Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
sistem mulai dari sistem agama, politik, adatistiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Salah satu hasil dari kebudayaan adalah karya sastra, tetapi secara garis besar sastra
merupakan hasil karya dari individu hanya saja objek yang disampaikan tidak akan terlepas dari
kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat.
Hubungan yang erat antara sastra dan budaya akhirnya dapat menghasilkan karya sastra
yang memiliki fungsi sebagai pelestari kebudayaan. Sebuah kebudayaan yang kompleks dapat
tercermin dalam sebuah karya sastra. Jika diamati dengan seksama, maka akan kita ketahui
beberapa pengarang yang telah memasukkan sebuah tradisi dan budaya suatu daerah dalam karya
sastra mereka. Pada khususnya para sastrawan yang memasukkan adat budaya Jawa didalamnya.
Mereka merangkum beberapa kesenian atau pun tradisi-tradisi kejawen dalam karya-karya sastra
yang mereka tulis.
wadhag telanjang
pergaulan hidup…”
Kutipan ini juga dari novel Pengakuan Pariyem,tetapi pembahasannya pada acara
selamatan pemberian nama pada anak umur 5 hari atau sepasaran oleh masyarakat Jawa.
Kutipan di atas sudah sedikit menggambarkan tradisi masyarakat Jawa yang masih sering
dilakukan. Ini membuktikan suatu tradisi dapat masuk ke dalam sebuah karya sastra. Hal inilah
yang mampu menjadi sebuah media dalam mengenalkan dan melestarikan suatu tradisi
kebudayaan kepada seluruh kalangan masyarakat. Ini akan menjadi sebuah dokumentasi budaya
Jawa yang beragam. Apabila telah terdokumentasikan dalam sebuah karya sastra, pasti tidak
akan pernah hilang suatu kebudayaan itu oleh waktu.
Pengenalan dan pelestarian budaya Jawa dengan menggunakan karya sastra merupakan
suatu inovasi yang sangat berharga. Tidak hanya untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada
pembaca, tetapi hal ini juga akan memberikan dampak positif untuk budaya Jawa itu sendiri.
Ketika seorang pengarang telah memasukkan sebuah budaya Jawa di dalam karya sastranya,
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa budaya Jawa itu akan selamanya ada. Inilah yang membuat
sebuah karya sastra juga dapat mengenalkan dan meleastarikan budaya Jawa pada zaman
ini.Banyak sekali manfaat yang akan diperoleh dari memasukkan suatu budaya Jawa ke dalam
sebuah karya sastra. Budaya Jawa tersebut tidak akan pernah hilang oleh waktu karena budaya
itu telah terdokumentasikan dalam sebuah karya sastra. Ketika kepedulian masyarakat kepada
budaya Jawa semakin pudar, karya sastra inilah yang akan menjadi sebuah pelestari budaya
Jawa.Media inilah yang saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat modern saat ini agar budaya-
budaya yang dimiliki Jawa tidak menghilang beriringan dengan zaman yang terus berkembang.
Sudah tidak bisa disangkal lagi kalau sekarang kebudayaan dan kesusastraan yang ada di
Indonesia ini sudah hampir hilang. Pada umumnya masyarakat Indonesia di jaman sekarang ini
merasa gengsi jika masih mempertahankan kebudayaannya. Sebagai contoh, orang Jawa yang
pindah ke Jakarta dan berbicara bahasa Indonesia masih ada logat ‘medok’-nya akan ditertawai
oleh orang Jakarta, sehingga orang Jawa tersebut belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan
dan meninggalkan atau bisa aja melupakan bahasa Jawa dan kesan ‘medok’ tersebut. Berbeda
dengan orang Indonesia yang sudah lama tinggal di luar negeri, akan merasa bangga jika bisa
lancar berbahasa asing.Itu sebabnya kita sebagai warga Indonesia, sangat berperan penting dalam
melestarikan budaya Indonesia ini.
Kita sebagai bangsa Indonesia, sudah sepatutnya dengan bangga menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, bukan dengan gaya bicara yang kebarat-baratan agar dianggap keren atau
gaul. Bahasa tersebut sudah jelas-jelas berbeda dengan tata krama dan aturan moral dari budaya
kita, Indonesia.
Sebagai generasi muda bangsa Indonesia, kita bertugas untuk melestarikan dan menjaga
penggunaan bahasa Indonesia, dengan cara menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.
Dengan demikian, orang-orang di sekitar kita bisa ikut berbicara dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang benar, dengan diawali dari diri kita sendiri terlebih dahulu. Jangan sampai, jika
dibiarkan terus seperti ini, keeksistensian bahasa Indonesia menjadi semakin tergeser dengan
keberadaan bahasa-bahasa gaul Indonesia/kebarat-baratan.
Peran penting kita untuk melestarikan budaya dan sastra yang kita punya adalah dengan cara:
– PEMERINTAH :
Penyair Belanda Lucebert mengatakan, bahwa semua yang berharga tidak mampu bertahan (Smiers, 2008: 383).
Pernyataan itu benar karena cocok untuk menggambarkan eksistensi kesusastraan dan kebudayaan di Indonesia
yang semakin lama semakin tergerus oleh ekspansi budaya global. Namun demikian, bertolak dari kalimat penyair itu
bagaimana pun kita harus melakukan berbagai hal dengan berbagai cara untuk mempertahankannya. Pelestarian
sastra dan budaya daerah merupakan salah satu strategi kebudayaan yang perlu dan penting dilakukan.
Dengan adanya pemahaman terhadap sastra dan budaya daerah, kita akan dapat mengetahui dan menghormati
adanya keanekaragaman budaya dalam masyarakat Indonesia, tidak terjebak pada etnosentrisme, sehingga
kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis yang kita cita-citakan dapat terwujud.
Sudah tidak bisa disangkal lagi bahwa sekarang kebudayaan dan kesusastraan yang ada di
Indonesia ini sudah hampir hilang. Keindahannya pun sudah jarang sekali terlihat oleh mata.
Semuanya berubah seiring perubahan zaman. Begitu pula dengan tatanan bahasa kita yang mulai
tidak teratur.
Pada umumnya masyarakat merasa gengsi jika masih mempertahannkan kebudayaan
mereka. Kebanyakan mereka lebih memilih menampilkan atau menggunakan budaya modern
dan lebih mencintai kebudayaan asing dibandingkan kebudayaan sendiri, ini
disebabkan kurangnya pemahaman terhadap kebudayaannya karena orang tua tidak
menjelaskan dan menceritakan kebudayaan yang ia pegang selama inicontoh di tahun
2012 ini banyak sekali boyband atau girlband yang bermunculan dengan dandanan ala kebarat-
baratan. Contoh lainnya adalah “GANGNAM STYLE”. Sekarang pun banyak orang-orang yang
meniru gerakan tarian tersebut. Semua orang berbondong-bondong untuk melakukan gerakan
tersebut. Ini merupakan salah satu contoh kebudayaan kita dari segi tarian yang hampir punah.
Contoh selanjutnya adalah di bidang sastra. Sebelumnya sudah kita ketahui apa itu sastra.
Sebuah bahasa yang indah dan sopan yang kita miliki. Sekarang banyak bahasa asing dan bahasa
“gaul” yang mewarnai setiap pembicaraan kita. Jika terus berlanjut terus, bahasa kita akan
terancam punah. Bisa kita ambil contoh akibat buruk dari hilangnya kebudayaan bahasa kita
yaitu, tawuran. Salah satu faktor tawuran terjadi karena konflik dalam pembicaraan yang tidak
pernah selesai. Kedua belah pihak tidak bisa berbicara baik-baik, sopan, dan santun untuk
menyelesaikan masalahnya. Banyak kata-kata yang tidak sepantasnya dan amarah yang tidak
bisa dikendalikan keluar dari mulut mereka dan berhujung dengan terancamnya nyawa
seseorang.
Jika ini terus berlanjut tanpa adanya tindakan berarti dari semua pihak maka hilang lah
sudah jadi diri bangsa Indonesia ini.