Anda di halaman 1dari 10

PERSPEKTIF BUDAYA PADANG DALAM KONSELING

LINTAS BUDAYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah: Konseling Lintas Budaya

Dosen Pengampu: Khairina Ulfa Syaimi, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 10 / BKPI-5 / Semester VII

1. Nurul Syafitri Alwi (0303193187)


2. Rita Lestari (0303193171)
3. Siti Aisah Saragih (0303193167)
4. Syazwanul Ikhwan Sagala (0303172154)

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

2022

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa pula
sholawat berangkaikan salam kami curahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang berkat
usaha kerja kerasnya kita dipersatukan dalam persaudaraan yang lurus lagi benar.

Adapun makalah Konseling Lintas Budaya mengenai Perspektif Budaya Padang


dalam Konseling Lintas Budaya ini telah kami usahakan semaksimal mungkin. Kami juga
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran ataupun kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya dan
mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 12 Desember 2022

Kelompok 10
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Budaya Padang
B. Unsur-Unsur Budaya Padang
C. Budaya Padang dalam Konseling Lintas Budaya

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penerapan konseling lintas budaya mengharuskan konselor peka dan tanggap
terhadap adanya keragaman budaya dan adanya perbedaan budaya antar kelompok
klien yang satu dengan kelompok klien lainnya, dan antara konselor sendiri dengan
kliennya. Konselor harus sadar akan implikasi diversitas budaya terhadap proses
konseling. Budaya yang dianut sangat mungkin menimbulkan masalah dalam interaksi
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Masalah bisa muncul akibat interaksi individu
dengan lingkungannya. Sangat mungkin masalah terjadi dalam kaitannya
dengan unsur-unsur kebudayaan, yaitu budaya yang dianut oleh individu, budaya
yang ada di lingkungan individu, serta tuntutan-tuntutan budaya lain yang ada di
sekitar individu. 
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu
dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari
tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan
sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk
mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau.
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang merupakan suatu Austranesia yang telah
digunakan oleh suku Minangkabau sejak awal berdiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana budaya Padang?
2. Apa saja unsur-unsur budaya Padang?
3. Bagaimana budaya Padang dalam konseling lintas budaya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui budaya Padang
2. Untuk mengetahui unsur-unsur budaya Padang
3. Untuk mengetahui budaya Padang dalam konseling lintas budaya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Budaya Padang
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu
dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari
tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan
sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk
mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau.
Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan
agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar
dengan diberikan pisau pada tanduknya. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar
itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung
berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar
tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai
nama Minangkabau, yang berasal dari ucapan 'Manang kabau' (artinya menang
kerbau). Nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu
Nagari Minangkabau, yang terletak di kecamatan Sungayang, kabupaten Tanah Datar,
provinsi Sumatera Barat.
Dalam catatan sejarah kerajaan Majapahit, Nagarakretagama bertarikh 1365
M, juga telah ada menyebutkan nama Minangkabwa sebagai salah satu dari
negeri Melayu yang ditaklukannya. Sedangkan nama "Minang" (kerajaan Minanga)
itu sendiri juga telah disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit yang
bertarikh 682 Masehi dan berbahasa Sansekerta.

Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau Sumatra sekaligus ibu kota


Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kota ini adalah pintu gerbang barat Indonesia
dari Samudra Hindia. Secara geografi, Padang dikelilingi perbukitan yang mencapai
ketinggian 1.853 mdpl dengan luas wilayah 693,66 km², lebih dari separuhnya
berupa hutan lindung. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, kota
ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 909.040 jiwa. Padang merupakan kota
inti dari pengembangan wilayah metropolitan Palapa.
Sejarah Kota Padang tidak terlepas dari peranannya sebagai kawasan rantau
Minangkabau, yang berawal dari perkampungan nelayan di muara Batang Arau lalu
berkembang menjadi bandar pelabuhan yang ramai setelah masuknya Belanda di
bawah bendera Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Hari jadi kota
ditetapkan pada 7 Agustus 1669, yang merupakan hari penyerangan loji Belanda
di Muara Padang oleh masyarakat Pauh dan Koto Tangah. Semasa penjajahan
Belanda, kota ini menjadi pusat perdagangan emas, teh, kopi, dan rempah-rempah.
Memasuki abad ke-20, ekspor batu bara dan semen mulai dilakukan
melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Saat ini, infrastruktur Kota Padang telah dilengkapi
oleh Bandar Udara Internasional Minangkabau serta jalur kereta api yang terhubung
dengan kota lain di Sumatra Barat.

B. Unsur-unsur Budaya Padang


1. Bahasa
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang merupakan suatu Austranesia
yang telah digunakan oleh suku Minangkabau sejak awal berdiri. Bahasa
Minangkabau memiliki beberapa dialek, yaitu :
a) Tanah Datu (Tanah Datar)
b) Agam
c) Limo Puluah Koto (Lima Puluh Kota)
d) Pasisia
e) Kubuang Tigo Baleh

Bahasa Minangkabau dibagi menjadi dua bagian :

a) Darat : Tiga Luhak (Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima Puluh
Kota)
b) Rantau : Perluasan Bahasa Minangkabau sampai ke arah barat ( Bengkulu,
Aceh Selatan).

Bahasa Minangkabau merupakan salah satu dialek dari bahasa Melayu,


karena kesamaan dalam bahasa dan hanya perubahan bunyi. Contoh : Jua (jual).
Bahasa ini juga merupakan sarana seni sastra tradisi.

2. Sistem Teknologi
Sebagai contoh dari sistem teknologi yang ada di dalam suku
Minangkabau terdapat pada bentuk rumah adat serta bentuk desa. Nigari
merupakan sebuah nama desa didalam bahasa Minangkabau. Nigari sendiri ialah
kediaman utama yang dapat dianggap sebagai pusat desa. Rumah Gadang
merupakan rumah adat dari suku Minangkabau. Memiliki bentuk yang
memanjang serta memiliki atap yang mirip dengan tanduk kerbau.
3. Sistem Mata Pencaharian
Mayoritas dari rakyat Minangkabau hidup dengan mengandalkan bidang
dalam bercocok tanam. Untuk rakyat yang tinggal di daerah laut maupun danau
hidup melalui pelayaran. Terdapat pula masyarakat Minangkabau yang hidup
dengan mengandalkan kerajinan tangan.
Keadaan alam Sumatera Barat menyebabkan sebagian besar penduduknya
sampai kita hidup dari pertanian sawah, ladang dan kebun. Pada daerah tertentu
tidak sedikit yang melakukan penangkapan ikan umumnya sebagai mata
pencaharian sambilan. Banyak orang Minangkabau yang meninggalkan pertanian
karena kesadaran, bahwa dengan pertanian tidak bisa menjadi kaya. Kemudian
pindah ke sektor perdagangan. Di luar pertanian, masyarakat Minangkabau
bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, buruh, dan pegawai.
4. Sistem Kekerabatan
Pariuk, kampuang, serta suku merupakan kelompok kekerabatan
masyarakat yang ada di suku Minangkabau. Etnis dipimpin oleh seorang penghulu
suku, serta kampuang yang juga di pimpin oleh penghulu andiko atau dikenal juga
dengan datuak kampuang.
Tiap desa atau nagari bersifat otonom sejak 4 atau 5 abad yang lalu.
Masing-masing orang Minangkabau hanya memiliki kesetiaan kepada nagari
mereka sendiri. Tidak ada satu kekuasaan yang menekan dengan peraturan dan
hukum. Pimpinan dari suatu kaum yang mengatur harta kekayaan keturunannya
ialah Mamak Kepala Waris. Masyarakat Minangkabau menganut sistem
matrilineal, yang menarik garis keturunan dari pihak ibu. Namun, dalam
kenyataannya kaum pria lebih utama perannya dalam masyarakat Minangkabau.
Tanggung jawab dalam pembiayaan acara perkawinan seluruhnya
dilimpahkan kepada pihak perempuan karena suku Minangkabau menganut sistem
matrilineal. Di dalam suku Minangkabau juga sistem poligami merupakan hal
yang tidak dilarang.
5. Sistem Pengetahuan
Saat usia 7 tahun, anak laki-laki di Minangkabau sudah meninggalkan
rumah mereka dan tinggal di dalam surau, atau tempat mereka belajar mengenai
adat Minangkabau dan juga ilmu agama islam. Ketika mereka sudah beranjak
dewasa, selanjutnya mereka akan meninggalkan kampung serta menimba ilmu
atau pengalaman diluar kampung atau desa. Tujuannya dari perantauan tersebut
supaya setelah menjadi dewasa dapat bertanggungjawab terhadap keluarga ketika
pulang ke kampung (Nagari). Sistem pengetahuan di Sumatera Barat berlandaskan
nilai-nilai Islam, dan biasanya para pemuda pergi ke surau untuk belajar dan
mengaji dan juga di tempa latihan fisik berupa pencak silat.
6. Sistem Religi
Hampir seluruh dari anggota suku minang memeluk agama islam. Islam
adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% penduduk Sumatera Barat.
Boleh dikatakan masyarakat Minangkabau tidak mengenal kepercayaan lainnya.
Namun, tetap terdapat agama non Islam di Sumatera Barat yaitu Kristen 1,6% ,
Budha 0,26% dan Hindu sekitar 0,01% yang dianut oleh kebanyakan masyarakat
pendatang.
1) Kesenian
Kesenian di Sumatera Barat sangatlah kaya, mulai dari tarian,
musik, arsitektur, dan pakaian. Kesenian di sumatera barat banyak
dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan budaya Islam. Kesenian
Sumatera Barat pun sangat dikenal luas oleh masyarakat Indonesia karena
masyarakat Minangkabau (umumnya kamu lagi dewasa) pergi merantau ke
luar Sumatera Barat dan menyebarkan kesenian daerah mereka.
2) Pacu Itik
Merupakan olahraga unik pada masyarakat Payakumbuh. Keunikan
dari perlombaan ini adalah tempat penyelenggaraannya yaitu di udara. Itik
yang menjadi pemenang adalah yang bisa terbang dari seluruh dan sampai
lebih dahulu di tempat yang ditentukan
7. Kesenian
Beberapa kesinian tradisional Minangkabau diantaranya sebagai berikut:
 Randai, suatu teater yang berisi music, tarian, drama, dan pencak silat.
 Talempong
 Saluang Jo Dendang
 Tari Piring
 Tari Payung
 Tari Indang
 Pidato Adat (Sambah Manyambah)
 Pencak SIlat
a) Perayaan dan upacara MInagkabau :
 Turun mandi – pemberkatan bayi
 Sunat rasul – upacara sunatan
 Baralek – upacara pernikahan
 Batagak pangulu – pelantikan penghulu (pemimpin suku atau desa)
 Turun ka sawah – gotong royong
 Hari rayo – idul fitri dan idul adha
 Maanta pabukaan – mengantar makanan untuk ibu mertua pada saat
Ramadan
 Tabuik – perayaan di pariaman
 Tanah ta sirah – pelantikan datuak
 Mambangkik batang tarandam – pelantikan datuak
b) Kesenian kerajinan tangan Minangkabau :
 Kain Songket
Tenun dengan corak rumit yang ditenun dengan tangan dari
benang emas atau perak. Dipakai oleh bangsawan.
 Sulaman
 Pahatan emas dan perak
 Ukiran kayu
c) Kerajaan Suku Minangkabau
Di dalam suku minang juga ternyata terdapat kerajaan di dalamnya,
beberapa kerajaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
 Kerajaan Dharmasraya
 Kerajaan Pagaruyung
 Kerajaan Inderapura.
 Pakaian Adat Suku Minangkabau
C. Budaya Padang dalam Konseling Lintas Budaya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Konseling Lintas Budaya (Cross Cultural Counseling) adalah salah satu
layanan konseling antara konselor dan konseli dengan perbedaan latar
budaya berbeda, dan menggunakan aspek budaya sebagai salah satu
indikator pelayanan.
 Bahasa Minangkabau atau Baso Minang merupakan suatu Austranesia
yang telah digunakan oleh suku Minangkabau sejak awal berdiri.
 Mayoritas dari rakyat Minangkabau hidup dengan mengandalkan bidang
dalam bercocok tanam.
 Pariuk, kampuang, serta suku merupakan kelompok kekerabatan
masyarakat yang ada di suku Minangkabau.
 Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% penduduk
Sumatera Barat.
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai