DISUSUN OLEH :
(11911323170)
DOSEN PENGAMPU :
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat-Nyalah makalah ini dapat di selesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “Suku Minangkabau”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pengetahuan mengenai Suku
Minangkabau. Yang mana ilmu yang di dapatkan berguna untuk pemahaman saat jam
perkuliahan berlangsung maupun diluar jam perkuliahan.
Hanya kepada Tuhan Maha Kuasa kami memohon doa, semoga bantuan dari
berbagai pihak bernilai ibadah. Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan sehingga hanya yang demikian sajalah yang
dapat kami berikan. Kami juga sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Bahasa............................................................................................................6
B. Kearifan lokal Minangkabau..........................................................................6
C. Adat Istiadat Minangkabau............................................................................8
D. Keunikan Suku Minangkabau........................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus mengetahui berbagai macam
kebudayaan yang ada di negara kita. Indonesia terdiri dari banyak suku dan
budaya, dengan mengenal dan mengetahui hal itu, masyarakat Indonesia akan
lebih mengerti kepribadian suku lain, sehingga tidak menimbulkan perpecahan
maupun perseteruan. Pengetahuan tentang kebudayaan itu juga akan
memperkuat rasa nasionalisme kita sebagai warga negara Indonesia yang baik.
Selain hal-hal di atas, kita juga dapat mengetahui berbagai kebudaya di
Indonesia yang mengalami akulturasi. Karena proses akulturasi yang terjadi
tampak simpang siur dan setengah-setengah. Contoh, perubahan gaya hidup
pada masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan yang seolah-olah sedikit
demi sedikit mulai mengikis budaya dan adat ketimurannya. Namun, masih
ada beberapa masyarakat yang masih sangat kolot dan hampir tidak
mempedulikan perkembangan dan kemajuan dunia luar dan mereka tetap
menjaga kebudayaan asli mereka.
Karena latar belakang di atas kita menyusun makalah tentang salah satu
kebudayaan masyarakat Indonesia, yaitu masyarakat Minangkabau. Makalah
ini akan memberikan wawasan tentang masyarakat Minangkabau yang
memiliki keragaman suku dan budaya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini ialah :
1. Bagaimana bahasa masyarakat Minangkabau?
2. Apa saja kebiasaan atau kearifan lokal masyarakat Minangkabau?
3. Bagaimana adat istiadat yang dimiliki masyarakat Minangkabau?
4. Apa saja keunikan yang dimiliki masyarakat Minangkabau?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang terdapat dalam makalah ini ialah :
1. Dapat mengatahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau
2. Dapat mengetahui kebiasaan atau kearifan lokal masyarakat Minangkabau
3. Dapat mengetahui adat istiadat yang dimiliki masyarakat Minangkabau
4. Dapat mengetahui keunikan yang dimiliki masyarakat Minangkabau
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahasa
Kata dari Minangkabau mempunyai makna arti yang tidak hanya
merujuk pada nama sebuah desa yang terletak dikecamatan Sugayang,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Tetapi juga mengarah pada etnis
suatu suku, budaya, bahasa secara geografis. Minangkabau memiliki batasan
Sumatera Barat, sebagian dari Jambi, separuh daratan Riau, sebagian
Bengkulu, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh dan negri Sembilan
yang berada di negara Malaysia. Nama minangkabau berasal dari kata manang
yang berarti menang dan kabau berartikan kerbau.
Sejarah mencatat masyarakat minangkabau memiliki bahasa tersendiri.
Bahasanya termasuk kedalam Bahasa Austronesia sedangkan sejarah
menyebutkan Bahasa Minang termasuk ke dalam Bahasa Melayu karena
banyaknya kesamaan bentuk kosakata didalamnya, namun memiliki dialek
masing-masing daerah. Bahasa Minang terdapat berbagai Bahasa lainnya
seperti bahasa Sansekerta Tamil, Arab dan Persia yang terserap oleh
masyarakat yang seiring digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dilihat
dari berbagai prasasti yang menggunakan kosakata Sanskerta dan Tamil.
Kemudian aksara Arab yang digunakan dalam sehari-hari sebelum masyarakat
minang berganti menggunakan alfabert latin.1
Menurut penelitian sementara, setiap luhak mempunyai lebih dari satu
dialek. Ada negeri yang bertentangga mempunyai dialek yang berbeda,
setidaknya dalam irama. Ada dialek yang meodius, yang rata, dan ada yang
kasar. Namun, ada bahasa Minangkabau (dialek) umum yang menjadi alat
komunikasi bagi seluruh suku Minangkabau dan pendukung sastra
Minangkabau.2
1
Risnaldi Mirsa dkk, Resiliensi Kawasan Nagari Sianok Anam Suku, (Yogyakarta : K-
media,2018),hal. 6
2
Sayamsuddin Udin, Rebab Pesisir Selatan Malin Kundang, (Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia,1996),hal.4
Bahasa Minangkabau juga menjadi bahasa pergaulan di kawasan
pantai barat Sumatera Utara, bahkan mengkangkau jauh hingga pesisir barat
Aceh. Selain itu, bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh masyarakat Negeri
Sembilan, Malaysia yang nenek moyangnya merupakan pendatang asal ranah
Minang sejak berabad-abad silam.
3
Desi Saraswati, Indonesiaku Kaya Bahasa, (Depok : Penebar Swadaya,2005), hal.14
Untuk komunikasi antar penutur Bahasa Minangkabau yang
sedemikian beragam ini, akhirnya dipergunakanlah dialek Padang sebagai
bahasa baku Minangkabau atau disebut Baso Padang atau Baso Urang Awak.
Bahasa Minangkabau dialek Padang inilah yang menjadi acuan baku (standar)
dalam menguasai bahasa Minangkabau, contohnya yaitu :
4
Fadila Zikri, Minangkabau Masa Kolonial Sejarah, (Yogyakarta : Gre
Publishing,2018),hal.8
5
Erotisme, Kebudayaan Minangkabau, (Jakarta: Harian Pelita,1994),hal.90
tradisi ini dengan Panjek Pinang. Bagi anak Nagari Sianok Anam Suku
misal nya, tradisi ini dilakukan dengan enam batang pinang, jumlah 6
batang pinang yang berdiri itu punya makna bukan sembarang jumlah saja.
6 batang pinang itu merupakan representasi jumlah suku di Nagari Sianok
Anam Suku. Semasa dulunya, masing-masing suku yang ada di nagari itu,
“berhak” mendapatkan satu batang pinang yang selanjutnya akan dipanjat
oleh anak kamanakan. Suku yang ada di Nagari Sianok Anam Suku, yaitu
Sikumbang, Tanjung, Guci, Chaniago, Jambak, dan Singkuan. Menjelang
17 agustus hampir seluruh Indonesia membuat perlombaan berbasis panjat
pinang ini yang sudah lama dan tetap terjaga hingga sekarang.
4. Makan Bajamba
Makan bajamba sering juga disebut Makan Barapak, tradisi ini sampai
sekarang masih jamak dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Makan
Bajamba adalah tradisi makan dengan cara makan bersama di sebuah
tempat, biasanya dilakukan pada hari besar islam, upacara adat atau acara-
acara penting lainnya. Tradisi makan bajamba diperkirakan masuk ke
Sumatera Barat seiring dengan masuknya islam ke Ranah Minang pada
abad ke-7. Maka tidak heran banyak adab dalam makan bajamba yang
sesuai dengan syariat islam.6
5. Pacu Jawi
Salah satu tradisi unik yang menjadi favorit dari Sumatera Barat adalah
Pacu Jawi. Pacu Jawi merupakan tradisi unik yang dilakukan masyarakat
Tanah Datar khususnya masyarakat di kecamatan Sungai Tarab,
Rambatan, Limo kaum, dan Pariangan. Selain itu Pacu Jawi juga
dilaksanakan di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota dan Payakumbuh.
Sekilas, Pacu Jawi mirip dengan Karapan Sapi di Madura. Namun yang
membedakan keduanya adalah lahan yang digunakan. Jika Karapan Sapi
menggunakan sawah yang kering, maka Pacu Jawi menggunakan sawah
yang basah dan berlumpur. Selain itu untuk mempercepat lari sapi, joki
Pacu Jawi tidak menggunakan tongkat seperti Karapan Sapi, mereka
biasanya menggigit ekor sapi.
C. Adat Istiadat
Adat adalah segala aturan hidup masyarakat Minangkabau. Adat juga
dapat dikatakan sebagai undang-undang tidak tertulis yang harus diikuti oleh
setiap anggota masyarakat.7 Adat Minangkabau adalag suatu pandangan hidup
yang berpangkal pada “akal dan budi” artinya, adat disusun berdasarkan
6
Ruly dkk, Komunikasi Budaya dan Dokumentasi Kontemporer, (Jawa Barat : Unpad
Press,2019),hal.315
7
Shaifullah,Febi, Pertautan Budaya-Sejarah Minangkabau dan Negeri Sembilan,(Padang
Panjang : Institut Seni Indonesia Padang Panjang,2017),hal.19
pemikiran yang didasarkan pada budi atau akhlak yang mulia. Adapun adat
istiadat yang terdapat dalam suku minangkabau ialah :
1. Batagak Pangulu
Masyarakat Minangkabau hidup dalam budaya bersuku dan
berkaum, setiap suku memiliki seorang penghulu suku atau Datuk
atau bisa juga disebut dengan orang yang paling dihormati dan
paling berpengaruh dalam mengambil keputusan adat dalam
menyelesaikan permasalahan keluarga.
Upacara ini merupakan sebuah upacara adat yang sangat besar,
karena akan digelar 3 hari hingga satu minggu. Upacara Batagak
Pangulu itu merupakan sebuah upacara adat yang dilakukan untuk
mengangkat pimpinan suku atau kaumnya.
D. Keunikan
Keunikan yang dimiliki oleh Sumatra barat atau suku minangkabau sangatlah
banyak. Karena wisata, makanan yang ada di sumbar serba ada. Adapun
keunikan yang dimilki suku Minangkabau ialah :
1. Makanan Khas Sumatra Barat
a. Rendang
c. Dendeng Balado
b. Janjang Seribu
c. Goa Jepang
Masih di daerah wilayah Bukit Tinggi bersebelahan dengan
Janjang seribu, kita bisa langsung menuju Goa Jepang. Goa Jepang
atau dengan sebutan lain Lobang Jepang mempunyai nilai sejarah
tersendiri dimana goa ini dibangun pada masa penjajahan Jepang
dan dibangun dengan cara kerja paksa atau romusha. Di dalam goa
Jepang terdapat tempat-tempat yang dahulunya digunakan untuk
keperluan masing-masing.
Masih di daerah wilayah Bukit Tinggi bersebelahan dengan
Janjang seribu, kita bisa langsung menuju Goa Jepang. Goa Jepang
atau dengan sebutan lain Lobang Jepang mempunyai nilai sejarah
tersendiri dimana goa ini dibangun pada masa penjajahan Jepang
dan dibangun dengan cara kerja paksa atau romusha. Di dalam goa
Jepang terdapat tempat-tempat yang dahulunya digunakan untuk
keperluan masing-masing.
d. Danau Maninjau
10
Kato, Tsuyoshi. Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah.(Jakarta : PT
Balai Pustaka,2005),hal 44
Tari Piring
Tari Piring berasal dari Sumatra Barat. Ciri khas kesenian ini
menggunakan properti piring. Maknanya melambangkan suka rasa
syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang sukses. Para penari
mengayunkan piring untuk mengikuti gerakan cepat dan teratur tanpa
terlepas dari tangan mereka.
tari piring biasanya ditampilkan oleh tiga hingga lima orang penari
yang memegang dua hingga tiga piring pada tangannya serta
menggunakan aksesoris gelang lonceng kecil yang diikat pada kaki
penari.Pengiring Tari Piring adalah musik yang dihasilkan dari alat
musik dari Sumatera Barat, yakni bong dan saluang. makna tari piring
mencerminkan kehidupan masyarakat tradisional Minangkabau saat
mereka bekerja di sawah. Tarian ini mengungkapkan kebahagiaan para
petani sekaligus rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang
sukses.
Pada awalnya, tari piring merupakan pemujaan terhadap Dewi Padi
dan penghormatan atas hasil panen. Kedatangan Islam membawa
perubahan kepercayaan dan konsep tarian ini. Saat ini, Tari Piring
lebih sering diadakan pada acara pernikahan. gerakan Tari Piring
meniru cara petani bercocok tanam. Penggunaan piring diisi makanan
yang lezat menggambarkan rasa kegembiraan dan rasa syukur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek. Dialek bahasa
Minang kabau sangat bervariasi, bahkan antarkampung yang dipisahkan oleh
sungai sekalipun sudah mempunyai dialek yang berbeda. Beberapa dialek
bahasa Minangkabau diantaranya dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek
Pesisir Selatan, dan dialek Payahkumbu. Perbedaan terbesar adalah dialek
yang dituturkan di kawasan Pesisir Selatan dan dialek di wilayah Muko-Muko,
Bengkulu. Selain itu, dialek Bahasa Minangkabau juga dituturkan di Negeri
Sembilan, Malaysia dan Aceh yang disebut sebagai Aneuk Jamee di Aceh,
terutama di wilayah Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan.
Sumatera Barat memiliki suku asli yakni Minangkabau yang banyak
memiliki tradisi unik berbasis kearifan lokal dan terus di wariskan dari
generasi kegenerasi. Adat minangkabau lebih banyak dijumpai di dalam
karya-karya sastra lisan Minangkabau. Keunikan yang dimiliki oleh Sumatra
barat atau suku minangkabau sangatlah banyak. Karena wisata, makanan yang
ada di sumbar serba ada.
B. Saran
Sebaiknya penulis lebih banyak lagi menambah isi makalah ini dan lebih
diperbaiki dalam setiap penulisan agar lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Risnaldi Mirsa dkk,(2018), Resiliensi Kawasan Nagari Sianok Anam Suku,
(Yogyakarta : K-media)
Sayamsuddin Udin,(1996), Rebab Pesisir Selatan Malin Kundang, (Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia)
Desi Saraswati,(2005), Indonesiaku Kaya Bahasa, (Depok : Penebar Swadaya)
Fadila Zikri,(2018), Minangkabau Masa Kolonial Sejarah, (Yogyakarta : Gre
Publishing)
Erotisme,(1994), Kebudayaan Minangkabau, (Jakarta: Harian Pelita)