Anda di halaman 1dari 28

INDONESIA SEBAGAI MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Sosiologi

Disusun oleh:
Kelas XI IPS 3
Kelompok 4
Dea Denisa
Leana Zanatunnisa
Nefi
Nia Amelia
Nova Seftiani
Pina Sri Haryati
Windi Nur Agustin
Yusuf Prasetyo

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BANTARUJEG


Jl. Siliwangi No. 119 Bantarujeg, Majalengka 45464
2018
1. Berdasarkan Suku Bangsa
a. Pengertian suku bangsa
Suku bangsa Atau biasa disebut Kelompok etnik, etnis adalah suatu
golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan
sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas
suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut
seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.
Menurut Koentjaraningrat Pengertian Suku Bangsa Adalah merupakan
kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai system interaksi,
sistem norma yang mengatur interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi
tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua
anggotanya serta memiliki system kepemimpinan sendiri.
Suku bangsa harus dilihat sebagian dari sistem sosial yang besar. Didalam
interaksi antara kelompok masyarakat disitulah mereka melihat perbedaan dan
kesamaan identitas suku bangsanya dengan suku bangsa lain. Identitas
kesukubangsaan itu dapat dicirikan oleh adanya unsur –unsur antara lain,
hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat dan kesamaan
kepercayaan (religi).
b. Ciri-Ciri Suku Bangsa
1) Perbedaan Ciri Fisik
Perbedaan ciri fisik menjadi ciri-ciri pertama yang membedakan suatu
suku bangsa dengan suku bangsa lainnya. Setiap suku bangsa di dunia
mempunyai ciri fisik yang berbeda dengan suku bangsa lain, misalnya suku
bangsa filipina yang memiliki kulit kuning langsat, sedangkan suku bangsa
Afrika sebagian besar memiliki kulit hitam.
2) Perbedaan Bahasa yang Digunakan
Setiap suku bangsa di dunia tentunya memiliki bahasa dalam
kehidupan sehari-hari, baik bahasa nasional maupun bahasa adat yang
beragam. Perbedaan logat bahasa bagi setiap suku bangsa juga sangat
berpengaruh pada keanekaragaman suku bangsa, misalnya setiap suku bangsa
di sebuah negara memiliki bahasa nasional tentu akan berbeda logatnya jika
berbeda suku bangsa. Hal ini terjadi karena keanekaragaman logat bahasa dari
sebuah suku bangsa masih melekat dan menjadi bawaan pada sebuah suku
bangsa.
3) Perbedaan Kebudayaan
Kebudayaan yang dimiliki oleh suku bangsa di dunia tentu berbeda dan
memiliki ciri khas masing-masing. Kebudayaan merupakan cerminan dari
suku bangsa itu sendiri. Perbedaan kebudayaan dapat dilihat dari kesenian,
adat istiadat, dan sebagainya. Misalnya kebudayaan suku bangsa di India
akan berbeda dengan kebudayaan suku bangsa di Eropa dan negara
berkembang di Amerika.
4) Memiliki Wilayah Domisili
Suku bangsa yang ada di dunia tentu memiliki wilayah yang menjadi
domisili masing-masing. Meskipun pada saat ini suku bangsa di dunia bisa
tersebar di berbaga daerah, misalnya suku Jawa mayoritas mendiami pulau
Jawa yang menjadi salah satu pulau terbesar di dunia, suku Bali mayoritas
mendiami pulau Bali dan suku Toraja yang mendiami Sulawesi.
Dengan adanya ciri-ciri suku bangsa seperti perbedaan ciri fisik,
perbedaan bahasa yang digunakan, perbedaan kebudayaan dan memiliki
wilayah domisili merupakan pembentuk keanekaragaman suku bangsa di
dunia. Ciri-ciri tersebut menjadi identitas yang membedakan suatu suku
bangsa dengan suku bangsa lainnya. Selain itu, secara umum sebuah suku
bangsa memiliki suku bangsa sebagai berikut:
1) Berkembang biak secara tertutup dalam kelompoknya
Sebuah suku bangsa tentu berkembang biak dalam kelompoknya untuk
menjaga keturunannya. Biasanya terdapat sebuat peraturan adat yang ada di
sebuah suku bangsa yang mengharuskan anggotanya menikah dengan suku
bangsa yang sama.
2) Mempunyai Kebudayaan sebagai Perwujudan dan Cerminan Nilai-Nilai
Dasar
Kebudayaan yang dimiliki oleh sebuah suku bangsa merupakan
cerminan dari suku bangsa itu sendiri. Misalnya kebudayaan Jawa yang
mencerminkan nilai-nilai dasar dari suku Jawa, kebudayaan Dayak yang
merupakan perwujudan nilai dan sikap dari suku dayak itu sendiri.
3) Mewujudkan Interaksi dan Sarana Komunikasi
Setiap suku bangsa di dunia menjadi wadah interaksi dan sarana
komunikasi bagi anggotanya. Setiap manusia yang masuk ke dalam anggota
sebuah suku bangsa berinteraksi dengan anggota lain dengan bahasa dialek
atau logat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Terdapat anggota yang mengenali diri sendiri dan mudah dikenali oleh
kelompok lain
Seorang manusia yang tergolong ke dalam suatu kelompok suku
bangsa tentu mengenali dirinya sendiri sebagai bagian dari suku bangsa
tersebut. Selain itu, seseorang tersebut tentu mendapat pengakuan dari
kelompok suku bangsa lain bahwa dirinya merupakan bagian dari sebuah
kelompok suku bangsa tertentu. Misalnya, Ucok yang menjadi orang Batak
tentu mengenali dirinya sendiri sebagai orang Batak. Hal ini dilihat dari ciri
fisik, bahasa yang digunakan, daerah asal dan keturunan. Tentu orang diluar
kelompok suku Batak akan mengenali bahwa Ucok merupakan salah satu
anggota suku Batak.
5) Berada dalam Sebuah Wilayah Komunikasi
Sebuah suku bangsa di dunia tentu memiliki wilayah masing-masing
yang menjadi domisilinya. Wilayah ini menjadi tempat bagi para anggota
suku bangsa untuk berkomunikasi satu sama lain.
Setiap orang yang dilahirkan dalam sebuah keluarga dalam suku
bangsa tertentu akan menjadikan orang tersebut sebagai bagian dari suku
bangsa itu. Orang tersebut harus berpedoman pada kebudayaan yang dimiliki
suku bangsanya seperti yang digunakan oleh orang tua dan keluarganya.
Pedoman tersebut menjadi cara untuk merawat dan mendidiknya, sehingga
orang tersebut bisa menjadi manusia yang sesuai dengan konsepsi
kebudayaan suatu suku bangsa tersebut.
Berikut adalah suku bangsa yang ada di Indonesia.
1) Sumatera
1) Sumatera Utara = batak toba, batak karo, batak mandailing, nias,
simalungun, asahan, angkola.
2) Sumatra Barat = minangkabau, gusci, caniago, tanjung kato, panyali,
sikumbang, mentawai.
3) Sumatra Selatan = komering, palembang, pasemah, sameda, ranau, kisam,
ogan, lematang, rejang, rawas kubu
2) Kalimantan
1) Suku Dayak
Suku Dayak adalah nama yang oleh penjajah diberi kepada penghuni
pedalaman pulau Borneo yang mendiami Pulau Kalimantan (Brunei,
Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri
dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Selatan). Ada 5 suku atau 7 suku asli Kalimantan yaitu Melayu,
Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau dan Tidung Menurut sensus Badan Pusat
Statistik Republik Indonesia tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di
Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu suku Banjar, suku
Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan lainnya (non
Dayak dan non Banjar). Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah Budaya
maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai
arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan “perhuluan” atau sungai,
terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
2) Suku Kutai
Suku Kutai atau Urang Kutai adalah suku asli yang mendiami wilayah
Kalimantan Timur yang mayoritas saat ini beragama Islam dan hidup di tepi
sungai. Suku Kutai merupakan bagian dari rumpun Suku Dayak, khususnya
dayak rumpun ot danum ( tradisi lisan orangtua beberapa Suku Kutai yang
mengatakan Suku Dayak Lawangan yang kemudian berdiam di Kalimantan
Timur melahirkan Suku Dayak Tunjung dan Suku Dayak Benuaq, kemudian
dengan masuknya budaya melayu dan muslim melahirkan terbentuknya
masyarakat Suku Kutai yang berbeda budaya dengan Suku Dayak). Pada
awalnya Kutai merupakan nama suatu teritori tempat bermukimnya
masyarakat asli Kalimantan atau Dayak. Suku Kutai berdasarkan jenisnya
adalah termasuk suku melayu tua sebagaimana Suku Dayak di Kalimantan
Timur. Oleh karena itu secara fisik Suku Kutai mirip dengan Suku Dayak
rumpun Ot Danum. Hubungan Kekerabatan Suku Kutai dengan Suku Dayak
diceritakan juga dalam tradisi lisan Suku Dayak dengan berbagai versi di
beberapa subsuku rumpun Ot Danum (karena masing – masing subsuku
memiliki sejarah tersendiri).
3) Suku Paser
Suku Paser adalah suku bangsa yang tanah asalnya berada di tenggara
Kalimantan Timur yaitu di Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser
Utara, dan Kota Balikpapan. Suku Paser sebagian besar beragama Islam
maupun beragama Kristen dan telah mendirikan kerajaan Islam yaitu
Kesultanan Pasir (Kerajaan Sadurangas) jadi termasuk ke dalam suku yang
berbudaya Melayu (budaya kesultanan/lingkungan hukum adat Melayu).
Kemungkinan suku Paser masih berkerabat dengan suku Dayak Lawangan
yang termasuk suku Dayak dari rumpun Ot Danum. Populasi suku Dayak
Paser saat ini diperkirakan sebesar 155.000 jiwa. Sebagian besar suku Dayak
Paser saat ini bermukim di wilayah pedalaman di kawasan Hutan Lindung
Gunung Lumut kabupaten Paser provinsi Kalimantan Timur. Sebelum
bermukim di tempat mereka sekarang ini, dahulunya mereka berasal dari
daerah Balikpapan dan Penajam. Kemungkinan karena banyaknya arus
pendatang baru dari luar yang memasuki wilayah mereka dahulu, sehingga
memaksa mereka mencari tempat yang lebih tenang dan damai yaitu di
kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut, tempat mereka sekarang ini.
4) Suku Bajau
Suku Bajau atau Suku Sama adalah suku bangsa yang tanah asalnya
Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden yang
hidup di atas laut, sehingga disebut gipsi laut. Suku Bajau menggunakan
bahasa Sama-Bajau. Suku Bajau sejak ratusan tahun yang lalu sudah
menyebar ke negeri Sabah dan berbagai wilayah Indonesia. Suku Bajau juga
merupakan anak negeri di Sabah. Suku-suku di Kalimantan diperkirakan
bermigrasi dari arah utara (Filipina) pada zaman prasejarah. Suku Bajau yang
Muslim ini merupakan gelombang terakhir migrasi dari arah utara
Kalimantan yang memasuki pesisir Kalimantan Timur hingga Kalimantan
Selatan dan menduduki pulau-pulau sekitarnya, lebih dahulu daripada
kedatangan suku-suku Muslim dari rumpun Bugis yaitu suku Bugis, suku
Makassar, suku Mandar. Saat ini, Suku Bajau menyebar hampir di seluruh
kepulauan Indonesia (terutama Indonesia Timur), bahkan sampai ke
Madagaskar. Kebanyakan Suku Bajau yang menyebar mulai tinggal menetap
dan berbaur dengan suku-suku lain.
5) Suku Banjar
Suku Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan
Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur.
Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah
Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi
Orang Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu. Berdasarkan sensus
penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar 2,7 juta orang
Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang Banjar tinggal di
wilayah Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya tinggal di
luar Kalimantan. Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang
merupakan pembauran masyarakat beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS
Bahan, DAS Barito, DAS Martapura dan DAS Tabanio. Dari daerah pusat
budayanya ini suku Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak melakukan
migrasi secara sentrifugal atau secara lompat katak. Secara genetika suku
Banjar kuno sudah terbentuk ribuan tahun yang lalu dan telah melakukan
migrasi keluar pulau Kalimantan sekitar 1.200 tahun yang lalu menuju
Madagasikara alias Madagaskar dan ke wilayah lainnya. Sekitar tahun 1526,
ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam maka diikuti seluruh
kalangan suku Banjar untuk melakukan konversi massal ke agama Islam,
sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanya
sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan agamis.
Kelompok masyarakat yang telah menganut Islam ini disebut Oloh Masih
dalam bahasa Dayak Ngaju atau Ulun Hakey dalam bahasa Dayak Maanyan.
Pada jaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau
berjiwa kemaritiman. Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar
Tamjidillah I dengan VOC-Belanda tentang monopoli perdagangan oleh
VOC-Belanda di Kesultanan Banjar diantaranya mengatur bahwa orang
Banjar tidak boleh berlayar ke sebelah timur sampai ke Bali, Sumbawa,
Lombok, batas ke sebelah barat tidak boleh melewati Palembang, Johor,
Malaka dan Belitung. Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai
menyempit, namun sisa-sisa jiwa kebaharian orang Banjar masih terlihat
jejaknya pada kehidupan masyarakat Banjar di daerah perairan Kalimantan
Selatan.
3) Jawa
1) Suku Betawi
Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang
penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Sejumlah pihak
berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis
dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai
orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan
bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan
orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta.
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang
sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab,
Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.
2) Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat
pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup
wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan
wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Orang Sunda tersebar diberbagai
wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah
utamanya. Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan
budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan,
riang dan bersahaja. Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa
orang sunda bersifat jujur dan pemberani. Orang sunda juga adalah yang
pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa
lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di
Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada
abad ke-15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya
dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda
juga menjabat Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI.
3) Suku Jawa
Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal
dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya
41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa Sebelumnya Suku Jawa
Berjumlah 47,05% Pada Tahun 1930 Yang Di Adakan Oleh Pemerintahan
Kolonial Belanda Pada Waktu Itu .Penurunan Ini Terjadi Karena Banyaknya
Orang Jawa Yang Menjadi Bagian Dari Etnis Setempat Di Beberapa Daerah
Di Indonesia. Selain di ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim
di Lampung, Jakarta, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Banten dan
Kalimantan Timur. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Suku Jawa juga memiliki
sub-suku, seperti Suku Osing, Orang Samin, Suku Tengger, dan lain-lain.
Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Suriname, Amerika
Selatan karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai
pekerja dan kini suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa Suriname.
4) Suku Madura
Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia,
jumlahnya sekitar 7.179.356 juta jiwa (sensus 2010). Mereka berasal dari
Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya. Seperti Gili Raja, Sapudi, Raas,
dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur
biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi.
Orang Madura yang berada di Situbondo, Bondowoso, sebelah timur
Probolinggo, utara Lumajang, dan utara Jember, jumlahnya paling banyak
dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga Surabaya utara, serta sebagian
Malang. ada juga yang menetap di Bawean, di negeri jiran Malaysia, Timor
Leste, Brunei Darussalam misalnya juga ada, mereka ada yang menjadi
penduduk tetap (sudah dapat IC/ surat tinggal selamanya.), Bahkan ada juga
di negara negara Timur Tengah.
5) Suku Tengger
Suku Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar kawasan
pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur, Indonesia. Penduduk suku
Tengger menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten
Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang. Suku Tengger
merupakan sub suku Jawa menurut sensus BPS tahun 2010.
6) Suku Osing
Suku Osing atau biasa diucapkan Suku Using adalah penduduk asli
Banyuwangi atau juga disebut sebagai “wong Blambangan” dan merupakan
penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Suku
Osing merupakan sub suku Jawa menurut sensus BPS tahun 2010. Suku
Osing mempunyai Bahasa Osing yang merupakan turunan langsung dari
Bahasa Jawa Kuno seperti halnya Bahasa Bali. Bahasa Osing berbeda dengan
Bahasa Jawa sehingga bahasa Osing bukan merupakan dialek dari bahasa
Jawa seperti anggapan beberapa kalangan.
4) Nusa Tenggara
1) Suku Lomblen
Suku bangsa Lomblen mendiami daratan Pulau Lomblen yang
termasuk dalam wilayah Kabupaten Flores Timur, di Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
2) Suku Pantar
Suku bangsa Pantar berdiam di Pulau Pantar. Daerah tersebut
termasuk dalam wilayah Kabupaten Flores Tengah. Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
3) Suku Riung
Orang Riung berdiam di Pulau Flores bagian tengah, yaitu di sebelah
utara wilayah orang Ngada di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
4) Suku Sikka
Suku bangsa Sikka berdiam di daerah antara Lio dan Larantuka, yang
termasuk dalam wilayah Kabupaten Sikka. Daerah tersebut berada di daratan
Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
5) Suku Solor
Suku bangsa Solor disebut juga orang Holo, Solot, atau Ata Kiwan.
Mereka mendiami daratan Pulau Solor yang terletak di sebelah selatan Pulau
Adonara, di sebelah timur Pulau Flores. Daerah itu termasuk dalam wilayah
Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
6) Suku Sawu
Orang Sawu atau Sabu atau Savu mendiami Pulau Sawu dan Pulau
Raijua di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu di Kecamatan Sawu Timur
dan Sawu Barat.
7) Suku Sumba
Nama suku bangsa ini mungkin berasal dari kata humba yang berarti
"asli". Mereka menyebut diri sebagai Tau Humba atau penduduk asli yang
mendiami Pulau Sumba. Wilayah mereka sekarang meliputi Kabupaten
Sumba Barat dan Sumba Timur.
8) Suku Sasak
Orang Sasak mendiami Pulau Lombok di deretan pulau-pulau Nusa
Tenggara (Sunda Kecil). Jumlah populasinya sekitar 1,8 juta jiwa.
5) Sulawesi
1) Suku Makassar
Suku Makassar, sebagai suku terbesar di Sulawesi Selatan,
menyimpang sejarah yang sangat panjang. Dalam catatan sejarah yang tertulis
dalam “lontara”, suku Makassar sudah menguasai Pulau Sulawesi sejak abad
ke-16. Bahkan kekuasaan orang-orang Suku Makassar saat itu meliputi
Seluruh pulau Sulawesi, Sebagian Kalimantan, Sebagian Pulau Maluku, Nusa
Tenggara, Hingga Timor-Timur (Timor Leste saat ini). Suku Makassar
sendiri terdiri dari beberapa sub suku yang tersebar luas di selatan pulau
Sulawesi, tersebar dari Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar,
Je’neponto, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, Maros, dan Pangkep.
2) Suku Bugis
Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku Deutero-
Melayu, atau Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi
pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Penyebaran Suku Bugis di seluruh
Tanah Air disebabkan mata pencaharian orang-orang bugis umumnya adalah
nelayan dan pedagang. Sebagian dari mereka yang lebih suka merantau
adalah berdagang dan berusaha (massompe‘) di negeri orang lain. Hal lain
juga disebabkan adanya faktor historis orang-orang Bugis itu sendiri di masa
lalu.
3) Suku Mandar
Orang Mandar sebagian besar berdiam di wilayah Majene dan
Mamuju di Provinsi Sulawesi Barat. Yang sering mengaku sebagai orang
Mandar adalah penduduk Majene, penduduk Mamuju sebaliknya lebih
senang disebut orang Mamuju. Kedua suku bangsa ini memang
memperlihatkan ciri kehidupan sosial dan budaya yang sama di mata orang
luar. Selain mendiami kedua wilayah tersebut, orang Mandar juga mendiami
sebagian daerah di wilayah Polewali-Mamasa. Jumlah populasinya sekarang
sekitar 400.000 jiwa.
4) Suku Toraja
Suku bangsa ini mendiami sebagian jazirah Sulawesi Selatan bagian
utara. Kata Toraja diberikan oleh penduduk asli Sulawesi Tengah untuk
menyebut kelompok etnis yang berdiam di pedalaman dan pegunungan, to
artinya orang, dan ri aja artinya dari gunung. Orang Toraja sendiri zaman
dulu menyebut kelompoknya berdasarkan wilayah tempat tinggalnya, yaitu
Sa’dan, dari nama sebuah sungai yang mengalir lewat wilayah mereka.
Karena itu sering juga disebut sebagai Toraja Sa’dan. Dan kalau dilihat dari
bahasa mereka disebut pula orang Toraja Tae.
5) Suku Bentong
Suku Bentong merupakan suku yang berdiam di desa Bulo-Bulo,
Kecamatan Pujananting, Kabupatn Barru, Sulawesi Selatan. Populasi suku ini
diperkirakan mencapai 25.000 jiwa, yang mana mayoritas memeluk agama
Islam. Mata pencaharian utama suku Bentong adalah bercocok tanam. Sehari-
hari, suku ini berkomunikasi dalam bahasa Bentong. Suku Bentong sering
digolongkan ke dalam kelompok suku Terasing, karena mereka membuat
pemukiman yang jauh terpencil dari masyarakat lain. Mereka suka berkelana
di hutan sambil mencari dan berburu apa saja yang mereka temukan di hutan
untuk kebutuhan hidup mereka.
6) Suku Duri
Suku Duri terdapat di Kabupaten Enrekang, di daerah pegunungan
yang berhawa sejuk di tengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan, berbatasan
dengan Tanah Toraja. Pemukiman orang Duri terdapat di kecamatan Baraka,
Alla dan Anggeraja yang seluruhnya berjumlah 17 desa. Mereka tinggal dekat
dengan jalan yang dapat dilalui mobil. Hanya sedikit yang bermukim di
daerah pegunungan yang tinggi.
7) Suku Enrekang
Suku Enrekang masih berhubungan erat dengan Bugis . Pada
umumnya berdomisili di Kabupaten Enrekang provinsi Sulsel. Sejak abad
XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU yang artinya meminggir
gunung atau menyusur gunung, sedang sebutan Enrekang dari ENDEG yang
artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan
ENDEKAN. Masih ada arti versi lain yang dalam pengertian umum sampai
saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan nama
“ENREKANG” versi Bugis sehingga jika dikatakan bahwa Daerah
Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan, sudah mendekati kepastian
sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunung dan
bukit-bukit.
8) Suku Konjo Pegunungan
Suku Konjo Pesisir mendiami empat kecamatan di sebelah tenggara
dari wilayah Bulukumba – Kajang, Herlang, Bonto Tiro dan Bonto Bahari.
Yang juga termasuk suku ini adalah suku Konjo Hitam, yang menempati
daerah sebelah barat dari Kajang. Suku Konjo Hitam ini memilih
mempertahankan cara hidup lama, seperti misalnya : memakai pakaian hitam,
tidak mengijinkan penggunaan peralatan modern (misalnya kursi, lampu,
kendaraan, sekolah) dan mempraktekkan ilmu sihir sebagai bagian dari
ibadah animistik mereka. Suku Konjo tinggal di Kabupaten Bulukumbu,
kurang lebih 209 km dari kota Ujung Pandang , Propinsi Sulawesi Selatan.
Nama lain suku ini adalah Kajang – merupakan perkampungan tradisional
khas suku Konjo.
9) Suku Luwu
Kerajaan Luwu adalah kerajaan tertua, terbesar, dan terluas di
Sulawesi Selatan yang wilayahnya mencakup Tana Luwu, Tana Toraja,
Kolaka, dan Poso. Perkataan “Luwu” atau “Luu” itu sebenarnya berarti
“Laut”. Luwu adalah suku bangsa yang besar yang terdiri dari 12 anak suku.
Walaupun orang sering mengatakan bahwa Luwu termasuk suku Bugis, tetapi
orang-orang Luwu itu sendiri menyatakan mereka bukan suku Bugis, tetapi
suku Luwu. Sesuai dengan pemberitaan lontara Pammana yang mengisahkan
pembentukan suku Ugi’ (Bugis) di daerah Cina Rilau dan Cina Riaja, yang
keduanya disebut pula Tana Ugi’ ialah orang-orang Luwu yang bermigrasi ke
daerah yang sekarang disebut Tana Bone dan Tana Wajo dan membentuk
sebuah kerajaan. Mereka menamakan dirinya Ugi’ yang diambil dari akhir
kata nama rajanya bernama La Sattumpugi yang merupakan sepupu dua kali
dari Sawerigading dan juga suami dari We Tenriabeng, saudara kembar dari
Sawerigading. Suku Luwu tinggal di Kabupaten Luwu dan sekitarnya.
10) Suku Kajang
Suku Kajang adalah salah satu suku yang tinggal di pedalaman
Makassar, Sulawesi Selatan. Secara turun temurun,mereka tinggal di
Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Bagi mereka, daerah itu
diangggap sebagai tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya,
Tana Toa.Di Tana Toa, suku Kajang terbagi menjadi dua kelompok, Kajang
Dalam dan Kajang Luar. Suku Kajang Luar hidup dan menetap di tujuh desa
di Bulukumba. Sementara suku Kajang Dalam tinggal hanya di dusun
Benteng. Di dusun Benteng inilah, masyarakat Kajang Dalam dan Luar
melaksanakan segala aktifitasnya yang masih terkait dengan adat istiadat.
6) Irian dan Papua
1) Suku Amungme
Suku Amungme (juga dikenal sebagai Amui, Hamung, Amungm,
Amuy, Dalma atau Uhunduni) adalah kelompok orang dengan populasi
sekitar 17.700 orang yang tinggal di dataran tinggi provinsi Papua dari
Indonesia. Bahasa mereka disebut Dhamal. Keyakinan tradisional masyarakat
Amungme yaitu animisme. Orang-orang Amungme tidak memiliki gagasan
tentang “dewa” yang terpisah dari alam di mana roh-roh dan alam adalah satu
dan sama. Mereka mempraktekkan pertanian berpindah, melengkapi mata
pencaharian mereka dengan berburu dan meramu. Amungme sangat terikat
dengan tanah leluhur mereka dan menjadikan pegunungan sekitarnya adalah
tempat yang disucikan. Hal ini telah menyebabkan gesekan dengan
pemerintah Indonesia, yang ingin mendayagunakan persediaan mineral yang
luas yang terdapat di sekitarnya. Perubahan besar dalam Amungme dari
dataran tinggi dan Kamoro dari dataran rendah gaya hidup telah dibawa oleh
tambang Grasberg, terletak di jantung wilayah Amungme dan dimiliki oleh
Freeport-McMoRan, majikan tunggal terbesar di kawasan itu. Emas yang luas
dan tembaga telah mengubah lanskap, dan kehadiran tambang dan
infrastruktur telah menarik banyak migran ekonomi lainnya dari Indonesia
Barat serta wilayah Papua lainnya, beberapa di antaranya telah mencoba
untuk menetap di tanah tradisional Amungme. Ini kemudian mengalami
sengketa tanah yang disebabkan mengenai hak tanah adat antara masyarakat
Amungme terhadap perusahaan pertambangan Freeport Indonesia di Timika.
Dalam 35 tahun terakhir, Amungme telah melihat gunung suci mereka
dihancurkan oleh tambang, dan menyaksikan kerabat mereka yang dibunuh
oleh Tentara Nasional Indonesia yang “membela” pertambangan, sementara
bagi Kamoro memiliki masalah yaitu lebih dari 200.000 ton limbah dipompa
ke sungai mereka setiap hari. Semua faktor ini telah menciptakan tekanan
sosial dan politik yang kompleks, dan menyebabkan protes yang mulai sering
dan atau meletusnya konflik sosial, beberapa di antaranya telah ditekan secara
keras oleh polisi juga militer Indonesia.
2) Suku Arfak
Suku Arfak adalah Masyarakat Pegunungan Arfak yang tinggal di
sekitar Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat. Suku Arfak terdiri dari 4 sub
suku antara lain:
a. Suku Hatam.
b. Suku Moilei.
c. Suku Meihag.
d. Suku Sohug.
Setiap suku ada Kepala Sukunya, dalam satu suku terdapat beraneka
ragam marga, misalnya Suku Moilei, ada marga Kowi, Saiba, Mandacan,
Sayori, Ullo, Ayok, Indow, Wonggor dan masih banyak marga lainnya. 5
suku 5 Bahasa artinya bahwa setiap suku terdapat 1 bahasa dan budaya yang
berbeda-beda.
3) Suku Asmat
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal
dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua
yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian
pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal
dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai
selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di
antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.
4) Suku Bauzi
Suku Bauzi, disebut juga dengan Baudi, Bauri atau Bauji, merupakan
satu dari sekitar 260-an suku asli yang kini mendiami Tanah Papua. Oleh
lembaga misi dan bahasa Amerika Serikat bernama Summer Institute of
Linguistics (SIL), suku ini dimasukan dalam daftar 14 suku paling terasing.
Badan Pusat Statistik (BPS) Papua pun tak ketinggalan memasukan suku
Bauzi kedalam daftar 20-an suku terasing yang telah teridentifikasi.
Bagaimana tidak, luasnya hutan belantara, pegunungan, lembah, rawa hingga
sungai-sungai besar yang berkelok-kelok di sekitar kawasan Mamberamo
telah membuat suku ini nyaris tak bersentuhan langsung dengan peradaban
modern. Kehidupan keseharian suku ini masih dijalani secara tradisonal.
5) Suku Dani
Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat
atau bermukim atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua,
Indonesia dan mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian
kabupaten Puncak Jaya.
6) Suku Korowai
Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya
sekitar 30 tahun yang lalu di pedalaman Papua, Indonesia dan berpopulasi
sekitar 3000 orang. Suku terasing ini hidup di rumah yang dibangun di atas
pohon yang disebut Rumah Tinggi. Beberapa rumah mereka bahkan bisa
mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai
adalah salah satu suku di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka.
Sampai tahun 1970, mereka tidak mengetahui keberadaan setiap orang selain
kelompok mereka.
2. Berdasarkan ras
a. Pengertian ras
Secara bahasa ras berasal dari kata Bahasa Latin, radix yang artinya
asal atau akar. Didefinisikan secara luas, ras adalah salah satu sistem
pengelompokkan atau penggolongan manusia yang ada di muka bumi ini
berdasarkan ciri-ciri fisik secara umum. Dengan demikian, ras suatu negara
bisa sama atau berbeda dengan negara lain. Dan ada beberapa negara yang
memliki ras khusus yang mendiami wilayahnya. Beberapa pengertian ras
menurut para ahli, antara lain :
1) Menurut Bruce J. Cohen, ras adalah pengelompokkan manusia
berdasarkan ciri-ciri fisik atau biologis individu di dalamnya yang sama
dan diwariskan secara turun temurun. (baca juga: Faktor Perubahan
Sosial)
2) Menurut Horton dan Hunt, ras adalah pengelompokkan manusia
berdasarkan perbedaannya (bukan persamaannya) dengan kelompok
manusia lain berdasarkan ciri-ciri fisik bawaannya.
3) Menurut Alex dan Thio, ras adalah penggolongan sekelompok manusia
oleh masyarakat sekitarnya berdasarkan ciri-ciri biologis yang mereka
miliki. Ras tertentu memiliki ciri biologis yang berbeda dengan
masyarakat di sekitarnya.
4) Menurut Stephen K. Sanderson, ras adalah pengelompokkan atau
penggolongan manusia yang didefinisikan oleh masyarakatnya sendiri
dan diterima oleh masyarakat lain. Hal ini kemudian yang menjadikan
perbedaan sosial yang berdasarkan ciri-ciri fisik atau biologis tertentu.
b. Ras yang ada di Indonesiaa
Macam-macam ras yang ada di Indonesia, yaitu :
1) Suku Bangsa / Ras Papua Melanesia.
Bangsa yang mempunyai ciri kulit hitam, rambut keriting, badan
kekar, hidung mancung, dan bibir tebal ini banyak terdapat di Pulau Papua
dan Kepulauan Aru yang terkenal dengan sebutan suku Tapiro. Suku Tapiro
ini mempunyai ciri-ciri yang sama dengan suku Aeta di Filipina dan suku
Semang di Malaysia. Ras Papua Melanesia merupakan suku bangsa asli yang
mendiami Indonesia sebelum datangnya nenek moyang bangsa Indonesia.
2) Suku Bangsa / Ras Veddoid
Telah disebutkan sebelumnya bahwa ras Veddoid merupakan ras
khusus yang mempunyai ciri sendiri. Orang-orang Veddoid mempunyai ciri,
antara lain perawakan kecil, rambut berombak, dan kulit sawo matang.
Mereka berasal dari Sri Langka. Suku bangsa di Indonesia yang termasuk ras
Veddoid, yaitu Suku Toala di Semenanjung Barat Daya Sulawesi, Suku
Tomuna di Pulau Muna, Suku Gayo di sekitar Danau Toba, Suku Kubu di
Jambi, Suku Sakai di Siak, dan Suku Tomuna di Kepulauan Mentawai. Suku-
suku tersebut mempunyai persamaan ciri dengan Suku Senai di Malaysia.
3) Suku Bangsa / Ras melayu Tua / Proto Melayu
Bangsa Proto Melayu adalah ras yang dianggap sebagai nenek
moyang bangsa Indonesia. Meraka berasal dari Daratan Asia atau tepatnya
Yunan di Asia Utara dan datang ke Indonesia dalam berbagai gelombang.
Bangsa ini adalah bagian dari gelombang pertama yang datang sekitar tahun
200 SM dan bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Indonesia melalui
Vietnam (Indo China). Dalam perjalanannya menuju Indonesia, ada beberapa
dari mereka yang tinggal di wilayah-wilayah mereka lewati.
Sehingga ras ini ada di beberapa negara selain Indonesia. Mereka
tersebar di Semananjung Melayu, Filiphina, Kepaulauan Pasifik sampai
Madagaskar. Mereka yang datang merupakan ras Melayu Mongoloid, yang
mempunyai ciri-ciri : rambut ikal atau lurus, muka bulat, kulit sawo matang,
badan tinggi ramping, hidung sedang / lebar, kebudayaan masih asli,
menganut paham animisme dan dinamisme, dan membawa kebudayaan
zaman batu muda (neolithikum). Suku bangsa di Indonesia yang termasuk
golongan ini adalah Suku Batak di Sumatera Utara, Suku Toraja di Sulawesi
Selatan, Suku Sasak di Lombok, Suku Nias di Kepulauaun Nias, Suku Kubu
di Sumatera Selatan, dan Suku Dayak di Kalimantan Tengah .
4) Suku Bangsa/ Ras Melayu Muda/ Deutro Melayu
Deutro Melayu sebenarnya juga merupakan golongan Melayu
Mongoloid dengan ciri-ciri fisik yang sama. Mereka juga datang dari Yunan
(Asia Utara) pada sekitar tahun 500 SM dan dianggap sebagai gelombang
kedua datangnya nenek moyang di Indonesia.
Selain ciri-ciri fisik yang sama, Ras melayu Muda mempunyai ciri-ciri
antara lain : membawa kebudayaan zaman perunggu dan sudah tidak
menganut paham animisme dan dinamisme. Di Indoensia mereka dipengaruhi
oleh bebagai agama yang ada, seperti agama Hindu dan Budha dari penduduk
Indonesia umumnya pada saat itu, agama Kristen dari bangsa Eropa, dan
agama Islam dari orang-orang Aceh.
Suku bangsa di Indonesia yang masih ada dan termasuk ras Melayu
Muda antara lain Suku Jawa, Suku Abli, Suku Madura di Jawa Timur, Suku
Banjar di Kalimantan Selatan, Suku Aceh, Suku Minagkabau di Sumatera
Barat, dan Suku Bugis di Sulawesi Selatan.
5) Ras-Ras Lain
Selain keempat ras yang mendominasi wilayah Indonesia, ada
beberapa kelompok bangsa atau ras tertentu yang ikut tinggal di beberapa
wilayah Indonesia. Di antara ras-ras tersebut adalah orang-orang Cina,
Jepang, Korea, orang-orang Arab, Pakistan, dan India. Orang-orang Cina,
Jepang, dan Korea merupakan kelompok ras Mongoloid Induk atau Asiatic
Mongoloid. Sedangkan orang-orang Arab, Pakistan dan India merupakan
kelompok ras Kaukasoid.
Semua ras di Indonesia tersebut menjadikan Indonesia menjadi
masyarakat majemuk yang mempunyai beraneka ragam budaya, suku bangsa,
dan agama. Hal ini dapat terjadi karena percampuran/ pergaulan antar
kelompok. Keanekaragaman ini dapat menjadi salah satu faktor pendorong
yah dari ras itu sendiri. Diharapkan dengan berbagai suku, ras, dan agama
yang terbentuk dari perpaduan yang ada menjadikan Indonesia lebih kuat dan
lebih besar. Kita harus mempunyai kemajemukan dari ras sebagai salah satu
aset pembangunan nasional. Karena Tuhan menciptakan manusia dengan
berbagai bentuk untuk saling melengkapi.
Beberapa upaya dalam menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) yang terdiri dari berbagai ras, antara lain :
a) Mengamalkan makna pancasila dan menjalankan konsitusi UUD 1945
pada segala aspek kehidupan berbegara secara murni dan konsekuen.
b) Saling menghargai dan saling menghormati
c) Saling bertoleransi dengan berbagai ras/ kebudayaan yang ada
d) Meletakkan kepentingan Bangsa Indonesia di atas kepentingan ras/
kelompok/ golongan manapun
e) Ikut serta menjaga keutuhan dan persatuan Bangsa Indonesia di manapun
berada sebagai bagian dari pertahanan negara.
3. Berdasarkan Agama dan Kepercayaan
a. Pengertian Agama
Agama,secara arti kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau
KBBI adalah suatu sistem yang mengatur tata keimanan serta peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta aturan atau tata kaidah yang memiliki
hubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia,manusia dengan
Penciptanya serta manusia dengan lingkungannya. Kata "agama" merupakan
bahasa yang berasal dari bahasa Sansekerta berarti "tradisi". Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini ialah religi yang berasal dari bahasa Latin
religio serta berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang telah mengikat dirinya
kepada Tuhan.
b. Jenis-Jenis Agama dan Kepercayaan di Indonesia
1) Agama Islam
Agama Islam diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar 1400 tahun
yang lalu. Pendiri dari agama ini adalah Nabi Muhammad SAW. Agama ini
memiliki kitab suci yang disebut dengan Al-Qur’an. Orang-orang yang
beragama islam dapat beribadah di tempat ibadah yang diberi nama dengan
masjid. Hari besar keagamaannya adalah Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul
Adha, Tahun Baru Hijrah, Isra’ Mi’raj.
2) Agama Kristen Protestan
Agama Kristen Protestan diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar
2000 tahun yang lalu. Pendiri dari agama ini adalah Yesus Kristus. Agama ini
memiliki kitab suci yang disebut dengan Alkitab. Orang-orang yang
beragama ini dapat beribadah di tempat ibadah yang diberi nama dengan
Gereja. Hari besar keagamaannya adalah Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari
Paskah, Kenaikan Isa Almasih
3) Agama Katolik
Agama Katolik diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar 2000 tahun
yang lalu. Pendiri dari agama ini adalah Yesus Kristus. Agama ini memiliki
kitab suci yang disebut dengan Alkitab. Orang-orang yang beragama ini dapat
beribadah di tempat ibadah yang diberi nama dengan Gereja. Hari besar
keagamaannya adalah Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan
Isa Almasih.
4) Agama Hindu
Agama Kristen Protestan diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar
3000 tahun yang lalu. Pendiri dari agama ini samap saat ini belum diketahui.
Agama ini memiliki kitab suci yang disebut dengan Weda. Tempat ibdahnya
adalah Pura. Hari besar keagamaannya adalah Hari Nyepi, Hari Saraswati,
Hari Pagerwesi
5) Agama Buddha
Agama Budha diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar 2500 tahun
yang lalu. Pendiri dari agama ini adalah Siddharta Gautama. Agama ini
memiliki kitab suci yang disebut dengan Tri Pitaka. Orang-orang yang
beragama ini dapat beribadah di tempat ibadah yang diberi nama dengan
Vihara. Hari besar keagamaannya adalah Hari Waisak, Hari Asadha, Hari
Kathina.
6) Agama Kong Hu Cu
Agama Budha diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar 2500 tahun
yang lalu. Pendiri dari agama ini adalah Kong Hu Cu. Agama ini memiliki
kitab suci yang disebut dengan Si Shu Wu Ching. Orang-orang yang
beragama ini dapat beribadah di tempat ibadah yang diberi nama dengan Li
Tang / Klenteng. Hari besar keagamaannya adalah Tahun Baru Imlek, Cap
Go Meh
c. Perbedaan Antar Agama
1) Agama Islam
Nama Kitab Suci : Al-Qur’an
Nama Pembawa : Nabi Muhammad SAW
Permulaan : Sekitar 1400 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Masjid
Hari Besar Keagamaan : Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha,
Tahun Baru Hijrah, Isra’ Mi’raj
Jumlah Penganut : 207.176.162 jiwa (87,18%)
2) Agama Kristen Protestan
Nama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari
Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 16.528.513 jiwa (6,96%)
3) Agama Katolik
Nama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari
Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 6.907,873 jiwa (2,91%)
4) Agama Hindu
Nama Kitab Suci : Weda
Nama Pembawa :–
Permulaan : Sekitar 3000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Pura
Hari Besar Keagamaan : Hari Nyepi, Hari Saraswati, Hari Pagerwesi
Jumlah Penganut : 4.012.116 jiwa (1,69%)
5) Agama Buddha
Nama Kitab Suci : Tri Pitaka
Nama Pembawa : Siddharta Gautama
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Vihara
Hari Besar Keagamaan : Hari Waisak, Hari Asadha, Hari Kathina
Jumlah Penganut : 1.703.254 jiwa (0,72%)
6) Agama Kong Hu Cu
Nama Kitab Suci : Si Shu Wu Ching
Nama Pembawa : Kong Hu Cu
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng
Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh
Jumlah Penganut : 117.091 jiwa (0,05%)
LAMPIRAN

 Foto Suku Bangsa


1. Sumatera

Suku batak
2. Kalimantan

Suku dayak
3. Jawa

Suku Sunda
4. Nusa Tenggara

Suku Sasak
5. Sulawesi

Suku bugis
6. Irian dan Papua

Suku asmat
 Foto Tempat Ibadah
1. Islam

Masjid
2. Kristen Protestan

Gereja
3. Agama Katolik

Gereja
4. Agama Hindu

Pura
5. Agama buddha

Vihara
6. Agama Kong Hu Cu

Li Tang / Klenteng

Anda mungkin juga menyukai