Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya
hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini. Harapan
kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat menambah wawasan serta
pengalaman, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa makalah ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik
dari aspek kualitas maupun kuantitas dari yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh
keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada
segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas dalam
pembuatan makalah di kemudian hari.

Majalaya, Januari 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki
keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan
di dalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak
dapat kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang
menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia.
Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat
pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang kemudian
mempunyai ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda.
Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salahsatu
suku bangsa di Indonesia, suku Sunda memiliki kharakteristik yang membedakannya
dengan suku lain. Keunikan karakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang
mereka miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana adat istiadat masyarakat sunda ?
2. Bahasa apa yang di gunakan oleh masyarakat sunda ?
3. Bagaimana kesenian masyarakat sunda ?
4. Bagaimana seni musik masyarakat sunda ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui adat istiadat masyarakat sunda
2. Untuk mengetahui Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat sunda
3. Untuk mengetahui kesenian masyarakat sunda
4. Untuk mengetahui seni musik masyarakat sunda
BAB II
PEMBAHASAN

A. Adat Istiadat Masyarakat Sunda


Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya pada masyarakat sunda masih dipelihara
dan dihormati. Dalam daur hidup manusia dikenal upacara-upacara yang bersifat ritual
adat seperti Upacara Adat Seren Taun, Upacara Tingkeban, Upacara Adat Pesta Laut,
Upacara Puput Puseur, Sunatan dan Sepitan dan lain-lain.

B. Bahasa yang digunakan oleh Masyarakat Sunda


Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda.
Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi
menggunakan bahasa tersebut dalam bertutur kata. Seperti yang terjadi di pusat-pusat
keramaian kota Bandung dan Bogor, dimana banyak masyarakat yang tidak lagi
menggunakan bahasa Sunda.
Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga
dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa.
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan. Dialek Utara mencakup daerah
Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan
adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu
dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah
dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa
Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.

C. Kesenian Masyarakat Sunda


1. Seni Tari
Seni tari utama dalam Suku Sunda adalah tari jaipongan, tari merak, dan tari topeng.
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik,
Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau
Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan
modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari
Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu degung. Musik ini
merupakan kumpulan beragam alat musik seperti gendang, gong, saron, kecapi, dan
sebagainya. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana
alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini
biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang
menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta
pernikahan.

2. Wayang Golek
Tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek nya. Wayang Golek adalah
pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang
sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki
keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong,
pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya.
Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara
lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam
suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00-21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita wayang
yang populer saat ini banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana
atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah
India. Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu
kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini
digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti
pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar
akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.

D. Seni Musik Masyarakat Sunda


Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan
Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada
dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden.
Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada
dan ritmenya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu
musik/lagu daerah Sunda : Bubuy Bulan Es Lilin Manuk Dadali Tokecang Warung Pojok
BAB III
PENUTUP

Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Suku Sunda memiliki
kharakteristik yang unik yang membedakannya dengan masyarakat suku lain.
Kekarakteristikannya itu tercermin dari kebudayaan yang dimilikinya baik dari segi
bahasa, kesenian, adat istiadat, dan lain sebagainya.
Kebudayaan yang dimiliki suku Sunda ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya.
Dengan membuat makalah suku Sunda ini diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh
mengenai kebudayaan suku Sunda tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan
yang pada kelanjutannya dapat bermanfaat dalam dunia kependidikan.
Kehidupan Masyarakat Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang mayoritas mendiami wilayah barat Pulau Jawa.
Namun seperti suku lain yang melanglangbuana, penyebaran Suku Sunda meluas hingga ke
wilayah Betawi.

Provinsi Jawa Barat yang beribukota di Bandung merupakan provinsi dengan populasi Suku
Sunda terbesar di Indonesia. Lagu tradisionalnya yang terkenal adalah Manuk Dadali, Bubuy
Bulan, dan Tokecang. Masyarakat Sunda yang dikenal ramah dan senang makan lalapan ini
memiliki kesenian wayang golek, yaitu sandiwara boneka kayu yang populer hingga ke
manca negara. Selengkapnya baca Sistem kemasyarakatan dan perekonomian suku Sunda

Kebudayaan Suku Sunda


Kekhasan adat dan budaya Suku Sunda tercermin pada karakteristik budayanya yang khas,
baik dari segi bahasa, alat musik tradisional, pakaian adat maupun upacara adat yang berbeda
dengan budaya suku bangsa lainnya. Topografi daerah Jawa Barat yang terdiri atas pantai dan
gunung menciptakan harmoni budaya yang merupakan perpaduan adat istiadat, khas dengan
dipengaruhi keadaan alamnya.

Masyarakat Suku Sunda memiliki tarian tradisional. Tarian khas Sunda antara lain Tari
Jaipong dan Tari Topeng. Kedua tarian tradisional ini diiringi musik tradisional Degung
berirama rancak hasil paduan beberapa alat musik tradisional seperti kecapi, kendang, saron
dan go’ong.

Selain musiknya yang rancak, ciri khas Tari Jaipong terletak pada pakaian penarinya. Pakaian
para penari Jaipong rata-rata berwarna mencolok. Selain itu, gerakan dari tarian ini juga
dinamis. Tarian ini sebenarnya merupakan hasil modifikasi dari Tari Ketuk serta biasa
dibawakan saat acara pernikahan atau pentas-pentas hiburan.

Tari Topeng juga merupakan salah satu tarian terkenal dari tanah Sunda. Seperti namanya
tarian ini mengharuskan penarinya mengenakan topeng. Penari diiringi musik Degung dan
mengacu pada cerita klasik panji. Dahulu kala Tari Topeng merupakan tarian untuk
menghormati arwah nenek moyang. Ketika agama Islam mulai masuk ke tanah Sunda, Sunan
Kalijaga memanfaatkan Tari Topeng sebagai alat syiar agama Islam.

Alat musik tradisional Suku Sunda yang terkenal adalah angklung dan calung. Jika
memainkan angklung dengan cara menggoyang, calung berbunyi dengan cara ditabuh yaitu
memukul batang bambu pada ruas-ruas tabungnya yang disusun menurut tangga nada
tertentu.

Berbeda dengan angklung yang menggunakan bambu putih, bambu yang digunakan dalam
membuat calung biasanya dari jenis bambu hitam. Sama halnya dengan angklung, calung
seringkali ditampilkan sebagai pertunjukan seni musik tersendiri meski tidak digunakan
sebagai pengiring tari-tarian tradisional Sunda. Lebih jauh mengenai seni dan budaya suku di
Jawa Barat ini silahkan baca Seni budaya suku Sunda
Upacara Adat Suku Sunda

Selain tarian dan musik tradisional, daya tarik adat dan budaya suku Sunda terdapat pada
upacaras-upacara adat berikut ini.

1. Upacara Pernikahan

Seperti suku-suku lain di Indonesia, upacara adat pernikahan Sunda terdiri atas beberapa
rangkaian yang merupakan satu kesatuan, yaitu sebaagi berikut.

Sawer

Dalam adat ini mempelai pria dan wanita duduk di halaman rumah tepat di bawah tempat
pembuangan air hujan turun dari atap rumah (talang). Dalam acara ini orang tua mempelai
melakukan saweran dengan isi sawer yang terdiri atas kembang setaman, beras kuning, uang
koin dan permen. Isi saweran ini biasanya diperebutkan anak-anak kecil yang turut
menyaksikan jalannya upacara.

Meuleum Harupat

Merupakan upacara yang melambangkan harapan agar mempelai terhindar dari godaan dan
dimudahkan mengatasi permasalahan selama pernikahan. Upacara ini dilakukan dengan
membakar tangkai bunga pinang kering dan apinya ditiup bersama oleh kedua mempelai.

Nincak Endok

Upacara ini mirip upacara pengantin adat Jawa. Pada upacara ini mempelai pria menginjak
telur hingga pecah lalu kakinya dibasuh mempelai wanita hingga kering sebagai perlambang
bakti istri terhadap suami.

Nincak Songsong

Yaitu adat menginjak bambu kecil yang biasa digunakan untuk meniup kayu bakar saat
memasak di dapur.

Meupeuskeun Kendi

Yaitu adat memecahkan kendi tanah liat oleh kedua pengantin sebagai perlambang
memecahkan permasalahan rumah tangga bersama-sama dan menolak bala.

Buka Panto

Berarti membuka pintu sebagai perlambang permintaan izin sang suami terhadap istri untuk
mengarungi bahtera rumah tangga berdua.

Huap Lingkung
Merupakan adat yang mirip adat pengantin Jawa dan Sumatra, yaitu mempelai saling
menyuapi sebagai perlambang saling mengasihi, dilanjutkan dengan suapan yang dilakukan
kedua orangtua mempelai sebagai perlambang kasih sayang orangtua kepada anak. Adat ini
ditutup dengan aksi berebut ayam panggang (bakakak hayam) sebagai perlambang bahwa
rezeki dari Tuhan hendaknya dinikmati bersama.

Pencak Silat Cikalong

Olahraga bela diri khas masyarakat Sunda ini berfungsi sebagai olahraga sekaligus salah satu
bentuk kesenian karena gerakan-gerakannya cukup atraktif dan luwes layaknya menari.
Penduduk setempat menyebutnya Maempo Cikalong.

Tradisi Seren Taun

Suatu tradisi menumbuk padi dalam lesung secara bersama-sama oleh para wanita yang mulai
langka dilakukan masyarakat Sunda. Adat ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Sang
Maha Kuasa saat mendapatkan hasil berlimpah setelah masa panen padi dan biasanya
dilangsungkan pada saat bulan purnama atau pertengahan bulan penanggalan Sunda.

Tradisi Nipung Ka Halu

Seperti tradisi Seren Taun, Nipung Ka Halu juga telah menjadi tradisi yang langka. Tradisi ini
melambangkan semangat gotong royong antarwarga dalam membuat tepung beras bersama-
sama. Saat ini hanya sebagian warga Pelabuhan Ratu dan sekitarnya yang masih melestarikan
adat budaya Sunda ini.

Untuk membuat tepung beras bersama-sama paling tidak dibutuhkan seratus orang yang
terlibat. Pada upacara ini, alat utama yang digunakan adalah halu. Halu yaitu sejenis tongkat
kayu yang panjangnya 1,5 hingga dua meter dan sama sekali tidak melibatkan mesin.

Bertemunya lesung dengan tongkat kayu tidak dilakukan secara acak namun sudah diatur
sehingga menghasilkan nada tertentu. Wanita, pria, tua, muda hingga anak-anak turut
meramaikan tradisi unik ini dan biasanya dilanjutkan dengan memasak tepung beras tadi
menjadi kue-kue lezat khas Sunda seperti dodol, surabi, wajik secara bersama-sama.

Karakteristik adat dan budaya Suku Sunda juga dapat ditemukan dalam kebiasaan dan
kehidupan bermasyarakat. Sistem kekeluargaan Suku Sunda bersifat parental yaitu menarik
garis keturunan dari pihak ayah dan ibu secara bersama-sama. Mayoritas masyarakat Sunda
beragama Islam.

Tetapi berbicara tentang mengenal Tuhan, masyarakat Sunda sudah percaya hal itu sejak
zaman nenek moyang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tokoh Lutung Kasarung dalam
legenda Sunda yang dalam pantunnya menyebutkan Guriang Tunggal (Dzat Maha Tunggal).

Adat dan budaya Suku Sunda adalah bentuk kekayaan bangsa namun sayangnya tradisi-tradisi
ini perlahan mulai terkikis dan kurang terdokumentasi, hal ini dipengaruhi pula oleh
kelemahan masyarakatnya sendiri, yang sekarang sudah sangat jarang berupaya untuk
mengenali adat dan budaya mereka sendiri.

1. Sistem Kekerabatan
Poin yang pertama adalah adalah sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat bilateral, garis
keturunan ditarik dari pihak bapak dan ibu. Pada keluarga Sunda, bapak yang bertindak
sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat
mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda. Di kebiasaan
suku Sunda dikenal adanya Pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan
hubungan kekerabatan
Kemudian dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata Sajarah dan Sarsilah (Salsilah atau
Silsilah) yang memiliki pengertian kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah
dalam bahasa Indonesia. Sedang makna Sajarah adalah Susun Galur/garis keturunan.

2. Upacara Adat Seren Taun


Poin yang kedua adalah Upacara Seren Taun yang merupakan upacara (kebiasaan) adat khas
tradisional Jawa Barat (Jabar) dimana upacara adat ini intinya adalah mengangkut padi
(ngangkut pare) dari sawah ke leuit (lumbung padi) dengan menggunakan pikulan khusus
yang disebut rengkong dengan diiringi tabuhan musik tradisional. Kemudian diadakan
riungan (pertemuan) antara sesepuh adat/pemuka masyarakat dengan para pejabat pemerintah
setempat.
Penjelasan lebih lanjut, yakni bahwa upacara Seren Taun membawa hasil tani sebagai
permohonan syukur kepada Tuhan atas kehadiran pejabat setempat adalah untuk
menyampaikan berita gembira mengenai keberhasilan panen padi (hasil tani) dan
kesejahteraan masyarakat yang dicapai dalam kurun waktu yang telah dilalui. Kegiatan ini
mempunyai salah satu ciri khas yaitu dengan prosesi seba atau dapat diartikan semacam
menyampaikan segala hasil tani yang telah dicapai untuk dapat dinikmati oleh pejabat-pejabat
setempat yang diundang untuk menghadiri acara tersebut.

3.Upacara Tingkeban
Adat istiadat Sunda yang berikut adalah Upacara Tingkeban, yaitu sebuah upacara yang
diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Kebiasaan ini bertujuan sebagai
bentuk permohonan atas keselamatan bagi sang bayi dan ibu yang melahirkan.
Merujuk kepada arti dari Tingkeban sendiri berasal dari kata Tingkeb yang mempunyai arti
tutup, maksudnya sang ibu yang sedang mengandung selama 7 bulan tidak boleh bercampur
dengan suaminya hingga empat puluh hari sesudah persalinan dan sebagai tanda agar sang ibu
tidak bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar. Mereka melakukan hal ini
karena ingin menghindari segala hal buruk yang tidak diinginkan.
4.Upacara Adat Pesta Laut
Kebiasaan Upacara Adat Pesta Laut ini umumnya digelar di daerah Jawa Barat seperti
Pelabuhan Ratu (Sukabumi) dan Pangandaran (Ciamis). Kegiatan ini bertujuan sebagai
bentuk ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala hasil laut yang diperoleh oleh para
nelayan dengan alat transportasi laut, juga ditujukan sebagai permohonan keselamatan agar
para nelayan selalu diberi keselamatan dan hasil laut yang melimpah.

5. Upacara Sepitan/Sunatan
Upacara sunatan/khitanan dibuat dengan maksud agar alat vital pengantin sunat menjadi
bersih dari segala kotoran. Pada kepercayaan agama Islam, seorang anak yang telah
melaksanakan ritual sunatan berarti telah melaksanakan salah satu syarat sebagai umat Islam.
Bagi kaum perempuan, Upacara Sepitan dilaksanakan pada saat anak itu berusia bayi agar
tidak malu. Dalam tatacara adat, pelaksanaan upacara ini pada laki-laki dilakukan saat
menginjak umur 6 tahun. Dalam upacara Sunatan, selain mengundang paraji sunat, juga
mengundang para kerabat dan tetangga pengantin sunat.

Anda mungkin juga menyukai