Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU

MINANGKABAU

GURU PEMBIMBING :
Drs. Agus Sudibyo
DISUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD ADIS NARARYA (21)
2. SEKAR DWI ANGGRAINI (32)
3. STEFANNY WIDYARATRI SUSANTO (33)
4. VIRGIAWAN DAVA PUTRA M (34)
5. YUDIS NURIKAYANA RAKHA W (35)

SMA NEGERI 1 NGAGLIK


2022/2023
Jl. Palagan Tentara Pelajar No Km 13,5, Kasenan, Donoharjo,
Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Derah Istimewa Yogyakarta
55581
Website: www.sman1ngaglik.sch.id Email:
ngaglik_satu@yahoo.com
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Suku Minangkabau
B. Letak Geografi Suku Minangkabau
C. Bahasa Suku Minangkabau
D. Kesenian Suku Minangkabau
E. Rumah Adat Suku Minangkabau
F. Sistem Kepercayaan Suku Minangkabau
G. Sistem Kekerabatan Suku Minangkabau
H. Sistem Ekonomi Suku Minangkabau
I. Pakaian Adat Minangkabau
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai masyarakat indonesia,kita harus mengetahui berbagai macam kebudyaan yang ada
dinegara kita.Indonesia terdiri dari banyak suku dan budaya,denganmengenal dan
mengetahui hal itu,masyarakat indonesia akan lebih mengerti kepribadian suku
lain,sehingga tidak menimbulkan perpecahan maupun perseturuan.Pengetahuan tentang
kebudayaan itu juga akan memperkuat rasa nasionalisme kita sebagai warga negara
indonesia yang baik.
Selain hal-hal diatas,kita juga dapat mengetahui berbagai kebudayaan diindonesiayang
mengalami akulturasi.Karena proses alkuturasi yang terjadi tampaksimpang siurdan
setengah-setengah.Contoh,perubahan gaya hidup pada masyarakat indonesia yang kebarat-
baratan yang seolah-olah sedikit demi sedikit mulai mengikisbudaya dan
adatketimurannya.Namun,masih ada beberapa masyarakat yang masih sangat kolot
danhampir tidak mempedulikan perkembangan dan kemajuandunia luar danmereka tetap
mennjagaa kebudayaan asli mereka.
Karena latar belakang diatas kita menyusun makalah tentang salah satukebudayaan
masyarakat indonesia,yaitu masyarakat Minangkabau.Makkalah iniakan memberikan
wawasan tentang masyarakat Minangkabau yang memeiliki keragaman suku dan budaya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah keadaan masyarakat minangkabau?
2. Bagaimanaka adat istiadat dan budaya masyarakat Minangkabau?
3. Bagaimmanakah sosial kemasyaraakatan yang ada di Minangkabau?

C. Tujuan
Untuk mengetahui keadaan masyarakat Minangkabau,adat istiadat dan budaya
masyarakat Minangkabau dan sosial Kemasyarakatannya.

D. Manfaat
Memberikan pengetahuan pada masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada
khususnya tentang masyarakat Minangkabau.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Suku Minangkabau
Sejarah awal adanya Suku Minangkabau Suku Minangkabau atau Minang adalah kelompok
etnik Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah penganut
kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu,
bagian barat Jambi, bagian selatan Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri
Sembilandi Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang sering kali disamakan sebagai
orang Padang, merujuk kepada nama ibukota propinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang.
Hal ini dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa beberapa literatur Belanda juga telah
menyebut masyarakat suku ini sebagai Padangsche Bovenlanden.
Suku ini mempunyai sifat merantau yang boleh dikatakan telah menyatu dalam pola hidup
mereka sehingga banyak di antara mereka pindah ke pulau-pulau lain di Indonesia. Suku
Minangkabau merupakan suku terbesar ke 4 di Indonesia yang tersebar luas dan sangat
berpengaruh.
Masyarakat Minangkabau atau Minang adalah kelompok etnik nusantara yang berbahasa
dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera
Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan
Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Budayanya sangat
kuat diwarnai ajaran agama Islam. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam
pernyataan
Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah
(Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan
ajaran Islam.
Orang Minangkabau sangat menonjol dibidang perniagaan, sebagai profesional dan
intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan
Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota
suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-
kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya.
Di luar wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di Malaysia dan Singapura.

B. Letak Geografi Suku Mnangkabau


Suku minangkabau terletak di Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara
Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga
Negeri Sembilan di Malaysia. Minangkabau lebih menonjol dengan ajaran agama Islam. Saat
ini masyarakat minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia.
penduduk Sumatera Barat didukung oleh beberapa kelompok etnik. Etnik terbesar adalah
suku Minangkabau. Suku Minangkabau menyebar di hampir semua wilayah daratan utama.
Kelompok lainnya dalam jumlah yang lebih sedikit adalah suku Mandailing yang banyak
menghuni wilayah Pasaman, orang Jawa di Pasaman dan Sijunjung, orang Tionghoa di
wilayah perkotaan, dan berbagai suku pendatang lainnya. Sementara itu, Kepulauan
Mentawai dihuni oleh suku Mentawai. Suku Minangkabau menempatkan perempuan pada
kedudukan yang istimewa. Tidak seperti sebagian besar suku di Indonesia yang menganut
sistem kekerabatan patrilineal (garis keturunan ayah), Suku Minangkabau di Sumatera
Barat menganut sistem Matrilineal (garis keturunan ibu). Suku Minangkabau di Sumatera
Barat merupakan suku dengan budaya Matrilineal terbesar didunia.

C. Bahasa Suku Minangkabau


Bahasa di Minangkabau merupakan bahasa Austronesia. Meskipun ada perbedaan
pendapai mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa melayu, ada yang
menganggap bahasa yang diucapkan masyarakat itu bagian dari bahasa melayu, karena
banyaknya kesamaan terhadap kosakata dan bentuk ucapannya.
Tapi ada yang beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri. Selain itu dalam
masyarakat minangkabau memiliki macam bahasa yang tergantung pada daerahnya masing-
masing.

D. Kesenian Suku Minangkabau


Suku Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari-tarian yang
biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan.
1. Tari pasambahan merupakan tarian yang dimainkan bermaksud sebagai ucapan
selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru
saja sampai, selanjutnya.
2. Tari piring merupakan
bentuk tarian dengan gerak
cepat dari para penarinya
sambil memegang piring
pada telapak tangan masing-
masing, yang diiringi dengan
lagu yang dimainkan oleh
talempong dan saluang

3. Silek atau Silat Minangkabau merupakan suatu seni bela diri tradisional khas suku ini
yang sudah berkembang sejak lama.

4. Tari Payung merupakan tari tradisi Minangkabau yang saat ini telah banyak
perubahan dan dikembangkan oleh senian-seniman tari terutama di Sumatra Barat.
Awalnya tari ini memiliki makna tentang kegembiraan muda mudi (penciptaan) yang
memperlihatkan bagaimana perhatian seorang laki-laki terhadap kekasihnya. Payung
menjadi icon bahwa keduanya menuju satu tujuan yaitu membina rumah tangga
yang baik. Keberagaman Tari Payung tidak membunuh tari payung yang ada sebagai
alat ungkap budaya Minangkabau.

5. Randai, tarian yang bercampur dengan silek . Randai biasa diiringi dengan nyanyian
atau disebut juga dengan sijobang , dalam randai ini juga terdapat seni peran (acting)
berdasarkan skenario. Di samping itu, Minangkabau juga menonjol dalam seni
berkata-kata. Ada tiga genre seni berkata-kata, yaitu pasambahan (persembahan),
indang, dan salawat dulang. Seni berkata-kata atau bersilat lidah, lebih
mengedepankan kata sindiran, kiasan, ibarat,alegori,metafora dan
aphorisme,contohnya Dima Tumbuah,sinam disiang -cara memecahkan suatu
masalah dengan langsung ke akar atau penyebab masalah itu sendiri.
Dalam seni berkata-kata seseorang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan dan
harga diri ,tanpa menggunakan senjata atau kontak fisik.
E. Rumah Adat Suku Minangkabau
Rumah adat suku Minangkabau disebut dengan Rumah Gadang yang biasanya dibangun di
atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku tersebut secara turun temurun. Rumah
Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bagian muka dan
belakang. Umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti bentuk rumah
panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau yang biasa disebut
gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng.
Namun hanya kaum perempuan dan suaminya, beserta anak-anak yang jadi penghuni
rumah gadang. Sedangkan laki-laki kaum tersebut yang sudah beristri, menetap di rumah
istrinya. Jika laki-laki anggota kaum belum menikah, biasanya tidur di surau. Surau biasanya
dibangun tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut, selain berfungsi sebagai tempat
ibadah, juga berfungsi sebagai tempat tinggal lelaki dewasa namun belum menikah.

F. Sistem Kepercayaan Suku Minangkabau


Masyarakat Minangkabau merupakan penganut agama Islam yang taat.Mereka boleh
dikatakan tidak mengenal unsur-unsur kepercayaan lainnya. Upacara-upacara adalah
kegiatan ibadah yang berkaitan dengan salat hari raya Idul Fitri, hari raya kurban dan bulan
ramadhan. Di samping itu upacara-upacara lainya adalah upacara Tabuik dll.

G. Sistem Kekerabatan Suku Minangkabau


Masyarakat Minangkabau menganut garis keturunan matrilineal (garis keturunan ibu).
Keturunan keluarga dalam masyarakat Minangkabau terdiri atau tiga macam kesatuan
kekerabatan yaitu : paruik, kampuang dan suku. Kepentingan suatu keluarga diurus oleh
laki-laki dewasa dari keluarga tersebut yang bertindak sebagai niniek mamak. Jodoh harus
dipilih dari luar suku (eksogami).
Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut baralek, mempunyai beberapa
tahapan yang umum dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang), manjapuik
marapulai (menjemput pengantin pria), sampai basandiang (bersanding di pelaminan).
Setelah maminang dan muncul kesepakatan manantuan hari (menentukan hari
pernikahan), maka kemudian dilanjutkan dengan pernikahan secara Islam yang biasa
dilakukan di Mesjid, sebelum kedua pengantin bersanding di pelaminan. Pada nagari
tertentu setelah ijab kabul di depan penghulu atau tuan kadi, mempelai pria akan diberikan
gelar baru sebagai panggilan penganti nama kecilnya. Kemudian masyarakat sekitar akan
memanggilnya dengan gelar baru tersebut. Gelar panggilan tersebut biasanya bermulai dari
sutan, bagindo atau sidi di kawasan pesisir pantai. Sedangkan di kawasan luhak limo
puluah, pemberian gelar ini tidak berlaku. Dalam adat diharapkan adanya perkawinan
dengan anak perempuan mamaknya. Perkawinan tidak mengenal mas kawin, tetapi
mengenal uang jemputan yaitu pemberian sejumlah uang dan barang kepada keluarga
mempelai laki-laki. Sesudah upacara perkawinan mempelai tinggal di rumah istrinya
(matrilokal).

H. Sistem Ekonomi Suku Minangkabau


Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian besar sebagai petani. Bagi yang
tinggal di pinggir laut mata pencaharian utamanya menangkap ikan. Seiring dengan
perkembangan zaman, banyak masyarakat Minangkabau yang mengadu nasib ke kota-kota
besar. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini. Masyarakat
Minangkabau juga banyak yang menjadi perajin. Kerajinan yang dihasilkan adalah kain
songket. Hasil kerajinan tersebut merupakan cenderamata khas dari Minangkabau.
Stratifikasi sosial masyarakat Minangkabau pada daerah tertentu (terutama Padang
Pariaman) masih mengenal 3 tingkatan, yaitu :
1. Golongan bangsawan Memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat dan sering
mendapat kemudahan dalam segala urusan, misalnya : memperolah uang jemputan yang
tinggi jika menikah, boleh tidak memberi belanja kepada isterinya dan anaknya,
memperoleh gelar kebangsawanan juga. Ia boleh kawin dengan/dari kelas mana saja.
Sebaliknya seorang wanita bangsawan dilarang kawin dengan seorang laki-laki biasa,
apalagi kelas terendah. Yang termasuk golongan bangsawan ialah orang-orang yang mula-
mula datang dan mendirikan desa-desa di daerah Minangkabau. Karena itu mereka disebut
sebagai urang asa (orang asal).
2. Golongan orang biasa Adalah orang-orang yang datang kemudian dan tidak terikat
dengan orang asal, tetapi mereka bisa memiliki tanah dan rumah sendiri dengan cara
membeli.
3 .Golongan ternedah Adalah orang-orang yang datang kemudian dan menumpang pada
keluarga-keluarga yang lebih dulu datang dengan jalan menghambakan diri. Oleh karena itu
golongan ini menduduku kelas yang terbawah. Menurut konsepsi orang Minangkabau,
perbedaan lapisan sosial ini dinyatakan dengan sitilah-istilah sebagai berikut :
1.Kamanakan tali pariuk,yaitu keturunan langsung dari keluarga urang asa.
2.Kamanakan tali budi, yaitu para pendatang tetapi kedudukan ekonomi dan sosialnya
sudah baik, sehingga dianggap sederajad dengan urang asa.
3.Kamanakan tali ameh, yaitu para pendatang baru yang mencari hubungan keluarga
dengan urang asa, tetapi telah dapat hidup mandiri.
4.Kamanakan bawah lutuik,yaitu orang yang menghamba pada orang asa.

I. Pakaian Adat Suku Minangkabau


Limpapeh Rumah Nan Gadang, Lambang kebesaran wanita Minangkabau disebut
“Limpapeh Rumah nan gadang”. Limpapeh artinya tiang tengah pada sebuah bangunan
dan tempat memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini
ambruk maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh berantakan. Dengan kata lain perempuan di
Minangkabau merupakan tiang kokoh dalam rumah tangga. Pakaian Limpapeh Rumah Nan
Gadang tidak sama ditiap-tiap nagari . Pakaian Penghulu. Pakaian adat pria Suku Minang
disebut pakaian Penghulu. Pakaian Penghulu merupakan pakaian kebesaran dalam adat
Minangkabau dan tidak semua orang dapat memakainya. Pakaian Penghulu merupakan
pakaian kebesaran dalam adat Minangkabau dan tidak semua orang dapat memakainya. Di
samping itu pakaian tersebut bukanlah pakaian harian yang seenaknya dipakai oleh seorang
penghulu, melainkan sesuai dengan tata cara yang telah digariskan oleh adat. Pakaian
penghulu merupakan seperangkat pakaian yang terdiri dari Deta atau Destar adalah tutup
kepala atau sebagai perhiasan kepala tutup kepala bila dilihat pada bentuknya terbagi pula
atas beberapa bahagian sesuai dengan sipemakai, daerah dan kedudukannya.
Deta raja Alam bernama “dandam tak sudah” (dendam tak sudah). Penghulu
memakai deta gadang (destar besar) atau saluak batimbo (seluk bertimba). Deta Indomo
Saruaso bernama Deta Ameh (destar emas). Deta raja di pesisir bernama cilieng manurun
(ciling menurun). Destar atau seluk yang melilit di kepala penghulu seperti kulit yang
menunjukkan isi dengan pengertian destar membayangkan apa yang terdapat dalam kepala
seorang penghulu. Destar mempunyai kerut, merupakan banyak undang-undang yang perlu
diketahui oleh penghulu dan sebanyak kerut dester itu pulalah hendaknya akal budi seorang
penghulu dalam segala lapangan.
Jika destar itu dikembangkan,kerutnya mesti lebar.Demikianlah paham penghulu itu
hendaklah lebar pula sehingga sanggup melaksanakan tugasnya sampai menyelamatkan
anak kemenakan, korong kampung nagari.Kerutan destar juga memberi makna,bahwa
seorang penghulu sebelum berbicara atau berbuat hendaklah mengerutkan kening atau
berfikir terlebih dahulu dan jangan tergesa-gesa.
Pakaian Limpah Nan Gadang
Lambang kebesaran wanita Minangkabau disebut “Limpapeh Rumah nan
gadang”.Limpapeh artinya tiang tengah pada sebuah bangunan dan tempat memusatkan
segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini ambruk maka tiang-tiang
lainnya ikut jatuh berantakan. Dengan kata lain perempuan di Minangkabau merupakan
tiang kokoh dalam rumah tangga. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang tidak sama ditiap-
tiapnagari, seperti dikatakan “Lain lubuk lain ikannyo, lain padang lain bilalangnyo”

J. Masakan Minangkabau
Masakan Minangkabau Atau masakan Padang merujuk kepada makanan orang
Minangkabau di Indonesia. Nama Padang diberi kerana kota Padang adalah pusat budaya
suku Minangkabau. Masakan Minangkabau adalah di kalangan makanan yang termasyhur di
sepanjang kepulauan Melayu. Minangkabau perantauan membuka kedai makan Padang,
terutamanya di bandar-bandar besar Indonesia. Salah satu dari rantai kedai makan
tradisional paling berjaya di Indonesia telah dimajukan oleh orang Minangkabau. Rendang
adalah masakan tradisional bersantan dengan daging sapi sebagai bahan utamanya.
Masakan khas dari Sumatera Barat, Indonesia ini sangat digemari di semua kalangan
masyarakat baik itu di Indonesia sendiri ataupun di luar negeri. Selain daging sapi, rendang
juga menggunakan kelapa(karambia), dan campuran dari berbagai bumbu khas Indonesia di
antaranya Cabai (lado), lengkuas, serai, bawang dan aneka bumbu lainnya yang biasanya
disebut sebagai (Pemasak). Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat
Minangkabau.

Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat yaitu
musyawarah, yang berangkat dari 4 bahan pokok, yaitu:
 Dagiang (Daging Sapi), merupakan lambang dari Niniak Mamak (para pemimpin Suku adat)
 Karambia (Kelapa), merupakan lambang Cadiak Pandai (Kaum Intelektual)
 Lado (Cabai), merupakan lambang Alim Ulama yang pedas, tegas untuk mengajarkan
syarak (agama)
 Pemasak (Bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat minang

Sejarah Rendang

Asal-usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi


masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi
yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan
tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya.
Kemudian seni memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya;
mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang
banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di
Sumatera dan Semenanjung Malaya.
BAB III
KESIMPULAN
Masyarakat Minangkabau atau Minang adalah kelompok etnik
Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau.
Orang Minangkabau sangat menonjol dibidang perniagaan, sebagai
profesional dan intelektual. Nama Minangkabau berasal dari dua
kata,minang dan kabau
Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal
didalam tambo. Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang
membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadat.
Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang
dikenal dengan istilah
Tali nan Tigo Sapilin

DAFTAR PUSTAKA
Josselin de Jong, P.E. de, (1960),Minangkabau and Negeri Sembilan: Socio-Political Structure
in Indonesia, Jakarta: Bhartara
Kato, Tsuyoshi (2005). Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah. PT Balai
Pustaka
Purbatjaraka, R.M. Ngabehi, (1952), Riwajat Indonesia, I, Djakarta: Jajasan
Pembangunan.www.posmetropadang.com Budaya Merantau Orang Minang (1) Kalaulah di
Bulan Ada Kehiddupan

Anda mungkin juga menyukai