LINTAS BUDAYA
Disusun Oleh:
SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa pula
sholawat berangkaikan salam kami curahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang berkat
usaha kerja kerasnya kita dipersatukan dalam persaudaraan yang lurus lagi benar.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Budaya Padang
B. Unsur-Unsur Budaya Padang
C. Budaya Padang dalam Konseling Lintas Budaya
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan konseling lintas budaya mengharuskan konselor peka dan tanggap
terhadap adanya keragaman budaya dan adanya perbedaan budaya antar kelompok
klien yang satu dengan kelompok klien lainnya, dan antara konselor sendiri dengan
kliennya. Konselor harus sadar akan implikasi diversitas budaya terhadap proses
konseling. Budaya yang dianut sangat mungkin menimbulkan masalah dalam interaksi
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Masalah bisa muncul akibat interaksi individu
dengan lingkungannya. Sangat mungkin masalah terjadi dalam kaitannya
dengan unsur-unsur kebudayaan, yaitu budaya yang dianut oleh individu, budaya
yang ada di lingkungan individu, serta tuntutan-tuntutan budaya lain yang ada di
sekitar individu.
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu
dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari
tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan
sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk
mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau.
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang merupakan suatu Austranesia yang telah
digunakan oleh suku Minangkabau sejak awal berdiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana budaya Padang?
2. Apa saja unsur-unsur budaya Padang?
3. Bagaimana budaya Padang dalam konseling lintas budaya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui budaya Padang
2. Untuk mengetahui unsur-unsur budaya Padang
3. Untuk mengetahui budaya Padang dalam konseling lintas budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Budaya Padang
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu
dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari
tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan
sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk
mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau.
Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan
agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar
dengan diberikan pisau pada tanduknya. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar
itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung
berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar
tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai
nama Minangkabau, yang berasal dari ucapan 'Manang kabau' (artinya menang
kerbau). Nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu
Nagari Minangkabau, yang terletak di kecamatan Sungayang, kabupaten Tanah Datar,
provinsi Sumatera Barat.
Dalam catatan sejarah kerajaan Majapahit, Nagarakretagama bertarikh 1365
M, juga telah ada menyebutkan nama Minangkabwa sebagai salah satu dari
negeri Melayu yang ditaklukannya. Sedangkan nama "Minang" (kerajaan Minanga)
itu sendiri juga telah disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit yang
bertarikh 682 Masehi dan berbahasa Sansekerta.
a) Darat : Tiga Luhak (Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima Puluh
Kota)
b) Rantau : Perluasan Bahasa Minangkabau sampai ke arah barat ( Bengkulu,
Aceh Selatan).
2. Sistem Teknologi
Sebagai contoh dari sistem teknologi yang ada di dalam suku
Minangkabau terdapat pada bentuk rumah adat serta bentuk desa. Nigari
merupakan sebuah nama desa didalam bahasa Minangkabau. Nigari sendiri ialah
kediaman utama yang dapat dianggap sebagai pusat desa. Rumah Gadang
merupakan rumah adat dari suku Minangkabau. Memiliki bentuk yang
memanjang serta memiliki atap yang mirip dengan tanduk kerbau.
3. Sistem Mata Pencaharian
Mayoritas dari rakyat Minangkabau hidup dengan mengandalkan bidang
dalam bercocok tanam. Untuk rakyat yang tinggal di daerah laut maupun danau
hidup melalui pelayaran. Terdapat pula masyarakat Minangkabau yang hidup
dengan mengandalkan kerajinan tangan.
Keadaan alam Sumatera Barat menyebabkan sebagian besar penduduknya
sampai kita hidup dari pertanian sawah, ladang dan kebun. Pada daerah tertentu
tidak sedikit yang melakukan penangkapan ikan umumnya sebagai mata
pencaharian sambilan. Banyak orang Minangkabau yang meninggalkan pertanian
karena kesadaran, bahwa dengan pertanian tidak bisa menjadi kaya. Kemudian
pindah ke sektor perdagangan. Di luar pertanian, masyarakat Minangkabau
bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, buruh, dan pegawai.
4. Sistem Kekerabatan
Pariuk, kampuang, serta suku merupakan kelompok kekerabatan
masyarakat yang ada di suku Minangkabau. Etnis dipimpin oleh seorang penghulu
suku, serta kampuang yang juga di pimpin oleh penghulu andiko atau dikenal juga
dengan datuak kampuang.
Tiap desa atau nagari bersifat otonom sejak 4 atau 5 abad yang lalu.
Masing-masing orang Minangkabau hanya memiliki kesetiaan kepada nagari
mereka sendiri. Tidak ada satu kekuasaan yang menekan dengan peraturan dan
hukum. Pimpinan dari suatu kaum yang mengatur harta kekayaan keturunannya
ialah Mamak Kepala Waris. Masyarakat Minangkabau menganut sistem
matrilineal, yang menarik garis keturunan dari pihak ibu. Namun, dalam
kenyataannya kaum pria lebih utama perannya dalam masyarakat Minangkabau.
Tanggung jawab dalam pembiayaan acara perkawinan seluruhnya
dilimpahkan kepada pihak perempuan karena suku Minangkabau menganut sistem
matrilineal. Di dalam suku Minangkabau juga sistem poligami merupakan hal
yang tidak dilarang.
5. Sistem Pengetahuan
Saat usia 7 tahun, anak laki-laki di Minangkabau sudah meninggalkan
rumah mereka dan tinggal di dalam surau, atau tempat mereka belajar mengenai
adat Minangkabau dan juga ilmu agama islam. Ketika mereka sudah beranjak
dewasa, selanjutnya mereka akan meninggalkan kampung serta menimba ilmu
atau pengalaman diluar kampung atau desa. Tujuannya dari perantauan tersebut
supaya setelah menjadi dewasa dapat bertanggungjawab terhadap keluarga ketika
pulang ke kampung (Nagari). Sistem pengetahuan di Sumatera Barat berlandaskan
nilai-nilai Islam, dan biasanya para pemuda pergi ke surau untuk belajar dan
mengaji dan juga di tempa latihan fisik berupa pencak silat.
6. Sistem Religi
Hampir seluruh dari anggota suku minang memeluk agama islam. Islam
adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% penduduk Sumatera Barat.
Boleh dikatakan masyarakat Minangkabau tidak mengenal kepercayaan lainnya.
Namun, tetap terdapat agama non Islam di Sumatera Barat yaitu Kristen 1,6% ,
Budha 0,26% dan Hindu sekitar 0,01% yang dianut oleh kebanyakan masyarakat
pendatang.
1) Kesenian
Kesenian di Sumatera Barat sangatlah kaya, mulai dari tarian,
musik, arsitektur, dan pakaian. Kesenian di sumatera barat banyak
dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan budaya Islam. Kesenian
Sumatera Barat pun sangat dikenal luas oleh masyarakat Indonesia karena
masyarakat Minangkabau (umumnya kamu lagi dewasa) pergi merantau ke
luar Sumatera Barat dan menyebarkan kesenian daerah mereka.
2) Pacu Itik
Merupakan olahraga unik pada masyarakat Payakumbuh. Keunikan
dari perlombaan ini adalah tempat penyelenggaraannya yaitu di udara. Itik
yang menjadi pemenang adalah yang bisa terbang dari seluruh dan sampai
lebih dahulu di tempat yang ditentukan
7. Kesenian
Beberapa kesinian tradisional Minangkabau diantaranya sebagai berikut:
Randai, suatu teater yang berisi music, tarian, drama, dan pencak silat.
Talempong
Saluang Jo Dendang
Tari Piring
Tari Payung
Tari Indang
Pidato Adat (Sambah Manyambah)
Pencak SIlat
a) Perayaan dan upacara MInagkabau :
Turun mandi – pemberkatan bayi
Sunat rasul – upacara sunatan
Baralek – upacara pernikahan
Batagak pangulu – pelantikan penghulu (pemimpin suku atau desa)
Turun ka sawah – gotong royong
Hari rayo – idul fitri dan idul adha
Maanta pabukaan – mengantar makanan untuk ibu mertua pada saat
Ramadan
Tabuik – perayaan di pariaman
Tanah ta sirah – pelantikan datuak
Mambangkik batang tarandam – pelantikan datuak
b) Kesenian kerajinan tangan Minangkabau :
Kain Songket
Tenun dengan corak rumit yang ditenun dengan tangan dari
benang emas atau perak. Dipakai oleh bangsawan.
Sulaman
Pahatan emas dan perak
Ukiran kayu
c) Kerajaan Suku Minangkabau
Di dalam suku minang juga ternyata terdapat kerajaan di dalamnya,
beberapa kerajaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Kerajaan Dharmasraya
Kerajaan Pagaruyung
Kerajaan Inderapura.
Pakaian Adat Suku Minangkabau
C. Budaya Padang dalam Konseling Lintas Budaya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling Lintas Budaya (Cross Cultural Counseling) adalah salah satu
layanan konseling antara konselor dan konseli dengan perbedaan latar
budaya berbeda, dan menggunakan aspek budaya sebagai salah satu
indikator pelayanan.
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang merupakan suatu Austranesia
yang telah digunakan oleh suku Minangkabau sejak awal berdiri.
Mayoritas dari rakyat Minangkabau hidup dengan mengandalkan bidang
dalam bercocok tanam.
Pariuk, kampuang, serta suku merupakan kelompok kekerabatan
masyarakat yang ada di suku Minangkabau.
Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% penduduk
Sumatera Barat.
B. Saran