Anda di halaman 1dari 116

BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA

PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN


SPESIALISASI KEBENDAHARAAN NEGARA

WORO ARYANDINI DAN TIM

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


TAHUN 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa, yang atas
berkah-Nya sehingga buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dapat diterbitkan.
Bahan Ajar yang dihasilkan ini akan digunakan sebagai salah satu acuan
pembelajaran bagi seluruh dosen mata kuliah Budaya Nusantara sebagai bentuk
standardisasi proses pendidikan dan pembelajaran dalam rangka menjaga mutu dan
meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Tugas utama kita, dosen-dosen Budaya Nusantara, adalah mencoba
membantu mendiskripsikan kebudayaan suku-suku bangsa dalam masyarakat yang
majemuk. Kuliah Budaya Nusantara pada hakekatnya mempelajari suatu masyarakat
yang multietnik secara komparatif, dan menganalisis dengan segala teori kualitatif
maupun kuantitatif yang berkaitan dengan kajian masyarakat yang multietnik itu,
akan sangat bermanfaat bagi para mahasiswa yang nantinya ditempatkan di seluruh
wilayah Indonesia.
Kebudayaan Suku-suku

Bangsa Indonesia Indonesia, yang dalam

Ensiklopedi Suku-suku Bangsa Indonesia karya pakar

antropologi Dr. Junus

Mellalatoa, terdiri atas 931 suku bangsa itu, sangat perlu dimengerti dan dipahami
oleh kita semua. Buku Bahan Ajar ini yang hanya memuat ikhtisar 19 suku bangsa
yang ada di Indonesia, diharapkan dapat merupakan langkah awal untuk memahami
suku-suku bangsa di Indonesia pada umumnya.
Kami memandang proyek penulisan buku Bahan Ajar ini sebagai salah satu
tugas yang diberikan oleh Direktur Sekolah

Tinggi Akuntansi Negara kepada

generasi pertama Dosen Budaya Nusantara di perguruan tinggi ini, dalam rangka
menstabilisasi pendidikan Budaya Nusantara. Salah satu tugas itu adalah penulisan
suatu buku Bahan Ajar yang dapat mengikhtisarkan menjadi satu bahan keterangan
tentang sebanyak mungkin masyarakat dan adatistiadat dari aneka warna suku
bangsa di Indonesia.

2|P a g e

2|P a g e

Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar Bahan ajar ini memenuhi persayaratan,
baik dari segi materi maupun penampilannya. Namun karena keterbatasan pengetahuan
kami, tentu Bahan Ajar ini masih kurang sempurna. Oleh karenanya kami mohon kritik dan
saran, untuk perbaikan pada cetakan beruikutnya.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktur STAN yang telah
memberi kepercayaan kepada kami untuk membuat buku Bahan Ajar ini, dan kepada semua
penulis yang dengan sumbangan bab yang ditulisnya memberi isi pada buku ini.
Tak lupa juga saya menyatakan penghargaan saya sebesar-besarnya kepada semua
yang telah membantu dalam semua tahap menuju ke arah penyelesaian dan penerbitan
buku ini, terutama Staf Program Studi Akuntasi STAN, yang telah membantu menyediakan
peta untuk masing-masing kebudayaan, serta

selalu membantu tersedianya keperluan

untuk membuat Bahan Ajar ini.

Catatan:
Buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dimaksudkan untuk pemberian
materi bahan perkuliahan tahap pertama setiap semester
Jakarta,

Agustus 2011

Woro Aryandini

1|P a g e

1|P a g e

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
BANGSA ................................................................................................................................... 4
A. Konsep Suku Bangsa .................................................................................................... 4
B. Pengertian Kemajemukan Bangsa ................................................................................ 8
C. Terbentuknya Bangsa Indonesia .................................................................................. 9
D. Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia ........................................................................ 10
KEBUDAYAAN ..................................................................................................................... 14
B. Wujud Kebudayaan .................................................................................................... 15
C. Kerangka Kebudayaan ............................................................................................... 15
D. Sistem Nilai Budaya ................................................................................................... 17

2|P a g e

2|P a g e

PENDAHULUAN

Kepulauan Indonesia yang juga disebut Nusantara merupakan suatu gugusan pulau
yang terpanjang dan terbesar di dunia. Ia terdiri atas ribuan pulau, yang diatasnya dihuni
oleh ratusan suku bangsa dengan adat istiadatnya masing-masing, yang berbeda-beda.
Adat istiadat atau kebudayaan suku bangsa itu dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain
letak geografis, iklim - termasuk curah hujan - ,

keadaan tanah, jumlah penduduk, di

samping masih ada faktor lainya. Sebagai daerah kepulauan yang terletak di antara benua
Asia dan Australia, ia juga merupakan tempat persinggahan dan dilewati oleh lalu lalangnya
orang dari Benua Asia yang mengunjungi Benua Australia, dan sebaliknya. Faktor ini juga
mempengaruhi adat istiadat suatu suku bangsa, karena tentu ada jejak atau peninggalan
dari manusia yang melewati suatu daerah.

Oleh karenanya akan disinggung pula tentang

persebaran bangsa-bangsa yang menjadikan bangsa Indonesia atau terjadinya bangsa


Indonesia.
Untuk memahami budaya tiap suku bangsa di Nusantara bukanlah hal yang mudah,
karena budaya mencakup gagasan, perilaku berpola dan kebudayaan fisiknya yang berupa
hasil karya tiap suku bangsa. Karenanya dalam setiap bab yang berbicara tetang suatu suku
bangsa, akan dianalisis sistem budayanya yang merupakan kompleks gagasan, sistem
sosialnya yang merupakan wujud perilaku berpolanya, dan kebudayaan fisknya yang
merupakan hasil karyanya, berupa unsur universal yang ada pada setiap kebudayaan suatu
masyarakat.
Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I terdiri atas delapan bab, Bab I, Bab II dan Bab
III merupakan paparan tentang konsep dan teori yang berkaitan tentang bangsa maupun
suku bangsa, kebudayaan dan dinamikanya.
Bab IV berbicara tentang pengaruh suatu kebudayaan yang masuk, dalam hal ini
kebudayaan Hindu, Budha, Islam, dan Barat.
Bab V, Bab VI, Bab VII, dan Bab VIII secara utuh membicarakan suatu kebudayaan tiap
suku bangsa.

3|P a g e

3|P a g e

BAB
BANGSA

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa dapat menguraikan arti bangsa, suku bangsa, keanekaragaman budaya
bangsa, terbentuknya bangsa Indonesia serta simbol dan slogan yang dimilikinya.
A. Konsep Suku Bangsa
Kebudayaan atau culture adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau
diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Para ahli umumnya sepakat
bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang
dipelajari atau sering disebut dengan learning behavior Ki Hajar Dewantara mendefinisikan
kebudayaan sebagai kemenangan atau hasil perjuangan hidup, yakni perjuangannya
terhadap dua kekuatan yang kuat dan abadi, alam dan zaman. Kebudayaan tidak pernah
mempunyai bentuk yang abadi, tetapi terus menerus berganti-gantinya.. Tiap-tiap kelompok
masyarakat pada periode yang sama seringkali memiliki budaya yang berbeda-beda.
Perbedaan budaya juga mungkin dalam satu kelompok masyarakat karena adanya
perbedaan zaman atau masa.
Berbicara tentang Kebudayaan Nusantara tentu tidak dapat dipisahkan dengan
keberadaan suku bangsa yang hidup dan berkembang di Indonesia. Kelompok etnik atau
suku

bangsa

adalah

suatu

golongan

manusia

yang

anggota-anggotanya

mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang


dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas
kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri
biologis. Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan

4|P a g e

4|P a g e

ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti
suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa.
Adapula suku bangsa yang ditentukan berdasarkan percampuran ras seperti sebutan
"orang peranakan" untuk campuran bangsa Melayu dengan Tionghoa, "orang Indo" sebutan
campuran bule dengan bangsa Melayu, "orang Mestis" untuk campuran Hispanik dengan
bumiputera, "orang Mulato" campuran ras Negro dengan ras Kaukasoid, Eurosia, dan
sebagainya. Adapula suku bangsa yang ditentukan menurut agamanya, seperti sebutan
Melayu di Malaysia untuk orang bumiputera yang Muslim, orang Serani bagi yang beragama
Nasrani (peranakan Portugis seperti orang Tugu), suku Muslim di Bosnia, orang Moro atau
Bangsa Moro di Filipina Selatan, dan sebagainya.
Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia. Suku Jawa
adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total
populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di Pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah
bermigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan ke luar negeri seperti ke
Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, Suku Melayu, dan Suku Madura adalah kelompok
terbesar berikutnya di negara ini. Banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan
Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang.
Pembagian kelompok suku di Indonesia pun tidak mutlak dan tidak jelas akibat
perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling pengaruh; sebagai contoh
sebagian pihak berpendapat orang Banten dan Cirebon adalah suku tersendiri dengan
dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka
hanyalah sub-etnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula Suku Baduy yang
sementara pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan Suku Sunda.
Contoh lain percampuran suku bangsa adalah Suku Betawi yang merupakan suku bangsa
hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun orang
Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.
Hal-hal yang menjadi unsur pembentuk

suku bangsa meliputi hubungan darah,

kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi.

5|P a g e

5|P a g e

Gambar 1.1
Unsur-Unsur Pembentuk Suku Bangsa

hubungan
darah

Kesamaan
mitologi

unsurunsur suku
bangsa

Kesamaan
religi

Kesamaan
bahasa

Kesamaan
adat
istiadat

1. Hubungan Darah
Hubungan darah atau kekerabatan merupakan unsur utama pembentuk suku
bangsa. Pada awalnya manusia berasal dari satu nenek moyang yang sama yaitu Adam
dan Hawa. Kemudian dari mereka terlahir anak cucu yang tinggal bertebaran di bumi.
Pada tiap-tiap wilayah yang mereka tinggali berkelompoklah masyarakat atau suku yang
memiliki identitas yang spesifik dibanding dengan kelompok yang lain. Secara fisik
adanya hubungan darah ini dapat dikenali dari kesamaan warna kulit, rambut, dan bentuk
fisik yang lain.
Dari kesamaan hubungan darah ini muncullah suku-suku yang sangat beragam.
Sebelum terbentuknya bangsa-bangsa

dan negara-negara di Eropa, sesungguhnya

Inggris, Prancis, Belanda, Portugis, Spanyol dan bangsa-bangsa di sekita Eropa


merupakan suku bangsa tidak ubahnya suku Jawa, Sunda, Madura, Bugis dan suku-suku
lainnya di Indonesia.
2. Kesamaan Bahasa
Bahasa merupakan unsur pembentuk suku bangsa yang mudah kita kenali. Dalam
satu areal / pulau dapat terdiri dari beberapa suku. Contoh yang paling mudah adalah di

6|P a g e

6|P a g e

Pulau Jawa. Selain suku Jawa yang banyak mendiami Jawa Timur dan Jawa Tengah,
juga terdapat suku Sunda yang mendiami Jawa Barat, suku Betawi yang tinggal di
Jakarta dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat suku Madura yang tinggal di pulau
Madura yang masih bagian dari propinsi Jawa Timur. Dapat juga ditambahkan di sini
adanya suku Tengger yang mendiami Gunung Bromo di Jawa Timur.
Kalau kita perhatikan unsur pembentuk suku-suku di atas, terlihat dengan mudah
yang menjadi penentunya adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di tiap-tiap
suku bersangkutan. Suku Jawa menggunakan bahasa Jawa, suku Sunda menggunakan
bahasa Sunda, suku Betawi menggunakan bahasa Betawi, suku Madura menggunakan
bahasa Madura dan suku Tengger menggunakan bahasa Tengger
3. Kesamaan Adat Istiadat
Kesamaan adat kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari merupakan unsur
pembentuk suku bangsa yang sangat mudah dikenali. Dengan melihat adat istiadat
seseorang sering kali kita dapat menduga dari seseorang berasal. Dalam pengertian
sempit adat istiadat sering diknotasikan sebagai budaya masyarakat setempat,
meskipun pada dasarnya budaya sesungguhnya lebih luas pengertiannya dari sekedar
adat istiadat.
Cara berpakaian, rumah tinggal hingga dalam upacara perkawinan terlihat nyata
perbedaan adat yang dimiliki antar suku di Indonesia. Pakaian khas orang Jawa berbeda
dengan pakaian adat orang Dayak ataupun Papua. Rumah adat orang Minangkabau
tentu berbeda dengan rumah adat orang Bugis ataupun orang Maluku. Dalam upacara
perkawinan terlihat perbedaan yang nyata antara adat suku Aceh dengan suku Betawi
ataupun orang Nusa Tenggara.
4. Kesamaan Religi
Kesamaan agama yang dianut suatu kelompok masyarakat sering menjadi unsur
pembentuk suatu suku bangsa. Suku Aceh dan Madura identik dengan agama Islam
sedangkan suku Toraja identik dengan agama Kristen. Sementara itu Bali diidentikkan
dengan agama Hindu dan suku Tionghoa identik dengan agama Konghucu. Adanya
kesamaan religi umumnya menjadi unsur pembentuk suatu suku bangsa, meskipun tidak
seluruh anggota masyarakat suatu suku bangsa mempunyai keyakinan agama yang
homogen. Sebagai contoh meskipun Bali mayoritas beragama Hindu namun cukup
banyak juga masyarakat yang beragama Islam ataupun Kristen.

7|P a g e

7|P a g e

5. Kesamaan Mitologi
Mitologi adalah ilmu tentang mitos. Mitologi berkaitan dengan sastra yang
mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan makhluk halus di suatu
kebudayaan. Mitologi terkait dekat dengan legenda maupun cerita rakyat. Mitos pada
umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang,
bentuk topografi, kehidupan makhluk halus dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang
berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Salah satu mitos yang terdapat pada suku Batak adalah keyakinan bahwa asal mula
manusia di dunia ini adalah yang tinggal di tanah Batak tepatnya saat ini berada di pulau
Samosir. Ada juga mitos di sebagian suku Jawa utamanya di Yogyakarta tentang Nyi
Roro Kidul sebagai penguasa laut selatan. Mitos-mitos ini dapat menjadi unsur
pembentuk suatu ikatan kesukuan meskipun dalam banyak hal mitos ini bertentangan
dengan ilmu pengetahuan atau bertentangan dengan keyakinan agama (syirik)
B. Pengertian Kemajemukan Bangsa
Menurut Prof. Dr. H. Nur Syam, Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel,
kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang
menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di dalam
kehidupan masyarakat. Yang terjadi adalah adanya kesetaraan budaya, sehingga antara
satu entitas budaya dengan budaya lainnya tidaklah berada di dalam suasana
bertanding untuk memenangkan pertarungan.
Di dalam Kitab Suci Al Quran, disebutkan bahwa Allah telah menciptakan manusia
dalam berbagai penggolongan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Kitab-kitab suci
yang lain pun juga menginformasikan hal yang sama tentang multikulturalitas tersebut.
Secara empiris (kasat mata) tidak ada masyarakat yang bercorak monokultur. Secara
empiris masyarakat terdiri dari berbagai penggolongan sosial, budaya, politik, agama,
serta terdiri dari berbagai etnis dan suku.
Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan bangsa harus mampu
memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda tetapi satu jua, yang dalam
slogan bangsa Indonesia dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika. Kebhinnekaan bukan
malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga.

8|P a g e

8|P a g e

C. Terbentuknya Bangsa Indonesia


Nusantara

merupakan

istilah

yang

dipakai

oleh

orang

Indonesia

untuk

menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kata ini
tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga
ke-16), namun untuk menggambarkan konsep yang berbeda dengan penggunaan
sekarang. Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara
sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan Hindia-Belanda.
Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata Nusantara dipakai
sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Malaysia memakai istilah ini namun dalam
pengertian yang agak berbeda. Di Malaysia, istilah ini lazim digunakan untuk
menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua
Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup
Filipina.
Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang
telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan
lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan
bagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia walau beraneka
ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya
seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan
India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh
sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan
Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan
berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15
Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena
interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan
Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau
Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka
menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa
dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar
daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.

9|P a g e

9|P a g e

Selanjutnya kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh
pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju
Tiongkok.
D. Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia
Secara singkat bangsa dapat didifinisikan sebagai kumpulan masyarakat yang
membentuk suatu negara karena dipersatukan oleh cita-cita yang sama. Dalam konteks
negara kita, bangsa Indonesia terbentuk dari kumpulan suku-suku bangsa yang sangat
beragam dari Sabang sampai Merauke yang berhimpun bersama dengan membentuk
negara Indonesia dengan tujuan mencapai kemakmuran dan kejayaan bangsa dan
negara.
Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini meliputi
rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang Burung Garuda, dan
Bendera Merah Putih.
1. Pancasila
Rumusan yang terinci dalam lima sila pada Pancasila merupakan ringkasan tata
nilai yang berlaku dan hidup pada bangsa Indonesia khususnya pada saat
Pancasila itu disepakati oleh para founding fathers negara Indonesia. Pada saat
ini nilai-nilai luhur yang terangkum pada Pancasila mulai memudar dan berganti
dengan nilai-nilai yang cenderung negatif milik bangsa lain karena adanya
ilfiltrasi budaya dan pemikiran pada bangsa Indonesia
2. Burung Garuda
Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh
ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian
disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai
lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat
tanggal 11 Februari 1950
3. Bendera Merah Putih
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sang Merah Putih.
Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan

10 | P a g e

10 | P a g e

ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah
dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna Kerajaan Majapahit.
Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah
putih sebagai lambang kebesaran.
Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih.
Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai
warna merah putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar
warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini
adalah

bendera

perang

Sisingamangaraja

XII.

Dua

pedang

kembar

melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.


Ketika terjadi perang di Aceh, pejuangpejuang Aceh telah menggunakan
bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian
belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta
beberapa ayat suci Al Quran. Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan
sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan
kebesaran

kerajaan

Bone.

Bendera

Bone

itu

dikenal

dengan

nama

Woromporang. Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro


memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan
Belanda.
Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan para
nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap Belanda.
Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa pada tahun 1928.
Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Sistem ini
diadopsi sebagai bendera nasional pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika
kemerdekaan diumumkan dan telah digunakan sejak saat itu pula.
Selain simbol-simbol bangsa dan negara, kita juga memiliki slogan-slogan yang
menunjukkan jati diri bangsa dan negara Indonesia. Slogan bangsa Indonesia
ketika masa perjuangan untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan
kemerdekaan adalah hidup atau mati. Kemudian untuk mempersatukan bangsa
yang sangat beragam dari aspek agama, suku, bahasa, dan banyak perbedaan

11 | P a g e

11 | P a g e

lainnya kita memiliki slogan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda
tetapi tetap satu.
Pada masa reformasi ini muncul slogan dari para pemimpin politik yang sering
disampaikan dalam pertemuan umum dan kampanyenya yang kita dengar
Bersama Kita Bisa. Mungkin tidak ada salahnya kalau saat ini kita gunakan
slogan ini untuk membangkitkan semangat meraih kemajuan dan kejayaan
bangsa dan negara dengan sedikit perubahan sehingga menjadi Indonesia Bisa.

RANGKUMAN
1) Kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang
anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya
berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai
oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh
kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. Hal-hal yang
menjadi unsur pembentuk suku bangsa meliputi hubungan darah, kesamaan
bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi.
2) Kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang
menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di
dalam kehidupan masyarakat. Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan
bangsa harus mampu memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda
tetapi satu jua. Kebhinnekaan bukan malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga.
3) Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk
menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad
ke-12 hingga ke-16). Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki
Hajar Dewantara sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan HindiaBelanda.Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata
Nusantara dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia.
4) Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini
meliputi rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang
Burung Garuda, dan Bendera Merah Putih. Slogan bangsa Indonesia ketika
masa

perjuangan

untuk

meraih

kemerdekaan

dan

mempertahankan

kemerdekaan adalah hidup atau mati. Slogan Bhinneka Tunggal 12


Ika,
| P kita
age
gunakan untuk mempersatukan bangsa yang beraneka budaya.

12 | P a g e

LATIHAN
1) Jelaskan apa pengertian suku bangsa!
2) Sebutkan unsur-unsur apa saja yang menjadi pembentuk suku bangsa!
3) Jelaskan proses terbentuknya bangsa Indonesia!
4) Berikan 3 (tiga) contoh kemajemukan suku bangsa!
5) Sebutkan simbol-simbol bangsa Indonesia!

13 | P a g e

13 | P a g e

BAB
KEBUDAYAAN

Tujuan Instruksional Khusus:


Mahasiswa dapat menguraikan makna definisi kebudayaan, wujud kebudayaan yang
berupa sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik meliputi unsur-unsur
E.kebudayaan yang universal

A. Definisi Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (1980:195) kata kebudayaan berasal dari kata bhudayah
(Bahasa Sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian kebudayaan dapat diartikan sebagi hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya, yang berarti
daya dari budi yang berupa cipta , rasa, dan karsa, dengan kebudayaan yang berarti hasil
dari cipta, rasa dan karsa. Namun dalam Bahan Ajar ini kebudayaan dan budaya diartikan
sama.
Kebudayaan mencakup keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakan untuk menginterprestaikan, memahami, dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Kebudayaan dapat diartikan secara luas mau pun secara sempit. Ahli
Antriopologi menangkapnya secara luas, yang oleh Koentjaraningrat (198o:193) diberi
definisi sebagai berikut:
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan berpola, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar
Cakupannya adalah bahasa, tatanan sosial, pencarian nafkah, pengetahuan,
kesenian, teknologi, dan religi. Ketujuh unsur kebudayaan ini lazim disebut Cultural
Universal (unsur kebudayaan yang universal).

14 | P a g e

14 | P a g e

Kebudayaan yang diartikan secara sempit biasanya diberi arti terbatas kepada hal-hal
yang indah seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, dan kesusasteraan, yaitu yang
membuat manusia lebih beradab, lebih halus, dan lebih berbudi
B. Wujud Kebudayaan
Kebudayaan yang diartikan secara luas mempunyai tiga wujud, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Wujud ini disebut sistem budaya,
sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, letaknya di dalam kepala masing-masing orang yang
menganutnya. Disebut sistem budaya karena gagasan dan pikiran tersebut tidak
merupakan kepingan-kepingan yang terlepas, melainkan saling berkaitan berdasar asasasas yang sangat erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran
yang relatif mantap dan kontinu. Jika masyarakat menyatakan gagasannya dalam
bentuk tulisan, maka wujud sistem budaya itu berada dan dapat ditangkap dalam bentuk
karangan-karangan, dalam buku-buku yang dihasilkan warga masyarakat itu. Sistem
budaya ini berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi
arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia di dalam masyarakat . Ia disebut adat,
tata kelakuan, atau adat istiadat.
2. Kompleks perilaku berpola, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, sifatnya
konkret, dapat diamati, atau diobservasi. Wujud ini disebut sistem sosial. Sistem ini tidak
dapat dilepaskan dari sistem budaya. Apa pun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut
ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan yang berada di dalam kepala manusia.
Karena manusia saling berinteraksi, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan
gagasan, konsep dan pikiran baru.
3. Benda hasil karya manusia, disebut wujud kebudayaan fisik, misalnya arca , nyanyian,
gedung, meja, dan yang semacam itu. Karena setiap kebudayaan memiliki paling sedikit
tujuh unsur kebudayaan fisik ini, maka disebut juga sebagai cultural universal, unsur
kebudayaan yang universal
C. Kerangka Kebudayaan
Kerangka Kebudayaan terdiri atas tiga lingkaran yang konsentris, sesuai dengan tiga
wujud kebudayaan yang ada:
1. Lingkaran pertama, yang paling dalam disebut Sistem Budaya. Meskipun tidak terlihat
(covert culture), karena berada di dalam otak masing-masing individu, merupakan
jaringan dari beberapa sistem, yaitu :

15 | P a g e

15 | P a g e

a. Sistem nilai budaya


b. Sistem norma
c. Etika
d. Pandangan Hidup
e. Ideologi Nasional
2. Lingkaran kedua, terletak lebih luar, disebut Sistem Sosial, yaitu perilaku berpola.
Interaksi sosial yang berpola itu dapat diamati karena ia sudah tampak; dan kemudian
makna interaksi itu dapat dianalisis, dapat dipotret, dan dapat difilmkan.
3. Lingkaran yang ketiga adalah yang paling luar, karenanya paling jelas terlihat. Lingkaran
ini berisi tujuh unsur kebudayaan yang disebut unsur kebudayaan yang
(Cultural Universal),

universal

karena selalu ada dalam setiap masyarakat. disebut juga

Kebudayaan Fisik. Ketujuh unsur kebudayaan itu adalah:


a. Bahasa
b. Sistem Pengetahuan
c. Sistem Teknologi
d. Sistem Organisasi Sosial
e. Sistem Ekonomi
f.

Sistem Religi

g. Kesenian
Hubungan antara ketiga wujud kebudayaan tadi (termasuk ketujuh unsur kebudayaan yang
disebut Cultural Universal), dapat dilihat dalam Bagan1 dan Bagan 2
Bagan I Wujud Kebudayaan

16 | P a g e

16 | P a g e

Bagan II

<,-----------------Salah

Dalam Sistem Budaya terdapat :


a. Sistem nilai budaya
b. Sistem norma
c. Etika
d. Pandangan Hidup
e. Ideologi nasional
Kebudayaan fisik terdiri atas:
a. Bahasa
b. Sistem Pengetahuan
c. Sistem Teknologi
d. Sistem Organisasi Sosial
e. Sistem Ekonomi
f.

Sistem Religi

g. Kesenian
D. Sistem Nilai Budaya
Dalam kajian sosiologi, yang dimaksud dengan sistem nilai budaya adalah nilai inti
(score value) dari masyarakat. Nilai inti ini diikuti oleh setiap individu atau kelompok individu
yang jumlahnya cukup besar. Orang-orang ini betul-betul menjunjung tinggi nilai inti ini
sehingga menjadi salah satu faktor penentu untuk berperilaku. Karena itu sistem nilai
budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem nilai budaya itu

17 | P a g e

17 | P a g e

demikian kuat menyerap dan berakar di dalam jiwa masyarakat sehingga sulit diganti atau
diubah dalam waktu singkat. Sistem nilai budaya menyangkut masalah-masalah pokok bagi
kehidupan manusia.
Bagian yang paling dalam dari sistem budaya dan yang menjadi pengendali dan pemberi
arah pada kelakuan dan tindakan manusia adalah sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya
ini berkaitan dengan konsep nilai dan oreintasi nilai budaya.
1. Konsep Nilai
Nilai merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam hidupnya
manusia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai. Nilai adalah suatu hal tentang apa
yang diinginkan atau tidak diinginkan, tentang apa yang boleh dikerjakan atau tidak
boleh dikerjakan, tentang apa yang berharga atau yang tidak berharga.
Bidang yang berhubungan dengan nilai adalah etika (nilai yang berkaitan dengan
tingkah laku manusia, berkaitan dengan moral) dan estetika (nilai yang berkaitan
dengan seni, berkaitan dengan keindahan.
Nilainilai ini dalam masyarakat tercakup dalam tradisi dan adat kebiasaan, yang
secara tidak sadar diterima dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat tersebut
2. Orientasi Nilai Budaya
Secara universal orientasi nilai budaya ini telah disusun kerangkanya oleh seorang
antropolog bernama C. Kluckhohn. Untuk memudahkan pemahaman tentang sistem
nilai budaya ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Kerangka Kluckhohn mengenai lima dasar hidup yang menentukan Orientasi Nilai
Budaya manusia.
Masalah

Dasar

Orientasi Nilai Budaya

Dalam Hidup

Hidup itu buruk, tetapi


Hakikat hidup

Hidup itu buruk

Hidup itu baik

manusia wajib berikhtiar


supaya hidupnya menjadi
baik

Hakikat Karya

Karya itu untuk

Karya itu untuk

Karya itu untuk menambah

nafkah hidup

kedudukan dan

karya

18 | P a g e

18 | P a g e

kehormatan
Persepsi
manusia tentang
waktu

Orientasi ke masa

Orientasi ke masa

lampu

kini

Pandangan

Manusia tunduk

manusia

kepada alam yang

terhadap alam

dashyat

Orientasi ke masa depan

Manusia berusaha
menjaga

Manusia berhasrat

keselarasan

menguasai alam

dengan alam
Orientasi

Hakikat

Orientasi vertical :

Horizontal: Rasa

hubungan

rasa ketergantungan

ketergantungan

Individualisme, menilai tinggi

antara manusia

kepada tokoh

kepada sesama

usaha atas kekuatan sendiri

dengan sesama

atasan

(berjiwa gotong
royong)

RANGKUMAN
1) Dalam Ilmu Antropologi, yang dimaksud dengan kebudayaan adalah dalam
pengertiannya yang luas, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan
kehidupan manusia: gagasannya, perilakunya, dan hasil karya dalam
kebudayaaan fisiknya. Hal ini berbeda dengan pengertian kebudayaan yang
umumnya dibicarakan dalam
lingkungan masyarakat umum, yaitu
kebudayaan dalam arti sempit, yang hanya berkaitan dengan keindahan dan
seni, yang umumnya dipakai pada waktu ada
upacara adat atau untuk
mendukung pariwisata.
2) Setiap masyarakat mempunyai kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan
masing-masing masyarakat itu unik, khas, dan menjadi ciri atau identitas dari
sebuah masyarakat. Mungkin dua masyarakat atau lebih memiliki sebuah atau
lebih unsur kebudayaan yang sama. Hal itu tidak menjadikan dua atau lebih
masyarakat itu menjadi tidak mempunyai identitas. Mereka (hanya) termasuk
dalam sebuah daerah kebudayaan.
3) Kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia, karena manusia berakal budi. Oleh
manusia kebudayaannya ditularkan ke generasi berikutnya atau ke kelompok
lain dengan cara belajar. Berbeda dengan makhluk lain, terutama binatang,
mereka tidak belajar, namun keahliannya telah diprogram dalam otaknya ketika
mereka masih dalam bentuk telur atau janin, jadi secara genetik. Jadi
kebudayaan atau adat kebiasaan seekor itik akan tetap saja dari sejak
menetas sampai dia mati. Sedangkan kebudayaan manusia selalu berubah, dari
dia lahir, dewasa, sampai dia tua dan meninggal (Ini akan kta bicarakan dalam
Bab III).
19 | P a g e

19 | P a g e

4) Kebudayaan itu mempunyai wujud, baik wujud fisik maupun wujud non-fisik.
Yang berupa wujud non-fisik tercakup dalam sistem budaya, adanya dalam
pikiran seorang individu. Wujud kebudayaan fisik terdapat dalam sistem sosial,
bagaimana masyarakat itu berinteraksi dan sudah dapat dilihat dan didengar.
Yang lebih jelas lagi adalah wujud kebudayaan fisik yang terdapat dalam
lingkaran paling luar dari kerangka kebudayaan, yang terdapat dalam cultural
universal atau unsur kebudayaan yang universal. Meskipun demikian, tidak
semua unsur dari cultural universal itu dapat dipegang atau diraba, meskipun
dapat ditangkap dengan pancaindera. Misalnya religi, pengertian religi adalah
non-fisik, tetapi penghayatannya ada bagian yang berupa fisik, misalnya
seseorang bersembahyang, membuat sesajen, dan berdoa.
5) Hubungan antara ketiga wujud kebudayaan itu: wujud gagasan, wujud perilaku
berpola dan wujud kebudayaan fisiks, dapat terlihat jelas dalam Kerangka
Kebudayaan. Sebagai contoh, kita ambil sebuah juring dari Kerangka
Kebudayaan. Bagian yang paling ujung, sebagai puncaknya adalah wujud
gagasannya, kemudian yang di tengah adalah wujud perilaku berpolanya, dan
yang paling bawah adalah wujud kebudayaan fisiknya.
6) Bila dalam gagasannya ia tidak menyukai seseorang, maka akan terlihat pada
sistem sosialnya ia bermuka masam ketika melihat orang yang tidak disukainya,
yang kemudian akan terlihat jelas ketika ia terpaksa berbicara dengan orang itu,
ia akan mmpergunakan katakata yang kasar, yang merupakan bahasanya, ini
merupakan kebudayaan fisiknya.
7) Sistem nilai budaya yang menjadi inti dari seluruh wujud gagasannya adalah
pusat dari semua aktivitas seorang individu. Ia menjadi motor dari perilakunya,
dan pendorong bagi kebudayaan fisiknya. Dalam sistem nilai budaya itu terdapat
konsep nilai yang terdiri atas etika, sopan santun, moral dan estetika, yang
berkaitan dengan keindahan, keindahan jasmaniah dan keindahan rohaniah. Hal
ini akan menghasilkan orientasi nilai budaya seseorang.
LATIHAN
8) Seseorang akan mengfokuskan perhatian dalam hidupnya kepada kelima
masalah

dasar

hidup,

yaitu

berkaitan

denga

hakikat

hidup

manusia.

Hubungannya dengan waktu, hubungannya dengan karya, hubungannya


dengan alam, dan hubungannya dengan sesama.
9) Kita mengambil contoh seorang yang optimistik.

Berkaitan dengan hakikat

hidup, bila ia termasuk orang yang memandang hidup dengan perasaan yang
optimis, meskipun suatu saat ia menderita, ia akan berusaha mengubah
20 | P a g e

keadaannya yang kurang menguntungkan menjadi hidup yang menyenangkan.

20 | P a g e

Hubungannya dengan waktu, ia akan mengarahkan hidupnya untuk masa depan


yang lebih

baik daripada yang dialaminya sekarang. Hubungannya dengan

karya, ia akan berusaha membuat lapangan kerja agar banyak orang dapat
dibantu kehidupannya. Hubungannya dengan alam, ia akan menghormati alam
dengan cara menyelaraskan diri dengan hukum-hukum yang telah dibuat oleh
alam. Hubungannya dengan sesama, ia akan bergotong royong untuk kebaikan
lingkungannya, kebaikan mayarakatnya.
10) Jadi tergantung kepada orientasi nilai budaya seseorang, bagaimana ia akan
mengerjakan sesuatu atau berbuat sesuatu.
Oleh Dr. Woro Aryandini , SS, MSi

LATIHAN
1) Jelaskan apa perbedaan antara kebudayaan dalam arti luas dan kebudayaan
dalam arti sempit.
2) Jelaskan bagaimana kebudayaan ditanggapi oleh manusia, dan instink
ditanggapi oleh binatang.
3) Bila Anda naik bis kota atau KRL yang penuh sesak, apa antisipasi Anda bila
ada seseorang atau beberapa orang yang seolah-olah memepet Anda?
4) Jelaskan hubungan antara wujud-wujud kebudayaan yang tergambar dalam
Kerangka Kebudayaan. Ambillah contoh seperti yang diutarakan di atas, namun
dengan topik yang berbeda.
5) Ketika sebuah gunung berapi meletus, ambil saja misalnya Gunung Merapi,
bagaimana orientasi nilai budaya orang-orang di lereng Gunung Merapi itu?
Uraikan sejelas mungkin!

21 | P a g e

21 | P a g e

BAB
DINAMIKA KEBUDAYAAN

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa dapat menguraikan dinamika yang terjadi dalam kebudayaan, penyebabnya,
dampaknya, dan penanggulangannya terhadap dampak negatif dari dinamika kebudayaan

A. Penyebab Dinamika Kebudayaan


Kebudayaan itu tidaklah statis, kebudayaan selalu berubah, ia dinamis sebagaimana
kehidupan manusia itu juga dinamis. Ia berubah karena adanya perubahan diri manusia
yang menghasilkan kebudayaan. Perubahan itu dapat disebabkan karena jumlah manusia
berubah, gagasannya berubah, mau pun komposisi penduduk dalam suatu daerah yang
berubah.
Proses penumbuhan dan perubahan kebudayaan berjalan akumulatif, makin lama makin
banyak terhimpun unsur-unsur kebudayaan baru. Ada unsur-unsur baru yang masuk,
namun ada pula unsur-unsur lama yang sudah tidak diperlukan menghilang. Namun yang
hilang tidaklah sebanyak yang muncul. Unsur baru yang muncul dapat membawa suatu
perbaikan kualitatif, setidak-tidaknya dalam wujud kebudayaan fisik. Karenanya kebudayaan
tidak pernah mundur. Mungkin unsur kebudayan lama yang pernah menghilang muncul
kembali, melalui sebuah proses yang ada kalanya cukup panjang.
Proses perubahan kebudayaan tidaklah sama

dalam semua kebudayaan. Dalam

masyarakat yang terisoler perubahan kebudayaan berjalan lambat, sebaliknya dalam


masyarakat yang terbuka, tidak terisoler, perubahan kebudayaan cenderung berjalan cepat.
Perubahan kebudayan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki
bersama oleh para warga atau sejumlah warga dari suatu masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan itu mencakup aturan, norma, nilai-nilai, teknologi, selera, rasa keindahan,
kesenian dan bahasa. Bila sistem budayanya berubah, maka sistem sosialnya juga akan

22 | P a g e

22 | P a g e

beruah, demikian pula kebudaayan fisiknya sebagai hasil karya. Bila kita mengacu kepada
wujud kebudayaan, maka perubahan itu terjadi dalam ketiga wujud kebudayaan, yaitu pada
tingkat sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisiknya. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kebudayaan itu selalu dalam keadaan bergera. Perubahan itulah

yang

dinamakan dinamika kebudayaan.


Penyebabnya atau faktornya ada bermacam-macam, antara lain:
1. Dari Dalam Masyarakat Sendiri
a. Karena Perubahan Jumlah penduduk
Penduduk adalah populasi manusia yang tinggal di suatu tempat atau
daerah. Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
tempat. Perubahah jumlah penduduk ini disebabkan karena kelahiran,
kematian, dan migrasi. Ini dinamakan perubahan alami. Dalam hal ini terlihat
fertilitas dan mortalitas menunjang adanya peubahan kebudayaan.
Fertilitas adalah tingkat pertambahan anak yang dihitung dari jumlah
kelahiran setiap 1000 penduduk. Tingkat kelahiran yang dihitung dari jumlah
kelahiran per seribu penduduk dalam satu tahun disebut angka kelahiran
rata-rata atau angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate, disingkat CBR).

Di samping itu ada tingkat kelahiran dari wanita umur produktif per tahun,
yaitu:

Mortalitas adalah tingkat kematian yang dihitung dari jumlah kematian setiap
1000 penduduk. Tingkat kematian yang dihitung dari jumlah kematian per
seribu penduduk dalam satu tahun disebut angka kematian kasar (Crude
Death Rate, disingkat CDR)

Karena kebudayaan itu adalah kumpulan dari gagasan anggota masyarakat,


maka kalau anggota masyarakat itu berubah, maka kebudayaan juga akan

23 | P a g e

23 | P a g e

berubah. Dengan kelahiran, maka anggota suatu masyarakat itu bertambah.


Dengan adanya kematian maka anggota masyarakat itu berkurang. Itu
menyebabkan adanya gerak kebudayaan, pikiran dan gagasan dalam
masyarakat itu berubah.
Demikian juga dengan adanya migrasi. Migrasi adalah perpindahan
penduduk. Penduduk dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain,
pindah ke daerah baru untuk berbagai alasan. Alasannya mungkin ia
berdagang ke tempat lain, seperti pedagang dari Jurangmangu yang
berjualan ke Blok M, atau mahasiswa yang meninggalkan daerahnya dari
berbagai pelosok tanah air untuk kuliah di STAN.

Mereka yang

meninggalkan tempatnya untuk pindah ke daerah lain ini yang dinamakan


emigrasi, pergi ke luar dari daerahnya.
Sebaliknya orang yang memasuki daerah yang baru, sebagai contoh para
mahasiswa yang kuliah di STAN dari berbagai daerah ini, bagi masyarakat
yang dimasukinya, masyarakat Jurangmangu ia disebut sebagai imigran,.
Bentuk dan sifat migrasi dapat bermacam-macam, antara lain:
1) migrasi primitif, yaitu perpindahan penduduk karena mencari

makan,

sebagai pemburu dan peramu


2) migrasi lambat, yaitu ketika sekelompok orang dari Benua Asia berjalan
menuju ke Benua Amerika pada akhir Jaman Glasial e-4
3) migrasi cepat atau mendadak, yaitu perpindahan penduduk berupa
pengungsian karena perang atau bencana alam
4) migrasi khusus, yaitu pelayaran orang-orang dari Eropa ke Amerika,
Asia, dan Afrika, dan pelayaran orang-orang Cina ke Asia Tenggara
5) migrasi paksaan, yaitu perpindahan penduduk sebagai budak, kuli
kontrak, dan romusha
6) migrasi spontan, yaitu ketika banyak orang Jawa pindah ke Deli, ketika
pada abad ke-20 di sana dibuka perkebunan tembakau
7) migrasi yang berupa transmigrasi dan urbanisasi pada masa sekarang
a) Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari pulau yang padat
penduduknya ke pulau yang kurang padat penduduknya. Namun ada
juga transmigrasi lokal, yaitu perpindahan orang dalam sebuah pulau.

24 | P a g e

24 | P a g e

b) Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota


b. Karena adanya inovasi (penemuan baru) , baik berupa discovery , mau pun
invention.
1) discovery adalah penemuan konsep atau gagasan

baru, misalnya

timbulnya hipotesa bumi bulat yang diutarakan pada abad ke-15.


2) invention adalah penemuan teknik baru berdasar konsep yang sudah ada,
misalnya pembuatan rudal adalah perbaikan dari konsep sebuah panah.
c. Dapat juga karena adanya revolusi dalam masyarakat itu sendiri, misalnya
adanya pembrontakan atau pertentangan dalam masyarakat, misalnya
perubahan dari pemerintahan ORLA ke ORBA.
2. Dari luar masyarakat, yaitu karena perubahan lingkungan alam dan lingkungan
masyarakat tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidup dalam lingkungan
terbuka, yang berada pada jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan
lain cenderung berubah secara cepat. Perubahan dapat berupa:
a. Difusi, yaitu menerima pancaran dari kebudayaan lain. Sebagai contoh
masyarakat Tionghoa di Indonesia membawa kebudayaan leluhurnya berupa
makanan antara lain bakmi, bakso, dan yang semacam itu, yang diterima
oleh masyarakat Indonesia lainnya.
b. Asimilasi, yaitu dua masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda saling
memancarkan kebudayaannya ke masyarakat yang lain. Sebagai contoh,
masyarakat Tionghoa di Jawa Timur senang makan soto, sedangkan
masyarakat Jawa di Jawa Timur senang makan bakso.
c. Akulturasi, bila kebudayaan luar yang masuk ke dalam suatu masyarakat
disaring; yang sesuai dengan kebutuhan kebudayaan masyarakat yang
dimasuki akan diterima menjadi kebudayaan masyarakat itu, sedangkan yang
tidak sesuai ditolak. Sebagai contoh, kebudayaan Hindu yang berupa tulisan
diadopsi oleh bangsa Indonesia, tetapi sistem perkawinan poliandri pada
bangsa Hindu ditolak oleh bangsa Iindonesia.
d. Infiltrasi, yaitu masuknya kebudayaan luar ke dalam suatu masyarakat secara
sembunyi-sembunyi, sehingga masyarakat yang dimasuki kebudayaan luar
itu tidak menyadarinya. Sebagai contoh generasi muda di perkotaan lebih
suka mengadakan acara ulang tahun di cafe atau di mal, menggantikan acara

25 | P a g e

25 | P a g e

ulangtahun

yang biasanya diadakan di rumah

masing-masing dengan

melibatkan orangtua dan semua anggota keluarganya. Acara di cafe atau di


mal hanya melibatkan teman-teman dekatnya, sehingga hubungan dengan
orangtua dan keluarganya sendiri menjadi kurang akrab.
e. Penetrasi, yaitu kebudayaan luar yang memasuki suatu masyarakat secara
paksa, masyarakat yang menerima kebudayaan luar itu tidak mampu
menolaknya. Sebagai contoh, ketika Perang Dunia II selesai, Jerman yang
kalah perang dibagi dua. Jerman Barat dikuasai Sekutu dengan kebudayaan
yang kapitalistik, sehingga orang di Jerman Barat juga menadopsi budaya
kapitaluistik. Sedangkan

Jerman Timur dikuasai negara-negara Sosialis

dengan kebudayaannya yang bersifat sosialistik, sehingga orang di Jerman


Timur juga mengadopsi budaya sosialistik.
B. Dampak Dinamika Kebudayaan
Dinamika kebudayaan menimbulkan dampak. Dampak itu dapat bersifat positif dan juga
dapat bersifat negatif. Dampak positif dari dinamika kebudayaan biasanya tidak
menimbulkan gangguan pada masyarakat, namun dampak negatifnya yang justru harus
diperhatikan.
Dampak negatifnya antara lain:
1. Cultural lag: yaitu perbedaan taraf kemajuan unsur-unsur kebudayaan suatu
masyarakat. Pada waktu belum ada perubahan
kebudayaan itu dalam keadaan seimbang,

kebudayaan, ketujuh unsur

posisinya sama. Namun begitu ada

perubahan kebudayaan, masing-masing unsur dari ketujuh unsur kebudayaan itu


meresponnya tidak sama. Ada unsur kebudaan yang lebih maju daripada unsur
kebudayaan yang lain. Kemajuan unsur kebudayaan yang berupa teknologi saat ini
demikian pesat, meninggalkan kemajuan pada unsur pengetahuannya. Akibatnya,
kita ambil sebagai salah satu contoh, sering terjadinya kecelakaan Metromini di
Jakarta disebabkan teknik atau cara pengedaraan bisnya yang kelihatan demikian
dikuasainya, sedangkan sopir-sopir Metromini itu pengetahuan tentang permesinan
kurang memadai, sehingga mereka tidak memadukan antara pengetahuan tentang
permesinan dengan teknologi pengedaraan mobilnya.
2. Cultural survival: yaitu masih mampunya salah satu unsur kebudayaan bertahan,
meskipun unsur-unsur kebudayaan lain telah hilang atau tidak berfungsi lagi.

26 | P a g e

26 | P a g e

Sebagai contoh, meskipun ada perubahan kebudayaan, kegiatan gotongroyong itu


masih bertahan di desa-desa
3. Cultural conflict: yaitu pertentangan yang terjadi akibat adanya perubahan
kebudayaan. Sebagai contoh, pertentangn dalam sebuah keluarga, karena orangtua
menyukai musik yang lembut, seperti kroncong, namun anak-anaknya menyukai
musik-musik keras, dan tidak menyukai

musik jenis kroncong. Bila tidak ada

toleransi dalam keluarga itu, maka dapat menimbulkan pertentangan.


4. Cultural shock: yaitu kecemasan yang diakibatkan karena anggota masyarakat itu
kehilangan atau tidak mengenal lagi simbol-simbol dalam pergaulan sosial yang
semula dikenalnya dengan baik. Misalnya, orangtua mengalami keterkejutan karena
anak-anak gadisnya keluar rumah sampai jauh malam, meskipun dengan alasan
yang dapat dimengerti, misalnya karena kerja lembur atau belajar bersama.
5. Future shock: keterkejutan menghadapi hari depan. Kemajuan teknologi yang
demikian pesat, sulit diikutinya dengan imajinasi, yang akan menimbulkan masalah,
anggota masyarakat ini kehilangan arah, kehilangan kepercayaan diri, bahkan dapat
sampai kehilangan pegangan kepada nilai-nilai dan iman.
C. Penyesuaian Antarbudaya
Agar pengaruh perubahan kebudayaan ini tidak memberikan dampak negatif, maka
perlu adanya penyesuaian antarbudaya. Penyesuaian itu dipengaruhi oleh faktor intern,
yaitu faktor yang ada di dalam diri perorangan itu, dan faktor ekstern yaitu faktor yang
datangnya dari luar diri seseorang.
1. Faktor intern, meliputi:
a. Watak, yaitu segala tabiat yang membentuk keseluruhan kepribadian
seseorang (antara lain: emosional, pemberani, bertanggungjawab, senang
bergaul, dan yang semacam itu)
b. Kecakapan, menyangkut segala sesuatu yang dapat dipelajari, terdiri atas
bahasa, adat istiadat, tatakrama, kedaaan geografi, keadaan ekonomi, situasi
politik, dan lain-lain
c. Attitude, yaitu kesiapan mental atau syaraf yang terbina melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh terhadap bagaimana seseorang menanggapi
segala situasi yang dihadapi, misalnya optimis, pesimis, berprasangka,
skeptis, toleran, atau moderat

27 | P a g e

27 | P a g e

2. Faktor ekstern, meliputi:


a. Besar kecilnya perbedaan antara kebudayaan semula yang dimilikinya
dengan kebudayaan baru yang diterimanya
b. Apakah kebudayaan baru itu dapat diterima

dengan latar kebudayaan

semula
c. Lingkungan

hidup

yang

terbuka

mempermudah

seseorang

untuk

menyesuaikan diri daripada lingkungan hidup yang tertutup.


D. Kebudayaan Nasional Indonesia
Sebelum membicarakan kebudayaan nasional Indonesia, kita perlu mengetahui
kebudayaan lain yang pernah memberikan pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia pernah mendapat pengaruh kebudayaan Hindu dan kebudayaan Cina,
yang semuanya dikatakan sebagai kebudayaan Timur, dan juga kebudayaan yang dibawa
oleh orang-orang Eropa dan Amerika, yang biasanya disebut kebudayaan Barat.
1. Kebudayaan Timur
Dalam kebudayaan Timur, pandangan hidup manusia lebih bersifat mistik, intuitif,
serta bersifat religius, dengan menempatkan kehidupan yang berimbang antara
dunia dan akhirat, kepuasan rohani dan jasmani.
Inti kebudayaan Timur tidak terletak pada intelektualitasnya, tetapi pada hatinya
yang menyatukan akal budi, intuisi, inteligensia, dan perasaan. Ini dipandang
sebagai puncak perkembangan rohani manusia, yaitu tertuju kepada tinjauan
kesempurnaan. Pemikir Timur lebih menekankan segi kejiwaan; realitas di dunia
empiris dianggap sebagai sesuatu yang hanya lewat dan bersifat khayalan (semu
atau maya). Orang Timur lebih menekankan pada disiplin pengendalian diri,
sederhana, tidak mementingkan dunia materi, bahkan menjauhinya.
Menurut pemikiran Timur, sesuatu yang baik itu tidak hanya terletak pada dunia
kebendaan, tidak dengan memanipulasi alam, tidak dengan mengubah masyarakat
dan mencari kesenangan bagi diri sendiri, melainkan diperoleh melalui pencarian
Zat Yang Satu, dalam diri sendiri atau diluarnya. Mereka menghayati hidup yang
meliputi keseluruhan eksistensinya. Orang Timur mencari keharmonisan dengan
alam yang memberi kehidupan, makanan, peneduh, bahan untuk seni dan sains.
Nasfu

untuk

memperoleh

nikmat

dan

kerinduan

akan

keselamatan

dan

pembebasan dari penderitaan dunia cukup kuat, dan ide ini besar pengaruhnya

28 | P a g e

28 | P a g e

dalam membentuk mentalitas, teori dan praktek hidup. Cara memperolehnya bukan
pada akal budi , tetapi melalui meditasi, tirakat (ascetic) dan mistik. Dalam
menegakkan norma tidak hanya bersumber pada ajaran agama, tetapi memadukan
pengetahuan, intuisi, pemikiran konkret, simbolik, dan kebijaksanaan
Sikap orang Timur terhadap alam tercermin dalam falsafah Hindu yang
disebut Tri Hita Karana, yaitu adanya kesatuan antara Tuhan, manusia, dan alam ,
dan ketiganya adalah penyebab kebahagiaan. Untuk menjaga hubungan yang
harmonis antara manusia dengan alam, terkadang muncul ekspresi konkret dalam
bentuk hubungan mistik antara manusia dengan alam. Orang Timur menginginkan
kekayaan

hidup,

bukan

kekayaan

kebendaan,

yaitu

berupa

ketenangan,

ketenteraman, menyatu dengan alam. Selain filsafat Hindu dan Buddha,


Konfusianisme dan Taoisme juga telah mempengaruhi bangsa-bangsa Asia sejak
berabad-abad yang lampau. Hal-hal ini mengilhami sistem pendidikan seni,
perundang-undangan dan organisasi, sosial, dan dalam tingkat yang lebih dalam
telah membentuk ketidaksadaran kolektif yang sadar dari bangsa-bangsa Asia
2. Kebudayaan Barat
Kebudayaan Barat memperlihatkan perbedaan dengan kebudayaan Timur.
Kebudayaan Barat bersumber dari filsafat Yunani. Dalam kebudayaan Barat,
manusia begitu sadar akan individualitasnya dan superioritas tekniknya, mereka
lebih menekankan obyektivitas daripada perasaan, dan merasa berdiri sendiri
sebagai penakluk alam semesta. Kepentingan individu terletak di atas kepentingan
umum. Manusia merupakan aktor drama di mana ia aktif mengambil bagian dalam
membentuk sejarah. Manusia adalah ukuran segalanya. Ia mempunyai kemampuan
untuk menyempurnakan hidupnya dengan bertitik tolak dari rasio, intelek dan
pengalaman.
Pemikiran demikian membuahkan sains dan teknologi (modern). Filsafat Barat yang
berpangkal pada filsafat positivisme diwujudkan dalam dunia rasio. Pemikiran
tentang nilai-nilai hidup yang meminta kepekaan hati dianggap sesuatu yang
subyektif dan tidak bermutu. Bagi mereka waktu mempunyai arti yang positif.
Dengan dinamika yang tak pernah kendor dan aktivitas yang penuh semangat,
orang Barat mengubah alam dan masyarakat.

29 | P a g e

29 | P a g e

Dengan pandangan hidup bahwa manusia adalah pusat sesuatu yang mempunyai
kemampuan rasional, kreatif dan estetik, mereka telah menghasilkan beberapa nilai
dasar seperti demokrasi, lembaga sosial, dan kesejahteraan ekonomi.
Ada tiga nilai penting yang mendasari nilai Barat, yaitu martabat manusia,
kebebasan dan teknologi. Manusia diukur dari kemampuannya, bukan dari
kebijaksanaan hatinya. Gerakan sekularisme

pemikiran berkembang meluas ke

bidang estetika, moral dan agama. Orang Barat ingin membangun agama baru di
Barat yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sebab agama di Barat
mengalami kemunduran melalui tekanan mentalitas ilmiah.
Di Barat kepuasan diperoleh melalui usaha dan perhatian terhadap benda dan
kenikmatan duniawi. Yang menjadi ukuran adalah kultur orang, kuantitas (produksi
yang melimpah-limpah), artifisial (kultur buatan), dan kontrol yang menyeluruh
(kemaharajaan sistem). Kemajuan teknologi menghasilkan dinamika, perencanaan,
organisasi, manajemen , keberanian berusaha, penguasaan materi, namun
sekaligus menggerogoti kehidupan sosial dan pribadinya. Hal ini tercermin dalam
bahasa: menaklukkan ruang angkasa, menaklukkan alam, menguasai hutan, dan
menguasai banjir.
3. Reaksi atas sikap Budaya Timur dan Budaya Barat
Kebudayaaan Timur bersifat kolektif, sehingga tidak membiarkan seseorang
mengurus dirinya sendiri.

Sebaliknya kebudayaan Barat bersifat individual,

akibatnya timbul rasa kesepian dan tertekan. Sekarang terjadi pergulatan. Timur
ingin memperlihatkan ciri khas kebudayaannya dan sekaligus memberi corak
pergaulan dunia, sebab tidak menghendaki kemajuan ilmu pengetahuan dan
keberhasilan pengembangan rasio disertai wajah bengis, angkuh, dan kejam.
Menurut Alfian (1988: 36), ada tiga corak reaksi dalam menghadapi tantangan
Barat:
a. Menerima

dan

merangkul

bulat-bulat

kebudayaan

Barat,

dan

menganggap kebudayaan Timur tidak relevan lagi.


b. Anti kebudayaan Barat dengan menganggap kebudayaan Barat kejam
dan buas.

30 | P a g e

30 | P a g e

c. Melihat benturan secara kritis dan realistis, dan mengambil yang baik dari
kebudayaan Barat dan mempertahankan yang baik dari kebudayaan
Timur.
4. Pendapat-pendapat tentang Kebudayaan Nasional Indonesia
Menyadari bahwa bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa
dengan masing-masing kebudayaannya, dan telah adanya pengaruh berbagai
macam kebudayaan asing, maka dicoba mencari suatu bentuk kebudayaan yang
dapat diterima oleh semua warga bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.
Pada tahun 1936 diadakan polemik kebudayaan antara Sutan Takdir
Alisyahbana dan kelompoknya sebagai wakil golongan Indonesia Muda, dengan
Sanusi Pane, Ki Hadjar Dewantara, dan Dr. Sutama. Ki Hadjar Dewantara dan
kelompoknya mengemukakan bahwa Kebudayaan Nasional Indonesia adalah
puncak-puncak kebudayan daerah di Indonesia, dan didasarkan pada kebudayaan
Timur (spiritualisme, perasaan, dan kolektivisme) yang dilengkapi dengan
kebudayaan Barat (materialisme, intelektualisme, dan individualisme). Sedang
Sutan Takdir Alisyahbana dan kelompoknya mengemukakan bahwa perlu dibangun
kebudayaan nasional yang baru sama sekali dengan banyak mengambil pengaruh
Barat.
Di samping pendapat kedua kelompok itu, Harsya Bachtiar berpendapat bahwa
perlu dibangun kebudayaan yang baru sama sekali, yang bebas dari feodalisme.
Sedangkan

Koentjaraningrat

mengatakan,

kebudayaan

nasional

perlu

berorientasi kepada kejayaan nenek moyang dan masa kini. Identitas kebudayaan
itu merupakan suatu kontinuitas. Kebudayan nasional adalah keseluruhan gagasan
kolektif dari masyarakat Indonesia yang bhineka.
Berdasarkan fungsinya, kebudayaan nasional adalah:
a.

Sistem gagasan dan perlambang yang memberi identitas Indonesia

b.

Dapat dipakai untuk seluruh warga Indonesia yang Bhineka

Syaratnya adalah:
a. Hasil karya bangsa Indonesia
b. Mengandung cir-ciri khas Indonesia
c. Yang dinilai tinggi dan menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia
Menurut UUD 1945 Pasal 32:

31 | P a g e

31 | P a g e

Kebudayan bangsa Indonesia ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah hasil usaha
budinya rakyat Indonesia seluruhnya
Dari pendapat-pendapat di atas ditarik kesimpulan sementara bahwa kebudayaan
nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah ditambah unsur-unsur kebudayaan luar
yang masuk yang positif. Formasi kebudayaan nasional dalam rangka pembuatan pola
kehidupan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila ialah proses timbal-balik antara
yang ideal dengan yang aktual, antara nilai-nilai, kelakuan individu, dan interaksi sosial.
Melalui habitasi dan pembiasaan,

dari proses pembudayaan akan dihasilkan etos

kebudayaan yang merupakan sistem yang terdiri atas komponen ekonomi, sosial politik, dan
unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Kebudayan adalah kompleks, karena bersumber dari sifat biologis, lingkungan,
psikologis, dan sejarah eksistensi manusia. Etos kebudayaan itu merupakan kompleks nilai
yang koheren serta memberi watak dan identitas khusus pada kebudayaan yang
diresapinya. Untuk bangsa Indonesia, Pancasila adalah etos kebudayaan nasional.

RANGKUMAN
1) Kebudayaan suatu masyarakat itu selalu berubah. Perubahannya dapat karena
faktor-faktor di dalam masyarakat itu sendiri, mau pun

dari unsur-unsur

kebudayaan luar yang masuk.


2) Dinamika kebudayaan itu juga memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat,
baik berupa dampak yang positif, mau pun dampak yang negatif. Dampak positif
tidak kita bicarakan, karena membawa masyarakat itu pada kemajuan, tetapi
dampak negatiflah yang harus dianalisis dan dicarikan jalan keluarnya, agar dampak
itu tidak merusak kehidupan bermasyarakat.
3) Untuk mengantisipasi dampak negatif, perlu adanya penyesuaian antar budaya,
yang meliputi faktor intern, - berarti faktor yang ada pada individu dalam masyarakat
itu sendiri, dan faktor ekstern yaitu faktor yang ditemui ketika individu atau kelompok
individu itu bertemu dengan kebudayan masyarakat yang lain.
4) Untuk membicarakan Kebudayaan Nasional Indonesia perlu melihat kembali
bagaimanakah kebudayaan asli Indonesia itu. Kemudian dengan masuknya bangsa
asing ke Indonesia, mereka memberikan kontribusi yang menambah atau
melengkapi kebudayaan asli
32 | P a g e

32 | P a g e

5) Ada dua kelompok besar pengaruh asing yang diterima oleh masyarakat Indonesia,
yaitu pengaruh dari Kebudayaan Timur yaitu kebudayaan Hindu, Budha,
Konfusianisme dan Taoisme, dan pengaruh dari Kebudayaan Barat yang dibawa oleh
orang-orang Eropa dan Amerika. Saat ini terjadi pergulatan dalam proses
pembentukan Kebudayaan Nasional Indonesia. Di satu fihak ada yang ingin tetap
mempertahankan

unsur-unsur

kebudayaan

Timur

yang

umumnya

bersifat

menyelaraskan diri dengan alam, namun demi mengikuti kemajuan jaman yang
berasaskan teknologi canggih, maka banyak juga yang menginginkan bangsa
Indonesia lebih banyak mengambil Kebudayaan Barat.

LATIHAN
1) Contoh bentuk perubahan kebudayaan yang berasal dari discovery, dan berasal dari
invention. Masing-masing dua buah.
2) Bagaiman cara mengatasi seringnya terjadi kecelakaan karena adanya cultural lag?
3) Bila Anda suatu saat dikirim untuk melanjutkan studi ke negara

asing, misalnya ke

Amerika, apa yang harus Anda siapkan terlebih dahulu? Jelaskan kegunaannya halhal yang Anda persiapkan itu.
4) Apa perbedaan karakter orang yang hidup di lingkungan yang terbuka, yang sering
bertemu dengan bermacam-macam orang dari berbagai kebudayaan, dengan karakter
orang yang hidup di daerah yang terpencil, sehingga komunikasi antar budaya amat
terbatas?
6) Mengetahui adanya Polemik Kebudayaan pada tahun 1936, apakah konsep yang
diajukan oleh para anggota polemik itu sekarang masih ada jejaknya?

33 | P a g e

33 | P a g e

BAB
KEBUDAYAAN INDONESIA

Tujuan Instruksional Khusus :


Agar mahasiswa
dapat menguraikan terjadinya bangsa Indonesia dengan
kebudayaannya, dari jaman dahulu sampai sekarang, yang berupa masayarakat
Indonesia dengan kebudayaan aslinya, pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha,
pengaruh kebudayaan Islam, dan pengaruh kebudayaan Barat

A. Kebudayaan Asli Indonesia


1. Jaman Pra-Histori (Pra-Hindu)
a. Penduduk, Sistem Teknologi, dan Sistem Ekonomi
1) Pengaruh Ras Austro-Melanesoid
Manusia Indonesia yang tertua sudah ada kira-kira satu juta tahun yang lalu, waktu
Paparan Sunda masih berupa daratan dan bersambungmenjadi satu dengan Benua
Asia di bagian tenggara. Fosilnya diketemukan di lembah Bengawan Solo, dan oleh
para ahli disebut Pithecantropus Erectus. Mereka dalam kelompok kecil, hidup dari
berburu dan meramu. Alat berburunya berupa alat pemukul dari kayu, kapak dari
batu yang dipertajam pada salah satu sisinya. Sejumlah fosil yang menunjukkan
bentuknya yang telah berevolusi ditemukan di desa Ngandong, yang juga terletak di
lembah Bengawan Solo, dan oleh para ahli disebut Homo Soloensis. Homo
Soloensis ini kemudian berevolusi menjadi manusia seperti sekarang, tetapi dengan
ciri-ciri yang banyak menyerupai penduduk pribumi Australia. Sisa-sisa fosilnya
diketemukan di distrik Wajak (dekat Surabaya) dan disebut Homo Wajakensis.
Manusia dengan ciri-ciri Austro-Melanesoid yang merupakan nenek moyang
manusia Wajak ini menyebar ke arah timur dan ke arah barat. Yang ke timur
menduduki Irian (sebelum Kala Es Ke-4 berakhir). Di Irian mereka hidup dalam

34 | P a g e

34 | P a g e

kelompok kecil di muara sungai, hidup dari menangkap ikan, berburu dan meramu.
Peralatannya berupa kapak batu serpih bilah. Dinding gua tempat tinggal mereka
dihiasi dengan gambar-gambar tangan atau binatang dengan warna merah. Bekas
perkampungan mereka disebut abris sous roches (tempat perlindungan di bawah
karang), diketemukan di daerah Kepala Burung di Papua, juga di Kepulauan Kai,
Seram, dan Sulawesi Selatan. Mereka mengembangkan kebudayaan pantai dengn
perahu lesung bercadik. Adanya abris sous roches di Flores Barat dan Timor Barat,
menunjukkan bahwa manusia Wajak ini juga bermigrasi ke barat.
Yang bermigrasi ke barat rupa-rupanya suka makan kerang, dan kulitnya mereka
buang

di

luar

perkampungan

mereka.

Timbunan

klit

kerang

ini

disebut

kyokkkenmoddinger (sampah dapur), terdapat di Sumatera Timur dan Sumatar Utara


dekat Medan, dekat Langsa di Aceh, di Perak, Kedah, dan Pahang (Malaysia).
Mereka juga mengembangkan peralatan berupa kapak genggam berbentuk diskus
lonjong. Peralatan ini diketemukan selain di gua-gua Jawa Timur juga di Vietnam
Utara, yang kemudian terkenal dengan nama kompleks alat-alat Bacson-Hoabin,
berkat penggalian ahli arkeologi Perancis Ny. M. Colani

di Vietnam. Jadi ada

persebaran dari timur ke barat dari Ras Austro-Melanesoid yang berasal dari Jawa
melalui Sumatera, Semenanjung Melayu dan Muangthai Selatan sampai Vietnam
Utara.
2) Pengaruh Ras Mongoloid
Persebaran Ras Mongoloid kemungkinan melalui jalan yang dilalui oleh orang
Austro-Melanesoid ketika bermigrasi ke barat. Namun ada juga pendapat, mereka
melalui jalan dari Asia Timur, mungkin dari Jepang, kemudian menyebar ke arah
selatan: melalui Kepulauan Riukyu, Taiwan, Filipina, Sangir, masuk ke Sulawesi.Di
Gua Leang Cadang Sulawesi Selatan, ditemukan fosil yang menunjukkan ciri PaleoMongoloid. Ia diketemukn bersana alat-alat Toala. Juga terdapat gambar dinding
dan fosil dengan ciri Austro-Melanesoid. Dengan demikian daerah itu adalah sebagai
tempat perpaduan berbagai macam ras. Diperkirakan percampuran antar ras ini
terjadi antara 10.000 sampai 2.000 SM
3) Pengaruh Kebudayaan Neolitik
Gelombang ketiga berasal dari Asia bagian tenggara. Bentuk fisiknya banyak
mengandung ciri Mongoloid. Bahasa induknya adalah bahasa Proto-Austronesia.

35 | P a g e

35 | P a g e

Mereka sudah mengenal bercocok tanam di ladang. Alatnya berupa kapak batu
lonjong dan bujur sangkar yang oleh para ahli prehistori disebut Walzenbell.Dengan
perahu bercadik mereka menyeberang ke daerah Pacifik Selatan: Taiwan, Filipina,
Sulawesi Utara, dan Maluku Selatan. Dari Taiwan mereka ke utara, ke pulau-pulau
Okinawa sampai ke Jepang.
4) Pengaruh Kebudayaan Perunggu
Benda-benda tinggalan Jaman Perunggu di Asia Tenggara untuk pertama kali
ditemukan di Dongson, Vietnam Utara,

berupa perunggu dan besi. Diantaranya

nekara (genderang perunggu), kapak, cendrasa, bejana tempat abu orang


meninggal, gelang, manik-manik, kalung, cincin, dan arca. Kepandaian itu berasal
dari Mesopotomia kira-kira 3000 tahun SM. Di Indonesai benda-benda itu
diketemukan di Sumatara, Jawa, Nusa Tenggara, Bali, Sangean (Sumbawa), Rote,
Leti, Alor, Timor dan Sentani (Papua).
Berikut ini kutipan mengenai sejarah nenek moyang bangsa Indonesia dari tulisan
Mochtar Lubis pada tahun 1986 dalam pidato kebudayaannya yang berjudul Situasi
Akar Budaya Kita. Nenek moyang kita adalah bahagian dari arus perpindahan
manusia yang bergerak di zaman lampau yang telah hilang sebagai hilangnya
bayangan wayang dari layar sejarah, bergerak dari bagian Timur Eropa Tengah dan
bagian Utara wilayah Balkan sekitar laut Hitam ke arah timur, mencapai Asia, masuk
ke Tiongkok. Dan di Tiongkok arus perpindahan ini bercabang-cabang ke utara,
timur dan selatan. Arus selatan mencapai daerah Yunan, sedang bagian timur
mencapai laut Indo Cina. Di sinilah tempat lahirnya budaya asal Indonesia. Manusiamanusia yang berpindah dan bergerak ke Asia dari Eropa Tengah dan Wilayah
Balkan itu adalah orang Tharacia, Iliria, Cimeria, Kakusia, dan mungkin termasuk
orang Teuton, yang memulai perpindahan mereka di abad ke-9 hingga abad ke-8
sebelum nabi Isa. Mereka membawa keahlian membuat besi dan perunggu. Nenek
moyang orang Indonesia yang telah berada terlebih dahulu dari mereka di daerah
Dongson ini telah mengembangkan seni monumental tanpa banyak ornamentik yang
dekoratif. Dari pendatang-pendatang baru ini mereka mengambil alih, menerima, dan
mencernakan seni ornamentik pendatang-pendatang dari barat ini. Tidak saja dalam
ornamentik, akan tetapi juga dalam hiasan tenunan (amat banyak persamaan antara
hiasan tenun Indonesia dan Balkan, umpamanya), dan juga dalam musik dan

36 | P a g e

36 | P a g e

nyayian.

Jaap

Kunst,

seorang

ahli

musik,

juga

ahli

musik

Indonesia

mengindentifikasikan persamaan nyayian rakyat di pulau Flores dengan nyanyian


rakyat di bagian timur Yugoslavia (Balkan). Kebudayaan Dongson menunjukkan
lebih banyak persamaan dan kaitan dengan budaya Eropa dibanding budaya Cina.
Nenek moyang Dongson inilah yang bergerak ke selatan, dan kemudian mencapai
Nusantara. Di Nusantara hampir tidak ada perpisahan antara zaman perunggu dan
zaman besi. Hal ini sama juga terjadi di Indo Cina. Dalam penggalian situs-situs
purbakala, perunggu dan besi selalu ditemukan bersama-sama. Hulu pisau Dongson
banyak berbentuk manusia, seperti keris Majapahit. Bentuk hulu pisau yang serupa
juga ditemukan di Holstein (Jerman), Denmark, dan di Kauskasus. Sebelum nenek
moyang dari Dongson turun ke Nusantara, kelompok-kelompok manusia lain telah
terlebih dahulu datang. Selama zaman es terakhir, kurang lebih 15.000 tahun
sebelum Masehi, sejarah bumi Nusantara menunjukkan bahwa sebagian besar
Nusantara bagian barat menyatu dengan daratan Asia Tenggara, Jawa, Sumatera,
Kalimantan dan wilayah yang kini laut Jawa. Ketika es berakhir, permukaan laut naik
kembali, dan terbentuklah gugusan pulau-pulau seperti yang kita kenal kini. Sejarah
bumi Nusantara telah berpengaruh besar pada perkembangan manusia MelayuPolinesia. Mereka menjadi bangsa maritim, yang kurang lebih 1000 tahun sebelum
Nabi Isa mengarungi Samudera Hindia. Manuskrip tua Hebrew dari masa akhir 2000
dan permulaan 1000 sebelum tahun Nabi Isa telah menyebut perdagangan kulit
manis dari berbagai tempat sepanjang pantai timur Afrika. Sebuah naskah Arab dari
abad ke 13 menceritakan masuknya orang Melayu-Polinesia ke belahan barat
Samudera Hindia. Naskah itu mengatakan bahwa di masa mundurnya Kerajaan
Firaun di Mesir, tempat yang bernama Aden, yang menguasai jalan masuk ke laut
Merah (yang masa itu merupakan tempat penduduk nelayan), telah direbut oleh
orang Qumr (Melayu-Polinesia) yang datang dengan armada yang terdiri dari
perahu-perahu yang memakai cadik. Mereka mengusir penduduk setempat, berbagai
monumen dan memilihara hubungan langsung dengan pulau Madagaskar dan Asia
Tenggara. Para ahli sejarah menyebutkan hal itu mungkin terjadi di masa Nabi Isa
masih hidup. Untuk

masa yang cukup lama orang Melayu-Polinesia menguasai

pelayaran dan perdagangan lewat Samudera Hindia dari Asia Tenggara ke pintu
Laut Merah, sepanjang pantai timur Afrika dan Pulau Madagaskar.

37 | P a g e

37 | P a g e

Dalam melakukan ini, mereka juga telah membawa berbagai kekayaan ke


Madagaskar dan Afrika. Di Madagaskar mereka telah menetap di belahan barat
pulau itu. Hingga kini masih terlihat berbagai persamaan kata bahasa Madagaskar
dan bahasa suku Manyaan di Kalimantan. Ke timur, nenek moyang Melayu-Polinesia
ini berlayar jauh ke pedalaman Pasifik, menetap di berbagai kepulauan, dan mereka
paling ke timur mencapai Easter Island, pulau terjauh ke timur dari Nusantara.
Jelaslah bahwa budaya bangsa kita berakar jauh ke zaman prasejarah, ke masa
silam yang begitu jauhnya, hingga telah lenyap dari ingatan bangsa kita. Jelas pula
bahwa kita telah mewarisi budaya dunia yang ada di masa itu, di samping nenek
moyang kita telah memberi pula sumbangan pada budaya-budaya bangsa lain di
seberang Samudera Hindia, serta menciptakan berbagai budaya di Madagaskar, dan
di kepulauan-kepulauan Samudera Pasifik.
Melalui zaman Mesolitik mencapai zaman Neolitik mungkin terjadi kurang lebih 35002500 tahun sebelum Nabi Isa. Ketika itu mereka mulai tinggal bersama dalam
komunitas-komunitas kecil dan mulai mengembangkan pertanian dan sistem
pengairan. Di zaman ini berkembang akar budaya musyawarah Indonesia, karena di
kala itu belum ada kepala dan raja, dan semuanya masih dimusyawarahkan oleh
semua anggota komunitas, dipimpin oleh orang-orang yang lebih tua. Wanita ikut
bermusyawarah, dan anak-anak boleh hadir dan ikut mendengar. Di suku Sakudei di
pulau Mentawai, seorang peneliti Swiss melaporkan bahwa dia masih menemukan
tradisi musyawarah yang lama itu.
b Sistem Religi
1)

Pra Hindu
Mereka sudah mengetahui bahwa ada satu kekuatan gaib yang mengatur
kehidupan mereka. Karena (hanya) satu kekuatan gaib, maka mereka adalah
penganut monotheisme. Mereka memuja kekuatan gaib itu yang masih
abstrak ,yang berupa kekuatan alam, angin, api, air, gunung berapi, dan lainlain. Kita mengetahui hal itu karena adanya peninggalan berupa batu-batu
besar (megalitik) yang dipuja, berujud menhir, dolmen, dan punden berundak.
Menhir antara lain terdapat di Gunug Kidul Yogya, Menado, Pagaruyung
Minang,

Dolmen di Nias dan punden berundak di Banten.Sistem

kepercayaan Indonesia Asli ini sampai sekarang masih kita lihat, di samping

38 | P a g e

38 | P a g e

batu-batu yang telah disebutkan di atas, juga ada yang berupa benda buatan
jaman sekarang, misalnya tumpeng yang melambangkan sebuah menhir,
orang Nias masih mengadakan upacara melompati dolmen untuk menggapai
Tuhan. Punden berundak muncul lagi dalam pengaruh kebudayaan Hindu
yang berupa Candi Borobudur, yang merupakan setangkup punden
berundak. Dalam agama Hindu terdapat banyak dewa, oleh kerenanya biasa
disebut polytheisme. Namun ketika masuk ke Indonesia ,polytheisme tadi
harus disesuaikan dengan kebudayaan yang dimasukinya, menjadilah ia
monotheisme seperti yang dianut oleh orang Indonesia. Kepercayaan yang
masih abstrak dalam Kebudayaan Pra-Hindu dijadikan konkrit, dengan
membuat personifikasi: kekutan angin menjadi Dewa Bayu, kekuatan api
menjadi Dewa Agni, kekuatan air laut menjadi Dewa Baruna, dan
sebagainya.
Dewa-dewa agama Hindu, sepeti Trimurti (Brahma, Ciwa, Wisnu) yang dalam
kebudayaan Hindu kedudukannya sejajar, namun begitu masuk ke Indonesia,
Ciwa dijadikan Dewa Tertinggi, dibawahnya sebelah menyebelah

Dewa

Brahma dan Dewa Wisnu. Jika kedudukan ketiga dewa itu kita hubungkan,
maka akan menjadi sebuah segitiga, seperti penggambaran menhir. Ini dapat
kita lihat ketika mengunjungi Candi Prambanan yang bersifat Hindu, tempat
yang menunjukkan kedudukan ketiga dewa itu dapat kita lihat dengan jelas.
Bahkan dalam wayang yang dianggap kebudayaan Indonesia, Dewa Ciwa ini
disebut Batara Guru, bapak semua dewa. Bila kedudukan ini kita tarik
garisnya, akan terlihat kembali sebagai

gambar segitiga, gambaran dari

menhir.
Tadi telah diutarakan, bila punden berundak yang asli Indonesia ini kita
tangkupkan dengan punden berundak lagi, akan menjadi Candi Borobudur.
Candi Borobudur adalah tempat pemujaan bagi umat Budha.
Ketika agama Budha masuk ke Indonesia, orang Indonesia tidak menolak
memasukinya karena orang Indonesia ini melihat intinya

adalah sama

dengan kebudayaan asli yang mereka punyai, yaitu dalam bentuk punden
berundak.

39 | P a g e

39 | P a g e

B. Pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha


Masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia membawa pengaruh yang kuat bagi
susunan masyarakat. Agama tersebut lahir ratusan tahun sebelum masehi. Ajaran HinduBuddha mengajarkan etika hidup layaknya menjadi seorang yang suci yang lepas dari hawa
nafsu keduniawian. Agama ini hanya berkembang di negara-negara Asia. Di negara-negara
Eropa maupun Amerika agama ini kurang berpengaruh bagi masyarakat. Di Indonesia
agama inilah yang menjadi pelopor terbentuknya kerajaan tua. Kerajaan tua yang
dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Buddha adalah Kutai, Tarumanagara, Kalingga, Sriwijaya,
Mataram Hindu, Kahuripan, Kediri, Singosari, Majapahit, Sunda dan Kerajaan-kerajaan
Hindu di Bali.
Dalam agama Hindu, terdapat pembagian kasta masyarakat berdasarkan pembagian
tugas atau pekerjaan. Kasta tersebut dari tertinggi adalah : Brahmana, Ksatria, Waisa dan
Sudra. Terdapat masyarakat yang dianggap di luar kasta. Mereka disebut Paria yang
meliputi : pengemis dan gelandangan. Biasanya kasta di Indonesia digunakan hanya untuk
pembagian tugas saja karena dipakai oleh Bangsa Indonesia itu sendiri. Sedangkan kasta di
India digunakan untuk membedakan antara Bangsa Arya dengan Bangsa Dravida.
Kebudayaan Hindu-Buddha yang dibawa oleh orang-orang India lambat laun diadopsi oleh
masyarakat Indonesia, yang kemudian mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat
Indonesia secara umum. Sebelum datangnya orang India, Indonesia sebenarnya juga
memiliki kebudayaan asli yang berkembang dan tumbuh di kalangan masyarakat.
Datangnya orang-orang India ke Indonesia menyebabkan bertemunya dua kebudayaan
yang berlatar belakang berbeda.
Pertemuan inilah yang disebut dengan akulturasi budaya, yaitu bertemunya dua
kebudayaan yang kemudian menjadi budaya baru yang dipengaruhi oleh kedua budaya
yang bertemu. Bertemunya dua kebudayaan ini menghasilkan unsur-unsur kebudayaan
baru yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Tetapi pada kenyataannya unsur kebudayaan
India lebih mendominasi dalam proses akulturasi budaya, akibatnya masyarakat Indonesia
mulai terpengaruh dengan kebudayaan India dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Wujud
dari pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha pada kebudayaan suku bangsa di Indonesia
dapat tercermin dalam beberapa bentuk, meliputi bangunan, kesenian, dan struktur
pemerintahan.
1. Bangunan

40 | P a g e

40 | P a g e

Bangunan yang tampak nyata terwarnai Kebudayaan Hindu dan Budha adalah
candi dan keraton. Dalam agama Hindu, candi dijadikan sebagai tempat pemujaan
dewa. Dalam candi Buddha didalamnya tidak terdapat arca dewa, karena dalam
agama Budha tidak terdapat dewa-dewa.
2. Kesenian
Seni adalah suatu hasil cipta karya manusia yang bertujuan untuk menggambarkan
suatu konsep dalam pikiran manusia, penggambaran konsep tadi

juga dapat

bersifat menghibur. Seni yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha antara


lain seni rupa yang ditampilkan secara antropomorfik (pengenaan ciri-ciri manusia,
binatang, tumbuhan, atau benda mati) maupun non-antropomorfik.
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha juga terlihat pada seni patung. Peninggalan
patung di Indonesia yang mencerminkan ajaran Hindu-Buddha banyak dijumpai di
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masa itu pembuatan patung dikaitkan dengan
pembuatan candi. Patung-patung tersebut digunakan untuk melakukan pemujaan
pada agama Hindu-Buddha.
Seni sastra adalah seni yang menjadi media pendidikan dan hiburan. Banyak
ajaran Hindu-Buddha yang mempengaruhi karya sastra Indonesia. Salah satu
wujud kesenian lainnya yang terkenal adalah seni wayang, baik wayang kulit
maupun wayang orang. Di Jawa Barat juga muncul wayang golek yang terbuat dari
kayu yang diberi pakaian layaknya manusia. Seni wayang sangat mengakar di
Jawa.
3. Struktur pemerintahan
Bentuk struktur pemerintahan yang sangat hirarkis dan birokratis merupakan wujud
pengaruh kebudayaan Hindu yang masih menggunakan sistem kasta dalam pola
hubungan masyarakatnya. Sistem kasta tidak ada dalam sistem kepercayaan
Budha, dimana antara agamawan dan orang awam tidak ada perbedaan dalam
strata agama dan kehidupan sosialnya.
C. Pengaruh Kebudayaan Islam
Berbicara kebudayaan Islam tentunya akan selalu bersinggungan dengan budaya Arab
dan Timur Tengah. Perlu dicatat bahwa tidak semua masyarakat Timur Tengah merupakan
orang Arab. Orang Iran, misalnya, adalah bangsa Persia, yang memiliki bahasa serta
budaya tersendiri, meskipun dalam ha-hal tertentu ada kesamaan dengan budaya Arab.

41 | P a g e

41 | P a g e

Menghubungkan budaya Islam dengan hanya budaya Arab adalah kurang tepat, apalagi
persebaran agama Islam di Indonesia dilakukan bukan hanya oleh satu bangsa saja,
melainkan oleh berbagai bangsa yang berdagang di Indonesia, yaitu orang Arab, Persia,
Moor, India, bahkan Cina.
Persebaran Islam di Indonesia tak terjadi dalam waktu yang sama, karena berproses
melalui aktivitas dagang dan sosial. Kekentalan pengaruh budaya dan ajaran Islam di tiaptiap tempat berbeda-beda. Ada masyarakat yang nuansa Islamnya kental, seperti Aceh atau
Banten, ada pula masyarakat yang nuansa Islamnya tidak begitu kental, seperti di Jawa
Tengah dan sebagian Jawa Timur.
Wujud dari pengaruh kebudayaan Islam pada kebudayaan suku bangsa di Indonesia
dapat tercermin dalam beberapa bentuk, meliputi bahasa, kesusatraan, seni rupa dan
kaligrafi, seni busana, dan bangunan (arsitektur)
1. Bahasa
Al-Quran, sebagai kitab suci Islam, menggunakan bahasa Arab, bahasa-Ibu Nabi
Muhammad. Dalam perkembangannya, bahasa Arab digunakan juga oleh

para

muslim yang non-Arab dalam berbagai kegiatan agama, terutama shalat dan
mengaji membaca Al-Quran). Tak jarang seorang muslim pandai membaca AlQuran dalam bahasa Arab, namun ia kurang atau tidak mengerti arti harfiah teksteks dalam kitab suci tersebut. Salah satu hadis menyatakan bahwa sangat
diwajibkan bagi setiap muslim untuk membaca Quran, meski orang bersangkutan tak
mengetahui arti dan makna ayat-ayat yang dibacakan (kecuali ia membaca
terjemahaannya).
Persebaran bahasa Arab lebih cepat dari pada bahasa Sansekerta karena dalam
Islam tak ada pengkastaan, karena itu dari raja hingga rakyat jelata mampu
berbahasa Arab. Pada mulanya memang hanya kaum bangsawan saja yang pandai
menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab, namun selanjutnya rakyat kecil pun
mampu berbahasa Arab, setidaknya membaca dan menulis Arab, kendati tak begitu
paham akan maknanya. Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat
pada batu nisan di Leran Gresik, yang diduga makam salah seorang bangsawan
Majapahit yang telah masuk Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh
huruf dan bahasa Arab terlihat pada karya-karya sastra di wilayah-wilayah yang

42 | P a g e

42 | P a g e

keislamannya cukup kuat seperti di Sumatera, Sulawesi, Makassar, dan Jawa.


Penggunaan bahasa Arab pun berkembang di pesantren-pesantren.
Penulisan huruf Arab berkembang pesat ketika karya-karya yang bercorak HinduBuddha disusupi unsur-unsur Islam. Huruf yang lebih banyak dipergunakan adalah
aksara Arab Gndul (Pegon), yakni abjad Arab yang ditulis tanpa tanda bunyi,
sedangkan bahasanya masih menggunakan bahasa setempat seperti Melayu, Jawa,
dan bahasadaerah lainnya. Sebelum bersentuhan dengan budaya Eropa (Portugis
dan Belanda}, kitab-kitab (sastra, hukum, sejarah) ditulis dengan huruf Pegon ini. Di
samping melalui kesusatraan, penggunaan bahasa dan huruf Arab terjadi melalui
perdagangan. Dalam kalender Masehi, nama-nama hari yang berjumlah tujuh dalam
seminggu menggunakan nama Arab, yakni Senin (Isnain), Selasa (Sulasa), Rabu
(Raubaa), Kamis (Khamis), Jumat (Jumat), Sabtu (Sabt). Enam dari tujuh hari
tersebut semuanya berasal dari bahasa Arab, kecuali Minggu (bahasa Arabnya:
Ahad) yang berasal dari kata Flaminggo,

bahasa Portugis. Hanya orang-orang

tertentu yang menggunakan kata ahad untuk hari Minggu.


Pengabadian istilah minggu dilakukan oleh umat Nasrani Portugis ketika
melakukan ibadah di gereja pada hari bersangkutan. Selain huruf, sistem angka (0,
1, 2, 3, dan seterusnya) pun diadopsi dari budaya Arab; bahkan semua bangsa
mempergunakannya hingga kini. Selain nama hari, nama Arab diterapkan pula pada
nama orang, misalnya Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa, Ibrahim, Hasan,
Hamzah, dan lain-lain. Begitu pula kosa kata Arab, kebanyakan diambil dari katakata yang ada dalam Al-Quran, banyak yang dipakai sebagai nama orang, tempat,
lembaga, atau kosakata (kata benda, kerja, dan sifat) yang telah di-Indonesia-kan,
contohnya: nisa (perempuan), rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah,
sejarah (syajaratun), majelis (majlis), hebat (haibat), silaturahmi (silaturahim),
hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi. Banyak di antara kata-kata serapan
tersebut yang telah mengalami pergeseran makna (melebar atau menyempit), seiring
dengan perkembangan zaman.
2. Kesusastraan
Sumatera merupakan daerah pertama di Indonesia yang dipengaruhi Islam secara
politis. Kerajaan Islam tertua pun ada di sini, yakni Samudera Pasai di Aceh. Karya
sastra yang dibuat di Sumatera kebanyakan menggunakan bahasa Melayu yang

43 | P a g e

43 | P a g e

merupakan bahasa istana dan bahasa dagang, dengan aksara Arab. Wujudnnya
macam-macam, ada yang berwujud kesusastraan agama, kesusastraan epos,
kesusastraan sejarah, pantun, cerita berinduk, undang-undang, cerita binatang
(fabel), bahkan persuratan. Sedangkan dalam bentuknya ada yang puisi (syair) dan
prosa. Contoh dari karya sastra sejarah dan agama yang ada di Sumatera,adalah
Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, dan Hikayat Perang Palembang. Di Jawa
karya sastra bernuansa Islam banyak diketemukan, antra lain di Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur, kebanyakan merupakan sastra sejarah dan suluk (tata
laku). Ada yang ditulis dengan huruf Arab dan berbahasa Jawa dan Sunda. Karyakarya bercorak Islam jumlahnya cukup banyak. Temanya pun bermacam-maam, ada
yang

bersifat kesejarahan (meski sebagian isinya dapat diragukan). Berikut ini

contoh beberapa karya sastra yang ditulis di Jawa, yaitu Sajarah Banten, Hikayat
Hasanuddin yang isinya lebih pendek dari Sajarah Banten, memuat riwayat raja-raja
Banten, Demak, Sunan Gunung Jati, serta nama-nama imam di Mesjid Demak,
Babad Mataram, Babad Tanah Djawi, memuat asal-usul raja-raja di Jawa dari masa
Hindu-Buddha hingga Islam. Banyak di antara karya sastra tersebut yang tersimpan
di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
3. Seni Rupa dan Kaligrafi
Seni rupa dalam dunia Islam berbeda dengan seni rupa dalam Hindu-Buddha. Dalam
ajaran Islam tak diperbolehkan menggambar, memahat, membuat relief yang
objeknya berupa makhluk hidup khususnya hewan. Maka dari itu, seni rupa Islam
identik dengan seni kaligrafi. Seni kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang
merupakan kata atau kalimat. Dalam Islam, biasanya kaligrafi berwujud gambar
binatang atau manusia (tapi hanya bentuk siluetnya saja). Ada pula, seni kaligrafi
yang tidak berbentuk makhluk hidup, melainkan hanya rangkaian aksara yang
diperindah. Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang sering dituangkan dalam
seni kaligrafi ini. Sedangkan, bahan-bahan yang digunakan sebagai tempat untuk
menulis kaligrafi ini adalah nisan makam, pada dinding masjid, mihrab masjid, kain
tenunan atau kertas sebagai pajangan atau kayu sebagai pajangan. Selain huruf
Arab, tradisi kaligrafi dikenal pula di Cina, Jepang, dan Korea.
4. Seni Busana

44 | P a g e

44 | P a g e

Dalam agama Islam, ada jenis pakaian tertentu yang menunjukkan identitas umat
Islam, khususnya pakaian yang digunakan oleh wanita. Jenis pakaian tersebut
adalah jenis baju kurung dan kerudung. Kebaya, baju kurung, dan pakaian tradisonal
para raja dan keluarga raja banyak diwarnai oleh kebudayaan Islam dengan baju
model panjang dan tertutup dengan segala aksesorisnya.
5. Bangunan (Arsitektur)
Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam bentuk bangunan. Surutnya
Majapahit yang diikuti oleh perkembangan agama Islam menentukan perubahan
tersebut. Islam telah memperkenalkan tradisi bangunan, seperti mesjid dan makam.
Islam, melarang pembakaran jenazah yang merupakan tradisi dalam ajaran HinduBuddha, sebaliknya jenazah bersangkutan harus dimakamkan di dalam tanah. Maka
dari itu, peninggalan berupa nisan bertuliskan Arab merupakan pembaruan seni
arsitektur pada masanya. Islam pertama kali menyebar di daerah pesisir melalui
asimilasi dan

perdagangan. Baru pada abad ke-17, Islam menyebar di hampir

seluruh Nusantara. Persebaran bertahap ini, ternyata tidak berpengaruh terhadap


kesamaan bentuk arsitektur di seluruh kawasan Islam. Sebagian arsitektur Islam
banyak terpengaruh dengan tradisi Hindu-Buddha yang juga telah bersatu padu
dengan seni tradisional. Persebaran Islam tidak dilakuan secara revolusioner yang
berlangsung secara tiba-tiba dan melalui pergolakan politik dan sosial, namun
melalui pendekatan damai dan secara perlahan.Dengan jalan damai ini, Islam dapat
diterima dengan tangan terbuka.
Pembangunan tempat-tempat ibadah tidak sepenuhnya mengadospi arsitektur Timur
Tengah. Ada masjid yang bangunannya merupakan perpaduan budaya Islam-HinduBuddha, misalnya Masjid Kudus. Ini terlihat dari menara masjid yang berwujud
seperti candi dan berpatung. Masjid lain yang bercorak campuran adalah Masjid
Sunan Kalijaga di Kadilangu dan Masjid Agung Banten. Atap pada Masjid Sunan
Kalijaga berbentuk undak-undak seperti bentuk atap pura di Bali atau candi-candi di
Jawa Timur. Tempat sentral perubahan seni arsitektur dalam Islam terjadi di
pelabuhan yang merupakan pusat pembangunan wilayah baru Islam. Sementara
para petani di pedesaan dalam hal seni arsitektur masih mempertahankan tradisi
Hindu-Buddha. Tak diketahui seberapa jauh Islam mengambil tradisi India dalam hal
seni, karena beberapa keraton yang terdapat di Indonesia usianya kurang dari 200

45 | P a g e

45 | P a g e

tahun. Pengaruhnya terlihat dari unsur kota. Masjid menggantikan posisi candi
sebagai titik utama kehidupan keagamaan. Letak makam selalu ditempatkan di
belakang masjid sebagai penghormatan bagi leluhur kerajaan. Adapula makam yang
ditempatkan di bukit atau gunung yang tinggi seperti di Imogiri, makam para raja
Mataram-Islam, yang memperlihatkan cara pandang masyarakat Indonesia (Jawa)
tentang alam kosmik zaman prasejarah. Sementara, daerah yang tertutup tembok
masjid merupakan peninggalan tradisi Hindu-Buddha.
Terdapat kesinambungan antara seni arsitektur Islam dengan tradisi sebelum Islam.
Contoh arsitektur klasik yang berpengaruh terhadap arsitektur Islam adalah atap
tumpang, dua jenis pintu gerbang keagamaan, gerbang berbelah dan gerbang
berkusen, serta bermacam unsur hiasan seperti hiasan kaya yang terbuat dari
gerabah untuk puncak atap rumah. Ragam hias sayap terpisah yang disimpan pada
pintu gerbang zaman awal Islam yang mungkin bersumber pada relief makara atau
burung garuda zaman pra-Islam. Namun sayang, peninggalan bentuk arsitektur itu
banyak yang dibuat dari kayu sehingga sangat sedikit yang mampu bertahan hingga
kini.
D. Pengaruh Kebudayaan Barat
Berbagai informasi melalui media cetak dan elektronik dengan sentuhan kemajuan
teknologi modern mempercepat akses pengetahuan tentang budaya lain, membawa
perubahan sampai ke tingkat dasar kehidupan manusia di Indonesia. Tak dapat dipungkiri,
peradaban yang lebih maju akan banyak mempengaruhi peradaban yang berkembang
belakangan. Sebagaimana agresivitas budaya Barat yang terus berproses dinamis dan teruji
berpengaruh pada peradaban lain, terutama Peradaban Timur. Lebih dari itu, kehadiran
budaya Barat seakan mendominasi dan selalu menjadi trend setter masyarakat. Kebiasaan
dan pola hidup Orang Barat seakan menjadi cermin kemodernan. Hal ini jelas mengikis
prilaku dan tindakan seseorang. Hembusan pengaruh budaya Barat, dianggap sebagai ciri
khas kemajuan dalam ekspresi kebudayaan kekinian. Padahal belum tentu sesuai dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat sendiri. Keadaan ini terus mengikis budaya dan
kearifan lokal yang menjadi warisan kebudayaan masyarakat Nusantara.
Nilai tradisional masyarakat perlahan mengalami kepunahan, tak mampu bersaing
dengan derasnya publikasi budaya modern dalam konteks pergaulan masyarakat. Beberapa

46 | P a g e

46 | P a g e

dampak yang dirasakan adalah dengan menurunnya rasa sosial dan tenggang rasa
masyarakat, mengikisnya semangat kebhinekaan yang mengarah pada disintegrasi bangsa
dan pelanggaran hukum, dan pola hidup individualisme dan konsumerisme yang
bertentangan dengan sikap hidup sederhana. Kebebasan dan kesenangan hidup
masyarakat Barat tidak selamanya positif. Banyak kalangan remaja yang sedang mencari
jati diri tergusur oleh tren-tren yang tak henti diiklankan sebagai suatu gaya hidup yang
menyenangkan dan mendunia. Banyak norma-norma masyarakat pribumi di Indonesia yang
terkikis dalam keseharian generasi mudanya.
Kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis
Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi,
meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan
Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan
non-Barat, misalnya dari Jepang
Dari kebudayaan Teknologis Modern dibedakan juga perlu dibedakan dengan
Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan
yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi
sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan
lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky
Fried Chicken (KFC).
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah konsumerisme: orang ketagihan membeli,
bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi
membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan
kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita
ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang
makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food
dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.
Apapun juga kita mesti berfikir secara obyektif, bahwa cukup banyak pengaruh
Kebudayaan Barat yang cukup positif. Diantaranya adalah sistem pendidikan klasikal yang
dewasa ini kita gunakan. Metode klasikal merupakan salah satu pengaruh kebudayaan
Barat yang cukup efektif dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui pendidikan
formal.

47 | P a g e

47 | P a g e

RANGKUMAN
1) Budaya bangsa Indonesia berakar jauh Sebelum Masehi melalui proses
pertemuan budaya antar bangsa di dunia yang hidup pada masa yang lampau.
Kebudayaan Asli Indonesia mendapt pengaruh dari Kebudayaan Ras AustroMelanesoid, dari Kebudayaan Mongoloid, Neolitik, pengatruh dari Kebudayan
Hindu, Islam, dan bahkan Kebudayaan Modern.
2) Pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha pada kebudayaan suku bangsa di
Indonesia

tercermin

dalam

bentuk

bangunan,

kesenian,

dan

struktur

pemerintahan. Pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha mewarnai masyarakat di


berbagai tempat di nusantara dimana berdiri kerajaan Hindu dan Budha di
Indonesia sebelum berdirinya kerjaan-kerajaan Islam.
3) Pengaruh kebudayaan Islam pada kebudayaan suku bangsa di Indonesia
tercermin dalam bahasa, bangunan, seni rupa/kaligrafi, kesusastraan, dan seni
busana. Islam sebagai agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia
memberi warna penting dalam kebudayaan Indonesia. Warna budaya Islam
berakulturasi dengan budaya sebelumnya karena Islam masuk ke Indonesia
secara damai melalui pendekatan kultural dan seni budaya.
4) Kebudayaan

Barat

banyak

mengandung

nilai

positif

dari

aspek

ilmu

pengetahuan dan teknologi, namun juga memuat sisi negatif dari aspek nilai dan
perilaku, sehingga perlu memilah dan memilih jenis-jenis budaya yang sesuai
dengan budaya Indonesia.

LATIHAN
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kebudayaan Asli Indonesia!
2) Sebutkan pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha pada Kebudayaan
Nusantara!
3) Jelaskan pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha pada aspek kepercayaan
masyarakat Indonesia!
4) Jelaskan pengaruh Kebudayaan Islam pada aspek kesenian masyarakat
Indonesia!
5) Jelaskan pengaruh Kebudayaan Barat pada aspek pemikiran masyarakat
Indonesia!
48 | P a g e

48 | P a g e

BAB
KEBUDAYAAN ACEH

Tujuan Instruksional Khusus :


Bab ini membekali mahasiwa agar mengenal dan memahami kebudayaan Aceh, ciricirinya, sehingga dapat menghargai keberagaman kebudayaan setiap suku bangsa
Indonesia.

A. Pendahuluan
1. Keadaan Geografis
Nanggroe Aceh Darussalam terletak pada koordinat 2-6 LU dan 95-98 BT dan
memiliki luas wilayah 55.390 km yang meliputi Wilayah daratan: 119 pulau, 35 gunung, dan
73 sungai,

a. Daerah Tingkat II : 18 Kabupaten dan 5 Kota


b. Kecamatan: 264
c. Mukim : 642
d. Kelurahan dan Gampong: 6.656
Nanggroe

Aceh Darussalam (NAD) yang sebelumnya disebut Daerah Istimewa

Aceh (1959-2001), adalah sebuah propinsi yang letaknya di bagian barat laut Indonesia
berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat,
Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.
(Disebut sebagai Daerah Istimewa karena pada masa permulaan kemerdekaan Republik
Indonesia, para wanita Aceh mengumpulkan perhiasan emasnya untuk membeli sebuah
kapal terbang yang diserahkan untuk Republik Indonesia. Kapal terbang itu dinamakan
Seulawah, yang berarti Gunung Emas).

49 | P a g e

49 | P a g e

Di tengah terdapat pegunungan Bukit Barisan yang dikelilingi oleh hutan hujan tropis
dengan

puncak Gunung Geureudong dan Gunung Leuser yang juga merupakan titik

tertinggi di NAD. Selain itu terdapat dua danau yaitu Danau Laut Tawar di Kabupaten Aceh
Tengah dan Danau Aneuk Laot di Kota Sabang.

Di sepanjang garis pantai timur terdapat pantai yang

landai yang difungsikan

sebagai kawasan pariwisata dan kegiatan perikanan. Sementara itu, di sepanjang pantai
barat yang terbentang dari Banda Aceh hingga ke Singkil juga terdapat pantai indah dan
agak curam serta berombak besar yang belum dieksplorasi, Ulee-Lheue di Banda Aceh.
Lampu-uk dan Lhok-Nga di Aceh Besar, dan Pantai Iboih di Sabang. Ibu kota Nanggroe
Aceh Darussalam terletak di Banda Aceh, yang merupakan kota terbesar sekaligus pusat
pemerintahan dan perekonomian. Pelabuhan-pelabuhan utamanya adalah Malahayati-

50 | P a g e

50 | P a g e

Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Lokasinya yang sangat
strategis serta sumber kekayaan alammya yang amat kaya seperti minyak bumi dan gas
alam, memungkinkan kawasan ini sebagai salah satu pusat perdagangan. Sumber hutannya
terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari Kutacane, Aceh Tenggara, sampai
Seulawah, Aceh Besar.
2. Keadaan Demografis
Di tahun 2010 ini, jumlah penduduk Aceh tercatat 4.664.987 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 76 jiwa per km2. Pemeluk agama di Aceh adalah sebagai berikut: Agama Islam
(97,6%), Kristen (1,7%), Hindu (0,08%), Budha (0,55%). Penduduk Aceh merupakan
keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa. Leluhur orang Aceh berasal dari Semenanjung
Malaysia, Cham, Cochin Cina, Kamboja. Penduduk Aceh terdiri dari berbagai macam suku
bangsa, yang sampai saat ini masih dapat diidentifikasi dari ciri-ciri fisik masyarakat di Aceh.
Hal ini berkaitan dengan sejarah masa lalu Aceh yang merupakan pusat perdagangan di
Selat Malaka di mana banyak pedagang-pedagang dari Eropa, Turki, Arab, China, India,
Persia, dan wilayah-wilayah lainnya di Nusantara melakukan aktivitas perdagangan. Tidak
jarang banyak di antara mereka yang menetap dan berbaur satu sama lain dan menyebut
diri mereka sebagai orang Aceh.
Bangsa Arab dan India dikenal erat hubungannya pasca penyebaran Agama Islam di
tanah Aceh. Bangsa Arab yang datang ke Aceh banyak yang berasal dari propinsi
Hadramaut (Yaman), dibuktikan dengan marga-marga mereka seperti Al Aydrus, Al Habsyi,
Al Attas, Al Kathiri, Badjubier, Sungkar, Bawazier dan lain-lain, yang semuanya merupakan
marga-marga bangsa Arab asal Yaman. Mereka datang sebagai ulama dan berdagang.
Saat ini banyak dari mereka yang sudah kawin dengan penduduk asli Aceh, dan
menghilangkan nama marganya.
Sedangkan bangsa India kebanyakan dari Gujarat dan Tamil. Dapat dibuktikan
dengan penampilan wajah bangsa Aceh, serta variasi makanan (misalnya kari), dan juga
warisan kebudayaan Hindu Tua (nama-nama desa yang diambil dari bahasa India, misalnya
Indra Puri). Karena letak geografis yang berdekatan maka keturunan India cukup dominan di
Aceh.
Pedagang-pedagang

China juga pernah memiliki hubungan yang erat dengan

bangsa Aceh, dibuktikan dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho, yang pernah singgah

51 | P a g e

51 | P a g e

dan menghadiahi Aceh dengan sebuah lonceng besar, yang sekarang dikenal dengan nama
Lonceng Cakra Donya ( tersimpan di Banda Aceh).
Keturunan bangsa Persia (Iran), Afganistan dan Turki yang banyak mendiami Aceh
kebanyakan tersebar di Aceh Besar, dahulu mereka datang atas undangan Kerajaan Aceh
untuk dinjadikan ulama, pedagang senjata, pelatih prajurit dan serdadu perang kerajaan
Aceh. Sebutan Banda, dalam nama kota Banda Aceh pun adalah salah satu pengaruh
kebudayaan Persia di Aceh (Banda/Bandar, artinya: Pelabuhan)
Ada pula keturunan bangsa Portugis, di wilayah Kuala Daya, Lam No (pesisir barat
Aceh). Mereka keturunan pelaut-pelaut Portugis di bawah pimpinan nakhoda Kapten Pinto,
yang berlayar hendak menuju Malaka, dan singgah untuk berdagang; sebagian besar dari
mereka tetap tinggal dan menetap di Lam No. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1492-1511,
pada saat itu Lam No di bawah kekuasaan kerajaan kecil Lam No, pimpinan Raja
Meureuhom Daya. Hingga saat ini masih dapat dilihat keturunan mereka yang masih
memiliki profil wajah Eropa yang masih kental.
Sampai saat ini, ada beberapa suku yang mendiami propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, yaitu: Suku Aceh (mayoritas), Suku Gayo, Suku Alas, Suku Aneuk Jamee,
Suku Melayu Tamiang, Suku Kluet, Suku Devayan, Suku Sigulai, Suku Haloban dan Suku
Julu.
B. Sistem Budaya
Dalam masyarakat Aceh, adat atau hukum adat tidak boleh bertentangan dengan
agama. Sesuatu yang diputuskan oleh para pemimpin harus seirama dengan syariat agama
dan jika bertentangan dengan syariat agama maka hukum adat tersebut harus dihapuskan.
Adat adalah kebiasaan dan tata cara yang dijalankan oleh Poteu meureuhom (sultan atau
penguasa). Poteu meureuhem bukanlah Sultan Aceh saja, tetapi juga para uleebalang,
kepala mukim atau imeum mukim dan keusyik (kepala gampong). Aturan ini merupakan
kesepakatan antara kaum cendekiawan dan aparat penguasa, baik mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan tata krama pergaulan, sopan santun, aturan yang berkaitan dengan
pertanian, kelautan ataupun kehutanan.
Adat juga tidak terlepas dengan kebiasaan lain yang disebut dengan reusam. Reusam
identik dengan tatanan seremonial kegiatan ahli-ahli adat seperti upacara penyambutan linto
baro (pengantin baru), upacara penyambutan tamu agung, upacara pergi ke laut atau
nelayan, bertani, berdagang atau berladang. Dikenal juga istilah Qanun yakni perundang-

52 | P a g e

52 | P a g e

undangan dan adat dari badan legislatif. Qonun mengatur tata cara kehidupan sehari-hari
seperti pesta perkawinan, busana serta kegiatan wanita lainnya.
Ini dapat terlihat dalam hadih maja (ungkapan hukum) berikut ini: Adat bak Poteu
Meureuhom (Adat adalah urusan Sultan), Hukom Bak Syiah Kuala (Hukum Islam ada pada
ulama), Qanun Bak putro phang (Qanun disusun oleh Putri/Permaisuri) , Reusam bak
laksemana (Reusam dibuat oleh sang Laksamana). (Ahmad dalam Ismuha, 1988:324).
Meskipun demikian, kedudukan wanita Aceh setara dengan kaum prianya. Terdapat
banyak wanita yang mempunyai kedudukan penting, bahkan karena jasanya terhadap negara
diberi gelar pahlawan, misalnya Cut Nya Dien, Cut Mutiah, Laksamana Malahayati yang
menjadi nama kapal perang Republik Indonesia. Sesudah menikah, suami ikut betempat
tinggal di rumah isteri, yang disebut matrilokal, sampai mereka mempunyai rumah sendiri.
C. Sistem Sosial
Dalam sistem sosial masyarakat Aceh, Meunasah dan mesjid merupakan simbol
identitas keacehan yang telah berkontribusi membangun pola dasar SDM masyarakat
menjadi satu kekuatan semangat yang monumental, historis, herois dan sakral. Lembaga ini
memiliki nilai Islamis, aspiratif, energis, semangat membangun penegakan keadilan dan
kemakmuran serta menentang kedholiman dan penjajahan :
1. Fungsi Meusanah adalah sebagai :
a. Tempat ibadah/ shalat berjamaah
b. Dakwah dan diskusi
c. Musyawarah/mufakat
d. Penyelesaian sengketa/damai
e. Pengembangan kreasi seni
f.

Pembinaan dan posko generasi muda

g. Forum asah terampil/olahraga


h. Pusat ibukota/pemerintahan gampong
2. Fungsi Mesjid adalah sebagai
a. Tempat ibadah/jumat
b. Pengajian pendidikan
c. Musyawarah/penyelesaiansengketa/damai
d. Dakwah
e. Pusat kajian dan sebaran ilmu

53 | P a g e

53 | P a g e

f.

Acara pernikahan

g. Simbol persatuan dan kesatuan umat (Badruzzaman, 2002: 54)

Hal yang tersebut di atas menunjukkan bahwa fungsi meunasah adalah menjadi
pusat

pembangunan masyarakat dan fungsi mesjid adalah menjadi pusat

komunikasi.

Kedua lembaga itu dapat memerankan fungsinya untuk mengkaji, membina dan
mendayagunakan adat istiadat dan syariat sebagai aset kebudayaan Aceh, dalam berbagai
format implimentasi program kegiatan untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat
yang aman damai. Hubungan meunasah dengan mesjid dalam patron simbol budaya adat
Aceh telah dimaknai dengan narit maja (hadih maja) Agama ngon Adat (hukom ), lagei zat
ngon sifeut . Meunasah adalah pusat

pengendali proses interaksi sosial masyarakat,

karena sesama manusia dalam komunitas gampong (antar gampong), saling membutuhkan
sehingga melahirkan adat istiadat dan tatanan adat.
Meunasah sangat terikat dengan kehidupan gampong, karena gampong sendiri
merupakan unit persekutuan masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
hukum, menyelidiki sifat dan susunan badan-badan persekutuan hukum. Persekutuan
merupakan kesatuan yang mempunyai tata susunan yang teratur dan memiliki pengurus
dan kekayaan sendiri, baik kekayaan materil maupun kekayaan immaterial. Sedangkan
mesjid dilahirkan oleh kebutuhan mukim (beberapa gampong), karena kebutuhan nilai-nilai
aqidah/syariat, terutama shalat Jum`at. Sejarah mukim tumbuh dalam konteks diperlukan
empat puluh orang untuk mendirikan shalat Jum`at (Hurgronje,1985: 91). Dengan demikian,
peran mesjid adalah syariat, dan peran meunasah adalah adat yang kemudian melahirkan
suatu paduan sikap prilaku (kebersihan adat dilakukan oleh mesjid dan kekuatan tegaknya
agama dikokohkan denganadat/meunasah). Kontribusi peran meunasah dan mesjid dalam
kehidupan sosial Aceh, telah memperkokoh otoritas dan otonomitas dua kawasan tatanan
kehidupan masyarakat, yaitu kawasan gampong dan mukim.
E. Kebudayaan Fisik
1. Bahasa
Menurut Asyik, bahasa Aceh berasal dari turunan rumpun bahasa Austronesia
(Asyik dalam Ismuha, 1988: 142). Bahasa Aceh asli yang mirip dengan bahasa Campa
atau Indo Cina diperkirakan ada sebelum berkembangnya bahasa Melayu. Saat ini
Bahasa Aceh menjadi bahasa ibu di sebagian besar pedesaan wilayah Aceh dan

54 | P a g e

54 | P a g e

terdiri atas beberapa dialek, diantaranya dialek Peusangan, Banda, Bueng, Daya,
Pase, Pidie, Tnong, Seunangan, Matang, dan Melaboh. Yang masih terdapat di
wilayah Aceh Nanggroe Darussalam adalah:
a. Bahasa Aceh
b. Bahasa Jamee
c. Bahasa Kluet
d. Bahasa Simeulue
e. Bahasa Haloban
f.

Bahasa Gayo

g. Bahasa Tamiang
h. Bahasa Alas
Tradisi bahasa tulisan ditulis dalam huruf Arab-Melayu yang disebut bahasa Jawi
atau Jawoe. Bahasa Jawi ditulis dengan huruf Arab ejaan Melayu. Pada masa
Kerajaan Aceh banyak kitab ilmu pengetahuan agama, pendidikan, dan kesusastraan
ditulis dalam bahasa Jawi.
2. Sistem Organisasi Sosial

a. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan masyarakat Aceh merupakan kombinasi antara budaya
Minangkabau dan Aceh, di mana bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga
inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah menikah pada
umumnya bersifat matrilokal. Selama masih tinggal dalam

rumah

mertua, suami

belum mempunyai tanggung jawab terhadap rumah tangga dan yang bertanggung
jawab adalah ayah pihak wanita. Dalam kekerabatan di Aceh, peranan ibu dalam
mendidik anak sangat jelas sehingga si ibu dapat membentuk mental anak sesuai
dengan harapan ibu dan seringkali seorang ayah hampir tidak mengetahui pola
pendidikan si ibu, karena ayah lebih berperan dalam menentukan ekonomi keluarga.
Masyarakat Aceh mengenal keluarga luas yang terdiri dari beberapa keluarga
namun mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Hubungan keluarga ini
terdiri dari Wali, karong dan kaom. Wali adalah orang laki-laki yang ditentukan oleh
keturunan bapak, yang dapat menjadi wali nikah sekaligus dapat menerima warisan
sesuai ketentuan agama. Karong adalah saudara yang dihitung dari keluarga ibu,

55 | P a g e

55 | P a g e

fungsi karong hampir sama dengan wali. Sedangkan kaom adalah semua saudara dari
pihak ayah/laki-laki dan saudara pihak perempuan/ibu.
Sistem kemasyarakatan di Aceh, dari tingkatan yang paling tinggi ke tingkatan
yang paling rendah terdiri dari:

1) Keurajeun (Kesultanan), dipimpin oleh Sultan


2) Sago (setingkat propinsi), dipimpin oleh Panglima Sago, dan
3) Nanggro (setingkat Kabupaten), dipimpin oleh Ulee Balang
4) Mukim (setingkat kecamatan), dipimpin oleh Imeum Mukim
5) Gampng (setingkat desa), dipimpin oleh Keuchiek
Namun saat ini, terminologi yang masih digunakan untuk menandai sistem
pemerintahan adat/lokal adalah gampng dan mukim. Gampong atau biasa disebut
dengan meunasah adalah satuan pemerintahan setingkat desa yang dikepalai oleh
seorang Keuchiek. Sementara mukim adalah satuan pemerintahan yang merupakan
gabungan dari beberapa gampong yang dipimpin oleh seorang Imeum Mukim.
Nanggroe, yang disebut juga uleebalang adalah gabungan dari beberapa mukim,
biasanya terdiri antara empat sampai sembilan mukim dan dipimpin oleh seorang
uleebalang dan dibantu oleh seorang kodhim.
Keuchiek dan Imeum Meunasah adalah lembaga eksekutif yang melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh tuha peut gampong atas dasar masukan yang
disampaikan oleh tuha lapan gampong dan bertanggung jawab langsung kepada
masyarakatnya. Tuha Peut dan Tuha Lapan merupakan legislatifnya gampong yang
berwenang menentukan arah kebijakan berdasarkan masukan yang disampaikan oleh
tuha lapan gampong dan berwenang untuk meminta pertanggungjawaban atas kinerja
eksekutif gampong sesuai perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Gampong
mempunyai otorita yang luas untuk mengurus dirinya sendiri baik soal internal
kependudukan gampong, adat istiadat, sosial, keagamaan dan pengelolaan sumber
daya alam atas kekayaan dan aset gampong, dan melakukan hubungan ke luar.
Sistem kemasyarakatan Aceh pada awal kerajaan Islam sampai datangnya
Belanda, masih berlaku secara utuh, akan tetapi setelah Belanda datang lembaga
kemasyarakatan ini sedikit demi sedikit bergeser fungsinya. Selain itu setelah Aceh
berintegrasi ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, lembaga kemasyarakatan

56 | P a g e

56 | P a g e

tersebut hilang dengan sendirinya karena pemerintah melaksanakan sentralisasi


dalam segala bidang.
Berikut ini adalah

bagan yang menggambarkan susunan tingkatan

pemerintahan lokal yang berlaku di Aceh pada saat ini.

Pemerintah Pusat NKRI


Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Kabupaten/Kota
Kecamatan
Mukim
Gampong
b. Lembaga Adat
Lembaga adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dibentuk oleh
masyarakat, mempunyai wilayah tertentu dan mempunyai harta kekayaan tersendiri,
serta berhak dan berwenang mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal-hal
yang berkaitan dengan adat. Lembaga adat yang berkembang sejak dahulu hingga
sekarang mempunyai fungsi dan berperan dalam membina nilai-nilai budaya, normanorma adat dan aturan untuk mewujudkan keamanan, keharmonisasian, ketertiban,
ketentraman, kerukunan dan kesejahteraan sebagai manifestasi untuk mewujudkan
tujuan bersama sesuai dengan keinginan dan kepentingan masyarakat setempat.
Lembaga adat bersifat otonom dan independen sebagai mitra Pemerintah
Aceh dan Pemerintah Kabupaten/kota sesuai dengan tingkatannya. Saat ini,
kedudukan lembaga adat sudah formal dan dasar hukumnya pun sudah diatur dalam
Qanun (Peraturan Daerah), yaitu

1) Majelis Adat Aceh adalah organisasi tertinggi dalam hirarki Lembaga Adat
di Nanggroe Aceh Darussalam. Majelis Adat Aceh bertugas membantu

57 | P a g e

57 | P a g e

Wali Nanggroe dalam membina, mengkoordinir lembaga-lembaga adat


lainnya:
a) Imeum Mukim, Imuem Mukim adalah pemimpin Mukim yang dipilih
oleh musyawarah mukim. Imeum Mukim diangkat dan diberhentikan
oleh Bupati/Walikota atas usulan Camat dari hasil musyawarah mukim
b) Imeum Chik, Imuem Chiek adalah sebuah jabatan dalam Mukim yang
bertugas

mengkoordinasikan

pelaksanaan

keagamaan

dan

peningkatan peribadatan serta pelaksanaan Syariat Islam dalam


kehidupan masyarakat. mengurus, menyelenggarakan dan memimpin
seluruh

kegiatan

yang

berkenaan

dengan

pemeliharaan

dan

pemakmuran masjid, dan menjaga dan memelihara nilai-nilai adat


agar tidak bertentangan dengan Syariat Islam. Imeum Chik diangkat
dan diberhentikan oleh Bupati atas usul Imeum Mukim melalui
Camat berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah mukim.
c) Keuchik, Keuchik adalah pemimpin gampong yang dipilih langsung
oleh penduduk gampong melalui pemilihan yang demokratis, bebas,
umum, rahasia, jujur dan adil. Dalam melaksanakan tugasnya,
keuchik dibantu oleh Imeum Meunasah dan Tuha Peut Gampong.
d) Tuha Peut, Tuha Peut adalah legislatif gampong yang dipimpin oleh
seorang ketua dan sekretaris yang merangkap sebagai anggota.
e) Tuha Lapan, Pada tingkat gampong dan mukim dapat dibentuk Tuha
Lapan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Tuha Lapan dipilih melalui musyawarah. Tuha Lapan beranggotakan
unsur Tuha Peut dan beberapa orang mewakili bidang keahlian
sesuai dengan kebutuhan gampong atau mukim. Pengangkatan dan
pemberhentian Tuha Lapan serta tugas dan fungsinya ditetapkan
dalam musyawarah.
f)

Imeum Meunasah, Imeum Meunasah dipilih dalam musyawarah


gampong. Pengangkatan dan pemberhentian Imeum Meunasah
dilakukan oleh Camat atas nama Bupati/Walikota. Tata cara dan
pemilihan, serta masa jabatan Imeum Meunasah ditetapkan dalam
musyawarah gampong setiap enam tahun sekali.

58 | P a g e

58 | P a g e

g) Keujruen Blang, Keujruen Blang terdiri dari Keujruen Muda dan


Keujruen Chik. Pengaturan tugas, fungsi, wewenang dan persyaratan
Keujruen Blang ditetapkan dalam musyawarah Keujruen Blang
setempat. Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang
sebagaimana dimaksud berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya.
h) Panglima Laot, Panglima Laot atau nama lain terdiri dari :
i.

Panglima Laot Ihok

ii. Panglima Laot Kabupaten/Kota, dan


iii. Panglima Laot Aceh
Panglima Laot Aceh dipilih dalam musyawarah panglima laot
kabupaten atau kota setiap enam tahun sekali.
i)

Pawang Glee, Pawang Glee dipilih oleh masyarakat kawasan hutan.


Tatacara pemilihan dan persyaratan Pawang Glee ditetapkan melalui
musyawarah masyarakat kawasan hutan setiap enam tahun sekali.
Pawang

Glee

bertugas

mengelola

lingkungan

hutan

dan

melaksanakan upacara adat yang berkaitan dengan hutan.


j)

Peutua Seuneubok, Peutua Seuneubok dipilih oleh masyarakat


Seuneubok

(perkebunan),

dan

bertugas

mengelola

kawasan

Perkebunan dan Kehutanan.


k) Haria Peukan, Haria Peukan dibentuk untuk pasar-pasar tradisional
yang belum ada petugas pemerintah. Haria Peukan ditetapkan melalui
musyawarah tokoh-tokoh pedagang dan keuchik setempat setiap 6
(enam) tahun sekali.
l)

Syahbanda, Syahbanda adalah pemimpin pelabuhan yang bertugas


bekerja

sama

dengan

pejabat

pemerintah

untuk

mengelola

pelabuhan.
Berdasarkan pendekatan historis, lapisan masyarakat Aceh yang menonjol
dapat dikelompokkan dalam

dua golongan, yaitu golongan Umara (Teuku) dan

golongan Ulama (Tengku). Umara dapat diartikan sebagai pejabat pelaksana


pemerintah dalam satu unit wilayah kekuasaan. Seperti jabatan Sultan yang
merupakan pejabat tertinggi dalam unit pemerintahan kerajaan, Uleebalang sebagai
pimpinan unit Pemerintah Nanggroe (negeri), Panglima Sagoe yang memimpin unit

59 | P a g e

59 | P a g e

pemerintahan Sagoe, Imeum Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan


Mukim dan Keuchiek atau Geuchiek yang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan
Gampong (kampung).
Pejabat di atas, dalam struktur pemerintahan di Aceh pada masa dahulu dikenal
sebagai lapisan pemimpin adat, pemimpin keduniawian, atau kelompok elite sekuler.
Beberapa gelar yang ada dalam masyarakat umara adalah: Tuanku, Pocut, Teuku,
Laksamana, Uleebalang, Cut, Panglima Sagoe, Meurah.
Sementara golongan Ulama yang menjadi pimpinan yang mengurusi masalahmasalah keagamaan (hukum atau syariat Islam) dikenal sebagai pemimpin
keagamaan atau masuk kelompok elite religius. Oleh karena para ulama ini
mengurusi hal-hal yang menyangkut keagamaan, maka mereka haruslah seorang
yang berilmu, yang dalam istilah Aceh disebut Ureung Nyang Malem dan biasannya
mendapatkan gelar Tengku. Penggolongan masyarakat adalah sebagai berikut:
a) Golongan rakyat biasa, yang dalam istilah Aceh disebut Ureung Le
(orang kebanyakan).
b) Golongan hartawan,

golongan ini cukup berperan dalam soal

kemasyarakatan sebagai penyumbang dana.


c) Golongan ulama/cendikiawan, mereka memiliki ilmu pengetahuan
sehingga mereka disebut orang alim dengan gelar Teungku. Mereka
berperan dalam masalah agama dan kemasyarakatan.
d) Golongan kaum bangsawan, termasuk didalamnya keturunan Sultan
Aceh yang bergelar "Tuanku" keturunan "Uleebalang" yang bergelar
"Teuku" (bagi laki-laki) dan "Cut" (bagi perempuan).
Meskipun ada penggolongan masyarakat yang demikian, tetapi tidak seperti
sistem kasta. Setiap anggota masyarakat tidak dibedakan kedudukannya dalam
hukum dan agama.
3. Sistem Pengetahuan
Mereka memiliki sistem pengetahuan yang mencakup fauna, flora, bagian tubuh
manusia, gejala alam dan waktu. Pengetahuan itu didapat dari dukun, orang tua adat dan
keujuren. Salah satu sistem pengetahuan yang masih digunakan adalah tradisi menangkap
ikan di laut (meupayang) yang terdapat di kabupaten Aceh Besar. Keunikan tradisi ini adalah
cara menangkap ikan yang menggunakan Pukat Aceh adalah sejenis pukat pantai (beach

60 | P a g e

60 | P a g e

seine), berbentuk jaring panjang, bersayap, dan memiliki sebuah kantong pada bagian
ujungnya. Alat ini khusus digunakan untuk menangkap ikan pada lokasi yang berpantai
landai dan berpasir. Pukat ini dioperasikan oleh sekurang-kurangnya lima belas orang
dengan cara dilingkarkan pada lokasi tertentu dan kemudian ditarik menelusuri dasar
perairan menuju ke pantai dengan menggunakan perahu dayung. Pukat pantai ini termasuk
alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan karena tidak mengganggu biota laut lainnya,
sehingga ia merupakan peralatan penangkap ikan yang ideal menurut hukum adat nelayan
setempat (Hukm Adat Lat).
4. Sistem Teknologi
Sistem teknologinya

sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan Islam,

sehingga seni kerajinan perhiasan yang motif, ornamen dan desain perhiasan tradisional
Aceh merupakan terjemahan dari peradaban Islam. Ornamen diciptakan dari abstraksi
tumbuh-tumbuhan,

benda alam seperti awan, bulan, bintang, bentuk geometris (Bieng

meuih, reunek leuek, gigoe daruet, dan boh eungkot) dipakai untuk melengkapi pakaian
adat seperti Keureusang, Patam dhoe, Peuniti, Subang Aceh, Simplah, dan Taloe jeuem.
Aceh memiliki senjata tradisional yaitu Rencong/reuncong yang bentuknya
menyerupai huruf L, merupakan kaligrafi tulisan Bismillah, yang termasuk dalam kategori
dagger/belati. Rencong memiliki tingkatan; untuk Raja atau Sultan biasanya terbuat dari
gading (sarungnya) dan emas murni (bagian belatinya). Sedangkan rencong lainnya terbuat
dari tanduk kerbau atau pun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai
belatinya. Ada 4 macam rencong, yaitu:
a. Reuncong Meucugek;
b. Reuncong Meupucok;
c. Reuncong Pudoi;
d. Reuncong Meukure.
Ada juga jenis senjata lainnya seperti siwaih, peudeung (pedang), dan tombak.
Dalam Rumoh Aceh (Rumah Adat Aceh) (Krong Badee), pengaruh agama Islam dan alam
sekitar tampak menyatu mewarnai bentuk dan ornamen ragam hiasnya. Bertiang selalu
genap, beratap rumbia dan berdinding kayu atau papan.

61 | P a g e

61 | P a g e

Rumah Adat

5. Sistem Ekonomi
Aceh memiliki potensi alam yang sangat cocok untuk pertanian, maka mata
pencaharian utama masyarakat adalah sebagai petani padi atau sebagai petani kedelai,
yang merupakan primadona komoditas pertanian, terutama di daerah Aceh Utara dan Aceh
Timur. Mata pencaharian kedua setelah pertanian adalah bekerja pada sector perkebunan,
terutama

perkebunan

kelapa

sawit

maupun

kakao.

Tetapi

semenjak

pemberontakan oleh GAM, perkebunan yang dikuasai GAM sebagian

terjadinya
perusahaan

perkebunan ditutup. Mata pencaharian ketiga adalah bekerja di sektor perikanan baik
perikanan laut maupun perikanan darat sebagai nelayan atau petambak. Mata pencaharian
keempat adalah sebagai pedagang, maupun sektor informal lainnya. Mata pencaharian
terakhir adalah bekerja di sektor pertambangan terutama bekerja sebagai karyawan swasta
perusahaan migas asing. Di dalam sistem ekonomi masyarakat Aceh, terutama di
pedesaan, lembaga ekonomi merupakan salah satu aspek pengendalian sosial. Pola
tradisional tentang pengendalian sosial yang berhubungan dengan lembaga ekonomi adalah
sistem mawah (bagi hasil), merupakan sistem ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam
dan sudah diwariskan sejak ratusan tahun yang lalu. Mawah dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk barang seperti lembu, tanah sawah atau pun tanah perkebunan.
6. Sistem Religi
Aceh dikenal dengan sebutan Serambi Mekah, maka unsur-unsur kebudayaannya
sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Pesantren merupakan lembaga agama yang
berperan sangat strategis dalam membentuk pribadi masyarakat. Selain berfungsi sebagai

62 | P a g e

62 | P a g e

pembinaan umat, pesantren pun menjadi media dalam membawa pembaharuan dan
pemikiran Islam sekaligus mencetak cendikiawan muslim atau ulama.
7. Kesenian
Pada awalnya kesenian Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, terlihat
misalnya dalam gerakan Tari Seudati. Dalam perkembangannya unsur seni Islamlah yang
lebih

menonjol, baik dalam syair-syairnya maupun pakaian yang dikenakan oleh para

penari. Sebagai contoh Hikayat Perang Sabil dan Hikayat Malem Dewa.
Kesenian Aceh secara umum terbagi dalam seni tari, seni sastra dan cerita rakyat.
Adapun ciri-ciri tari tradisional Aceh adalah sebagai berikut:
a. bernafaskan Islam
b. ditarikan oleh banyak orang (massal)
c. pengulangan gerak serupa yang relatif banyak
d. memakan waktu penyajian yang relatif panjang
e. kombinasi tari, musik dan sastra
f.

pola lantai yang terbatas

g. disajikan dalam kegiatan khusus


h. gerak tubuh terbatas.
Beberapa bentuk kesenian di Aceh:
a. Drama Tari Didong; Didong merupakan salah satu kesenian tradisional yang
terdapat pada masyarakat Gayo, yang dimainkan dengan perpaduan seni
sastra, seni suara dan seni tari. Dalam Didong, terdapat seorang ceh (vokalis),
apit (pendamping ceh) dan penunung (pengikut saat refrain terjadi).

Didong

dipertunjukkan oleh masyarakat Gayo yang mendiami kabupaten Aceh Tengah


dan kabupaten Bener Meriah. Didong merupakan sastra lisan yang masih
bertahan sampai sekarang.
b. Tari

Saman;

Tari

Saman

adalah

tarian

suku

Gayo

yang

syairnya

mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Saman diperoleh dari salah
satu ulama yaitu Syech Saman. Tari Saman dimainkan oleh belasan laki-laki,
tetapi jumlahnya harus ganjil. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah
seorang pemimpin yang disebut syeikh. Syeikh juga bertugas menyanyikan syair
lagu Saman.

63 | P a g e

63 | P a g e

c. Tradisi Puetron Anak; Pada upacara ini, anak yang telah berumur empat puluh
empat hari diturunkan ke halaman dengan dipayungi dan kaki anak tersebut
diinjakkan ke tanah (peugiho tanoh). Di atas kepala si anak dibelah buah kelapa
dengan alas kain putih yang dipegang oleh empat orang. Kelapa yang telah
dibelah tersebut, sebelah diberikan kepada pihak orang tua suami dan sebelah
lagi diberikan kepada pihak orang tua si istri, dengan tujuan supaya kedua belah
pihak tetap kekal dalam persaudaraan. Selanjutnya diadakan pembakaran
petasan dan disuruh orang-orang yang tangkas dan ahli bermain pedang
mempertunjukkan ketangkasan mereka dengan mencincang batang pisang,
supaya anak tersebut nanti berani dalam membela negara, dan dapat menjadi
panglima perang yang tangkas dan arif bijaksana. Selanjutnya anak tersebut
ditempatkan ke dalam sebuah balai di halaman, dengan tujuan supaya anak
tersebut nanti dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dan dapat
menjadi orang terkemuka dalam masyarakat.

RANGKUMAN
1) Semua kehidupan diwarnani oleh hukum Islam, baik dalam masalah hubungan
kemasyarakatan maupun dalam bidang kesenian .
2) Meskipun demikian kedudukan wanita setara dengan pria.
3) Meunasah dan masjid menjadi lambang identitas keacehan.
4) Bahasanya berasal dari bahasa Campa (Indo Cina), kemudian bahasa Melayu
berkembang.
5) Sistem organisasi sosialnya dipengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau.
6) Sistem pengetahuan mencakup tentang fauna, flora, tubuh maniusia, gejala
alam, dan waktu. Sistem ekonominya berdasar pertanian, perkebunan,
perikanan, perdagangan, pertambangan, dan industry.

LATIHAN
1) Apa yang menyebabkan timbulnya GAM? Uraikan!
2) Mengapa Propinsi Aceh disebut Daerah Istimewa? Uraikan!
3) Jelaskan bagaimana kedudukan wanita Aceh!
4) Siapakah Malahayati? Apa hubungannya dengan Angkatan Laut RI?
5) Mengapa Aceh disebut Serambi Mekah? Uraikan!
64 | P a g e

64 | P a g e

BAB

KEBUDAYAAN BATAK

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa dapat menunjukkan ciri khas Masyarakat Batak. Dapat menunjukkan makna
sistem budayanya, sistem sosialnya, maupun unsur-unsur kebudayaannya yang universal

A. Gambaran Umum
Batak adalah nama sebuah suku bangsa di Indonesia, suku ini kebanyakan bermukim di
Sumatera Utara, namun ada sebagian yang tinggal diperbatasan propinsi Aceh dan
Sumatera Barat. Mayoritas orang Batak beragama Kristen dan Islam, tetapi ada pula yang
masih menganut kepercayaan animisme (disebut Parmalim).
Orang Batak dewasa ini mendiami sebagian besar daerah pegunungan Sumatera Utara
mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh disebelah utara sampai keperbatasan Riau
dengan Sumatera Barat di sebelah selatan, juga mendiami tanah datar yang berada
diantara daerah pegunungan dengan pantai Timur Sumatera Utara dan pantai Barat
Sumatera Utara. Dengan demikian orang Batak ini mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat
Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, dan
Mandailing serta Kabupaten Tapanuli Tengah. Secara geografis orang Batak dapat dibagi
menjadi 5 sub etnis sebagai berikut:
a. Batak Karo, suku ini mendiami dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu,
Serdang Hulu dan sebagian dari daerah Dairi,
b. Batak Simalungun, suku ini mendiami Kabupaten Simalungun,
c. Batak Pakpak, suku ini mendiami daerah induk Dairi, dan Aceh Selatan,
d. Batak Toba, suku ini mendiami daerah Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara,
sebagian Tapanuli Tengah.

65 | P a g e

65 | P a g e

e. Batak Mandailing, suku ini mendiami daerah Kabupaten Tapanuli Selatan,


Mandailing Natal, Kotamadya Padang Sidempuan, sebagian Tapanuli Tengah,
serta sebagian Pasaman di Sumatera Barat.
1. Asal Usul Suku Batak
a. Versi Orang Karo;
Menurut budayawan Karo Darwan Prinst di dalam legenda suku Karo dikatakan
bahwa sebuah kerajaan besar bernama Haru pernah berdiri di Sumatera,
kerajaan Haru inilah yang menjadi cikal bakal suku Karo Seorang sejarahwan
Sumatera Utara Tengku Lukman Sinar dalam makalahnya pada kongres
Kebudayaan Karo tahun 1995 di Berastagi menampilkan bukti-bukti bahwa Deli
Tua adalah ibukota kerajaan Haru. Demikian juga pengaruh-pengaruh emigran
India (Hindu) yang datang membawa pengaruh Hindu misalnya nama Sembiring
Sigombak yang banyak berasal dari klan India misalnya Brahma, Colia, Meliala
serta upacara keagamaan dan kepercayaan, filosofi agama sangat berhubungan
dengan Hindu. Penamaan Batak pada Karo adalah istilah untuk menyatukan
suku-suku yang belum beragama saat itu selain Melayu (Islam). Eksistensi
penamaan Batak pada masyarkat Karo terlihat pada GBKP (Gereja Batak Karo
Protestan) sebagai komunitas masyarakat Karo.
b. Versi Orang Mandailing;
Dalam pupuh XIII kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca sekitar th
1365 dituliskan dalam bentuk syair syair nama Mandailing bersama banyak nama
negeri di Sumatera Utara sebagai Negara bawahan kerajaan Majapahit antara
lain

juga disebut nama nama negeri Pane, Padang Lawas.

Keterangan

mengenai Mandailing sebelum abad XIV sebagai suatu kerajaan tidak ada hanya
disebut sebagai bawahan kerajaan Majapahit. Perlu diketahui bahwa terdapat
reruntuhan candi Siwa (Hindu) dari abad ke-8 datang ke Mandailing dalam
rangka mencari emas yang mereka namakan Swarna Dwipa. Orang Hindu
tersebut datang ke Mandailing adalah yang berasal dari Kerajaan Kalingga di
India, oleh sebab itu orang Kalingga itu disebut orang Holing atau orang Koling.
Kemungkinan orang-orang tersebut datang dan masuk dari daerah Singkuang
yaitu tempat bermuaranya sungai Batang Gadis yang cukup terkenal sebagai
pelabuhan Mandala yang berarti lingkungan atau kawasan untuk orang-orang

66 | P a g e

66 | P a g e

Holing,

kemungkinan besar dimaksudkan adalah nama Mandailing. Sampai

abad ke-13 orang orang Hindu ada yang menetap di Mandailing, hal ini diketahui
ada tiang batu di gunung Sorik Merapi bertarih abad ke - 13 di kawasan
Mandailing Godang (Pidoli).
Masyarakat Mandailing dan Angkola dominan menganut agama Islam dan
menolak mengakui asal usul Batak dari si Raja Batak. Mahkamah Syariah Sultan
Deli mendeklarasikan bahwa suku bangsa Mandailing terpisah dan berdiri sendiri
dari suku bangsa Batak, oleh karena itu suku Bangsa Batak membawa kasus
tersebut ke Mahkamah Sipil di Batavia, Jawa dan Mahkamah tertinggi di Hindia
Belanda mendeklarasikan bahwa suku bangsa Mandailing bukan Batak.
2. Sejarah silsilah Batak
Nama Batak tidak diketahui secara pasti, tetapi menurut cerita-cerita suci orang
Batak terutama dari Batak Toba semua sub suku Batak mempunyai nenek moyang yang
satu si Raja Batak. Sebutan Raja pada Raja Batak bukanlah yang memiliki kekuasaan
(penguasa) tetapi sebagai penghormatan belaka.

Kisahnya akan diceritakan adalah

sebagai berikut: Dikatakan bahwa si Raja Batak dan rombongannya datang dari
Thailand terus ke semenanjung Malaysia kemudian menyeberang ke Sumatera dan
menghuni di Sianjur Mula-mula (kurang lebih 8 km kearah barat Panguruan pinggiran
Danau Toba). Versi lain mengatakan melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana
keselatan hingga bermukim dipinggir danau Toba. Diperkirakan si Raja Batak menurut
batu tulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (guru besar
Purbakala di Madras, India) menjelaskan bahwa tahun 1204 kerajaan COLA dari India
menyerang Kerajaan Sriwijaya (Sumsel) yang menyebabkan bermukimnya 1500 orang
Tamil di Barus (Sumut). Pada tahun 1275 Kerajaan Mojopahit (Jawa) menyerang
Sriwijaya dan menguasai hingga daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1400
kerajaan Nakur berkuasa disebelah timur Danau Toba, tanah Karo dan sebagian Aceh.
Diperkirakan si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad 13), sedang Raja
Sisimangaraja XII adalah salah satu turunan si Raja Batak yang ke 19, beliau wafat th
1907, dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20.
Menurut buku Tarombo Borbor Marsda anak si Raja Batak ada 3 orang yaitu Guru
Tetea Bulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut inilah yang dipercaya sebagai terbentuknya
marga marga Batak. Dilihat dari tahun kejadian tersebut Si Raja Batak diperkirakan

67 | P a g e

67 | P a g e

sebagai pejabat kerajaan Sriwijaya yang ditempatkan di daerah timur danau Toba
(sekarang daerah Simalungun). Akibat konflik dengan orang orang Tamil mereka
mengungsi dari selatan danau Toba (daerah Portibi) atau dari barat danau Toba (Barus)
ke pedalaman.
Menurut budayawan Karo, Darwan Prinst, kerajaan Haru yang pernah berdiri di
Sumatera inilah sebagai cikal bakal suku Karo sedangkan menurut Tengku Lukman
Sinar seorang sejarahwan Sumatera Utara dalam kongres kebudayaan Karo tahun 1995
di Berastagi menampilkan bukti bukti bahwa Deli Tua adalah ibu kota kerajaan Haru
tersebut.

Dapat disimpulkan Rita Smith Kipp dengan bukunya yg berjudul The Early

Years of Dutch Colonial Mission The Karo Field, bahwa penamaan Batak pada Karo
adalah istilah untuk menyatukan suku-suku yang belum beragama, yang ketika itu selain
Melayu (Islam), Masyarakat Batak (Mandailing dan Angkola yang dominan menganut
agama Islam menolak mengakui asal usul Batak berasal dari si Raja Batak karena
peninggalan peninggalan sejarah kerajaan kuat diwariskan oleh pengaruh Melayu
(Islam).
Kemelut ini sampai sekarang masih terjadi sehingga hanya suku Batak Toba yang
menyebut diri sebagai orang Batak, sedang suku suku lainnya menyebut dirinya dengan
nama suku seperti tertulis di atas.
3. Letak Geografis
Orang Batak dewasa ini mendiami sebagian besar daerah pegunungan Sumatera
Utara mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh disebelah utara sampai
keperbatasan Riau dengan Sumatera Barat di sebelah selatan, juga mendiami tanah
datar yang berada diantara daerah pegunungan dengan pantai Timur Sumatera Utara
dan pantai Barat Sumatera Utara. Dengan demikian orang Batak ini mendiami Dataran
Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang,
Silindung, Angkola, dan Mandailing serta Kabupaten Tapanuli Tengah.
Secara geografis orang Batak dapat dibagi menjadi 5 sub etnis sebagai berikut:
a. Batak Karo, suku ini mendiami dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu,
Serdang Hulu dan sebagian dari daerah Dairi.
b. Batak Simalungun, suku ini mendiami Kabupaten Simalungun.
c. Batak Pakpak, suku ini mendiami daerah induk Dairi, dan Aceh Selatan.

68 | P a g e

68 | P a g e

d. Batak Toba, suku ini mendiami daerah Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara,
sebagian Tapanuli Tengah.
e. Batak Mandailing, suku ini mendiami daerah Kabupaten Tapanuli Selatan,
Mandailing Natal, Kotamadya Padang Sidempuan, sebagian Tapanuli Tengah,
serta sebagian Pasaman di Sumatera Barat.
B. Sistem Budaya
a. Falsafah
Masyarakat Batak memiliki falsafah yang melambangkan sikap hidup dalam
bermasyarakat yaitu yang disebut Dalihan Natolu . Pengertian Dalihan natolu adalah
satuan tungku yang terdiri dari 3 batu. Pada zamannya orang Batak memasak
dengan bahan kayu bakar, untuk menahan periuk dipergunakan 3 batu. Keadaan ini
dipakai sebagai falsafah orang Batak dalam hidup bermasyarakat yang meliputi:
1) Marsomba tu hula hula (Toba), atau Kalimbubu (Karo) atau Mora (Mandailing);
Hula hula adalah orang tua dari wanita yang di nikahi oleh seorang pria, namun
hula hula dapat diartikan secara luas yaitu semua saudara dari wanita yang
dinikahi. Marsomba tu hula hula artinya seorang pria harus menghormati
keluarga pihak isterinya
2) Elek Marboru (Toba) atau Anak beru (Karo) atau Anak boru (Mandailing); Boru
adalah anak perempuan dari satu marga. Dalam arti luas istilah boru adalah anak
perempuan dari satu marga tersebut. Elek marboru artinya harus dapat
merangkul boru. Hal ini melambangkan kedudukan seorang wanita didalam
lingkungan marganya.
3) Manat mardongan tubu (Toba), atau Senina (Karo) atau Kahangi (Mandailing);
Dongan tobu adalah saudara-saudara semarga, Manat mardongan tubu
melambangkan hubungan dengan saudara saudara semarga. Dalihan natolu ini
menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
khasanah Karo saudara semarga ini disebut dengan Senina. Dalam khasanah
Mandailing saudara semarga disebut dengan hahangi (baca : kahanggi).
b. Simbol budaya pada rumah Batak
Simbol dalam budaya Batak ditampilkan dalam rumah suku Batak, yaitu:
1) Pada bagian puncak rumah yang menjulang keatas dipasang tanduk kerbau
melambangkan kesejahteraan bagi keluarga yang mendiami atau arca muka

69 | P a g e

69 | P a g e

manusia, dari puncak yang melengkung membentuk setengah lingkaran (kecuali


rumah empat Ayo pada orang batak Karo), pada rumah ayo ini ada ornament
geometris dengan warna warna merah, putih, kuning dan hitam).
2) Pada sisi kanan kiri rumah, kedua mukanya rumah Batak memakai lukisan orang
atau singa (kalamakara).
3) Pada sudut sudut rumah terdapat hiasan gajah dompak, bermotif muka binatang
misalnya kepala singa mempunyai maksud sebagai penolak bala.
4) Pada bagian depan rumah terdapat hiasan bermotif tempurung kelapa yang
disebut adep adep melambangkan payudara perempuan yang mempunyai
makna sebagai lambang kesuburan kehidupan dan lambang kesatuan, serta
hiasan bermotif cicak melambangkan orang batak dapat hidup di posisi apa saja
misalnya bisa jadi direktur atau juga bisa jadi buruh.
5) Untuk memasuki rumah batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak
terbentur balok yang melintang, juga bisa diartikan tamu harus menghormati
pemilik rumah.
C. Sistem Sosial
1. Stratifikasi Sosial
Sistem pelapisan sosial terbagi dalam:
a. Perbedaan umur
b. Perbedaan pangkat dan jabatan
c. Perbedaan sifat keaslian, status kawin
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam masyarakat Batak Karo terpisah menurut tiga bidang yaitu
bidang adat , bidang pemerintahan, dan di bidang keagamaan.
3. Perkawinan
Perkawinan pada suku Batak merupakan suatu pranata yang mengikat seorang lakilaki dengan seorang wanita tetapi mengikat suatu hubungan tertentu, sehingga
seorang laki-laki suku bangsa Batak tidak bebas dalam memilih jodoh.
a. Perkawinan yang ideal; Perkawinan yang dianggap ideal adalah perkawinan
antara wanita rimpal (marpariban bhs Batak Toba) yaitu perkawinan antara lakilaki Batak dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya. Dan perkawinan

70 | P a g e

70 | P a g e

yang pantang dilakukan yaitu dengan wanita yang dari marganya sendiri. (namun
sekarang sudah banyak pemuda yang tidak mengikuti adat kuno tersebut)
b. Perkawinan Lari
Perkawinan yang diluar prosedur adalah perkawinan lari (mangalua), hal ini
terjadi karena tidak terdapat persesuaian antara salah satu pihak atau dua belah
pihak kaum kerabat. Pada kawin lari ini dalam waktu kurang dari satu hari kaum
kerabat pihak laki-laki harus mengirimkan delegasi kerumah orang tua si gadis
untuk memberitahukan bahwa anak gadis mereka telah dibawa dengan maksud
dikawini (diparaja, bahasa Toba).
4. Marga dan Tarombo
a. Marga
Marga adalah sekelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah
(patrilinial). Sistem patrilinial memutuskan garis keturunan selalu dihubungkan
dengan laki-laki. Seorang Batak merasa hidupnya lengkap bila ia telah memiliki
anak laki-laki yang akan meneruskan marganya. Semua satu marga dilarang
saling mengawini (tidak berlaku bagi orang Batak Mandailing dan Batak Angkola)
dan sesamua marga disebut dalam Dalihan Natolu disebut Dongan Tubu. Jumlah
seluruh marga Batak sebanyak 416 termasuk marga suku Nias (sebenarnya suku
Nias bukan Batak). Setiap orang Batak memiliki nama marga, pemakaian nama
marga biasanya dicantumkan dibelakang atau diakhir namanya . Nama marga ini
diperoleh dari garis keturunan

ayah (patrilineal) yang selanjutnya akan

diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus.


b. Tarombo
Tarombo adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah.
c. Posisi duduk dalam ritual Batak.
Dalam ritual Batak misalnya pesta perkawinan posisi duduk dalam acara adat
Batak sangat penting yang kemudian dimaknakan dalam kehidupan sehari hari.
Dalam kehidupan sehari hari kekerabatan adalah kunci pelaksanaan dari falsafah
hidupnya. Barospati gorga.) Kekerabatan ini untuk mempersatukan hubungan
darah sehingga dapat menentukan sikap kita untuk memperlakukan orang lain
dengan baik.
D. Kebudayaan Fisik

71 | P a g e

71 | P a g e

1. Bahasa dan Aksara


Bahasa Batak dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

a. Bahasa Batak Utara


b. Bahasa Batak Simalungun
c. Bahasa Batak Selatan
Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut Abugida. Aksara Batak
biasanya ditulis di atas bambu atau kayu, penulisan dimulai dari bawah ke atas dan
baris dimulai dari kiri kekanan. Surat Batak zaman dahulu kala digunakan untuk
menulis naskah Batak. Dalam bahasa Batak buku tersebut dinamakan Pustaha.
Pustaha ini ditulis oleh datu (dukun) berisikan penanggalan dan ilmu nujum (hal hal
gaib).
2. Sistem Organisasi Sosial
a. Pola Perkampungan
Sebagian besar masyarakat Batak masih hidup di dalam pedesaan, pedesaan itu
disebut Huta, Kuta, Lumban, Sosor, Bius, Pertahian, Urung dan Pertumpukan.
Huta (bahasa Toba) biasanya merupakan kesatuan territorial yang dihuni asal
dari satu klen. Pada orang Karo kesatuan tersebut disebut Kuta biasanya lebih
besar dari pada huta, penduduknya dapat dari berbagai klen. Dahulu huta itu
dikelilingi oleh suatu parit, suatu dinding tanah yg tinggi dan rumpun rumpun
bambu yang tumbuh rapat. Ini dimaksudkan untuk melindungi diri dari serangan
musuh. Di bagian dalam dari huta ada deretan deretan rumah diantaranya ada
halaman yang dapat dipergunakan pesta perkawinan, upacara kematian dan lain
lain . Demikian juga di halaman ada lumbung lumbung untuk menyimpan padi
dan lesung untuk menumbuk padi.
Pada orang Karo, Simalungun dan Mandailing tiap desa mempunyai balai desa
yang dipakai untuk sidang pengadilan dan sidang lainnya. Pada orang Toba
balai desa ini digantikan dengan apa yang disebut partunghoan (baca:
partukkoan)
b. Rumah orang Batak
Rumah orang Batak Karo disebut Siwaluh Jabu sedang untuk rumah Batak Toba
disebut Ruma Bolon. Pada rumah Batak Toba

berbentuk empat persegi

72 | P a g e

72 | P a g e

panjang, lantai rumah kadang kadang setinggi 1,75 meter di atas tanah, bagian
bawah dipergunakan untuk kandang babi, ayam dan sebagainya. Bila orang
hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak
terbentur pada balok yang melintang, hal ini dimaksudkan agar tamu harus
menghormati si pemilik rumah, serta hiasan seperti tempurung kelapa
melambangkan buah dada wanita yang disebut adep adep, hiasan ini
melambangkan sumber kesuburan dan kesatuan. Semua rumah adat dibuat dari
kayu, pada sudut rumah terdapat hiasan gajah dompak bermotif muka binatang
mempunyai maksud penolak bala, begitu pula hiasan bermotif binatang cicak,
kepala singa dimaksudkan untuk menolak guna-guna, hiasan itu ada yang
berupa ukiran dan diberi warna dengan warna hitam, kuning dan merah yang
melambangkan tiga dunia kepercayaan masyarakat Batak. Rumah yang paling
banyak hiasannya disebut Gorga. Rumah adat Batak Toba disebut Ruma Bolon,
rumah adat Mandailing disebut Bagas Godang. Untuk memasuki rumah harus
menaiki anak tangga yang terletak di tengah rumah yang jumlah anak tangganya
ganjil.
c. Perkawinan dan perceraian
Perkawinan pada orang Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya
mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan tetapi juga mengikat
dalam suatu hubungan kaum kerabat dari laki-laki dengan kaum kerabat kaum
perempuan. Perkawinan ideal dalam masyarakat Batak adalah perkawinan
antara orang-orang rimpal (marpariban, bahasa Toba) Pada masa sekarang
sudah banyak pemuda tidak lagi menuruti adat ini lagi. Inisiatif lamaran diambil
dari kaum kerabat laki-laki dengan mengirimkan suatu utusan resmi kerumah
sigadis.
1) Kawin Lari; Perkawinan yang di luar prosedur tersebut di atas adalah
perkawinan lari (mangalua), hal ini terjadi kaena tidak terdapat persesuaian
antara salah satu pihak atau dua belah pihak kaum kerabat. Pada kawin lari
ini dalam waktu kurang dari satu hari kaum kerabat pihak laki-laki harus
mengirimkan delegasi kerumah orang tua sigadis untuk memberitahukan
bahwa anak gadis mereka telah dibawa dengan maksud dikawini (diparaja
bahasa Toba). Selang beberapa lama maka akan

dilakukan upacara

73 | P a g e

73 | P a g e

manuruk nuruk untuk minta maaf. Setelah upacara ini dilalui barulah
kemudian disusul dengan upacara perkawinan secara resmi.
2) Perkawinan

Levirat;

Pada

adat

Batak

terdapat

perkawinan

levirat.

Perkawinan levirat adalah perkawinan janda (yang ditinggal mati suaminya)


menikah dengan saudara suaminya. Jika si janda tidak mau maka ia harus
minta diceraikan lebih dulu kepada jabu asal dari suaminya. Adapun mereka
yang berhak menceraikan si janda yang ditinggal mati suaminya adalah anak
kandung laki laki, anak tiri laki laki, cucu laki laki, kalau mereka tidak ada
maka senina dari almarhum suaminya dapat bertindak sebagai orang yang
akan melepaskan si janda dari ikatannya dengan klen si suami.
3) Poligini; Pada umumnya masyarakat Batak bersifat monogami walaupun
masyarakat Batak tidak melarang poligami. Norma-norma agama Kristen
menghambat orang melakukan poligami. Kalau seorang pada orang Batak
menjadi isteri kedua (manindi baca:maniddi) maka ia dan anak-anaknya
sama sekali tidak berhak atas segala harta yang ada. Ia harus mencari
nafkah sendiri, kalau tidak maka kedua keluarga batih mereka akan
bermusuhan. Penyebab poligami ini adalah antara lain karena kemandulan
Perceraian dapat terjadi bila :
1) Si isteri tidak bisa bergaul dengan keluarga suami.
2) Tidak memperoleh keturunan laki-laki
3) Selingkuh
3. Sistem Pengetahuan
a. Di bidang keamanan
Setiap huta atau kuta dahulu dikelilingi oleh suatu parit, juga suatu dinding tanah
yang tinggi dan rumpun bambu yang tumbuh rapat.
b. Di bidang kemasyarakatan
Di bagian dalam suatu huta terdapat dua atau lebih deretan rumah dan halaman
diantaranya dipakai untuk mengadakan pesta perkawinan, upacara kematian,
juga didirikan lumbung lumbung untuk menyimpan hasil panen.
c. Di bidang seni
Rumah-rumah adat selalu dihiasi dengan hiasan yang bermakna, dilengkapi
dengan warna hitam merah dan kuning

74 | P a g e

74 | P a g e

d. Di bidang perkawinan
Masyarakat Batak memberi jalan keluar bila calon pengantin tidak disetujui oleh
kedua belah pihak orang tua mereka dengan mengadakan kawin lari meskipun
harus dipenuhi persyaratan yang ada.
e. Di bidang kekerabatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah hidup yang tetap menghormati dan. menjaga
kerukunan kekerabatannya yaitu falsafah Dalihan Natolu.
f.

Di bidang pengobatan
Dari sejak dulu suku Batak telah menggunakan pengobatan secara tradisional,
baik dengan menggunakan bahan tumbuhan maupun dengan upacara ritual.

4. Sistem Teknologi
a. Alat alat pertanian, alat rumah tangga, tenun, berburu, menangkap ikan. Dalam
kehidupan sehari hari masyarakat Batak memiliki peralatan sebagai sarana
menyelesaikan pekerjaannya. Alat alat tersebut meliputi alat pertanian, alat
rumah tangga, alat tenun, alat berburu dan alat menangkap ikan.
1) Alat Pertanian
a) Ansuan berfungsi sebagai cangkul terbuat dari batang pohon enau
b) Ordang berfungsi sebagai alat pelobang tanah
c) Panasapi berfungsi untuk membersihkan pematang sawah
d) Pangali berfungsi sebagai penggali tanah
e) Sorha-soreng ha berfungsi sebagai pembajak sawah
2) Alat rumah tangga
a) Sapa berfungsi sebagai tempat nasi dibuat dari kayu
b) Pinggan pasu berfungsi sebagai tempat makanan pada upacara adat
c) Sakke Piring berfungsi sebagai tempat piring
3) Alat tenun tradisional
a) Busur Hapas berfungsi sebagai membusur kapas, dibuat dari bambu
b) Sorha tangan berfungsi untuk memintal benang, roda digerakkan dengan
tangan
c) Sorha pat berfungsi untuk memintal benang, roda digerakan dengan kaki
d) Erdeng erdeng (panghulhulan) berfungsi untuk menggulung benang
4) Alat Berburu

75 | P a g e

75 | P a g e

a) Ultop berfungsi untuk menembak


b) Sumbia, berfungsi untuk memanah
c) Pulur (peluru anak panah)
d) Pana, busur panah dengan anak panah
5) Alat menangkap ikan
a) Solu lunjup, jenis sampan khusus di air deras
b) Solu Jambang, Sampan dipakai di air yang tak mengalir
c) Hole berfungsi sebaagi dayung
d) Goli goli berfungsi sebagai tempat duduk dalam sampan
e) Tahu tahu berfungsi untuk membuang air yang masuk dalam sampan
5. Sistem Ekonomi
Mata pencaharian hidup suku Batak dapat dikatagorikan :

a. bercocok tanam disawah atau diladang


Alat alat utama dalam bercocok tanam :
1) Cangkul
2) Bajak (tenggala), juda sapi atau kerbau untuk menarik bajak
3) Tongkat tugal
4) Sabit untuk memotong padi

b. Peternakan
Kerbau, sapi, babi, kambing, ayam dan bebek

c. Menangkap ikan
Pekerjaan dilakukan secara eksklusif oleh orang laki laki dalam perahu dengan
jala, pancing, dan perangkap ikan.

6. Sistem Religi
a. Agama
Terdapat agama Islam dan Kristen Protestan yang diperkirakan masuknya pada
masa yang sama yaitu pada tahun 1810-an. Agama Islam disiarkan oleh orangorang

Minangkabau, yang sebagian besar dianut oleh orang Batak Selatan

seperti Mandailing dan Angkola.

76 | P a g e

76 | P a g e

Agama Kristen disiarkan ke daerah Toba, Simalungun oleh organisasi penyiar


agama dari Jerman (Rheinische Missions Gesselschaft) dan tahun 1863 ke
daerah Karo oleh penyiar agama dari Belanda (Zendelingsgenootschaap). Kini
agama Kristen Protestan dianut sebagian i Orang Batak di bagian utara
b. Mitologi Batak
Walaupun masyarakat Batak sudah mengenal agama (Islam dan Kristen) namun
konsep-konsep agama aslinya masih hidup. Sumber utama untuk mengetahui
sistem kepercayaan orang Batak asli adalah dari buku kuno yang disebut
Pustaha
1) Konsepsi Tuhan
Dalam mitologi Batak dunia dibagi atas tiga bagian, yaitu dunia atas yang
disebut Banua Ginjang, dunia tengah yang disebut Banua Tonga dan dunia
bawah yang disebut Banua Toru. Dunia Tengah tempat manusia hidup juga
merupakan perantara antara dunia atas dan dunia bawah Dunia atas tempat
tinggal para dewata sedang dunia bawah adalah tempat tinggal setan, roh,
bumi dan kuburan. Warna putih, merah dan hitam merupakan simbol-simbol
dari dunia tersebut. Pencipta dunia dalam mitologi Batak adalah Debata
Mulajadi Nabolon, Anak-anaknya bernama Batara Guru, Soripada dan
Mangala Bulan, ketiganya dikenal sebagai kesatuan dengan nama Debata
Sitolu Sada ( tiga dewa dalam satu) atau Debata na Tolu (tiga dewata).
2) Konsepsi Sang Pencipta
Konsepsi tentang penciipta oleh orang Batak dimulai dari Debata Mulajadi
Nabolon (Toba) atau Dibata Kaci-Kaci (Karo) sebagai Sang Pencipta Alam
yang berdiam di langit Sebagai penguasa alam tengah yaitu di dunia ini ia
bernama Silaon na Bolon (Toba) atau Tuan Padukah ni Aji (Karo), sedang
sebagai penguasa dunia makhluk halus disebut Pane na Bolon (Toba) atau
Tuan Banua Koling (Karo). Tentang jiwa, roh dan dunia akhirat dalam
hubungan manusia dengan dunia roh orang Batak mengenal:
a) Tondi yaitu Jiwa atau roh orang itu sendiri
b) Sahala yatu jiwa atau roh orang itu sendiri yang memiliki kekuatan gaib
(kesaktian)
c) Begu yaitu jiwa atau roh orang yang telah meninggal dunia

77 | P a g e

77 | P a g e

Beberapa begu yang disegani orang Batak adalah :


(1) Begu Sombaon
(2) Begu Solobean
(3) Begu Silan
(4) Begu Ganjang
Orang

Batak

Karo

mempunyai

kepercayaan

tentang

adanya

perkampungan begu. Mereka dapat berkeliarandan berhubungan dengan


kerabatnya melalui mediasi seorang dukun yang disebut guru sibaso
(wanita). Mereka juga percaya akan adanya makhluk halus yang disebut
Umang dan Jangak, kedua makhluk halus ini dianggap suka menolong
manusia dan tinggal di tebing dan sungai. Orang Batak juga percaya
kepada kekuatan sakti dari jimat, tongkat wasiat, mantra (tabas) yang
mengandung kekuatan sakti.
c. Upara adat
Jenis upacara adat dibagi kedalam beberapa jenis yaitu :
1) Upacara adat inti
2) Upacara adat Na Taradat
3) Upadara adat Naniadathon
4) Upacara adat Na Sondat
1) Upacara Adat Inti
Adat inti mencakup seluruh kehidupan yang berkaitan dengan penciptaan
dunia oleh sang pencipta Debata Mulajadi Nabolon. Pelaksanaan adat inti
tidak boleh diubah.karena terikat dengan norma dan aturan yang diturunkan
oleh Debata Mulajadi Nabolon sebelum agama mempengaruhi sikap etnis
orang Batak Toba terhadap upacara adat.
2) Upacara Adat Na Taradat
Secara harafiah Adat Na Taradat adalah undang-undang dan kelaziman yang
berupa adat. Adat Na Taradat bersifat adaptif dan menerima pergeseran dari
adat inti dan bahagian adat inilah yang dilaksanakan oleh pelaku-pelaku adat
Batak Toba pada saat sekarang dengan berpedoman kepada ungkapan
folklore Batak Toba.
3) Adat Naniadathon

78 | P a g e

78 | P a g e

Adat Na Niadathon adalah tingkatan pelaksanaan tata upacara adat yang


sudah dipengaruhi peradaban yang telah menjadi kebiasaan dan kelaziman
baru Pada adat Na Niadathon terjadi pergeseran nilai dan perubahan pelaku
adat, misalnya upacara adat wisuda, babtisan anak, perayaan ulang tahun,
peresmian perusahaan.
4) Adat Na Soadat
Secara harafiah Adat Na Soadat adalah adat yang bukan adat, karena
tatalaksana upacara adat tidak lagi berdasarkan struktur dan sistematika
yang lazim dilaksanakan oleh etnis Batak Toba. Upacara ini dipandang
sekedar berkumpul dalam bentuk resepsi baik dalam upacara perkawinan,
kematian, dan sebagainya.

Struktur kekerabatan dalam Dalihan Natolu

demikian simbol-simbol yang dipakai dalam upacara adat inti disingkirkan.

7. Kesenian
a. Pakaian Adat
Pakaian adat dikenal dengan ulos. Ulos adalah kain tenun khas Batak yang
berbentuk selendang. Secara harafiah ulos berarti selimut, pemberi kehangatan
badaniah dari terpaan udara dingin. Menurut pemikiran leluhur Batak ada 3
sumber kehangatan yaitu : matahari, api dan ulos. Dari ketiga sumber tersebut
ulos dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari - hari.
Matahari sebagai sumber kehangatan tidak dapat diperoleh pada malam hari
sedang api dapat menjadi bencana jika lalai menggunakannya. Dalam
perkembangannya ulos juga diberikan kepada orang bukan Batak, sebagai
penghormatan dan kasih sayang.
Ada beberapa macam ulos, antara lain :
1) Ulos Ragidup
2) Ulos Ragihotang
3) Ulos Sibolang
4) Ulos Nametmet
5) Ulos Nabalga
b. Tarian Tradisional
Tor-tor, dilihat dari gerakan badan, tarian tortor dapat dibagi menjadi:

79 | P a g e

79 | P a g e

1) Pangurdot, yang bergerak hanya tumit, kaki hingga bahu


2) Pengeal, yang bergerak hanya pinggang, punggung hingga bahu
3) Pandenggal, yang bergerak hanya lengan, telapak tangan hingga jari tangan
4) Siangkupna, yang bergerak hanya leher
5) Hapunana, yang bergerak hanya wajah.
c. Lagu Tradisional
1) Ketabo
2) Sinanggar Tullo
3) Sigulempong
4) Dago Inang Sarge
5) Ungut Ungut
6) Sitogol
d. Musik
Jenis musik tradisional Batak Toba :
1) Gondang
2) Sarune bolon yaitu jenis alat tiup
3) Ogung yaitu sejenis gong yang jumlahnya ada 4 yang mempunyai fungsi
masing masing pada saat dimainkan.

RANGKUMAN
1) Suku Batak memiliki kepercayaan bahwa mereka adalah

keturunan Si Raja

Batak.
2) Ulos adalah ciri khas pakaian Batak.
3) Masyarakat Batak menganut patriarkhat.
4) Marga adalah ciri kesatuan kemasyarakatan yang mengikuti paham patrilineal
5) Suku Batak Toba merupakan bagian masyarakat yang setia melaksanakan
upacara adat.
6) Walaupun mereka telah menganut agama Islam dan Kristen, namun tradisi adat
istiadatnya masih dipertahankan.
80 | P a g e

80 | P a g e

LATIHAN
1) Apa yang dimaksud dengan Dalihan Natolu?
2) Apa yang saudara ketahui tentang Tarombo dan apa itu penting?
3) Mengapa sering terjadi perselisihan paham pada saat melaksanakan upacara
adat?
4) Apa yang saudara ketahui tentang hiasan2 yang menempel dirumah adat suku
Batak?
5) Apa yang paling dilarang dalam mencari jodoh dan apa yang paling ideal
sebagai calon isteri dari seorang pemuda Batak?
6) Apa yang saudara ketahui tentang Pustaha?

BAB
KEBUDAYAAN BETAWI

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa dapat menunjukkan ciri-ciri Suku Betawi yang multicultural. Bagaimana Suku
Betawi menyikapi kebudayaan yang masuk, yang diserapnya maupun yang tidak
diserapnya, dan bagaimana mereka menghadapi modernisasi

81 | P a g e

81 | P a g e

A. Letak Geografis
Menyebut nama Betawi, teringatlah kita akan nama Jakarta. Kota Jakarta merupakan
dataran rendah dengan ketinggian kira-kira 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada
posisi 6.12 LS dan 106.48 BT. Luas wilayah Propinsi Jakarta berdasarkan SK Gubernur
Jakarta Nomor 1227 tahun 1989 yang berupa daratan seluas 661, 52 km2, berupa lautan
seluas 6.977,5 km2, terdapat tidak kurang dari 110 pulau yang tersebar di Kepulauan
Seribu, terdapat sekitar 27 buah sungai atau saluran.
Di sebelah utara membentang pantai dari barat ke timur sepanjang kira-kira 35 km,
menjadi tempat bermuaranya 9 (sembilan) buah sungai dan 2 (dua) buah kanal, sementara
di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat, sebelah barat dengan
Propinsi Banten, sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
B. Sistem Budaya
Orang-orang Betawi ini dianggap terlalu percaya diri dalam segala hal, dan melakukan
segalanya tanpa perhitungan yang matang dan tidak berdasarkan data yang akurat. Inilah
yang membuat mereka menjadi penduduk level rendah. Dari sifat mereka yang gampang
marah, gampang terprovokasi, tidak punya kemampuan dalam berpikir, inteligensi rendah,
dan minimnya pengetahuan, membuat mereka kalah dalam persaingan.
Sifat mereka umumnya tidak mau kalah dengan masyarakat lain, dalam hal apapun,
ingin terlihat kaya, ingin terlihat elite tetapi tidak ada kemampuan ekonomi yang mendukung.
Inilah yang menyebabkan mereka selalu merasa iri kalau ada tetangga atau orang lain yang
lebih mampu di bidang ekonomi dibanding mereka.
C. Sistem Sosial
Cara hidupnya yang relatif sederhana, bicaranya yang spontan, terbuka, dan mudah
bergaul, serta kerukunan masyarakatnya menjadi ciri Orang Betawi. Mereka kebanyakan
pemeluk agama Islam yang taat. Beberapa contoh bagaimana agama Islam menyatu dalam
kehidupan mereka sehari-hari, antara lain:
1. Bila waktu sholat tiba, mereka akan menghentikan kegiatan dan segera sholaat.
2. Bila ada anggota keluarga atau kerabat meninggal dunia, diusahakan dikubur hari itu
juga.

82 | P a g e

82 | P a g e

3. Bagi keluarga yang memiliki anak gadis yang sudah cukup dewasa harus segera
dinikahkan.
4. Tuan rumah akan memberi suguhan pada tamu sesuia dengan kemampuannya.
5. Mereka selalu mendahului dalam memberi salam.
6. Dalam bersalaman, mereka terlebih dahulu mengulurakan tangan, dan paling akhir
menariknya.
Ciri khas masyarakat Betawi asli ini dapat kita lihat pada masyarakat yang tinggal di
pesisir utara, mulai dari pesisir Bekasi sampai Teluk Naga Tangerang, di bagian selatan di
Condet, Pasar Minggu, dan perbatasan Kabupaten Bogor, di sekitar Tanah Abang, Kebon
Jeruk, Kebayoran Lama, dan Cileduk Tangerang.
D. Kebudayaan Fisik
1. Bahasa
Orang Betawi sendiri menyebut bahasanya sebagai Omong Betawi. Untuk
menyesuaikan dengan perubahan politik, maka dipakai istilah dialek MelayuJakarta . Hal ini karena Betawi berasal dari kata Batavia yang setelah Indonesia
Merdeka nama itu tidak digunakan lagi.
Dialek Melayu Betawi (DMB) selain dituturkan di wilayah DKI Jakara juga dituturkan
di sekitar Bekasi, Bogor, dan Tangerang. Dalam masyarakat penuturnya, DMB
difungsikan sebagai bahasa rendah jika penuturnya bilingual, namun bagi kelas
bawah dialek ini cukup berprestise.
Bahasa ini dapat dibagi ke dalam beberapa subdialek:
a. berdasar latar belakang keturunan
Yang kuat pengaruh Tionghoanya banyak bercampur dengan kata-kata
Tionghoa, misalnya, engkoh, encim, gua, lu. Sedangan Betawi keturunan Arab
memasukkan kata Arab misalnya ane, ente, dan ucapan bismillah yang
diucapkan bismille, dan alkhamdulilah yang diucapkan alhamdulille.
b. berdasar daerah, dikenal subdialek dalam kota (disebut Betawi Kota atau Betawi
Tengah) dan Betawi Pinggiran, (disebut Betawi Ora)
Pembagian kedua wilayah budaya ini bukan semata-mata berdasarkan letak
geografis, melainkan juga berdasar ciri-ciri budayanya, termasuk bahasa dan
kesenian tradisi yang didukungnya. Di wilayah budaya Betawi Tengah, tampak
keseniannya dipengaruhi oleh budaya Melayu, yang terlihat jelas pada orkes dan

83 | P a g e

83 | P a g e

Tari Samrah. Sedangkan di daerah pinggiran berkembang kesenian lainnya,


seperti Wayang Topeng, Lenong, Tajidor.
Pembagian dialek regional ini dapat dibagi dalam empat logat, yaitu:
1) Logat Mester, penggunanya tinggal di sekitar Jatinegara dan Kampung
Melayu
2) Logat Tanah Abang, penggunanya tinggal di sekitar Tanah Abang dan
Petamburan
3) Logat Karet, penggunanya tinggal di sekitar Karet, Senayan, Kuningan, dan
Menteng
4) Logat Kebayoran, penggunanya tinggal di sekitar Kebayoran Lama, Pasar
Rebo, Bekasi, dan daerah pinggiran Kota Jakarta lainnya
Beberapa contoh bahasa Betawi:
bacot (mulut), codet (bekas luka pada dahi), nyak (ibu), ogah (tidak mau),
koit (mati), limbung (tidak mantab), sono (sana), rudin (miskin),
werit (sesuatu yang menakutkan).
Pemakaian DMB: Lu udah nggak kenal langgar sih!
Ada yang saye mau tanya
2. Sistem Organisasi Sosial
a. Sistem Kekerabatan
Mereka mengikuti pola bilineal. Anak laki-laki akan disosialisasikan pada
pekerjaan bapaknyaa, bila sudah dewasa anak ini berhak ikut bapaknya ke laut
dan mengerjakan pekerjaan laki-laki, sedangkan anak perempuan bekerja
menghidupi keluarga dengan cara melakukan pekerjaan wanita, seperti
memasak , mengasuh anak, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Anak laki-laki
yang kawin akan ikut mertuanya serumah, kemudian ia dituntut membuat rumah
baru untuknya.
b. Sistem Kemasyarakatan
Hubungan antara warga dapat tercemin dalam hubungan kelurga, di mana anakanak sangat patuh terhadap orang tuanya, karena dalam masyarakat Betawi
orang yang lebih tua sangat dihormati. Dalam hidup bertetangga, mereka masih
memegang teguh adat tradisi dalam kebiasaan memberi sedekah atau

84 | P a g e

84 | P a g e

punjungan makanan kepada para tetangga pada waktu tertentu, misalnya pada
waktu hajatan perkawinan atau sunatan.
Selain orangtua, masih ada lagi golongan yang disegani, karena dulu mereka
masih mengenal konsep Jawara Betawi. Namun, konsep jawara atau organisasi
jago saat ini sudah mengalami perubahan. Organisasi jago yang muncul saat ini
lebih banyak karena kemiskinan dan kesenjangan ekonomi.
c. Pola perkampungan dan bentuk rumah
Masyarakat Betawi pada awalnya adalah masyarakat river basin. Mereka
membangun rumah berkelompok sepanjang sungai-sungai. Pintu depan
menghadap ke arah sungai, akibatnya setelah perlahan-lahan rumah Betawi
masuk ke pedalaman, arah rumah Betawi menjadi tidak teratur. Tetapi sisa-sisa
budaya DAS-nya masih tertinggal, biasanya dalam bentuk adanya sumur gali di
depan rumah. Pada dasarnya ada tiga zoning di rumah tradisional Betawi, yaitu:
1) kawasan publik (ruang tamu), berupa ruang tanpa diding, ini kawasan amben
2) kawasan privat ( ruang tengah dan kamar), ini wilayah pangkeng,
3) kawasan servis (dapur), atau srondoyan
Tercatat ada sebuah sudut penting, bahkan sakral dalam arsitektur Betawi , yakni
konstruksi tangga yang diistilahkan balaksuji. Bahwa memasuki rumah lewat
tangga adalah proses menuju kesucian. Idealnya jika ada sumur di depan rumah,
siapa pun yang hendak masuk rumah harus membasuh kakinya dulu, baru naik
tangga, sehingga masuk rumah dalam keadaan bersih. Di sejumlah kampung
balaksuji dipertahankan atau pindah lokasi. Tangga tidak ada di rumah
penduduk, tapi ada di mesjid kampung. Balaksuji dipasang di tempat khotbah.
Tangga ini menjadi tangga menuju mimbar. Kesuciannya dipertahankan di rumah
ibadah.
d. Tradisi Adat
1) Sunatan (Khitanan)
Anak yang dikhitan biasanya berumur anatara 8-10 tahun. Upacaranya ada
yang sederhana cukup dengan sedekahan dan membaca doa bagi anak
yang disunat, ada pula yang besar-besaran. Untuk yang diadakan secara
besar-besaran, pengantn sunat diarak keliling dengan menunggang kuda
dengan mengenakan pakaian haji layaknya penganten kawinan, penganten

85 | P a g e

85 | P a g e

sunat juga menjadi raja sehari di mana kemauan atau permintaannya semua
dituruti oleh orangtuanya. Di dalam arak-arakan juga ada ondel-ondel yang
menyertainya, tetapi tidak ada susunan prosesi seperti dalam upacara ngarak
penganten kawinan. Biasanya juga nanggap hiburan kesenian Betawi seperti
Lenong, Wayang, Gambang Kromong atau Tanjidor.
2) Pernikahan
Tahapan acara pernikahannya adalah sebagai berikut:
a) Ngedelengin. Didahului masa perkenalan, dahulu melalui Mak Comblang
b) Ngelamar
c) Bawe Tande Putus / Pertunangan
d) Piare Calon None Penganten (Tujuannnya untuk mengontrol kegiatan,
kesehatan, dan memelihara kecantikan)
e) Siraman, Ngerik, dan Malem Pacar
f)

Akad Nikah

g) Buka Palang Pintu (berbalas pantun dan adu silat)


h) Di Puade (Pelaminan)
3) Tradisi Khatam Quran di Masjid-masjid Tua
Tradisi ini berasal dari Hadramaut, dan diadakan pada bulan Ramadhan pada
tanggal gasal karena dipercaya pada saat itu turunnya Lailatul Qadar. Acara
dimulai dengan berbuka puasa, berupa nasi kebuli . Satu nampan nasi kebuli
beserta lauknya berupa potongan daging kambing, biasanya untuk 4-5 orang.
Hidangan lainnya adalah gulai atau semur kambing. Agar tidak terkena
kolesterol, dilengkapi dengan acar bawang,

ketimun,

nanas, untuk

menetralisir lemak.
4) Nujuh Bulan
Upacara ini dilakukan pada masa kehamilan anak pertama. Tanggal diambil
yang mengandung unsur tujuh, yaitu tanggal 7, 17, 27, pada bulan ke tujuh
kehamilan tersebut. Nujuh bulan ini bernuansa Islam, karenanya dilakukan
pembacaan tahlil. Dalam kenduri dibacakan Surat Yusuf , Surat Mariam dan
Surat Ar-Rahman. Ketiga surat ini dibacakan oleh tujuh orang pada waktu
yang bersamaan, sedangkan orang lain membacakan

ayat surat-surat

pendek lainnya. Kemudian diadakan tahlilan bersama.

86 | P a g e

86 | P a g e

Dalam acara ini selalu ada rujak, yang terdiri dari tujuh macam buah,
terutama buah delima.
3. Sistem Ekonomi
Tempo dulu, masyarakat Betawi asli mencari nafkah dalam beberara profesi yang
terbagi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Misalnya di
kampung Kemanggisan dan sekitar Rawabelong banyak dijumpai petani kembang.
Kampung Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran
yang tanahnya tidak sesubur Kemanggisan, banyak dijumpai mandor dan jagoan
silat. Jiih, teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di Kampung Paseban
banyak warganya yang bekerja di kantor-kantor sejak jaman Belanda dahulu, meski
kemampuan pencak silat mereka tidak diragukan (dalam pendidikan keagamaan,
diselipkan juga latihan-latihan pencak silat).
Karena asalmuasal bentukan etnis mereka yang multikultur (orang Nusantara,
Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi mereka disesuaikan
dengan cara pandang dan bauran etnis dasar masing-masing.
4. Sistem Religi
a. Pemeluk Agama Islam
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, ada juga yang menganut
agama Kristen Protestan dan Katolik, tetapi jumlahnya sedikit sekali. Dikatakan
bahwa Islam dibawa oleh orang Arab dari Hadramaut, yang selain untuk
berdagang, juga bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Ajarannya
merupakan perpaduan antara unsur-unsur Arab, India Selatan, dan unsur
setempat. Orang Betawi yang memeluk agama Islam terbagi dua golongan, yaitu
golongan mualim, yakni yang taat menjalankan prinsip dasar agama Islaam
dengan baik dan teratur, dan golongan biasa yaitu golongan yang tidak terlalu
taat

menjalankan

prinsip-prinsip

agama

Islam.

Golongan

kedua

dapat

disejajarkan dengan Abangan di Jawa.


Pada masa penjajahan sampai awal kemerdekaan, Islam menjadi pedoman
hidup orang Betawi. Hal ini sebenarnya justru menghambat kemajuan mereka.
Pada masa itu, pendidikan formal dianggap sebagai kafir karena berasal dari
Belanda. Dengan demikian perasan anti kafir identik dengan anti sekolah
(formal). Pendidikan mereka hanya dilangsungkan di madrasah sebatas

87 | P a g e

87 | P a g e

pendidikan agama, mereka tidak mendapatkan pendidikan secara umum.


Sedangkan perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara dengan aspek
pembangunan dan modernisasinya yang berjalan amat cepat menuntut keahlian
profesional, yang mungkin masih belum terkejar oleh kemajuan yang telah
dicapai oleh sebagian orang Betawi.
b. Pemeluk Agama Kristen
Pemeluk agama Kristen ada yang menyataan bahwa mereka adalah keturunan
campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini dapat
dimengerti, karena pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda

mengadakan

perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng


dan gudang di pelabuhan Sunda Kelapa, sehingga terbentuk komunitas Portugis
di Sunda Kelapa, Komunitas Portugi ini sekarang masih ada dan menetap di
daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
c. Kepercayaan akan roh, hantu, dan kekuatan gaib
Orang Betawi sering melakukan upacara sehubungan dengan kepercayaan
terhadap adanya roh. Dalam upacara tersebut digunakan sajian

yang

dipersembahkan kepada roh itu, agar tidak marah ketika tempatnya dipakai untuk
mengadakan suatu pertunjukan. Orang Betawi juga mengenal keramat , yaitu
kuburan orang tertentu yang dianggap baik dan rohnya dapat membantu
kegiatan manusia, sehingga keramat itu sering didatangi untuk diminta restunya.
Tempat lain yang dianggap keramat adalah pohon beringin, sumur tua, dan yang
semacam itu.
Roh jahat dapat berasal dari manuisa, misalnya kuntilanak. Dipercaya bahwa ia
adalah roh wanita yang mati ketika hamil. Roh ini sering mengganggu wanita
yang sedang hamil dan sebagai penangkalnya wanita Betawi yang hamil, bila
hendak bepergian terutama pada malam hari, dianjurkan untuk membawa
benda-benda tajam seperti gunting dan jarum, supaya roh jahat itu takut sehingg
tidak mengganggu. Selain itu ada hantu yang disebut tuyul, yaitu roh jahat yang
berbentuk anak kecil yang kepalanya berjambul, dan sering digunakan oleh
orang tertentu untuk memperkaya dirinya, karena tugasnya mencarikan uang
bagi orang yang memeliharanya.

88 | P a g e

88 | P a g e

Beberpa orang Betawi memelihara anak ambar yang berupa roh. Anak ambar ini
dipelihara dalam kamar khusus, di dalamnya diberi perlengkaapn serba mini,
seperti tempat tudur kecil beserta kelambunya, bantal, guling, selop keci serta
diberi sajian pula. Orang yang memelihara anak ambar akan berdoa di dalam
kamar khusus tadi, apabila ia akan memulai suatu pekerjaan penting atau
keluarganya mendapat musibah. Pemelihara anak ambar ini juga dapat memberi
air putih yang dapat berfungsi sebagai obat setelah air tersebut disimpan di
kamar itu untuk beberapa lama. Menurit kepercyaan anak ambar ini adalah roh
anak si pemelihara yang mati karena lahir muda atau belum cukup umur ketika
dilahirkan. Ia dapat pula bukan anak kandung di pemelihara, tetapi roh anak
yang datang dan minta dirawat. Benda-benda tertentu, seperti misalnya gong
atau kromong pada teater lenong, dianggap mempunyai roh yang menjaga
benda tersebut. Orang Betawi juga mengenal susuk, Susuk ini banyak digunakan
oleh para seniman teater Betawi, dan dianggap dapat membuat orang yang
memakainya terlihat lebih cantik, lebih gagah, atau suaranya lebih merdu dalam
mengisi suatu pertunjukan teater Betawi.
Orang Betawi juga mengenal dukun, yaitu orang yang memiliki kepandaian
dalam alam nyata sekaligus alam gaib. Dukun juga orang yang dapat
menyembuhkan suatu penyakit. Dukun yang mampu menyembuhkan penyakit
yang disebabkan oleh kekuatan gaib disebut dengan istilah dukun saja,
sedangkan dukun yang menyembuhkan suatu penyakit biasa, misalnya patah
tulang, disebut dukun patah. Selain itu ada dukun beranak, yaitu dukun yang
membantu wanita melahirkan, yang dalam istilah Betawi disebut Mak Peraji.
5. Kesenian
a. Bangunan Terkenal
1) Monumen Nasional
2) Patung Dirgantara
b. Musik
1) Gambang Kromong, berasal dari seni musik Tionghoa
2) Rebana, berasal dari seni musik Arab
3) Kroncong Tugu, peninggalan orang Portugis. Kroncong yang sekarang
menjadi musik khas Indonesia, berasal dari pengembangan Keroncong Tugu.

89 | P a g e

89 | P a g e

4) Tanjidor, seni ini berasal dari Jaman Belanda. Terompet yang digunakan pun
sebagian besar keluaran masa itu
5) Samrah, dengan latar belakang Melayu. Sering diikuti dengan tarian, yang
disebut Tari Samrah.
c. Tari
1) Tari Samrah
2) Tari Cokek
3) Tari Yapong
4) Tari Topeng
5) Tari Zapin
6) Tari Blantek
d. Teater
1) Lenong
a) Lenong Denes; Menggunakan bahasa pengantar Melayu yang halus,
dialek Betawi yang digunakan bersifat resmi. Aktor dan aktrisnya
mengenakan busana formal. Kisahnya menggunaka seting kerajaan atau
lingkungan kaum bangsawan.
b) Lenong Preman; Menggunakan bahasa nonformal. Busana pemainnya
bebas. Kisahnya menggambarkan hidup keseharian yang sedang aktual,
kisah rakyat yang tertindas, yang mengundang kehadiran tokoh pendekar
taat ibadah yang melawan kesewenang-wenangan tuan tanah
2) Topeng Betawi; Mirip dengan Lenong, bedanya Topeng Betawi dibuka
dengan Tari Topeng penarinya bertopeng dengan busana berwarna merah
mencolok, mirip busana China. Seni ini banyak berkembang di daerah Betawi
Pinggir, seperti Depok, Pondok Gede dan Ciputat.
3) Topeng Jantuk
4) Topeng Blantek
5) Wayang Klitik
6) Wayang Kulit Betawi; Ceritanya tidak mengacu ke Ramayana dan
Mahabharata. Cerita yang dimainkan kontekstual dengan masyarakat sekitar.
Oleh karena itu penampilannya lebih bebas, lebih demokratis, menggunakan
Bahasa Indonesia pergaulan dengan logat Betawi.

90 | P a g e

90 | P a g e

Orang Betawi hanya menggemari cerita yang seru dan lucu, ada perang dan
kaya banyolan. Sepanjang perjalanan riwayatnya Wayang Kulit Betawi tampil
dengan penuh kesederhanaan, sehingga menepikan aspek estetika, moral,
dan

falsafah.

Ia

semata-mata

hiburan,

tidak

ada

latar

belakang

spiritualismenya seperti Wayang Golek dan Wayang Kulit Jawa.


e. Cerita Rakyat
1) Si Pitung
2) Si Jampang Tu Jagoan Tulen
3) Nyai Dasima
f.

Ondel Ondel
Sosok Ondel-ondel disimbolkan sebagai wujud leluhur atau nenek moyang yang
senantiasa melindungi para anak cucu atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel
berupa boneka, tingginya 2,5 m dengan garis tengah 80 cm, dibuat dari anyaman
bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalam. Bagian
wajah berupa topeng atau kedok dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah
ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang
perempuan dengan warna putih

g. Senjata tradisional: bendo atau golok; Selain digunakan untuk keperluan seharihari, juga digunakan dalam seni bela diri silat.
h. Pakaian Adat
Yang pria menggunakan tutup kepala (destar) dengan baju jas tutup yang
digunakan dengan stelan celana panjang. Dilengkapi dengan selembar kain batik
dilingkarkan pada bagian pinggang dan sebilah golok diselipkan di depan perut.
Para wanita memakai baju kebaya dengan selendang panjang yang menutupi
kepala serta kain batik.
Pada pakaian pengantin terlihat hasil proses asimilasi dari berbagai kelompok
etnis pembentuk masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria
terdiri dari sorban, jubah panjang dan celana panjang yang dipengaruhi oleh
kebudayaan Arab, sedangkan pada pakaian pengantin wanita ada yang
menggunakan syangko (penutup kepala), baju model encim dan rok panjang
memperlihatkan adanya pengaruh kebudayaan Cina. Terompah yang digunakan
pengantin pria dan wanita dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.

91 | P a g e

91 | P a g e

i.

Rumah Adat
Rumah adat Betawi meskipun sudah langka, namun masih dapat dijumpai di
sekitar Marunda, Condet, Setu Babakan, maupun daerah pinggiran lainnya. Ada
empat tipe bentuk rumah tradisional, yaitu:
1) Rumah tipe Gudang dan Bapang berbentuk segi empat polos
2) ) Rumah tipe Kebaya memiliki beberapa bagian:
a) Langkan, yaitu bagian rumah yang berpagar rendah dan berfungsi
sebagai serambi, dibuat dari kayu atau bambu
b) Ruang depan, biasanya terbuka tanpa ada pintu, yang melambangkan
sifat Orang Betawi yang terbuka
c) Balai-balai dari bambu, merupakan perlengkapan utama dan terdapat di
ruang depan, fungsinya untuk menerima tamu
d) Atap dan wuwungan, jika dilihat dari depan tampak berbentuk segitiga
sama kaki dengan tambahan pet sebagai penahan panas atau hujan,
sedangkan dari samping tampak berbentuk trapezium. Bagian atap
(wuwungan) pada pertemuan sisi kaki segi tiga sama kaki dengan sisi
kaki trapezium disebut jurai. Jurai adalah genting yang dipasangkan atau
dipaku pada ander sebagai penghubng sisi kaki segi tiga dengan sisi kaki
trapezium yaitu untuk menahan air agar tidak masuk ke dalam rumah
e) Jendela bulat, biasanya terdapat di samping kiri atau kanan ruang depan,
ada yang ditutup dengan daun jndela, seringkali ditutup dengan jeruji.
Jendela bulat dikenal oleh Orang Betawi adalah sama sekali tidak
menggunakan daun jendela atau pun jeruji, yang disebut melompang
f)

Jendela intip, dua buah jendela yang terdapat di kiri kanan pintu masuk ke
ruang dalam, yaitu jendela berjeruji

kayu berukir dan tidak berdaun

jendela, fungsinya untuk mengintip tamu yang dating


g) Lantai rumah, baik lantai tanah maupun lantai rumah panggung biasanya
jauh lebih tinggi dari halaman rumah, maksudnya untuk nenghindari
masuknya air lebih tinggi dari halaman rumah, maksudnya untuk
nenghindari masuknya air ke dalam rumah, sedangkan rumah panggung
juga berfungsi untuk menghindari gangguan binatang atau gangguan
tamu di malam hari yang bermaksud kurang baik.

92 | P a g e

92 | P a g e

3) Rumah tipe Joglo, bagiannya adalah;


a) Ruang depan, merupakan ruang terbuka dengan kayu jati berukir sebagai
langkannya dan berfungsi sebagai tempat menerima tamu.
b) Ruang tamu khusus untuk wanita
c) Ruang tidur atau pangkeng
d) Pendaringan, berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan tempayan
berisi beras dan balai-balai kecil untuk meletakkan barang-barang
e) Tapang, ruang kecil dengan balai-balai yang berfungis serba guna, di
mana tersedia kendi dan peralatan minum lainnya
f)

Dapur, terdapat tungku tradisional dengan tiga lubang biasanya terbuat


dari tanah liat

g) Kamar mandi, biasanya dilengkapi dengan padasan, sumur beserta


senggot-nya. Halaman rumah Betawi pada umumnya ditanami berbagai
macam tumbuhan. Bila halamannya luas, jenis pohon yang ditanam
adalah: rambutan, nangka, kecapi, jengkol, jamblang, duku, salak, dan
tangkil. Di sekitar rumah ditanami perdu yang berfungsi sebagai apotek
hidup, antara Lain: jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temu lawak, dan
beluntas.
j.

Kuliner
1) Ketoprak
2) Bir pletok
3) Soto Mie
4) Rujak bebek
5) Toge goreng
6) Dodol Betawi
7) Kerak Telor
8) Ketupat Bebanci
9) Kue Akar Kelapa
10) Pucung Gabus
11) Nasi Ulam
12) Nasi Uduk

k. Permainan Anak Betawi

93 | P a g e

93 | P a g e

1) Gudu Kusir, dimainkan sedikitnya dua orang (gugu = gundu)


2) Gudu Lobang
3) Gasing
4) Bola Gebok
RANGKUMAN
1) Suku Betawi adalah suku yang multi etnis, karena pengaruh bangsa-bangsa yang
membentuk suku Betawi itu.
2) Hal itu juga tercermin dalam kebudayaannya, yang menyerap unsur-unsur
kebudayaan dari berbagai bangsa tersebut.
3) Karena demikian banyak pengaruh asing, maka sistem budayanya yang asli sulit
diketahui.
4) Mereka terlalu percaya diri, sehingga unsur kebudayaan luar yang positif sering
tidak mereka serap.
5) Mereka tidak mempunyai kemampuan berpikir yang baik, inteligensinya yang cukup
rendah dan minimnya pengetahuan ilmiah membuat mereka kalah dalam
persaingan. Dalam hal ekonomi mereka hanya bersaing dalam hal yang amat
rendah. Misalnya bersaing dalam hal mendapatkan penghasilan dari menjaga lahan
parkir, dan ini seri menjaikan mereka bentrok dengan kelompok Betawi yang lain.
6) Dari sistem sosialnya terlihat mereka suka menyatu ke dalam kelompok mereka
sendiri, tidak suka berbaur dengan suku bangsa yang lain. Dalam hal pendidikan,
pengaruh agama Islam kuat, sehingga pendidikan terutama hanya di pesantren atau
madrasah. Pendidikan formal tidak diminatinya.
7) Persebaran orang Betawi hanya sekitar Daerah Istimewa Jakarta saja. Mereka tidak
mencari penghasilan jauh dari tempat asalnya, antaa lain karena pendidikan formal
mereka yang rendah sehingga tidak dapat bersaing dengan etnis lain.
8) Bahasa mereka amat komunikatif, sehingga membuka peluang untuk menjadi
bahasa gaul antar etnis.
LATIHAN
9) Sumbangan terbesar masyarakat Betawi bagi bangsa Indonesia adalah penutup
kepalanya yang berupa peci hitam, yang menjadi ciri khas dari Bangsa Indonesia.
1) Ceritakan bagaimana terbentuknya suku bangsa Betawi
2) Unsur

kebudayaan

asing

mana

sajakah

yang

terlihat

pada

upacara

perkawinannya?
3) Mengapa pendidikan formal tidak diminati oleh suku bangsa Betawi?
4) Sebutkan beberapa tokoh Betawi yang terlibat dalam perjuangan nasional, baik
perjuangan politik atau bidang lainnya!
5) Apa yang Anda ketahui tentang bir pletok?

94 | P a g e

94 | P a g e

BAB
KEBUDAYAAN MINANGKABAU

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa dapat menunjukkan ciri-ciri khas Masyarakat Minang yang matrlinial,
bagaimaan pengaruh agama Islam, dan bagaimana kedudukan wanita.

95 | P a g e

95 | P a g e

A. Pendahuluan
Ada beberapa pendapat mengenai asal kata Minangkabau diantaranya:
1. Purbacaraka (dalam buku Riwayat Indonesia I) Minangkabau berasal dari kata
Minanga Kabawa atau Minanga Tamwan, yang maksudnya adalah daerah-daerah di
sekitar pertemuan dua sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan.
2. Van der Tuuk mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Phinang Khabu yang
artinya tanah asal.
3. Sutan Mahmud Zain mengatakan kata Minangkabau berasal dari Binanga Kamvar
maksudnya muara Batang Kampar.
4. M.Hussein Naimar mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Menon Khabu
yang artinya tanah pangkal, tanah yang mulya.
5. Slamet Mulyana mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Minang Kabau.
Artinya, daerah-daerah yang berada di sekitar pinggiran sungai-sungai yang
ditumbuhi batang kabau (jengkol).
Dari berbagai pendapat itu dapat disimpulkan bahwa Minangkabau itu adalah suatu
wilayah yang berada di sekitar muara sungai yang didiami oleh penduduk sehingga
penduduk setempat disebut orang Minangkabau.
Wilayah

budaya

Minangkabau

adalah

wilayah

tempat

hidup,

tumbuh,

dan

berkembangnya kebudayaan Minangkabau. Wilayah kebudayaan ini cukup luas dan bahkan
melebihi luas administratif Provinsi Sumatera Barat sekarang. Batas wilayah Minangkabau
menurut tambo:
Sebelah Utara

: Sikilang Aia Bangih

Sebelah Timur

: Durian ditakuak rajo, Buayo Putiah Daguak, Sialang Balantak


Basi

Sebelah Selatan

: Taratak Aia Itam, Muko-muko

Sebelah Barat

: Ombak nan Badabua

Dalam pengertian geografis, wilayah Minangkabau terbagi atas wilayah inti yang
disebut darek dan wilayah perkembangannya yang disebut rantau dan pesisir.
1. Darek

96 | P a g e

96 | P a g e

Daerah dataran tinggi di antara pegunungan Bukit Barisan; di sekitar: gunung


Singgalan, gunung Tandikek, gunung Merapi dan gunung Sago. Daerah darek ini
dibagi dalam tiga luhak;
a) Luhak Tanah Datar sebagai luhak nan tuo, buminyo nyaman, aienyo janiah
ikannyo banyak (daerah yang tua, bumi yang nyaman, airnya jernih, ikannya
banyak)
b) Luhak Agam sebagai luhak nan tangah, buminyo angek, aienyo karuah, ikannyo
lia (daerah yang di tengah, buminya panas, airnya keruh, ikannya liar)
c) dan Luhak Limo Puluah Koto sebagai luhak nan bungsu, buminyo sajuak,
aienyo janiah, ikannyo jinak (daerah yang bungsu, buminya sejuk, airnya jernih,
ikannnya jinak).
2. Rantau
Setelah wilayah darek menjadi cukup padat untuk ditempati, masyarakat Minang
kemudian keluar menyebarkan kebudayaan ke daerah sekitarnya. Mereka
kemudian menetap dan mengembangkan kebudayaan Minangkabau. Wilayah
rantau meliputi daerah pantai timur Sumatera. Ke utara luhak Agam; Pasaman,
Lubuk Sikaping dan Rao. Ke selatan dan tenggara luhak Tanah Data; Solok Silayo,
Muaro Paneh, Alahan Panjang, Muaro Labuah, Alam Surambi Sungai Pagu, Sawah
lunto Sijunjung, sampai perbatasan Riau dan Jambi, daerah ini disebut sebagai ikue
rantau.
Kemudian rantau sepanjang iliran sungai sungai besar; Rokan, Siak, Tapung,
Kampar, Kuantan/Indragiri dan Batang Hari. Daerah ini disebut Minangkabau Timur
yang terdiri dari:
a) Rantau 12 koto
b) Rantau Nan Kurang Aso Duopuluah (rantau Kuantan)
c) Rantau Bandaro nan 44 (sekitar Sungai Tapuang dengan Batang Kampar)
d) Rantau Juduhan (rantau Y.D.Rajo Bungsu anak Rajo Pagaruyung; Koto Ubi,
Koto Ilalang, Batu Tabaka)
e) Negeri Sembilan
3. Pesisir: Daerah sepanjang pantai barat Sumatera
Dari utara ke selatan; Meulaboh, Tapak Tuan, Singkil, Sibolga, Sikilang, Aie Bangih,
Tiku, Pariaman, Padang, Bandar Sapuluah, terdiri dari; Air Haji, Balai Salasa,

97 | P a g e

97 | P a g e

Sungai Tunu, Punggasan, Lakitan, Kambang, Ampiang Parak, Surantiah, Batang


kapeh, Painan (Bungo Pasang), seterusnya Bayang nan Tujuah, Indrapura, Kerinci,
Muko-muko, Bengkulu.
B. Sistem Budaya
Di Minangkabau ada tiga jenis pemimpin, yaitu niniak mamak (penghulu), alim ulama,
dan cadiak pandai. Ketiganya dikenal sebagai tungku tigo sajarangan atau tali nan tigo
sapilin/tali tiga satu pilinan.
1. Tiga jenis pemimpin/tali tiga pilihan:
a. Niniak Mamak (Panghulu) adalah pemimpin dalam urusan adat, orang yang
dituakan dalam kaum. Meliputi penghulu adat dan pembantu-pembantu
utamanya. Sehari-hari ia dipanggil datuak.
b. Alim Ulama adalah pemimpin dalam urusan agama, orang yang memiliki ilmu
agama yang luas dan iman yang dalam. Disebut juga suluah bendang dalam
nagari, maksudnya berfungsi sebagai penerang kehidupan. Sehari-hari ia
dipanggil angku, ustadz, buya, syekh, tuangku, dll.
c. Cadiak Pandai

adalah pemimpin disebabkan ia memiliki pengetahuan dan

wawasan yang luas, serta arif dan bijaksana.


2. Adat di Minangkabau, ada empat tingkatan:
a. Adat Nan Sabana Adat; Adat nan sabana adat adalah kenyataan yang berlaku
tetap di alam, ia

menempati kedudukan tertinggi dari empat jenis adat di

Minangkabau, dan berfungsi sebagai landasan utama dari norma, hukum, dan
aturan-aturan masyarakat Minangkabau. Semua hukum adat, ketentuan adat,
norma kemasyarakatan, dan peraturan-peraturan yang berlaku di Minangkabau
bersumber dari adat nan sabana adat.
b. Adat Nan Diadatkan; Adat Nan Diadatkan adalah adat buatan yang direncanakan
c. Adat Nan Taradat; Adat Nan Taradat adalah ketentuan adat yang disusun di
nagari/daerah (adat selingkungan nagari).
d. Adat Istiadat; Adat istiadat merupakan aturan adat yang dibuat dengan mufakat
niniak mamak dalam suatu nagari sesuai dengan alua jo patuik, patuik jo
mungkin (alur kepatutan, patut dengan mungkin).
3. Perkawinan
a. Bentuk perkawinan;

98 | P a g e

98 | P a g e

1) Perkawinan dalam suku/nagari; Ini adalah bentuk perkawinan yang lebih


dianjurkan. Namun yang ideal lagi

adalah perkawinan antar keluarga

terdekat, seperti: menikahi anak mamak (pulang ka mamak) atau menikahi


kamanakan bapak (pulang ka bako).

2) Perkawinan luar suku; Ini berarti menikah dengan orang non-Minangkabau.


Perkawinan dengan perempuan dari luar suku Minangkabau tidak disukai
karena bisa merusak struktur adat. Si anak tidak akan mempunyai suku.
Sebaliknya, perkawinan

dengan laki-laki luar suku Minangkabau tidak

dipermasalahkan, karena

tidak merusak struktur adat dan anak tetap

mempunyai suku/marga dari ibunya.

3) Perkawinan terlarang (perkawinan pantang)


a) Perkawinan yang dilarang sesuai syariat Islam, seperti menikahi ibu
ayah, saudara, anak saudara seibu dan sebapak (incest).
b) Perkawinan yang merusak sistem adat, yakni menikahi orang yang setali
darah menurut garis ibu, orang sekaum, atau orang sesuku/semarga.
c) Perkawinan untuk memelihara kerukunan sosial, seperti menikahi orang
yang diceraikan kerabat, memadu perempuan yang sekerabat, menikahi
anak

tiri

saudara

kandung,

atau

menikahi

orang

yang

dalam

pertunangan.
Orang yang tetap melakukan perkawinan terlarang ini akan diberi sanksi,
misalnya membubarkan perkawinan itu, diusir dari kampung, atau hukum
denda dengan meminta maaf pada semua pihak pada suatu perjamuan
dengan memotong seekor atau dua ekor hewan ternak.
b. Tahapan-tahapan upacara perkawinan:
1) Pinang Maminang: Acara ini diprakarsai pihak perempuan
2) Batimbang Tando: adalah upacara pertunangan
3) Malam Bainai:adalah memerahkan kuku pengantin dengan daun pacar/inai
yang telah dilumatkan
4) Pernikahan: Acara pernikahan diadakan di rumah anak daro/mempelai
wanita atau di masjid

99 | P a g e

99 | P a g e

5) Basandiang dan Perjamuan; Basandiang adalah duduknya kedua pengantin


di pelaminan untuk disaksikan tamu-tamu
6) Manjalang: merupakan acara berkunjung. Acara ini dilaksanakan di rumah
marapulai (pengantin laki-laki). Para kerabat menanti anak daro/mempelai
wanita yang datang manjalang.
4. Upacara Upacara Adat
a. Batagak Panghulu: Upacara pengangkatan panghulu
b. Batagak Rumah: Upacara mendirikan rumah gadang
c. Upacara Turun Mandi: Upacara turun mandi dimaksudkan untuk menghormati
keturunan yang baru lahir
d. Upacara Kekah: Upacara kekah (akikah) merupakan syariat agama Islam
e. Upacara Sunat Rasul:juga merupakan syariat Islam, tanda pendewasaan bagi
seorang anak
f.

Upacara Tamaik Kaji: diadakan bila seorang tamat membaca Al-Quran

g. Upacara Kematian

C. Sistem Sosial
Adat dan budaya Minangkabau bercorakkan keibuan (matrilineal), dimana pihak
perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka (harta pusaka tinggi) dan kekerabatan.
Sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang datuk, Datuk
Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Kedua datuk ini memiliki hubungan
darah seibu, namun beda bapak.
Datuk Katumanggungan merupakan anak dari Maharaja Diraja dan Indo Jati atau yang
dikenal juga dengan Puti Indo Jalito atau Puti Calita. Karena berasal dari keturunan raja,
datuk Ketumanggungan kemudian menggagas lareh (keselarasan) Koto Piliang yang
bersifat aristokratis. Setelah meninggalnya Maharaja Diraja, Puti Indo Jalito menikah dengan
Cati Bilang Pandai, dan kemudian mempunyai anak bernama Perpatih Nan Sabatang.
Berbeda dengan Koto Piliang, keselarasan yang digagas oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang
bersifat demokratis.
Lareh (laras) adalah adalah dasar pemerintahan menurut adat Minangkabau. Kelarasan
adalah sistem pemerintahan menurut adat Minangkabau.

100 | P a g e

100 | P a g e

Maharaja Diraja

Cati Bilang
Pandai

Puti Indo Jalito

Dt Katumanggungan

Dt Parpatiah Nan
Sabatang

Koto Piliang

Bodi Chaniago

Perbedaan antara kedua keselarasan tersebut tampak pada tabel di bawah ini:
Koto Piliang

Bodi Caniago

Dikembangkan dan dipimpin oleh Datuak

Dikembangkan dan dipimpin oleh Datuak

Katumangguangan

Parpatiah Nan Sabatang

Berpusat pada pimpinan

Berdaulat pada rakyat

Semboyannya titiak dari ateh (menetes dari

Semboyannya mambasuik dari bumi

atas)

(terpancar dari dalam bumi)

Bersifat otokratis

Bersifat demokratis

Pengambilan keputusan berpedoman pada

Pengambilan keputusan mengutamakan

kebijaksanaan dari atas. Segala bentuk

kata mufakat. Keputusan diambil

keputusan datangnya dari atas. Masyarakat

berdasarkan kesepakatan bersama, bukan

tinggal menerima apa yang telah ditetapkan. hanya berasal dari pimpinan saja, akan
tetapi masyarakatnya ikut dilibatkan.
Penggantian gelar pusaka secara mati

Penggantian gelar pusaka secara hiduik

batungkek budi (mati bertongkat budi),

bakarelaan (hidup dengan ber-keikhlasan),

artinya penghulu baru bisa diganti jika

artinya penghulu bisa diganti jika sudah

sudah meninggal

tidak mampu lagi melaksanakan tugasnya

Pewarisan gelar disebut patah tumbuah

Pewarisan gelar disebut gadang bagilia,

101 | P a g e

101 | P a g e

hilang baganti (patah tumbuh hilang

artinya gelar penghulu boleh digilirkan pada

berganti), artinya gelar penghulu harus tetap kaum mereka walau bukan saparuik,
di pihak mereka yang saparuik (serahim).

asalkan melalui musyawarah adat

Rumah gadang mempunyai anjung pada

Rumah gadang lantainya rata saja dari

lantai kiri dan kanan

ujung sampai pangkal

Menurut tambo, daerah kebesarannya:

Menurut tambo, daerah kebesarannya:

1. Langgam Nan Tujuah

1. Tanjuang Nan Ampek

2. Basa Ampek Balai

2. Lubuak Nan Tigo

Susunan kebesaran ini dinamakan Lareh

Susunan kebesaran ini dinamakan Lareh

Nan Panjang.

Nan Bunta.

Penghulunya bertingkat-tingkat, disebut

Kekuasaan penghulu sama di nagari,

pucuak bulek, urek tunggang (pucuk bulat,

disebut pucuak tagerai (pucuk tergerai).

urat terhujam), Tingkatannya adalah


panghulu pucuak, panghulu kaampek suku,
dan panghulu andiko.

Secara garis besar faktor-faktor yang mengikat kaum ini adalah sebagai berikut:
1. Seketerunan; Orang yang sekaum merupakan orang yang satu keturunan
2. Sehina Semalu; Anggota yang berbuat melanggar adat akan mencemarkan nama
seluruh anggota kaum.
3. Sepandam Sepekuburan; sepandam sepekuburan dengan pengertian satu kaum
dikuburkan pada lahan milik kaum tersebut.
4. Orang Yang Sekaum Seberat Seringan; Kaba baiak baimbauan, kaba buruak
bahambauan (kabar baik dihimbaukan, kabar buruk berhamburan). Artinya bila ada
sesuatu yang baik untuk dilaksanakan seperti perkawinan, berdoa dan lain-lain maka
kepada sanak saudara hendaklah diberitahukan agar mereka datang untuk
menghadiri acara yang akan dilaksanakan, tetapi sebaliknya semua sanak famili
akan berdatangan, jika mendengar kabar buruk dari salah seorang anggota
keluarganya tanpa dihimbau. Sebagai contohnya seperti ada kematian atau mala
petaka.

102 | P a g e

102 | P a g e

5. Orang Yang Sekaum Seharta Sepusaka; Harta pusaka (harta pusaka tinggi)
merupakan milik bersama. Ada dua jenis harta pusaka yaitu harta pusaka tinggi, dan
harta pusaka rendah.
a. Harta pusaka tinggi adalah harta yang diwarisi secara turun temurun dari
beberapa generasi menurut garis keturunan ibu. Harta ini dapat berupa tanah,
rumah gadang, sawah, ladang, kebun, tabek (kolam), dan pandam pakuburan.
Harta pusaka tinggi adalah harta orang banyak (harta kaum) yang turun
temurun setelah lebih dari 5 generasi. Dalam hal ini, kaum ibu hanya
mempunyai hal milik, namun hak kuasa ada pada mamak (saudara laki-laki
ibu).
Harta pusaka tinggi tidak dapat dijual atau digadaikan begitu saja. Harus ada
sebab yang kuat dan ada kata sepakat di dalam kaum/suku tersebut. Ada empat
ketentuan adat yang memperbolehkan penggadaian harta pusaka:
1) Rumah Gadang Katirisan (Rumah gadang ketirisan, atau untuk perbaikan
rumah gadang)
2) Gadih gadang alun balaki (gadis gadang yang belum bersuami, atau untuk
menyelenggarakan upacara perkawinan)
3) Mayik tabujua diateh rumah (mayat terbujur di atas rumah, atau untuk
menyelenggarakan upacara pemakaman jenazah)
4) Mambangkik batang tarandam (membangkitkan batang terendam, atau untuk
malewakan gala/upacara pengangkatan penghulu)
b. Sedangkan harta pusaka rendah adalah harta pencaharian suami-istri

selama perkawinan. Harta ini diwariskan menurut hukum Waris Islam.


Garis kekerabatan yang berkaitan dengan kaum ini adalah jurai. Sebuah kaum
merupakan kumpulan dari jurai dan tiap jurai tidak sama jumlah anggotanya.
Setiap jurai membuat rumah gadang pula, tetapi rumah gadang asal tetap
dipelihara bersama sebagai rumah pusaka kaum. Pimpinan tiap jurai ini disebut
tungganai atau mamak rumah sebuah anggota jurai, yang berasal dari satu
kaum. Pecahan dari jurai disebut samande (seibu) yaitu ibu dengan anakanaknya.
D. Kebudayaan Fisik

103 | P a g e

103 | P a g e

1. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yang meliputi:

a. Bahasa Minangkabau: Bahasa Minangkabau memiliki beberapa dialek seperti


dialek

Bukittinggi,

dialek

Pariaman,

dialek

Pesisir

Selatan

dan

dialek

Payakumbuh.

b. Bahasa Batak: Dialek yang digunakan berupa dialek Mandailing, yang biasanya
digunakan suku Batak Mandailing di daerah Pasaman, yaitu daerah di sekitar
perbatasan Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

c. Bahasa Mentawai: Bahasa Mentawai yang digunakan oleh penduduk yang


bertempat tinggal di daerah Mentawai yang berupa kepulauan dan terletak
beberapa puluh kilometer lepas pantai Sumatera Barat.
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang adalah sebuah bahasa Austronesia yang
digunakan oleh kaum Minangkabau di Sumatera Barat, di barat Riau, Negeri
Sembilan (Malaysia), dan juga oleh penduduk yang telah merantau ke daerahdaerah lain di Indonesia.
2. Sistem Organisasi Sosial
Kelompok kekerabatan masyarakat yaitu paruik, kampuang, dan suku. Suku dipimpin
oleh seorang penghulu suku, sedangkan kampuang oleh penghulu andiko atau
datuak kampuang. Di samping memiliki seorang penghulu suku, sebuah suku juga
mempunyai seorang dubalang atau manti. Dubalang bertugas menjaga keamanan
sebuah suku, sedangkan manti berhubungan dengan tugas-tugas keamanan.
Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah
otonom dengan kekuasaan tertinggi. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang
terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini
disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN).
Nagari adalah suatu tempat atau wilayah yang mengandung satu kesatuan wilayah,
satu kesatuan masyarakat, dan satu kesatuan adat. Nagari sebagai kesatuan adat
memiliki kebebasan untuk mengurus nagarinya sendiri sesuai adat yang berlaku.
Dalam pituah adat disebut kusuik bulu paruah manyalasaikan, kusuik paruah bulu
manyalasaikan (kusut bulu paruh menyelesaikan, kusut paruh bulu menyelesaikan).
Pemerintahan di sebuah nagari diatur menurut tingkatan berikut:

104 | P a g e

104 | P a g e

a. Suku, dipimpin oleh mamak/penghulu suku


b. Buah Paruik (kumpulan orang sekaum), dipimpin oleh mamak/penghulu kaum
c. Rumah Gadang, dipimpin oleh tungganai
d. Kampuang (kumpulan rumah gadang yang berdekatan), dipimpin oleh tuo
kampuang/kepala kampong.
Di dalam nagari biasanya terdapat sebuah masjid, sebuah balai adat, dan pasar.
Mesjid merupakan tempat untuk beribadah, balai adat merupakan tempat sidangsidang adat diadakan. Sedangkan pasar dan kantor kepala nagari terletak pada
pusat desa atau pada pertengahan sebuah jalan memanjang dengan rumah-rumah
kediaman di sebelah kiri dan kanannya. Nagari terdiri dari dua bagian utama, yaitu
daerah nagari dan taratak. Nagari ialah daerah kediaman utama yang dianggap
pusat sebuah desa. Halnya berbeda dengan taratak yang dianggap sebagai daerah
hutan dan ladang.
3. Sistem Pengetahuan
Alam takambang jadi guru merupakan filosofi yang dianut oleh orang Minangkabau.
Alam takambang/Alam terkembang selain sebagai tempat hidup, mereka menjadikan
alam sebagai tempat belajar (guru). Hukum alam menjadi sumber inspirasi yang
dijadikan pedoman untuk merumuskan nilai-nilai dasar bagi norma-norma yang akan
menuntun mereka dalam berfikir dan berbuat. Nilai dasar utama yang menjadi
pegangan mereka adalah bahwa manusia itu harus belajar dari pengalaman. Dari
pengalaman mereka bergaul dengan alam, mereka melihat keteraturan dan
perubahan.
Anak-anak lelaki usia 7 tahun biasanya akan meninggalkan rumah mereka untuk
tinggal di surau di mana merka diajarkan ilmu agama dan adat Minangkabau. Di usia
remaja, mereka digalakkan untuk meninggalkan perkampungan mereka untuk
menimba ilmu di sekolah atau menimba pengalaman di luar kampung dengan
harapan mereka akan pulang sebagai seorang dewasa yang lebih matang dan
bertanggungjawab kepada keluarga dan nagari (kampung halaman).
Selain dikenali sebagai seorang pedagang, masyarakat Minangkabau juga berhasil
melahirkan beberapa penyair, penulis, negarawan, ahli fikir dan para ulama.
4. Sistem Teknologi
a. Arsitektur Rumah Gadang

105 | P a g e

105 | P a g e

Merunut cerita yang dipertahankan, nenek moyang orang Minangkabau datang


ke daratan sebagai pelaut yang handal. Termasukdalam teknik pembuatan kapal.
Sehingga rancangan rumah gadang ini dibuat berbentuk kapal.
b. Songket Minang
Kain songket terdiri dari tiga jenis, yaitu benang satu, dua, dan empat.Motif kain
disebut juga cukie.Tenun songket Pandai Sikek seluruhnya dikerjakan dengan
tangan.
c. Bordir,dan Sulaman
5. Sistem Ekonomi
Sebagian besar masyarakat hidup dari
a. Bercocok tanam
b. Menangkap ikan
c. Berdagang
Membuat kerajinan tangan: kerajinan perak bakar dari Koto Gadang, dan kain
songket dari Silukang.
6. Sistem Religi
Islam merupakan agama yang dianut mayoritas masyarakat Minangkabau.
Adat dan agama berjalan beriringan, namun jika terdapat perbedaan atau
pertentangan, maka adat akan mengalah.
Berikut tiga tahap penyesuaian yang terjadi antara agama dan adat:
a. Adat dan syara berjalan sendiri-sendiri tanpa saling mempengaruhi
b. Adat dan syara sama-sama saling membutuhkan tanpa menggeser kedudukan
masing-masing
c. Adat hanya boleh diikuti dan diberlakukan bila bersesuaian dengan ajaran
agama Islam.
Dalam sejarah, timbulnya Perang Paderi yang disebabkan pertentangan Kaum Adat
dan Kaum Agama (Islam), timbul karena politik adu domba Belanda. Namun kaum
adat dan kaum agama segera mencari penyelesaian. Awal abad XIX dilaksanakan
pertemuan Pangulu Tigo Luhak beserta ulamanya. Pertemuan ini melahirkan
Piagam Bukik Marapalam yang menegaskan bahwa antara adat dan Islam tidak
bertentangan.

106 | P a g e

106 | P a g e

Adat bapaneh, syarak balinduang maksudnya adat bagaikan tubuh, agama sebagai
jiwa. Antara tubuh dan jiwa tidak bisa dipisahkan. Syarak mangato, adat mamakai
maksudnya syarak memberikan hukum dan syariat, adat mengamalkan apa yang
difatwakan agama. Simpulan piagam ini lazim disebut adat jo syarak sandamanyanda, kemudian lebih dikenal lagi dengan adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah.
7. Kesenian
a. Silat
Silat adalah seni beladiri tradisional Minangkabau. Ada dua macam:
1) Pencak silat, yaitu silat yang biasa digunakan untuk tari-tarian pertunjukan.
Gayanya seperti gerakan silat, tapi tidak untuk menciderai lawan, tetapi
hanya sebagai hiburan.
2) Silat (silek), yaitu yang bertujuan untuk bela diri. Pesilat disebut pandeka. Ia
punya aturan sendiri, yaitu musuah indak dicari, jikok basuo pantang
diilakkan
b. Randai: adalah teater arena. Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup
di tengah masyarakat. Fungsinya sebagai seni pertunjukan untuk hiburan;
sebagai penyampai pesan, nasihat, dan pendidikan.
c. Sepak Rago: merupakan sebuah olahraga tradisional. Permainannya mirip sepak
takraw. Bedanya, bola sepak rago terbuat dari daun kelapa muda yang dianyam
dan berbentuk kubus. Jumlah pemain antara 5 10 orang.
d. Tarian Rakyat; Ada tiga macam tarian rakyat, yaitu:
1) Tarian pencak, yaitu tarian yang gerakannya menyerupai pencak. Contoh:
Tari Sewah, Tari Alo Ambek, Tari Galombang.
2) Tarian perintang, yaitu tarian yang dimainkan pemuda-pemudi untuk
kegembiraan dan perintang waktu.
3) Tarian kaba, yaitu tarian yang mengangkat tema cerita (kaba). Contoh: Tari
Si Kambang, Tari Ilau, Tari Tupai Janjang Tari Barabah Mandi.
e. Gamat
Gamat adalah kesenian Melayu yang melibatkan seni tari, seni suara, dan seni
musik. Gamat biasanya dimainkan dalam acara keramaian. Contoh: Tari Payung,
Tari Selendang, dan Tari Saputangan.

107 | P a g e

107 | P a g e

f.

Tabuik; Tabuik berkembang di daerah pesisir, khususnya Pariaman. Tabuik


diselenggarakan tiap tahun. Permainan ini merupakan upacara peringatan
terbunuhnya Husein, cucu Rasulullah SAW. Acara dimulai pada 1 Muharram
dengan mengambil tanah ke dasar sungai, melambangkan mengambil jasad
Husein. Hari berikutnya tabuik mulai dibuat. Tabuik berbentuk keranda untuk
mengusung mayat. Pada hari ke lima, tengah malam, orang mengambil pohun
pisang dengan memancungnya dengan parang sekali putus. Ini melambangkan
pembalasan putra Husein. Hari ke tujuh dimulai dengan mengarak jari-jari,
semacam maket sebuah kubah. Ini mengisahkan pengikut Husein yang mencari
jari-jari dan serpihan tubuh Husein yang dicincang musuh. Hari ke sembilan,
mereka mengarak sorban Husein yang ditemukan. Acara puncak arak-arakan
tabuik berlangsung pada hari ke sepuluh.

g. Karawitan; Minangkabau memiliki alat musik khas. Alat musik ini biasanya
digunakan untuk mengiringi tari-tarian.
1) Alat musik tiup: saluang, bansi, pupuik batang padi, sarunai, pupuik tanduak
2) Alat music pukul : talempong, canang, tambur, rabano, indang, gandang,
adok
3) Alat music gesek
h. Karya Sastra
Ciri umum karya sastra Minangkabau:

1) Menggunakan bahasa Minangkabau


2) Berlatarbelakang budaya Minangkabau
3) Berbicara tentang manusia dan kemanusiaan Minangkabau
4) Berbicara tentang hidup dan kehidupan masyarakat Minangkabau
5) Diwarnai oleh kesenian Minangkabau.
Karya sastra Minangkabau dibedakan atas dua jenis, yaitu puisi dan prosa.
Contoh puisi:

pasambahan adat, pantun, talibun, seloka, gurindam. Contoh

prosa: Sabai Nan Aluih, Rancak di Labuak.

RANGKUMAN
1) Kebudayaan ini memiliki ciri khas tersendiri dengan menarik garis keturunan
berdasarkan garis keturunan ibu (matriakat/matrilineal).
2) Budaya yang unik, bersumber pada gejala-gejala alam dengan filosofis Alam
Takambang Jadi Guru.
108 | P a g e
3) Masyarakat Minangkabau terkenal dengan budaya merantau
4) Orang Minangkabau adalah penganut agama Islam yang baik. Pentingnya agama
tergambar dalam kata-kata Adat Basandi Syarak. Syarak Basandi Kitabullah.
108 | P a g e

LATIHAN
A. Pilihan Ganda
1. Upacara memperingati wafatnya Hasan dan Husein di bulan Muharram juga
terdapat di Minangkabau. Upacara tersebut adalah
a. Tabuik
b. Randai
c. Malewakan gala
d. Batagak rumah
2. Upacara memperingati wafatnya Hasan dan Husein di bulan Muharram juga
terdapat di Minangkabau. Upacara tersebut adalah
e. Tabuik
f. Randai
g. Malewakan gala
h. Batagak rumah

109 | P a g e

109 | P a g e

2. Di utara, wilayah Minangkabau berbatasan dengan...


a. Durian ditakuak rajo, buayo putiah daguak, sialang balantak basi
b. Sikilang aia bangih
c. Ombak nan badabua
d. Taratak aia itam, Muko-muko
3. Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan..

a. Patrilineal
b. Matrilineal
c. Uxorilokal
d. virilokal
4. Laras Koto Piliang yang digagas Datuk Ketumanggungan mempunyai
karakteristik, kecuali:

a. Sifat otokratis
b. Sifat demokratis
c. Kebijakan dari atas
d. Berpusat pada pimpinan
5. Perkawinan yang terlarang dalam budaya Minangkabau adalah:

a. Menikahi anak mamak/paman


b. Menikahi orang yang berbeda suku/marga
c. Menikahi kamanakan bapak
d. Menikahi orang yang diceraikan kerabat
6. Harta pusaka tinggi pada prinsipnya tidak dapat dijual/digadaikan dalam
keadaan mendesak/tidak ada harta lain, kecuali untuk..

a. Modal usaha
b. Perbaikan rumah gadang
c. Menunaikan ibadah haji
d. Biaya pendidikan anak
7. Titiak dari ateh merupakan sebutan untuk keselarasan..
a. Koto Piliang
b. Bodi Chaniago
c. Tanjung
d. Mandailing
8. Alat musik berikut merupakan alat musik tiup di Minangkabau, kecuali..
a. Saluang
b. Silek
c. Gamat
d. Tabuik
110 | P a g e

110 | P a g e

9. Musuah indak dicari, jikok basuo pantang diilakkan merupakan aturan yang di
kenal di...

a. Randai
b. Silek
c. Gamat
d. Tabuik
10. Dalam sastra Minang, dikenal adanya pameo (kalimat yang dilihat artinya
nampak berlawanan bahkan tidak mungkin terjadi). Yang termasuk pameo
adalah...

a. Anak dipangku, kemenakan dibimbing


b. Berkata di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir
B. Essai

1. Hidup masyarakat di Minangkabau tidak lepas dari adat. Pentingnya adat


tergambar dalam kata-kata adat Hiduik dikanduang adat.

a. Sebutkan dan jelaskan 4 jenis adat yang ada di minangkabau!


b. Kalau terjadi pertentangan antara adat dan agama, apa yang akan
terjadi? Bagaimana proses penyesuaian yang terjadi antara agama dan
adat?

2. Uraikan timbulnya Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah


3. Di Minangkabau dikenal adanya unsur pimpinan yang disebut tigo tungku
sajarangan. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tigo tungku sajarangan!

4. Apa yang dimaksud dengan lareh? Sebutkan 2 jenis lareh dan perbedaan
diantara kedua lareh itu!

5. Apa itu nagari?

111 | P a g e

111 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Aryandini, Woro. Manusia Dalam Tinjauan ilmu Budaya Dasar.Jakarta: UI Press, 2000.
Edi Sedyawati. Merenungkan Multikulturalisme . 1999.Direktorat Jenderal Kebudayaan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
___________. Dinamika Perkembangan Kebudayaan Nasional.Sarasehan Budaya,
Jakarta, 5 Jui 2007
Koentjaraningrat. Manuasi Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1979
_____________. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1980.
Melalatoa, M. Junus. Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia. Jilid A-K . Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1995.
_____________. . Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia. Jilid L-Z. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1995.
Sayidiman. Pembebasan Budaya-budaya Kita. 1999
Soekmono, R. Pengantar Sejarah Kebudayayayn Indonesia. Jld I,II,III. Yogyakarta:
Yayasan Kanisuius, 1984
http://www.wikipedia.org/

112 | P a g e

112 | P a g e

BIODATA KETUA TIM PENULIS


Nama
Alamat korespondensi
Telp./Faks
HP
E-mail

: Woro Aryandini
: Kompleks Griya Depok Asri Blok G I No. 23 Depok 16411
: 0217708054;
: 085216759933
: woroaryandini@yahoo.com

Riwayat Pendidikan
Tahun
Lulus
S-1
S-2
S-3

Perguruan Tinggi

Bidang Spesialisasi

Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia

Fakultas Sastra
Program Studi Antropologi
Bidang Ilmu PengetahuanBudaya

Nama mata kuliah yang diasuh


No

1
2
3

Nama Mata Kuliah

Bahasa Indonesia
Budaya Nusantara
Logic

Riwayat Pekerjaan

a.

Pengajar
1985-1996

: Dosen Fakultas Sastra Universitas Indonesia

1985-sekarang

: Dosen pada beberapa Perguruan Tinggi


Swasta di Jakarta

1998

: Dosen tamu pada The Amsterdam-Maastrich


Summer University

b.

Peneliti: 1998-sekarang

c.

Konsultan : 2003-sekarang

Judul Karya Ilmiah / Buku:


a. Citra Bima Dalam Kebudayaan Jawa. UI Press, 2000)
b. Manusia Dalam Tinjauan Ilmu Budaya Dasar (UI Press, 2000)
c. Wayang Dan Lingkungan (UI Press, 2002)
d. Garuda As A Cultural Identity (UI Press, 2002)

113 | P a g e

113 | P a g e

Organisasi

: a. Koninklijk Institut voor Taal, Land en Volkenkunde


b. Ikatan Alumni Universitas Indonesia
c. Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia
d. Lingkaran Peminat Semiotik
e. Himpunan Tekstil Indonesia (Indonesian Textile Society)
f. Persaudaran Sastra Daerah Indonesia
g. International Council of Museums (ICOM)
h. Javanologi

Bidang Keahlian/
Bidang Minat Penelitian: Humaniora

,
Oktober 2011
Dr. Woro Aryandini, SS, MSi

114 | P a g e

114 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai