeluk agama kristen protestan atau katholik. Umat
Kristen dan Katolik umumnya terdiri dari pendatang seperti dari Maluku,
Minahasa, dan lain-lain atau dari orang Toraja. Mereka tinggal di kota-kota
terutama di Ujung Pandang.
9
juga banyak menangkap teripang, seekor binatang laut (Holothurioidea) yang
dijual kepada tengkulak-tengkulak untuk dieksport ke Cina. Untuk menangkap
teripang mereka berlayar sampai jauh ke daerah Kepulauan Tanimbar, ke daerah
Irian Barat dan ke Australia Utara. Terutama dalam abad ke-19 yang lalu eksport
teripang itu maju sekali sampai permulaan abad ke-20 ini kirkira 1920 waktu
usaha itu mulai mundur.
10
pendidikan pada skala nasional nampaknya masih jauh tertinggal di banding kota
lain di Indonesia. Diukur dari indicator kependudukan strategis sector pendidikan
masih menempati peringkat ke 50 dari 60 kota di Indonesia sekalipun pada bidang
tertentu beberapa pelajar telah mampu mencapai peringkat nasional hingga
internasional seperti menjuarai Olimpiade mata pelajaran matematika dan fisika.
Disisi lain dengan keberadaan sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta
yang berafiliasi pendidikan memberikan kesempatan luas kepada para pendidik
dan tenaga kependidikan di Kota Makassar guna mengembangkan dirinya
sehingga upaya peningkatan sumber daya manusia menjadi lebih mudah sebagai
upaya mempersiapkan akreditasi guru sesuai amanat Undang-Undang No. 14
Tahun 2003 tentang Guru dan Dosen.
Sebagai daerah perkotaan maka potensi saran dan fasilitas pendidikan menjadi
jauh lebih baik dibanding dengan daerah lain di Sulawesi Selatan, dukungan ini
menjadi potensi besar dalam mengakselerasi pendidikan ke depan yang tergambar
dari pencapaian sebagai berikut :
Sekolah Dasar (sederajat). Pada tahun 2005 angka partisipasi kasar (APK) SD
sebesar 103,53% dengan Angka Partisipasi Murni (APM) sebesar 91,87%
11
sedangkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) sebesar 102,99%. Tingkat drop out
(DO) siswa SD sebesar 0,73% dan siswa mengulang berkisar 3,05% dengan
jumlah lulusan SD sebanyak 20.254 orang.
Jumlah SD di Kota Makassar sebanyak 453 buah yang terdiri dari 365 SD
Negeri dan 88 SD Swasta. Jumlah murid SD sebanyak 134.822 orang yang terdiri
dari 112.178 murid SD negeri dan 22.644 murid SD swasta dengan 3.504
rombongan belajar. Jumlah ruang kelas sebanyak 2.686 dengan kondisi 55% baik,
26% rusak ringan, 5% rusak sedang dan 17% rusak berat. Dalam rangka
menggiatkan Program Ayo Membaca yang dicanangkan Walikota Makassar
terdapat perpustakaan sebanyak 231 unit pada SD dan 20 unit pada MI dan
dukungan UKS sebanyak 308 UNIT.
Jumlah SMP di Kota Makassar sebanyak 161 unit yang terdiri dari 37
SMP Negeri dan 124 SMP swasta. Jumlah siswa SMP sebanyak 54.834 orang
yang terdiri dari 31.658 siswa SMP negeri dan 23.176 siswa SMP swasta. Jumlah
ruang kelas sebanyak 1.278 unit dengan kondisi 66% baik, 5,48% rusak ringan,
3,91% rusak sedang dan 2,35% rusak berat.
12
4.013 orang terdiri atas guru PNS sebanyak 1.956 orang dan guru non PNS
sebanyak 2.057 orang.
Jumlah SMA/SMK di Kota Makassar sebanyak 185 unit yang terdiri dari
21 SMA Negeri dan 84 SMA Swasta, 8 SMK Negeri dan 73 SMK Swasta. Jumlah
siswa SMA sebanyak 36.549 orang sedangkan siswa SMK sebanyak 19.985
orang. Jumlah ruang kelas sebanyak 1.409 unit dengan kondisi 97,44 % baik,
5,11% rusak ringan, dan 1,14% rusak berat.
Potensi jasa dan kemitraan dunia usaha merupakan peluang besar yang belum
termanfaatkan secara optimal dalam pegnelolaan pendidikan di Kota Makassar.
Kehadiran sejumlah perusahaan jasa telekomunikasi yang membentuk student
community telah menjadikan subyek pendidikan dari Dinas Pendidikan Kota
Makassar sebagai pasar aktif dan produktif namun impact yang diberikan belum
13
menyentuh pada strategi dasar pembangunan pendidikan yaitu pemerataan
mendapatkan kesempatan pendidikan.
Disisi lain, kehadiran bimbingan belajar telah menjadikan pelajar SD, SMP
dan SMA sebagai pasar aktif guna meningkatkan pendapat lembaga namun
keterikatan dan kontribusi langsung kepada Dinas Pendidikan belum sepenuhnya
dibangun sehingga kehadiran lembaga bimbingan belajar dan Dinas pendidikan
masih berjalan antagonis.
Sejumlah pusat pembelanjaan pun telah bertumbuh yang pada akhirnya akan
menyerap sejumlah tenaga kerja lulusan SMA di Makassar sehingga peluang ini
perlu dilirik dengan menyiapkan kurikulum yang bersesuaian dengan kebutuhan
pasar tersebut dengan terlebih dahulu membangun kemitraan yang diwujudkan
dalam MoU antara Dinas Pendidikan dengan Dunia Usaha.
Potensi jaringan dan akses komunikasi di Kota Makassar tak dapat dipungkiri
sangat membangu upaya mendapatkan informasi bagi guru dan siswa olehnya itu
perlu sistem pendataan kependidikan dan proses pembelajaran yang berbasis
teknologi informasi yang dapat menjembatani kesenjangan guru yang belum
mengikuti pelatihan dengan yang sudah mengikuti pelatihan. Mencapai upaya ini
maka pengembangan sistem informasi pendidikan berbasis Internet atau Visat
merupakan terobosan yang tepat dengan tidak lagi berbasis pada sekolah tertentu
tetapi menyeluruh pada seluruh sekolah di Kota Makassar. Upaya ini pada
akhirnya dapat menjadi alternatif pelatihan jarak jauh bagi guru di kota Makassar
dengan penggunaan internet disekolah atau rumah masing-masing.
14
b. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai serta anggaran yang sesuai.
c. Tersedianya sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan yang
professional dan berpegang pada nilai keagamaan dan budaya lokal.
d. Berperan aktifnya semua pendidikn dan tenaga kependidikan dalam
melakukan fungsinya secara efektif, efisien serta akseleratif.
e. Terbangunnya kemitraan yang kuat antara dunia usaha dengan dunia
pendidikan dengan prinsip pengasuhan yang saling menguntungkan.
15
psikologis. Disamping memberikan kesadaran estetis, juga mampu melahirkan
kesadaran etis. Diantara kedua nilai tersebut, tentunya tidak terlepas dari
sejauhmana masyarakat kesenian (public art) mampu mengapresiasi dan
menginterpretasikan makna dan simbol dari sebuah pesan yang dituangkan dalam
karya seni.
Berbicara tentang estetika, seolah kita terjebak pada suatu narasi yang
menghantarkan kita pada pemenuhan pelipur lara semata, misalnya: gaya hidup,
hiburan dan relaksasi. Kita lupa bahwa seni merupakan variabel yang dapat
membentuk kesadaran sosial sekaligus kesadaran religius masyarakat. Di
Sulawesi Selatan, nilai kekhasan kesenian dapat dikatakan sebagai sebuah wasiat
kebudayaan yang menggiring kita pada lokal values (kearifan). Dibutuhkan
pelurusan makna seni melalui aspek keilmuan agar dia tidak terjebak dalam arus
kepentingan politik dan industri semata.
16
juga senantiasa mempertahankan wasiat seni para leluhurnya. Dari sinilah budaya
masyarakat seni elit memperoleh referensi dan inspirasi dalam memperkaya
kajian kesenian dalam aspek kebudayaan.
Tiap daerah atau tiap suku pasti mempunyai rumah adat khas, begitu pula dengan
Suku Makassar. Rumah dalam bahasa Makassar disebut "Balla". Rumah ini
berbentuk rumah panggung dengan kayu sebagai penyangganya.
Pakaian Adat Suku Makassar ini disebut dengan Baju Bodo. Ciri Baju Bodo ini
yaitu memiliki bentuk segi empat, sisi samping pakaian atas yang dijahit, tidak
berlengan, terbentuknya gelembung dibagian tubuh, tak ada sambungan jahitan
dibagian bahu, terdapatnya hiasan berbentuk bulatan kepingan logam di seluruh
bagian tepi, dan permukaan blus. Memakai Baju Bodo berdasarkan warna mesti
mematuhi ketentuan yang terkait dengan usia penggunanya.
17
2.5.3 Tarian Adat Suku Makassar
Tarian Adat Suku Makassar yang paling terkenal ialah Tari Pakarena. Tari
Pakarena ialah tarian tradisional yang diiringi oleh 2 (dua) kepala drum
(gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik). Tari
pakarena di Sulawesi selatan terdapat di dua kabupaten selain tari pakarena dari
kabupatan Gowa yang pernah dimainkan oleh maestro tari pakarena Maccoppong
Daeng Rannu, terdapat juga jenis tari pakarena lain yang berasal dari Kabupaten
Kepulauan Selayar yaitu Tari Pakarena Gantarang. Pakarena adalah bahasa
setempat berasal dari kata Karena yang artinya main. Tarian ini mentradisi di
kalangan masyarakat Gowa yang merupakan wilayah bekas Kerajaan Gowa.
18
Tari Padupa Bosara merupakan sebuah tarian yang mengambarkan
bahwa orang bugis kedatangan atau dapat dikatakan sebagai tari
selamat datang dari Suku Bugis. Orang Bugis jika kedtangan tamu
senantisa menghidangkan bosara sebagai tanda kehormatan.
2. Tari Pakarena
3. Tari Mabadong
19
malam khusus bagi kaum bangsawan di daerah Tana Toraja
Sulawesi Selatan.
4. Tari Kipas
5. Gandrang Bulo
6. Kecapi
7. Gendang
8. Suling
20
Suling bambu terdiri dari tiga jenis, yaitu: Suling Panjang (Suling
Lampe) yang memiliki lima lubang nada dan jenis suling ini telah
punah.
Suling calabai (siling ponco) suling jenis ini sering dipadukan
dengan biola, kecapi dan dimainkan bersama penyanyi. Suling
dupa Samping (musik bambu) musik bambu masih sangat
terpelihara biasanya digunakan pada acara karnaval atau acara
penjemputan tamu.
Makanan paling terkenal dan paling digemari oleh banyak orang dari orang
Makassar ini ialah Coto Makassar, Sop Saudara, dan Sop Konro. Ketiga makanan
khas ini sangat mudah ditemukan di Indonesia, dengan bumbu khas dan rasa yang
nikmat, menjadikan ketiga makanan sangat terkenal hingga ke mancanegara.
21
2.8 Bahasa, Tulisan, dan Kesastraan
22
Adapun naskah-naskah kuno yang ditulis di daun lontar sekarang sudah sulit
didapat. Sekarang naskah-naskah kuno dari orang Bugis dan Makassar hanya
tinggal yang ditulis di atas kertas dengan pena atau lidi ijuk (kallang) dalam
aksara lontara atau dalam aksara serang. Diantara buku terpenting dalam
kasusteraan Bugis dan Makssar adalah buku Sure Galigo, suatu himpunan
amat besar dari mitologi yang bagi orang Bugis dan Makassar masih
mempunyai nilai yang keramat. Selain itu ada juga himpunan-himpunan
kasusteraan lain yang isinya mempunyai fungsi sebagai pedoman dan tata
kelakuan bagi kehidupan orang, seperti misalnya buku himpunan amanat-
amanatdari nenek moyang (Paseng), buku himpunan undang-undang,
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan para pemimpin adat (Rapang)
dan sebagainya. Kemudian ada juga himpunan-himpunan kasusteraan yang
mengandung bahan sejarah, seperti silsilah raja-raja (Attortolong) dan cerita-
cerita pahlawan yang pernah ada tetapi dibubuhi sifat-sifat legendaris (Pau-
pau). Akhirnya ada juga banyak buku-buku yang mengandung dongeng-
dongeng rakyat seperti roman, cerita lucu, cerita-cerita binatang yang berlaku
seperti manusia dan sebagainya, buku-buku yang mengandung ilmu gaib
(Kotika) dan buku-buku yang berisi syair, nyanyian-nyanyian, teka-teki dan
sebagainya.
Keterangan :
(*) Lontar atau lontaradalam Bahasa Bugiis, adalah buku-buku kuno dibuat
dari daun palm kering, yang ditulisi dengan goresan alat dibubuhi dengan
bubuk hitam, untuk memberi warna pada goresan-goresan tadi.
(***) Menurut dugaan kata serang berasal dari kata Seram. Dulu orang
Muslim Bugis pada mulanya banyak hubungan dengan orang Seram yang
lebih dahulu menerima agama Islam. Di Seram memang huruf Islam yang
biasanya dipakai sebagai tulisan dalam penyebaran agama Islam.
23
2.9 Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Suku Bugis merupakan suku yang menganut sistem patron klien atau
sistem kelompok kesetiakawanan antara pemimpin dan pengikutnya yang
bersifat menyeluruh. Salah satu sistem hierarki yang sangat kaku dan
rumit. Namun, mereka mempunyai mobilitas yang sangat tinggi, buktinya
dimana kita berada tak sulit berjumpa dengan manusia Bugis. Mereka
terkenal berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan,
pekerja keras demi kehormatan nama keluarga.
Sistem organisasi sosial yang terdapat di suku Bugis cukup menarik untuk
diketahui. Yaitu, kedudukan kaum perempuan yang tidak selalu di bawah
kekuasaan kaum laki-laki, bahkan di organisasi sosial yang berbadan
hukum sekalipun. Karena Suku Bugis adalah salah satu suku di Nusantara
yang menjunjung tinggi hak-hak Perempuan. Sejak zaman dahulu,
perempuan di suku Bugis sudah banyak yang berkecimpung di bidang
politik setempat.
Salah satu bentuk organisasi kemasyarakatan yang dianut oleh orang bugis
adalah tudang sipulung (Tudang = Duduk, Sipulung = Berkumpul atau
dapat diterjemahkan sebagai suatu Musyawarah Besar). Musyawarah ini
biasanya dihadiri oleh para Pallontara (ahli mengenai buku Lontara) dan
tokoh-tokoh masyarakat adat untuk membahas tentang kegiatan bercocok
tanam, mulai dari dari turun ke sawah, membajak, sampai tiba waktunya
panen raya. Tapi itu dulu. Ketika tanah dan padi masih menjadi sumber
kehidupan yang mesti dihormati dan diagungkan. Sebelum akhirnya bertani
menjadi sarana bisnis dan proyek peningkatan surplus produksi ekonomi
nasional.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makassar merupakan daerah di Indonesia yang mempunyai keragaman
ras, bahasa, budaya, dan lain-lain. Adanya keragaman budaya yang ada di
Makassar dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan .
perbedaan yang ada karena makhluk individu memiliki ciri khas sendiri.
Maka di Makassar terdapat keragaman warna dan kebudayaan. Adanya
keragaman juga dipengaruhi oleh keadaan geografis suatu lingkungan
masyarakat.
3.2 Saran
Dengan adanya keanekaragaman warna masyarakat dan kebudayaan
hendaknya kita menyikapinya dengan bijak. Toleransi dan saling
menghormati antar sesama masyarakat harus dijunjung tinggi. Walaupun
banyak perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Hal yang terpenting
adalah menghindari sifat etnosentrisme dan egoisme dalam kehidupan
masyarakat yang multikultural demi tercapainya kelangsungan hidup
masyarakat yang damai dan aman
25
26