KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa, yang atas
berkah-Nya sehingga buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dapat diterbitkan.
Bahan Ajar yang dihasilkan ini akan digunakan sebagai salah satu acuan
pembelajaran bagi seluruh dosen mata kuliah Budaya Nusantara sebagai bentuk
standardisasi proses pendidikan dan pembelajaran dalam rangka menjaga mutu dan
meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Tugas utama kita, dosen-dosen Budaya Nusantara, adalah mencoba
membantu mendiskripsikan kebudayaan suku-suku bangsa dalam masyarakat yang
majemuk. Kuliah Budaya Nusantara pada hakekatnya mempelajari suatu masyarakat
yang multietnik secara komparatif, dan menganalisis dengan segala teori kualitatif
maupun kuantitatif yang berkaitan dengan kajian masyarakat yang multietnik itu,
akan sangat bermanfaat bagi para mahasiswa yang nantinya ditempatkan di seluruh
wilayah Indonesia.
Kebudayaan Suku-suku
Mellalatoa, terdiri atas 931 suku bangsa itu, sangat perlu dimengerti dan dipahami
oleh kita semua. Buku Bahan Ajar ini yang hanya memuat ikhtisar 19 suku bangsa
yang ada di Indonesia, diharapkan dapat merupakan langkah awal untuk memahami
suku-suku bangsa di Indonesia pada umumnya.
Kami memandang proyek penulisan buku Bahan Ajar ini sebagai salah satu
tugas yang diberikan oleh Direktur Sekolah
generasi pertama Dosen Budaya Nusantara di perguruan tinggi ini, dalam rangka
menstabilisasi pendidikan Budaya Nusantara. Salah satu tugas itu adalah penulisan
suatu buku Bahan Ajar yang dapat mengikhtisarkan menjadi satu bahan keterangan
tentang sebanyak mungkin masyarakat dan adatistiadat dari aneka warna suku
bangsa di Indonesia.
2|P a g e
2|P a g e
Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar Bahan ajar ini memenuhi persayaratan,
baik dari segi materi maupun penampilannya. Namun karena keterbatasan pengetahuan
kami, tentu Bahan Ajar ini masih kurang sempurna. Oleh karenanya kami mohon kritik dan
saran, untuk perbaikan pada cetakan beruikutnya.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktur STAN yang telah
memberi kepercayaan kepada kami untuk membuat buku Bahan Ajar ini, dan kepada semua
penulis yang dengan sumbangan bab yang ditulisnya memberi isi pada buku ini.
Tak lupa juga saya menyatakan penghargaan saya sebesar-besarnya kepada semua
yang telah membantu dalam semua tahap menuju ke arah penyelesaian dan penerbitan
buku ini, terutama Staf Program Studi Akuntasi STAN, yang telah membantu menyediakan
peta untuk masing-masing kebudayaan, serta
Catatan:
Buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dimaksudkan untuk pemberian
materi bahan perkuliahan tahap pertama setiap semester
Jakarta,
Agustus 2011
Woro Aryandini
1|P a g e
1|P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
BANGSA ................................................................................................................................... 4
A. Konsep Suku Bangsa .................................................................................................... 4
B. Pengertian Kemajemukan Bangsa ................................................................................ 8
C. Terbentuknya Bangsa Indonesia .................................................................................. 9
D. Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia ........................................................................ 10
KEBUDAYAAN ..................................................................................................................... 14
B. Wujud Kebudayaan .................................................................................................... 15
C. Kerangka Kebudayaan ............................................................................................... 15
D. Sistem Nilai Budaya ................................................................................................... 17
2|P a g e
2|P a g e
PENDAHULUAN
Kepulauan Indonesia yang juga disebut Nusantara merupakan suatu gugusan pulau
yang terpanjang dan terbesar di dunia. Ia terdiri atas ribuan pulau, yang diatasnya dihuni
oleh ratusan suku bangsa dengan adat istiadatnya masing-masing, yang berbeda-beda.
Adat istiadat atau kebudayaan suku bangsa itu dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain
letak geografis, iklim - termasuk curah hujan - ,
samping masih ada faktor lainya. Sebagai daerah kepulauan yang terletak di antara benua
Asia dan Australia, ia juga merupakan tempat persinggahan dan dilewati oleh lalu lalangnya
orang dari Benua Asia yang mengunjungi Benua Australia, dan sebaliknya. Faktor ini juga
mempengaruhi adat istiadat suatu suku bangsa, karena tentu ada jejak atau peninggalan
dari manusia yang melewati suatu daerah.
3|P a g e
3|P a g e
BAB
BANGSA
bangsa
adalah
suatu
golongan
manusia
yang
anggota-anggotanya
4|P a g e
4|P a g e
ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti
suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa.
Adapula suku bangsa yang ditentukan berdasarkan percampuran ras seperti sebutan
"orang peranakan" untuk campuran bangsa Melayu dengan Tionghoa, "orang Indo" sebutan
campuran bule dengan bangsa Melayu, "orang Mestis" untuk campuran Hispanik dengan
bumiputera, "orang Mulato" campuran ras Negro dengan ras Kaukasoid, Eurosia, dan
sebagainya. Adapula suku bangsa yang ditentukan menurut agamanya, seperti sebutan
Melayu di Malaysia untuk orang bumiputera yang Muslim, orang Serani bagi yang beragama
Nasrani (peranakan Portugis seperti orang Tugu), suku Muslim di Bosnia, orang Moro atau
Bangsa Moro di Filipina Selatan, dan sebagainya.
Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia. Suku Jawa
adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total
populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di Pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah
bermigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan ke luar negeri seperti ke
Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, Suku Melayu, dan Suku Madura adalah kelompok
terbesar berikutnya di negara ini. Banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan
Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang.
Pembagian kelompok suku di Indonesia pun tidak mutlak dan tidak jelas akibat
perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling pengaruh; sebagai contoh
sebagian pihak berpendapat orang Banten dan Cirebon adalah suku tersendiri dengan
dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka
hanyalah sub-etnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula Suku Baduy yang
sementara pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan Suku Sunda.
Contoh lain percampuran suku bangsa adalah Suku Betawi yang merupakan suku bangsa
hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun orang
Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.
Hal-hal yang menjadi unsur pembentuk
kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi.
5|P a g e
5|P a g e
Gambar 1.1
Unsur-Unsur Pembentuk Suku Bangsa
hubungan
darah
Kesamaan
mitologi
unsurunsur suku
bangsa
Kesamaan
religi
Kesamaan
bahasa
Kesamaan
adat
istiadat
1. Hubungan Darah
Hubungan darah atau kekerabatan merupakan unsur utama pembentuk suku
bangsa. Pada awalnya manusia berasal dari satu nenek moyang yang sama yaitu Adam
dan Hawa. Kemudian dari mereka terlahir anak cucu yang tinggal bertebaran di bumi.
Pada tiap-tiap wilayah yang mereka tinggali berkelompoklah masyarakat atau suku yang
memiliki identitas yang spesifik dibanding dengan kelompok yang lain. Secara fisik
adanya hubungan darah ini dapat dikenali dari kesamaan warna kulit, rambut, dan bentuk
fisik yang lain.
Dari kesamaan hubungan darah ini muncullah suku-suku yang sangat beragam.
Sebelum terbentuknya bangsa-bangsa
6|P a g e
6|P a g e
Pulau Jawa. Selain suku Jawa yang banyak mendiami Jawa Timur dan Jawa Tengah,
juga terdapat suku Sunda yang mendiami Jawa Barat, suku Betawi yang tinggal di
Jakarta dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat suku Madura yang tinggal di pulau
Madura yang masih bagian dari propinsi Jawa Timur. Dapat juga ditambahkan di sini
adanya suku Tengger yang mendiami Gunung Bromo di Jawa Timur.
Kalau kita perhatikan unsur pembentuk suku-suku di atas, terlihat dengan mudah
yang menjadi penentunya adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di tiap-tiap
suku bersangkutan. Suku Jawa menggunakan bahasa Jawa, suku Sunda menggunakan
bahasa Sunda, suku Betawi menggunakan bahasa Betawi, suku Madura menggunakan
bahasa Madura dan suku Tengger menggunakan bahasa Tengger
3. Kesamaan Adat Istiadat
Kesamaan adat kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari merupakan unsur
pembentuk suku bangsa yang sangat mudah dikenali. Dengan melihat adat istiadat
seseorang sering kali kita dapat menduga dari seseorang berasal. Dalam pengertian
sempit adat istiadat sering diknotasikan sebagai budaya masyarakat setempat,
meskipun pada dasarnya budaya sesungguhnya lebih luas pengertiannya dari sekedar
adat istiadat.
Cara berpakaian, rumah tinggal hingga dalam upacara perkawinan terlihat nyata
perbedaan adat yang dimiliki antar suku di Indonesia. Pakaian khas orang Jawa berbeda
dengan pakaian adat orang Dayak ataupun Papua. Rumah adat orang Minangkabau
tentu berbeda dengan rumah adat orang Bugis ataupun orang Maluku. Dalam upacara
perkawinan terlihat perbedaan yang nyata antara adat suku Aceh dengan suku Betawi
ataupun orang Nusa Tenggara.
4. Kesamaan Religi
Kesamaan agama yang dianut suatu kelompok masyarakat sering menjadi unsur
pembentuk suatu suku bangsa. Suku Aceh dan Madura identik dengan agama Islam
sedangkan suku Toraja identik dengan agama Kristen. Sementara itu Bali diidentikkan
dengan agama Hindu dan suku Tionghoa identik dengan agama Konghucu. Adanya
kesamaan religi umumnya menjadi unsur pembentuk suatu suku bangsa, meskipun tidak
seluruh anggota masyarakat suatu suku bangsa mempunyai keyakinan agama yang
homogen. Sebagai contoh meskipun Bali mayoritas beragama Hindu namun cukup
banyak juga masyarakat yang beragama Islam ataupun Kristen.
7|P a g e
7|P a g e
5. Kesamaan Mitologi
Mitologi adalah ilmu tentang mitos. Mitologi berkaitan dengan sastra yang
mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan makhluk halus di suatu
kebudayaan. Mitologi terkait dekat dengan legenda maupun cerita rakyat. Mitos pada
umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang,
bentuk topografi, kehidupan makhluk halus dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang
berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Salah satu mitos yang terdapat pada suku Batak adalah keyakinan bahwa asal mula
manusia di dunia ini adalah yang tinggal di tanah Batak tepatnya saat ini berada di pulau
Samosir. Ada juga mitos di sebagian suku Jawa utamanya di Yogyakarta tentang Nyi
Roro Kidul sebagai penguasa laut selatan. Mitos-mitos ini dapat menjadi unsur
pembentuk suatu ikatan kesukuan meskipun dalam banyak hal mitos ini bertentangan
dengan ilmu pengetahuan atau bertentangan dengan keyakinan agama (syirik)
B. Pengertian Kemajemukan Bangsa
Menurut Prof. Dr. H. Nur Syam, Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel,
kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang
menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di dalam
kehidupan masyarakat. Yang terjadi adalah adanya kesetaraan budaya, sehingga antara
satu entitas budaya dengan budaya lainnya tidaklah berada di dalam suasana
bertanding untuk memenangkan pertarungan.
Di dalam Kitab Suci Al Quran, disebutkan bahwa Allah telah menciptakan manusia
dalam berbagai penggolongan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Kitab-kitab suci
yang lain pun juga menginformasikan hal yang sama tentang multikulturalitas tersebut.
Secara empiris (kasat mata) tidak ada masyarakat yang bercorak monokultur. Secara
empiris masyarakat terdiri dari berbagai penggolongan sosial, budaya, politik, agama,
serta terdiri dari berbagai etnis dan suku.
Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan bangsa harus mampu
memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda tetapi satu jua, yang dalam
slogan bangsa Indonesia dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika. Kebhinnekaan bukan
malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga.
8|P a g e
8|P a g e
merupakan
istilah
yang
dipakai
oleh
orang
Indonesia
untuk
menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kata ini
tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga
ke-16), namun untuk menggambarkan konsep yang berbeda dengan penggunaan
sekarang. Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara
sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan Hindia-Belanda.
Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata Nusantara dipakai
sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Malaysia memakai istilah ini namun dalam
pengertian yang agak berbeda. Di Malaysia, istilah ini lazim digunakan untuk
menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua
Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup
Filipina.
Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang
telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan
lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan
bagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia walau beraneka
ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya
seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan
India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh
sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan
Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan
berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15
Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena
interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan
Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau
Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka
menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa
dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar
daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
9|P a g e
9|P a g e
Selanjutnya kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh
pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju
Tiongkok.
D. Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia
Secara singkat bangsa dapat didifinisikan sebagai kumpulan masyarakat yang
membentuk suatu negara karena dipersatukan oleh cita-cita yang sama. Dalam konteks
negara kita, bangsa Indonesia terbentuk dari kumpulan suku-suku bangsa yang sangat
beragam dari Sabang sampai Merauke yang berhimpun bersama dengan membentuk
negara Indonesia dengan tujuan mencapai kemakmuran dan kejayaan bangsa dan
negara.
Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini meliputi
rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang Burung Garuda, dan
Bendera Merah Putih.
1. Pancasila
Rumusan yang terinci dalam lima sila pada Pancasila merupakan ringkasan tata
nilai yang berlaku dan hidup pada bangsa Indonesia khususnya pada saat
Pancasila itu disepakati oleh para founding fathers negara Indonesia. Pada saat
ini nilai-nilai luhur yang terangkum pada Pancasila mulai memudar dan berganti
dengan nilai-nilai yang cenderung negatif milik bangsa lain karena adanya
ilfiltrasi budaya dan pemikiran pada bangsa Indonesia
2. Burung Garuda
Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh
ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian
disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai
lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat
tanggal 11 Februari 1950
3. Bendera Merah Putih
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sang Merah Putih.
Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan
10 | P a g e
10 | P a g e
ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah
dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna Kerajaan Majapahit.
Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah
putih sebagai lambang kebesaran.
Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih.
Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai
warna merah putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar
warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini
adalah
bendera
perang
Sisingamangaraja
XII.
Dua
pedang
kembar
kerajaan
Bone.
Bendera
Bone
itu
dikenal
dengan
nama
11 | P a g e
11 | P a g e
lainnya kita memiliki slogan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda
tetapi tetap satu.
Pada masa reformasi ini muncul slogan dari para pemimpin politik yang sering
disampaikan dalam pertemuan umum dan kampanyenya yang kita dengar
Bersama Kita Bisa. Mungkin tidak ada salahnya kalau saat ini kita gunakan
slogan ini untuk membangkitkan semangat meraih kemajuan dan kejayaan
bangsa dan negara dengan sedikit perubahan sehingga menjadi Indonesia Bisa.
RANGKUMAN
1) Kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang
anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya
berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai
oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh
kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. Hal-hal yang
menjadi unsur pembentuk suku bangsa meliputi hubungan darah, kesamaan
bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi.
2) Kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang
menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di
dalam kehidupan masyarakat. Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan
bangsa harus mampu memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda
tetapi satu jua. Kebhinnekaan bukan malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga.
3) Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk
menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad
ke-12 hingga ke-16). Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki
Hajar Dewantara sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan HindiaBelanda.Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata
Nusantara dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia.
4) Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini
meliputi rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang
Burung Garuda, dan Bendera Merah Putih. Slogan bangsa Indonesia ketika
masa
perjuangan
untuk
meraih
kemerdekaan
dan
mempertahankan
12 | P a g e
LATIHAN
1) Jelaskan apa pengertian suku bangsa!
2) Sebutkan unsur-unsur apa saja yang menjadi pembentuk suku bangsa!
3) Jelaskan proses terbentuknya bangsa Indonesia!
4) Berikan 3 (tiga) contoh kemajemukan suku bangsa!
5) Sebutkan simbol-simbol bangsa Indonesia!
13 | P a g e
13 | P a g e
BAB
KEBUDAYAAN
A. Definisi Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (1980:195) kata kebudayaan berasal dari kata bhudayah
(Bahasa Sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian kebudayaan dapat diartikan sebagi hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya, yang berarti
daya dari budi yang berupa cipta , rasa, dan karsa, dengan kebudayaan yang berarti hasil
dari cipta, rasa dan karsa. Namun dalam Bahan Ajar ini kebudayaan dan budaya diartikan
sama.
Kebudayaan mencakup keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakan untuk menginterprestaikan, memahami, dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Kebudayaan dapat diartikan secara luas mau pun secara sempit. Ahli
Antriopologi menangkapnya secara luas, yang oleh Koentjaraningrat (198o:193) diberi
definisi sebagai berikut:
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan berpola, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar
Cakupannya adalah bahasa, tatanan sosial, pencarian nafkah, pengetahuan,
kesenian, teknologi, dan religi. Ketujuh unsur kebudayaan ini lazim disebut Cultural
Universal (unsur kebudayaan yang universal).
14 | P a g e
14 | P a g e
Kebudayaan yang diartikan secara sempit biasanya diberi arti terbatas kepada hal-hal
yang indah seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, dan kesusasteraan, yaitu yang
membuat manusia lebih beradab, lebih halus, dan lebih berbudi
B. Wujud Kebudayaan
Kebudayaan yang diartikan secara luas mempunyai tiga wujud, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Wujud ini disebut sistem budaya,
sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, letaknya di dalam kepala masing-masing orang yang
menganutnya. Disebut sistem budaya karena gagasan dan pikiran tersebut tidak
merupakan kepingan-kepingan yang terlepas, melainkan saling berkaitan berdasar asasasas yang sangat erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran
yang relatif mantap dan kontinu. Jika masyarakat menyatakan gagasannya dalam
bentuk tulisan, maka wujud sistem budaya itu berada dan dapat ditangkap dalam bentuk
karangan-karangan, dalam buku-buku yang dihasilkan warga masyarakat itu. Sistem
budaya ini berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi
arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia di dalam masyarakat . Ia disebut adat,
tata kelakuan, atau adat istiadat.
2. Kompleks perilaku berpola, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, sifatnya
konkret, dapat diamati, atau diobservasi. Wujud ini disebut sistem sosial. Sistem ini tidak
dapat dilepaskan dari sistem budaya. Apa pun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut
ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan yang berada di dalam kepala manusia.
Karena manusia saling berinteraksi, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan
gagasan, konsep dan pikiran baru.
3. Benda hasil karya manusia, disebut wujud kebudayaan fisik, misalnya arca , nyanyian,
gedung, meja, dan yang semacam itu. Karena setiap kebudayaan memiliki paling sedikit
tujuh unsur kebudayaan fisik ini, maka disebut juga sebagai cultural universal, unsur
kebudayaan yang universal
C. Kerangka Kebudayaan
Kerangka Kebudayaan terdiri atas tiga lingkaran yang konsentris, sesuai dengan tiga
wujud kebudayaan yang ada:
1. Lingkaran pertama, yang paling dalam disebut Sistem Budaya. Meskipun tidak terlihat
(covert culture), karena berada di dalam otak masing-masing individu, merupakan
jaringan dari beberapa sistem, yaitu :
15 | P a g e
15 | P a g e
universal
Sistem Religi
g. Kesenian
Hubungan antara ketiga wujud kebudayaan tadi (termasuk ketujuh unsur kebudayaan yang
disebut Cultural Universal), dapat dilihat dalam Bagan1 dan Bagan 2
Bagan I Wujud Kebudayaan
16 | P a g e
16 | P a g e
Bagan II
<,-----------------Salah
Sistem Religi
g. Kesenian
D. Sistem Nilai Budaya
Dalam kajian sosiologi, yang dimaksud dengan sistem nilai budaya adalah nilai inti
(score value) dari masyarakat. Nilai inti ini diikuti oleh setiap individu atau kelompok individu
yang jumlahnya cukup besar. Orang-orang ini betul-betul menjunjung tinggi nilai inti ini
sehingga menjadi salah satu faktor penentu untuk berperilaku. Karena itu sistem nilai
budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem nilai budaya itu
17 | P a g e
17 | P a g e
demikian kuat menyerap dan berakar di dalam jiwa masyarakat sehingga sulit diganti atau
diubah dalam waktu singkat. Sistem nilai budaya menyangkut masalah-masalah pokok bagi
kehidupan manusia.
Bagian yang paling dalam dari sistem budaya dan yang menjadi pengendali dan pemberi
arah pada kelakuan dan tindakan manusia adalah sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya
ini berkaitan dengan konsep nilai dan oreintasi nilai budaya.
1. Konsep Nilai
Nilai merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam hidupnya
manusia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai. Nilai adalah suatu hal tentang apa
yang diinginkan atau tidak diinginkan, tentang apa yang boleh dikerjakan atau tidak
boleh dikerjakan, tentang apa yang berharga atau yang tidak berharga.
Bidang yang berhubungan dengan nilai adalah etika (nilai yang berkaitan dengan
tingkah laku manusia, berkaitan dengan moral) dan estetika (nilai yang berkaitan
dengan seni, berkaitan dengan keindahan.
Nilainilai ini dalam masyarakat tercakup dalam tradisi dan adat kebiasaan, yang
secara tidak sadar diterima dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat tersebut
2. Orientasi Nilai Budaya
Secara universal orientasi nilai budaya ini telah disusun kerangkanya oleh seorang
antropolog bernama C. Kluckhohn. Untuk memudahkan pemahaman tentang sistem
nilai budaya ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Kerangka Kluckhohn mengenai lima dasar hidup yang menentukan Orientasi Nilai
Budaya manusia.
Masalah
Dasar
Dalam Hidup
Hakikat Karya
nafkah hidup
kedudukan dan
karya
18 | P a g e
18 | P a g e
kehormatan
Persepsi
manusia tentang
waktu
Orientasi ke masa
Orientasi ke masa
lampu
kini
Pandangan
Manusia tunduk
manusia
terhadap alam
dashyat
Manusia berusaha
menjaga
Manusia berhasrat
keselarasan
menguasai alam
dengan alam
Orientasi
Hakikat
Orientasi vertical :
Horizontal: Rasa
hubungan
rasa ketergantungan
ketergantungan
antara manusia
kepada tokoh
kepada sesama
dengan sesama
atasan
(berjiwa gotong
royong)
RANGKUMAN
1) Dalam Ilmu Antropologi, yang dimaksud dengan kebudayaan adalah dalam
pengertiannya yang luas, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan
kehidupan manusia: gagasannya, perilakunya, dan hasil karya dalam
kebudayaaan fisiknya. Hal ini berbeda dengan pengertian kebudayaan yang
umumnya dibicarakan dalam
lingkungan masyarakat umum, yaitu
kebudayaan dalam arti sempit, yang hanya berkaitan dengan keindahan dan
seni, yang umumnya dipakai pada waktu ada
upacara adat atau untuk
mendukung pariwisata.
2) Setiap masyarakat mempunyai kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan
masing-masing masyarakat itu unik, khas, dan menjadi ciri atau identitas dari
sebuah masyarakat. Mungkin dua masyarakat atau lebih memiliki sebuah atau
lebih unsur kebudayaan yang sama. Hal itu tidak menjadikan dua atau lebih
masyarakat itu menjadi tidak mempunyai identitas. Mereka (hanya) termasuk
dalam sebuah daerah kebudayaan.
3) Kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia, karena manusia berakal budi. Oleh
manusia kebudayaannya ditularkan ke generasi berikutnya atau ke kelompok
lain dengan cara belajar. Berbeda dengan makhluk lain, terutama binatang,
mereka tidak belajar, namun keahliannya telah diprogram dalam otaknya ketika
mereka masih dalam bentuk telur atau janin, jadi secara genetik. Jadi
kebudayaan atau adat kebiasaan seekor itik akan tetap saja dari sejak
menetas sampai dia mati. Sedangkan kebudayaan manusia selalu berubah, dari
dia lahir, dewasa, sampai dia tua dan meninggal (Ini akan kta bicarakan dalam
Bab III).
19 | P a g e
19 | P a g e
4) Kebudayaan itu mempunyai wujud, baik wujud fisik maupun wujud non-fisik.
Yang berupa wujud non-fisik tercakup dalam sistem budaya, adanya dalam
pikiran seorang individu. Wujud kebudayaan fisik terdapat dalam sistem sosial,
bagaimana masyarakat itu berinteraksi dan sudah dapat dilihat dan didengar.
Yang lebih jelas lagi adalah wujud kebudayaan fisik yang terdapat dalam
lingkaran paling luar dari kerangka kebudayaan, yang terdapat dalam cultural
universal atau unsur kebudayaan yang universal. Meskipun demikian, tidak
semua unsur dari cultural universal itu dapat dipegang atau diraba, meskipun
dapat ditangkap dengan pancaindera. Misalnya religi, pengertian religi adalah
non-fisik, tetapi penghayatannya ada bagian yang berupa fisik, misalnya
seseorang bersembahyang, membuat sesajen, dan berdoa.
5) Hubungan antara ketiga wujud kebudayaan itu: wujud gagasan, wujud perilaku
berpola dan wujud kebudayaan fisiks, dapat terlihat jelas dalam Kerangka
Kebudayaan. Sebagai contoh, kita ambil sebuah juring dari Kerangka
Kebudayaan. Bagian yang paling ujung, sebagai puncaknya adalah wujud
gagasannya, kemudian yang di tengah adalah wujud perilaku berpolanya, dan
yang paling bawah adalah wujud kebudayaan fisiknya.
6) Bila dalam gagasannya ia tidak menyukai seseorang, maka akan terlihat pada
sistem sosialnya ia bermuka masam ketika melihat orang yang tidak disukainya,
yang kemudian akan terlihat jelas ketika ia terpaksa berbicara dengan orang itu,
ia akan mmpergunakan katakata yang kasar, yang merupakan bahasanya, ini
merupakan kebudayaan fisiknya.
7) Sistem nilai budaya yang menjadi inti dari seluruh wujud gagasannya adalah
pusat dari semua aktivitas seorang individu. Ia menjadi motor dari perilakunya,
dan pendorong bagi kebudayaan fisiknya. Dalam sistem nilai budaya itu terdapat
konsep nilai yang terdiri atas etika, sopan santun, moral dan estetika, yang
berkaitan dengan keindahan, keindahan jasmaniah dan keindahan rohaniah. Hal
ini akan menghasilkan orientasi nilai budaya seseorang.
LATIHAN
8) Seseorang akan mengfokuskan perhatian dalam hidupnya kepada kelima
masalah
dasar
hidup,
yaitu
berkaitan
denga
hakikat
hidup
manusia.
hidup, bila ia termasuk orang yang memandang hidup dengan perasaan yang
optimis, meskipun suatu saat ia menderita, ia akan berusaha mengubah
20 | P a g e
20 | P a g e
karya, ia akan berusaha membuat lapangan kerja agar banyak orang dapat
dibantu kehidupannya. Hubungannya dengan alam, ia akan menghormati alam
dengan cara menyelaraskan diri dengan hukum-hukum yang telah dibuat oleh
alam. Hubungannya dengan sesama, ia akan bergotong royong untuk kebaikan
lingkungannya, kebaikan mayarakatnya.
10) Jadi tergantung kepada orientasi nilai budaya seseorang, bagaimana ia akan
mengerjakan sesuatu atau berbuat sesuatu.
Oleh Dr. Woro Aryandini , SS, MSi
LATIHAN
1) Jelaskan apa perbedaan antara kebudayaan dalam arti luas dan kebudayaan
dalam arti sempit.
2) Jelaskan bagaimana kebudayaan ditanggapi oleh manusia, dan instink
ditanggapi oleh binatang.
3) Bila Anda naik bis kota atau KRL yang penuh sesak, apa antisipasi Anda bila
ada seseorang atau beberapa orang yang seolah-olah memepet Anda?
4) Jelaskan hubungan antara wujud-wujud kebudayaan yang tergambar dalam
Kerangka Kebudayaan. Ambillah contoh seperti yang diutarakan di atas, namun
dengan topik yang berbeda.
5) Ketika sebuah gunung berapi meletus, ambil saja misalnya Gunung Merapi,
bagaimana orientasi nilai budaya orang-orang di lereng Gunung Merapi itu?
Uraikan sejelas mungkin!
21 | P a g e
21 | P a g e
BAB
DINAMIKA KEBUDAYAAN
22 | P a g e
22 | P a g e
beruah, demikian pula kebudaayan fisiknya sebagai hasil karya. Bila kita mengacu kepada
wujud kebudayaan, maka perubahan itu terjadi dalam ketiga wujud kebudayaan, yaitu pada
tingkat sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisiknya. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kebudayaan itu selalu dalam keadaan bergera. Perubahan itulah
yang
Di samping itu ada tingkat kelahiran dari wanita umur produktif per tahun,
yaitu:
Mortalitas adalah tingkat kematian yang dihitung dari jumlah kematian setiap
1000 penduduk. Tingkat kematian yang dihitung dari jumlah kematian per
seribu penduduk dalam satu tahun disebut angka kematian kasar (Crude
Death Rate, disingkat CDR)
23 | P a g e
23 | P a g e
Mereka yang
makan,
24 | P a g e
24 | P a g e
baru, misalnya
25 | P a g e
25 | P a g e
ulangtahun
masing-masing dengan
26 | P a g e
26 | P a g e
27 | P a g e
27 | P a g e
semula
c. Lingkungan
hidup
yang
terbuka
mempermudah
seseorang
untuk
untuk
memperoleh
nikmat
dan
kerinduan
akan
keselamatan
dan
pembebasan dari penderitaan dunia cukup kuat, dan ide ini besar pengaruhnya
28 | P a g e
28 | P a g e
dalam membentuk mentalitas, teori dan praktek hidup. Cara memperolehnya bukan
pada akal budi , tetapi melalui meditasi, tirakat (ascetic) dan mistik. Dalam
menegakkan norma tidak hanya bersumber pada ajaran agama, tetapi memadukan
pengetahuan, intuisi, pemikiran konkret, simbolik, dan kebijaksanaan
Sikap orang Timur terhadap alam tercermin dalam falsafah Hindu yang
disebut Tri Hita Karana, yaitu adanya kesatuan antara Tuhan, manusia, dan alam ,
dan ketiganya adalah penyebab kebahagiaan. Untuk menjaga hubungan yang
harmonis antara manusia dengan alam, terkadang muncul ekspresi konkret dalam
bentuk hubungan mistik antara manusia dengan alam. Orang Timur menginginkan
kekayaan
hidup,
bukan
kekayaan
kebendaan,
yaitu
berupa
ketenangan,
29 | P a g e
29 | P a g e
Dengan pandangan hidup bahwa manusia adalah pusat sesuatu yang mempunyai
kemampuan rasional, kreatif dan estetik, mereka telah menghasilkan beberapa nilai
dasar seperti demokrasi, lembaga sosial, dan kesejahteraan ekonomi.
Ada tiga nilai penting yang mendasari nilai Barat, yaitu martabat manusia,
kebebasan dan teknologi. Manusia diukur dari kemampuannya, bukan dari
kebijaksanaan hatinya. Gerakan sekularisme
bidang estetika, moral dan agama. Orang Barat ingin membangun agama baru di
Barat yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sebab agama di Barat
mengalami kemunduran melalui tekanan mentalitas ilmiah.
Di Barat kepuasan diperoleh melalui usaha dan perhatian terhadap benda dan
kenikmatan duniawi. Yang menjadi ukuran adalah kultur orang, kuantitas (produksi
yang melimpah-limpah), artifisial (kultur buatan), dan kontrol yang menyeluruh
(kemaharajaan sistem). Kemajuan teknologi menghasilkan dinamika, perencanaan,
organisasi, manajemen , keberanian berusaha, penguasaan materi, namun
sekaligus menggerogoti kehidupan sosial dan pribadinya. Hal ini tercermin dalam
bahasa: menaklukkan ruang angkasa, menaklukkan alam, menguasai hutan, dan
menguasai banjir.
3. Reaksi atas sikap Budaya Timur dan Budaya Barat
Kebudayaaan Timur bersifat kolektif, sehingga tidak membiarkan seseorang
mengurus dirinya sendiri.
akibatnya timbul rasa kesepian dan tertekan. Sekarang terjadi pergulatan. Timur
ingin memperlihatkan ciri khas kebudayaannya dan sekaligus memberi corak
pergaulan dunia, sebab tidak menghendaki kemajuan ilmu pengetahuan dan
keberhasilan pengembangan rasio disertai wajah bengis, angkuh, dan kejam.
Menurut Alfian (1988: 36), ada tiga corak reaksi dalam menghadapi tantangan
Barat:
a. Menerima
dan
merangkul
bulat-bulat
kebudayaan
Barat,
dan
30 | P a g e
30 | P a g e
c. Melihat benturan secara kritis dan realistis, dan mengambil yang baik dari
kebudayaan Barat dan mempertahankan yang baik dari kebudayaan
Timur.
4. Pendapat-pendapat tentang Kebudayaan Nasional Indonesia
Menyadari bahwa bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa
dengan masing-masing kebudayaannya, dan telah adanya pengaruh berbagai
macam kebudayaan asing, maka dicoba mencari suatu bentuk kebudayaan yang
dapat diterima oleh semua warga bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.
Pada tahun 1936 diadakan polemik kebudayaan antara Sutan Takdir
Alisyahbana dan kelompoknya sebagai wakil golongan Indonesia Muda, dengan
Sanusi Pane, Ki Hadjar Dewantara, dan Dr. Sutama. Ki Hadjar Dewantara dan
kelompoknya mengemukakan bahwa Kebudayaan Nasional Indonesia adalah
puncak-puncak kebudayan daerah di Indonesia, dan didasarkan pada kebudayaan
Timur (spiritualisme, perasaan, dan kolektivisme) yang dilengkapi dengan
kebudayaan Barat (materialisme, intelektualisme, dan individualisme). Sedang
Sutan Takdir Alisyahbana dan kelompoknya mengemukakan bahwa perlu dibangun
kebudayaan nasional yang baru sama sekali dengan banyak mengambil pengaruh
Barat.
Di samping pendapat kedua kelompok itu, Harsya Bachtiar berpendapat bahwa
perlu dibangun kebudayaan yang baru sama sekali, yang bebas dari feodalisme.
Sedangkan
Koentjaraningrat
mengatakan,
kebudayaan
nasional
perlu
berorientasi kepada kejayaan nenek moyang dan masa kini. Identitas kebudayaan
itu merupakan suatu kontinuitas. Kebudayan nasional adalah keseluruhan gagasan
kolektif dari masyarakat Indonesia yang bhineka.
Berdasarkan fungsinya, kebudayaan nasional adalah:
a.
b.
Syaratnya adalah:
a. Hasil karya bangsa Indonesia
b. Mengandung cir-ciri khas Indonesia
c. Yang dinilai tinggi dan menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia
Menurut UUD 1945 Pasal 32:
31 | P a g e
31 | P a g e
Kebudayan bangsa Indonesia ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah hasil usaha
budinya rakyat Indonesia seluruhnya
Dari pendapat-pendapat di atas ditarik kesimpulan sementara bahwa kebudayaan
nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah ditambah unsur-unsur kebudayaan luar
yang masuk yang positif. Formasi kebudayaan nasional dalam rangka pembuatan pola
kehidupan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila ialah proses timbal-balik antara
yang ideal dengan yang aktual, antara nilai-nilai, kelakuan individu, dan interaksi sosial.
Melalui habitasi dan pembiasaan,
kebudayaan yang merupakan sistem yang terdiri atas komponen ekonomi, sosial politik, dan
unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Kebudayan adalah kompleks, karena bersumber dari sifat biologis, lingkungan,
psikologis, dan sejarah eksistensi manusia. Etos kebudayaan itu merupakan kompleks nilai
yang koheren serta memberi watak dan identitas khusus pada kebudayaan yang
diresapinya. Untuk bangsa Indonesia, Pancasila adalah etos kebudayaan nasional.
RANGKUMAN
1) Kebudayaan suatu masyarakat itu selalu berubah. Perubahannya dapat karena
faktor-faktor di dalam masyarakat itu sendiri, mau pun
dari unsur-unsur
32 | P a g e
5) Ada dua kelompok besar pengaruh asing yang diterima oleh masyarakat Indonesia,
yaitu pengaruh dari Kebudayaan Timur yaitu kebudayaan Hindu, Budha,
Konfusianisme dan Taoisme, dan pengaruh dari Kebudayaan Barat yang dibawa oleh
orang-orang Eropa dan Amerika. Saat ini terjadi pergulatan dalam proses
pembentukan Kebudayaan Nasional Indonesia. Di satu fihak ada yang ingin tetap
mempertahankan
unsur-unsur
kebudayaan
Timur
yang
umumnya
bersifat
menyelaraskan diri dengan alam, namun demi mengikuti kemajuan jaman yang
berasaskan teknologi canggih, maka banyak juga yang menginginkan bangsa
Indonesia lebih banyak mengambil Kebudayaan Barat.
LATIHAN
1) Contoh bentuk perubahan kebudayaan yang berasal dari discovery, dan berasal dari
invention. Masing-masing dua buah.
2) Bagaiman cara mengatasi seringnya terjadi kecelakaan karena adanya cultural lag?
3) Bila Anda suatu saat dikirim untuk melanjutkan studi ke negara
asing, misalnya ke
Amerika, apa yang harus Anda siapkan terlebih dahulu? Jelaskan kegunaannya halhal yang Anda persiapkan itu.
4) Apa perbedaan karakter orang yang hidup di lingkungan yang terbuka, yang sering
bertemu dengan bermacam-macam orang dari berbagai kebudayaan, dengan karakter
orang yang hidup di daerah yang terpencil, sehingga komunikasi antar budaya amat
terbatas?
6) Mengetahui adanya Polemik Kebudayaan pada tahun 1936, apakah konsep yang
diajukan oleh para anggota polemik itu sekarang masih ada jejaknya?
33 | P a g e
33 | P a g e
BAB
KEBUDAYAAN INDONESIA
34 | P a g e
34 | P a g e
kelompok kecil di muara sungai, hidup dari menangkap ikan, berburu dan meramu.
Peralatannya berupa kapak batu serpih bilah. Dinding gua tempat tinggal mereka
dihiasi dengan gambar-gambar tangan atau binatang dengan warna merah. Bekas
perkampungan mereka disebut abris sous roches (tempat perlindungan di bawah
karang), diketemukan di daerah Kepala Burung di Papua, juga di Kepulauan Kai,
Seram, dan Sulawesi Selatan. Mereka mengembangkan kebudayaan pantai dengn
perahu lesung bercadik. Adanya abris sous roches di Flores Barat dan Timor Barat,
menunjukkan bahwa manusia Wajak ini juga bermigrasi ke barat.
Yang bermigrasi ke barat rupa-rupanya suka makan kerang, dan kulitnya mereka
buang
di
luar
perkampungan
mereka.
Timbunan
klit
kerang
ini
disebut
persebaran dari timur ke barat dari Ras Austro-Melanesoid yang berasal dari Jawa
melalui Sumatera, Semenanjung Melayu dan Muangthai Selatan sampai Vietnam
Utara.
2) Pengaruh Ras Mongoloid
Persebaran Ras Mongoloid kemungkinan melalui jalan yang dilalui oleh orang
Austro-Melanesoid ketika bermigrasi ke barat. Namun ada juga pendapat, mereka
melalui jalan dari Asia Timur, mungkin dari Jepang, kemudian menyebar ke arah
selatan: melalui Kepulauan Riukyu, Taiwan, Filipina, Sangir, masuk ke Sulawesi.Di
Gua Leang Cadang Sulawesi Selatan, ditemukan fosil yang menunjukkan ciri PaleoMongoloid. Ia diketemukn bersana alat-alat Toala. Juga terdapat gambar dinding
dan fosil dengan ciri Austro-Melanesoid. Dengan demikian daerah itu adalah sebagai
tempat perpaduan berbagai macam ras. Diperkirakan percampuran antar ras ini
terjadi antara 10.000 sampai 2.000 SM
3) Pengaruh Kebudayaan Neolitik
Gelombang ketiga berasal dari Asia bagian tenggara. Bentuk fisiknya banyak
mengandung ciri Mongoloid. Bahasa induknya adalah bahasa Proto-Austronesia.
35 | P a g e
35 | P a g e
Mereka sudah mengenal bercocok tanam di ladang. Alatnya berupa kapak batu
lonjong dan bujur sangkar yang oleh para ahli prehistori disebut Walzenbell.Dengan
perahu bercadik mereka menyeberang ke daerah Pacifik Selatan: Taiwan, Filipina,
Sulawesi Utara, dan Maluku Selatan. Dari Taiwan mereka ke utara, ke pulau-pulau
Okinawa sampai ke Jepang.
4) Pengaruh Kebudayaan Perunggu
Benda-benda tinggalan Jaman Perunggu di Asia Tenggara untuk pertama kali
ditemukan di Dongson, Vietnam Utara,
36 | P a g e
36 | P a g e
nyayian.
Jaap
Kunst,
seorang
ahli
musik,
juga
ahli
musik
Indonesia
pelayaran dan perdagangan lewat Samudera Hindia dari Asia Tenggara ke pintu
Laut Merah, sepanjang pantai timur Afrika dan Pulau Madagaskar.
37 | P a g e
37 | P a g e
Pra Hindu
Mereka sudah mengetahui bahwa ada satu kekuatan gaib yang mengatur
kehidupan mereka. Karena (hanya) satu kekuatan gaib, maka mereka adalah
penganut monotheisme. Mereka memuja kekuatan gaib itu yang masih
abstrak ,yang berupa kekuatan alam, angin, api, air, gunung berapi, dan lainlain. Kita mengetahui hal itu karena adanya peninggalan berupa batu-batu
besar (megalitik) yang dipuja, berujud menhir, dolmen, dan punden berundak.
Menhir antara lain terdapat di Gunug Kidul Yogya, Menado, Pagaruyung
Minang,
kepercayaan Indonesia Asli ini sampai sekarang masih kita lihat, di samping
38 | P a g e
38 | P a g e
batu-batu yang telah disebutkan di atas, juga ada yang berupa benda buatan
jaman sekarang, misalnya tumpeng yang melambangkan sebuah menhir,
orang Nias masih mengadakan upacara melompati dolmen untuk menggapai
Tuhan. Punden berundak muncul lagi dalam pengaruh kebudayaan Hindu
yang berupa Candi Borobudur, yang merupakan setangkup punden
berundak. Dalam agama Hindu terdapat banyak dewa, oleh kerenanya biasa
disebut polytheisme. Namun ketika masuk ke Indonesia ,polytheisme tadi
harus disesuaikan dengan kebudayaan yang dimasukinya, menjadilah ia
monotheisme seperti yang dianut oleh orang Indonesia. Kepercayaan yang
masih abstrak dalam Kebudayaan Pra-Hindu dijadikan konkrit, dengan
membuat personifikasi: kekutan angin menjadi Dewa Bayu, kekuatan api
menjadi Dewa Agni, kekuatan air laut menjadi Dewa Baruna, dan
sebagainya.
Dewa-dewa agama Hindu, sepeti Trimurti (Brahma, Ciwa, Wisnu) yang dalam
kebudayaan Hindu kedudukannya sejajar, namun begitu masuk ke Indonesia,
Ciwa dijadikan Dewa Tertinggi, dibawahnya sebelah menyebelah
Dewa
Brahma dan Dewa Wisnu. Jika kedudukan ketiga dewa itu kita hubungkan,
maka akan menjadi sebuah segitiga, seperti penggambaran menhir. Ini dapat
kita lihat ketika mengunjungi Candi Prambanan yang bersifat Hindu, tempat
yang menunjukkan kedudukan ketiga dewa itu dapat kita lihat dengan jelas.
Bahkan dalam wayang yang dianggap kebudayaan Indonesia, Dewa Ciwa ini
disebut Batara Guru, bapak semua dewa. Bila kedudukan ini kita tarik
garisnya, akan terlihat kembali sebagai
menhir.
Tadi telah diutarakan, bila punden berundak yang asli Indonesia ini kita
tangkupkan dengan punden berundak lagi, akan menjadi Candi Borobudur.
Candi Borobudur adalah tempat pemujaan bagi umat Budha.
Ketika agama Budha masuk ke Indonesia, orang Indonesia tidak menolak
memasukinya karena orang Indonesia ini melihat intinya
adalah sama
dengan kebudayaan asli yang mereka punyai, yaitu dalam bentuk punden
berundak.
39 | P a g e
39 | P a g e
40 | P a g e
40 | P a g e
Bangunan yang tampak nyata terwarnai Kebudayaan Hindu dan Budha adalah
candi dan keraton. Dalam agama Hindu, candi dijadikan sebagai tempat pemujaan
dewa. Dalam candi Buddha didalamnya tidak terdapat arca dewa, karena dalam
agama Budha tidak terdapat dewa-dewa.
2. Kesenian
Seni adalah suatu hasil cipta karya manusia yang bertujuan untuk menggambarkan
suatu konsep dalam pikiran manusia, penggambaran konsep tadi
juga dapat
41 | P a g e
41 | P a g e
Menghubungkan budaya Islam dengan hanya budaya Arab adalah kurang tepat, apalagi
persebaran agama Islam di Indonesia dilakukan bukan hanya oleh satu bangsa saja,
melainkan oleh berbagai bangsa yang berdagang di Indonesia, yaitu orang Arab, Persia,
Moor, India, bahkan Cina.
Persebaran Islam di Indonesia tak terjadi dalam waktu yang sama, karena berproses
melalui aktivitas dagang dan sosial. Kekentalan pengaruh budaya dan ajaran Islam di tiaptiap tempat berbeda-beda. Ada masyarakat yang nuansa Islamnya kental, seperti Aceh atau
Banten, ada pula masyarakat yang nuansa Islamnya tidak begitu kental, seperti di Jawa
Tengah dan sebagian Jawa Timur.
Wujud dari pengaruh kebudayaan Islam pada kebudayaan suku bangsa di Indonesia
dapat tercermin dalam beberapa bentuk, meliputi bahasa, kesusatraan, seni rupa dan
kaligrafi, seni busana, dan bangunan (arsitektur)
1. Bahasa
Al-Quran, sebagai kitab suci Islam, menggunakan bahasa Arab, bahasa-Ibu Nabi
Muhammad. Dalam perkembangannya, bahasa Arab digunakan juga oleh
para
muslim yang non-Arab dalam berbagai kegiatan agama, terutama shalat dan
mengaji membaca Al-Quran). Tak jarang seorang muslim pandai membaca AlQuran dalam bahasa Arab, namun ia kurang atau tidak mengerti arti harfiah teksteks dalam kitab suci tersebut. Salah satu hadis menyatakan bahwa sangat
diwajibkan bagi setiap muslim untuk membaca Quran, meski orang bersangkutan tak
mengetahui arti dan makna ayat-ayat yang dibacakan (kecuali ia membaca
terjemahaannya).
Persebaran bahasa Arab lebih cepat dari pada bahasa Sansekerta karena dalam
Islam tak ada pengkastaan, karena itu dari raja hingga rakyat jelata mampu
berbahasa Arab. Pada mulanya memang hanya kaum bangsawan saja yang pandai
menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab, namun selanjutnya rakyat kecil pun
mampu berbahasa Arab, setidaknya membaca dan menulis Arab, kendati tak begitu
paham akan maknanya. Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat
pada batu nisan di Leran Gresik, yang diduga makam salah seorang bangsawan
Majapahit yang telah masuk Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh
huruf dan bahasa Arab terlihat pada karya-karya sastra di wilayah-wilayah yang
42 | P a g e
42 | P a g e
43 | P a g e
43 | P a g e
merupakan bahasa istana dan bahasa dagang, dengan aksara Arab. Wujudnnya
macam-macam, ada yang berwujud kesusastraan agama, kesusastraan epos,
kesusastraan sejarah, pantun, cerita berinduk, undang-undang, cerita binatang
(fabel), bahkan persuratan. Sedangkan dalam bentuknya ada yang puisi (syair) dan
prosa. Contoh dari karya sastra sejarah dan agama yang ada di Sumatera,adalah
Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, dan Hikayat Perang Palembang. Di Jawa
karya sastra bernuansa Islam banyak diketemukan, antra lain di Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur, kebanyakan merupakan sastra sejarah dan suluk (tata
laku). Ada yang ditulis dengan huruf Arab dan berbahasa Jawa dan Sunda. Karyakarya bercorak Islam jumlahnya cukup banyak. Temanya pun bermacam-maam, ada
yang
contoh beberapa karya sastra yang ditulis di Jawa, yaitu Sajarah Banten, Hikayat
Hasanuddin yang isinya lebih pendek dari Sajarah Banten, memuat riwayat raja-raja
Banten, Demak, Sunan Gunung Jati, serta nama-nama imam di Mesjid Demak,
Babad Mataram, Babad Tanah Djawi, memuat asal-usul raja-raja di Jawa dari masa
Hindu-Buddha hingga Islam. Banyak di antara karya sastra tersebut yang tersimpan
di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
3. Seni Rupa dan Kaligrafi
Seni rupa dalam dunia Islam berbeda dengan seni rupa dalam Hindu-Buddha. Dalam
ajaran Islam tak diperbolehkan menggambar, memahat, membuat relief yang
objeknya berupa makhluk hidup khususnya hewan. Maka dari itu, seni rupa Islam
identik dengan seni kaligrafi. Seni kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang
merupakan kata atau kalimat. Dalam Islam, biasanya kaligrafi berwujud gambar
binatang atau manusia (tapi hanya bentuk siluetnya saja). Ada pula, seni kaligrafi
yang tidak berbentuk makhluk hidup, melainkan hanya rangkaian aksara yang
diperindah. Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang sering dituangkan dalam
seni kaligrafi ini. Sedangkan, bahan-bahan yang digunakan sebagai tempat untuk
menulis kaligrafi ini adalah nisan makam, pada dinding masjid, mihrab masjid, kain
tenunan atau kertas sebagai pajangan atau kayu sebagai pajangan. Selain huruf
Arab, tradisi kaligrafi dikenal pula di Cina, Jepang, dan Korea.
4. Seni Busana
44 | P a g e
44 | P a g e
Dalam agama Islam, ada jenis pakaian tertentu yang menunjukkan identitas umat
Islam, khususnya pakaian yang digunakan oleh wanita. Jenis pakaian tersebut
adalah jenis baju kurung dan kerudung. Kebaya, baju kurung, dan pakaian tradisonal
para raja dan keluarga raja banyak diwarnai oleh kebudayaan Islam dengan baju
model panjang dan tertutup dengan segala aksesorisnya.
5. Bangunan (Arsitektur)
Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam bentuk bangunan. Surutnya
Majapahit yang diikuti oleh perkembangan agama Islam menentukan perubahan
tersebut. Islam telah memperkenalkan tradisi bangunan, seperti mesjid dan makam.
Islam, melarang pembakaran jenazah yang merupakan tradisi dalam ajaran HinduBuddha, sebaliknya jenazah bersangkutan harus dimakamkan di dalam tanah. Maka
dari itu, peninggalan berupa nisan bertuliskan Arab merupakan pembaruan seni
arsitektur pada masanya. Islam pertama kali menyebar di daerah pesisir melalui
asimilasi dan
45 | P a g e
45 | P a g e
tahun. Pengaruhnya terlihat dari unsur kota. Masjid menggantikan posisi candi
sebagai titik utama kehidupan keagamaan. Letak makam selalu ditempatkan di
belakang masjid sebagai penghormatan bagi leluhur kerajaan. Adapula makam yang
ditempatkan di bukit atau gunung yang tinggi seperti di Imogiri, makam para raja
Mataram-Islam, yang memperlihatkan cara pandang masyarakat Indonesia (Jawa)
tentang alam kosmik zaman prasejarah. Sementara, daerah yang tertutup tembok
masjid merupakan peninggalan tradisi Hindu-Buddha.
Terdapat kesinambungan antara seni arsitektur Islam dengan tradisi sebelum Islam.
Contoh arsitektur klasik yang berpengaruh terhadap arsitektur Islam adalah atap
tumpang, dua jenis pintu gerbang keagamaan, gerbang berbelah dan gerbang
berkusen, serta bermacam unsur hiasan seperti hiasan kaya yang terbuat dari
gerabah untuk puncak atap rumah. Ragam hias sayap terpisah yang disimpan pada
pintu gerbang zaman awal Islam yang mungkin bersumber pada relief makara atau
burung garuda zaman pra-Islam. Namun sayang, peninggalan bentuk arsitektur itu
banyak yang dibuat dari kayu sehingga sangat sedikit yang mampu bertahan hingga
kini.
D. Pengaruh Kebudayaan Barat
Berbagai informasi melalui media cetak dan elektronik dengan sentuhan kemajuan
teknologi modern mempercepat akses pengetahuan tentang budaya lain, membawa
perubahan sampai ke tingkat dasar kehidupan manusia di Indonesia. Tak dapat dipungkiri,
peradaban yang lebih maju akan banyak mempengaruhi peradaban yang berkembang
belakangan. Sebagaimana agresivitas budaya Barat yang terus berproses dinamis dan teruji
berpengaruh pada peradaban lain, terutama Peradaban Timur. Lebih dari itu, kehadiran
budaya Barat seakan mendominasi dan selalu menjadi trend setter masyarakat. Kebiasaan
dan pola hidup Orang Barat seakan menjadi cermin kemodernan. Hal ini jelas mengikis
prilaku dan tindakan seseorang. Hembusan pengaruh budaya Barat, dianggap sebagai ciri
khas kemajuan dalam ekspresi kebudayaan kekinian. Padahal belum tentu sesuai dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat sendiri. Keadaan ini terus mengikis budaya dan
kearifan lokal yang menjadi warisan kebudayaan masyarakat Nusantara.
Nilai tradisional masyarakat perlahan mengalami kepunahan, tak mampu bersaing
dengan derasnya publikasi budaya modern dalam konteks pergaulan masyarakat. Beberapa
46 | P a g e
46 | P a g e
dampak yang dirasakan adalah dengan menurunnya rasa sosial dan tenggang rasa
masyarakat, mengikisnya semangat kebhinekaan yang mengarah pada disintegrasi bangsa
dan pelanggaran hukum, dan pola hidup individualisme dan konsumerisme yang
bertentangan dengan sikap hidup sederhana. Kebebasan dan kesenangan hidup
masyarakat Barat tidak selamanya positif. Banyak kalangan remaja yang sedang mencari
jati diri tergusur oleh tren-tren yang tak henti diiklankan sebagai suatu gaya hidup yang
menyenangkan dan mendunia. Banyak norma-norma masyarakat pribumi di Indonesia yang
terkikis dalam keseharian generasi mudanya.
Kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis
Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi,
meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan
Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan
non-Barat, misalnya dari Jepang
Dari kebudayaan Teknologis Modern dibedakan juga perlu dibedakan dengan
Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan
yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi
sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan
lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky
Fried Chicken (KFC).
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah konsumerisme: orang ketagihan membeli,
bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi
membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan
kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita
ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang
makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food
dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.
Apapun juga kita mesti berfikir secara obyektif, bahwa cukup banyak pengaruh
Kebudayaan Barat yang cukup positif. Diantaranya adalah sistem pendidikan klasikal yang
dewasa ini kita gunakan. Metode klasikal merupakan salah satu pengaruh kebudayaan
Barat yang cukup efektif dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui pendidikan
formal.
47 | P a g e
47 | P a g e
RANGKUMAN
1) Budaya bangsa Indonesia berakar jauh Sebelum Masehi melalui proses
pertemuan budaya antar bangsa di dunia yang hidup pada masa yang lampau.
Kebudayaan Asli Indonesia mendapt pengaruh dari Kebudayaan Ras AustroMelanesoid, dari Kebudayaan Mongoloid, Neolitik, pengatruh dari Kebudayan
Hindu, Islam, dan bahkan Kebudayaan Modern.
2) Pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha pada kebudayaan suku bangsa di
Indonesia
tercermin
dalam
bentuk
bangunan,
kesenian,
dan
struktur
Barat
banyak
mengandung
nilai
positif
dari
aspek
ilmu
pengetahuan dan teknologi, namun juga memuat sisi negatif dari aspek nilai dan
perilaku, sehingga perlu memilah dan memilih jenis-jenis budaya yang sesuai
dengan budaya Indonesia.
LATIHAN
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kebudayaan Asli Indonesia!
2) Sebutkan pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha pada Kebudayaan
Nusantara!
3) Jelaskan pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha pada aspek kepercayaan
masyarakat Indonesia!
4) Jelaskan pengaruh Kebudayaan Islam pada aspek kesenian masyarakat
Indonesia!
5) Jelaskan pengaruh Kebudayaan Barat pada aspek pemikiran masyarakat
Indonesia!
48 | P a g e
48 | P a g e
BAB
KEBUDAYAAN ACEH
A. Pendahuluan
1. Keadaan Geografis
Nanggroe Aceh Darussalam terletak pada koordinat 2-6 LU dan 95-98 BT dan
memiliki luas wilayah 55.390 km yang meliputi Wilayah daratan: 119 pulau, 35 gunung, dan
73 sungai,
Aceh (1959-2001), adalah sebuah propinsi yang letaknya di bagian barat laut Indonesia
berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat,
Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.
(Disebut sebagai Daerah Istimewa karena pada masa permulaan kemerdekaan Republik
Indonesia, para wanita Aceh mengumpulkan perhiasan emasnya untuk membeli sebuah
kapal terbang yang diserahkan untuk Republik Indonesia. Kapal terbang itu dinamakan
Seulawah, yang berarti Gunung Emas).
49 | P a g e
49 | P a g e
Di tengah terdapat pegunungan Bukit Barisan yang dikelilingi oleh hutan hujan tropis
dengan
puncak Gunung Geureudong dan Gunung Leuser yang juga merupakan titik
tertinggi di NAD. Selain itu terdapat dua danau yaitu Danau Laut Tawar di Kabupaten Aceh
Tengah dan Danau Aneuk Laot di Kota Sabang.
sebagai kawasan pariwisata dan kegiatan perikanan. Sementara itu, di sepanjang pantai
barat yang terbentang dari Banda Aceh hingga ke Singkil juga terdapat pantai indah dan
agak curam serta berombak besar yang belum dieksplorasi, Ulee-Lheue di Banda Aceh.
Lampu-uk dan Lhok-Nga di Aceh Besar, dan Pantai Iboih di Sabang. Ibu kota Nanggroe
Aceh Darussalam terletak di Banda Aceh, yang merupakan kota terbesar sekaligus pusat
pemerintahan dan perekonomian. Pelabuhan-pelabuhan utamanya adalah Malahayati-
50 | P a g e
50 | P a g e
Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Lokasinya yang sangat
strategis serta sumber kekayaan alammya yang amat kaya seperti minyak bumi dan gas
alam, memungkinkan kawasan ini sebagai salah satu pusat perdagangan. Sumber hutannya
terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari Kutacane, Aceh Tenggara, sampai
Seulawah, Aceh Besar.
2. Keadaan Demografis
Di tahun 2010 ini, jumlah penduduk Aceh tercatat 4.664.987 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 76 jiwa per km2. Pemeluk agama di Aceh adalah sebagai berikut: Agama Islam
(97,6%), Kristen (1,7%), Hindu (0,08%), Budha (0,55%). Penduduk Aceh merupakan
keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa. Leluhur orang Aceh berasal dari Semenanjung
Malaysia, Cham, Cochin Cina, Kamboja. Penduduk Aceh terdiri dari berbagai macam suku
bangsa, yang sampai saat ini masih dapat diidentifikasi dari ciri-ciri fisik masyarakat di Aceh.
Hal ini berkaitan dengan sejarah masa lalu Aceh yang merupakan pusat perdagangan di
Selat Malaka di mana banyak pedagang-pedagang dari Eropa, Turki, Arab, China, India,
Persia, dan wilayah-wilayah lainnya di Nusantara melakukan aktivitas perdagangan. Tidak
jarang banyak di antara mereka yang menetap dan berbaur satu sama lain dan menyebut
diri mereka sebagai orang Aceh.
Bangsa Arab dan India dikenal erat hubungannya pasca penyebaran Agama Islam di
tanah Aceh. Bangsa Arab yang datang ke Aceh banyak yang berasal dari propinsi
Hadramaut (Yaman), dibuktikan dengan marga-marga mereka seperti Al Aydrus, Al Habsyi,
Al Attas, Al Kathiri, Badjubier, Sungkar, Bawazier dan lain-lain, yang semuanya merupakan
marga-marga bangsa Arab asal Yaman. Mereka datang sebagai ulama dan berdagang.
Saat ini banyak dari mereka yang sudah kawin dengan penduduk asli Aceh, dan
menghilangkan nama marganya.
Sedangkan bangsa India kebanyakan dari Gujarat dan Tamil. Dapat dibuktikan
dengan penampilan wajah bangsa Aceh, serta variasi makanan (misalnya kari), dan juga
warisan kebudayaan Hindu Tua (nama-nama desa yang diambil dari bahasa India, misalnya
Indra Puri). Karena letak geografis yang berdekatan maka keturunan India cukup dominan di
Aceh.
Pedagang-pedagang
bangsa Aceh, dibuktikan dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho, yang pernah singgah
51 | P a g e
51 | P a g e
dan menghadiahi Aceh dengan sebuah lonceng besar, yang sekarang dikenal dengan nama
Lonceng Cakra Donya ( tersimpan di Banda Aceh).
Keturunan bangsa Persia (Iran), Afganistan dan Turki yang banyak mendiami Aceh
kebanyakan tersebar di Aceh Besar, dahulu mereka datang atas undangan Kerajaan Aceh
untuk dinjadikan ulama, pedagang senjata, pelatih prajurit dan serdadu perang kerajaan
Aceh. Sebutan Banda, dalam nama kota Banda Aceh pun adalah salah satu pengaruh
kebudayaan Persia di Aceh (Banda/Bandar, artinya: Pelabuhan)
Ada pula keturunan bangsa Portugis, di wilayah Kuala Daya, Lam No (pesisir barat
Aceh). Mereka keturunan pelaut-pelaut Portugis di bawah pimpinan nakhoda Kapten Pinto,
yang berlayar hendak menuju Malaka, dan singgah untuk berdagang; sebagian besar dari
mereka tetap tinggal dan menetap di Lam No. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1492-1511,
pada saat itu Lam No di bawah kekuasaan kerajaan kecil Lam No, pimpinan Raja
Meureuhom Daya. Hingga saat ini masih dapat dilihat keturunan mereka yang masih
memiliki profil wajah Eropa yang masih kental.
Sampai saat ini, ada beberapa suku yang mendiami propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, yaitu: Suku Aceh (mayoritas), Suku Gayo, Suku Alas, Suku Aneuk Jamee,
Suku Melayu Tamiang, Suku Kluet, Suku Devayan, Suku Sigulai, Suku Haloban dan Suku
Julu.
B. Sistem Budaya
Dalam masyarakat Aceh, adat atau hukum adat tidak boleh bertentangan dengan
agama. Sesuatu yang diputuskan oleh para pemimpin harus seirama dengan syariat agama
dan jika bertentangan dengan syariat agama maka hukum adat tersebut harus dihapuskan.
Adat adalah kebiasaan dan tata cara yang dijalankan oleh Poteu meureuhom (sultan atau
penguasa). Poteu meureuhem bukanlah Sultan Aceh saja, tetapi juga para uleebalang,
kepala mukim atau imeum mukim dan keusyik (kepala gampong). Aturan ini merupakan
kesepakatan antara kaum cendekiawan dan aparat penguasa, baik mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan tata krama pergaulan, sopan santun, aturan yang berkaitan dengan
pertanian, kelautan ataupun kehutanan.
Adat juga tidak terlepas dengan kebiasaan lain yang disebut dengan reusam. Reusam
identik dengan tatanan seremonial kegiatan ahli-ahli adat seperti upacara penyambutan linto
baro (pengantin baru), upacara penyambutan tamu agung, upacara pergi ke laut atau
nelayan, bertani, berdagang atau berladang. Dikenal juga istilah Qanun yakni perundang-
52 | P a g e
52 | P a g e
undangan dan adat dari badan legislatif. Qonun mengatur tata cara kehidupan sehari-hari
seperti pesta perkawinan, busana serta kegiatan wanita lainnya.
Ini dapat terlihat dalam hadih maja (ungkapan hukum) berikut ini: Adat bak Poteu
Meureuhom (Adat adalah urusan Sultan), Hukom Bak Syiah Kuala (Hukum Islam ada pada
ulama), Qanun Bak putro phang (Qanun disusun oleh Putri/Permaisuri) , Reusam bak
laksemana (Reusam dibuat oleh sang Laksamana). (Ahmad dalam Ismuha, 1988:324).
Meskipun demikian, kedudukan wanita Aceh setara dengan kaum prianya. Terdapat
banyak wanita yang mempunyai kedudukan penting, bahkan karena jasanya terhadap negara
diberi gelar pahlawan, misalnya Cut Nya Dien, Cut Mutiah, Laksamana Malahayati yang
menjadi nama kapal perang Republik Indonesia. Sesudah menikah, suami ikut betempat
tinggal di rumah isteri, yang disebut matrilokal, sampai mereka mempunyai rumah sendiri.
C. Sistem Sosial
Dalam sistem sosial masyarakat Aceh, Meunasah dan mesjid merupakan simbol
identitas keacehan yang telah berkontribusi membangun pola dasar SDM masyarakat
menjadi satu kekuatan semangat yang monumental, historis, herois dan sakral. Lembaga ini
memiliki nilai Islamis, aspiratif, energis, semangat membangun penegakan keadilan dan
kemakmuran serta menentang kedholiman dan penjajahan :
1. Fungsi Meusanah adalah sebagai :
a. Tempat ibadah/ shalat berjamaah
b. Dakwah dan diskusi
c. Musyawarah/mufakat
d. Penyelesaian sengketa/damai
e. Pengembangan kreasi seni
f.
53 | P a g e
53 | P a g e
f.
Acara pernikahan
Hal yang tersebut di atas menunjukkan bahwa fungsi meunasah adalah menjadi
pusat
komunikasi.
Kedua lembaga itu dapat memerankan fungsinya untuk mengkaji, membina dan
mendayagunakan adat istiadat dan syariat sebagai aset kebudayaan Aceh, dalam berbagai
format implimentasi program kegiatan untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat
yang aman damai. Hubungan meunasah dengan mesjid dalam patron simbol budaya adat
Aceh telah dimaknai dengan narit maja (hadih maja) Agama ngon Adat (hukom ), lagei zat
ngon sifeut . Meunasah adalah pusat
karena sesama manusia dalam komunitas gampong (antar gampong), saling membutuhkan
sehingga melahirkan adat istiadat dan tatanan adat.
Meunasah sangat terikat dengan kehidupan gampong, karena gampong sendiri
merupakan unit persekutuan masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
hukum, menyelidiki sifat dan susunan badan-badan persekutuan hukum. Persekutuan
merupakan kesatuan yang mempunyai tata susunan yang teratur dan memiliki pengurus
dan kekayaan sendiri, baik kekayaan materil maupun kekayaan immaterial. Sedangkan
mesjid dilahirkan oleh kebutuhan mukim (beberapa gampong), karena kebutuhan nilai-nilai
aqidah/syariat, terutama shalat Jum`at. Sejarah mukim tumbuh dalam konteks diperlukan
empat puluh orang untuk mendirikan shalat Jum`at (Hurgronje,1985: 91). Dengan demikian,
peran mesjid adalah syariat, dan peran meunasah adalah adat yang kemudian melahirkan
suatu paduan sikap prilaku (kebersihan adat dilakukan oleh mesjid dan kekuatan tegaknya
agama dikokohkan denganadat/meunasah). Kontribusi peran meunasah dan mesjid dalam
kehidupan sosial Aceh, telah memperkokoh otoritas dan otonomitas dua kawasan tatanan
kehidupan masyarakat, yaitu kawasan gampong dan mukim.
E. Kebudayaan Fisik
1. Bahasa
Menurut Asyik, bahasa Aceh berasal dari turunan rumpun bahasa Austronesia
(Asyik dalam Ismuha, 1988: 142). Bahasa Aceh asli yang mirip dengan bahasa Campa
atau Indo Cina diperkirakan ada sebelum berkembangnya bahasa Melayu. Saat ini
Bahasa Aceh menjadi bahasa ibu di sebagian besar pedesaan wilayah Aceh dan
54 | P a g e
54 | P a g e
terdiri atas beberapa dialek, diantaranya dialek Peusangan, Banda, Bueng, Daya,
Pase, Pidie, Tnong, Seunangan, Matang, dan Melaboh. Yang masih terdapat di
wilayah Aceh Nanggroe Darussalam adalah:
a. Bahasa Aceh
b. Bahasa Jamee
c. Bahasa Kluet
d. Bahasa Simeulue
e. Bahasa Haloban
f.
Bahasa Gayo
g. Bahasa Tamiang
h. Bahasa Alas
Tradisi bahasa tulisan ditulis dalam huruf Arab-Melayu yang disebut bahasa Jawi
atau Jawoe. Bahasa Jawi ditulis dengan huruf Arab ejaan Melayu. Pada masa
Kerajaan Aceh banyak kitab ilmu pengetahuan agama, pendidikan, dan kesusastraan
ditulis dalam bahasa Jawi.
2. Sistem Organisasi Sosial
a. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan masyarakat Aceh merupakan kombinasi antara budaya
Minangkabau dan Aceh, di mana bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga
inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah menikah pada
umumnya bersifat matrilokal. Selama masih tinggal dalam
rumah
mertua, suami
belum mempunyai tanggung jawab terhadap rumah tangga dan yang bertanggung
jawab adalah ayah pihak wanita. Dalam kekerabatan di Aceh, peranan ibu dalam
mendidik anak sangat jelas sehingga si ibu dapat membentuk mental anak sesuai
dengan harapan ibu dan seringkali seorang ayah hampir tidak mengetahui pola
pendidikan si ibu, karena ayah lebih berperan dalam menentukan ekonomi keluarga.
Masyarakat Aceh mengenal keluarga luas yang terdiri dari beberapa keluarga
namun mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Hubungan keluarga ini
terdiri dari Wali, karong dan kaom. Wali adalah orang laki-laki yang ditentukan oleh
keturunan bapak, yang dapat menjadi wali nikah sekaligus dapat menerima warisan
sesuai ketentuan agama. Karong adalah saudara yang dihitung dari keluarga ibu,
55 | P a g e
55 | P a g e
fungsi karong hampir sama dengan wali. Sedangkan kaom adalah semua saudara dari
pihak ayah/laki-laki dan saudara pihak perempuan/ibu.
Sistem kemasyarakatan di Aceh, dari tingkatan yang paling tinggi ke tingkatan
yang paling rendah terdiri dari:
56 | P a g e
56 | P a g e
1) Majelis Adat Aceh adalah organisasi tertinggi dalam hirarki Lembaga Adat
di Nanggroe Aceh Darussalam. Majelis Adat Aceh bertugas membantu
57 | P a g e
57 | P a g e
mengkoordinasikan
pelaksanaan
keagamaan
dan
kegiatan
yang
berkenaan
dengan
pemeliharaan
dan
58 | P a g e
58 | P a g e
Glee
bertugas
mengelola
lingkungan
hutan
dan
(perkebunan),
dan
bertugas
mengelola
kawasan
sama
dengan
pejabat
pemerintah
untuk
mengelola
pelabuhan.
Berdasarkan pendekatan historis, lapisan masyarakat Aceh yang menonjol
dapat dikelompokkan dalam
59 | P a g e
59 | P a g e
60 | P a g e
60 | P a g e
seine), berbentuk jaring panjang, bersayap, dan memiliki sebuah kantong pada bagian
ujungnya. Alat ini khusus digunakan untuk menangkap ikan pada lokasi yang berpantai
landai dan berpasir. Pukat ini dioperasikan oleh sekurang-kurangnya lima belas orang
dengan cara dilingkarkan pada lokasi tertentu dan kemudian ditarik menelusuri dasar
perairan menuju ke pantai dengan menggunakan perahu dayung. Pukat pantai ini termasuk
alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan karena tidak mengganggu biota laut lainnya,
sehingga ia merupakan peralatan penangkap ikan yang ideal menurut hukum adat nelayan
setempat (Hukm Adat Lat).
4. Sistem Teknologi
Sistem teknologinya
sehingga seni kerajinan perhiasan yang motif, ornamen dan desain perhiasan tradisional
Aceh merupakan terjemahan dari peradaban Islam. Ornamen diciptakan dari abstraksi
tumbuh-tumbuhan,
meuih, reunek leuek, gigoe daruet, dan boh eungkot) dipakai untuk melengkapi pakaian
adat seperti Keureusang, Patam dhoe, Peuniti, Subang Aceh, Simplah, dan Taloe jeuem.
Aceh memiliki senjata tradisional yaitu Rencong/reuncong yang bentuknya
menyerupai huruf L, merupakan kaligrafi tulisan Bismillah, yang termasuk dalam kategori
dagger/belati. Rencong memiliki tingkatan; untuk Raja atau Sultan biasanya terbuat dari
gading (sarungnya) dan emas murni (bagian belatinya). Sedangkan rencong lainnya terbuat
dari tanduk kerbau atau pun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai
belatinya. Ada 4 macam rencong, yaitu:
a. Reuncong Meucugek;
b. Reuncong Meupucok;
c. Reuncong Pudoi;
d. Reuncong Meukure.
Ada juga jenis senjata lainnya seperti siwaih, peudeung (pedang), dan tombak.
Dalam Rumoh Aceh (Rumah Adat Aceh) (Krong Badee), pengaruh agama Islam dan alam
sekitar tampak menyatu mewarnai bentuk dan ornamen ragam hiasnya. Bertiang selalu
genap, beratap rumbia dan berdinding kayu atau papan.
61 | P a g e
61 | P a g e
Rumah Adat
5. Sistem Ekonomi
Aceh memiliki potensi alam yang sangat cocok untuk pertanian, maka mata
pencaharian utama masyarakat adalah sebagai petani padi atau sebagai petani kedelai,
yang merupakan primadona komoditas pertanian, terutama di daerah Aceh Utara dan Aceh
Timur. Mata pencaharian kedua setelah pertanian adalah bekerja pada sector perkebunan,
terutama
perkebunan
kelapa
sawit
maupun
kakao.
Tetapi
semenjak
terjadinya
perusahaan
perkebunan ditutup. Mata pencaharian ketiga adalah bekerja di sektor perikanan baik
perikanan laut maupun perikanan darat sebagai nelayan atau petambak. Mata pencaharian
keempat adalah sebagai pedagang, maupun sektor informal lainnya. Mata pencaharian
terakhir adalah bekerja di sektor pertambangan terutama bekerja sebagai karyawan swasta
perusahaan migas asing. Di dalam sistem ekonomi masyarakat Aceh, terutama di
pedesaan, lembaga ekonomi merupakan salah satu aspek pengendalian sosial. Pola
tradisional tentang pengendalian sosial yang berhubungan dengan lembaga ekonomi adalah
sistem mawah (bagi hasil), merupakan sistem ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam
dan sudah diwariskan sejak ratusan tahun yang lalu. Mawah dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk barang seperti lembu, tanah sawah atau pun tanah perkebunan.
6. Sistem Religi
Aceh dikenal dengan sebutan Serambi Mekah, maka unsur-unsur kebudayaannya
sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Pesantren merupakan lembaga agama yang
berperan sangat strategis dalam membentuk pribadi masyarakat. Selain berfungsi sebagai
62 | P a g e
62 | P a g e
pembinaan umat, pesantren pun menjadi media dalam membawa pembaharuan dan
pemikiran Islam sekaligus mencetak cendikiawan muslim atau ulama.
7. Kesenian
Pada awalnya kesenian Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, terlihat
misalnya dalam gerakan Tari Seudati. Dalam perkembangannya unsur seni Islamlah yang
lebih
menonjol, baik dalam syair-syairnya maupun pakaian yang dikenakan oleh para
penari. Sebagai contoh Hikayat Perang Sabil dan Hikayat Malem Dewa.
Kesenian Aceh secara umum terbagi dalam seni tari, seni sastra dan cerita rakyat.
Adapun ciri-ciri tari tradisional Aceh adalah sebagai berikut:
a. bernafaskan Islam
b. ditarikan oleh banyak orang (massal)
c. pengulangan gerak serupa yang relatif banyak
d. memakan waktu penyajian yang relatif panjang
e. kombinasi tari, musik dan sastra
f.
Didong
Saman;
Tari
Saman
adalah
tarian
suku
Gayo
yang
syairnya
mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Saman diperoleh dari salah
satu ulama yaitu Syech Saman. Tari Saman dimainkan oleh belasan laki-laki,
tetapi jumlahnya harus ganjil. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah
seorang pemimpin yang disebut syeikh. Syeikh juga bertugas menyanyikan syair
lagu Saman.
63 | P a g e
63 | P a g e
c. Tradisi Puetron Anak; Pada upacara ini, anak yang telah berumur empat puluh
empat hari diturunkan ke halaman dengan dipayungi dan kaki anak tersebut
diinjakkan ke tanah (peugiho tanoh). Di atas kepala si anak dibelah buah kelapa
dengan alas kain putih yang dipegang oleh empat orang. Kelapa yang telah
dibelah tersebut, sebelah diberikan kepada pihak orang tua suami dan sebelah
lagi diberikan kepada pihak orang tua si istri, dengan tujuan supaya kedua belah
pihak tetap kekal dalam persaudaraan. Selanjutnya diadakan pembakaran
petasan dan disuruh orang-orang yang tangkas dan ahli bermain pedang
mempertunjukkan ketangkasan mereka dengan mencincang batang pisang,
supaya anak tersebut nanti berani dalam membela negara, dan dapat menjadi
panglima perang yang tangkas dan arif bijaksana. Selanjutnya anak tersebut
ditempatkan ke dalam sebuah balai di halaman, dengan tujuan supaya anak
tersebut nanti dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dan dapat
menjadi orang terkemuka dalam masyarakat.
RANGKUMAN
1) Semua kehidupan diwarnani oleh hukum Islam, baik dalam masalah hubungan
kemasyarakatan maupun dalam bidang kesenian .
2) Meskipun demikian kedudukan wanita setara dengan pria.
3) Meunasah dan masjid menjadi lambang identitas keacehan.
4) Bahasanya berasal dari bahasa Campa (Indo Cina), kemudian bahasa Melayu
berkembang.
5) Sistem organisasi sosialnya dipengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau.
6) Sistem pengetahuan mencakup tentang fauna, flora, tubuh maniusia, gejala
alam, dan waktu. Sistem ekonominya berdasar pertanian, perkebunan,
perikanan, perdagangan, pertambangan, dan industry.
LATIHAN
1) Apa yang menyebabkan timbulnya GAM? Uraikan!
2) Mengapa Propinsi Aceh disebut Daerah Istimewa? Uraikan!
3) Jelaskan bagaimana kedudukan wanita Aceh!
4) Siapakah Malahayati? Apa hubungannya dengan Angkatan Laut RI?
5) Mengapa Aceh disebut Serambi Mekah? Uraikan!
64 | P a g e
64 | P a g e
BAB
KEBUDAYAAN BATAK
A. Gambaran Umum
Batak adalah nama sebuah suku bangsa di Indonesia, suku ini kebanyakan bermukim di
Sumatera Utara, namun ada sebagian yang tinggal diperbatasan propinsi Aceh dan
Sumatera Barat. Mayoritas orang Batak beragama Kristen dan Islam, tetapi ada pula yang
masih menganut kepercayaan animisme (disebut Parmalim).
Orang Batak dewasa ini mendiami sebagian besar daerah pegunungan Sumatera Utara
mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh disebelah utara sampai keperbatasan Riau
dengan Sumatera Barat di sebelah selatan, juga mendiami tanah datar yang berada
diantara daerah pegunungan dengan pantai Timur Sumatera Utara dan pantai Barat
Sumatera Utara. Dengan demikian orang Batak ini mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat
Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, dan
Mandailing serta Kabupaten Tapanuli Tengah. Secara geografis orang Batak dapat dibagi
menjadi 5 sub etnis sebagai berikut:
a. Batak Karo, suku ini mendiami dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu,
Serdang Hulu dan sebagian dari daerah Dairi,
b. Batak Simalungun, suku ini mendiami Kabupaten Simalungun,
c. Batak Pakpak, suku ini mendiami daerah induk Dairi, dan Aceh Selatan,
d. Batak Toba, suku ini mendiami daerah Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara,
sebagian Tapanuli Tengah.
65 | P a g e
65 | P a g e
Keterangan
mengenai Mandailing sebelum abad XIV sebagai suatu kerajaan tidak ada hanya
disebut sebagai bawahan kerajaan Majapahit. Perlu diketahui bahwa terdapat
reruntuhan candi Siwa (Hindu) dari abad ke-8 datang ke Mandailing dalam
rangka mencari emas yang mereka namakan Swarna Dwipa. Orang Hindu
tersebut datang ke Mandailing adalah yang berasal dari Kerajaan Kalingga di
India, oleh sebab itu orang Kalingga itu disebut orang Holing atau orang Koling.
Kemungkinan orang-orang tersebut datang dan masuk dari daerah Singkuang
yaitu tempat bermuaranya sungai Batang Gadis yang cukup terkenal sebagai
pelabuhan Mandala yang berarti lingkungan atau kawasan untuk orang-orang
66 | P a g e
66 | P a g e
Holing,
abad ke-13 orang orang Hindu ada yang menetap di Mandailing, hal ini diketahui
ada tiang batu di gunung Sorik Merapi bertarih abad ke - 13 di kawasan
Mandailing Godang (Pidoli).
Masyarakat Mandailing dan Angkola dominan menganut agama Islam dan
menolak mengakui asal usul Batak dari si Raja Batak. Mahkamah Syariah Sultan
Deli mendeklarasikan bahwa suku bangsa Mandailing terpisah dan berdiri sendiri
dari suku bangsa Batak, oleh karena itu suku Bangsa Batak membawa kasus
tersebut ke Mahkamah Sipil di Batavia, Jawa dan Mahkamah tertinggi di Hindia
Belanda mendeklarasikan bahwa suku bangsa Mandailing bukan Batak.
2. Sejarah silsilah Batak
Nama Batak tidak diketahui secara pasti, tetapi menurut cerita-cerita suci orang
Batak terutama dari Batak Toba semua sub suku Batak mempunyai nenek moyang yang
satu si Raja Batak. Sebutan Raja pada Raja Batak bukanlah yang memiliki kekuasaan
(penguasa) tetapi sebagai penghormatan belaka.
sebagai berikut: Dikatakan bahwa si Raja Batak dan rombongannya datang dari
Thailand terus ke semenanjung Malaysia kemudian menyeberang ke Sumatera dan
menghuni di Sianjur Mula-mula (kurang lebih 8 km kearah barat Panguruan pinggiran
Danau Toba). Versi lain mengatakan melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana
keselatan hingga bermukim dipinggir danau Toba. Diperkirakan si Raja Batak menurut
batu tulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (guru besar
Purbakala di Madras, India) menjelaskan bahwa tahun 1204 kerajaan COLA dari India
menyerang Kerajaan Sriwijaya (Sumsel) yang menyebabkan bermukimnya 1500 orang
Tamil di Barus (Sumut). Pada tahun 1275 Kerajaan Mojopahit (Jawa) menyerang
Sriwijaya dan menguasai hingga daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1400
kerajaan Nakur berkuasa disebelah timur Danau Toba, tanah Karo dan sebagian Aceh.
Diperkirakan si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad 13), sedang Raja
Sisimangaraja XII adalah salah satu turunan si Raja Batak yang ke 19, beliau wafat th
1907, dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20.
Menurut buku Tarombo Borbor Marsda anak si Raja Batak ada 3 orang yaitu Guru
Tetea Bulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut inilah yang dipercaya sebagai terbentuknya
marga marga Batak. Dilihat dari tahun kejadian tersebut Si Raja Batak diperkirakan
67 | P a g e
67 | P a g e
sebagai pejabat kerajaan Sriwijaya yang ditempatkan di daerah timur danau Toba
(sekarang daerah Simalungun). Akibat konflik dengan orang orang Tamil mereka
mengungsi dari selatan danau Toba (daerah Portibi) atau dari barat danau Toba (Barus)
ke pedalaman.
Menurut budayawan Karo, Darwan Prinst, kerajaan Haru yang pernah berdiri di
Sumatera inilah sebagai cikal bakal suku Karo sedangkan menurut Tengku Lukman
Sinar seorang sejarahwan Sumatera Utara dalam kongres kebudayaan Karo tahun 1995
di Berastagi menampilkan bukti bukti bahwa Deli Tua adalah ibu kota kerajaan Haru
tersebut.
Dapat disimpulkan Rita Smith Kipp dengan bukunya yg berjudul The Early
Years of Dutch Colonial Mission The Karo Field, bahwa penamaan Batak pada Karo
adalah istilah untuk menyatukan suku-suku yang belum beragama, yang ketika itu selain
Melayu (Islam), Masyarakat Batak (Mandailing dan Angkola yang dominan menganut
agama Islam menolak mengakui asal usul Batak berasal dari si Raja Batak karena
peninggalan peninggalan sejarah kerajaan kuat diwariskan oleh pengaruh Melayu
(Islam).
Kemelut ini sampai sekarang masih terjadi sehingga hanya suku Batak Toba yang
menyebut diri sebagai orang Batak, sedang suku suku lainnya menyebut dirinya dengan
nama suku seperti tertulis di atas.
3. Letak Geografis
Orang Batak dewasa ini mendiami sebagian besar daerah pegunungan Sumatera
Utara mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh disebelah utara sampai
keperbatasan Riau dengan Sumatera Barat di sebelah selatan, juga mendiami tanah
datar yang berada diantara daerah pegunungan dengan pantai Timur Sumatera Utara
dan pantai Barat Sumatera Utara. Dengan demikian orang Batak ini mendiami Dataran
Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang,
Silindung, Angkola, dan Mandailing serta Kabupaten Tapanuli Tengah.
Secara geografis orang Batak dapat dibagi menjadi 5 sub etnis sebagai berikut:
a. Batak Karo, suku ini mendiami dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu,
Serdang Hulu dan sebagian dari daerah Dairi.
b. Batak Simalungun, suku ini mendiami Kabupaten Simalungun.
c. Batak Pakpak, suku ini mendiami daerah induk Dairi, dan Aceh Selatan.
68 | P a g e
68 | P a g e
d. Batak Toba, suku ini mendiami daerah Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara,
sebagian Tapanuli Tengah.
e. Batak Mandailing, suku ini mendiami daerah Kabupaten Tapanuli Selatan,
Mandailing Natal, Kotamadya Padang Sidempuan, sebagian Tapanuli Tengah,
serta sebagian Pasaman di Sumatera Barat.
B. Sistem Budaya
a. Falsafah
Masyarakat Batak memiliki falsafah yang melambangkan sikap hidup dalam
bermasyarakat yaitu yang disebut Dalihan Natolu . Pengertian Dalihan natolu adalah
satuan tungku yang terdiri dari 3 batu. Pada zamannya orang Batak memasak
dengan bahan kayu bakar, untuk menahan periuk dipergunakan 3 batu. Keadaan ini
dipakai sebagai falsafah orang Batak dalam hidup bermasyarakat yang meliputi:
1) Marsomba tu hula hula (Toba), atau Kalimbubu (Karo) atau Mora (Mandailing);
Hula hula adalah orang tua dari wanita yang di nikahi oleh seorang pria, namun
hula hula dapat diartikan secara luas yaitu semua saudara dari wanita yang
dinikahi. Marsomba tu hula hula artinya seorang pria harus menghormati
keluarga pihak isterinya
2) Elek Marboru (Toba) atau Anak beru (Karo) atau Anak boru (Mandailing); Boru
adalah anak perempuan dari satu marga. Dalam arti luas istilah boru adalah anak
perempuan dari satu marga tersebut. Elek marboru artinya harus dapat
merangkul boru. Hal ini melambangkan kedudukan seorang wanita didalam
lingkungan marganya.
3) Manat mardongan tubu (Toba), atau Senina (Karo) atau Kahangi (Mandailing);
Dongan tobu adalah saudara-saudara semarga, Manat mardongan tubu
melambangkan hubungan dengan saudara saudara semarga. Dalihan natolu ini
menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
khasanah Karo saudara semarga ini disebut dengan Senina. Dalam khasanah
Mandailing saudara semarga disebut dengan hahangi (baca : kahanggi).
b. Simbol budaya pada rumah Batak
Simbol dalam budaya Batak ditampilkan dalam rumah suku Batak, yaitu:
1) Pada bagian puncak rumah yang menjulang keatas dipasang tanduk kerbau
melambangkan kesejahteraan bagi keluarga yang mendiami atau arca muka
69 | P a g e
69 | P a g e
70 | P a g e
70 | P a g e
yang pantang dilakukan yaitu dengan wanita yang dari marganya sendiri. (namun
sekarang sudah banyak pemuda yang tidak mengikuti adat kuno tersebut)
b. Perkawinan Lari
Perkawinan yang diluar prosedur adalah perkawinan lari (mangalua), hal ini
terjadi karena tidak terdapat persesuaian antara salah satu pihak atau dua belah
pihak kaum kerabat. Pada kawin lari ini dalam waktu kurang dari satu hari kaum
kerabat pihak laki-laki harus mengirimkan delegasi kerumah orang tua si gadis
untuk memberitahukan bahwa anak gadis mereka telah dibawa dengan maksud
dikawini (diparaja, bahasa Toba).
4. Marga dan Tarombo
a. Marga
Marga adalah sekelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah
(patrilinial). Sistem patrilinial memutuskan garis keturunan selalu dihubungkan
dengan laki-laki. Seorang Batak merasa hidupnya lengkap bila ia telah memiliki
anak laki-laki yang akan meneruskan marganya. Semua satu marga dilarang
saling mengawini (tidak berlaku bagi orang Batak Mandailing dan Batak Angkola)
dan sesamua marga disebut dalam Dalihan Natolu disebut Dongan Tubu. Jumlah
seluruh marga Batak sebanyak 416 termasuk marga suku Nias (sebenarnya suku
Nias bukan Batak). Setiap orang Batak memiliki nama marga, pemakaian nama
marga biasanya dicantumkan dibelakang atau diakhir namanya . Nama marga ini
diperoleh dari garis keturunan
71 | P a g e
71 | P a g e
72 | P a g e
72 | P a g e
panjang, lantai rumah kadang kadang setinggi 1,75 meter di atas tanah, bagian
bawah dipergunakan untuk kandang babi, ayam dan sebagainya. Bila orang
hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak
terbentur pada balok yang melintang, hal ini dimaksudkan agar tamu harus
menghormati si pemilik rumah, serta hiasan seperti tempurung kelapa
melambangkan buah dada wanita yang disebut adep adep, hiasan ini
melambangkan sumber kesuburan dan kesatuan. Semua rumah adat dibuat dari
kayu, pada sudut rumah terdapat hiasan gajah dompak bermotif muka binatang
mempunyai maksud penolak bala, begitu pula hiasan bermotif binatang cicak,
kepala singa dimaksudkan untuk menolak guna-guna, hiasan itu ada yang
berupa ukiran dan diberi warna dengan warna hitam, kuning dan merah yang
melambangkan tiga dunia kepercayaan masyarakat Batak. Rumah yang paling
banyak hiasannya disebut Gorga. Rumah adat Batak Toba disebut Ruma Bolon,
rumah adat Mandailing disebut Bagas Godang. Untuk memasuki rumah harus
menaiki anak tangga yang terletak di tengah rumah yang jumlah anak tangganya
ganjil.
c. Perkawinan dan perceraian
Perkawinan pada orang Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya
mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan tetapi juga mengikat
dalam suatu hubungan kaum kerabat dari laki-laki dengan kaum kerabat kaum
perempuan. Perkawinan ideal dalam masyarakat Batak adalah perkawinan
antara orang-orang rimpal (marpariban, bahasa Toba) Pada masa sekarang
sudah banyak pemuda tidak lagi menuruti adat ini lagi. Inisiatif lamaran diambil
dari kaum kerabat laki-laki dengan mengirimkan suatu utusan resmi kerumah
sigadis.
1) Kawin Lari; Perkawinan yang di luar prosedur tersebut di atas adalah
perkawinan lari (mangalua), hal ini terjadi kaena tidak terdapat persesuaian
antara salah satu pihak atau dua belah pihak kaum kerabat. Pada kawin lari
ini dalam waktu kurang dari satu hari kaum kerabat pihak laki-laki harus
mengirimkan delegasi kerumah orang tua sigadis untuk memberitahukan
bahwa anak gadis mereka telah dibawa dengan maksud dikawini (diparaja
bahasa Toba). Selang beberapa lama maka akan
dilakukan upacara
73 | P a g e
73 | P a g e
manuruk nuruk untuk minta maaf. Setelah upacara ini dilalui barulah
kemudian disusul dengan upacara perkawinan secara resmi.
2) Perkawinan
Levirat;
Pada
adat
Batak
terdapat
perkawinan
levirat.
74 | P a g e
74 | P a g e
d. Di bidang perkawinan
Masyarakat Batak memberi jalan keluar bila calon pengantin tidak disetujui oleh
kedua belah pihak orang tua mereka dengan mengadakan kawin lari meskipun
harus dipenuhi persyaratan yang ada.
e. Di bidang kekerabatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah hidup yang tetap menghormati dan. menjaga
kerukunan kekerabatannya yaitu falsafah Dalihan Natolu.
f.
Di bidang pengobatan
Dari sejak dulu suku Batak telah menggunakan pengobatan secara tradisional,
baik dengan menggunakan bahan tumbuhan maupun dengan upacara ritual.
4. Sistem Teknologi
a. Alat alat pertanian, alat rumah tangga, tenun, berburu, menangkap ikan. Dalam
kehidupan sehari hari masyarakat Batak memiliki peralatan sebagai sarana
menyelesaikan pekerjaannya. Alat alat tersebut meliputi alat pertanian, alat
rumah tangga, alat tenun, alat berburu dan alat menangkap ikan.
1) Alat Pertanian
a) Ansuan berfungsi sebagai cangkul terbuat dari batang pohon enau
b) Ordang berfungsi sebagai alat pelobang tanah
c) Panasapi berfungsi untuk membersihkan pematang sawah
d) Pangali berfungsi sebagai penggali tanah
e) Sorha-soreng ha berfungsi sebagai pembajak sawah
2) Alat rumah tangga
a) Sapa berfungsi sebagai tempat nasi dibuat dari kayu
b) Pinggan pasu berfungsi sebagai tempat makanan pada upacara adat
c) Sakke Piring berfungsi sebagai tempat piring
3) Alat tenun tradisional
a) Busur Hapas berfungsi sebagai membusur kapas, dibuat dari bambu
b) Sorha tangan berfungsi untuk memintal benang, roda digerakkan dengan
tangan
c) Sorha pat berfungsi untuk memintal benang, roda digerakan dengan kaki
d) Erdeng erdeng (panghulhulan) berfungsi untuk menggulung benang
4) Alat Berburu
75 | P a g e
75 | P a g e
b. Peternakan
Kerbau, sapi, babi, kambing, ayam dan bebek
c. Menangkap ikan
Pekerjaan dilakukan secara eksklusif oleh orang laki laki dalam perahu dengan
jala, pancing, dan perangkap ikan.
6. Sistem Religi
a. Agama
Terdapat agama Islam dan Kristen Protestan yang diperkirakan masuknya pada
masa yang sama yaitu pada tahun 1810-an. Agama Islam disiarkan oleh orangorang
76 | P a g e
76 | P a g e
77 | P a g e
77 | P a g e
Batak
Karo
mempunyai
kepercayaan
tentang
adanya
78 | P a g e
78 | P a g e
7. Kesenian
a. Pakaian Adat
Pakaian adat dikenal dengan ulos. Ulos adalah kain tenun khas Batak yang
berbentuk selendang. Secara harafiah ulos berarti selimut, pemberi kehangatan
badaniah dari terpaan udara dingin. Menurut pemikiran leluhur Batak ada 3
sumber kehangatan yaitu : matahari, api dan ulos. Dari ketiga sumber tersebut
ulos dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari - hari.
Matahari sebagai sumber kehangatan tidak dapat diperoleh pada malam hari
sedang api dapat menjadi bencana jika lalai menggunakannya. Dalam
perkembangannya ulos juga diberikan kepada orang bukan Batak, sebagai
penghormatan dan kasih sayang.
Ada beberapa macam ulos, antara lain :
1) Ulos Ragidup
2) Ulos Ragihotang
3) Ulos Sibolang
4) Ulos Nametmet
5) Ulos Nabalga
b. Tarian Tradisional
Tor-tor, dilihat dari gerakan badan, tarian tortor dapat dibagi menjadi:
79 | P a g e
79 | P a g e
RANGKUMAN
1) Suku Batak memiliki kepercayaan bahwa mereka adalah
keturunan Si Raja
Batak.
2) Ulos adalah ciri khas pakaian Batak.
3) Masyarakat Batak menganut patriarkhat.
4) Marga adalah ciri kesatuan kemasyarakatan yang mengikuti paham patrilineal
5) Suku Batak Toba merupakan bagian masyarakat yang setia melaksanakan
upacara adat.
6) Walaupun mereka telah menganut agama Islam dan Kristen, namun tradisi adat
istiadatnya masih dipertahankan.
80 | P a g e
80 | P a g e
LATIHAN
1) Apa yang dimaksud dengan Dalihan Natolu?
2) Apa yang saudara ketahui tentang Tarombo dan apa itu penting?
3) Mengapa sering terjadi perselisihan paham pada saat melaksanakan upacara
adat?
4) Apa yang saudara ketahui tentang hiasan2 yang menempel dirumah adat suku
Batak?
5) Apa yang paling dilarang dalam mencari jodoh dan apa yang paling ideal
sebagai calon isteri dari seorang pemuda Batak?
6) Apa yang saudara ketahui tentang Pustaha?
BAB
KEBUDAYAAN BETAWI
81 | P a g e
81 | P a g e
A. Letak Geografis
Menyebut nama Betawi, teringatlah kita akan nama Jakarta. Kota Jakarta merupakan
dataran rendah dengan ketinggian kira-kira 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada
posisi 6.12 LS dan 106.48 BT. Luas wilayah Propinsi Jakarta berdasarkan SK Gubernur
Jakarta Nomor 1227 tahun 1989 yang berupa daratan seluas 661, 52 km2, berupa lautan
seluas 6.977,5 km2, terdapat tidak kurang dari 110 pulau yang tersebar di Kepulauan
Seribu, terdapat sekitar 27 buah sungai atau saluran.
Di sebelah utara membentang pantai dari barat ke timur sepanjang kira-kira 35 km,
menjadi tempat bermuaranya 9 (sembilan) buah sungai dan 2 (dua) buah kanal, sementara
di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat, sebelah barat dengan
Propinsi Banten, sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
B. Sistem Budaya
Orang-orang Betawi ini dianggap terlalu percaya diri dalam segala hal, dan melakukan
segalanya tanpa perhitungan yang matang dan tidak berdasarkan data yang akurat. Inilah
yang membuat mereka menjadi penduduk level rendah. Dari sifat mereka yang gampang
marah, gampang terprovokasi, tidak punya kemampuan dalam berpikir, inteligensi rendah,
dan minimnya pengetahuan, membuat mereka kalah dalam persaingan.
Sifat mereka umumnya tidak mau kalah dengan masyarakat lain, dalam hal apapun,
ingin terlihat kaya, ingin terlihat elite tetapi tidak ada kemampuan ekonomi yang mendukung.
Inilah yang menyebabkan mereka selalu merasa iri kalau ada tetangga atau orang lain yang
lebih mampu di bidang ekonomi dibanding mereka.
C. Sistem Sosial
Cara hidupnya yang relatif sederhana, bicaranya yang spontan, terbuka, dan mudah
bergaul, serta kerukunan masyarakatnya menjadi ciri Orang Betawi. Mereka kebanyakan
pemeluk agama Islam yang taat. Beberapa contoh bagaimana agama Islam menyatu dalam
kehidupan mereka sehari-hari, antara lain:
1. Bila waktu sholat tiba, mereka akan menghentikan kegiatan dan segera sholaat.
2. Bila ada anggota keluarga atau kerabat meninggal dunia, diusahakan dikubur hari itu
juga.
82 | P a g e
82 | P a g e
3. Bagi keluarga yang memiliki anak gadis yang sudah cukup dewasa harus segera
dinikahkan.
4. Tuan rumah akan memberi suguhan pada tamu sesuia dengan kemampuannya.
5. Mereka selalu mendahului dalam memberi salam.
6. Dalam bersalaman, mereka terlebih dahulu mengulurakan tangan, dan paling akhir
menariknya.
Ciri khas masyarakat Betawi asli ini dapat kita lihat pada masyarakat yang tinggal di
pesisir utara, mulai dari pesisir Bekasi sampai Teluk Naga Tangerang, di bagian selatan di
Condet, Pasar Minggu, dan perbatasan Kabupaten Bogor, di sekitar Tanah Abang, Kebon
Jeruk, Kebayoran Lama, dan Cileduk Tangerang.
D. Kebudayaan Fisik
1. Bahasa
Orang Betawi sendiri menyebut bahasanya sebagai Omong Betawi. Untuk
menyesuaikan dengan perubahan politik, maka dipakai istilah dialek MelayuJakarta . Hal ini karena Betawi berasal dari kata Batavia yang setelah Indonesia
Merdeka nama itu tidak digunakan lagi.
Dialek Melayu Betawi (DMB) selain dituturkan di wilayah DKI Jakara juga dituturkan
di sekitar Bekasi, Bogor, dan Tangerang. Dalam masyarakat penuturnya, DMB
difungsikan sebagai bahasa rendah jika penuturnya bilingual, namun bagi kelas
bawah dialek ini cukup berprestise.
Bahasa ini dapat dibagi ke dalam beberapa subdialek:
a. berdasar latar belakang keturunan
Yang kuat pengaruh Tionghoanya banyak bercampur dengan kata-kata
Tionghoa, misalnya, engkoh, encim, gua, lu. Sedangan Betawi keturunan Arab
memasukkan kata Arab misalnya ane, ente, dan ucapan bismillah yang
diucapkan bismille, dan alkhamdulilah yang diucapkan alhamdulille.
b. berdasar daerah, dikenal subdialek dalam kota (disebut Betawi Kota atau Betawi
Tengah) dan Betawi Pinggiran, (disebut Betawi Ora)
Pembagian kedua wilayah budaya ini bukan semata-mata berdasarkan letak
geografis, melainkan juga berdasar ciri-ciri budayanya, termasuk bahasa dan
kesenian tradisi yang didukungnya. Di wilayah budaya Betawi Tengah, tampak
keseniannya dipengaruhi oleh budaya Melayu, yang terlihat jelas pada orkes dan
83 | P a g e
83 | P a g e
84 | P a g e
84 | P a g e
punjungan makanan kepada para tetangga pada waktu tertentu, misalnya pada
waktu hajatan perkawinan atau sunatan.
Selain orangtua, masih ada lagi golongan yang disegani, karena dulu mereka
masih mengenal konsep Jawara Betawi. Namun, konsep jawara atau organisasi
jago saat ini sudah mengalami perubahan. Organisasi jago yang muncul saat ini
lebih banyak karena kemiskinan dan kesenjangan ekonomi.
c. Pola perkampungan dan bentuk rumah
Masyarakat Betawi pada awalnya adalah masyarakat river basin. Mereka
membangun rumah berkelompok sepanjang sungai-sungai. Pintu depan
menghadap ke arah sungai, akibatnya setelah perlahan-lahan rumah Betawi
masuk ke pedalaman, arah rumah Betawi menjadi tidak teratur. Tetapi sisa-sisa
budaya DAS-nya masih tertinggal, biasanya dalam bentuk adanya sumur gali di
depan rumah. Pada dasarnya ada tiga zoning di rumah tradisional Betawi, yaitu:
1) kawasan publik (ruang tamu), berupa ruang tanpa diding, ini kawasan amben
2) kawasan privat ( ruang tengah dan kamar), ini wilayah pangkeng,
3) kawasan servis (dapur), atau srondoyan
Tercatat ada sebuah sudut penting, bahkan sakral dalam arsitektur Betawi , yakni
konstruksi tangga yang diistilahkan balaksuji. Bahwa memasuki rumah lewat
tangga adalah proses menuju kesucian. Idealnya jika ada sumur di depan rumah,
siapa pun yang hendak masuk rumah harus membasuh kakinya dulu, baru naik
tangga, sehingga masuk rumah dalam keadaan bersih. Di sejumlah kampung
balaksuji dipertahankan atau pindah lokasi. Tangga tidak ada di rumah
penduduk, tapi ada di mesjid kampung. Balaksuji dipasang di tempat khotbah.
Tangga ini menjadi tangga menuju mimbar. Kesuciannya dipertahankan di rumah
ibadah.
d. Tradisi Adat
1) Sunatan (Khitanan)
Anak yang dikhitan biasanya berumur anatara 8-10 tahun. Upacaranya ada
yang sederhana cukup dengan sedekahan dan membaca doa bagi anak
yang disunat, ada pula yang besar-besaran. Untuk yang diadakan secara
besar-besaran, pengantn sunat diarak keliling dengan menunggang kuda
dengan mengenakan pakaian haji layaknya penganten kawinan, penganten
85 | P a g e
85 | P a g e
sunat juga menjadi raja sehari di mana kemauan atau permintaannya semua
dituruti oleh orangtuanya. Di dalam arak-arakan juga ada ondel-ondel yang
menyertainya, tetapi tidak ada susunan prosesi seperti dalam upacara ngarak
penganten kawinan. Biasanya juga nanggap hiburan kesenian Betawi seperti
Lenong, Wayang, Gambang Kromong atau Tanjidor.
2) Pernikahan
Tahapan acara pernikahannya adalah sebagai berikut:
a) Ngedelengin. Didahului masa perkenalan, dahulu melalui Mak Comblang
b) Ngelamar
c) Bawe Tande Putus / Pertunangan
d) Piare Calon None Penganten (Tujuannnya untuk mengontrol kegiatan,
kesehatan, dan memelihara kecantikan)
e) Siraman, Ngerik, dan Malem Pacar
f)
Akad Nikah
ketimun,
nanas, untuk
menetralisir lemak.
4) Nujuh Bulan
Upacara ini dilakukan pada masa kehamilan anak pertama. Tanggal diambil
yang mengandung unsur tujuh, yaitu tanggal 7, 17, 27, pada bulan ke tujuh
kehamilan tersebut. Nujuh bulan ini bernuansa Islam, karenanya dilakukan
pembacaan tahlil. Dalam kenduri dibacakan Surat Yusuf , Surat Mariam dan
Surat Ar-Rahman. Ketiga surat ini dibacakan oleh tujuh orang pada waktu
yang bersamaan, sedangkan orang lain membacakan
ayat surat-surat
86 | P a g e
86 | P a g e
Dalam acara ini selalu ada rujak, yang terdiri dari tujuh macam buah,
terutama buah delima.
3. Sistem Ekonomi
Tempo dulu, masyarakat Betawi asli mencari nafkah dalam beberara profesi yang
terbagi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Misalnya di
kampung Kemanggisan dan sekitar Rawabelong banyak dijumpai petani kembang.
Kampung Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran
yang tanahnya tidak sesubur Kemanggisan, banyak dijumpai mandor dan jagoan
silat. Jiih, teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di Kampung Paseban
banyak warganya yang bekerja di kantor-kantor sejak jaman Belanda dahulu, meski
kemampuan pencak silat mereka tidak diragukan (dalam pendidikan keagamaan,
diselipkan juga latihan-latihan pencak silat).
Karena asalmuasal bentukan etnis mereka yang multikultur (orang Nusantara,
Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi mereka disesuaikan
dengan cara pandang dan bauran etnis dasar masing-masing.
4. Sistem Religi
a. Pemeluk Agama Islam
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, ada juga yang menganut
agama Kristen Protestan dan Katolik, tetapi jumlahnya sedikit sekali. Dikatakan
bahwa Islam dibawa oleh orang Arab dari Hadramaut, yang selain untuk
berdagang, juga bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Ajarannya
merupakan perpaduan antara unsur-unsur Arab, India Selatan, dan unsur
setempat. Orang Betawi yang memeluk agama Islam terbagi dua golongan, yaitu
golongan mualim, yakni yang taat menjalankan prinsip dasar agama Islaam
dengan baik dan teratur, dan golongan biasa yaitu golongan yang tidak terlalu
taat
menjalankan
prinsip-prinsip
agama
Islam.
Golongan
kedua
dapat
87 | P a g e
87 | P a g e
mengadakan
yang
dipersembahkan kepada roh itu, agar tidak marah ketika tempatnya dipakai untuk
mengadakan suatu pertunjukan. Orang Betawi juga mengenal keramat , yaitu
kuburan orang tertentu yang dianggap baik dan rohnya dapat membantu
kegiatan manusia, sehingga keramat itu sering didatangi untuk diminta restunya.
Tempat lain yang dianggap keramat adalah pohon beringin, sumur tua, dan yang
semacam itu.
Roh jahat dapat berasal dari manuisa, misalnya kuntilanak. Dipercaya bahwa ia
adalah roh wanita yang mati ketika hamil. Roh ini sering mengganggu wanita
yang sedang hamil dan sebagai penangkalnya wanita Betawi yang hamil, bila
hendak bepergian terutama pada malam hari, dianjurkan untuk membawa
benda-benda tajam seperti gunting dan jarum, supaya roh jahat itu takut sehingg
tidak mengganggu. Selain itu ada hantu yang disebut tuyul, yaitu roh jahat yang
berbentuk anak kecil yang kepalanya berjambul, dan sering digunakan oleh
orang tertentu untuk memperkaya dirinya, karena tugasnya mencarikan uang
bagi orang yang memeliharanya.
88 | P a g e
88 | P a g e
Beberpa orang Betawi memelihara anak ambar yang berupa roh. Anak ambar ini
dipelihara dalam kamar khusus, di dalamnya diberi perlengkaapn serba mini,
seperti tempat tudur kecil beserta kelambunya, bantal, guling, selop keci serta
diberi sajian pula. Orang yang memelihara anak ambar akan berdoa di dalam
kamar khusus tadi, apabila ia akan memulai suatu pekerjaan penting atau
keluarganya mendapat musibah. Pemelihara anak ambar ini juga dapat memberi
air putih yang dapat berfungsi sebagai obat setelah air tersebut disimpan di
kamar itu untuk beberapa lama. Menurit kepercyaan anak ambar ini adalah roh
anak si pemelihara yang mati karena lahir muda atau belum cukup umur ketika
dilahirkan. Ia dapat pula bukan anak kandung di pemelihara, tetapi roh anak
yang datang dan minta dirawat. Benda-benda tertentu, seperti misalnya gong
atau kromong pada teater lenong, dianggap mempunyai roh yang menjaga
benda tersebut. Orang Betawi juga mengenal susuk, Susuk ini banyak digunakan
oleh para seniman teater Betawi, dan dianggap dapat membuat orang yang
memakainya terlihat lebih cantik, lebih gagah, atau suaranya lebih merdu dalam
mengisi suatu pertunjukan teater Betawi.
Orang Betawi juga mengenal dukun, yaitu orang yang memiliki kepandaian
dalam alam nyata sekaligus alam gaib. Dukun juga orang yang dapat
menyembuhkan suatu penyakit. Dukun yang mampu menyembuhkan penyakit
yang disebabkan oleh kekuatan gaib disebut dengan istilah dukun saja,
sedangkan dukun yang menyembuhkan suatu penyakit biasa, misalnya patah
tulang, disebut dukun patah. Selain itu ada dukun beranak, yaitu dukun yang
membantu wanita melahirkan, yang dalam istilah Betawi disebut Mak Peraji.
5. Kesenian
a. Bangunan Terkenal
1) Monumen Nasional
2) Patung Dirgantara
b. Musik
1) Gambang Kromong, berasal dari seni musik Tionghoa
2) Rebana, berasal dari seni musik Arab
3) Kroncong Tugu, peninggalan orang Portugis. Kroncong yang sekarang
menjadi musik khas Indonesia, berasal dari pengembangan Keroncong Tugu.
89 | P a g e
89 | P a g e
4) Tanjidor, seni ini berasal dari Jaman Belanda. Terompet yang digunakan pun
sebagian besar keluaran masa itu
5) Samrah, dengan latar belakang Melayu. Sering diikuti dengan tarian, yang
disebut Tari Samrah.
c. Tari
1) Tari Samrah
2) Tari Cokek
3) Tari Yapong
4) Tari Topeng
5) Tari Zapin
6) Tari Blantek
d. Teater
1) Lenong
a) Lenong Denes; Menggunakan bahasa pengantar Melayu yang halus,
dialek Betawi yang digunakan bersifat resmi. Aktor dan aktrisnya
mengenakan busana formal. Kisahnya menggunaka seting kerajaan atau
lingkungan kaum bangsawan.
b) Lenong Preman; Menggunakan bahasa nonformal. Busana pemainnya
bebas. Kisahnya menggambarkan hidup keseharian yang sedang aktual,
kisah rakyat yang tertindas, yang mengundang kehadiran tokoh pendekar
taat ibadah yang melawan kesewenang-wenangan tuan tanah
2) Topeng Betawi; Mirip dengan Lenong, bedanya Topeng Betawi dibuka
dengan Tari Topeng penarinya bertopeng dengan busana berwarna merah
mencolok, mirip busana China. Seni ini banyak berkembang di daerah Betawi
Pinggir, seperti Depok, Pondok Gede dan Ciputat.
3) Topeng Jantuk
4) Topeng Blantek
5) Wayang Klitik
6) Wayang Kulit Betawi; Ceritanya tidak mengacu ke Ramayana dan
Mahabharata. Cerita yang dimainkan kontekstual dengan masyarakat sekitar.
Oleh karena itu penampilannya lebih bebas, lebih demokratis, menggunakan
Bahasa Indonesia pergaulan dengan logat Betawi.
90 | P a g e
90 | P a g e
Orang Betawi hanya menggemari cerita yang seru dan lucu, ada perang dan
kaya banyolan. Sepanjang perjalanan riwayatnya Wayang Kulit Betawi tampil
dengan penuh kesederhanaan, sehingga menepikan aspek estetika, moral,
dan
falsafah.
Ia
semata-mata
hiburan,
tidak
ada
latar
belakang
Ondel Ondel
Sosok Ondel-ondel disimbolkan sebagai wujud leluhur atau nenek moyang yang
senantiasa melindungi para anak cucu atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel
berupa boneka, tingginya 2,5 m dengan garis tengah 80 cm, dibuat dari anyaman
bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalam. Bagian
wajah berupa topeng atau kedok dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah
ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang
perempuan dengan warna putih
g. Senjata tradisional: bendo atau golok; Selain digunakan untuk keperluan seharihari, juga digunakan dalam seni bela diri silat.
h. Pakaian Adat
Yang pria menggunakan tutup kepala (destar) dengan baju jas tutup yang
digunakan dengan stelan celana panjang. Dilengkapi dengan selembar kain batik
dilingkarkan pada bagian pinggang dan sebilah golok diselipkan di depan perut.
Para wanita memakai baju kebaya dengan selendang panjang yang menutupi
kepala serta kain batik.
Pada pakaian pengantin terlihat hasil proses asimilasi dari berbagai kelompok
etnis pembentuk masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria
terdiri dari sorban, jubah panjang dan celana panjang yang dipengaruhi oleh
kebudayaan Arab, sedangkan pada pakaian pengantin wanita ada yang
menggunakan syangko (penutup kepala), baju model encim dan rok panjang
memperlihatkan adanya pengaruh kebudayaan Cina. Terompah yang digunakan
pengantin pria dan wanita dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.
91 | P a g e
91 | P a g e
i.
Rumah Adat
Rumah adat Betawi meskipun sudah langka, namun masih dapat dijumpai di
sekitar Marunda, Condet, Setu Babakan, maupun daerah pinggiran lainnya. Ada
empat tipe bentuk rumah tradisional, yaitu:
1) Rumah tipe Gudang dan Bapang berbentuk segi empat polos
2) ) Rumah tipe Kebaya memiliki beberapa bagian:
a) Langkan, yaitu bagian rumah yang berpagar rendah dan berfungsi
sebagai serambi, dibuat dari kayu atau bambu
b) Ruang depan, biasanya terbuka tanpa ada pintu, yang melambangkan
sifat Orang Betawi yang terbuka
c) Balai-balai dari bambu, merupakan perlengkapan utama dan terdapat di
ruang depan, fungsinya untuk menerima tamu
d) Atap dan wuwungan, jika dilihat dari depan tampak berbentuk segitiga
sama kaki dengan tambahan pet sebagai penahan panas atau hujan,
sedangkan dari samping tampak berbentuk trapezium. Bagian atap
(wuwungan) pada pertemuan sisi kaki segi tiga sama kaki dengan sisi
kaki trapezium disebut jurai. Jurai adalah genting yang dipasangkan atau
dipaku pada ander sebagai penghubng sisi kaki segi tiga dengan sisi kaki
trapezium yaitu untuk menahan air agar tidak masuk ke dalam rumah
e) Jendela bulat, biasanya terdapat di samping kiri atau kanan ruang depan,
ada yang ditutup dengan daun jndela, seringkali ditutup dengan jeruji.
Jendela bulat dikenal oleh Orang Betawi adalah sama sekali tidak
menggunakan daun jendela atau pun jeruji, yang disebut melompang
f)
Jendela intip, dua buah jendela yang terdapat di kiri kanan pintu masuk ke
ruang dalam, yaitu jendela berjeruji
92 | P a g e
92 | P a g e
Kuliner
1) Ketoprak
2) Bir pletok
3) Soto Mie
4) Rujak bebek
5) Toge goreng
6) Dodol Betawi
7) Kerak Telor
8) Ketupat Bebanci
9) Kue Akar Kelapa
10) Pucung Gabus
11) Nasi Ulam
12) Nasi Uduk
93 | P a g e
93 | P a g e
kebudayaan
asing
mana
sajakah
yang
terlihat
pada
upacara
perkawinannya?
3) Mengapa pendidikan formal tidak diminati oleh suku bangsa Betawi?
4) Sebutkan beberapa tokoh Betawi yang terlibat dalam perjuangan nasional, baik
perjuangan politik atau bidang lainnya!
5) Apa yang Anda ketahui tentang bir pletok?
94 | P a g e
94 | P a g e
BAB
KEBUDAYAAN MINANGKABAU
95 | P a g e
95 | P a g e
A. Pendahuluan
Ada beberapa pendapat mengenai asal kata Minangkabau diantaranya:
1. Purbacaraka (dalam buku Riwayat Indonesia I) Minangkabau berasal dari kata
Minanga Kabawa atau Minanga Tamwan, yang maksudnya adalah daerah-daerah di
sekitar pertemuan dua sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan.
2. Van der Tuuk mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Phinang Khabu yang
artinya tanah asal.
3. Sutan Mahmud Zain mengatakan kata Minangkabau berasal dari Binanga Kamvar
maksudnya muara Batang Kampar.
4. M.Hussein Naimar mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Menon Khabu
yang artinya tanah pangkal, tanah yang mulya.
5. Slamet Mulyana mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Minang Kabau.
Artinya, daerah-daerah yang berada di sekitar pinggiran sungai-sungai yang
ditumbuhi batang kabau (jengkol).
Dari berbagai pendapat itu dapat disimpulkan bahwa Minangkabau itu adalah suatu
wilayah yang berada di sekitar muara sungai yang didiami oleh penduduk sehingga
penduduk setempat disebut orang Minangkabau.
Wilayah
budaya
Minangkabau
adalah
wilayah
tempat
hidup,
tumbuh,
dan
berkembangnya kebudayaan Minangkabau. Wilayah kebudayaan ini cukup luas dan bahkan
melebihi luas administratif Provinsi Sumatera Barat sekarang. Batas wilayah Minangkabau
menurut tambo:
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Dalam pengertian geografis, wilayah Minangkabau terbagi atas wilayah inti yang
disebut darek dan wilayah perkembangannya yang disebut rantau dan pesisir.
1. Darek
96 | P a g e
96 | P a g e
97 | P a g e
97 | P a g e
Minangkabau, dan berfungsi sebagai landasan utama dari norma, hukum, dan
aturan-aturan masyarakat Minangkabau. Semua hukum adat, ketentuan adat,
norma kemasyarakatan, dan peraturan-peraturan yang berlaku di Minangkabau
bersumber dari adat nan sabana adat.
b. Adat Nan Diadatkan; Adat Nan Diadatkan adalah adat buatan yang direncanakan
c. Adat Nan Taradat; Adat Nan Taradat adalah ketentuan adat yang disusun di
nagari/daerah (adat selingkungan nagari).
d. Adat Istiadat; Adat istiadat merupakan aturan adat yang dibuat dengan mufakat
niniak mamak dalam suatu nagari sesuai dengan alua jo patuik, patuik jo
mungkin (alur kepatutan, patut dengan mungkin).
3. Perkawinan
a. Bentuk perkawinan;
98 | P a g e
98 | P a g e
dipermasalahkan, karena
tiri
saudara
kandung,
atau
menikahi
orang
yang
dalam
pertunangan.
Orang yang tetap melakukan perkawinan terlarang ini akan diberi sanksi,
misalnya membubarkan perkawinan itu, diusir dari kampung, atau hukum
denda dengan meminta maaf pada semua pihak pada suatu perjamuan
dengan memotong seekor atau dua ekor hewan ternak.
b. Tahapan-tahapan upacara perkawinan:
1) Pinang Maminang: Acara ini diprakarsai pihak perempuan
2) Batimbang Tando: adalah upacara pertunangan
3) Malam Bainai:adalah memerahkan kuku pengantin dengan daun pacar/inai
yang telah dilumatkan
4) Pernikahan: Acara pernikahan diadakan di rumah anak daro/mempelai
wanita atau di masjid
99 | P a g e
99 | P a g e
g. Upacara Kematian
C. Sistem Sosial
Adat dan budaya Minangkabau bercorakkan keibuan (matrilineal), dimana pihak
perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka (harta pusaka tinggi) dan kekerabatan.
Sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang datuk, Datuk
Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Kedua datuk ini memiliki hubungan
darah seibu, namun beda bapak.
Datuk Katumanggungan merupakan anak dari Maharaja Diraja dan Indo Jati atau yang
dikenal juga dengan Puti Indo Jalito atau Puti Calita. Karena berasal dari keturunan raja,
datuk Ketumanggungan kemudian menggagas lareh (keselarasan) Koto Piliang yang
bersifat aristokratis. Setelah meninggalnya Maharaja Diraja, Puti Indo Jalito menikah dengan
Cati Bilang Pandai, dan kemudian mempunyai anak bernama Perpatih Nan Sabatang.
Berbeda dengan Koto Piliang, keselarasan yang digagas oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang
bersifat demokratis.
Lareh (laras) adalah adalah dasar pemerintahan menurut adat Minangkabau. Kelarasan
adalah sistem pemerintahan menurut adat Minangkabau.
100 | P a g e
100 | P a g e
Maharaja Diraja
Cati Bilang
Pandai
Dt Katumanggungan
Dt Parpatiah Nan
Sabatang
Koto Piliang
Bodi Chaniago
Perbedaan antara kedua keselarasan tersebut tampak pada tabel di bawah ini:
Koto Piliang
Bodi Caniago
Katumangguangan
atas)
Bersifat otokratis
Bersifat demokratis
tinggal menerima apa yang telah ditetapkan. hanya berasal dari pimpinan saja, akan
tetapi masyarakatnya ikut dilibatkan.
Penggantian gelar pusaka secara mati
sudah meninggal
101 | P a g e
101 | P a g e
berganti), artinya gelar penghulu harus tetap kaum mereka walau bukan saparuik,
di pihak mereka yang saparuik (serahim).
Nan Panjang.
Nan Bunta.
Secara garis besar faktor-faktor yang mengikat kaum ini adalah sebagai berikut:
1. Seketerunan; Orang yang sekaum merupakan orang yang satu keturunan
2. Sehina Semalu; Anggota yang berbuat melanggar adat akan mencemarkan nama
seluruh anggota kaum.
3. Sepandam Sepekuburan; sepandam sepekuburan dengan pengertian satu kaum
dikuburkan pada lahan milik kaum tersebut.
4. Orang Yang Sekaum Seberat Seringan; Kaba baiak baimbauan, kaba buruak
bahambauan (kabar baik dihimbaukan, kabar buruk berhamburan). Artinya bila ada
sesuatu yang baik untuk dilaksanakan seperti perkawinan, berdoa dan lain-lain maka
kepada sanak saudara hendaklah diberitahukan agar mereka datang untuk
menghadiri acara yang akan dilaksanakan, tetapi sebaliknya semua sanak famili
akan berdatangan, jika mendengar kabar buruk dari salah seorang anggota
keluarganya tanpa dihimbau. Sebagai contohnya seperti ada kematian atau mala
petaka.
102 | P a g e
102 | P a g e
5. Orang Yang Sekaum Seharta Sepusaka; Harta pusaka (harta pusaka tinggi)
merupakan milik bersama. Ada dua jenis harta pusaka yaitu harta pusaka tinggi, dan
harta pusaka rendah.
a. Harta pusaka tinggi adalah harta yang diwarisi secara turun temurun dari
beberapa generasi menurut garis keturunan ibu. Harta ini dapat berupa tanah,
rumah gadang, sawah, ladang, kebun, tabek (kolam), dan pandam pakuburan.
Harta pusaka tinggi adalah harta orang banyak (harta kaum) yang turun
temurun setelah lebih dari 5 generasi. Dalam hal ini, kaum ibu hanya
mempunyai hal milik, namun hak kuasa ada pada mamak (saudara laki-laki
ibu).
Harta pusaka tinggi tidak dapat dijual atau digadaikan begitu saja. Harus ada
sebab yang kuat dan ada kata sepakat di dalam kaum/suku tersebut. Ada empat
ketentuan adat yang memperbolehkan penggadaian harta pusaka:
1) Rumah Gadang Katirisan (Rumah gadang ketirisan, atau untuk perbaikan
rumah gadang)
2) Gadih gadang alun balaki (gadis gadang yang belum bersuami, atau untuk
menyelenggarakan upacara perkawinan)
3) Mayik tabujua diateh rumah (mayat terbujur di atas rumah, atau untuk
menyelenggarakan upacara pemakaman jenazah)
4) Mambangkik batang tarandam (membangkitkan batang terendam, atau untuk
malewakan gala/upacara pengangkatan penghulu)
b. Sedangkan harta pusaka rendah adalah harta pencaharian suami-istri
103 | P a g e
103 | P a g e
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yang meliputi:
Bukittinggi,
dialek
Pariaman,
dialek
Pesisir
Selatan
dan
dialek
Payakumbuh.
b. Bahasa Batak: Dialek yang digunakan berupa dialek Mandailing, yang biasanya
digunakan suku Batak Mandailing di daerah Pasaman, yaitu daerah di sekitar
perbatasan Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
104 | P a g e
104 | P a g e
105 | P a g e
105 | P a g e
106 | P a g e
106 | P a g e
Adat bapaneh, syarak balinduang maksudnya adat bagaikan tubuh, agama sebagai
jiwa. Antara tubuh dan jiwa tidak bisa dipisahkan. Syarak mangato, adat mamakai
maksudnya syarak memberikan hukum dan syariat, adat mengamalkan apa yang
difatwakan agama. Simpulan piagam ini lazim disebut adat jo syarak sandamanyanda, kemudian lebih dikenal lagi dengan adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah.
7. Kesenian
a. Silat
Silat adalah seni beladiri tradisional Minangkabau. Ada dua macam:
1) Pencak silat, yaitu silat yang biasa digunakan untuk tari-tarian pertunjukan.
Gayanya seperti gerakan silat, tapi tidak untuk menciderai lawan, tetapi
hanya sebagai hiburan.
2) Silat (silek), yaitu yang bertujuan untuk bela diri. Pesilat disebut pandeka. Ia
punya aturan sendiri, yaitu musuah indak dicari, jikok basuo pantang
diilakkan
b. Randai: adalah teater arena. Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup
di tengah masyarakat. Fungsinya sebagai seni pertunjukan untuk hiburan;
sebagai penyampai pesan, nasihat, dan pendidikan.
c. Sepak Rago: merupakan sebuah olahraga tradisional. Permainannya mirip sepak
takraw. Bedanya, bola sepak rago terbuat dari daun kelapa muda yang dianyam
dan berbentuk kubus. Jumlah pemain antara 5 10 orang.
d. Tarian Rakyat; Ada tiga macam tarian rakyat, yaitu:
1) Tarian pencak, yaitu tarian yang gerakannya menyerupai pencak. Contoh:
Tari Sewah, Tari Alo Ambek, Tari Galombang.
2) Tarian perintang, yaitu tarian yang dimainkan pemuda-pemudi untuk
kegembiraan dan perintang waktu.
3) Tarian kaba, yaitu tarian yang mengangkat tema cerita (kaba). Contoh: Tari
Si Kambang, Tari Ilau, Tari Tupai Janjang Tari Barabah Mandi.
e. Gamat
Gamat adalah kesenian Melayu yang melibatkan seni tari, seni suara, dan seni
musik. Gamat biasanya dimainkan dalam acara keramaian. Contoh: Tari Payung,
Tari Selendang, dan Tari Saputangan.
107 | P a g e
107 | P a g e
f.
g. Karawitan; Minangkabau memiliki alat musik khas. Alat musik ini biasanya
digunakan untuk mengiringi tari-tarian.
1) Alat musik tiup: saluang, bansi, pupuik batang padi, sarunai, pupuik tanduak
2) Alat music pukul : talempong, canang, tambur, rabano, indang, gandang,
adok
3) Alat music gesek
h. Karya Sastra
Ciri umum karya sastra Minangkabau:
RANGKUMAN
1) Kebudayaan ini memiliki ciri khas tersendiri dengan menarik garis keturunan
berdasarkan garis keturunan ibu (matriakat/matrilineal).
2) Budaya yang unik, bersumber pada gejala-gejala alam dengan filosofis Alam
Takambang Jadi Guru.
108 | P a g e
3) Masyarakat Minangkabau terkenal dengan budaya merantau
4) Orang Minangkabau adalah penganut agama Islam yang baik. Pentingnya agama
tergambar dalam kata-kata Adat Basandi Syarak. Syarak Basandi Kitabullah.
108 | P a g e
LATIHAN
A. Pilihan Ganda
1. Upacara memperingati wafatnya Hasan dan Husein di bulan Muharram juga
terdapat di Minangkabau. Upacara tersebut adalah
a. Tabuik
b. Randai
c. Malewakan gala
d. Batagak rumah
2. Upacara memperingati wafatnya Hasan dan Husein di bulan Muharram juga
terdapat di Minangkabau. Upacara tersebut adalah
e. Tabuik
f. Randai
g. Malewakan gala
h. Batagak rumah
109 | P a g e
109 | P a g e
a. Patrilineal
b. Matrilineal
c. Uxorilokal
d. virilokal
4. Laras Koto Piliang yang digagas Datuk Ketumanggungan mempunyai
karakteristik, kecuali:
a. Sifat otokratis
b. Sifat demokratis
c. Kebijakan dari atas
d. Berpusat pada pimpinan
5. Perkawinan yang terlarang dalam budaya Minangkabau adalah:
a. Modal usaha
b. Perbaikan rumah gadang
c. Menunaikan ibadah haji
d. Biaya pendidikan anak
7. Titiak dari ateh merupakan sebutan untuk keselarasan..
a. Koto Piliang
b. Bodi Chaniago
c. Tanjung
d. Mandailing
8. Alat musik berikut merupakan alat musik tiup di Minangkabau, kecuali..
a. Saluang
b. Silek
c. Gamat
d. Tabuik
110 | P a g e
110 | P a g e
9. Musuah indak dicari, jikok basuo pantang diilakkan merupakan aturan yang di
kenal di...
a. Randai
b. Silek
c. Gamat
d. Tabuik
10. Dalam sastra Minang, dikenal adanya pameo (kalimat yang dilihat artinya
nampak berlawanan bahkan tidak mungkin terjadi). Yang termasuk pameo
adalah...
4. Apa yang dimaksud dengan lareh? Sebutkan 2 jenis lareh dan perbedaan
diantara kedua lareh itu!
111 | P a g e
111 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Aryandini, Woro. Manusia Dalam Tinjauan ilmu Budaya Dasar.Jakarta: UI Press, 2000.
Edi Sedyawati. Merenungkan Multikulturalisme . 1999.Direktorat Jenderal Kebudayaan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
___________. Dinamika Perkembangan Kebudayaan Nasional.Sarasehan Budaya,
Jakarta, 5 Jui 2007
Koentjaraningrat. Manuasi Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1979
_____________. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1980.
Melalatoa, M. Junus. Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia. Jilid A-K . Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1995.
_____________. . Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia. Jilid L-Z. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1995.
Sayidiman. Pembebasan Budaya-budaya Kita. 1999
Soekmono, R. Pengantar Sejarah Kebudayayayn Indonesia. Jld I,II,III. Yogyakarta:
Yayasan Kanisuius, 1984
http://www.wikipedia.org/
112 | P a g e
112 | P a g e
: Woro Aryandini
: Kompleks Griya Depok Asri Blok G I No. 23 Depok 16411
: 0217708054;
: 085216759933
: woroaryandini@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
Tahun
Lulus
S-1
S-2
S-3
Perguruan Tinggi
Bidang Spesialisasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Fakultas Sastra
Program Studi Antropologi
Bidang Ilmu PengetahuanBudaya
1
2
3
Bahasa Indonesia
Budaya Nusantara
Logic
Riwayat Pekerjaan
a.
Pengajar
1985-1996
1985-sekarang
1998
b.
Peneliti: 1998-sekarang
c.
Konsultan : 2003-sekarang
113 | P a g e
113 | P a g e
Organisasi
Bidang Keahlian/
Bidang Minat Penelitian: Humaniora
,
Oktober 2011
Dr. Woro Aryandini, SS, MSi
114 | P a g e
114 | P a g e