Anda di halaman 1dari 2

Bangsa Indonesia adalah bangsa plural yang didalamnya tentu memiliki keanekaragaman dan

ciri khas yang berbeda dalam berbagai aspek kehidupan. Perbedaan pada kebudayaan serta
suku bangsa menjadi sumber kekayaan bagi Indonesia. Budaya merupakan cerminan dari
kepribadian bangsa yang patut untuk dilestarikan sehingga bisa menangkal pengaruh negatif
dari luar. Terdapat moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis dalam lambang
negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila, frasa Bhinneka Tunggal Ika ini berasal dari Bahasa
Jawa Kuno yang berartikan “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Suku Sunda merupakan salah satu kelompok etnik mayoritas dengan populasi terbesar kedua
setelah suku Jawa dengan jumlah 15,5% dari penduduk Indonesia, mayoritas mendiami pulau
Jawa bagian barat atau disebut juga dengan Tatar Pasundan, mencakup wilayah administrasi
Provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta. Namun populasi suku Sunda dapat ditemukan juga di
berbagai wilayah provinsi lain di Indonesia hingga di luar negeri.
Dalam Bahasa Sansekerta, Sunda berasal dari kata “sund” atau “sudsha” yang memiliki
makna terang, bersinar, putih, berkilau. Sedangkan dalam bahasa Bali dan Kawi (Jawa Kuno)
pun terdapat kata Sunda. Artinya kurang lebih sama, yaitu bersih, murni, suci, tak bernoda,
tak bercela.
Kearifan lokal yang dimiliki orang Sunda adalah masyarakat yang memiliki kepribadian
dalam menjalani kehidupan sehari-hari berupa moral dan akhlak yang baik sebagai jalan
menuju keutamaan hidup seperti cageur yang berarti sehat, bageur yang berarti baik, bener
berarti benar, singer berarti mawas diri, wanter berarti berani, dan pinter berarti cerdas.
Karakteristik atau budaya masyarakat etnik Sunda sangat menjunjung tinggi adab seperti
someah berarti ramah tamah, amis budi berarti murah senyum, optimistis, periang, sopan,
sangat menghormati orang tua, rendah hati terhadap sesama, menyayangi kepada yang lebih
kecil, dan cenderung menjalani keseharian yang sederhana. Bahkan Bangsa Portugis pun
mencatat dalam Suma Oriental, bahwa orang Sunda memiliki sifat yang pemberani dan jujur.
Agama Islam menjadi agama mayoritas yang dipeluk oleh orang Sunda, namun ada juga
sebagian kecil yang memeluk agama Kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan. Agama Sunda
Wiwitan saat ini masih bisa ditemui dan bertahan di pedesaan suku Sunda seperti di Lebak
Banten yaitu pada masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Terdapat nilai filosofis dalam peribahasa Sunda “silih asah, silih asih, dan silih asuh”.
Ketiga terminologi ini merupakan ruh dalam pengembangan kehidupan kebersamaan,
hubungan antara manusia dengan manusia. Silih asah yakni harus saling mengasah atau
mengajari, maju bersama dalam hal intelektualitas. Silih asih kekuatan kasih saying yang
senantiasa diciptakan dalam segala hubungan individu antara satu sama lain, silih asuh yaitu
sikap saling mengayomi sebagai bagian yang tak terpisahkan agar hidup harmonis.
Dalam bahasa Sunda diajarkan bagaimana menggunakan tingkatan bahasa untuk orang tua,
sebaya, dan orang yang lebih muda. Sebagai Bahasa daerah yang penuturnya terbanyak ke-
dua di Indonesia setelah Bahasa Jawa masih lestari hingga kini namun tetap rentan akan
kepunahan. Budaya Barat yang menjadi trend khususnya dikalangan milenial cukup
mempengaruhi dalam upaya melestarikan nilai budaya Sunda, contohnya dikalangan anak
muda yang merasa sungkan untuk menggunakan Bahasa daerah dan lebih memilih
menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya dalam konteks Bahasa Sunda umumnya digunakan di daerah pedesaan dan kota-
kota kecil. Sementara untuk di kota-kota besar seperti Kota Bandung atau Tangerang,
masyarakatnya lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia namun dengan logat atau dialek
yang masih melekat dalam pengucapannya. Namun sering ditemukan juga yang benar-benar
menghilangkan Bahasa Sunda dengan dialek dalam pengucapan karena mereka mulai meras
malu, minder, atau kurang percaya diri dan juga merasa kolot, ketinggalan zaman untuk
berbahasa Sunda.
Begitupun dengan keseniannya, Suku Sunda terkenal memiliki beragam tari tradisional khas
yang masih lestari beberapa diantaranya populer di Indonesia, bahkan ke mancanegara yakni
Tari Jaipong, Tari Topeng, juga Tari Rampak Gendang. Contoh Tari Jaipong yang dimana
tari ini bisa dilakukan sendiri, berpasangan, ataupun secara berkelompok. Meski tari jaipong
itu merupakan tari modern karena sudah termodifikasi dari tari tradisional Ketuk Tilu, dan
ciri khasnya adalah musik yang menghentak dengan suara kendang.
Selain seni tari, terdapat seni musik sunda yang mengiringi Tari Jaipong yaitu gamelan khas
Sunda, yaitu disebut dengan Degung. Didalamnya terdapat berbagai macam alat musik
seperti gendang, kecapi, angklung, suling, goong, dan sarin. Sedangkan lagu-lagu yang
populer yaitu Manuk Dadali, Es Lilin, dan Bubuy Bulan.
Bentuk kesenian lain yang dimiliki suku Sunda adalah dengan adanya Wayang Golek yang
merupakan sandiwara dengan menggunakan boneka kayu atau wayang kulit, dan orang yang
memainkan jalannya cerita dibalik layer itu disebut sebagai Dalang yang lihai dalam
menirukan suara dari setiap tokoh yang dibawakannya sehingga cerita bisa menjadi lebih
hidup, dan pementasan Wayang Golek ini juga diiringi oleh Degung dan nyanyian dari
sinden.
Rumah adat suku Sunda ialah rumah panggung dengan ukuran tinggi sekitar 0,5 meter
sampai 0,8 meter dari permukaan tanah, dengan disertai tangga yang terletak di bagian
depann untuk akses masuk ke rumah yang disebut dengan golodog. Bagian kolong biasanya
digunakan untuk kendang ternak dan sebagai penyimpanan alat-alat pertanian. Sedangkan
atapnya memiliki bentuk yang berbeda-beda.
Sebagai generasi milenial sudah sangat sepatutnya dalam melestarikan nilai kearifan lokal
atau kebudayaan terutama suku sendiri, suku Sunda sebagai identitas nasional, karena jika
tidak dan melupakannya akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan suku Sunda di masa
depan. Contohnya dalam berbahasa Sunda, perlu adanya kesadaran diri yang penuh dari
pengguna Bahasa Sunda itu sendiri, contoh mudahnya yaitu dengan memelihara dan
melestarikan dalam lingkungan terkecil dan terdekat dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam
lingkungan keluarga maupun dengan teman sebaya. Diperlukan kesadaran dari diri pribadi
masing-masing akan pentingnya menjaga kelestarian budaya suatu daerah agar budaya
tersebut tidak punah, karena Bahasa Sunda memiliki kedudukan yang sama pentingnya
dengan Bahasa nasional maupun internasional.

Anda mungkin juga menyukai